BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu...

126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Lokasi dan Keadaan Masyarakat Kampung Laweyan a. Lokasi Kampung Batik Laweyan Kampung Batik Laweyan merupakan salah satu kampung yang berada di wilayah Kota Surakarta. Wilayah kampung batik Laweyan secara administratif, termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah kampung Laweyan berada di sebelah barat daya dari pusat pemerintahan Kota Surakarta berjarak kurang lebih sekitar 15 km, adapun batas-batas wilayah Kampung Laweyan adalah sebagai berikut. Sisi sebelah utara Kampung Laweyan berbatasan dengan dengan wilayah Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan yang dibatasi oleh jalan Dr. Radjiman sekarang, dahulu jalan ini merupakan jalan yang digunakan sebagai jalur transportasi darat utama bagi masyarakat dan bernama jalan Laweyan. Sisi sebelah selatan wilayah Kampung Laweyan, berbatasan dengan kelurahan Banaran, Kabupaten Sukoharjo. Di wilayah ini terdapat sebuah sungai yaitu sungai Jenes yang juga sekaligus menjadi pembatas antara wilayah Kota Surakarta dengan Kabupaten Sukoharjo. Dahulu masyarakat menyebut sungai ini sebagai Sungai Kabanaran. Pada masa lalu, sungai tersebut merupakan jalur utama transportasi dan perdagangan yang terhubung langsung ke Sungai Bengawan Solo. Bagian barat wilayah Kampung Laweyan berbatasan dengan Kelurahan Pajang, Kabupaten Sukoharjo. Di Kelurahan Pajang inilah terdapat situs Kerajaan Pajang. Sisi sebelah timur Kampung Laweyan berbatasan dengan Kalurahan Bumi, yang masih termasuk kedalam wilayah administratif kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Luas wilayah Kampung Laweyan adalah 24800 m², yang terbagi ke dalam delapan wilayah kampung, yaitu kampung Kwanggan, kampung Sayangan Kulon, 56

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Lokasi dan Keadaan Masyarakat Kampung Laweyan

a. Lokasi Kampung Batik Laweyan

Kampung Batik Laweyan merupakan salah satu kampung yang berada di

wilayah Kota Surakarta. Wilayah kampung batik Laweyan secara administratif,

termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota

Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah kampung Laweyan berada di sebelah

barat daya dari pusat pemerintahan Kota Surakarta berjarak kurang lebih sekitar

15 km, adapun batas-batas wilayah Kampung Laweyan adalah sebagai berikut.

Sisi sebelah utara Kampung Laweyan berbatasan dengan dengan wilayah

Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan yang dibatasi oleh jalan Dr. Radjiman

sekarang, dahulu jalan ini merupakan jalan yang digunakan sebagai jalur

transportasi darat utama bagi masyarakat dan bernama jalan Laweyan.

Sisi sebelah selatan wilayah Kampung Laweyan, berbatasan dengan

kelurahan Banaran, Kabupaten Sukoharjo. Di wilayah ini terdapat sebuah sungai

yaitu sungai Jenes yang juga sekaligus menjadi pembatas antara wilayah Kota

Surakarta dengan Kabupaten Sukoharjo. Dahulu masyarakat menyebut sungai ini

sebagai Sungai Kabanaran. Pada masa lalu, sungai tersebut merupakan jalur

utama transportasi dan perdagangan yang terhubung langsung ke Sungai

Bengawan Solo.

Bagian barat wilayah Kampung Laweyan berbatasan dengan Kelurahan

Pajang, Kabupaten Sukoharjo. Di Kelurahan Pajang inilah terdapat situs Kerajaan

Pajang.

Sisi sebelah timur Kampung Laweyan berbatasan dengan Kalurahan Bumi,

yang masih termasuk kedalam wilayah administratif kecamatan Laweyan, Kota

Surakarta.

Luas wilayah Kampung Laweyan adalah 24800 m², yang terbagi ke dalam

delapan wilayah kampung, yaitu kampung Kwanggan, kampung Sayangan Kulon,

56

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

kampung Sayangan Wetan, kampung Setono, kampung Lor Pasar, kampung Kidul

Pasar, kampung Kramat dan kampung Klaseman.

Keadaan iklim di Laweyan sama seperti umumnya keadaan iklim daerah-

daerah lain di Jawa Tengah, yaitu beriklim Muson. Daerah yang mempunyai iklim

tersebut dalam setahun terdapat musim hujan pada bulan Oktober sampai April

dan musim kemarau pada bulan Mei sampai bulan September. Curah hujan rata-

rata 24, 25 mm per bulan dan suhu udara rata -rata 27, 29? C.

b. Demografi Masyarakat Laweyan

Kelurahan Laweyan secara fisik dapat dilihat dari jumlah kependudukan dan

mata pencaharian. Menurut data yang diambil dari kelurahan Laweyan per April

2013, Kelurahan Laweyan memiliki jumlah penduduk sejumlah 2.258 jiwa

dengan perincian jumlah penduduk laki-laki berjumlah 1.116 jiwa dan jumlah

penduduk perempuan berjumlah 1.142 jiwa

Wilayah Kelurahan Laweyan, secara administratif terbagi kedalam 3 Rukun

Warga (RW) dan 10 Rukun Tetangga (RT) yang terbagi kedalam 714 kepala

keluarga (KK). Secara umum, tingkat pendidikan pada masyarakat Laweyan rata-

rata terakhir adalah SLTA atau sederajat. Jika dilihat dari segi mata pencaharian

masyarakat secara umum , pekerjaan masyarakat di kampung Laweyan rata -rata

bekerja sebagai karyawan dan pada sektor wiraswasta , terutama dalam industri

batik.

Masyarakat Kelurahan Laweyan, mayoritas memeluk Agama Islam, untuk

lebih jelasnya dibawah disajikan sebuah tabel mengenai demografi masyarakat

Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan Surakarta data di ambil per April 2013.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Tabel 4.1. Data Kependudukan Kelurahan Laweyan Per April 2013

BANK DATA-BULAN APRIL 2013

KELURAHAN LAWEYAN

KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA

UMUR

Kelompok Lk Pr

0 – 4 36 32

4 – 9 85 64

10 – 14 70 96

15 – 19 87 91

20 – 24 83 75

25 – 29 85 85

30 – 39 208 193

40 – 49 168 187

50 – 59 143 143

60 plus 151 176

Jumlah

Laki- laki 1.116

Perempuan 1.142

Jumlah Total 2.258

Kepala Keluarga 714

Rukun Tetangga 10

Rukun Warga 3

PENDIDIKAN

(umur 5 tahun keatas)

Tidak /blm Sekolah 239

Belum tamat SD 60

Tidak Tamat SD 209

TamatSD 201

SLTP/Sederajat 280

SLTA/Sederajat 792

Diploma III/SM 133

Diploma IV/ S1 243

Starta 2 33

Starta 3 1

PEKERJAAN

(Umur 17 tahun keatas)

Belum/tdk bekerja 181

Buruh 83

Guru/Dosen 23

Karyawan 480

Mengurus Rmh Tangga 246

Pelajar/Mahasiswa 208

PNS 33

TNI 3

POLRI 1

Pensiunan/Purnawirawan 44

Wiraswasta 284

Lain-lain 173

AGAMA

Islam 2.078

Kristen 88

Katholik 92

Hindu -

Budha -

Konghucu -

Lainnya -

Sumber : Data Kelurahan Laweyan Per April 2013

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

2. Sejarah Laweyan

a. Asal Muasal Nama Laweyan

Laweyan masa lalu terkenal sebagai daerah yang menjadi pusat

perdagangan lawe yaitu salah satu bahan baku pembuatan tenun. Keberadaan

wilayah Laweyan telah ada sejak sebelum berdirinya Kerajaan Mataram Islam.

Kampung Laweyan merupakan wilayah yang cukup strategis pada masa keraton

Pajang, letak Laweyan yang terletak di antara dua sungai, yaitu sungai Premulung

dan sungai Jenes atau sungai Kabanaran sekarang, dimana di sisi sungai

Kabanaran tersebut terdapat sebuah bandar, yaitu bandar Kabanaran dan pasar

Laweyan.

Letak Laweyan yang strategis ini memungkinkan wilayah Laweyan menjadi

pusat peradagangan dan penjualan lawe yang cukup ramai pada masa itu. Bandar

Sungai Kabanaran yang terletak di tepi sungai Kabanaran memungkinkan para

pengusaha atau saudagar di Laweyan lebih cepat memasarkan produknya ke

bandar besar Nusupan yang berada di tepi Bengawan Solo. Sungai dan Bandar

Kabanaran sebagai cabang dan penghubung jalur menuju sungai Bengawan Solo

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, sosial, dan

budaya masyarakat Laweyan. (Wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013).

Lebih lanjut lihat Catatan Lapangan 1, pada lampiran halaman 200 (Selanjutnya,

dalam kalimat disingkat menjadi CL 1).

Sungai Bengawan Solo merupakan sunga i terbesar yang membelah wilayah

Jawa Tengah dan mengalir sampai ke Jawa Timur, sungai Bengawan Solo sejak

dahulu telah digunakan masyarakat sebagai jalur transportasi utama sebelum

adanya transportasi darat. Dalam hal ini dapat dikaitkan dengan simpulan

Soeratman (1989) yang menyatakan bahwa, “bengawan adalah sebuah sungai

yang terbesar di Jawa sejak zaman kuno yang mempunyai arti penting sebagi jalur

penghubung antara Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk kepentingan ekonomi,

militer, politik, sosial” (hlm. 19).

Pentingnya sungai Bengawan Solo merupakan bukti bahwa sungai

merupakan ja lur transportasi utama kala itu sebelum dibangunnya jalan darat.

Sungai pada masa lalu selain digunakan sebagai jalur transportasi masyarakat,

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

juga digunakan pula dalam mendistribusikan batik dan kegiatan perdagangan

lainnya.

Wilayah Laweyan, dilihat dari sisi sejarah merupakan wilayah yang

termasuk kedalam status tanah perdikan . Tanah Perdikan adalah sistem

pengaturan tanah yang di adopsi dari ajaran hukum India oleh kerajaan-kerajaan

di nusantara. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Schrieke (1975) menyatakan

bahwa pranata daerah bebas yang disebut “perdikan” merupakan suatu

kelanjutan dari ajaran hukum India. Para raja Hindu dapat memberikan kebebasan

dari beban-beban kerajaan (dharma sima swatantra atau membebaskan), kepada

sesuatu desa atau daerah karena sesuatu alasan (Widayati, 2002 : 47).

