BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5581/5/T1... · 40...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5581/5/T1... · 40...
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasannya.
Hasil penelitian dan pembahasan merupakan jawaban atas tujuan yang telah
disebutkan dalam bab satu. Pada bab ini yang akan diuraikan berkaitan dengan
deskripsi profil SMP Negeri 2 Tuntang, manajemen sarana dan prasarana serta
pembahasannya berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah
dilaksanakan.
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Sekolah Secara geografis, SMP Negeri2 Tuntang Kabupaten Semarang terletak di daerah
pedesaan, dekat dengan Rawapening tepatnya di desa Candirejo, Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang (± 20 KM ke arah selatan dari pusat kota
Ungaran). Meskipun demikian, lokasinya cukup strategis dan mudah dijangkau,
baik menggunakan angkutan umum maupun kendaraan pribadi.
Dilihat darisisi akademik dan nonakademik, prestasi yang diraih oleh SMP
Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang bisa dikatakan belum memenuhi harapan
masyarakat sebagai stakeholder pendidikan. Dari sisi akademik perolehan nilai
rata-rata Ujian Nasional dan prosentase kelulusan pada tahun pelajaran 2010/2011
mencapai prosentase kelulusan 100 %, namun rata-rata kelulusan masih belum
sesuai harapan, dan masih ada nilai di bawah standar untuk mapel Matematika
(2,75) dan Bahasa Inggris (2,50). Kemudian di tahun pelajaran 2011/2012
kelulusan juga mencapai 100%, untuk mapel bahasa Indonesia mengalami
40
kenaikan yang cukup signifikan dengan rata-rata 8,01 tetapi terjadi penurunan di 3
mapel yang lain, yaitu Bahasa Inggris (4,59), Matematika (5,11) dan IPA (5,35).
Demikian juga masih terdapat nilai di bawah standar untuk mapel Bahasa Inggris
2,6, Matematika 2,5 dan IPA 2,0. Pada tahun 2012/2013 kelulusan juga mencapai
100 %, namun rata-rata untuk 3 mapel masih belum menggembirakan karena
Matematika dan IPA mengalami penurunan ( Matematika 4,41 sedangkan IPA
4,69 ). Untuk itu, semua komponen pendidikan (sekolah dan komite sekolah) di
SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang sudah memiliki komitmen bersama
untuk meningkatkan prestasi akademik dan non akademik dari tahun ke tahun.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kami mengadakan pelajaran tambahan untuk 4
mata pelajaran yang di UN kan, dimulai sejak bulan September 2013 yang
bertujuan untuk mempersiapkan diri sejak dini dalam menghadapi Ujian Nasional,
sehingga perolehan nilai rata-rata Ujian Nasional pada tahun pelajaran 2014 /
2014 dan tahun-tahun berikutnya dapat meningkat, serta dapat mempertahankan
prosentase kelulusan 100%. Berikut profil SMPN 2 Tuntang yang ditunjukkan
dengan tabel :
Tabel 1. Profil Sekolah
Nama Sekolah SMP NEGERI 2 TUNTANG
No Statistik Sekolah
Tipe Sekolah A/ A1/ A2/ B/ B1/ B2/ C/ C1/ C2 Alamat Sekolah
Jl. Mertokusumo - Ds Candirejo, Kec. Tuntang, Kab. Semarang, Prop. Jawa Tengah
Telepon/ HP / Fax (0298) 3418143
Status Sekolah Negeri
Nilai Akreditasi A
41
A. Visi Sekolah
Mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk jenjang
Pendidikan Dasar sebagaimana termaktub dalam PP 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (pasal 26), maka tujuan pendidikan di SMP/MTs adalah
untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sejalan
dengan tujuan pendidikan dasar tersebut, maka visi sekolah di SMP Negeri 2
Tuntang Kabupaten Semarang dirumuskan sebagai berikut :
“ Terselenggaranya Pendidikan bermutu yang ditandai dengan
meningkatnya prestasi dan budi pekerti luhur ”
Indikator Visi :
1. Terwujudnya pengembangan kurikulum yang adaptif;
2. Terwujudnya pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan;
3. Terwujudnya penyelenggaraan proses pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan;
4. Terwujudnya peningkatan fasilitas pendidikan;
5. Terwujudnya peningkatan kompetensi kelulusan;
6. Terwujudnya peningkatan mutu kelembagaan dan manajemen;
7. Terwujudnya pengembangan pembiayaan pendidikan yang memadai,
wajar, dan adil;
