BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
Penelitian ini dilakukan di dua desa yaitu Desa Cisolok dan Desa Sirnaresmi,
kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.
4.1.1. Desa Cisolok
Desa Cisolok merupakan desa yang mempunyai luas wilayah 330 Ha
dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Wangun sari
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cikahuripan
d. Sebelah Timurberbatasan dengan Desa Karang Papak
Rata-rata Suhu udara di Desa Cisolok adalah 27-33 C, dengan curah hujan
3000-3300 mm/thn.Desa Cisolok berpenduduk 5.265 orang dengan pembagian
2.622 Laki-laki dan 2.643 perempuan, dan dibagi menjadi 1.403 KK.Sebagian
besar penduduknya bermata pencaharian sebagai wiraswasta dan petani.
63
4.1.2 Desa Sirnaresmi
Desa Sirnaresmi merupakan desa yang mempunyai luas wilayah 4.917 Ha,
dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sirnagalih
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cicadas
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cicadas
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cihamerang
Rata-rata Suhu udara di Desa Sirnaresmi adalah 27-30 C, Desa Cisolok
berpenduduk 5.313 orang dengan pembagian 2.619 Laki-laki dan 2.694
perempuan, dan dibagi menjadi 1.537 KK. Sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani.
Kondisi sarana dan prasarana perhubungan di Desa Sirnaresmi kurang baik,
karena sebagian besar jalan belum diaspal dan berbatu, sehingga bila musim hujan
tiba, akan mengalami gangguan kelancaran transportasi karena jalannya becek
yang berpengaruh terhadap kelancaran roda pengangkutan hasil pertanian ke pasar
yang memberikan dampak perekonomian kepada masyarakatnya. Secara resmi
agama yang dianut oleh penduduknya adalah Agama Islam, Namun demikian kita
masih akan menemukan pemberian sesajian pada Dewi Sri.
64
4.1.3. Pemerintahan desa.
Dalam mengkaji masalah pemerintahan di Kecamatan Cisolok di fokuskan
pada pemerintahan desa. Hal ini sejalan dengan sasaran penelitian yang ingin
mengungkapkan hubungan antara kepemimpinan Kepala Desa dengan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan desa.
Pemerintah desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa atau lebih sering
disebut Kades. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Desa oleh
seorang Sekretaris desa dan 4 orang Kepala Urusan. Selain itu, secara hirarkis
Kepala Desa membawahi kepala dusun. Adapun Bagan Struktur Organisasi
Pemerintah Desa adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1. Struktur Pemerintahan Desa
Kepala Desa
Bendahara Sekretaris Desa
Ka. Urusan Pembangunan
Ka.Urusan Ekbang
Ka. Urusan Trantib
Ka.Urusan Kesos
Kepala Dusun
65
Susunan Struktur organisasi Pemerintahan Desa ialah Kepala Desa,
sekretaris desa, kepala-kepala urusan, bendahara dan kepala dusun.
1. Tugas pokok
A. Kepala Desa :
Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;
Kepala desa menjalankan tugas di samping berdasarkan kewenangan
jabatan, juga berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama antara
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
B. Sekretaris Desa :
Membantu Kepala Desa di bidang pembinaan administrasi dan
memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh perangkat
Pemerintah Desa dan masyarakat;
Mewakili Kepala Desa dalam hal Kepala Desa berhalangan;
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa;
C. Kepala Urusan
Kepala Urusan mempunyai tugas pokok membantu kepala desa
menjalankan kegiatan sesuai dengan urusan yang dibidanginya.
Kepala urusan pembangunan membidangi urusan kependudukan dan
pertanahan
Kepala urusan Ekonomi pembangunan membidangi urusan ekonomi
66
dan pembangunan,
Kepala urusan kesejahteraan sosial membidangi urusan kesejahteraan
dan sosial
Kepala urusan trantib membidangi urusan barang-barang inventaris
desa juga keamanan dan ketertiban
D. Bendahara :
Mengadministrasikan yang berkaitan dengan keuangan desa
Memberikan laporan kepada kepala desa
E. Kepala Dusun :
membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam wilayah kerjanya
melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan
gotong royong masyarakat
melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada
masyarakat
membantu kepala desa dalam pembinaan dan mengkoordinasikan
kegiatan rw dan rt diwilayah kerjanya
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa
4.2. Pengumpulan Data
Dalam penelitian di Desa Sirnaresmi dan Desa Cisolok, diambil sampel
sebanyak 318 KK dan 312 KK.
Untuk mendeskripsikan karakteristik responden dapat dilihat melalui
klasifikasi dan penggelompokan identitas responden sebagaimana yang terdapat
67
pada instrumen penelitian. Dipandang sangat penting untuk dipaparkan karena
dimungkinkan bahwa setiap responden memiliki refleksi dan apresiasi yang
berbeda.
Perbedaan setiap responden dalam memberikan pernyataan sikap atas
pertayaan dari data yang disampikan relatif terkait erat dengan latar belakang
masing-masing responden baik tentang tingkat pendidikan, usia, mata
pencaharian, dan lain-lain.
Penelitian ini pada prinsipnya terdiri dari dua variabel vang terdiri atas
satu variabel bebas dan satu variabel terikat.Sebagaimana telah dikemukakan
pada bagian terdahulu tentang variabel penelitian, maka yang menjadi variabel
bebas yaitu Kepemimpinan Kepala Desa (X), serta variabel terikat adalah
Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Y).Secara internal, setiap
variabel dibangun dari beberapa dimensi dan indikator.
Dalam Bab III telah dikemukakan bahwa untuk memperoleh data
kuntitatif, peneliti menggunkan daftar pertanyaan (angket), dimana keseluruhan
variabel masing-masing terdiri dari 10 pertayaan untuk variabel X dan 9
pertanyaan untuk variabel Y, sehingga jumlah pertanyaan untuk kedua variabel
adalah 19 butir pertanyaan. Untuk setiap pertanyaan, responden memilih lima
altematif jawaban yang disediakan, dengan penentuan skor yaitu : (1) sangat
tinggi, (2) tinggi, (3) sedang, (4) rendah, (5) sangat rendah.
Setelah angket diedarkan kepada responden, distribusi jawaban atas
kuesioner penelitian untuk setiap variabel dapat dilihat dalam lampiran pada tesis
ini. Untuk keperluan analisis distribusi jawaban responden disederhanakan dalam
68
bentuk tabel (X) dan (Y).
4.2.1 Uji Validitas
Uji Validitas bertujuan untuk menguji sejauh mana kevalidan dari suatu
alat ukur. Dengan menggunakan rumus teknik “Korelasi Produk Moment",
korelasi antara setiap pertanyaan dengan skor total dihitung, untuk mengetahui
pertanyaan-pertanyaan mana yang valid dan yang tidak valid. Untuk pertanyaan
yang tidak sahih selanjutnya dibuang, dan untuk pertanyaan yang valid
dilanjutkan pada tahap selanjutnya. Pengujian validitas dengan menggunakan
rumus korelasi Pearson yang dihitung melalui persamaan berikut :
dimana:
r = Angka Korelasi
Xi = Skor Pertanyaan (ke-j)
Yi = Skor Total (responden ke-i
XiYi = Skor pertanyaan (ke-j) kall Skor total (ke-i)
Selanjutnya "Angka Korelasi" yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan
dibandingkan dengan nilai korelasi yang diperoleh dari tabel korelasi nilai- r,
dengan derajat bebas (n - 2), dan taraf signifikansi yang dipilih, Bila angka
korelasi yang diperoleh berdasarkan perhitungan nilainya lebih besar dari angka
korelasi dari tabel, maka pertanyaan dikatakan valid, dan bila angka korelasi di
bawah nilai korelasi dari tabel, maka pertanyaan dikatakan tidak valid
Dengan Menggunakan Program SPSS 21, maka didapatkan hasil uji
n
i
i
n
i
i
n
i
n
i
ii
n
i
n
i
i
n
i
iii
yynxxn
yxyxn
r
11
2
1
2
1
2
1 11
69
validasi seperti yang terdapat pada table dibawah ini :
Tabel 4.1
Uji Validasi Variable Kepemimpinan (x) Desa Cisolok
No Nomor Pertanyaan Nilai Korelasi
(r-hitung)
Nilai r-tabel Keterangan
1 Butir Pertanyaan 1 0.600 0.361 Valid
2 Butir Pertanyaan 2 0.408 0.361 Valid
3 Butir Pertanyaan 3 0.764 0.361 Valid
4 Butir Pertanyaan 4 0.547 0.361 Valid
5 Butir Pertanyaan 5 0.734 0.361 Valid
6 Butir Pertanyaan 6 0.748 0.361 Valid
7 Butir Pertanyaan 7 0.765 0.361 Valid
8 Butir Pertanyaan 8 0.538 0.361 Valid
9 Butir Pertanyaan 9 0.744 0.361 Valid
10 Butir Pertanyaan 10 0.751 0.361 Valid
Tabel 4.2
Uji Validasi Variable Partisipasi Masyarakat (Y) desa Cisolok
No Nomor Pertanyaan Nilai Korelasi
(r-hitung)
Nilai r-tabel Keterangan
1 Butir Pertanyaan 1 0.672 0.361 Valid
2 Butir Pertanyaan 2 0.670 0.361 Valid
3 Butir Pertanyaan 3 0.815 0.361 Valid
4 Butir Pertanyaan 4 0.706 0.361 Valid
5 Butir Pertanyaan 5 0.432 0.361 Valid
6 Butir Pertanyaan 6 0.677 0.361 Valid
7 Butir Pertanyaan 7 0.402 0.361 Valid
8 Butir Pertanyaan 8 0.793 0.361 Valid
9 Butir Pertanyaan 9 0.526 0.361 Valid
Berdasarkan table, maka dapat terlihat bahwa semua hasil uji korelasi (r-hitung)
dibandingkan dengan nilai r-tabel, nilai r-hitung lebih besar daripada nilai r-tabel.
Hal itu menunjukkan bahwa pernyataan sudah valid atau sahih, maka selanjutnya
dilakukan uji Reliabilitas.
