BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Setting Penelitian
1.1.1 Gambaran Umum RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo
Semarang merupakan rumah sakit khusus tipe A ditingkat
Provinsi Jawa Tengah yang berada di jalan Brigjen Sudiarto
Nomor 347. Sebagai rumah sakit pusat rujukan pelayanan
dan pendidikan kesehatan jiwa kebanggaan Jawa Tengah
pada tingkat provinsi, maka RSJD Dr.Amino Gondohutomo
dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan cara
melayani masyarakat secara profesional dan mampu
memberikan kepuasan kepada masyarakat. Sebagai rumah
sakit jiwa daerah milik provinsi Jawa Tengah, RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang mempunyai visi yaitu
menjadi Rumah Sakit Pusat Rujukan Pelayanan Dan
Pendidikan Kesehatan Jiwa Kebanggaan Jawa Tengah.
Rumah sakit ini berdiri daiatas luas lahan 60.000 m2 dan
secara keseluruhan jumlah tenaga medis terdidri dari dokter
di RSJD. Dr Amino Gondohutomo Semarang 17 orang yaitu
terbagi atas 12 orang dokter yang bertugas pada ruang rawat
inap, dan 5 dokter umum, serta 7 orang psikiater/spesialis.
51
52
Jumlah keseluruhan perawat yaitu 180 orang yang SPK
2 orang, D3 123 orang dan S1 55 orang. Adapun jumlah
pramu husada 14 orang. Sedangkan jumlah tenaga
kesehatan khususnya yang bertugas dipoliklinik jumlah
dokter sebanyak 8 orang dan jumlah perawatnya berjumlah 7
orang.
Jadi ideal perbandingan secara rasio dapat dilihat bahwa
1 orang dokter rata-rata menangani 15-20 pasien di unit
rawat inap apalagi dengan rumah sakit yang bertipe A, maka
perbandingan dari dokter dari unit rawat inap RSJD.Dr Amino
Gondohutomo Semarang belum sesuai dengan standar yang
ideal.
1.1.2 Proses Pelaksanan Penelitian
1.1.2.1 Persiapan Penelitian
Adapun peneliti sebelum turun ke lapangan untuk
melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan segala
sesuatu yang berhubungan dengan proses penelitian dalam
hal ini, peneliti membuat surat pengantar untuk meminta
surat ijin penelitian di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang. Pembuatan surat pengantar melalui bagian tata
usaha Fakultas Ilmu Kesehatan pada tanggal 14 Februari
2012 dan dibuat dalam bentuk surat ijin penelitian dan
53
ditandatangani oleh Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan,
kemudian surat ijin penelitian dibawa ke Diklat RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang dan diproses, surat
balasannya diberikan tanggal 12 Maret 2012.
Setelah itu peneliti menindaklanjuti surat balasan
dengan memenuhi beberapa hal yang berhubungan dengan
penelitian, yaitu mengurus administrasi keuangan dan
meminta persetujuan pada bagian kepala bagian
keperawatan untuk memberitahu untuk ijin penelitian. Selain
itu peneliti pun menyiapkan kamera dan baterai sebagai alat
bantu saat dokumentasi saat melakukan penelitian, serta
peneliti menggadakan beberapa lembar surat persetujuan
pasien saat dilakukan penelitian. Tempat penelitian jauh dari
tempat tinggal peneliti, maka peneliti sebelumnya juga
mempersiapkan tempat tinggal dengan mencari kos-kosan
atau tempat tinggal sementara disekitar rumah sakit jiwa.
Selain mempersiapkan semuanya peneliti pun tetap menjaga
kesehetan, pikiran dan tenaga agar pada proses penelitian
yang akan datang dapat dilaksanakan dengan maksimal.
1.1.2.2 Pelaksanaan Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian di poliklinik RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang mulai pada:
54
Tanggal 13 Maret 2012 pukul 10.00 WIB-12.00 WIB,
adalah hari pertama peneliti melakukan penelitian, saat itu
peneliti mengobservasi pasien-pasien yang datang untuk
kontrol di poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang. Beberapa pasien, yang peneliti observasi ada
yang masih mondar-mandir kadang tertawa sendiri, peneliti
mendekati beberapa pasien dan keluarga, namun pasien
sendiri menolak untuk diajak bicara. Pada pukul 11.00 WIB,
peneliti mengobservasi satu orang pasien kemudian pasien
tersebut bisa diajak bicara oleh peneliti. Peneliti meminta
persetujuan untuk mewawancarai pasien bersedia dan
peneliti memberi inform consent untuk ditandatangani oleh
pasien. Peneliti mulai mewawancarai pasien menggunakan
lembar wawancara yang disediakan namun pasien tidak
bersedia untuk direkam suara dan Tn.A dijadikan riset
partisipan pertama.
Tanggal 14 Maret 2012 pukul 10.30 WIB-12.00 WIB
peneliti mulai mengobservasi pasien yang datang untuk
kontrol rutin di poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang. Peneliti mendapatkan seorang pasien yang dapat
diajak bicara serta memberi keterangan tentang apa yang
ditanyakan. Pasien dan keluarga yang mengantar juga siap
55
untuk diwawancarai, namun saat peneliti meminta ijin untuk
merekam suara pasien menolak untuk direkam suara.
Tanggal 15 Maret 2012 peneliti melanjutkan dengan
penelitian. Peneliti mulai mengobservasi pasien-pasien yang
datang kontrol. Peneliti mendekati salah satu pasien ternyata
pasien tersebut tidak menolak saat didekati serta bersedia
untuk diajak cerita oleh peneliti. Peneliti mulai meminta ijin
untuk mewawancarai pasien dan pasien sendiri bersedia
untuk diwawancarai. Peneliti meminta ijin untuk
menggunakan alat perekam pasien pun siap untuk direkam
suaranya. Pasien siap menandatangani inform consent yang
diberikan. Pada saat ditanya pasien dapat menjawab semua
pertanyaan dengan baik sehingga peneliti mengambil Ny.MF
sebagai riset partisipan kedua.
Tanggal 16 Maret 2012 peneliti melanjutkan
penelitian di poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang dan awalnya peneliti mulai mengobservasi pasien-
pasien yang datang, Pada pukul 10.30 WIB peneliti
mendekati pasien dan keluarga, mereka bisa untuk diajak
bicara kemudian peneliti meminta ijin untuk mewawancarai
pasien dan kelurganya bersedia. Namun ketika peneliti
meminta ijin untuk merekam suara, mereka tidak bersedia.