Wilayah Laweyan dijadikan sebagai tanah perdikan, yaitu tanah yang

dibebaskan dari segala macam beban kerajaan. Status tanah perdikan mulai

diberlakukan sejak era Kerajaan Pajang sampai era Keraton Kasunanan Surakarta.

Status wilayah yang dimerdekakan dan sentra produksi dan perdagangan lawe

menjadikan Laweyan berkembang pesat dari segi ekonomi, sosial maupun budaya

masyarakat Laweyan.

Sejarah mencatat bahwa dengan status sebagai sentra perdagangan lawe,

sampai sentra industri batik itulah Laweyan menjadi terkena. Bahkan asal mula

nama Laweyan sendiri diduga berawal dari sesuatu yang berkaitan dengan usaha

masyarakatnya yaitu berdagang lawe (bahan baku pembuatan benang atau tenun),

hal ini sejalan dengan pendapat Mlayadipura (l981) yang menyatakan bahwa,

“…Asal nama Kampung Laweyan dikatakan berasal dari kata “lawe” atau kapas

yang dipintal kemudian diantih (ditenun) menjadi mori gedog (mori yang rupanya

masih seperti lawe atau belum diberi pemutih) dan kain baju lurik….” (hlm. 10).

Metamorfosis Laweyan sebagai pusat perdagangan lawe menjadi Industri

batik cap sendiri terjadi sekitar abad ke XX bersamaan dengan perkembangan

industri batik di Surakarta.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

b. Kyai Ageng Henis dan Kampung Laweyan

Sejarah kawasan Laweyan barulah berarti setelah Kyai Ageng Henis

bermukim di desa Laweyan pada sekitar tahun 1546 M, tepatnya di sebelah utara

pasar Laweyan. Kyai Ageng Henis adalah putra dari Kyai Ageng Selo, yang

menurut silsilah merupakan keturunan raja dari kerajaan Majapahit yaitu Raja

Brawijaya V (Mlayadipura, 1981).

Laweyan sebagai suatu wilayah sudah berada sejak sebelum keraton

Kasunanan Surakarata Hadiningrat berada, yakni pada masa kerajaan Pajang, pada

saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal

dengan sebutan Jaka Tingkir pada sekitar tahun 1568. Wilayah Laweyan sejak

dahulu sudah terkenal dengan pusat dari perdagangan terutama pusat perdagangan

lawe sebagai bahan utama pembuatan kain, letak Laweyan yang sangat strategis

pada waktu itu.

Keberadaan sungai Jenes sebagai pusat perdagangan serta adanya bandar

Kabanaran yang menghubungkan dengan bandar besar yaitu bandar besar

Nusupan di sisi Bengawan Solo. Perkembangan Laweyan sebagai suatu kawasan

yang terkenal tidak bisa terlepas dari peranan tokoh yang melegenda yaitu Kyai

Ageng Henis (Wawancara, Bapak Drs.Susanto M.Hum, 6 Juni 2013). Lebih lanjut

lihat Catatan Lapangan 2, pada lampiran halaman 208 (Selanjutnya, dalam

kalimat disingkat menjadi CL 2).

Kyai Ageng Henis adalah tokoh yang berjasa menyiarkan agama Islam di

wilayah Laweyan yang dahulu beragama Hindu. Wilayah kampung Laweyan atau

pedukuhan Laweyan awalnya menganut Agama Hindu, yang dipimpin oleh

seorang yang bernama Kyai Ageng Beluk, kemudian Kyai Ageng Henis diutus

untuk mengislamkan wilayah Laweyan dan mendirikan langgar (Mushola) yang

berada di sebelah selatan sungai Jenes. Langgar tersebut sekarang dikenal dengan

nama Masijd Laweyan.

Kyai Ageng Henis adalah tokoh pemuka agama yang sangat terkenal dan

disegani, karena jasanya itu raja kerajaan Demak yang saat itu dipimpin oleh

Raden Patah memberikan tanah di kampung Laweyan dan dijadikan sebagai

wilayah atau tanah perdikan yang dibebaskan dari segala macam pajak kerajaan

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Demak dan keraton Pajang. Kampung Laweyan dahulu merupakan daerah

perdikan dari kerajaan Pajang, kerajaan Pajang saat itu di pimpin oleh Sultan

Hadiwijaya atau terkenal dengan nama Jaka Tingkir.

Kampung Laweyan awalnya merupakan sebuah wilayah yang memeluk

Agama Hindu, setelah terjadinya Islamisasi, masyarakat Laweyan kemudian

memeluk islam, termasuk Kyai Ageng Beluk sendiri yang memeluk Islam dan

wilayah Laweyan, dijadikan sebagai wilayah atau tanah perdikan .

Tanah perdikan adalah tanah yang diberikan oleh kerajaan atau raja karena

pengabdian seseorang terhadap raja, tanah Laweyan diberikan kepada Kyai

Ageng Henis, sebagai balas jasa kepada kepada Sultan Hadiwijaya atau Jaka

Tingkir raja dari kerajaan Pajang waktu itu. Sejak era Kerajaan Demak sampai era

Kasunanan tanah Laweyan tetap menjadi tanah perdikan. Tanah pemberian ini

kemudian diberi nama Laweyan, karena wilayah ini terkenal dengan komoditas

perdagangan atau bahan baku pembuatan lawe yang sangat terkenal dan besar saat

itu (wawancara, Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1, pada

lampiran halaman 200.

Kyai Ageng Henis atau Kyai Ageng Laweyan merupakan tokoh yang

melegenda dalam kehidupan masyarakat Laweyan dan tokoh yang berjasa dalam

penyiaran agama Islam di wilayah Laweyan, Mlayadipura (1981) mengemukakan,

“Kyai Ageng Henis atau Kyai Ageng Laweyan merupakan manggala pinitu

waning nagara ” (hlm. 15). Sebutan tersebut merupakan suatu tanda hormat yang

ditunjukan sebagai tanda balas jasa atas pengabdian Kyai Ageng Henis kepada

Kerajaan Pajang.

Kyai Ageng Henis bertempat tinggal disebelah selatan sungai Kabanaran

atau Sungai Jenes sekarang, disebuah rumah dinas yang diberikan oleh Kerajaan

Pajang, konsep rumah tersebut menggunakan konsep rumah pangeran yaitu

dengan salah satu ciri rumah tersebut memiliki 32 saka pengiring , awalnya rumah

tersebut merupakan sebuah candi pemujaan umat Hindu masyarakat Laweyan

sebelum kedatangan Kyai Ageng Henis.

Kyai Ageng Henis menggunakan rumah ini sebagai rumah dinas, setelah

wafat dan dimakamkan di pesarean Laweyan yang berada di belakang Masjid

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Laweyan, rumah tempat tinggal Kyai Ageng Henis ditempati oleh cucunya yang

bernama Bagus Danang atau Mas Ngabehi Sutowijaya. Sutowijaya atau lebih

dikenal dengan sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar, kemudian pindah ke

Mataram tepatnya di Kota Gede , Yogyakarta sekarang dan menjadi raja pertama

Dinasti Mataram Islam dengan sebutan Panembahan Senapati yang kemudian

menurunkan raja -raja Mataram Islam. (wawancara Ibu Nanik Widayati, 21 Mei

2013). Lebih lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman 200.

3. Kehidupan Masyarakat Laweyan

Kampung Laweyan sejak dahulu sudah terkenal sebagai daerah di mana

pengusaha. Kampung Laweyan awalnya merupakan kampung penghsil bahan

pembuat kain (lawe), kemudian bermetamorfosis menjadi sentra industri batik.

Produksi batik di Laweyan mulai berkembang pada abad ke XX bersamaan

dengan perkembangan industri batik di Surakarta. Pengusaha batik di Laweyan

memasarkan produksinya tidak hanya untuk pasar setempat, tetapi diproduksi

untuk pasar yang berskala nasional.

Budaya masyarakat Laweyan tidak terlepas dari sejarah dan lokasi serta

potensi alam di mana Laweyan terletak. Pekembangan kehidupan masyarakat dan

budaya masyarakat Laweyan tidak terlepas dari sejarah dan budaya kerajaan Jawa

saat itu, tradisi lisan legenda Kyai Ageng Henis dan Raden Pabelan pada zaman

Pajang, Raden Ayu Lembah dan Pelarian Paku Buwana II pada zaman Kartasura

berpengaruh terhadap budaya masyarakat Laweyan (Soedarmono, 2006).

Legenda dan foklor masyaraka t Laweyan ditambah dengan sejarah

Laweyan yang merupakan pusat dari komoditas perdagangan lawe telah

membentuk kepribadian dan budaya masyarakat saudagar batik Laweyan yang

mempunyai cita-cita, norma, nilai, dan hukum yang berlaku untuk komunitasnya.

Kutukan sebagai orang yang hanya mengejar harta semakin mengukuhkan

saudagar batik sebagai pedagang atau saudagar kaya yang mandiri. Legenda

Laweyan sebagai tanah perdikan . Kyai Ageng Henis, menjadikan wilayah

Laweyan bebas pajak dan merdeka dari segala macam beban kerajaan, sehingga

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

pada perkembangan selanjutnya masyarakat Laweyan menjadi masyarakat

mandiri dalam perekonomian.

Laweyan berstatus sebagai tanah perdikan dimulai dari masa kerajaan

Pajang abad ke-16 hingga masa Kasunanan Surakarta abad ke-20. Hal ini

menunjukkan bahwa daerah Laweyan merupakan satu daerah penting dalam

pertumbuhan kebudayaan Jawa selama empat abad. Hal ini berdampak pada

keluasan bangunan rumah saudagar batik, rata -rata luas banguan saudagar batik

Laweyan sekitar 500 m² lebih. (wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013).

Lebih lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman 200.

Kehidupan masyarakat Jawa, jauh sebelum kedatangan Kolonial Belanda

masyarakat Jawa telah mengenal adanya sisitem strtifikasi sosial dalam kehidupan

bermasyarakat. Secara umum stratifikasi sosial masyarakat Jawa tradisional

terbagi kedalam tiga lapisan masyarakat,yaitu Raja, Priyayi, dan Kawula .