70
Tabel 4.3
Uji Validasi Variable Kepemimpinan (x) Desa Sirnaresmi
No Nomor Pertanyaan Nilai Korelasi
(r-hitung)
Nilai r-tabel Keterangan
1 Butir Pertanyaan 1 0.642 0.361 Valid
2 Butir Pertanyaan 2 0.482 0.361 Valid
3 Butir Pertanyaan 3 0.503 0.361 Valid
4 Butir Pertanyaan 4 0.658 0.361 Valid
5 Butir Pertanyaan 5 0.647 0.361 Valid
6 Butir Pertanyaan 6 0.522 0.361 Valid
7 Butir Pertanyaan 7 0.497 0.361 Valid
8 Butir Pertanyaan 8 0.486 0.361 Valid
9 Butir Pertanyaan 9 0.669 0.361 Valid
10 Butir Pertanyaan 10 0.658 0.361 Valid
Tabel 4.4
Uji Validasi Variable Partisipasi Masyarakat (Y) Desa Sirnaresmi
No Nomor Pertanyaan Nilai Korelasi
(r-hitung)
Nilai r-tabel Keterangan
1 Butir Pertanyaan 1 0.780 0.361 Valid
2 Butir Pertanyaan 2 0.400 0.361 Valid
3 Butir Pertanyaan 3 0.769 0.361 Valid
4 Butir Pertanyaan 4 0.427 0.361 Valid
5 Butir Pertanyaan 5 0.487 0.361 Valid
6 Butir Pertanyaan 6 0.708 0.361 Valid
7 Butir Pertanyaan 7 0.551 0.361 Valid
8 Butir Pertanyaan 8 0.691 0.361 Valid
9 Butir Pertanyaan 9 0.667 0.361 Valid
Berdasarkan table, maka dapat terlihat bahwa semua hasil uji korelasi (r-hitung)
dibandingkan dengan nilai r-tabel, nilai r-hitung lebih besar daripada nilai r-tabel.
Hal itu menunjukkan bahwa pernyataan sudah valid atau sahih, maka selanjutnya
dilakukan uji Reliabilitas.
71
n
ntot
r
rr
1
2
4.2.2 Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran
relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Dengan kata lain
bahwa reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Alat pengukur tersebut
digunakan dua kali, untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang
diperbolehkan relatif konsisten. Teknik perhitungan reliabilitas yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Teknik Belah Dua. Cara yang dilakukan berikut:
1. Membagi item yang valid menjadi dua belahan, dalam penelitian cara yang
diambil adalah berdasarkan nomor ganjil-genap. Nomor ganjil belahan
pertama dan nomor genap belahan kedua.
2. Skor masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan, sehingga
menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yaitu skor total
belahan pertama dan skor total belahan kedua.
3. Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua dengan
menggunakan teknik korelasi produk moment.
4. Mencari angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah, dengan cara
mengoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukannya ke dalam
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
r.tot = Angka Reliabilitas Keseluruhan Item.
r.n = Angka Korelasi Belahan Pertama dan belahan Kedua.
72
Dalam menghitung reliabilitas, rumus untuk menghitung korelasi antar
belahan genap dan ganjil digunakan rumus korelasi Pearson. Suatu instrument
dikatakan reliable bila koefesien reliabilitasnya minimal 0.6
Tabel 4.5
Uji Reliabilitas
No Nama
Desa
Variable Nilat
Koefesien
Reliabilitas
Nilai minimal Keterangan
1
Cisolok
Kepemimpinan
(X) 0.983 0.6 Reliabel
2 Partisipasi
Masyarakat (Y) 0.952 0.6 Reliabel
3
Sirnaresmi
Kepemimpinan
(X) 0.891 0.6 Reliabel
4 Partisipasi
Masyarakat (Y) 0.964 0.6 Reliabel
Berdasarkan 4.12, maka terlihat bahwa setiap variable adalah dinyatakan reliable .
Berdasarkan uji Validitas dan Reliabilitas, bahwa semua pertanyaan
dinyatakan valid dan reliable, maka instrument dapat digunakan untuk
pengumpulan dalam rangka pengumpulan data.
4.2.3 Hasil Penelitian Variabel Kepemimpinan Kepala Desa.
Hasil penelitian dalam lampiran tesis ini dapat dijabarkan kepada
penyebaran jawaban dari 312 responden untuk desa cisolok dan 318 untuk desa
sirnaresmi. Hasil dari angket ini diperlukan untuk mendapatkan data untuk
menganalisis variable kepemimpinan (X). Variable ini dijabarkan ke dalam 4
dimensi. Dimensi tersebut adalah idealized influence, inspirational
motivation, intelectual stimulation, individualized consideration. Dari
73
keempat dimensi tersebut, masing-masing dijabarkan lagi ke dalam
indicator-indikator yang dapat diukur.
4.2.3.1 Dimensi idealized influence (X1)
Tabel 4.6
Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok
Terhadap Dimensi idealized influence (X1)
Skor
(S)
Pertanyaan ∑F % R 1 2
F % F % 5 13 4.17% 17 5.45% 30 4.81% 4 4 83 26.60% 72 23.08% 155 24.84% 2 3 183 58.65% 133 42.63% 316 50.64% 1 2 24 7.69% 84 26.92% 108 17.31% 3 1 9 2.88% 6 1.92% 15 2.40% 5 Jml 312 100.00% 312 100.00% 624 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
Dari tabel 4.13, hasil jawaban responden terhadap dimensi idealized
influence (X1) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 1 dan 2,
jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 50.64 %. Yang
kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 24.84 %.
Tabel 4.11
Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi
Terhadap Dimensi idealized influence (X1)
Skor
(S)
Pertanyaan ∑F % R 1 2
F % F % 5 23 7.23% 18 5.66% 41 6.45% 4 4 111 34.91% 46 14.47% 157 24.69% 2 3 124 38.99% 142 44.65% 266 41.82% 1 2 52 16.35% 99 31.13% 151 23.74% 3 1 8 2.52% 13 4.09% 21 3.30% 5 Jml 318 100.00% 318 100.00% 636 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
74
hasil jawaban responden terhadap dimensi idealized influence (X1) di
Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 1 dan 2, jawaban yang
tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 41.82%. Dan yang kedua
tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 24.69%.
4.2.3.2 Dimensi inspirational motivation (X2)
Tabel 4.7
Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok
Terhadap Dimensi inspirational motivation (X2)
Skor
(S)
Pertanyaan ∑F % R 3 4 5
F % F % F % 5 11 3.53% 7 2.24% 17 5.45% 35 3.74% 4 4 71 22.76% 48 15.38% 28 8.97% 147 15.71% 3 3 156 50.00% 150 48.08% 134 42.95% 440 47.01% 1 2 56 17.95% 74 23.72% 112 35.90% 242 25.85% 2 1 18 5.77% 33 10.58% 21 6.73% 72 7.69% 5
Jm
l 312 100.00% 312 100.00% 312 100.00
% 936 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
hasil jawaban responden terhadap dimensi inspirational motivation
(X2) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 3, 4, dan 5, jawaban
yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 47.01%. Yang kedua
tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 25.85%.
Tabel 4.13
Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi
Terhadap Dimensi inspirational motivation (X2)
Skor
(S)
Pertanyaan ∑F % R 3 4 5
F % F % F % 5 24 7.55% 49 15.41% 23 7.23% 96 10.06% 4 4 91 28.62% 22 6.92% 79 24.84% 192 20.13% 2 3 124 38.99% 181 56.92% 176 55.35% 481 50.42% 1 2 74 23.27% 62 19.50% 33 10.38% 169 17.71% 3 1 5 1.57% 4 1.26% 7 2.20% 16 1.68% 5 Jml 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
75
hasil jawaban responden terhadap dimensi inspirational motivation
(X2) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 3, 4, dan 5,
jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 50.42%. Yang
kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 20.13%.
4.2.3.3 Dimensi intelectual stimulation(X3)
Tabel 4.8
Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok
Terhadap Dimensi intelectual stimulation(X3)
Skor
(S)
Pertanyaan ∑F % R 6 7 8
F % F % F % 5 9 2.88% 15 4.81% 11 3.53% 35 3.74% 4 4 45 14.42% 26 8.33% 43 13.78% 114 12.18% 3 3 158 50.64% 141 45.19% 104 33.33% 403 43.06% 1 2 90 28.85% 109 34.94% 149 47.76% 348 37.18% 2 1 10 3.21% 21 6.73% 5 1.60% 36 3.85% 5
Jml 312 100.00% 312 100.00% 312 100.00
% 936 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi intelectual
stimulation(X3) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 6, 7,
dan 8, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 43.06 %.
Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 37.18 %.
Tabel 4.9
Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi
Terhadap Dimensi intelectual stimulation(X3)
Skor
(S)
Pertanyaan ∑F % R 6 7 8
F % F % F % 5 19 5.97% 24 7.55% 17 5.35% 60 6.29% 4 4 45 14.15% 39 12.26% 48 15.09% 132 13.84% 3 3 163 51.26% 167 52.52% 94 29.56% 424 44.44% 1 2 82 25.79% 75 23.58% 134 42.14% 291 30.50% 2 1 9 2.83% 13 4.09% 25 7.86% 47 4.93% 5
Jm
l 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
76
hasil jawaban responden terhadap dimensi intelectual stimulation(X3)
di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 6, 7, dan 8, jawaban
yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 44.44 %. Yang kedua
tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 30.50%.
4.2.3.4. Dimensi individualized consideration(X4)
Tabel 4.10
Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok
Terhadap Dimensi individualized consideration (X4)
Skor
(S)
Pertanyaan ∑F % R 9 10
F % F % 5 10 3.21% 15 4.81% 25 4.01% 5 4 47 15.06% 54 17.31% 101 16.19% 3 3 130 41.67% 119 38.14% 249 39.90% 1 2 98 31.41% 93 29.81% 191 30.61% 2 1 27 8.65% 31 9.94% 58 9.29% 4 Jml 312 100.00% 312 100.00% 624 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi individualized
consideration (X4) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 9,
dan 10, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 39.90 %.
Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 30.61%.
Tabel 4.11
Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi
Terhadap Dimensi individualized consideration (X4)
Skor
(S)
Pertanyaan ∑F % R 9 10
F % F % 5 21 6.60% 20 6.29% 41 6.45% 4 4 176 55.35% 116 36.48% 292 45.91% 1 3 60 18.87% 130 40.88% 190 29.87% 2 2 42 13.21% 40 12.58% 82 12.89% 3 1 19 5.97% 12 3.77% 31 4.87% 5 Jml 318 100.00% 318 100.00% 636 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
77
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi individualized consideration
(X4) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 9, dan 10, jawaban
yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 45.91%. Yang kedua
tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 29.87%.
4.2.4. Variabel Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Y).
Hasil penelitian dalam lampiran tesis ini dapat dijabarkan kepada
penyebaran jawaban dari 312 responden untuk desa cisolok dan 318 untuk desa
sirnaresmi. Hasil dari angket ini diperlukan untuk mendapatkan data untuk
menganalisis variable Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Y).
Variable ini dijabarkan ke dalam 3 dimensi. Dimensi tersebut adalah
partisipasi dalam perencanaan, partisipasi dalam pelaksanaan, partisipasi
dalam pelestarian hasil pembangunan Dari keempat dimensi tersebut,
masing-masing dijabarkan lagi ke dalam indicator-indikator yang dapat
diukur.
4.2.4.1. Dimensi Partisipasi dalam perencanaan (Y1).
Tabel 4.12
Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok
Terhadap Partisipasi dalam perencanaan (Y1).