Saat diwawancarai, pasien dan keluarga dapat menjawab
56
semua pertanyaan yang diberikan. Pada pelaksanaan
penelitian berikutnya tetap tanggal 16 Maret 2012, peneliti
mengobservasi pasien yang datang kontrol hari itu pukul
11.00 WIB dan kemudian peneliti meminta waktu sehabis
kontrol kesehatan dapat mewawancarai pasien meskipun
saat itu poliklinik hampir tutup pasien bersedia menyediakan
waktu untuk peneliti bisa melakukan wawancara . Peneliti
mendekati salah satu pasien yang datang dengan keluarga.
Setelah peneliti mendekati dan mengajak untuk bicara
mereka dapat merespon dengan baik. Peneliti meminta ijin
untuk mewawancarai pasien dan keluarga. Peneliti juga
meminta ijin untuk merekam suara mereka. Pasien bersedia
dan menandatangani inform consent yang diberikan. Pasien
dapat menjawab seluruh pertanyaan sehingga peneliti
mengambil pasien Sdr.E sebagai riset partisipan ke tiga.
Tanggal 17 Maret 2012 peneliti melanjutkan
melakukan penelitian dan peneliti mengobservasi pasien-
pasien yang datang. Kemudian peneliti mengobservasi dan
melihat keadaan pasien yang bisa untuk diajak bicara.
Peneliti mendekati pasien yang sedang menunggu giliran
berobat saat diajak bicara, isi pembicaraan pasien dapat
dimengerti. Peneliti meminta ijin untuk mewawancarai pasien
serta merekam suaranya, dan pasien tidak berkeberatan
57
serta mau menandatangani inform consent. Pasien pun
bersedia diwawancarai dengan partanyaan-pertanyaan.
Pasien dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan
seperti menceritakan keadaannya yang dialami. Peneliti
mengambil pasien Ny.M sebagai riset partisipan ke empat.
Tanggal 17 Maret 2012 pukul 10.0 WIB-10.30 WIB
peneliti melakukan wawancara pada salah satu petugas
kesehatan yang bertugas diruang poliklinik rawat jalan.
Peneliti mewawancarai petugas kesehatan untuk menguji
kembali kebenaran data yang disampaikan oleh pasien.
Tanggal 20 Maret 2012 peneliti melakukan
wawancara dengan tetangga atau masyarakat yang tinggal
dekat dengan pasien pada pukul 11.00 WIB di rumah
tetangga. Wawancara yang dilakukan mengenai dukungan
masyarakat pada pasien yang mengalami gangguan jiwa dan
yang melakukan kontrol rutin.
1.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Hasil Penelitian Riset Partisipan 1
4.2.1.1 Gambaran Umum Riset Partisipan 1
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 27 tahun
58
Agama : Islam
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Boja- Semarang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Belum bekerja
Diagnosa saat masuk RSJ: Skizofrenia Hebefrenik
Biaya pengobatan : JAMKESMAS
Tn.A merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara pasien
merupakan anak yatim karena ayahnya telah meninggal dunia,
pasien tinggal bersama ibu dan kedua kakaknya, pasien belum
punya pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan namun
kondisinya yang seperti saat ini masih sulit untuk mencari
pekerjaan, status pasien masih lajang tetapi sekarang sudah
memiliki seorang pacar dan saat itu mengantarkan pasien untuk
melakukan kontrol rutin di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang. Pacar pasien mengatakan bahwa ia tahu kalau
pacarnya mengalami sakit jiwa, namun tetap mendukung pasien
agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien
sempat bercerita awalnya ia sakit seperti ini karena awalnya
pasien mendengar suara yang aneh-aneh serta berbicara sendiri,
sehingga pasien diantar oleh ibu dan kakaknya ke rumah sakit jiwa
pada tahun 2006 dan setelah dirawat dan keadaan pasien mulai
membaik ia dipulangkan kerumah dan menjalani kontrol rutin sejak
59
dari tahun 2006 sampai sekarang dan pasien baru satu kali rawat
inap di rumah sakit jiwa.
1.2.1.2 Observasi Riset Partisipan 1
1. Penampilan Klien,
Penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki
terlihat bersih, rapi kerah bajunya terlipat rapi, wajah pasien
segar dan ekspresi wajah pasien tersenyum saat sedang
berbicara, dan pasien terlihat percaya diri, tidak menolak saat
didekati pasien mandiri saat melakukan ADL (Activity Daily
Leaving), dan pasian kooperatif dan sebelum didekati Tn.A
mengatakan kalau ingin curhat-curhat.
2. Tingkat Kesadaran,
Sdr. A dalam keadaan sadar yaitu composmentis pasien tidak
ada gangguan memori jangka panjang maupun pendek
3. Kesopanan,
Pasien sabar saat menunggu giliran dan saat dan keasikan
ngobrol diluar ruang poli, sampai namanya sempat dipanggil
dan terlewati, tidak teriak-teriak, tidak membuang ludah
disembarangan tempat namun saat bicara pasien tanpa sadar,
ia mengangkat kakinya diatas kursi sambil berbicara,
4. Pakaian,
60
Pasien memakai baju kaos berkerak warna orange, bajunya
dan kerah bajunya tertatah rapi, celana jeans biru bersih dan
mamakai sandal jepit serta memakai tas hitam kecil. Pakaian
yang layak dipakai seperti biasanya dan pakaiannya tidak
sobek.
5. Tingkat Aktivitas Klien,
Pasien mendaftar sendiri, menunggu giliran untuk dipanggil,
kemudian pasien ditemani pacarnya menghadap dokter dan
menunggu giliran mengambil obat, namun saat menunggu obat
pasien mengatakan lama ya! Sudah mulai jenuh menunggu
6. Cara Berbicara Atau Komunikasi Klien Dengan Orang Di
Sekitarnya.
Pasien mau untuk diajak bicara saat diajak bicara ia semangat
bercerita, saat berbicara dengan orang disampingnya ia dapat
merespon dengan baik, bicaranya terlihat sopan isi
pembicaraan dapat dimengerti, dapat menjawab pertanyaan
dengan baik, pasien tidak malu-malu dan ada kontak mata saat
bicara.
1.2.1.3 Analisa Data Riset Partisipan 1
1. Penderita atau individu
a) Motivasi pasien
61
Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri
individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap
mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh
terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
penderita dalam kontrol penyakitnya. Kepatuhan Tn.A dalam
melakukan kontrol rutin di RSJD Dr. Amino Gondohuntomo
Semarang yaitu bukan paksaan dari pihak lain, namun atas
kemauan pribadi pasien sendiri ingin mempertahankan
kesehatan jiwanya, pasien ingin sembuh dan menjadi
seperti dahulunya.