8. Terwujudnya pengembangan penilaian.
9. Terwujudnya pendidikan karakter dan imtaq yang terintegrasi dengan
semua mata pelajaran dengan baik
42
B. Misi Sekolah
a. Mewujudkan pengembangan kurikulum yang adaptif;
b. Meningkatkan pengembangan tenaga pendidikan dan kependidikan;
c. Mengupayakan penyelenggaraan proses pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan;
d. Mewujudkan peningkatan fasilitas pendidikan;
e. Mewujudkan peningkatan kompetensi lulusan;
f. Mewujudkan manajemen bebasis sekolah yang tanguh;
g. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam peningkatan
pembiayaan, pendidikan yang memadai, wajar, dan adil;
h. Meningkatkan pengembangan penilaian;
i. Mewujudkan pendidikan karaker dan imtaq yang erintegrasi dengan
semua mata pelajaran dengan baik.
4.1.2 Manajemen Sarana dan Prasarana di SMPN 2 Tuntang
Manajemen sarana prasarabna yang ada di SMPN 2 Tuntang mencakup
lima hal penting yaitu penentuan kebutuhan, proses pengadaan, penggunaan,
pengurusan dan pencatatan dan pertanggung jawaban.
1. Penentuan Kebutuhan
Penentuan kebutuhan sarana prasarana merupakan langkah awal yang
harus disusun oleh sekolah sebagai upaya untuk menambah sarana prasarana yang
akan dientukan atas dasar kebutuhan secara nyata. Sebelum melaksanakan
kegiatan pengadaan barang rutin, SMPN 2 Tuntang melakukan kegiatan
penentuan kebutuhan terlebih dahulu.
43
Penentuan kebutuhanyang dilakukan selama ini terdiri dari 3 hal yakni
program analisis kebutuhan yang dilaksanakan oleh masing-masing guru dan juga
setiap penanggung jawab atau kepala ruang. Daftar kebutuhan tersebut berupa
catatan sederhana yang berisi tentang kebutuhan sarana prasarana yang dapat
menunjang proses pembelajaran di sekolah. Tahapan selanjutnya adalah
penyampaian kebutuhan dalam kegiatan rapat pada awal tahun, yang melibatkan
kepala sekolah, guru dan karyawan di SMPN 2 Tuntang. Seluruh kebutuhan yang
diajukan akan ditampung, akan tetapi tidak dapat disetujui atau diadakan begitu
saja. Namun sekolah telah memberlakukan kebijakan dimana permohonan
kebutuhan akan diseleksi oleh kepala sekolah bersama pihak yang berkepentingan
dalam rapat koordiansi terlebih dahulu sebelum disusun dalam rencana kebutuhan.
Penyeleksian tersebut akan dipertimbangkan berdasarkan kepentingan pendidikan,
yakni sesuai dengan program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pemilihan
kebutuhan dipertimbangkan atas mana yang sangat penting, mana yang belum
penting dan mana yang tdak penting. Selain itu, pertimbangan lain adalah
mengenai anggaran yang dimiliki oleh SMPN 2 Tuntang.
Hasil akhirnya akan menjadi dasar bagi sekolah dalam melaksanakan
pengadaan, yakni beruapa daftar kebutuhan apa saja yang dapa dipenuhi pada
tahun ini.
Program penentuan kebutuhan sarana prasarana di SMPN 2 Tuntang
bukan semata-mata hanya menjadi tanggung jawab kepala sekolah atau pengelola
sarana prasarana saja, namun melibatkan seluruh anggota sekolah yang terdiri dari
kepala sekolah, guru, penanggung jawab setiap ruang, dan karyawan tata usaha.