Skor
(S)
Pertanyaan ∑F % R 11 12 13
F % F % F % 5 12 3.85% 10 3.21% 15 4.81% 37 3.95% 4 4 60 19.23% 47 15.06% 45 14.42% 152 16.24% 3 3 173 55.45% 126 40.38% 119 38.14% 418 44.66% 1 2 43 13.78% 110 35.26% 96 30.77% 249 26.60% 2 1 24 7.69% 19 6.09% 37 11.86% 80 8.55% 5
J
ml 312 100.00% 312 100.00% 312 100.00% 936 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
78
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam
perencanaan (Y1) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 11, 12,
dan 13, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 44.66%.
Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 26.60%.
Tabel 4.13
Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi
Terhadap Partisipasi dalam perencanaan (Y1).
Skor
(S)
Pertanyaan ∑F % R 11 12 13
F % F % F % 5 13 4.09% 25 7.86% 41 12.89% 79 8.28% 4 4 173 54.40% 82 25.79% 101 31.76% 356 37.32% 2 3 98 30.82% 154 48.43% 117 36.79% 369 38.68% 1 2 30 9.43% 46 14.47% 53 16.67% 129 13.52% 3 1 4 1.26% 11 3.46% 6 1.89% 21 2.20% 5 Jml 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam
perencanaan (Y1) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 11,
12, dan 13, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar
38.68%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 37.33%.
4.2.4.2. Dimensi Partisipasi dalam pelaksanaan(Y2).
Tabel 4.14
Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok
Terhadap Partisipasi dalam pelaksanaan (Y2).
Skor
(S)
Pertanyaan ∑F % R 14 15 16
F % F % F % 5 14 4.49% 20 6.41% 13 4.09% 47 4.99% 5 4 72 23.08% 47 15.06% 45 14.15% 164 17.41% 3 3 104 33.33% 173 55.45% 127 39.94% 404 42.89% 1 2 97 31.09% 61 19.55% 102 32.08% 260 27.60% 2 1 25 8.01% 11 3.53% 31 9.75% 67 7.11% 4 Jml 312 100.00% 312 100.00% 318 100.00% 942 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
79
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam
pelaksanaan (Y2) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 14, 15
dan 16, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 42.89%.
Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 27.60%.
Tabel 4.15
Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi
Terhadap Partisipasi dalam pelaksanaan (Y2).
Skor
(S)
Pertanyaan ∑F % R 14 15 16
F % F % F % 5 31 9.75% 22 6.92% 36 11.32% 89 9.33% 4 4 107 33.65% 103 32.39% 97 30.50% 307 32.18% 2 3 121 38.05% 87 27.36% 122 38.36% 330 34.59% 1 2 47 14.78% 85 26.73% 48 15.09% 180 18.87% 3 1 12 3.77% 21 6.60% 15 4.72% 48 5.03% 5 Jml 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam
pelaksanaan (Y2) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 14, 15
dan 16, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 34.59%.
Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 32.18%.
4.2.4.3. Partisipasi dalam Partisipasi dalam Pelestarian hasil
pembangunan (Y3).
Tabel 4.16
Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok
Terhadap Partisipasi dalam pelestarian hasil pembangunan (Y3).
Skor
(S)
Pertanyaan ∑F % R 17 18 19
F % F % F % 5 54 17.31% 46 14.74% 14 4.49% 114 12.18% 4 4 147 47.12% 128 41.03% 74 23.72% 349 37.29% 1 3 65 20.83% 105 33.65% 113 36.22% 283 30.24% 2 2 36 11.54% 31 9.94% 92 29.49% 159 16.99% 3 1 10 3.21% 2 0.64% 19 6.09% 31 3.31% 5
J
ml 312 100.00% 312 100.00% 312 100.00% 936 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
80
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam
pelestarian hasil pembangunan (Y3) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir
pertanyaan 17, 18 dan 19, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 4
sebesar 37.29%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar
30.24%.
Tabel 4.17
Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sinaresmi
Terhadap Partisipasi dalam pelestarian hasil pembangunan (Y3).
Skor
(S)
Pertanyaan ∑F % R 17 18 19
F % F % F % 5 78 24.53% 63 19.81% 38 11.95% 179 18.76% 3 4 112 35.22% 132 41.51% 103 32.39% 347 36.37% 1 3 65 20.44% 71 22.33% 116 36.48% 252 26.42% 2 2 56 17.61% 48 15.09% 49 15.41% 153 16.04% 4 1 7 2.20% 4 1.26% 12 3.77% 23 2.41% 5
Jml 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
Dari tabel 4.17, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi
dalam pelestarian hasil pembangunan (Y3) di Desa Sirnaresmi yang tergambar
pada butir pertanyaan 17, 18 dan 19, jawaban yang tertinggi adalah yang
mempunyai skor 4 sebesar 36.37%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai
skor 3 sebesar 26.42%.
4.3. Pengujian Hipotesis
Analisis distribusi frekuensi jawaban responden menurut perolehan skor dari
variabel kepemimpinan Kepala Desa dan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa sebagaimana yang telah diuraikan hanya dapat memberikan
81
informasi pendahuluan bahwa distribusi proporsi pada variabel X dan Y,
selanjutnya untuk mengetahui dan menguji kepastian apakah antar variabel
terdapat pengaruh, berikut ini akan dianalisis kedua variabel tersebut secara
statistik menurut hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang diajukan oleh
peneliti. Untuk memeriksa apakah ada hubungan antara variabel X dan Y
digunakan korelasi Produk Momen.
4.3.1. Koefisien Korelasi dari Variabel X ke Variabel Y
Untuk memeriksa tingkat keeratan hubungan antara variabel X dengan
variabel Y, dengan tingkat pengukuran interval, maka Sugiyono (2011:206)
menyatakan bahwa untuk menguji hipotesis asosiatif bila datanya berbentuk
interval atau ratio, digunakan Korelasi Produk Momen. Pengujian ini untuk
menguji hipotesis hubungan antara satu variable independen dengan satu variable
dependen.
Pendapat tersebut bila dirumuskan dalam bentuk persamaan metematik
adalah sebagai berikut :
dimana:
r = Angka Korelasi
Xi = Skor Pertanyaan (ke-i)
Yi = Skor Total (responden ke-i)
XiYi = Skor pertanyaan (ke-i) kall Skor total (ke-i)
Dengan menghitung menggunakan program SPSS 21, maka didapat kofesien
n
i
i
n
i
i
n
i
n
i
ii
n
i
n
i
i
n
i
iii
yynxxn
yxyxn
r
11
2
1
2
1
2
1 11
82
korelasi untuk desa Cisolok adalah 0.761, sedangkan Desa Sirnaresmi adalah
0,601. Hasil perhitungan korelasi diatas menunjukkan bahwa korelasi Variabel X
dan Variable Y untuk Desa Cisolok adalah tergolong Erat (High Correlation)
sedangkan Desa Sirnaresmi tergolong Agak Erat (Moderate). Berdasarkan hasil
pengujian keeratan hubungan variabel di atas dan dikaitkan dengan kenyataan di
lokasi penelitian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Kepala Desa di Desa
Sirnaresmi dan Desa Cisolok turut berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa, atau dengan kata lain bahwa partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa dapat dilaksanakan dengan baik apabila ditunjang
dengan kepemimpinan Kepala Desa yang baik pula
4.3.2. Koefisien Determinasi
Analisa determinasi ditujukan untuk mengetahui besamya persentase
pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Dalam hal ini, Al Rasyid (1994 : 47)
menyatakan bahwa :
Menarik kesimpulan mengenai keeratan hubungan antara variabel X dan
variabel Y semata-mata didasarkan pada harga r, kurang memberikan
keterangan.keterangan akan diperoleh lebih baik apabila kesimpulan
keeratan didasarkan pada koefisien determinan.
Disamping itu, aturan Guilford hanya membantu dalam
mengimplementasikan tinggi rendahnya tingkat korelasi antara Y terhadap X,
tetapi kurang memberikan penjelasan mengenai seberapa besar persentase
perubahan-perubahan Y dipengaruhi oleh X. Oleh karenanya analisis determinasi
dapat menjelaskan hal itu.
83
Sejalan dengan itu maka analisis korelasi akan dilanjutkan dengan analisis
determinasi. Nilai koefisien determinasi adalah r2 menurut Nugroho (1990 : 452)
"koefisien determinasi (coefficient of determination) diberi lam bang r2, yaitu
koefisien yang menunjukan (to determine = menceritakan berapa besar peranan
faktor X dalam menentukan besar Y)”.
Sesuai perhitungan dalam penelitian ini, diketahui koefesien korelasi
untuk desa Cisolok adalah 0.761 maka koefisien determinasi (r)2 = (0,761)2
adalah 0,5791. Untuk mengetahui persentase dilakukan dengan cara : 0,5791 x
100 % = 57,91 %. Dengan demikian maka dapat pula diketahui berapa persen
pengaruh variabel lain diluar variabel X terhadap variabel Y. Apabila variabel
atau faktor-faktor lain diberi simbol Z, maka perhitungannya sebagai berikut :
Z = 1 - r2
Z = 1 - 0,5791
Z = 0,4209
Bila dipresentasikan berarti pengaruh variabel atau faktor-faktor lain (yang
tidak diteliti dalam penelitian) terhadap variabel Y adalah
sebesar 0,4209 x 100 % = 42,09 %. Dengan menggunakan cara yang sama,
didapat koefesien determinasi untuk Desa Sirnaresmi adalah 0,3612, sedang Z-
nya sebesar 0,6388.
Tabel 4.18
Hasil Uji Korelasi dan uji determinasi
No Nama
Desa
Nilai Uji Korelasi
(r)
Nilai koefesien
determinasi (r2)
Nilai koefesien
lainnya (Z)
1 Cisolok 0.761 0.5791 0.4209
2 Sirnaresmi 0.601 0.3612 0.6388
84
4.3.3. Uji Signifikansi (Kemaknaan)
Dari pengujian korelasi diatas, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan
yang positif antara kepemimpinan dengan partisipasi masyarakat di Desa Cisolok
dan Desa Sirnaresmi, Tetapi nilai korelasi tersebut belum bisa diinterpretasikan,
oleh karena itu perlu dilakukan uji signifikansi.
Menurut Siagian (2011 : 245) bahwa : "apakah harga koefesien korelasi
tersebut signifikan atau tidak, maka perlu diuji dulu siginifikansinya". Oleh
karena itu hasil atau koefisien korelasi tersebut belum dapat diinterpretasikan
sebelum dilakukan uji signifikansi. Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah
dengan menggunakan Statistik uji :
t = r 21
2
rs
n
Keterangan :
t = t hitung
r = koefisien korelasi
n = jumlah sampel
Hasil perhitungan tes signifikansi ini, kemudian dikonsumsikan dengan
nilai t tabel pada tabel distribusi studen t, degree of freedom atau df n – 2, tingkat
signifikansi untuk tes satu sisi, (one tailed test) α = 0,05 (tingkat kpercayaan) 95%
dengan ketentuan :
1. H1 : thitung > ttabel berarti H1 diterima dan H0 ditolak, atau ada hubungan
signifikan antara variabel X dan Y.