(R1) “Kesehatan jiwa itu penting ya mbak, karena kalau sehat saya mau untuk melakukan pekerjaan yang positif, dan saya selama ini bicara dan berbicara dengan orang selalu nyambung, dan saya dalam keadaan sadar tetapi pikirannya saya itu yang selalu negatif terus saya tidak tahu kanapa, dan saya ingin untuk selalu berpikir positif karena selama ini yang ada dalam pikirannya selalu memikirkan ha-hal yang buruk jadi saya ingin cepat sembuh dan mendapatkan pekerjaaan sehingga pikiran yang negatif itu bisa hilang….(15-27)
Menurut motivasi pasien selain kesehatan jiwa
penting, pasien juga ingin sembuh dan bisa bekerja serta
dapat menikah dengan pasangannya.
(R1) ”Saya ingin sembuh dan mencari pekerjaan dan setelah mendapat pekerjaan, saya berencana ingin menikah dengan calon pacar saya”....(33-37)
62
b) Keyakinan pasien
Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat
menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap
keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah
putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara
perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan kontrol
penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita, dimana
penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih tabah terhadap
anjuran dan larangan kalau tahu akibatnya. Dalam melakukan
kontrol rutin, Tn.A juga tetap berpegang teguh pada agama yang
selalu membuat ia kuat dan tabah dalam menerima keadaannya
dan patuh terhadap anjuran yang diberikan kepadanya.
(R1) “Iya keyakinan saya juga yang mendorong saya untuk selalu kontrol rutin karena saya selalu sholat dengan sholat dapat membuat saya untuk tidak menyerah harus patuh kontrol biar cepat sembuh”…..(50-54)
2. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang
paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa
senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan
dari keluarganya. Karena dengan dukungan tersebut akan
menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi dan
mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau
63
menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk
menunjang pengelolahan penyakitnya. Tn.A merupakan salah satu
pasien yang patuh melakukan kontrol rutin terhadap kesehatan
jiwanya, di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, selain
kemauan dari diri sendiri adapun dukungan dari keluarga yang
selalu memberi dukungan dengan cara mengingatkan pasien
untuk selalu kerumah sakit untuk kontrol rutin
(R1) “Ia keluarga saya selalu memberi dukungan dan mengingatkan saya untuk selalu kerumah sakit ini setiap bulan biar cepat sembuh keluarga yang mendukung, yaitu kakak-kakak saya dan juga ibu serta pacar saya. Mereka mau agar saya cepat sembuh dan seperti dulu lagi, ”…. (85-91)
Selain itu dukungan yang diberikan yaitu keluarga pun turut
mengantarkan pasien untuk kontrol rurin dan keluarga juga
membiasakan pasien mandiri jadi kadang pasien melakukan kontrol
kesehatan sendiri.
(R1) “ Yang biasa mengantarkan saya kontrol, yaitu ibu dan kadang-kadang mas saya dan kadang-kadang saya datang kontrol rutin setiap bulan sendiri tanpa diantarkan oleh siapa pun” ….(95-99)
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari
anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor penting dalam
kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat
64
mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan
dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan.
Dalam teori Niven (2002), salah satu faktor pendukung
pasien untuk patuh melakukan kontrol merupakan dukungan dari
sosial yaitu masyarakat sekitar pasien, namun menurut penderita
Tn.A menurutnya kurang ada dukungan dari masyarakat dan
tetangga sekitar karena menurut pasien tetangga takut
mengingatkan pasien untuk berobat, karena jika mengingatkan
maka pasien jadi tersinggung dan malu.
(R1) “Ya, ada tetangga yang tahu kalau saya sakit, namun mereka hanya diam dan tidak pernah menyuruh saya untuk kontrol rutin karena mungkin mereka takut saya malu sehingga mereka tidak memberi dukungan seperti kontrol rutin ” ….(106-111)
4. Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang
dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka
terutama berguna pada pasien menghadapi bahwa perilaku sehat
yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka
dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara
menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari
pasien yang telah mampu beradaptasi dengan program
pengobatannya. Petugas kesehatan merupakan salah satu
65
pendukung dalam meningkatkan kesehatan pasien dan membuat
pasien untuk selalu patuh melakukan kontrol rutin terhadap
kesehatan jiwanya, menurut pasien Tn.A petugas kesehatan
selalu memberi dukungan pada pasien demi meningkatkan
kesehatan pasien dengan cara mengetahui perkembangan dan
mengingatkan untuk melakukan anjuran-anjuran yang diberikan.
(R1) “Ia saat saya melakukan kontrol dokter dan perawat menyuruh saya untuk selalu kontrol rutin dan minum obat secara teratur ” (116-118)
1.2.2 Hasil Penelitian Riset Partisipan 2
4.2.2.1 Gambaran umum Riset Partisipan 2
Nama : Ny. MF
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Status pernikahan : Sudah menikah
Alamat : Demak
Pendidikan : Paket C
Pekerjaan : Guru TK
Diagnosa saat masuk RSJ : Skizofrenia katatonik
Biaya pengobatan : JAMKESMAS
66
Ny.MF sudah menikah dan dikaruniai dua orang anak dari
suaminya yang pertama namun saat pasien mulai mangalami sakit
pasien diceraikan oleh suami pertamanya dan sekarang pasien
menikah dengan suaminya yang kedua dan mereka juga dikaruniai
dua orang anak, namun anak-anak dari suami yang pertama kini
sudah besar dan mereka sudah berkeluarga dan sekarang tinggal
diluar pulau, sedangkan sekarang pasien tinggal dengan kedua
anak dari suami kedua, dan kedua anaknya masih bersekolah.
Pasien sempat bercerita kalau ia menderita sakit seperti ini sejak
tahun 1995 kemudian pasien diceraikan oleh suami pertamanya,
dan selama pasien sakit ia di bawa ke pengobatan alternatif
sampai tahun 2000 tidak ada perubahan, pada tahun 2003 suami
yang kedua membawa pasien untuk berobat ke RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang dan setelah itu saat melakukan kontrol
rutin pasien sendiri setiap bulan kerumah sakit sendiri, kalau ada
waktu suaminya antar ke rumah sakit tapi hanya sesekali.
1.2.2.2 Observasi Riset Partisipan 2
1. Penampilan
Penampilan dari Ny.MF, dari ujung rambut sampai ujung
kaki rapi dan bersih, baju yang dipakai rapi wajah pasien
tampak segar sekali, ekspresi wajah pasien selalu
tersenyum saat melihat orang yang di sekitarnya, tidak
67
menolak ketika didekati, pasien mandiri dalam melakukan
kontrol rutin, pasien melakukan ADL (Activity Daily
Leaving) sendiri, pasien sangat kooperatif.
2. Tingkat kesadaran
Pasien dalam keadaan composmentis, dan tidak
mengalami gangguan memory jangka panjang dan pendek,
dapat mengingat hal-hal yang sudah terjadi pada puluhan
tahun yang lalu maupun sampai sekarang.