44
2. Proses Pengadaan
Proses pengadaan adalah kegiatan pelaksanaan atas kebutuhan yang telah
direncanakan sebelumnya dalam rapat awal tahun. Dalam proses pengadaan,
SMPN 2 Tuntang selalu menyesuaikan dengan rencana yang telah disusun.
Pengadaan semua sarana prasarana selama ini dengan menggunanakan dana dari
Pemerintah, baik daerah maupun pusat. SMPN 2 Tuntang menyadarai bahwa dana
tersebut juga terbatas, namun sesuai dengan peraturan bahwa sekolah tidak boleh
menerima dana dari pihak manapun untuk proses pembelajaran. Hal ini yang
menyebabkan keadaan sarana prasarana belum memadai.
Pengadaan sarana prasarana juga tidak terlepas dari pembuatan proposal.
Penyusunan proposal berbeda-beda, hal tersebut akan disesuaikan oleh dana atau
anggaran yang dterima dan ditujukan untuk kegiatan tertentu, namun kepastian
proposal selalu ditujukan kepada Pemerintah karena dana yang diperoleh hanya
dari Pemerintah. Pengadaan sarana prasarana di SMPN 2 Tuntang juga melakukan
pelaporan kepada Dinas yang berkaitan dengan laporan pertanggung jawaban atas
anggaran yang diperoleh.
Salah sau kenyataan yang ditemukan adalah tentang masalah yang
berhubungan degan pengadaan gedung di SMPN 2.Sesuai dengan hasil yang telah
disampaikan diatas, pelaksanaan pemenuhan kebutuhan akan disesuaikan dengan
rencana. Kaitan dengan gedung, juga dilaksanakan sesuai dengan kondisi nyata
yang menunjukkan jika sekolah memang membutuhkan ruang tambahan. Saat ini
ruang kelas yang dimiliki oleh sekolah tidak sebanding dengan jumlah rombongan
belajar yang ada. SMPN 2 Tuntang mempunyai jumlah 20 rombongan belajar,
45
tetapi sekolah hanya memiliki 18 kelas sebagai tempat belajar sehari-hari.
Sehingga rombongan belajar yang belum memiliki kelas harus menempati ruang
media dan lab IPA untuk sementara. Kekurangan kelas ini terjadi karena pada
tahun ajaran 2013/2014 sekolah menerima murid dalam jumlah lebih, artinya
tidak sesuai dengan kelas yang dimiliki. Hal ini dilakukan SMPN 2 Tuntang
dengan maksud untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat mengenai
pendidikan. Kesadaran pendidikan masyarakat di rasa semakin meningkat,
sehingga minat mereka untuk mengikuti pendidikan juga meningkat. Sebelum
memutuskan untuk menerima siswa dengan jumlah lebih, SMPN 2 Tuntang sudah
melaporkannya kepada Dinas tentang hal ini. Hasil dari laporan tersebut
mendapatkan persetujuan dari Dinas atas beberepa pertimbangan, salah satunya
adalah jarak antara SMPN 2 Tuntang dengan SMP lainnya. Persetujuan tersebut
disertai dengan kesanggupan Dinas untuk membantu dalam pengusulan kelas baru
untuk SMPN 2 Tuntang. Syaratnya adalah pengajuan proposal sesuai dengan
kondisi nyata saat ini. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa SMPN 2 Tuntang
memang kekurangan kelas yang ditunjukkan melalui foto. Pengajuan proposal
telah dilakukan, namun sampai saat ini belum ada kejelasan tentang anggaran
yang dibutuhkan untuk pembangunan kelas baru. Sehingga SMPN 2 Tuntang
hanya bisa menunggu dana turun, baru dapat melaksanakan kegiatan
pembangunan untuk kelas baru.