2. H0 : thitung < ttabel berarti H0 diterima dan H1 ditolak, atau tidak ada hubungan
yang signifikan antara variabel X dan Y.
85
Dengan menggunakan rumus diatas, maka didapat t-hitung untuk desa
Cisolok Adalah 20.653, sedangkan t-tabelnya adalah 1,659, karena t-hitung lebih
besar daripada t-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, Artinya koefisien
korelasi (r) sebesar 0.761 yang diperoleh meialui penelitian terhadap sampel,
adalah signifikan. Sehingga dapat digeneralisirkan untuk populasi dimana sampel
diambil
Dengan menggunakan rumus diatas, maka didapat t-hitung untuk desa
Sirnaresmi Adalah 13,367, sedangkan t-tabelnya adalah 1,659, karena t-hitung
lebih besar daripada t-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, Artinya koefisien
korelasi (r) sebesar 0.601 yang diperoleh meialui penelitian terhadap sampel,
adalah signifikan. Sehingga dapat digeneralisirkan untuk populasi dimana sampel
diambil.
Tabel 4.19
Hasil Uji signifikansi nilai Korelasi
No Nama
Desa
Nilai Uji
Korelasi (r)
Nilai
t-hitung
Nilai
t-tabel
Keterangan
1 Cisolok 0.761 20.653 1,659 Signifikan
2 Sirnaresmi 0.601 13,367 1,659 Signifikan
4.3.4. Analisis Regresi
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
hubungan kausal yang dipakai untuk menguji hubungan sebab akibat antara
kepemimpinan terhadap partisipasi masyarakat. Untuk menguji hipotesis ada
tidaknya hubungan (pattern of relation) antara Y dan X dan berapa besar
perubahan pada Y apabila X berubah maka digunakan analisis Regresi.
86
Adapun analisis regresi yang digunakan untuk memprediksi hubungan
keterpengaruhan antara dua variabel tersebut, ditetapkan dengan menggunakan
rumus persamaan regresi sederhana yakni :
Y = a + b X
Keterangan :
a : Nilai Konstanta
b : Koefisien regresi.
X : Nilai variabel bebas.
Y : Nilai variabel terikat
n : Jumlah responden
Untuk mencari nilai a dan b digunakan rumus :
α = Y – bx
n
i
n
i
n
i
n
i
n
i
n
Xi
Xi
n
YiXi
XiYi
b
1
2
12
1
11
Keterangan :
a = koefisien intercep
b = koefisien regresi
Xi = nilai variabel bebas
Yi = nilai variabel tergantung
n = jumlah sampel
Dengan perhitungan menggunakan program SPSS 21, maka didapat persamaan
regresi linear untuk desa Cisolok Adalah Y=5.976+0.791X sedangkan untuk desa
Sirnaresmi adalah Y= 11.074+0.594X
Sebagai langkah akhir dari perhitungan perolehan hubungan
keterpengaruhan kedua variabel penelitian, maka penarikan kesimpulan koefisien
87
regresi dilaksanakan dengan pengujian koefesien regresi tersebut dengan rumus
sebagai berikut :
t = df
Se;
)( = n – 2
t = df
bSe
b;
)( = n – 2
1. H1 : thitung > ttabel berarti H1 diterima dan H0 ditolak, signifikan
2. H0 : thitung < ttabel berarti H0 diterima dan H1 tidak signifikan.
dimana :
se (α) =
2
2
22 1
n
XiXi
X
nSyx
sb (b1) =
2
11
2
2
n
i
n
i
XiXi
nSyx
Dengan menggunakan Rumus diatas, maka didapat nilai T-hitung untuk
Desa Cisolok adalah 25.9318, apabila dibandingkan dengan t-tabel (1,659) maka
H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan untuk desa Sirnaresmi, didapat t-
hitungnya adalah 17.06975 apabila dibandingkan dengan t-tabel (1,659) maka H0
ditolak dan H1 diterima. Sehingga hasil dari pengujian ini bersifat signifikan.
88
4.4. Pembahasan
4.4.1.Dimensi idealized influence (X1)
Dimensi Pengaruh Ideal (idealized influence) adalah digambarkan sebagai
perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati
dan sekaligus memercayainya, dan mempunyai visi yang jelas sehingga para
pengikutnya mau mengambil resiko dalam pencapaian tujuan.
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dimensi idealized influence
dalam variable kepemimpinan, maka digunakan 2 (dua) item untuk mengukurnya.
Kedua item itu adalah : Teladan dan Visi.
Dari table diatas, maka dapat dilihat, secara umum untuk Desa Cisolok,
Desa Sirnaresmi, pada dimensi idealized influence sebagian besar menjawab pada
kategori dengan skor 3 (cukup).
Pada item 1 untuk indicator keteladanan kepala desa, Desa cisolok
masyarakatnya dominan memilih skor 3 (58.65%), dan yang kedua
tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 (26.60%) , sedangkan untuk desa
sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (38.99%), dan
yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (34.91%), Dari hasil
kuisioner diatas, dapat terlihat bahwa kepala desa di desa cisolok dan desa
Sirnaresmi, menurut masyarakatnya masing-masing, sudah cukup
memberikan teladan, bahkan cenderung baik, karena seperti yang terlihat
pada table, bahwa yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4.
Kepala Desa sebagai penggerak dan mediator pembangunan
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap keberhasilan setiap
89
program pembangunan, oleh karena itu kepala desa harus menjadi teladan
didepan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai panutan yang bisa
diikuti yang dengan sendirinya akan mempermudah dalam proses
kepemimpinan sebagai kepala desa. Menurut Siagian (2010 : 105)
menyatakan bahwa :
Efektivitas kepemimpinan seseorang akan lebih besar lagi apabila
keteladanannya tiak hanya tercermin dalam kehidupan organisasionalnya,
akan tetapi juga dalam kehidupan pribadinya, seperti kehidupan keluarga
yang harmonis, gaya hidup yang sesuai dengan kemampuan dengan
memperhitungkan keadaan lingkungan dan kepekan terhadap kondisi
social sekitarnya.
Keteladanan sangat penting karena yang dipimpinnya sesunggunya
melihat criterion yang sangat sederhana saja, tetapi mempunyai makna
yang mendalam, yaitu : keteladanan seseorang terlihat dari apa yang
dilakukan oleh seseorang dan bukan apa yang dikatakannya.
Dari penjelasan keteladanan diatas, maka ketika seseorang sudah dipilih menjadi
seorang pemimpin desa, sesungguhnya bukan hanya sekedar pejabat yang sedang
melaksanakan tugas, tetapi disampng itu seorang kepala desa juga harus dijadikan
panutan oleh masyarakat sehingga apa yang diinstruksikan oleh kepala desa
mejadi lebih didengar dan diikuti oleh masyarakat. Di kedua desa yang dilakukan
penelitian, kepala desa mempunyai track record yang dianggap baik oleh
masyarakat, kepala desa mampu menjadi teladan di desanya, tutur katanya santun
dan apabila sedang ada di tempat mudah untuk ditemui tanpa harus merasakan
ada jarak antara kepala desa dan masyarakat, kemudian belum ada perbuatan
mereka yang dianggap aib oleh masyarakat, sehingga berdasarkan contoh-contoh
diatas, masyarakat mengangap masih dianggap cukup baik. Apabila memang
mereka mempunyai track record yang kurang baik, maka agak sulit mereka bisa
90
dipilih secara langsung oleh masyarakat. Tetapi kekurangannya memang kepala
desa agak jarang ada di tempat,sehingga agak sulit ditemui. Oleh karena itu,
untuk hal ini nampaknya kepala desa harus lebih baik lagi.
Pada item yang kedua tentang visi kepala desa, Desa cisolok
masyarakatnya dominan memilih skor 3 (42.63%), dan yang kedua tertinggi
adalah yang mempunyai skor 2 (26.92%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang
tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (44.65%), dan yang tertinggi kedua
adalah yang mempunyai skor 2 (31.13%), artinya masyarakat di kedua desa
menganggap sudah cukup, dengan adanya visi dan misi kepala desa di kantor
kepala desa, maka menurut masyarakat dianggap sudah mempunyai visi.
Selain teladan (yang ditunjukkan pada item nomor 1), seorang kepala desa
harus mempunyai visi bagaimana pembangunan desa ke depan, juga harus bisa
mengkomunikasikan visi tersebut kepada masyarakat, sehingga masyarakat bisa
mengetahui dan mengikuti kemana arah pembangunan desa ke depan.
Visi merupakan sesuatu hal yang sangat penting, karena dengan jelasnya
visi seorang pemimpin maka akan dapat dijadikan rujukan oleh bawahanny.
Menurut Bennis (2003:30) yang menyatakan bahwa :
Visi adalah penciptaan focus, dimana setiap orang senantiasa berorientasi
pada apa yang ingin dicapai. Visi yang disampaikan oleh sorang pemimpin harus
membangun kepercayaan disertai keyakinan yang dipimpinnya bahwa mereka
mampu melaksanakan tindakan atau kegiatan tugas dan fungsinya.
Visi yang digagas oleh seorang pemimpin harus mampu memberikan
inspirasi bagi tumbuhnya visi tersebut, artinya visi diketahui, dipahami dan
dijadikan rujukan oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Kepemimpinan kepala desa harus mampu merumuskan visi organisasi yang
91
dipimpinnya, kemudian mensosialisasikan kepada masyarakat, sehingga visi
tersebut diketahui dan diyakini oleh sebagian masyarakat. Karena itu visi
merupakan mimpi atau cita-cita dari seorang pemimpin atas organisasi yang
dipimpinya dalam kurun waktu tertentu. Visi lahir dari filosofi atau nilai-nlai
yang diaut dan diyakini oleh kepemimpinan seseorang, kemuidan visi itu
dijabarkan melalui misi yang memuat langkah-langkah strategis untuk
mewujudkan visi tersebut..
Kepala Desa masih sangat mungkin untuk meningkatkan Dimensi
idealized influence ini, dikarenakan masih banyak ruang yang bisa dilakukan oleh
seorang kepala desa untuk meningkatkannya. Seperti misalnya mendiskusikan
kembali bersama-sama masyarakat mengenai visi kepala desa dan apa saja
sasaran-sasaran yang ingin dicapai, sehingga setelah sasaran disepakati, maka
akan mempermudah dalam penyusunan program-program desa kedepan. Selain
itu keteladanan perlu kembali ditingkatkan, karena sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh siagian, bahwa dengan keteladanan yang baik ketika menjadi
seorang kepala yang sedang desa menjalankan tugasnya ataupun dalam kehidupan
sehari-hari diluar tugas jabatannya, maka seorang kepala desa akan lebih mudah
menggerakkan masyarakan untuk berpartisipasi dalam pembangunan, karena
masyarakat akan melihat dan percaya bahwa segala tindakan kepala desa adalah
untuk kepentingan masyarakat.