Kedudukan hiearki tertinggi dalam masyarakat Jawa adalah seorang Raja yang di

daulat sebagai penguasa seluruh kerajaan dar i berbagai aspek kehidupan.

Masyarakat Laweyan secara sosial tidak dapat dikategorikan sebagai priyayi

keraton atau abdi dalem keraton, masyarakat Laweyan adalah pribadi mandiri dan

terlepas dari kehidupan keraton yang bebas merdeka. Saudagar Laweyan tidak

memiliki kedudukan kultural yang dianggap terhormat dalam masyarakat Jawa

yang feodalistis, masyarakat Laweyan dikategorikan sebagai kawula sekelas

dengan rakyat biasa, meskipun memiliki kekuatan ekonomi dan kekayaan yang

tidak jarang melebihi para bangsawan dan priyayi (Soedarmono, 2006).

Masyarakat Laweyan sejak dahulu telah memposisikan diri sebagai

kelompok masyarakat yang mandiri, yaitu sebagai kelompok masyarakat

pedagang, sehingga masyarakat Laweyan khususnya saudagar batik memilki

karakter berbeda dengan para bangsawan dan priyayi keraton. Karakter orang

Laweyan berbeda dengan para priyayi keraton, masyarakat Laweyan hanya

berfokus pada perdagangan sedangkan para priyayi keraton menjunjung tinggi

nilai-nilai feodalisme keraton.

Masyarakat Laweyan menganggap status priyayi lebih rendah daripada para

saudagar Laweyan, karena priyayi menerapkan prinsip dan gaya hidup yang

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

berfoya-foya dan tidak menghargai uang dalam kehidupan. Secara umum

masyarakat laweyan memiliki karakter tertutup dibandingkan dengan masyarakat

lainnya. Hal ini yang menyebabkan masyarakat Laweyan termarginalkan dari

sistem sosial yang berlaku di keraton dan hanya menempati posisi kawula atau

rakyat kebanyakan walaupun kekayaan para saudagar batik Laweyan khususnya

melebihi kekayaan para bangsawan keraton (Wawancara bapak Drs.Susanto,

M.Hum, 6 Juni 2013). Lebih lanjut lihat CL 2 pada lampiran halaman 208.

Kedudukan masyarakat saudagar batik Laweyan yang secara sosial

diklasifikasikan sebagai kawula, menjadikan masyarakat Laweyan membentuk

kelompok komunitas yang berlaku untuk komunitas sendiri, pengelompokan

sosial dalam kehidupan masyarakat Laweyan dibagi kedalam beberapa kelompok

sosial. Dalam hal ini Widayati (mengutip simpulan Sarsono dan Suyatno, l985)

menyatakan bahwa:

Secara umum masyarakat Laweyan dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok yaitu kelompok wong saudagar (orang pedagang), wong cilik (orang kebanyakan atau rakyat), wong mutihan (Islam atau alim ulama) dan wong priyayi (bangsawan atau pejabat). Selain itu dikenal pula golongan saudagar atau juragan batik dengan pihak wanita sebagai pemegang peranan penting dalam menjalankan roda perdagangan batik yang biasa disebut dengan istilah mbok mase atau nyah nganten. Sedang untuk suami disebut mas nganten sebagai pelengkap utuhnya keluarga (2000: 42).

Kedudukan masyarakat Laweyan yang tidak disejajarkan status sosialnya

dengan para priyayi dan bangsawan keraton, walaupun memiliki kekayaan yang

melebihi bangsawan kera ton menyebabkan timbulnya masyarakat Laweyan yang

bebas merdeka tanpa terikat oleh feodalisme keraton dan cepat berkembang, baik

dari segi ekonomi ataupun segi kebudayaan. Oleh karena itu, ketika

berkembangnya kebudayaan Indis, masyarakat Laweyan khususnya saudagar

batik menajdi pendukung berkembangnya kebudayaan in i, hal ini dilakukan oleh

masyarakat saudagar batik pada khusunya sebagai sarana penunjukkan identitas

diri dari saudagar Laweyan yang termarginalkan dari sistem budaya feodal

keraton.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

4. Pola Pemukiman Kawasan Kampung Batik Laweyan

Masyarakat dan pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan

satu dengan lainnya, pemukiman suatu masyarakat cenderung berkelompok,

karena kodrat manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mereka menjalani

hidupnya secara berkelompok bersama kelompok masyarakat lainnya.

Pengelompokan permukiman dapat didasarkan atas kesamaan golongan

dalam masyarakat, seperti pengelompokan pemukiman dari lapisan sosial tertentu,

pengelompokan pemukiman dari profesi tertentu dan pengelompokan pemukiman

atas dasar suku bangsa tertentu (Widayati, 2002).

Awal abad ke XX terdapat dua kawasan pemukiman besar di Hindia -

Belanda , yaitu Pemukiman Belanda di bawah pemerintahan gubernur Belanda,

yang mengurus daerah di dalam Benteng dan penduduknya dan pemukiman

pribumi yang berada di luar gerbang benteng. Diberlakukannya Politik Etis, yang

memperbolehkan pembukaaan perusahaan swasta dan meningkatnya penduduk di

pusat kota. Oleh karena itu pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan kebijakan

desentralisasi dengan membentuk kota otonom pertama pada tahun 1905 (Jessup,

1985).

Pertambahan penduduk yang cukup cepat dengan kedatangan bangsa

Kolonial Belanda , berpengaruh terhadap kota-kota dan pola pemukiman di Pulau

Jawa termasuk di Surakarta. Sarana dan prasarana kota lama sudah tidak dapat

menampung lagi pertambahan penduduk dan kemajuan jaman. Pola pemukiman

yang dibentuk oleh kolonial Belanda ditandai dengan mengambil prototype dari

tata kota lama dengan alun-alun sebagai cirinya dan menjadikan alun-alun sebagai

pusat kekuasaan administrasi kolonial Belanda dengan membangun benteng. Hal

ini sebagai upaya dapat lebih mengontrol kepentingan ekonomi kolonial Belanda

(Handinoto & Paulus, 1996).

Struktur kota kolonial telah direncanakan dan tumbuh berdasarkan asumsi

bahwa suku dan asal etnis merupakan prin sip utama dari organisasi sosial. Sistem

pemisahan etnis dikombinasikan dengan kekhususan pemukiman, baik diantara

maupun di dalam kelompok etnis. Meskipun ada pemusatan orang-orang berstatus

sosial tinggi dan rendah dalam masing-masing kelompok, namun tidak pernah ada

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

f

c

d

b

a

e

Keraton sebagai

Titik Sentral

percampuran menyeluruh antara suku-suku bangsa dan kelas sosial. Karena

pemisahan pemukiman menjadi pedoman pokok, orang-orang dari kelompok etnis

yang sama tapi berlainan status sosial ekonomi, cenderung tinggal berdekatan. Hal

ini dilakukan sebagai upaya untuk meredam konflik antar etnis.

Melihat pola pemukiman yang dibentuk oleh Kolonial Belanda, secara

umum pemukiman di wilayah Surakarta terbagi kedalam enam kawasan spesifik.

Kawasan-kawasan tersebut terletak mengelilingi keraton, karena keraton

merupakan titik pusatnya. Hal ini diperkuat dengan pendapat Widayati bahwa,

“secara makro wilayah kota Surakarta dapat dibagi ke dalam beberapa satuan

ruang spesifik, yaitu Kawasan Pecinan, Kawasan Arab, Kawasan Santri, Kawasan

Ningrat, Kawasan Peja galan, dan Kawasan Pengrajin” (2002 : 8). Berikut

digambarkan peta kawasan spesifik wilayah Surakarta

Gambar 4.1. Peta Letak Kawasan Spesifik Wilayah Surakarta. a. Kawasan

Pecinan; b. Kawasan Arab; c. Kawasan Santri; d. Kawasan Ningrat; e. Kawasan Pejagalan; f. Kawasan Pengusaha Batik (Sumber: Widayati, 2002 : 9).

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Kawasan Pecinan ada di Kampung Balong, kawasan Arab ada di Pasar

Kliwon, Kawasan Santri ada di Kauman, Kawasan Ningrat ada di Jero Beteng,

Kawasan Pejagalan di Kampung Pejagalan, Kawasan pengrajin ada di Kampung

Laweyan. Pada masa kejayaan keraton Kasunana n Surakarta Hadiningrat,

kawasan-kawasan tersebut memiliki kontribusi yang cukup besar dalam

perekonomian keraton.

Kawasan Laweyan apabila dilihat dari letak kawasan, terletak pada

pinggiran kota Surakarta, yang apabila ditinjau dari struktur kotanya merupakan

suatu kawasan kantong atau kawasan enclave, kawasan atau enclave secara

administratif tidak mungkin akan berkembang dibandingkan dengan kawasan lain

yang berada dekat dengan pusat pemerintahan, dan kawasan Laweyan termasuk

kedalam pola pemukiman kawasan pengrajin karena masyarakat Laweyan adalah

para pengrajin batik, baik batik cap ataupun batik tulis.

Pola pemukiman Laweyan terbentuk seperti pola papan catur (gird ). Pola

papan catur ditandai dengan sirukluasi jala n dan gang yang membentuk pola

kotak-kotak seperti papan catur. Sirkulasi jalan yang berada di kampung Laweyan

sendiri di bagi kedalam tiga pola atau sirkulasi jalan, yaitu jalan utama, jalan

pemukiman dan jalan gang. Pola penataan ruang kawasan Laweyan, ditinjau dari

sisi tata ruang kawasan, dipengaruhi oleh keterikatan hubungan antara pekerja dan

pemilik batik. Sisi jalan utama merupakan perumahan para saudagar batik,

sedangkan kawasan belakang merupakan kawasa n perumahan pekerja batik.

Tatanan ini memberikan kemudahan bagi pebatik untuk bekerja sambil menangani

tugas rumah tangga. (Wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih

lanjut lihat CL 1, pada lampiran halaman 200.