3. Penggunaan
Salah satu hal penting yang ada di dalam kegiatan manajemen sarana
prasarana adalah pengelolaan atas penggunaan. Seluruh pihak yanag ada di
46
sekolah memiliki tanggung jawab untuk merawat dan menjaga sarana prasarana
yang dimilki sekolah, namun tanggung jawab khusus juga diterapkan di SMPN 2
Tuntang dengan sistem tertentu. Pengelolaan dalam pemakaian sarana dengan
sistem tertentu sesuai dengan jenis barang, yakni sebagai berikut :
1. Bahan Habis Pakai
Pemakaian bahan habis pakai disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing guru. Kebutuhan tersebut telah diajukan oleh guru pada
awal tahun ajaran yang disetujui oleh kepala sekolah. Nantinya akan di
belanjakan oleh tim pembelanjaan. Pengelolaan bahan habis pakai di
SMPN 2 Tuntang menggunakan sistem pendistribusian langung, artinya
barang-barang yang sudah diterima oleh pihak penerima barang akan
langsung disalurkan kepada pihak yang membutuhkan tanpa melalui
proses penyimpanan terlebih dahulu.
2. Bahan Tidak Habis Pakai
Pemakaian bahan tidak habis pakai di SMPN 2 Tuntang selalu ada
pengawasan dari pihak pengelola sarana dan prasarana. Pengelolaan
pemakaian bahan tidak habis pakai diberlakukan sistem pinjam. Dimana
peminjaman akan dilakukan oleh pihak yang membutuhkan kepada
penanggung jawab barang tersebut. Penanggung jawab disini sesuai
dengan jenis dan lokasi barang tersebut tersimpan. Misalnya laptop ada di
ruang guru, maka tanggung jawab ada pada salah satu guru di kantor
tersebut. Contoh lain bahan tidak habis pakai adalah LCD, kendaraan roda
dua, kamera dll. Sistem peminjaman bahan tidak habis pakai juga akan
47
dilakukan pencatatan, pencatatan berupa tanggal pinjam dan kembali yang
disertai tanda tangan pihak yang meminjam.
4. Pengurusan
Pengurusan sarana prasarana di SMPN 2 Tuntang telah melibatkan semua
anggota sekolah antara lain guru, karyawan dan siswa. Hal ini merupakan bentuk
daripengaturan sarana prasarana. Pengaturan secara khusus dillaksanakan oleh
penanggung jawab tertinggi yakni pihak pengurus sarpras, selain itu melibatkan
tata usaha, kepala perpustakaan, dan kepala laboratorium untuk mengatur terkait
dengan inventarisasi sarana prasarana yang ada, prosedur penggunaan, serta
pemeliharaannya. Pemelihaarn yang dilakukan sebagai contoh aalah pengecatan
tembok yang dilakukan setiap tahunnya. Guru dan seluruh karyawan maupun
siswa juga ikut andil dalam pemeliharan atau menjaga sarana prasarana yang ada
di sekolah. Dalam pengurusan semua sarana dan prasarana telah disertai
denganpencatatan secara periodik. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah untuk
mewujudkan efisiensi dalam pengelolaan sarana dan prasarana. Pencataan tersebut
dilakukan oleh pihak pengelola sarana prasarana bagian pencatatan, sebagai salah
satu bentuk pertanggung jawaban aatas pengelolaan yang dilaksanakan.
Kegiatan yang dilakukan oleh SMPN 2 Tuntang terkait sarana prasarana
adalah inventarisasi. Inventarisasi sarana prasarana di SMP 2 Tuntang meliputi
seluruh sarana prasarana yng dimiliki. Pencatatan atau alat administrasi yang
dimliki antara lain buku inventarisasi, buku pembelian dan kartu barang. Tetapi
kepemilikan tiga instrumen tersebut, tidak dimanfaatkan oleh SMPN 2 Tuntang
48
sebagai alat/tempat untuk mencatat. Kenyataannya adalah bahwa saat ini
pencatatan yang dilakukan hanya berupa inventaris sekolah secara komputerisasi.
5. Pertanggungjawaban
Penggunaan barang-barang inventaris di SMPN 2 Tuntang akan
dipertanggung jawabkan dengan jalan membuat laporan secara rutin.Pembuatan
laporan dilakukan oleh pihak pengelola sarana prasarana, yakni bagian pencatatan.
Laporan penggunaan dan kepemilikan barang-barang tersebut ditujukan kepada
Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang. Laporan ini dilakukan pertahun, yakni
dua kali dalam setahun.