92
4.4.2. Dimensi inspirational motivation (X2)
Motivasi adalah pendorong (penggerak) yang ada dalam diri seseorang
untuk bertindak. Konsep motivasi dalam berbagai literature seringkali ditekankan
pada rangsangan yang muncul dari seseorang baik dari dalam (motivasi intrinsic),
maupun dari luar (motivasi ekstrinsik). Dalam penelitian ini ditekankannya pada
aspek motivasi yang datangnya dari luar yaitu factor kepemimpinan. Dari
pemimpin itu diharapkan muncul sesuatu yang sifatnya inspirasional yang bisa
menginspirasikan untuk memberikan motivasi terhadap masyarakat sehingga
tujuan pembangunan bisa tercapai. Dalam dimensi inspirational motivation ini,
pemimpin digambarkan sebagai pemimpin yang mampu meningkatkan
menularkan semangatnya dan mendemonstasikan komitmennya untuk pencapaian
tujuan. Dalam dimensi inspirational motivation ini, seorang pemimpin
digambarkan sebagai pemimpin yang mampu meningkatkan motivasi dan
mendemonstasikan komitmennya untuk pencapaian tujuan
Dalam penelitian ini, Dimensi inspirational motivation diukur melalui
indicator-indikator yaitu semangat, penghargaan dan komitmen
Dari item nomor 3 yaitu semangat, untuk Desa cisolok masyarakatnya
dominan memilih skor 3 (50.00%), dan yang kedua tertinggi adalah yang
mempunya skor 4 (22.76%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi
adalah yang mempunyai skor 3 (38.99%), dan yang tertinggi kedua adalah yang
mempunyai skor 4 (28.62%), dari hasil jawaban kuisioner, maka dapat terlihat
bahwa di desa cisolok dan desa Sirnaresmi kepala desanya dianggap cukup
mampu menularkan semangatnya kepada masyarakatnya. Fakta di lapangan
93
memang menunjukan Kepala Desa Cisolok dan Kepala Desa Sirnaresmi,
walaupun tidak terlalu sering, tetapi kadang-kadang suka mengajak langsung
kepada masyarakat desa terutama sekitar kantor desa untuk melakukan kegiatan
yang telah diprogramkan di desanya, seperti misalnya kerja bakti untuk perbaikan
jalan, ketika memang si kepala desa sudah bersemangat, maka mau tidak mau
masyarakat jadi ikut semangat untuk turun. Tapi memang hal ini perlu di
tingkatkan lagi, agar kepala desa lebih sering untuk turun langsung ke kegiatan,
karena dengan begitu maka masyarakat akan dengan sangat mudah digerakkan
untuk ikut turun dalam kegiatan.
Item nomor 4 yaitu penghargaan, Desa cisolok masyarakatnya dominan
memilih skor 3 (48.08%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor
2 (23.72%), sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang
mempunyai skor 3 (56.92%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai
skor 2 (19.50%). Dari hasil kuisioner diatas terlihat bahwa kepala desa, baik di
Kepala Desa Cisolok ataupun Kepala Desa Sirnaresmi, dalam pemberian
penghargaan masih berada dalam kategori cukup (3), hal ini terjadi karena kepala
desa tidak terlalu sering memantau langsung ke lapangan, sehingga kepala desa
tidak dapat memantau siapa-siapa saja yang aktif dalam kegiatan sehingga kepala
desa dapat memberikan reward untuk warga yang memang terlibat aktif untuk
mengikuti kegiatan. Masyarakat tidak selalu memerlukan materi untuk diberikan
penghargaannya, dengan adanya perhatian kepala desa dalam memantau kegiatan
dan memberikan bahasa yang baik dalam memberikan penghargaan, masyarakat
sudah cukup terhargai tetang apa yang mereka kerjakan.
94
Item nomor 5 yaitu komitmen, dari table 4.15 dan 4.16, terlihat komposisi
jawaban dimana Desa Cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (42.95%),
dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2 (35.90%) , sedangkan
untuk Desa Sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (55.35%),
dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (24.84%). Dari hasil
diatas dapat terlihat bahwa Kepala Desa Sirnaresmi mempunyai komitmen yang
lebih kuat dalam pencapaian tujuan pembangunan yang telah disepakati bersama
daripada Kepala Desa Cisolok.
Kepala Desa masih sangat mungkin untuk meningkatkan Dimensi
inspirational motivation ini,masih banyak hal yang bias dilakukan. Seperti
misalnya memberikan penghargaan kepada masyarakat apabila telah
menyelesaikan tugasnya, baik materi atapun imateri, kemudian kepala desa lebih
menunjukan komitmennya dalam pencapaian tujuan pembangunan dengan lebih
bersemangat dan lebih sering turun langsung dalam setiap kegiatan pembangunan
di desa.
4.4.3. Dimensi intelectual stimulation (X3)
Dalam dimensi ini seorang pemimpin digambarkan mampu membimbing
dalam menemukan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi, juga
menumbuhkan ide-ide baru dalam menghadapi tantangan ke depan Dalam
penelitian ini,, dimensi intelectual stimulation diukur melalui indicator-indikator
yaitu bimbingan, solutif, dan inovatif.
95
Item nomor 6 yaitu bimbingan, Desa cisolok masyarakatnya dominan
memilih skor 3 (50.64%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2
(28.85%), sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang
mempunyai skor 3 (51.26%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai
skor 2 (25.79%). Dari hasil gambaran hasil diatas dapat diketahui bahwa
masyarakat memberi persepsi kepada kedua kepala desa pada item ini kurang
lebih sama. Hal ini disebabkan karena kepala desa belum terlalu intens dalam
mengikuti setiap kegiatan yang terjadi di desa, sehingga masyarakat merasa
kepala desa belum terlalu memberikan bimbingan, hal ini ditunjukkan dengan
skor yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 2. Prayitno dan Erman
Amti (2004: 99), yang mendefinisikan:
“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-
anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangan berdasarkan norma-norma yang berlaku.”
Berdasarkan pengertian yang diungkapkan oleh Prayitno dan Erman Amti
tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan merupakan proses seorang ahli dalam
memberikan bantuan terhadap individu atau beberapa individu baik anak-anak,
remaja atau orang dewasa agar dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri
serta mandiri sehingga dapat mencapai perkembangan yang optimal dan mencapai
kesejahteraan hidup.. Bimbingan merupakan hal yang sangat penting untuk
masyarakat. dengan bimbingan masyarakat bisa merasa lebih tenang dalam
melaksanakan setiap kegiatan pembangunan, karena dengan bimbingan pulalah
96
masyarakat bisa bertanya bila ada sesuatu yang kurang difahami, bimbingan ini
diperlukan agar pembangunan berjalan sesuai dengan apa yang telah diharapkan
bersama.
Item nomor 7 yaitu solutif, Desa cisolok masyarakatnya dominan
memilih skor 3 (45.19%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor
2 (34.94%), sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang
mempunyai skor 3 (52.52%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai
skor 2 (23.58%). Dari hasil kuisioner terlihat bahwa masyarakat di kedua
memberikan persepsi cukup terhadap item ini, sehingga bisa dianggap bahwa
kedua kepala desa mempunyai nilai yang cukup dalam memberkan solusi
terhadap setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Walaupun apabila
dilihat dari kuisioner jawaban masyarakat cenderung tidak terlalu apresiatif
penilaiannya terhadap kepala desa pada item ini, terlihat pada skor yang tertinggi
kedua adalah yang skor 2.
Item nomor 8 yaitu inovatif, Desa cisolok masyarakatnya dominan
memilih skor 2 (47.76%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor
3 (33.33%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang
mempunyai skor 3 (42.14%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai
skor 2 (29.56%). Dari nilai di atas dapat dilihat bahwa masyarakat di kedua desa
menganggap bahwa kepala desanya kurang memberikan inovasi, hal ini memang
terlihat pada fakta dilapangan, bahwa kepala desa pada saat menjalankan
jabatannya, masih terpaku terhadap kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan,
kalaupun ada perubahan atau sesuatu yang baru, kebanyakan memang program
97
baru yang harus dilaksanakan atas perintah dari pemerintahan yang ada diatasnya.
Dalam pembangunan, inovasi sangatlah diperlukan, hal ini disebabkan karena
zaman terus berkembang sehingga tantangan sosial akan makin beragam,
sehingga diperlukan inovasi dari kepemimpinan seorang kepala desa untuk
menjawab tantangan tersebut. Menurut Ibrahim (1988:40), inovasi adalah :
“suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai
sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat), baik berupa hasil invention ataupun discovery. Inovasi
diadakan untuk mencapai tujuan tertentu”
Definisi diatas menyatakan bahwa inovasi adalah sesuatu ide, hal-hal yang
praktis, metode, cara, barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan
sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang ataupun sekelompok orang
(masyarakat). Hal yang baru tersebut dapat berupa hasil invention ataupun
discovery syang dipergunakan untuk pencapaian tujuan tertentu ataupun
pemecahan masalah. Invention adalah sesuatu hal yang benar-benar baru dan
belum ada sebelumnya, sedangkan discovery adalah penemuan sesuatu yang
sebenarnya sudah ada tetapi belum diketahui/disadari oleh orang sekitarnya.
(Ibrahim, 1988:40). Oleh karena itu kepala desa diharapkan harus bisa lebih
berinovasi utnuk dapat menjawab segala tantangan yang ada dalam
masyarakatnya.
Kepala Desa masih sangat mungkin untuk meningkatkan Dimensi
intelectual stimulation ini, tetapi memang memerlukan kerja keras dalam
meningkatkan persepsi masyarakat dalam dimensi ini. Dalam dimensi ini seorang
kepala desa harus lebih meningkatkan keilmuannya tentang pembangunan desa,
dan harus bisa melihat lebih menyeluruh setiap permasalahan yang terjadi di desa,
98
dengan keilmuan yang telah di-upgrade, si kepala desa dapat menjadi
pembimbing bagi masyarakat desa sehingga dapat mengambil peran sebagai
problem solving bagi setiap permasalahan di desa dengan pertimbangan berbagai
sudut pandang yang nantinya akan mempermudah dalam penyelesaian suatu
masalah.
4.4.4. Dimensi individualized consideration (X4)
Dimensi yang keempat adalah dimensi individualized consideration
Dalam dimensi ini pemimpin digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau
mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan dan secara khusus mau
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya, juga
mampu berinteraksi dengan baik dengan orang-orang yang ada disekelilingnya.
Dalam penelitian ini dimensi individualized consideration diukur melalui
indicator-indkator mendengarkan masukan dan pengambilan keputusan bersama
yang hasilnya bisa dilihat pada table 4.19 dan 4.20.