Jalan utama, yaitu jalan yang melewati kawasan tersebut dan

menghubungkan antar kota yang berada di antara kawasan tersebut. Jalan tersebut

mempunyai lebar jalan kira-kira 15 meter (jalan Dr.Radjiman sekarang) . Jalan

lingkungan, yaitu jalan yang menghubungkan antar sub kawasan atau wilayah di

Laweyan, mempunyai lebar kurang lebih 6 meter. Jalan kecil (gang), yaitu jalan

yang berada di antara rumah penduduk yang mempunyai lebar sekitar 2,3 meter.

Rumah yang berada di Laweyan dikelilingi tembok tinggi dan mempunyai regol

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

(pintu masuk ke halaman) yang besar dan kokoh, pada umumnya gang tersebut

berada di antara tembok-tembokg (beteng) batas kapling rumah para saudagar

batik yang mempunyai ketinggian kurang lebih sekitar 6 meter (Observasi

Lapangan, 21 Mei 2013).

Gambar 4. 2. Salah Satu Bentuk Sirkulasi Jalan Gang yang Terdapat di Kawasan

Kampung Batik Laweyan. (Dokumentasi Pribadi, 21 Mei 2013) .

Kehidupan suatu masyarakat tidak dapat dipisahkan dari tempat tinggal atau

pemukiman. Biasanya pemukiman masyarakat cenderung berkelompok, karena

pada dasarnya manusia dalam masyarakat menjalani kehidupan secara

berkelompok.

Pemukiman dalam suatu masyarakat pada dasarnya terbagi kedalam dua

pola pengelompokan pemukiman, yakni menurut kepercayaan dan menurut mata

pencaharian. Hal ini sejalan dengan pendapat Priyatmono (2004); Widayati (2002)

bahwa, pengelompokan permukiman juga bisa terbentuk atas dasar kepercayaan

dari masyarakat dan atas dasar sistem teknologi mata pencahariannya.

Pengelompokan permukiman tersebut tidak selalu menghasilkan bentuk denah

dan pola persebaran yang sama, tetapi tergantung pada latar belakang budaya

yang ada.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Permukiman di kampung Laweyan termasuk ke dalam pemukiman

tradisional. Pemukiman tradisional biasanya memilki ciri atupun identitas yang

membedakan dengan kampung lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Antariksa

(mengutip simpulan Krisna et al, 2005) bawa, permukiman tradisional adalah aset

kawasan yang dapat memberikan ciri ataupun identitas lingkungan. Identitas

kawasan tersebut terbentuk dari pola lingkungan, tatanan lingkungan binaan, ciri

aktifitas sosial budaya dan aktifitas ekonomi yang khas (2011: 5). Kampung

Laweyan sebagai pemukiman tradisional memiliki salah satu identitas yang

disebutkan di atas, yaitu memiliki aktifitas ekonomi yang khas sebagai pengrajin

batik.

Kampung Laweyan sebagai kampung tradisional terbentuk dari banyaknya

profesi pedagang dan pengusaha batik, dalam pembagian kelompok pemukiman,

Laweyan terdiri dari dua kelompok pemukiman besar, yaitu kelompok

pemukiaman saudagar batik dan buruh batik. Kelompok tersebut terbentuk

berdasarkan kesamaan etnis dan profesi atau mata pencaharian yaitu produksi

batik.

Wilayah kampung Laweyan merupakan suatu perkampungan yang memiliki

penduduk homogen dalam hal mata pencaharian yaitu pengusaha dan pekerja

industri batik. Secara keseluruham, luas wilayah kampung Laweyan adalah 24,83

Ha, dengan pembagian wilayah terdiri dari 20,56 Ha tanah pekarangan dan

bangunan, sedang yang berupa sungai, jalan, tanah terbuka, kuburan seluas 4,27

Ha.

Pola pemukiman berbentuk grid atau pola papan catur disebabakan adanya

pembagian persil tanah kawasan Laweyan antara saudagar batik besar, sedang dan

buruh batik. Secara garis besar, pembagian persil tanah kawasan Laweyan, di bagi

kedalam tiga bagian tanah persil, yaitu persil untuk juragan dan untuk buruh batik,

jenis persil rumah di Laweyan secara garis besar terdiri dari persil rumah juragan

batik besar seluas 1000 m²-3000 m² , persil rumah juragan batik sedang antara 300

m²-1000 m², persil milik buruh batik antara 25 m²-100 m².

Besaran persil tanah yang dimiliki menunjukkan tingkat kekayaan dari

masyarkat Laweyan pada umumnya dan saudagar batik pada khususnya. Semakin

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

besar persil tanah yang dimiliki menunjukkan semaikin sukses saudagar tersebut

dalam perdagangan batik. Pembagian persil tanah, pada pemukiman di Laweyan

menyebabkan pola pemukiman pada kampung Laweyan membentuk jaringan-

jaringan jalan yang membentuk blok-blok seperti papan catur atau pola grid dan

seakan tertutup dari lingkungan masyarakat sekitarnya . Blok-blok perumahan

tersebut biasanya dimilki oleh para saudagar batik Laweyan yang memilki persil

tanah cukup luas.

Sistem kisi-kisi atau pola gird, mengandaikan suatu bidang dibentuk

sedemikian rupa oleh jaringan-jaringan jalan sehingga blok-blok yang ada seperti

sebuah papan catur. Pola papan catur adalah pola pemukiman yang berderet

seperti papan catur atau kotak-kotak. Pola pemukiman seperti ini hampir sama

seperti pola pemukiman rumah di negeri Belanda yang biasa disebut pula grid on

patron atau pola papan catur.

Prinsip otonomi dan kegiatan usaha produksi dan perdagangan batik sangat

berkaitan dengan pengaturan sistem jalan di kawasan tersebut. Pola tatanan ruang

kawasan juga dipengaruhi oleh pola ikatan kekeluargaan, mengingat industri batik

merupakan industri rumahan yang erat kaitannya dengan kekerabatan, sebagai

hasil dari ikatan perkawinan antar keluarga serta banyaknya pekerja wanita.

Dengan sistem seperti ini para wanita Laweyan bisa mengurus rumah tangga

walaupun mereka bekerja (Wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih

lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman 200

Pemakaian pola grid on patron secara teoritis, menurut Antariksa (mengutip

simpulan Stanislawski, 1946) bahwa pola ini didasari atas dua macam

pertimbangan. Pertama, adalah alasan efisiensi penggunaan ruang, berkaitan

dengan anggapan bahwa bangunan pada umumnya berbentuk persegi

(rectangular). Kedua, adalah alasan berkaitan dengan penyiapan jalan untuk

keperluan barisan prosesi memanjang dan lurus (straight processional street).

Pola ini diterapkan baik di kawasan Laweyan sebagai wilayah yang memilki corak

yang spesifik , sebagai kawasan yang dihuni oleh masyarakat yang memiliki mata

pencahaian sebaga i pengusaha dan pengrajin batik (2011 : 2)

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Elemen kawasan kampung Laweyan dibentuk oleh butiran masa yang saling

berdekatan dan membentuk jalan-jalan merupakan ciri lain dari pemukiman

tradis ional. Permukiman tradisional biasanya banyak dicirikan dengan munculnya

massa bangunan yang mempunyai tampak berupa dinding-dinding tertutup

menghimpit dan dikelilingi oleh gang atau jalan sempit .

Pemukiman pengusaha batik berskala besar di kampung Laweyan memiliki

masa bangunan rumah yang cukup luas dan besar. Bangunan rumah tersebut

biasanya dikelilingi oleh tembok-tembok tinggi. Tembok-tembok yang

mengelilingi kampung Laweyan hampir mirip dengan tembok cepuri yang

mengelilingi keraton Surakarta.

Permukiman tradisional Laweyan, merupakan manifestasi dari nilai sosial

budaya masyarakat yang erat kaitannya dengan nilai sosial budaya penghuni

pemukiman tersebut, yang dalam proses penyusunannya menggunakan dasar

norma-norma tradisi serta ekonomi yang khas.

Pola pemukiman sistem gird, menjadikan kawasan kampung Laweyan

seakan tertutup dengan dunia luar dan juga gird bisa dikatakan sebuah upaya

merefleksikan budaya masyarakat Laweyan yang termarginalkan dalam

stratifikasi sosial para priyayi keraton sebagai suatu kawasan pengrajin dan

pengusaha batik yang independen dan mandiri dalam bidang ekonomi.

(Wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1 pada

lampiran halaman 200.

Pola tata ruang pemukiman berbentuk gird tersebut juga merupakan akibat

dari peran pembatik yang mayoritas adalah wanita, dimana pekerja batik wanita

membutuhkan akses yang dekat dan mudah antara rumah dengan tempat kerja ,

supaya dapat bekerja sekaligus mengurus rumah tangga. Ditinjau dari persaingan

dagang, keamanan terhadap kekayaan maupun rahasia perusahaan, secara fisik

melahirkan bentuk bangunan yang tertutup. Dengan kata lain, bukti morfologi

kawasan Laweyan yang mayoritas adalah pengusaha dan pekerja batik, dan pola

pemukiman yang berbentuk sistem grid merefleksikan budaya masyarakat yang

independen dan sistem mata pencaharian sebagai pengusaha batik .

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

B. Hasil Penelitian

1. Latar Belakang Masuknya Kebudayaan Indis di Laweyan

a. Latar Belakang Masuknya Kebudayaan Indis di Surakarta

Surakarta merupakan salah satu wilayah bekas ibu kota dari kerajaan

Mataram Islam. Surakarta terbentuk karena adanya suatu perjanjian yang dikenal

dengan perjanjian Giyanti sekitar tahun 1755. Perjanjian Giyanti merupakan suatu

perjanjian yang digunakan Belanda sebagai strategi memecah kerajaan Mataram

Islam menjadi dua bagian wilayah yakni, Kasunanan Surakarta Hadiningrat, di

bawah pemerintahan Paku Buwana dan Kasultanan Yogyakarta di bawah

pemerintahan Hamengkubuwana. Setelah pemisahan tersebut kedua wilayah

disebut dengan nama vorstenlanden yang berarti daerah kerajaan Jawa (Larson,

1990).

Wilayah vorstenlanden mempunyai otoritas sendiri dalam mengatur

wilayahnya, termasuk dalam mengatur sistem pemerintahan dan sebagai pusat

dari kebudayaan Jawa, walaupun masih dalam pengawasan pemerintah kolonial

Belanda.