3. Kesopanan
Pasien duduk tenang dan sabar dalam menunggu giliran,
berbicara dengan suara yang pelan, tidak berteriak-teriak,
dan tidak membuang ludah disembarangan tempat
4. Pakaian
Pakaian yang digunakan layak untuk dipakai, pasien
memakai baju kokoh wanita berwarna ungu, celana kain
panjang berwarna hitam, memakai kerudung berwarna
ungu, sandal jepit swallow putih dan memakai tas samping
berwarna hitam, pakaian yang dipakainya bersih dan rapih
tidak kusut.
5. Tingkat aktivitas pasien
Saat pasien masuk ke ruang poliklinik aktivitasnya, yaitu
pasien mendaftar, untuk mendapat nomor urut, pasien
duduk menunggu giliran dipanggil dokter, kemudian pasien
68
keluar menunggu giliran mengambil obat diwawancarai dan
pasien pulang.
6. Cara interaksi/komunikasi pasein dengan orang lain
Pasien mau untuk diajak bicara dapat merespon lawan
bicaranya dengan baik, pasein berbicara dengan sopan, isi
pembicaraan dapat dimengerti, dan dapat menjawab
semua pertanyaan yang diberikan dengan sangat baik,
pasien tidak malu-malu, dan adanya kontak mata pasien
yang baik dengan lawan bicaranya.
1.2.2.3. Analisa Data Riset Partisipan 2
1. Penderita atau individu
Pada saat melakukan kontrol rutin terhadap kesehatan jiwa di
rumah sakit pasien merupakan pribadi yang mempunyai tekad
untuk memeriksakan kesehatannya, seperti pada Ny.MF
melakukan kontrol rutin, atas kemauaan dari dirinya sendiri untuk
sembuh.
a) Motivasi pasien
Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri
individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap
mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh
terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
penderita dalam kontrol penyakitnya. Dimana Ny.MF,
69
memiliki motivasi untuk cepat sembuh dan bisa mengabdi
pada suami, yaitu sebagai istri yang berguna bagi suami dan
keluarga,
(R2)“Ya, karena mau mengabdi pada keluarga mengabdi pada suami dan ini aku ini kan sudah sembuh sih saya, ya aku anggap sudah sembuh luar biasa tidak seperti waktu itu, saya kan nikah siri suamiku kan juga punya istri pertama gitu tapi aku tidak merebut suami orang, tapi aku merasa apa nunut (numpang) gitu yang penting pengertian, ya ke rumah aku, ya pulang ke rumah aku ya seminggu sekali, kadang dua minggu sekali yang penting di beri nafkah, walaupun kadang ya kurang kadang ya lebih gitu ya kulo (saya) bersyukur, sangat bersyukur sekali. ” ….(199-211)
b). Keyakinan pasien
Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat
menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh
terhadap keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan
tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya,
demikian juga cara perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk
melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh
keyakinan penderita. Penderita dengan keyakinan yang kuat
akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan jika
mengetahui akibatnya. Menurut Ny.MF selama ia melakukan
kontrol rutin satu hal yang membuat ia tabah dan patuh
menjalani kontrol rutin adalah dengan keyakinan dia sendiri,
dimana agama merupakan salah satu penuntun bagi Ny. MF
70
sehingga tidak putus asa dalam melakukan kontrol secara
rutin dengan keyakinannya ia ingin sembuh karena anak-
anaknya sudah semakin dewasa jadi pasien harus sembuh
sehingga tidak menjadi beban bagi anak-anaknya,
(R2) “Ya, lah aku harus sembuh aku sudah punya anak empat. Anak-anak ku sudah gede-gede (besar-besar), waktu itu tahun 2003 kan aku sakit yang terakhir kan anu (apa) anakku sudah mulai gede-gede (besar/remaja) yang pertama sudah SMP, aku kan malu kalau kambuh malu kalau dibawa ke rumah sakit, ya aku juga sudah menjadi seorang guru kalau aku sakit ya sangat malu lah, malu anu sama teman-teman rekan-rekan guru,” ….(217-226)
2. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita
yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan
merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan
dukungan dari keluarganya. Dukungan tersebut menimbulkan
kepercayaan dirinya untuk menghadapi dan mengelola
penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti
saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang
pengelolahan penyakitnya. Keluarga merupakan bagian yang
terpenting dari pada pasien, dan pasien pun patuh untuk
melakukan kontrol rutin terhadap kesehatan jiwanya, karena ia
ingin sembuh dan tidak mau untuk jadi beban bagi keluarga, dan
71
keluarga pun selalu mendukung pasien untuk selalu melakukan
kontrol rutin.
(R2) “Waktu itu sih yang membawa suami saya yang kedua ini, suami saya itu termasuknya kan tidak disetujui keluarga yaitu yang pertama nikah siri terus diwaroh (dimadu) ya tapi aku tidak merasa begitu tidak merebut suami orang atau diwayo (dimadu) ya gak apa-apa yang penting suami saya selalu memberi nafkah, selalu datang gitu seumpama suami ku tidak sempat pulang ke rumahku ya apa ada orang dari Kudus atau orang mana yang ngantarin jatah untuk belanja, suami ku itu termasuk orangnya anu tahulah sebelum aku cerita ia tahu, jadi aku kadang merasa bersyukur aku berpikir seumpama kulo (saya) gak didampingi oleh suami saya yang sekarang itu entahlah aku gak ngerti lorkidul gak ngerti sana -sini gak ngerti apa-apa, yakin aku kadang merasa begitu, ya suami ku anu orang yang ngertilah”…. (382-302)
Ny.MF dukungan keluarga yang diberikan selain
megingatkan untuk melakukan kontrol rutin dukungan keluarga
yang lain juga yaitu membiarkan pasien untuk melakukan kontrol
rutin sendiri dengan demikian keluarga pun mendukung pasien
agar menjadi mandiri.
(R2) “Selama saya menikah lagi dan pada tahun
2003 suami kedua saya yang ngantarin saya untuk kontrol rutin, tapi selanjutnya sampai sekarang ini saya kontrol sendiri”,...(306-310)
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari
anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor penting dalam
72
kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat
mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu
dan dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan. Salah
satu faktor yang mendukung pasien untuk patuh melakukan
kontrol rutin terhadap kesehatan jiwa Ny.MF yaitu berupa
dukungan sosial atau masyarakat sekitar dan Ny. MF sendiri
kurang mendapat perhatian yang baik dari masyarakat sekitar
menyangkut kesehatan jiwanya.