Pembuatan laporan ini adalah tugas pihak pengelola sarana prasarana,
sesuai dengan hasil dokumentasi ada beberapa komponen yang masuk dalam
laporan. Komponennya sebagai berikut :
1. Kartu inventaris barang
a. Tanah
No, jenis/nama barang, nomor (kode barang dan register), luas M2,
tahun perolehan, status tanah yang terdiri dari hak dan sertifikat
(tanggal dan nomor), penggunaan, asal-usul, harga serta keterangan.
b. Peralatan dan mesin
No, jenis/nama barang, nomor (kode barang dan register), merk/tipe,
ukuran/CC, bahan, tahun perolehan, nomor (rangka pabrik, mesin,
polisi, bpkb), asal-usul, harga serta keterangan
49
c. Gedung dan bangunan
No, jenis/nama barang, nomor (kode barang dan register),
konstruksi(tingkat/beton), luas lantai M2, letak atau alamat lokasi,
dokumen gedung (tanggal, nomor, luas M2) dan status tanah (luas,
status, kode), asal-usul, harga, kondisi (baik, kurang baik, rusak berat)
serta keterangan.
d. Jalan, irigasi dan jaringan
No, jenis/nama barang, nomor (kode barang dan register), konstruksi,
panjang KM, lebar M, letak lokasi, dokumen gedung (tanggal, nomor,
status, kode), asal-usul, harga, kondisi (baik, kurang baik, rusak berat)
serta keterangan.
e. Aset tetap lainnya
No, kode barang, jenis barang/nama barang, nomor registrasi, merk,
tipe, bahan, tahun pembelian/perolehan, nomor pabrik, ukuran, jumlah,
asal-usul/cara peroleh, harga, keterangan.
f. Konstruksi dalam pengerjaan
Laporan ini akan terisi apabila SMPN 2 Tuntang sedang melaksanakan
kegiatan pembangunan gedung. Laporan terdiri dari kolom No, jenis
barang/nama barang, bangunan, konstruksi bangunan (tingkat, beton),
luas lantai, letak/alamat, dokumen gedung (tanggal, nomor), tanggal
mulai kerja, tanah (status, kode), asal-usul, harga, keterangan.
50
2. Buku inventaris ekstracomtable
Daftar atau laporan inventaris ekstracomtable merupakan barang-barang
yang mengisi atau dimiliki oleh lab IPA. Laporan didalamnya antara lain
No, nomor (kode baranag dan register), jenis barang/nama barang,
konstruksi (tingkat, beton), luas lantai M2, letak atau alamat lokasi,
dokumen gedung (tanggal, nomor, luas M2, status tanah (luas, status,
kode), asal-usul, harga, kondisi (baik, kurang baik, rusak berat),
keterangan.
3. Bantuan yang menambah nilai aset APBD I SMPN 2 Tuntang
Kelengkapan laporan ini terdiri dari no, uraian, merk, type, bahan,
kuitansi/bukti (tanggal, nomor), tahun, jumlah (satuan, harga, nilai aset),
sumber dana, keterangan.
4. Bantuan yang menambah nilai aset APBD II SMPN 2Tuntang
Laporan terdiri dari no, uraian, merk, type, bahan, kuitansi/bukti (tanggal,
nomor), tahun, jumlah (satuan, harga, nilai aset), sumber dana, keterangan.
4.2 Pembahasan Manajemen Sarana Prasarana di SMPN 2 Tuntang
Manajemen sarana dan prasarana diterapkan di SMPN 2 Tuntang
dengan maksud agar dapat mempermudah berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan pengurusan sarana prasarana agar tujuan sekolah dapat
tercapai. Arikunto (2012: 3) menjelaskan bahwa manajemen selalu
menyangkut adanya 3 hal yakni usaha kerjasama, oleh dua orang atau lebih,
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan manajemen
menurut Daryanto, ada 5 kegiatan, antara lain penentuan kebutuhan, proses
51
pengadaan, penggunaan, pengurusan dan pencatatan, serta
pertanggungjawaban. Pembahasan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penentuan Kebutuhan
Penentuan kebutuhan sarana prasarana merupakan langkah awal yang
harus disusun oleh sekolah sebagai upaya untuk menambah sarana prasarana
yang akan ditentukan atas dasar kebutuhan secara nyata.