Otoritas sendiri dalam mengatur wilaya h memunculkan suatu pengaruh

yang cukup besar dalam bidang kebudayaan, khususnya kebudayaan Jawa.

Kebudayaan Jawa yang berkembang di dalam keraton memancarkan pengaruhnya

ke segala penjuru kerajaan, termasuk ketika kebudayaan Eropa (Belanda) masuk

ke dalam lingkungan keraton.

Surakarta sebagai pusat kerajaan memiliki penduduk yang heterogen.

Prularisme penduduk mengakibatkan adanay pengelompokan sosial di kalangan

masyarakat Surakarta berdasarkan etnis dan kelompok mata pencaharian. Secara

umum, masyarakat Surakarta pada masa kolonial, terbagi kedalam tiga kelompok

besar yaitu orang Jawa yang tinggal di pedesaan, orang Eropa yang kebanyakan

adalah orang-orang Belanda, orang Cina dan Arab yang tinggal di kota-kota

(Suhartono, 1991).

Perkembangan penduduk di kota Surakarta merupakan dampak dari

kebijaksanaan dari politik etis yang diterapkan Belanda. Politik etis menyebabkan

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

berkembangnya perusahaan swasta seperti perkebunan, pelayaran, pe rkeretaapian

yang memerlukan banyak tenaga kasar, tenaga menengah maupun tenaga

professional dan urbanisasi besar-besaran dari bangsa Belanda ke wilayah

pedalaman. Situasi yang demikian mengakibatkan bertambahnya penduduk

Surakarta dan perkembangan lokasi hunian (Qamarun dan Prayitno, 2007).

Berikut disajikan tabel perkembangan penduduk Surakarta selama kurun

waktu tahun 1900-1930 :

Tabel 4.2 Perkembangan Penduduk Surakarta Tahun 1900 -1930

(Sumber : Suhartono, 1991: 196; Prasangka, 2005: 22)

Penduduk Surakarta meningkat dari tahun ketahun seiring dengan

perkembangan kota tersebut. Golongan penduduk Eropa sebagai penguasa

jumlahnya tidak terlalu banyak jika dibandingkan golongan Cina dan golongan

pribumi. Jumlah golongan pribumi (Jawa) di Surakarta , menduduki jumlah yang

terbanyak namun demikian dalam struktur kolonial golongan ini menempati posisi

paling bawah, karena berlakunya sistem strtifikasi masyarakat yang diberlakukan

oleh pemerintah kolonial dan hanya beberapa persen saja yang menduduki posisi

lebih baik , yakni golongan elit pribumi yang memiliki hubungan dekat dengan

pejabat pemerintah kolonial Belanda.

Masyarakat urban di Hindia Belanda secara umum dikelompokan menjadi

tiga kelompok besar, yang terdiri dari golongan pribumi, golongan Eropa, dan

golongan Cina dan Arab. Hal ini berkaitan dengan pendapat Handinoto (1994),

yang menyatakan bahwa:

Tahun Jawa Eropa Cina Arab dan Melayu Lain-lain Jumlah

1900 1.499.438 3.637 9265 171 262 1.512.773

1905 1.557.996 3.335 11.725 - - 1.593.056

1917 2.042.954 3.919 13.997 - - 2.060.870

1920 2.029.843 5.003 14.701 - - 2.049.547

1930 2.535.594 6.555 21.224 1.475 - 2.564.848

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Masyarakat urban pada jaman kolonial di Hindia Belanda pada umumnya terbagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama adalah golongan pribumi yangmerupakan penduduk asli setempat. Kelompok kedua sering disebut sebagai“vreemde oosterlingen” (Timur Asing), yang terdiri atas orang Cina, Arab serta orang Asia la innya. Sedangkan kelompok yang ketiga golongan orang Eropa. Golongan orang Eropa terdiri dari masyarakat Indo-Eropa atau sering disebut sebagai masyarakat Eurasia dan orang Belanda totok (hlm. 2). Stratifikasi masyarakat pada masa kolonialisme Belanda menempatkan

pejabat Belanda dan orang Eropa termasuk didalamnya adalah pengusaha Eropa

berada pada lapisan pertama, kemudian disusul oleh bangsa timur asing yaitu

golongan saudagar Cina dan Arab, serta yang terakhir adalah golongan pribumi.

Dalam hal perkembangan budaya Indis di Hindia-Belanda pada umumnya dan

Surakarta pada khusunya , golongan pejabat Belanda, pengusaha Eropa serta para

sauda gar Cina dan Arab menjadi pendukung utama lahir dan berkembangnya

budaya Indis.

Kebudayaan Indis merupakan bagian dari kebudayaan urban pada abad ke

XVII dan XVIII, yang melanda mayoritas rumah tangga di Batavia dan kota-kota

besar kolonial lainnya di Jawa. Handinoto (1994); Soekiman (2000) menyatakan

bahwa, kebudayaan Indis berkembang di Hindia Belanda diawali oleh kebiasaan

hidup membujang dan membawa istri dari para pegawai Belanda, prototype dari

kebudayan Indis tumbuh akibat hubungan dari laki-laki Eropa yang mengambil

gundik para pembantu rumah tangga wanita Indonesia (Nyai), yang kemudian

membentuk keluarga .

Perkembangan budaya Indis di Jawa, pada awalnya hanya didukung oleh

para pejabat kolonial, pemilik perkebunan, saudagar Cina dan Arab, dan sebagian

abdi dalem dan bangsawan keraton yang memiliki kecukupan harta untuk

melakukkan gaya dan pola hidup Indis. Seiring masuknya modal swasta pada

bidang-bidang pertanian dan perkebunan maka budaya indis tumbuh subur di

lingkungan perkebunan dan mulai menjamur dikalangan masyarakat luas.

Proses perkembangan kebudayaan Indis di Jawa pada umumnya dan

Surakarta pada khususnya, berlangsung cukup intensif dan lama, serta

menghasilkan wujud kebudayaan yang unik, khususnya dalam bidang arsitektur

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Indis yang tidak terdapat pada daerah koloni lain di Hindia -Belanda. Proses

perkembangan kebudayaan Indis di Jawa, dapat digambarkan sebaga i berikut :

Bagan. 4.1. Proses Akulturasi dari Kebudayaan Indis antara Kebudayaan Belanda- Jawa. (Sumber: Djoko Soekiman, 2000 : 43)

Selama awal abad ke IXX, kebudayaan tersebut terlihat jelas pada

kehidupan keluarga pejabat sipil Eropa, pejabat angkatan bersenjata serta opsir

bawahannya, pengusaha yang hidup di kota -kota dan para tuan tanah. Kebudayaan

Indis juga dianut pada keluarga opsir peranakan Cina, yang kaya dan bahkan

beberapa juga terlihat pada tuan tanah orang Arab yang tinggal di kota-kota besar

(Handinoto, 1994) .

Tumbuh dan berkembangnya kebudayaan dan gaya hidup Indis di

lingkungan perkebunan karena pada saat itu, terjadi kontak langsung antara

pemilik perkebunan dan pekerja yang mayoritas pribumi, dan secara langsung

Kebudayaan Indis

Cendikiawan

Rohaniawan

Arsitek

Seniman

Guru, dsb Local Genius

Proses Akulturasi

Pengalaman para mahasiswa Indonesia di Belanda

Penguasa Kolonial, pedagang, serdadu, cendikiawan Belanda

Lingkungan Alam Indonesia

Tujuh Unsur Kebudayaan :

1. Bahasa

2. Peralatan dan perlengkapan hidup

3. mata pencaharian

4. sistem kemasyarakatan

5. kesenian

6. kesenian

7. religi

Masyarakat Budaya

Indonesia

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

pekerja pribumi dapat meniru pola dan gaya hidup Indis majikannya dengan

didukung oleh ekonomi yang baik. Kehidupan sosial dan ekonomi yang rata -rata

lebih baik dibandingkan dengan masyarakat pribumi memungkinkan para

pendukung kebudayaan Indis untuk dapat bergaya hidup mewah.

Peranan pemerintah kolonial Belanda semakin penting dalam struktur

pemerintahan keraton Surakarta Hadiningrat, ketika di tempatkan seorang Residen

di wilayah Surakarta. Ditempatkannya seorang Residen di wilayah Surakarta

mengakibatkan posisi Belanda sebagai penguasa dalam bidang politik keraton

menjadi semakin penting, selain itu kebijakan politik baru setelah berakhirnya

politik tanam paksa yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda yakni

sekitar tahun 1870, berdampak pada perubaha n-perubahan dalam tata

pemerintahan, tata kota, pola pemukiman, gaya arsitektur bangunan dan

masuknya kebudayaan barat melalui tradisi pesta, musik dan agama.

Dengan kata lain, perkembangan kebudayaan Indis di kalangan bangsawan

keraton dilatarbelakangi oleh kedekatan bangsawan keraton dengan pemerintah

kolonial belanda dan didukung kekayaan bangsawan yang menganggap bisa

meniru pola hidup bangsa Eropa, sehingga meraka mulai meniru gaya dan pola

hidup, seperti mengadakan pesta penjamuan makan malam, dansa, rekreasi serta

arsitektur rumah yang digunakan oleh bangsa Belanda di adaptasi oleh bangsawan

keraton. (Wawancara Bapak Drs.Susanto, 6 Juni 2013). Lebih lanjut liat CL 2

pada lampiran halaman 208.

Pembukaan daerah pedalaman sebagai daerah perkebunan swasta secara

tidak langsung meningkatkan kebutuhan tenaga kerja di wilayah pedalaman pada

sekitar abad IXX, serta faktor kedekatan politis antara penguasa lokal dengan

pemerintah Kolonial Belanda, menjadi embrio dari lahir dan berkembangnya

kebudayaan Indis di Surakarta, yang di dukung oleh sebagian besar bangsawan

dan priyayi Jawa.

Pendukung kebudayaan Indis dikalangan priyayi dan bangsawan berupaya

menjaga prestise dan kedudukan melalui berbagai cara agar dapat dibedakan

dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Dalam pandangan hidup sehari-

hari, pendukung kebudayaan Indis di tembok istana (keraton) dipengaruhi oleh

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

pandangan hidup yang berakar pada dua budaya, yaitu Eropa dan Jawa.

Kewibawaan, kekayaan, dan kebesaran ditampilkan agar tampak lebih daripa da

masyarakat kebanyakan, hal demikian dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan

sebagai penguasa.