(R2) “Ya tahulah semuanya tahu, ya kalau tetangga bodoh-bodoh amat gak ngurusin, hanya saya pulang mereka tanya dari semarang ya kontrol mbak ngono (disana) ditanya orang ya wes (ya sudah), ya kontrol terus kalau kumat tidak ada yang ngurusi wong tua wes ora ono kabe ngoten (orang tua tidak tidak ada semua. Kata mereka begitu), ” ….(316-330)
4. Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang
dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka
terutama berguna pada pasien menghadapi bahwa perilaku
sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga
mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara
menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari
pasien yang telah mampu beradaptasi dengan program
pengobatannya. Dukungan petugas kesehatan yang diberikan
kepada pasien Ny. MF yaitu baik dimana saat dia melakukan
73
kontrol perawat dan dokter selalu memberi masukan-masukan
berupa rajin minum obat, rajin kontrol rutin demi meningkatkan
kesehatan jiwa pasien.
(R2) ” Ya. Kadang aku nanya gini ya tidak selalu harus kontrol rutin dan aku tanya sampai kapan saya harus berobat harus minum obat rutin dan kontrol rutin,? Sepertinya aku sudah baik Bu aku sepertinya tidak halusinasi ya sudah ndak mendengar suara-suara sudah ndak, sudah bagus karena aku sudah bisa mengajar ya bisa dan tidak kalah dengan orang yang baik dari aku. Saya tanya pada petugas kesehatan, mau tanya jalan keluar selain minum obat ada cara lain bisa ada pengobatan lain maksudnya di apakan supaya tidak tergantung pada obat gitu. ”….(335-348)
1.2.3 Hasil Penelitian Riset Partisipan 3
4.2.3.1 Gambaran umum Riset Partisipan 3
Nama : Sdr. E
Jenis kel : Laki-laki
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Pati
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Dulu Nelayan
Diagnosa saat masuk RSJ: Skizofrenia hebefrenik
74
Biaya pengobatan : ASKES dan sedang mengurus
JAMKESMAS
Sdr.E merupakan anak ke lima dari enam bersaudara, pasien
masih mempunyai orang tua yang lengkap dan pasien tinggal
bersama orang tua beserta kakak dan adiknya. Ayah Tn.E adalah
seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) menurut ayah pasien awal
anaknya sakit seperti ini, karena kecelakaan kapal pada tahun
2008 yang membuat sarafnya terganggu sehingga pasien
mendengar suara-suara dan merusak barang-barang yang ada
disekitarnya, dan pada waktu pasien diantar oleh keluarganya
kedukun untuk berobat namun tidak ada perubahan kemudian
pasien dibawa lagi ke RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
untuk mendapat pengobatan dan pasien dirawat inap selama dua
puluh lima hari kemudian kondisinya semakin membaik dan
keluarga dihubungi oleh pihak rumah sakit untuk menjemput
pasien, dan diberitahu untuk kontrol rutin dan sejak tahun 2008
setelah selesai menjalani rawat inap sampai sekarang pasien
selalu melakukan kontrol rutin terhadap kesehatan jiwa dan kondisi
pasien semakin membaik dan tidak seperti orang yang sakit jiwa
lagi pasien pun selama ini dirawat inap sekali, karena tidak
kambuh penyakitnya.
1.2.3.2 Observasi Riset Partisipan 3
75
1. Penampilan
Penampilan Sdr. E terlihat rapi dan bersih dari ujung rambut
sampai ujung kaki, baju yang dipakai dilapisi dengan jaket,
dan kerah jaketnya terlipat dengan rapi, pasien wajahnya
terlihat segar, ekspresi wajahnya tersenyum, pasien tidak
menarik diri saat didekati saat melakukan kontrol pasien
mendiri, melakukan ADL (Activity Daily Leaving) sendiri.
2. Tingkat kesadaran
Pasien dalam keadaan sadar penuh, tidak mengalami
gangguan memori jangka panjang maupun jangka pendek,
sebab mampu mengingat apa yang terjadi sejak dahulu,
sampai sekarang.
3. Kesopanan
Pasien tampak sopan, tidak mondar-mandir, sabar dan
tenang saat menunggu giliran, dan tidak teriak-teriak dan
dapat menjawab pertanyaan dengan suara yang lembut dan
sopan,
4. Pakaian
Pakaian yang dipakai pasien layak, pasien memakai baju
kaos hitam, dilapisi dengan jaket berwarna coklat, memakai
celana panjang jeans biru, dan sandal hitam serta memakai
topi hitam, pakaian yang dipakai tidak sobek dan bersih.
5. Tingkat aktivitas pasien
76
Saat pasien masuk, diantar ayahnya, mendaftar,
menunggu giliran untuk di panggil oleh perawat, kemudian
menghadap dokter pasien pun dapat ke kamar mandi
sendiri tanpa diantar oleh orang tuanya,
6. Cara interaksi/komunikasi pasein dengan orang lain
Pasien dapat diajak komunikasi dengan baik, isi
pembicaraannya dapat dimengerti, namun kadang suara
pasien agak telo, jadi jawabannya kadang sulit dipahami,
namun pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan
dengan jelas, agak malu-malu saat bicara, dan kontak
mata yang baik saat bicara.
4.2.3.3. Analisa Data Riset Partisipan 3
1. Penderita atau individu
a). Motivasi pasien
Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri
individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan
kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol
penyakitnya. Pasien yang sakit dalam hal ini Sdr.E ia merupakan
seorang penderita gangguan jiwa yang menjalani rawat inap di
RSJ, namun hal itu tidak membuatnya putus asa. Ia merasa masa
77
depannya masih panjang sehingga ia mempunyai motivasi, untuk
selalu patuh melakukan kontrol rutin agar dapat mempertahankan
kesehatan jiwanya, karena ia merasa masih dapat melakukan hal-
hal yang berguna.
(R3) ” Kalau sembuh saya mau kerja yang seperti
dulu-dulu sebagai nelayan apa kek yang penting
halal,”….(389-391)
b). Keyakinan pasien
Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat
menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh
terhadap keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan
tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya,
demikian juga cara perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk
melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh
keyakinan penderita, dimana penderita memiliki keyakinan
yang kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan
jika mengatahui resiko yang akan terjadi. Sdr.E mempunyai
keyakinan terhadap agamanya sehingga ketika sakit pasien
selalu melakukan kegiatan agamanya sehingga demikian
dapat membuatnya kuat serta menerima keadaannya
sebagai suatu ujian dari Tuhan sehingga ia pun selalu patuh
melakukan kontrol sebagai salah satu tugasnya berdoa dan
78
bekerja ia ingin kembali pulih dan mengerjakan apa pun yang
Sdr. E mau.