Item nomor 9 yaitu mendengarkan masukan, Desa cisolok masyarakatnya
dominan memilih skor 3 (41.67%), dan yang kedua tertinggi adalah yang
mempunya skor 2 (31.41%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi
adalah yang mempunyai skor 4 (55.35%), dan yang tertinggi kedua adalah yang
mempunyai skor 3 (18.87%). Pada hasil kuisioner diatas, terlihat bahwa kepala
desa Sirnaresmi lebih mau mendegarkan masukan dibandingkan dengan kepala
desa Cisolok, hal ini dapat terlihat dengnan hasil-hasil keputusan yang terjadi di
Desa Cisolok didominasi oleh kepentingan segelintir orang terdekat dengan
99
kepala desa. sehingga masyarakat banyak yang mengangap bahwa kepala desa
kurang mendengarkan masukan. Sedangkan untuk desa Sirnaresmi dalam fakta di
lapangan masyarakat sebelum memberikan masukan dalam forum resmi,
masyarakat sudah lebih dulu sering diajak berdiskusi oleh kepala adat dalam
membicarakan berbagai permasalahan desa, sehingga ketika dalam forum resmi
setiap keputusan yang diambil didominasi oleh kepala adat dan kepala desa,
persepsi masyarakat sudah merupakan hasil dari masukan masyarakat yang telah
diinventarisir jauh sebelumnya.
Item nomor 10 yaitu pengambilan keputusan bersama, Desa cisolok
masyarakatnya dominan memilih skor 3 (38.14%), dan yang kedua tertinggi
adalah yang mempunya skor 2 (29.81%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang
tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (40.88%), dan yang tertinggi kedua
adalah yang mempunyai skor 4 (36.48%). Dari hasil kuisioner diatas, dapat
terlihat bahwa kepala Desa Sirnaresmi lebih mempunyai kecenderungan
mengedepankan pengambilan keputusan bersama disbanding dengan kepala Desa
Cisolok. Hal ini disebabkan perbedaan sudut pandang dari kedua masyarakat
tersebut. Masyarakat di Desa Cisolok menganggap bahwa kepala desanya kurang
mengedepankan keputusan bersama karena kebanyakan keputusan yang diambil
memang selalu berkaitan dengan orang-orang terdekatnya, sehingga pada saat
suatu keputusan terjadi, terkadang sebagian masyarakat menganggap itu bukan
keputusan bersama. Untuk di desa Sirnaresmi agak berbeda sudut pandangnya,
dalam setiap keputusan tentang program pembangunan, hampir selalu didominasi
oleh kepala adat, bahkan apabila ada suatu program pemerintah yang tidak sesuai
100
dengan persepsi kepala adat, maka program tersebut dapat ditolak. Tetapi
masyarakat sudah menganggap bahwa setiap keputusan yang diambil oleh kepala
adat adalah semata-mata untuk kepentingan masyarakat, sehingga masyarakat
dapat menerimanya, dan menganggap bahwa keputusan yang diambil pada saat
itu merupakan keputusan bersama, memang dalam fakta di lapangan masyarakat
sebelum memberikan masukan dalam forum resmi, masyarakat sudah lebih dulu
sering berdiskusi dengan kepala adat dalam membicarakan berbagai
permasalahan desa, sehingga memang keputusan yang diambil kepala adat
bersama kepala desa sudah dianggap oleh masyarakat merupakan hasil dari
masukan masyarakat.
Kepala Desa masih sangat mungkin untuk meningkatkan Dimensi
individualized consideration ini, yaitu dengan menjadi kepala desa lebih menjadi
pendengar yang baik bagi masyarakatnya dan mengajak seluruh elemen
masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan tanpa berat ke elemen tertentu,
agar setiap keputusan yang diambil adalah suatu keputusan yang merupakan
pencerminan keinginan masyarakat, sehingga nantinya akan lebih mudah
menggerakkan masyarakat dalam berpartisipasi dalam pembangunan.
4.4.5. Dimensi Partisipasi dalam perencanaan (Y1)
Partisipasi masyarakat secara terpadu (dari partisipasi dalam perencanaan,
partisipasi dalam pelaksanaan sampai partisipasi dalam melestarikan hasil
pembangunan) merupakan sesuatu hal yang sangat penting utnuk mensukseskan
agenda pembangunan, partisipasi masyarakat diperlukan tidak hanya pada
101
pelaksanaan saja, tetapi juga partisipasi mulai dari perencanaan juga sangat
diperlukan, agar supaya program yang dilaksanakan di desa merupakan program
yang memang dibutuhkan dan diinginkan oleh desa, sehingga apabila masyarakat
sudah terlibat aktif dalam partisipasi dalam perencanaan, maka diharapkan pada
saat pelaksanaan dan pelestarian hasil pembangunan juga masyarakat dapat
terlibat aktif, karena ada rasa memiliki terhadap pembangunan di desa., Kesediaan
masyarakat untuk mengambil bagian perencaaan suatu program pembangunan
adalah merupakan indikasi adanya kemampuan awal dari masyarakat untuk
berkembang secara mandiri. Dalam hubungannya dengan partisipasi,
Tjokroamidjojo (1983 : 207) mengemukakan bahwa :
keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti
keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan
pembangunan yang dilakukan pemerintah.
Dalam penelitian ini Dimensi partisipasi dalam pelaksanaan diukur
melalui indicator-indikator yaitu : Ikut serta dalam perencanaan kegiatan
pembangunan, ikut serta dalam perencanaan pembiayaan kegiatan pembangunan,
Pemberian saran dan pendapat.
Item nomor 11 yaitu Ikut serta dalam perencanaan kegiatan pembangunan,
Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (55.45%), dan yang kedua
tertinggi adalah yang mempunya skor 4 (19.23%) , sedangkan untuk desa
sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (54.60%), dan yang
tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (30.82%). Dari hasil kuisioner
diatas, maka dapat terlihat bahwa keikutsertaan dalam kegiatan perencanaan
pembangunan masyarakat desa Cisolok dan Desa Sirnaresmi adalah relative
102
sama. Keikutsertaan masyarakat di kedua desa dalam kategori cukup untuk item
ini. Kehadiran masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan merupakan hal
yang sangat penting. Karena dengan hadirnya masyarakat dalam perencanaan,
maka, bisa menjadi indicator bahwa masyarakat sudah siap dan mau untuk ikut
dalam kegiatan pembangunan di desanya. Oleh karena itu, kepala desa harus bisa
menangkap setiap keinginan masyarakat, yang apabila telah dilakukan, dengan
sendirinya nanti partisipasi masyarakat dalam perencanaan akan meningkat.
Item nomor 12 yaitu ikut serta dalam perencanaan pembiayaan kegiatan
pembangunan, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (40.38%),
dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2 (35.26%) , sedangkan
untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (48.43%),
dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (25.79%). Dari hasil
kuisioner diatas, maka dapat terlihat bahwa keikutsertaan dalam kegiatan
perencanaan pembiayaan pembangunan masyarakat Desa Sirnaresmi lebih baik
daripada Desa Cisolok, Oleh karena itu, partisipasi masyarakat di desa cisolok
harus lebih ditingkatkan lagi, dengan cara kepala desa mengajak semua elemen
masyarakat secara langsung dalam perencanaan pembiayaan pembangunan, dan
pengambilan keputusannya, sudah berdasarkan kebersamaan dengan semua
pihak.
Item nomor 13 yaitu pemberian saran dan pendapat, Desa cisolok
masyarakatnya dominan memilih skor 3 (38.14%), dan yang kedua tertinggi
adalah yang mempunyai skor 2 (30.77%) , sedangkan untuk Desa Sirnaresmi,
yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (36.79%), dan yang tertinggi kedua
103
adalah yang mempunyai skor 4 (31.76%). Dari hasil kuisioner diatas, dapat
terlihat bahwa pemberian saran masyarakat desa Sirnaresmi lebih baik daripada
Desa Cisolok. Pemberian saran dalam perencanaan pembangunan sangat baik
agar supaya pemerintah tahu apa yang memang dibutuhkan oleh masyarakat desa
pada saat itu. Dari kedua desa bisa disimpulkan bahwa mereka cukup rajin dalam
memberikan saran dan pendapat, tinggal bagaimana pemerintah desa bisa
menangkap gejala ini dengan baik, sehingga terjadi sinergi antara pemerintah dan
masyarakat, gejala menurunnya pemberian saran dan pendapat dari masyarakat
bisa disebabkan sikap apatis mereka terhadap proses perencanaan pembangunan,
karena tidak diakomodirnya pendapat mereka.
4.4.6. Dimensi partisipasi dalam pelaksanaan (Y2)
Pemerintah tidak dapat berdiri sendiri, karena keberadaaan pemerintah
bisa ada, dikarenakan adanya masyarakat. Pelaksanaan pembangunan desa tidak
bisa diserahkan hanya kepada pemerintah desa saja. Tetapi memang dapat
difahami, ketika masyarakat tidak terlalu antusias dalam ikut serta
dalam pelaksanaan pembangunan, mungkin disebabkan karena berbagai
faktor. Menurut Sudriamunawar (2006:56) hal itu terjadi disebabkan oleh :
1. Pembangunan hanya menguntungkan segelintir orang tertentu
2. Maksud dan tujuan program pembangunan tidak dimengerti oleh
masyarakat banyak
3. Pembangunan dimaksudkan untuk memberikan manfaat kepada
masyarakat dan masyarakat memahaminya, tetapi cara pelaksanaannya
tidak sesuai dengan pemahaman masyarakat.
4. Pembangunan dipahami akan menguntungkan masyarakat, tetapi sejak
awal masyarakat tidak diikut sertakan.
104
Sehingga dapat dimaklumi ketika pemerintah desa diindikasikan
melakukan hal-hal yang telah ditulis diatas, maka masyarakat akan menarik diri
dalam partisipasinya.
Dimensi partisipasi dalam pelaksanaan diukur melalui indicator-indikator
yaitu : Kesediaan secara fisik, kesediaan secara materiil, dan kesediaan secara
moril.
Item nomor 14 yaitu Kesediaan secara fisik, Desa cisolok masyarakatnya
dominan memilih skor 3 (33.33%), dan yang kedua tertinggi adalah yang
mempunya skor 2 (31.09%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi
adalah yang mempunyai skor 3 (38.05%), dan yang tertinggi kedua adalah yang
mempunyai skor 4 (33.65%). Dari hasil kuisioner diatas dapat diketahui bahwa
masyarakat Sirnaresmi lebih mau berpartisipasi fisik dalam kegiatan
pembangunan dibandingkan desa Cisolok, hal ini disebabkan karena di desa
Cisolok sudah mulai skeptic, sebagian masyarakat menganggap bahwa
pembangunan hanya untuk kepentingan kelompok tertentu saja atau kepentingan
pemerintah saja, walaupun disisi lain ketidakterlibatan secara fisik masyarakat
Desa Cisolok bias saja disebabkan oleh berbenturan waktunya dengan kegiatan
rutin mereka, seperti misalnya ada pekerjaan di luar desanya.