Kebudayaan Indis yang berkembang di Surakarta pada awalnya hanya

mempengaruhi pola dan gaya hidup bangsawan Jawa tetapi seiring berjalannya

waktu, kebudayaan Indis juga mempengaruhi segala aspek kehidupan, misalkan

melalui media pendidikan, hubungan pekerjaan, perdagangan, dan lain

sebagainya. Terlebih dengan adanya priyayi baru, yaitu para terpelajar yang

mendapatkan pendidikan di lingkungan colonial. Selain gaya hidup dengan

berbagai aspeknya, bangunan rumah tinggal mendapat perhatian dalam

perkembangan budaya Indis, karena rumah tempat tinggal merupakan ajang

kegiatan sehari-hari.

Ekspansi kekuasaan kolonial yang dimulai pada abad ke IXX, merupakan

gerakan kolonialisme yang membawa dampak perubahan bukan hanya dibidang

politik dan sosial saja , tetapi juga melatarbelakangi perkembangan kebudayaan

baru yaitu kebudayaan Indis di Surakarta. Akibat dari perkembangan kebudayaan

Indis di Surakarta, terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam berbagai aspek

kehidupan masyarakat pendukung kebudayaan Indis khusunya kalangan

bangsawan dan priyayi keraton.

Perkembangan kebudayaan Indis ke wilayah pedalaman Surakarta di

dukung oleh kedekatan raja dengan petinggi-petinggi pemeritah kolonial Belanda

yang kemudian di ikuti oleh para bangsawan dan priyayi Jawa. Perkembangan

kebudayaan Indis di Surakarta selain di dukung oleh kedekatan raja dan

bangsawan keraton dengan pejabat kolonial Belanda, terlebih setelah

ditempatkannya seorang residen di Surakarta juga terjadi karena adanya

perkembangan kota , perluasan perkebunan swasta dan berkembangnya kaum

terpelajar sebagai kaum priyayi baru yang mengenyam pendidikan Belanda .

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

b. Latar Belakang Masuknya Kebudayaan Indis di Laweyan

Sejarah Laweyan diawali oleh Pasar Laweyan dan Bandar Kabanaran yang

merupakan pusat perdagangan lawe (bahan baku tenun) yang sangat ramai.

keberadaan kampung Laweyan sudah berada sejak sebelum keraton Kasunanan

Surakarta Hadiningrat berada, tepatnya pada masa kerajaan Pajang. Bahan baku

kapas pada saat itu banyak dihasilkan dari Desa Pedan, Juwiring, dan Gawok yang

masih termasuk daerah Kerajaan Pajang. Semasa Kerajaan Pajang sekitar tahun

1546, Laweyan terkenal sebagai daerah penghasil tenun dan bahan sandang

(Mlayadipuro, 1981).

Kampung Laweyan dengan Pasar Laweyan (sekarang terletak di antara

Kampung Lor Pasar Mati dan Kidul Pasar Mati serta di sebelah timur Kampung

Setono, Kelurahan Laweyan) dan Bandar Kabanaran (sekarang terletak di selatan

Kampung Lor Pasar Mati dan merupkan batas wilayah kota Surakarta dan

kabupaten Sukoharjo) dahulu merupakan pusat perdagangan dan penjualan bahan

baku tenun (lawe) yang ramai dan strategis, letak yang strategis ini

memungkinkan wilayah Laweyan menjadi pusat peradagangan masa itu.

Perkembangan kampung Laweyan tidak terlepas dari letak Laweyan yang

terletak diantara dua sungai yaitu, yakni terletak diantara sungai Premulung

(sungai ini telah mati sekarang) dan sungai Kabanaran. Sungai Kabanaran terdapat

sebuah bandar sebagai salah satu bandar yang berada di jalur perdagangan sungai

Bengawan Solo .

Bandar Kabanaran merupakan salah satu dari 44 bandar yang dimiliki

Bengawan Solo. Disebut bandar Kabanaran karena terletak di tepi sungai

Kabanaran atau sungai Jenes sekarang. Melalui Bandar dan sungai Kabanaran,

memungkinkan para pengusaha atau saudagar di Laweyan lebih cepat

memasarkan produknya ke bandar besar Nusupan yang berada di tepi Bengawan

Solo. (Wawancara bapak Alpha Febela Priyatmono, tanggal 4 September 2013).

Lebih lanjut lihat Catatan Lapangan 3, pada lampiran halaman 211. (Selanjutnya,

dalam kalimat disingkat menjadi CL 3).

Industri batik berkembang pesat di Laweyan setelah ditemukannya teknik

pembuatan batik cap yang ditemukan juragan batik di Semarang. Pada awalnya,

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Laweyan terkenal sebagai pusat dari perdagangan lawe, kemudian berkembang

menjadi pusat perdagangan tenun tradisional dan pembuat mori sampai akhirnya,

Laweyan bermetamorfosis, menjadi salah satu sentra industri batik cap di

Surakarta.

Perkembangan usaha pembuatan batik cap di Laweyan dimulai sekitar

pertengahan abad ke IXX dan marak mulai sekitar tahun 1870, pada tahun

tersebut para pengusaha batik di Laweyan mendirikan tempat usaha dalam skala

besar. Hampir keseluruhan dari masyarakat Laweyan pada waktu itu, bekerja di

sektor industri batik, baik sebagai juragan atau saudagar, pedagang maupun

sebagai buruh batik (wawancara Bapak Alpha Febela Priyatmono, tanggal 4

September 2013). Lebih lanjut lihat CL 3 pada lampiran halaman 211.

Industri batik cap di wilayah Surakarta terjadi sekitar abad ke IXX.

Perkembangan industri batik cap merupakan penanda zaman modal kedua, yang

dibagi dalam dua tahap yaitu, sekitar tahun 1850-an dan 1870-an. Tahun tahap

pertama ketika diperkenalkannya alat untuk batik cap dan tahap kedua ketika

menghebatnya penetrasi perkebunan Belanda ke pedesaan. Pada tahun-tahun

tersebut hampir seluruh wilayah di Surakarta telah memiliki spesialisasi produk

batik masing-masing, seperti Kauman, Keprabon dan Pasar Kliwon yaitu

membuat batik halus, sedangkan di Tegalsari dan Laweyan membuat batik cap.

Sehingga pada sekitar abad ke IXX hingga memasuki abad XX, Surakarta

menjadi pusat utama dari industri batik (Shiraishi, 2005).

Perkembangan industri batik cap yang berkembang di Laweyan, berawal

dari inovasi teknologi stempel atau cap batik yang diciptakan oleh seorang juragan

batik di Semarang pada tahun 1915, yang kemudian ditiru dan diaplikasikan

dalam proses produksi batik di Laweyan. Teknologi batik cap dipilih oleh

saudagara batik Laweyan karena dapat melipatgandakan produksi, proses

membatik lebih sederhana, tahap produksi lebih pendek, waktu produksi lebih

cepat dan biaya lebih rendah daripada industri kerajinan batik tulis (Sariyatun,

2005).

Perkembangan Industri batik di Laweyan, di samping telah ditemukannya

teknik pembuatan batik dengan metode cap juga karena adanya keistimewaan

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

tersendiri dalam kain batik, karena batik menjadi busana wajib bagi raja dalam

kegiatan formal kerajaan, sehingga industri batik cepat berkembang pada sekitar

awal abad XX. Selain itu, sejumlah permintaan dari para konsumen daerah

terhadap batik menyebabkan batik menjadi barang konsumtif bagi rakyat

kebanyakan.

Komunitas saudagar batik Laweyan mengkhususkan diri pada produksi

batik cap untuk konsumsi massa. Industri batik cap di Laweyan mengalami

kejayaan antara tahun 1910 sampai tahun 1930, dalam kurun waktu itu saudagar

batik Laweyan, terus menerus mengembangkan identitasnya ke dalam masyarakat

saudagar sehingga industri batik di Laweyan berkembang pesat dan sulit

ditemukan tandingan terutama di daerah pedalaman Jawa Tengah-Selata n, bahkan

produksi batik di Kota Surakarta hampir 85 % berada di tangan saudagar batik

Laweyan (Soedarmono, 2006) .

Perkembangan masyarakat pada awal abad XX sangat diwarnai oleh

aktivitas ekonomi, termasuk sektor perkebunan. Pemerintah kolonial Belanda

sebagai penguasa menyediakan sarana dalam menunjang kelancaran aktivitas

ekonomi masyarakat, salah satusarana yang terkait dengan kedudukan ekonomi

suatu daerah adalah menyediakan sarana transportasi transportasi.

Transportasi yang digunakan adalah kereta api. Transportasi kereta api,

sebagai alat pengangkutan hasil-hasil produksi dari daerah pedalaman kedaerah

pantai, memegang peranan penting yang kemudian akan menentukan kalancaran

sirkulasi hasil-hasil produksi, termasuk dalam distribusi produksi batik.

Kelancaran transportasi semakin menunjukkan tingkat perkembangan

tersendiribagi daerah yang bersangkutan, termasuk didalamnya adalah adalah

keuntungan yang didapat oleh saudagar batik Laweyan dengan tersedianya

transportasi kereta api. Hadirnya jalur kereta api milik perusahaan NIS

(Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij) di Surakarta, dapat

mempercepat distribusi batik juga mempengaruhi perkembangan industri batik di

wilayah Surakarta pada umumnya dan Laweyan pada khususnya (Hastuti,2011).

Masyarakat saudagar batik Laweyan adalah masyarakat saudagar, dimana

dalam aktifitas perdagangan telah melakukan hubungan dengan para pedagang

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

dari berbagi suku budaya. Kontak budaya dengan berbagai pedagang baik lokal

maupun mancanegara berakibat pada pola pikir dan pandangan hidup masyarakat

Laweyan dalam mewujudkan cita-cita.

Masyarakat Laweyan menjadi saudagar yang berwawasan luas, khususnya

gaya hidup yang berbeda dengan masyarakat Laweyan di sekitarnya, sehingga

lambat laun masyarakat saudagar batik Laweyan terpengaruh kebudayaan Indis

yang sebelumnya telah lebih dahulu berkembang di lingkungan keraton.