Penentuan kebutuhanyang dilakukan selama ini terdiri dari 3 hal yakni
program analisis kebutuhan yang dilaksanakan oleh masing-masing guru dan
juga setiap penanggung jawab atau kepala ruang. Daftar kebutuhan tersebut
berupa catatan sederhana yang berisi tentang kebutuhan sarana prasarana yang
dapat menunjang proses pembelajaran di sekolah. Tahapan selanjutnya adalah
penyampaian kebutuhan dalam kegiatan rapat pada awal tahun, yang
melibatkan kepala sekolah, guru dan karyawan di SMPN 2 Tuntang. Seluruh
kebutuhan yang diajukan akan ditampung, akan tetapi tidak dapat disetujui
atau diadakan begitu saja. Namun sekolah telah memberlakukan kebijakan
dimana permohonan kebutuhan akan diseleksi oleh kepala sekolah bersama
pihak yang berkepentingan dalam rapat koordiansi terlebih dahulu sebelum
disusun dalam rencana kebutuhan. Hal ini di dukung oleh Barnawi (2012: 51)
yang menjelaskan bahwa
perencanaansaranadanprasaranapendidikanmerupakan proses
perancanganupayapembelian, penyewaan, peminjaman, penukaran, daurulang,
rekondisi/rehabilitasi, distribusiataupembuatanperalatandanperlengkapan yang
sesuaidengankebutuhansekolah. Penyeleksian tersebut akan dipertimbangkan
52
berdasarkan kepentingan pendidikan, yakni sesuai dengan program
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pemilihan kebutuhan dipertimbangkan
atas mana yang sangat penting, mana yang belum penting dan mana yang tdak
penting. Selain itu, pertimbangan lain adalah mengenai anggaran yang
dimiliki oleh SMPN 2 Tuntang. Beberapa kegiatan di SMPN 2 Tuntang
mengenai perencanaan kebutuhan di dalam proses penentuan kebutuhan, di
dukung oleh Bafadal (2003: 27),
perencanaansaranadanprasaranasekolahharusmemenuhiprinsip-prinsip:
a. Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus betul-betul merupakan proses intelektual.
b. Perencanaan didasarkan pada analisis kebutuhan. c. Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus realistis, sesuai
dengan kenyataan anggaran. d. Visualisasi hasil perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus
jelas dan rinci, baik jumlah, jenis, merek, dan harganya.
Hasil akhirnya akan menjadi dasar bagi sekolah dalam melaksanakan
pengadaan, yakni berupa daftar kebutuhan apa saja yang dapa dipenuhi pada
tahun ini.
Program penentuan kebutuhan sarana prasarana di SMPN 2 Tuntang
bukan semata-mata hanya menjadi tanggung jawab kepala sekolah atau
pengelola sarana prasarana saja, namun melibatkan seluruh anggota sekolah
yang terdiri dari kepala sekolah, guru, penanggung jawab setiap ruang, dan
karyawan tata usaha.
2. Proses Pengadaan
Proses pengadaan adalah kegiatan pelaksanaan atas kebutuhan yang
telah direncanakan sebelumnya dalam rapat awal tahun. Dalam proses
53
pengadaan, SMPN 2 Tuntang selalu menyesuaikan dengan rencana yang telah
disusun. Hal ini sesuai dengan (Daryanto, 2013: 112) bahwa pengadaan
sarana dan prasarana pendidikan merupakan upaya merealisasi rencana
kebutuhan pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya
Pengadaan semua sarana prasarana selama ini dengan menggunakan dana dari
Pemerintah, baik daerah maupun pusat. Jadi semua sarana prasarana sekolah
diuapayakan dengan pembelian sesuai dengan Barnawi (2012: 60) yang
menyebutkan bahwa Pembelian, adalah pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan cara sekolah menyerahkan sejumlah uang
kepada penjual untuk memperoleh sarana dan prasarana sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak. Pembelian dapat dilakukan jika kondisi
keuangan sekolah memang memungkinkan. Sehingga pengadaan sarana
prasarana juga tidak terlepas dari pembuatan proposal. Penyusunan proposal
berbeda-beda, hal tersebut akan disesuaikan oleh dana atau anggaran yang
dterima dan ditujukan untuk kegiatan tertentu, namun kepastian proposal
selalu ditujukan kepada Pemerintah karena dana yang diperoleh hanya dari
Pemerintah.