(R3) “Keyakinan mendukunglah dan hati ini berkata ingin cepat sembuh dan biasanya saya selalu diajar untuk sholat lima waktu dan itu yang membuat saya kuat, bahwa masa depan masih panjang jadi saya harus patuh kontrol biar benar-benar sembuh dan biar saya dapat melakukan apapun yang saya mau.”….(395-402)
2. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita
yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan
merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan
dukungan dari keluarganya. Karena dengan dukungan tersebut
akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi dan
mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau
menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk
menunjang pengelolahan penyakitnya. Keluaga Sdr.E sangat-
sangat mendukung pasien untuk cepat pulih, dukungan yang
diberikan oleh keluarga yaitu orang tua serta saudara-saudaranya
dukungan yang diberikan berupa moril maupun materil dan
pasien pun selalu diantarkan untuk melakukan kontrol rutin dan
yang biasa rutin mengantar pasien kontrol yaitu ayah pasien,
sedangkan ibu pasien tidak pernah mengantarkan karena
79
menurut ayah pasien, ibunya memiliki pendidikan yang rendah
sehingga kurang mengerti dengan kondisi putranya.
(R3) “Ya ada biasanya yaitu keluarga dan keluarga–keluarga yang mendukung, yaitu kakak-kakak kandungku, adik-adikku, ayah dan ibu, ya itu aja, dukungan mereka menyuruh saya rajin kontrol untuk cepat sembuh gitu. ”….(426-431)
Dukungan dari keluarga, yaitu setiap bulan secara rutin
mengantarkan pasien ke rumah sakit jiwa setiap bulan untuk kontrol
rutin.
(R3)”Yang biasa selalu mengantarkan ke rumah sakit untuk kontrol rutin yaitu bapak saja”.… (435-436)
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari
anggota keluarga lain merupakan fasktor-faktor penting dalam
kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat
mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan
dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan. Dukungan
sosial yaitu tetangga-tetangga dari Sdr.E dan kenalan atau teman-
teman dari orang tua Sdr.E selalu memberi dukungan namun itu
pada awal-awalnya Sdr.E sakit, namun sekarang dukungan itu
tidak selalu namun hanya sesekali saja kalau sempat. Karena
tetangga dan masyarakat belum mengerti benar tentang
80
pentingnya kontrol rutin bagi pasien. Sdr.E juga mengatakan
tetangga kan orang lain jadi mereka sepertinya tidak peduli.
(R3) “Ya itu aku gak tahu ya namanya orang lain bukan keluarga, dan ada yang mendukung, tapi teman dekat, dan dulu saya dirawat inap, ada masyarakat yang datang dengan mobil travel 20 orang datang ke sini, dan saya tidak tahu yang salaman sapa, dan selama ini tetangga yang berupa keluarga saja yang datang ke rumah untuk memberi tahu untuk selalu kontrol rutin, dan itu hanya awal-awal saja namun sekarang dukungan tidak ada karena sudah mau jalan tiga tahun menjalani kontrol rutin, ”…. (451-564)
4. Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain
yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan
mereka terutama berguna pada pasien menghadapi bahwa
perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting.
Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien
dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap
tindakan tertentu dari pasien yang telah mampu beradaptasi
dengan program pengobatannya. Tugas penting dari petugas
kesehatan yaitu selalu mengingatkan pasien-pasien untuk
patuh melakukan kontrol rutin secara teratur, dan minum obat
pun secara teratur dan di ingatkan untuk pasien Sdr.E dapat
melakukan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat setiap hari.
81
(R3) ”Ya petugas kesehatan selalu memberi dukungan dengan mengatakan kepada saya, sebulan sekali harus datang kontrol rutin, pelayanan ramah, dokter mengatakan juga untuk mengutamakan kesehatan, sering-sering aja kegiatan dirutinin, olahraga dan rajin sholat. ”….(569-574)
1.2.4 Hasil Penelitian Riset Partisipan 4
4.2.4.1 Gambaran Umum Riset Partisipan 4
Nama : Ny M
Jenis kel : Perempuan
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah tapi cerai
Alamat : Kampung besuk- Semarang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pabrik tahu
Diagnosa saat masuk RSJ : Skizofrenia hebefrenik
Biaya pengobatan : JAMKESMAS
Pasien merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara,
dan pasien pun sudah menikah dan dikaruniai seorang anak
namun sebelum pasien sakit ia kemudian diceraikan oleh
suaminya, dan kini anaknya tinggal bersama suaminya dan pasien
tinggal bersama salah satu kakaknya yang juga mengalami
gangguan jiwa berat dan tidak pernah kontrol karena polio jadi
82
tidak bisa untuk berjalan, pasien mengatakan bawha awalnya ia
sakit seperti ini, karena ia mendengar suara-suara yang membisik
di telinganya dan ia bicara sendiri, sehingga kakaknya yang nomor
tiga mengantarkanya kerumah sakit jiwa untuk dirawat. Dan
setelah dirawat di rumah sakit jiwa, pasien di pulangkan ke rumah
dan dianjurkan untuk melakukan kontrol rutin, pasien mulai patuh
melakukan kontrol rutin sejak selesai rawat inap pada tahun 2005
dan pasien pernah satu kali tidak kontrol rutin sekitar tahun 2006
pasien merasakan sakit, pusing dan tidak tenang dan pasien
mendengar seperti suara suami dan anaknya pasien tidak tahan
dengan hal itu, maka pasien takut penyakitnya kambuh dan
dirawat di rumah sakit jiwa sehingga setiap bulan pasien selalu
kontrol rutin tanpa absen sampai sekarang dan kini kondisi
kesehatan pasien sudah seperti orang sehat biasanya.
1.2.4.2 Observasi Riset Partisipan 4
1. Penampilan
Penampilan pasien terlihat rapi dan bersih, wajah pasien terlihat
segar, tidak menarik diri saat didekati, pasein mandiri dapat
melalukan ADL (Activity Daily Leaving) sendiri.
2. Tingkat kesadaran
83
Pasien dalam keadaan sadar penuh, kesadaran pasien
composmentis, pasien tidak mengalami gangguan memori jangka
panjang maupun pendek.
3. Kesopanan
Pasien terlihat sopan, saat berbicara pelan, pasien tidak mondar-
mandir, pasien tenang dan sabar dalam menunggu giliran untuk
dipanggil, namun pada saat sedang duduk menunggu, antrian
yang belakang dari pasien sudah dipanggil lebih dulu, maka Ny.M
kemudian menghadap perawat dan menanyakan namanya dari
tadi belum di panggil, dan ia menghadap perawat dengan tenang
dan tidak emosi.
4. Pakaian
Pakaian yang yang dipakai oleh pasien rapi dan bersih, tidak
sobek, baju yang dipakai yaitu baju kokoh berwarna cream dan
tangan panjang, memakai jilbab hitam, dan memakai rok
panjang berwarna hitam serta sandal plastik hitam dan memakai
tas berwarna hitam, pakaian yang di pakai bersih.