Kebudayaan Indis, berkembang di Laweyan bisa dilihat dari faktor geografis

Laweyan itu sendiri. Secara geografis kampung Laweyan merupakan suatu

wilayah yang sejak masa kerajaan Pajang terkenal dengan pusat pedagangan lawe,

pusat peradagangan terpusat di Sungai Jenes atau Sungai kabanaran sekarang

dimana sungai tersebut terhubung dengan Sungai Bengawan Solo, di wilayah

tersebut terdapat bandar dagang yaitu Bandar Kabanaran yang terhubung dengan

bandar besar di Nusupan, posisi yang sangat starategis secara geografis jika

ditinjau dari segi masa lalu karena transportasi sungai pada masa lalu merupakan

alat transportasi utama masyarakat.

Letak geografis wilayah Laweyan yang di lintasi jalur perdagangan ini

memungkinkan masuknya dan berkembangnya kebudayaan baru, termasuk

kebudayaan indis beserta hasil-hasilnya berupa arsitektur bangunan rumah.

Tipikal masyarakat saudagar batik yang berjiwa pedagang ditambah keuntungan

yang besar dalam berdagang batik sekitar abad akhir abad 19 dan awal abad 20

menjadikan cepat berkembangnya budaya Indis di Laweyan khususnya arsitektur

rumah Indis.

Kontak perdagangan antara saudagar batik dengan para pedagang dari

berbagai bangsa menyebabkan saudagar batik mempunyai wawasan yang cukup

tinggi tentang kebudayaan Eropa, terutama mengenai arsitektur luar negeri.

Wawasan itu lantas diterapkan saudagar batik Laweyan untuk membangun rumah-

rumah yang meniru rumah-rumah pejabat kolonial berarsitektur Indis beserta

kelengkapannya yang mewah dan mahal. (Wawancara Bapak Mohammad

Muqqofa, tanggal 8 Juli 2013). Lebih lanjut lihat CL 4 pada lampiran halaman

215.

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Kontak kebudayaan dari adanya perdagangan dan faktor kekayaan dari hasil

berdagang batik tersebut berdampak pada terpengaruhnya masyarakat Laweyan

oleh kebudayaan Indis , khususnya dalam perkembangan arsitektur rumah tinggal

bergaya Indis. Rumah saudagar batik yang awalnya menggunakan material kayu

dengan arsitektur Jawa, berubah menjadi bangunan loji mirip bangunan rumah

milik pejabat Kolonial Belanda.

Kehidupan masyarakat Jawa jauh sebelum kedatangan bangsa Kolonial

Belanda, telah mengenal adanya sistem starfikasi sosial dalam kehidupan

masyarakatnya. Secara umum, masyarakat Jawa terdiri dari tiga lapisan

masyarakat yaitu raja, priyayi dan kawula . Raja sebagai penguasa merupakan

pusat hieark i tertinggi.

Stratifikasi sosial masyarakat Jawa menempatkan masyarakat Laweyan

sebagai kaum kawu la atau rakyat kebanyakan, walaupun kekayaan masyarakat

saudagar Laweyan melebihi kekayaan para bangsawan keraton tetapi masyarakat

saudagar Laweyan termarginalkan baik dari status maupun dari kebudayaan. Hal

ini dipertegas dengan pendapat (Soedarmono, 2006).

Masyarakat saudagar batik Laweyan yang posisinya sejajar dengan rakyat

biasa, tidak terikat pada adat yang membatasi ruang gerak. Saudagar batik

Laweyan dalam kehidupan masyarakat lebih bebas dalam menentukan pilihan dan

tidak terikat oleh ikatan feodal, hiearki dan simbolisme yang ada di keraton,

termasuk di antaranya dalam membangun rumah tinggalnya. Simbol dan hierarki

itu makin ke bawah makin luntur. Karenanya, wong cilik termasuk saudagar batik

Laweyan terhindar dari sistem simbol dan hierarki itu, bukan karena sengaja

menghindar tetapi simbol dan hierarki itu memang secara samar-samar saja

sampai kepada saudagar batik (Kuntowijoyo, 2003).

Posisi masyarakat saudagar batik Laweyan sebagai kawula menyebabkan

saudagar batik Laweyan tidak temasuk ke dalam lingkup stratifikasi sosial keraton

dan tidak memiliki kedudukan kultural yang dianggap terhormat dalam

masyarakat Jawa yang feodalistis , walaupun memiliki kekuatan ekonomi dan

kekayaan yang tidak jarang melebihi para bangsawan dan priyayi.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Saudagar batik Laweyan dalam menjalani kehidupannya masih meniru

konsep dari para priyayi mulai dari pakaian, rumah dan cara hidup priyayi, hal ini

dikarenakan keraton karena masih terikat dengan perdagangan batik dan merasa

mampu secara ekonomi. Dalam hal ini masyarakat Laweyan bisa dikatakan

“ambigu” dalam menjalani kehidupannya, disisi lain masyarakat saudagar batik

Laweyan merupakan para saudagar yang tidak terikat stratifikasi sosial keraton

dan hanya berfokus pada perdagangan batik, tetapi di sisi lain masyarakat

Laweyan meniru pola hidup dan kebudayaan para priyayi keraton (wawancara Ibu

Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman

200.

Sebagai kelompok yang sekelas dengan rakyat, para saudagar batik

Laweyan tentu saja memiliki orientasi terhadap kelompok lain yang memiliki

otoritas di dalam masyarakat. Pada awalnya para saudagar batik Laweyan ingin

menandingi bentuk rumah-rumah para bangsawan, oleh karenanya tempat tinggal

para saudagar batik Laweyan yang di bangun sebelum abad XX pada umumnya

mengacu pada tempat tinggal kaum aristokrat dengan segala perangkatnya.

Perkembangan industri batik di Surakarta sekitar abad XX, menyebabkan

saudagar batik memilki keuntungan yang besar. Keuntungan yang besar dalam

berdagang batik, menyebabkan para saudagar batik perlu menunjukan identitasnya

sebagai pribadi yang mandiri.

Penunjukkan identitas saudagar batik Laweyan yakni dengan mulai berani

membuat banguan rumah loji tiruan seperti layaknya tempat tinggal orang-orang

Eropa dengan segala macam atributnya yang sering tidak sesuai dengan

lingkungannya. (wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih lanjut

lihat CL 1 pada lampiran halaman 200.

Saudagar batik Laweyan membangun rumahnya tidak sekedar untuk pamer

kekayaan belaka, tetapi bisa be rmakna sebagai perlawanan baik terhadap

pemegang otoritas kultural maupun terhadap para penguasa politik dan ekonomi

riil yaitu keraton. Pembangunan rumah saudagar batik Laweyan, tidak terikat pada

aturan tata ruang Jawa yang ada namun masih memasukkan uns ur-unsur Jawa

sebagai komponennya baik sebagian ataupun seluruhnya walaupun bentuk rumah

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

berarsitektur Indis , tetapi dalam proses pembuatannya disesuaikan dengan aturan

adat yang berlaku. Dalam hal ini adalah aturan dan larangan-larangan yang sudah

baku da lam membangun rumah yaitu mengadakan selametan lengkap mulai dari

awal pembuatan rumah sampai selesai pembuatan rumah diadakan oleh saudagar

batik Laweyan.

Posisi saudagar Laweyan yang dalam sistem sosial masyarakat Jawa di

Surakarta pada awal abad ke-20 berada di antara kelas rakyat yang mayoritas

petani dan kelas menengah priyayi atau bangsawan keraton, walaupun kekayaan

saudagar batik Laweyan melebihi kekayaan bangsawan keraton. Hal ini

menyebabkan adanya upaya penunjukan identitas diri yang di lakukan masyarakat

saudagar batik di Laweyan untuk mensejajarkan diri dengan derajat priyayi dan

bangsawan keraton.

Presepsi menjadi pedagang lebih mulia bagi saudagar batik Laweyan,

dibandingkan dengan menjadi bangsawan dan priyayi keraton, karena penuh ide

dan bebas serta tidak terikat oleh ke kuasaan feodalisme keraton. Bahkan, saudagar

batik Laweyan menganggap rendah status bangsawan keraton karena mereka

melakukkan pola hidup boros atau kurang menghargai uang dalam kehidupannya.

Profesi sebagai pedagang membuat ekonomi berperan penting bagi

kehidupan mereka sehingga kekayaan saudagar batik Laweyan dapat melebihi

kekayaan bangsawan keraton, dari sini timbulah suatu “pertempuran” atau

persaingan kebudayaan antara masyarakat Laweyan dengan masyarakat yang

berada di lingkungan keraton.

Pertempuran yang dimaksud bukanlah pertempuran yang sebenarnya,

melainkan pertempuran dalam bidang penunjukkan kekayaan. Dalam gaya

hidupnya para saudagar mengacu pada kehidupan para bangsawan keraton

Surakarta dan mampu membangun rumah yang mewah layaknya rumah para

pejabat Belanda, walaupun masih menggunakan pola ruang dan ornamen dari

arsitektur Jawa.

Pola ruang tersebut hanya sebagai prototype dari rumah bangsawan keraton

dan rumah masyarakat Jawa pada umum nya. Hal ini menanda kan bahwa

komunitas Laweyan adalah orang Jawa sama seperti bangsawan keraton dan

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

masyarakat sekitar, dengan kata lain orang Laweyan tidak kehilangan sifat orang

Jawa meskipun kebudayaan Indis telah berkembang dikalangan masyarakat

Laweyan.

Perkembangan kebudayaan Indis di Laweyan, khususnya dalam

perkembangan arsitektur Indis disamping adanya perkembangan industri batik

yang memberikan keuntungan yang besar bagi saudagar batik, juga dipengaruhi

oleh perubahan tata kota dan pola pemukiman yang berada dilingkungan sekitar

keraton. (Wawancara Bapak Drs.Susanto, 6 Juni 2013). Lebih lanjut lihat CL 2

pada lampiran halaman 208.

Pola -pola pemukiman di pusat kota menunjukan karakter majemuk,

lingkungan perumahan Eropa ditunjukan dengan fasade bangunan rumah yang

besar dengan halaman yang luas dan berbentuk loji yang menunjukan status yang

paling tinggi sebagai penguasa di Surakarta. Pola pemukiman dan rumah yang di

miliki oleh para pejabat Kolonial Belanda yang ditiru dan di adaptasi oleh

saudagar batik Laweyan dalam membangun, karena ingin mensejajarkan dengan

status bangsawan dan priyayi keraton. Pola dan bentuk rumah loji pada rumah

milik pejabat kolonial tersebut , diadaptasi oleh saudagar batik Laweyan pada

sekitar tahun 1920-1930an untuk membangun dan merenovasi rumah tempat

tinggal yang awalnya hanya rumah berstruktur kayu.