Salah satu kenyataan yang ditemukan adalah tentang masalah yang
berhubungan degan pengadaan gedung di SMPN 2.Sesuai dengan hasil yang
telah disampaikan diatas, pelaksanaan pemenuhan kebutuhan akan
disesuaikan dengan rencana. Kaitan dengan gedung, juga dilaksanakan sesuai
dengan kondisi nyata yang menunjukkan jika sekolah memang membutuhkan
ruang tambahan. Saat ini ruang kelas yang dimiliki oleh sekolah tidak
54
sebanding dengan jumlah rombongan belajar yang ada. SMPN 2 Tuntang
mempunyai jumlah 20 rombongan belajar, tetapi sekolah hanya memiliki 18
kelas sebagai tempat belajar sehari-hari. Sehingga rombongan belajar yang
belum memiliki kelas harus menempati ruang media dan lab IPA untuk
sementara. Kekurangan kelas ini terjadi karena pada tahun ajaran 2013/2014
sekolah menerima murid dalam jumlah lebih, artinya tidak sesuai dengan
kelas yang dimiliki. Kegiatan ini tidak mendukung teori Menurut (Daryanto.
2013: 109) yang menjelaskan bahwa Menghitung kebutuhan ruang belajar
harus memperhatikan tambahan jumlah siswa yang diperkirakan akan
ditampung pada tahun yang akan datang. Perkiraan tambahan jumlah siswa
didasarkan pada anak usia sekolah yang akan ditampung dan arus lulusan
yang akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi ditingkat
propinsi/kabupaten.Selanjutnya, perhitungan kebutuhan raung belajar dapat
diformulasikan sebagai berikut :
- Jumlah siswa - Kebutuhan yang diperkirakan sekarang - Tambahan ruang belajar - Jumlah siswa - Rata-rata per kelas
3. Penggunaan
Salah satu hal penting yang ada di dalam kegiatan manajemen
sarana prasarana adalah pengelolaan atas penggunaan. Seluruh pihak yanag
ada di sekolah memiliki tanggung jawab untuk merawat dan menjaga sarana
prasarana yang dimilki sekolah, namun tanggung jawab khusus juga
diterapkan di SMPN 2 Tuntang dengan sistem tertentu. Pengelolaan dalam
55
pemakaian sarana dengan sistem tertentu sesuai dengan jenis barang, yakni
sebagai berikut :
a. Bahan Habis Pakai
Penggunaan/ pemakaian bahan habis pakai disesuaikan dengan
kebutuhan di SMPN 2 Tuntang. Menggunakan sistem pendistribusian
langung, berarti barang-barang yang sudah diterima dan di
inventarisasikan langsung disalurkan pada bagian-bagian yang
membutuhkan tanpa melalui proses penyimpanan terlebih dahulu.
Sehingga SMPN 2 Tuntang telah menetapkan prinsip efektivitas,
kegiatan tersebut mendukung teori Daryanto (2013: 112) bahwa
Prinsip efektfitas berarti semua pemakaian perlengkapan pendidikan di
sekolah harus ditujukan semata-mata dalam memperlancar pencapaian
tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Selain itu, teori lain juga mendukung bahwa hal ini
dilakukan sekolah karena bahan habis pakai adalah segala bahan atau
alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif
singkat (Daryanto, 2013: 106). Oleh karenanya SMPN 2 Tuntang tidak
melakukan penyimpanan atas barang habis pakai.
b. Bahan Tidak Habis Pakai
Pemakaian bahan tidak habis pakai di SMPN 2 Tuntang berada
dibawah pengawasan pengelola sarana dan prasarana. Pengelolaan
pemakaian bahan tidak habis pakai diberlakukan sistem pinjam. Sesuai
pendapat Arikunto (2013: 107) yang menjelaskan bahwa barang tidak
56
habis pakai juga dapat dikategorikan sarana pendidikan tahan lama,
adalah keselutuhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus
menerus dan dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, SMPN 2
Tuntang mengelolanya dengan penyimpanan sesuai jenis barang dan
lokasi penyimpanan. Barang-barang tersebut telah dikelola dengan
sistem peminjaman. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Daryanto
(2013: 112) tentang prinsip efisiensi yakni pemakaian semua
perlengkapan pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga semua
perlengkapan yang ada tidak mudah habis, rusak, atau hilang.