5. Tingkat aktivitas pasien
Aktivitas pasien, yaitu masuk ke poliklinik mendaftar untuk
mendapat nomor urut, dipanggil perawat menunggu giliran
dipanggil dokter, ambil obat dan pulang
6. Cara interaksi/komunikasi pasein dengan orang lain
84
Pasien dapat berinteraksi dengan baik isi pembicaraannya dapat
di mengerti, jawaban yang diberikan jelas, tidak malu-malu saat
berbicara, dan adanya kontak mata yang baik dari pasien.
1.2.4.3 Analisa Data Riset Partisipan 4
1. Penderita atau Individu
Riset Partisipan 4, Ny.M merupakan salah satu penderita
gangguan jiwa yang sudah lama melakukan kontrol rutin di
rumah sakit jiwa, menurut Ny.M sendiri, menyadari bahwa ia
mengalami gangguan jiwa namun ia berusaha mamperkuat
dirinya sendiri untuk tetap mempertahankan kesehatan jiwanya
dengan patuh melakukan kontrol secara rutin terhadap
kesehatan jiwanya karena ia sakit lagi tidak ada yang bisa
mengurusi pasien dan kakaknya.
a) Motivasi Pasien
Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri
individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan
kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol
penyakitnya. Ny.M melakukan kontrol rutin atas motivasi dirinya
sendiri, karena ia ingin sembuh dari sakit karena menurut Ny.M,
ia punya motivasi sendiri untuk kontrol rutin, karena yang
85
rasakan sakit bukan orang lain, namun dirinya maka Ny.M punya
kesadaran diri sendiri dalam melakukan perawatan terhadap
keadaan diri yang ia alami.
R4 ” Ya itu motivasi dari diri saya sendiri soalnya kalau gak periksa itu yang ngerasain sakit dan pusing itu diri saya sendiri gitu loh mbak!”…. (617-620)
b) Keyakinan pasien
Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani
kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap keyakinannya
akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta
dapat menerima keadaannya, demikian juga cara perilaku akan lebih
baik. Kemauan untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat
dipengaruhi oleh keyakinan penderita, dimana penderita memiliki
keyakinan yang kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan
larangan kalau tahu masalah yang akan dialami. Menurut Ny M, ia
adalah seorang yang beragama dan agama juga lah yang menjadi
penuntun penderita dalam menjalani hari-harinya dan dalam
keadaan sakit yang dihadapi ia selalu berdoa sesuai dengan ajaran
agamanya yang dapat membuat Ny.M kuat dan tidak putus asa
dalam menerima kondisi dirinya dan mau melaksanakan
kewajibannya setiap bulan dengan patuh melakukan kontrol rutin
demi kesembuhan dirinya sebab ia yakin ia bisa sembuh.
86
R4 “Ya keyakinan agama juga perlu kalau umpamanya saya gila gimana ya sebagai pegangan saya ya agama itu, karena dengan berdoa dan membaca ayat-ayat quran dapat memotivasi saya untuk tetap ingin cepat sembuh,”…. (625-630)
2. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita
yang paling dekat dan tidak dapat di pisahkan. Penderita
akan merasa senang dan tentram apabila mendapat
perhatian dan dukungan dari keluarganya. Karena dengan
dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya
untuk menghadapi dan mengelola penyakitnya dengan lebih
baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang di
berikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolahan
penyakitnya.
R4 “Ya semua mendukung kakak-kakak saya mendukung untuk kontrol disini adik saya juga mendukung, dukungannya ya apa itu dengan dikatai kalau kamu gila gimana kalau gak kontrol.”…. (655-659)
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari
anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor penting dalam
kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat
mengurangi ansietas yang di sebabkan oleh penyakit tertentu dan
87
dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan. Menurut Ny.M
tetangganya tahu kalau ia sakit dan karena tetangga tahu pasien
selalu pusing maka kadang mereka memberitahu agar pasien
tidak lupa kontrol dirumah sakit.
R4 “Ya tetangga tahu kalau saya sakit, mereka yang memberi tahu untuk saya kontrol rutin itu tentangga, biasanya kadang mereka kerumah dan bilang mbak kontrol nanti kepalanya pusing, karena kepala saya sering pusing mbak!.” ….(673-677)
4. Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain
yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan
mereka terutama berguna pada pasien menghadapi bahwa
perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting.
Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien
dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap
tindakan tertentu dari pasien yang telah mampu beradaptasi
dengan program pengobatannya. Tenaga kesehatan
merupakan orang yang sangat berperan penting dalam
meningkatkan kesehatan pasien dan Ny.M dengan cara
memberi pengobatan dan selalu mengingatkan untuk selalu
rajin untuk kontrol dan minum obat dengan teratur.
(R4) “Ia perawat dan dokter selalu, memberi dukungan dengan mengatakan supaya
88
obatnya diminum rutin biar gak sakit gak kambuh dan gak dengar suara-suara lagi, ”…. (682-677)
(R4) “saya juga di sarankan oleh dokter untuk habis magrib membaca ayat-ayat kurzih ”….(716-719)
4.3 Uji Keabsahan Data
4.3.1 Triangulasi Data
Dalam penelitian ini , peneliti menguji kembali kebenaran data
yang di dapat dari pasien melalui indikator-indikator yang ada
untuk medukung kebenaran data yang diberikan, yaitu
a) Dukungan Keluarga
Sebagai keluarga sangat-sangat mendukung sekali
pasien dalam memeriksakan kesehatan jiwa, dukungan yang
diberikan kepada pasien berupa moril maupun materil dan
mengatakan pasien untuk melakukan kontrol rutin.
b) Dukungan Sosial
Penerimaan masyarakat pada pasien, yaitu sewajarnya
seperti masyarakat biasa, dan pasien diperlakukan dalam
seperti masyarakat biasa, tetangga atau masayarakat tidak
mendukung pasien untuk kontrol rutin setiap bulan di rumah
sakit jiwa.
89
c) Petugas Kesehatan
Setiap kali pasien melakukan kontrol rutin, petugas kesehatan
selalu memberi dukungan dan memotivasi pasien untuk terus
melakukan kontrol rutin, dengan mengingatkan minum obat
teratur dan menjelaskan pada pasien tentang jamkesmas karena
banyak pasien yang menggunakan jamkesmas.
1.3 Pembahasan
Motivasi adalah kebutuhan psikologis yang telah memiliki
corak atau arah yang ada dalam diri individu yang harus
dipenuhi agar kehidupan kejiwaannya terpelihara, yaitu
senantiasa berada dalam keadaan seimbang yang nyaman.
(Sutardjo& Wiramihardja, 2004)
Orang yang mempunyai motivasi diri cenderung lebih
produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan
(Mulyani, 2008).