Item nomor 15 yaitu Kesediaan secara materi, Desa cisolok
masyarakatnya dominan memilih skor 3 (55.45%), dan yang kedua tertinggi
adalah yang mempunya skor 2 (19.55%), sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang
tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (32.39%), dan yang tertinggi kedua
adalah yang mempunyai skor 4 (27.36%). Dari kuisioner diatas dapat diketahui
105
bahwa Desa Sirnaresmi Lebih baik partisipasi materiilnya dibandingkan dengan
desa Cisolok. Hal ini disebabkan karena di Desa Sirnaresmi semangat
kebersamaannya masih tinggi, juga semangat bahwa setiap kegiatan
pembangunan adalah untuk kepentingan bersama juga masih tinggi, apalagi
ditambah kalau program tersebut didukung penuh oleh kepala adat, maka akan
dengan mudah kepala desa untuk menggerakkan masyarakat. Kesediaan materiil
tidak selalu harus berkaitan dengan uang, tetapi bisa juga berkaitan dengan
pemberian makanan, meminjamkan alat-alat untuk bekerja dan lain-lain.
Item nomor 16 yaitu Kesediaan secara moril, Desa cisolok masyarakatnya
dominan memilih skor 3 (39.94%), dan yang kedua tertinggi adalah yang
mempunyai skor 2 (32.08%) , sedangkan untuk Desa Sirnaresmi, yang tertinggi
adalah yang mempunyai skor 4 (38.36%), dan yang tertinggi kedua adalah yang
mempunyai skor 3 (30.50%). Partisipasi masyarakat di desa Sirnaresmi dalam
kesediaan secara moril masih lebih baik dari desa Cisolok. Kesediaan moril bisa
diwujudkan dengan tidak menghalang-halangi pada saat pelaksanaan, juga ikut
memberikan semangat pada saat masyarakat yang lain sedang melaksanakan
kegiatan desa.
4.4.7. Dimensi partisipasi dalam dalam Melestarikan hasil pembangunan
(Y3)
Dimensi partisipasi dalam pelaksanaan diukur melalui indicator-indikator
yaitu : memanfaatan hasil pembangunan, menjaga hasil pembangunan,
memperbaiki bila ada kerusakan
106
Item nomor 17 yaitu memanfaatan hasil pembangunan, Desa cisolok
masyarakatnya dominan memilih skor 4 (47.12%), dan yang kedua tertinggi
adalah yang mempunya skor 3 (20.83%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang
tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 (35.22%), dan yang tertinggi kedua
adalah yang mempunyai skor 5 (24.53%). Hal diatas menunjukan bahwa
masyarakat di Desa Sirnaresmi dalam memanfaatkan hasil pembangunan masih
lebih banyak daripada Desa Cisolok. Antusiasme masyarakat dalam pemanfaatan
hasil pembangunan, menunjukan adanya kesesuaian antara program yang
dijalankan pemerintahan desa dengan kebutuhan masyarakat, yang menunjukan
bahwa kepala desa dapat menangkap kebutuhan masyarakat itu.
Item nomor 18 yaitu menjaga hasil pembangunan, Desa cisolok
masyarakatnya dominan memilih skor 4 (41.03%), dan yang kedua tertinggi
adalah yang mempunya skor 3 (33.65%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang
tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 (41.51%), dan yang tertinggi kedua
adalah yang mempunyai skor 3 (22.33%). Dari hasil kuisioner diatas, keadaan
masyarakat Desa Sirnaresmi dan Desa Cisolok relative sama, terlihat bahwa skor
yang tertinggi pertama dan kedua, untuk kedua desa hampir sama . Hal ini
menunjukan bahwa kedua desa memiliki semangat dalam menjaga hasil
pembangunan, sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa ketika suatu
pembangunan telah bisa diambil manfaatnya oleh masyarakat, maka masyarakat
akan dengan sendirinya akan menjaganya, walaupun tidak selalu sesuai dengan
keinginannya, tetapi apabila suatu pembangunan tidak memberikan manfaat
langsung kepada masyarakat, maka masyarakat relative akan tidak terlalu peduli .
107
Item nomor 19 yaitu memperbaiki bila ada kerusakan, Desa cisolok
masyarakatnya dominan memilih skor 3 (36.22%), dan yang kedua tertinggi
adalah yang mempunya skor 2 (29.49%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang
tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (36.48%), dan yang tertinggi kedua
adalah yang mempunyai skor 4 (32.39%) dari hasil kuisioner diatas dapat terlihat,
bahwa keinginan untuk memperbaiki bila ada kerusakan masyarakat Desa
Sirnaresmi masih lebih baik dari pada Desa Cisolok. Hal ini terjadi karena rasa
memiliki terhadap hasil pembangunan masyarakat Sirnaresmi masih lebih baik
daripada masyarakat Cisolok. Hal ini merupakan konsekwensi logis, dimana
masyarakat Sirnaresmi dari mulai partisipasi dalam perencanaan sampai
pelaksanaan sebagian besar menerima dan mengikutinya, sehingga secara
langsung hal ini meningkatkan rasa memiliki terhadap hasil pembangunan.
4.4.8. Pengaruh kepemimpinan terhadap Partisipasi masyarakat
Untuk memperoleh dasar argumentasi yang memadai guna menerima atau
menolak kausalitas teoritik pengaruh variabel kepemimpinan Kepala Desa
terhadap variabel partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, perlu
dilakukan analisis untuk membuktikan apakah perubahan nilai Y (partisipasi
masyarakat dalam pembangunan) dapat diprediksi oleh perubahan pada nilai X
(kepemimpinan Kepala Desa). Jika terbukti terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel X (kepemimpinan Kepala Desa) terhadap variabel Y (partisipasi
masyarakat dalam pembangunan).
Selanjutnya untuk memperoleh penjelasan mengenai tingkat keeratan
108
hubungan antara variabel X (kepemimpinan Kepala Desa) dengan variabel Y
(partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa), maka perlu dilakukan analisis
korelasi.Oleh karena tingkat pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala interval maka digunakan analisis Korelasi Produk Moment.
Berdasarkan hasil pengujian analisis statistik, yang telah dilakukan pada
pengujian hipotesis pada Bab ini, diperoleh nilai koefisien korelasi Produk
Moment untuk desa Cisolok adalah sebesar 0.761, sedangkan Desa Sirnaresmi
adalah 0,601. Besamya nilai koefisien korelasi ini, menunjukan adanya pengaruh
variabel bebas (independent variabel) terhadap variabel tergantung (dependent
variabel). Artinya, berdasarkan hasil analisis uji korelasi tersebut dapat dikatakan
bahwa kepemimpinan Kepala Desa berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa. Dengan demikian, keadaan yang berkaitan dengan
partisipasi masyarakat dapat diterangkan dengan jalan menganalisis
kepemimpinan Kepala Desa.
Lebih lanjut, secara statistik langkah uji analisis korelasi tersebut perlu
dilanjutkan dengan uji signifikansi. Langkah uji signifikansi, dilakukan dengan
maksud untuk menguji apakah pengaruh yang terjadi dari suatu variabel bebas
terhadap variabel tergantung, terjadi secara signifikansi (bermakna), ataukah
hanya terjadi secara kebetulan belaka. Dalam kaitan ini, uji signifikansi yang
digunakan adalah uji perbandingan antara nilai t-hitung dengan nilai t-tabel.Nilai
yang dihasilkan oleh analisis signifikansi mempunyai nilai signifikan karena t-
hitung lebih besar dari t-tabel. Berdasarkan hasil perhitungan maka nilai t-hitung
dalam konteks ini untuk desa Cisolok adalah 20.653, sedangkan Desa Sirnaresmi
109
adalah 13,367 dan nilai t-tabel adalah sebesar 1.659. Dengan demikian hasil
perhitungan tersebut menunjukan bahwa nilai t-tabel berada dibawah nilai t-
hitung. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi ini, maka dapat disimpulkan
bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung yang meneerminkan
koefisien korelasi adalah pengaruh yang signifikan, dan bukan terjadi secara
kebetulan. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa pengaruh kepemimpinan
Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di Desa
Cisolok dan Desa Sirnaresmi merupakan pengaruh yang signifikan.
Lebih lanjut melalui analisis determinasi yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi tentang besarnya pengaruh variabel X (kepemimpinan
Kepala Desa) terhadap variabel Y (partisipasi masyarakat dalam pembangunan
desa), diperoleh nilai koefisien determinasi untuk Desa Sirnaresmi adalah 0,3612,
sedang Z-nya sebesar 0,6388, sedangkan di Desa Cisolok adalah 0.5791 dengan
Z-nya sebesar 0,4209. Hasil ini mendeskripsikan bahwa kepemimpinan Kepala
Desa mempunyai pengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan
desa di Desa Cisolok dan Desa Sirnaresmi Kecamatan, Cisolok Kabupaten
Sukabumi.
Analisis regresi dilakukan untuk memperoleh informasi analisis hubungan
kausal yang dipakai untuk menguji hubungan sebab akibat antara kepemimpinan
terhadap partisipasi masyarakat. Untuk menguji hipotesis ada tidaknya hubungan
(pattern of relation) antara Y dan X dan berapa besar perubahan pada Y apabila X
berubah Aplikasi metode analisis regresi terhadap data penelitian, secara lengkap
dapat dilihat pada pengujian hipotesis diatas didapat persamaan regresi linear
110
untuk untuk desa Cisolok Adalah Y=5.976+0.791X sedangkan untuk desa
Sirnaresmi adalah Y= 11.074+0.594X
Persamaan ini memberi makna bahwa terdapat pola hubungan yang
positif, misalnya dimana perubahan-perubahan pada Y (desa Cisolok) sebesar
0,791 merupakan akibat dari perubahan-perubahan pada nilai X. Artinya jika X =
0 maka nilai Y = 5.976. Dan jika X = 1 maka nilai Y = 6.767 dan seterusnya. Hal
ini berarti pertambahan nilai X sebesar satu satuan maka nilai Y akan bertambah
sebesar 0,791. Sedangkan desa di Desa Srinaresmi penambahan satu nilai X
berarti nilai Y akan bertambah 0.594. Analisis di atas menggambarkan bahwa ada
hubungan linier bersifat posistif antara kepemimpinan Kepala Desa dengan
partisipasi masyarakat.Hubungan demikian memberi makna bahwa semakin baik
kepemimpinan Kepala Desa, maka akan semakin meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan desa
Selain hasil analisis statistik itu banyak fakta empiris yang menunjukkan
adanya kepemimpinan Kepala Desa dan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa mempunyai pengaruh, dimana kepemimpinan Kepala Desa
berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.