4. Pengurusan
Pengurusan sarana prasarana di SMPN 2 Tuntang telah melibatkan
semua anggota sekolah terkait sarana prasarana yang ada. Dalam
pengurusan semua sarana dan prasarana telah disertai dengan pencatatan
secara periodik. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah untuk
mewujudkan efisiensi dalam pengelolaan sarana dan prasarana. Pencataan
tersebut dilakukan oleh pihak pengelola sarana prasarana bagian
pencatatan, sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban aatas
pengelolaan yang dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan oleh SMPN 2
Tuntang terkait sarana prasarana adalah inventarisasi. Bafadal( 2003:
61)mengemukakan pengertian inventarisasi, yakni pencatatan dan
penyusunan daftar barang milik Negara secara sistematis, tertib, dan
teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang
berlaku. Inventarisasi sarana prasarana di SMP 2 Tuntang meliputi seluruh
57
sarana prasarana yng dimiliki.Pencatatan atau alat administrasi yang
dimliki antara lain buku inventarisasi, buku pembelian dan kartu barang.
Tetapi kepemilikan tiga instrumen tersebut, tidak dimanfaatkan oleh
SMPN 2 Tuntang sebagai alat/tempat untuk mencatat. Kenyataannya
adalah bahwa saat ini pencatatan yang dilakukan hanya berupa inventaris
sekolah secara komputerisasi.
5. Pertanggungjawaban
Penggunaan barang-barang inventaris SMPN 2 Tuntang telah
dipertanggung jawabkan dengan jalan membuat laporan pengadaan dan
penggunaan sarana prasarana. Hal ini juga sesuai dengan (Bafadal,
2003:61). yang menjelaskan bahwa Semua perlengkapan pendidikan di
sekolah atau barang inventaris sekolah harus dilaporkan, termasuk
perlengkapan baru kepada pemerintah, yaitu departemennya, sekolah
swasta wajib melaporkannya kepada yayasannya Sekolah negeri
melaporkan sarana dan prasarana yang dimilikinya kepada pemerintah,
sedangkan sekolah swasta melaporkan sarana dan prasarana yang
dimilikinya kepada yayasan.
Laporan tersebut yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten Semarang. Hal tersebut sejalan dengan teori Daryanto (2013:
126) yang menyebutkan bahwa kegiatan inventarisasi perlengkapan
pendidikan adalah kegiatan yangberhubungan dengan pembuatan laporan.
Laporan tersebut dilakukan dua kali dalam setahun, yakni satu semester
(bulan 1 sampai bulan 6) dan satu tahun (bulan 1 sampai bulan
58
12).Pembuatan laporan ini merupakan salah satu tugas dari pihak
pengelola sarana prasarana, sesuai dengan hasil dokumentasi ada beberapa
komponen yang masuk dalam laporan adalah kartu inventaris barang,
Buku inventaris ekstracomtable, Bantuan yang menambah nilai aset
APBD I SMPN 2 Tuntang, Bantuan yang menambah nilai aset APBD II
SMPN 2 Tuntang
Diantara beberapa komponen dalam laporan tersebut, sejalan
dengan teori dari Koesmadji dkk (2004) dalam Daryanto (2013: 126) yang
meyebutkan bahwa hal-hal umum yang diperlukan pada inventaris
mencakup : kode alat/ bahan, nama alat/bahan, spesifikasi alat/bahan
(merk, tipe, dan pabrik pembuatan alat, sumber pemberi alat dan tahun
pengadaan, tahun penggunaan, jumlah dan kuantitas, kondisi alat (baik
atau rusak).