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada ke-4 orang riset
partisipan maka keempat riset partisipan mempunyai motivasi
masing-masing untuk ingin sembuh dan ke empat riset
partisipan ini ingin kembali ke keadaan sehat kembali dan bisa
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bisa mereka lakukan dan
dapat menjadi orang yang berguna bagi orang yang ada
disekiar mereka yaitu keluarga mau pun tetangga sekitar.
90
Seperti riset partisipan 1 ingin cepat sembuh dan bisa mencari
pekerjaan, riset partisipan 2 motivasinya tetap menjadi
mengajar di TK (Taman kanak-kanak), bisa mengabdi pada
suami dan keluarga, riset partisipan 3 kalau sembuh ingin
bekerja seperti yang dulu sebagai nelayan dan riset partisipan 4
motivasinya bisa bekerja di pabrik tahu untuk mencari nafkah
bagi pasien sendiri dan kakaknya yang juga sakit.
Keyakinan adalah merupakan pengorganisasian konsep
kognitif, misalnya individu memegang keyakinan yang dapat
dibuktikan melalui kejadian yang dapat dipercaya (Ismani, 2001).
Riset partisipan 1-4 mereka beragama Islam dan memiliki
keyakinan terhadap agama yang mereka anut dimana menurut
ke-4 riset partisipan ketika mereka patuh malakukan kontrol rutin,
keyakinan mereka juga yang mendorong dengan melakukan
kegiatan agama mereka seperti sholat, membaca quran, dapat
menjadi panutan mereka untuk tabah dan tidak putus asa
terhadap keadaan yang mereka alami sehingga selalu semangat
dalam melakukan kontrol rutin secara rutin setiap bulan dan
menurut riset partisipan 2 salah satu hal yang membuat ia
kontrol rutin yaitu untuk sembuh, karena anak-anaknya sudah
besar dan ia tidak mau menjadi beban dalam keluarga dan
bagaimanapun sampai tua ia harus menjalankan kontrol rutin,
karena itu sudah menjadi takdir yang harus ia jalani serta riset
91
partisipan 3 ini mengatakan bahwa keadaan yang ia alami saat
ini merupakan salah satu cobaan sebagai seorang makhluk
Tuhan, sehingga ia harus menjalani semua ini dengan sabar.
Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah
individu, memiliki hubungan antar individu terdapat ikatan,
kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut,
(Johnson & Leni, 2010)
Keluarga adalah tempat pertama kali klien berinteraksi
dan dipandang sebagai pilar utama untuk mencapai
keberhasilan klien bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih
besar. (Andrew,dkk dalam Sudiharto, 2005)
Semua riset partisipan mendapatkan dukungan yang baik
dari anggota keluarga yaitu orang tua, kakak beradik, anak-
anak maupun suami namun riset partisipan 4 tidak
mendapatkan dukungan dari suami dan anak karena ketika
responden sebelum menderita gangguan jiwa, ia diceraikan
oleh suaminya dan anaknya pun dibawa oleh suami sehingga
responden hanya tinggal dengan saudara kandungnya, namun
ia mendapat dukungan untuk patuh kontrol rutin dari saudara-
saudara dan keluarga besarnya, dan adapun riset partisipan
1,2 dan 4 dukungan keluarga yang diberikan selain
mengingatkan setiap bulan untuk patuh kontrol sehingga
penyakitnya tidak kambuh, keluarga memberi dukungan lain,
92
dengan membiarkan pasien kadang melakukan kontrol setiap
bulan sendiri, dengan demikian keluarga dapat membuat
pasien untuk semakin mandiri, sedangkan riset partisipan 3
orang tua dan saudara-saudara selalu memberi dukungan
dengan mengingatkan untuk tidak lupa kontrol setiap bulan dan
orang tua yaitu ayah pasien selalu menemani anaknya setiap
bulan untuk menjalani perawatan di rumah sakit. Jadi ke-4 riset
partisipan ini memiliki dukungan yang besar dari keluarga demi
meningkatkan kesehatan jiwa mereka.
Lingkungan tetangga dan komunitas dimana keluarga
tinggal sangat mempengaruhi keluarga (Friedman,1998)
Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh
terhadap perkembangan manusia, mencakup antara lain
lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan (Riyadi&
Purwanto, 2009)
Tempat tinggal dari ke-4 riset partisipan ini berada
dilingkungan tetangga dan masyarakat. Namun menurut riset
partisipan 1 tetangga tidak mengingatkan untuk kontrol karena
menurut pasien tetangga takut jika mengingatkan pasien akan
malu, riset partisipan 2 tetangga mereka tahu kalau pasien
sakit jiwa namun tetangga/masyarakat sekitar masa bodoh
dengan keadaan yang dialami pasien awal-awalnya saja
93
responden mendapatkan dukungan dari tetangga sekitar untuk
kontrol terhadap kesehatannya, riset partisipan 3 mendapat
dukungan masyarakat saat awal sakit dan masuk rumah sakit,
namun seterusnya tetangga menganggap hal tersebut biasa
saja karna menurut riset partisipan 3 mengatakan namanya
juga mereka orang lain jadi tidak peduli serta riset partisipan 4
mendapat dukungan dari tetangga untuk patuh kontrol itu
karena mereka tahu kalau riset partisipan 4 pusing maka
mereka mengingatkan pasien untuk melakukan kontrol jika
tidak pusing tetangga tidak mengingatkan. Jadi dukungan
sosial yang didapatkan dari ke-4 riset partisipan masih kurang.
Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, dalam
bentuk bio-psiko sosio-spiritual yang komperhensif, ditunjukan
pada individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
(Sudiharto, 2005)
Pelayanan Kesehatan yaitu dokter dan perawat dirumah
sakit dengan memberi perhatian yang baik saat melakukan
perawatan sesuai dengan harapan klien/pasien. (Perry&
Potter, 2005).
94
Dukungan dari petugas kesehatan yaitu perawat dan
dokter di poliklinik RSJD. Amino Gondohutomo Semarang
selalu ada, karena menurut ke-4 riset partisipan, mereka setiap
kali melakukan kontrol mereka selalu diberi obat dan
diingatkan untuk minum obat secara teratur tanpa putus, patuh
kontrol setiap bulan dan tidak boleh terlambat serta pasien
diberitahu untuk setiap hari selalu melakukan aktivitas seperti
berdoa, berolahraga dan mengerjakan sesuatu yang bisa
dikerjakan tanpa ada paksaan dan riset partisipan 4 sempat
terlambat melakukan kontrol sekali maka petugas kesehatan
menanyakan kendalanya dan tetap memberi dukungan untuk
tetap mengingatkan pasien agar tetap melalukan kontrol jadi
dukungan petugas kesehatan pada ke-4 riset partisipan setiap
bulan harus melakukan perawatan dirumah sakit secara rutin
demi meningkatkan kesehatan jiwa pasien untuk lebih baik dari
keadaan sebelumnya.