Tetapi ada factor lain yang memberikan pengaruh selain kepala desa, misalnya
oleh kepala adat, ulama setempat, atau orang yang dituakan.
Pengaruh kualitas kepemimpinan kepala desa dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik tingkat pendidikan, pengalaman, maupun proses penyeleksian pada
saat pemilihan kepala desa.
Kepemimpinan yang sesungguhnya diinginkan oleh masyarakat adalah
111
kepemimpinan yang mampu menggerakan partisipasi masyarakat dalam rangka
pencapaian tujuan yang diharapkan oleh masyarakat ataupun oleh Kepala Desa.
Berkaitan dengan hal tersebut menurut teori kepemimpinan, Covey (dalam Rivai,
2003 : 156) menyatakan bahwa : pemimpin itu adalah Pathfinding (pencaraian
alur), Aligning (penyelaras), Empowering (pemberdaya). Melihat kondisi secara
empirik di desa yang dijadikan objek penelitian konsep tersebut diatas masih
belum dilaksanakan secara optimal. Sehubungan dengan kedudukan Kepala Desa
yang cukup dominan maka Kepala Desa mempunyai peluang untuk menggerakan
dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.
Kepala Desa sebagai penggerak dan mediator pembangunan mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab terhadap keberhasilan setiap program
pembangunan, oleh karena itu kepala desa harus menjadi teladan didepan
masyarakat sehingga masyarakat mempunyai panutan yang bisa diikuti yang
dengan sendirinya akan mempermudah dalam proses kepemimpinan sebagai
kepala desa.
Selain keteladanan, seorang kepala desa juga harus mempunyai visi yang
jelas dan dikomunikasikan dengan masyarakatnya. Visi merupakan sesuatu hal
yang sangat penting, karena dengan jelasnya visi seorang pemimpin maka akan
dapat dijadikan rujukan oleh pengikutnya. Visi yang digagas oleh seorang
pemimpin harus mampu memberikan inspirasi bagi tumbuhnya visi tersebut,
artinya visi diketahui, dipahami dan dijadikan rujukan oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Apabila seorang kepala desa sudah
mempunyai visi yang jelas maka akan dengan mudah dalam menentukan
112
langkahnya dalam pencapaian tujuan, dan apabila masyarakat yang dipimpinnya
sudah paham maka akan lebih mudah dalam menggerakkannya.
Selain hal-hal diatas, seorang kepala desa juga harus dapat menjadi
seorang pendengar yang baik. Walaupun memang terkadang menjadi pendengar
yang baik bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi seseorang yang karena status,
posisi dan wewenangnya basa didengar dan bukan mendengar. Menurut Siagian
(2010 : 107), ada sepuluh hal berikut yang diperlukan agar seseorang menjadi
pendengar yang efektif :
a. Berhentilah bicara karena seseorang tidak dapat mendengarkan
dengan baik pada waktu ia bicara
b. Timbulkan suasana yang memungkinkan orang yang berbicara
melakukannya dalam suasana bebas tanpa diliputi oleh rasa takut.
c. Tunjukkan kepada orang yang sedang berbicara bahwa anda ingin
mendengarkanhal-hal yang ingin disampaikannya
d. Jauhkan hal-hal yang mungkin menjadi distraksi
e. Tumbuhkan rasa empati, dalam arti bahwa anada dapat
menempatkan diri pada posisi orang yang sedang bicara itu.
f. Bersikap sabar dalam arti sediakan waktu yang ckup untuk
mendengarkannya dan pendengar hendaknya jangan melakukan
interupsi dalam bentuk apapun.
g. Pendengar hendaknya jangan emosional, apalagi maah, karena
seseorang yang sedang marah akan menginterpretasikan kata-kata
orang lain dengan saah atau tidak tepat.
h. Pendengar yang baik tidak akan beradu argument dengan
pembicaraan dan tidak akan melemparkan kritik terhadap apa yang
dikatakannya. Berbuat demikian akan menempatkan pembicara
berada pada posisi defensive yang mungkin akan mengakibatkan
berhenti bicara.
i. Pendengar sebaiknya mengajukan pertanyaan, misalnya, untuk
kejelasan yang sekalgus berarti ia adalah seorang pendengar yang
betul-betul menaruh minat pada hal yang sedang dibicarakan.
j. Berhenti bicara, sebagai pedoman pertama dan terakhir untuk
menjadi pendengar yang efektif.
Dari kedua desa yang diteliti, kepala desa sudah cukup bisa menjadi
pendengar yang baik dari apa yang disampaikan oleh masyarakat, tetapi
113
kelemahannya terkadang hasil dengar pendapat tersebut kurang bisa diaplikasikan
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh yang berbicara. Seorang kepala desa juga
harus mampu memberikan bimbingan kepada masyarakat dan menjadi solusi bagi
setiap permasalahan yang ada di masyarakat.
Salah satu ciri dari suatu daerah yang sudah maju dan mandiri adalah
terciptanya peranserta masyarakat yang tinggi dalam pelaksanaan pembangunan.
Masyarakat makin terbuka dan makin tinggi kesadarannya, serta semakin tanggap
dan kritis terhadap segala hal yang menyangkut kehidupannya. Sudriamunawar
(2006:54) menyatakan :
Bahwa keberhasilan penyelenggaraan pembangunan nasional menuntut
adanya partisipasi masyarakat, karena partisipasi masyarakat akan
menunjang dalam pengelolaan potensi daerah, sehingga proses
pembangunan akan berjalan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Secara sederhana, partisipasi masyarakat adalah peran serta atau
keikutsertaan masyarakat. Untuk mendorong masyarakat mau berpartisipasi dalam
proses pembangunan itu sendiri masih merupakan masalah yang perlu dicari
pemecahannya. Mendorong, bukan mengharuskan masyarakat dalam
berpartisipasi; Tidak cukup dikatakan bahwa karena pembangunan itu untuk
masyarakat, maka masyarakat akan mengikuti, tetapi seorang kepala desa juga
harus mampu menjelaskan arti pentingnya pembangunan dan manfaatnya buat
masyarakat. Pengalaman pembangunan membuktikan bahwa seringkali
pembangunan yang dikatakan untuk kepentingan rakyat ternyata tidak sesuai
dengan harapan rakyat.
Kesediaan masyarakat untuk mengambil bagian penyelenggaraan suatu
program pembangunan adalah merupakan indikasi adanya modal awal dari
114
masyarakat untuk berkembang secara mandiri. Dalam hubungannya dengan
partisipasi, Tjokroamidjojo (1983 : 207) mengemukakan bahwa :
keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti
keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan
pembangunan yang dilakukan pemerintah.
Pelaksanaan pembangunan desa akan efektif apabila Kepala Desa mampu
menerima, menyerap dan menterjemahkan setiap program pembangunan, baik
yang datang dari pemerintah maupun dari masyarakat. Disisi lain program
pembangunan yang dilaksanakan mendapat dukungan dari seluruh lapisan
masyarakat. Partisipasi masyarakat harus dartikan secara luas, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, samapai menjaga hasil pembangunan. Sudriamunawar
(2006 : 49) menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat dalam praktiknya
mengandung beberapa pengertian, yaitu :
1. Keterlibatan dalam proses; penentuan arah strategi dan
kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah.
2. Keterlibatan dalam memikul beban dan bertanggung jawab dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan.
3. Keterlibatan memetik hasil dan manfaat pembangunan secara adil
dan merata.
Tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa tidak
terlepas dari adanya pemberian kesempatan untuk masyarakat terlibat secara
langsung dalam setiap pengambilan keputusan menyangkut program kegiatan
dan proyek pembangunan di desa. kemudian dengan apabila keputusan diambil
bersama, maka masyarakat akan merasa bertanggung jawab dan akan ikut dalam
pelaksanaan kegiatan program desa. Dengan demikian masyarakat akan merasa
bahwa hasil pembangunan yang dilaksanakan juga merupakan milik mereka
sendiri, sehingga bila dituntut agar masyarakat menjaga hasil tersebut, maka
115
dengan senang hati masyarakat akan menjaganya.
Secara emosional orang akan dengan senang hati mau menjaga,
memelihara, sesuatu yang mereka buat sendiri. Artinya jika mereka dilibatkan
atau terlibat dalam perencanaan sampai pelaksanaan maka besar kemungkinan
mereka pun akan dengan sukarela memanfaatkan dan menjaganya. Hanya dengan
melibatkan sebanyak mungkin masyarakat sebagai subjek pembangunan maka
keberlangsungan {sustainable) dari program kegiatan dan proyek pembangunan
desa tersebut dapat terwujud dengan baik. Dan untuk itu sejak awal masyarakat
sudah dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatannya. Kalaupun
memang itu merupakan program yang langsung dari pemerintah diatasnya
Banyak masyarakat yang tidak peduli apakah pemerintah mau
melaksanakan pembangunan atau tidak, mereka juga kurang peduli apakah
mereka dilibatkan atau tidak. Apa pun penyebabnya semestinya masyarakat tidak
boleh menolak untuk ikut memberikan kontribusi dalam pembangunan. Pada saat
yang sama pemerintah desa harus mengambil inisiatif untuk menyelesikan
masalah tersebut efektif dan efisien.
Keterlibatan moral, fisik maupun materi, adalah kepercayaan terhadap
pemerintah dapat mengerjakan sesuatu sesuai dengan harapan masyarakat. Harus
diakui secara empirik bahwa tingkat kepercayaan masyarakat masih harus
ditingkatkan. Ketika masyarakat mempercayakan kepada pemerintah untuk
mengelola dana masyarakat ternyata hasilnya terkadang masih tidak sesuai
harapan. Konsekuensinya kepercayaan warga masyarakat terhadap pemerintah
akan menurun. Apabila pemerintah sudah tidak dapat dipercaya, maka agak sulit
116
bagi pemerintah untuk menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi langsung
dalam berbagai program dan proyek pembangunan desa yang berasal dari
pemerintah.
Pembangunan sebagai bagian dari kegiatan pemerintahan adalah
merupakan tanggung jawab antara pemerintah dan yang diperintah. Masyarakat
sebagai kelompok terbesar, suka ataupun tidak suka harus tetap bertanggung
jawab terhadap seluruh aktivitas pembangunan yang terjadi di wilayahnya.
Karena dampak dari semua itu tetap akan terpulang kepada masyarakat. Jika ada
sebagian masyarakat hanya dapat berpartisipasi melalui kontribusi biaya maka
yang lainnya dapat memberikan kontribusi berupa tenaga atau pemikiran. Setiap
pihak harus memahami akan kekurangan dan keterbatasan masing-masing
sehingga dapat saling take and give untuk saling melengkapi kekurangan masing-
masing, baik itu pemerintah dengan masyarakatnya ataupun anatara suatu
kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lainnya.