Rumah bagi masyarakat saudagar batik adalah sebagai alat dan sarana untuk

mewujudkan cita -cita saudagar batik Laweyan dan penunjukkan identitas diri

yang termarginalkan dai status sosial masyarakat feodal. Saudagar batik Laweyan

sebagai manusia Jawa yang pergaulannya luas dengan berbagai budaya, kaya dan

termarginal, merasakan perlu pengakuan atas keberadaan dan keberhasilan.

Faktor kekayaan yang melimpah dari hasil perdagangan batik, letak lokasi

Laweyan yang strategis dan kedekatan saudagar Laweyan dengan bangsa Eropa

dalam bidang perdagangan menyebabkan masyarakat saudagar batik Laweyan

mulia meniru pola dan gaya hidup bangsa Eropa, hal tersebut menjadi latar

belakang lahir dan berkembangnya kebudayaan Indis, terutama aristektur bergaya

Indis. (wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1

pada lampiran halaman 200.

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Berkembangnya kebudayaan Indis, khususnya arsitektur Indis di Laweyan

merupakan sebuah growing up dari masyarakat saudagar batik yang termasuk

kelas kawula dari ikatan stratifikasi dan budaya feodal keraton, hal ini

menyebabkan masyarakat saudagar batik Laweyan perlu dalam menunjukan

eksistensi dan identitas dirinya sebagai pengusaha dan pantas di pandang. Para

saudagar batik bangga dengan identitas kampung, gaya hidup, dan etos kerja,

karena hal tersebut menunjukkan status pemiliknya. Bagi saudagar batik kekayaan

dapat menyejajarkan status sosial dengan kaum bangsawan keraton.

Bangunan rumah tempat tinggal dengan arsitektur dan interior Indis yang

berkembang di Laweyan hadir sebagai jawaban dari orang-orang Laweyan dalam

penunjukkan identitas diri. Kekayaan yang melimpah, hasil dari usaha batik,

digunakan untuk membangun rumah loji.

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

2. Bentuk Arsitektur dan Ornamen Rumah Bergaya Indis di Laweyan

a. Bentuk Umum Arsitekur dan Ornamen Rumah Indis di Surakarta

Kebudayaan Indis beserta hasil-hasilnya berkembang di wilayah

vorstenlanden Surakarta, dilatarbelakangi oleh adanya perkembangan politik di

negeri Belanda. Kemenangan kaum liberal di negeri belanda memaksa

pemerintahan di negeri koloni melakukan politik etis sebagi balas jasa kepada

negeri koloni.

Kebijakan politik baru yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda pada

sekitar tahun 1870 an, menyebabkan berkembangnya perusahaan swasta seperti

perkebunan, pelayaran, perkeretaapian memerlukan banyak tenaga kasar, tenaga

menengah maupun tenaga profesional, kebutuhan tenaga kerja tersebut membawa

dampak pembukaan daerah pedalaman. Pembukaaan daera h pedalaman semakin

meningkatkan jumlah bangsa Eropa di Surakarta. Peningkatan penduduk Eropa di

Surakarta menyebabkan tumbuhnya budaya Indis di lingkungan masyarakat,

terutama kalangan bangsawan keraton (Handinoto, 2004).

Kebudayaan Indis yang berkembang di wilayah pedalaman bukan hanya

menyangkut pola dan gaya hidup semata, tetapi berpengaruh pula terhadap bentuk

arsitektur rumah tradisional, utamanya adalah rumah-rumah milik bangsawan

keraton.

Arsitektur Indis merupakan hasil dari proses akulturasi kebudayaan yang

belangsung panjang dan intensif antara arsitektur tradisional Jawa dengan

arsitektur Eropa. Perkembangan arsitektur di Surakarta sama seperti halnya

perkembangan arsitektur di Hindia Belanda yang dibagi kedalam beberapa tahap

perkembangan atau periodisasi, arsitektur yang berkembang di Hindia Belanda

awalnya masih mencirikan arsitektur negara asal yaitu Belanda, kemudaian

lambat laun arsitektur bangunan menyesuaikan dengan alam dan kebudayaan

masyrakat Jawa.

Periodesasi arsitektur kolonial di Hindia Belanda pada umumnya dan

Surakarta pada khususnya , secara umum menurut Handinoto (mengutip simpulan

Helen Jessup, 1984) dibagi ke dalam empat periode sebagai berikut :

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

1) Abad 16 - tahun 1800an

Periode ini Indonesia masih disebut sebagai Nederland Indische

(Hindia Belanda) di bawah kekuasaan perusahaan dagang Belanda yang

bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Arsitektur yang

berkembang pada periode ini masih memiliki bentuk yang tidak jelas,

bahkan kehilangan orientasinya pada bangunan tradis ional di Belanda.

Bangunan yang terbentuk berupa persegi panjang yang sempit dengan

bentuk atap yang curam, dan yang lebih buruk lagi, bangunan-bangunan

tersebut tidak diusahakan untuk beradaptasi dengan iklim dan lingkungan

setempat.

2) Tahun 1800 – 1902an

Periode ini pemerintah kolonial Belanda mengambil alih Hindia

Belanda dari perusahaan dagang VOC. Pengambilalihan kekuasaan tersebut

akibat dari kekalahan perang dengan Perancis sehingga mengubah kebijakan

politik negeri Belanda. Hindia Belanda kemudian sepenuhnya dikuasai oleh

pemerintah Belanda. Kekuasaan Belanda pada waktu itu bertujuan untuk

memperkuat kedudukan ekonomi negeri Belanda. Oleh sebab itu, Belanda

pada abad ke-19 harus memperkuat statusnya sebagai kaum kolonialis

dengan membangun gedung-gedung yang berkesan grandeur (megah) di

Hindia Belanda. Bangunan gedung dengan gaya megah ini dipinjam dari

gaya arsitektur neo-klasik , yang sebenarnya berasal dari Perancis dan

berlainan dengan gaya arsitektur nasional Belanda waktu itu.

Gaya ini tidak diterapkan secara murni, tetapi digabungkan dengan

kondisi iklim dan material bangunan yang tersedia di indonesia. Akhirnya

terbentuk sebuah aliran arsitektur tersendiri yang berbeda dari neo -klasik .

Aliran ini lebih dikenal dengan sebutan the Empire Style atau The Ducth

Colonial Villa.

Ciri dari bangunan dengan gaya the Empire Style atau The Ducth

Colonial Villa adalah denah yang simetris, satu lantai dan ditutup dengan

atap perisai. Karakteristik lain dari gaya ini diantaranya terbuka. Ciri khas

dari gaya arsitektur ini yaitu adanya barisan pilar atau kolom (bergaya

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Yunani) yang menjulang ke atas serta terdapat gevel dan mahkota di atas

serambi depan dan belakang. Serambi belakang seringkali digunakan

sebagai ruang makan dan pada bagian belakangnya dihubungka n dengan

daerah servis.

3) Tahun 1902 - 1920an

Pada periode ini, kekuasaan Perancis di Belanda berhasil

ditumbangkan, hal ini berakibat pada adanya kebijakan baru dalam politik

Belanda untuk daerah jajahan Hindia Belanda. Kaum Liberal di Belanda

meminta pemerintah Belanda melakukan politik balas budi (Politik Etis )

terhadap Indonesia, politik etis ini menyebabkan pemukiman orang Belanda

semakin cepat berkembang dan menyebabkan Indis Architectuur (Arsitektur

Indis) menjadi terdesak. Ciri khas pada banguan di periode ini adalah

memiliki denah tipis, bentuk bangunan ramping agar cross-ventilation

mudah diterpakan. Terdapat galeri atau serambi di bagian tepi bangunan

untuk menghindari tempias dan sinar matahari.

Bangunan berorientasi utara-selatan agar cahaya ma tahari dapat masuk

ke dalam ruangan. Penerapan konsep vernacular telah dilakukan arsitek

pada periode ini untuk menyesuaikan bangunan dengan kondisi iklim di

Indonesia yang tropis basah.

4) Tahun 1920-1940an

Periode ini ditandai dengan muncul gerakan pembarua n dalam

arsitektur, baik nasional maupun internasional di Belanda yang kemudian

memengaruhi arsitektur kolonial di Indonesia. Hanya saja arsitektur baru

tersebut kadang-kadang diikuti secara langsung, tetapi kadang-kadang juga

muncul gaya yang disebut sebagai ekletisisme (gaya campuran), termasuk di

dalamnya adalah gaya atau langgam art deco .

Tahun 1920-1940an perkembangan arsitektur yang memadukan unsur

tradisional dalam membangun suatu bangunan, hal ini dikarenakan pada

masa tersebut muncul arsitek Belanda yang memandang perlu untuk

memberi ciri khas pada arsitektur Hindia Belanda, yaitu mengambil budaya

lokal Indonesia (1996: 130).

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Kolonialisme Belanda menyebabkan Indonesia mengalami pengaruh

Occidental (Barat) dalam berbagai segi kehidupan termasuk kebudayaan dan

beberapa hasil kebudayaan. Hal tersebut antara lain dapat dilihat dalam bentuk

kota dan bangunan, pengaruh tersebut ditandai dengan muncul serta

bekembangnya bangunan Indis di Indonesia.

Arsitektur kolonial di Indonesia adalah fenomena budaya ya ng unik, tidak

terdapat dilain tempat, bahkan pada negara-negara bekas koloni Belanda lainnya.

Dikatakan demikian karena terjadi percampuran budaya antara penjajah Belanda

dengan budaya Indonesia yang beraneka ragam (Sumaloyo, 1993)

Arsitektur Indis di Hindia-Belanda pada masa VOC, pada awalnya

berkembang mengikuti gaya arsitektur Belanda, secara umum rumah-rumah yang

dibangun oleh para pejabat pemerintahaan Belanda belum dapat mencirikan

arsitektur khas Belanda dan dapat beradaptasi dengan lingkungan ala m dan iklim

tropis yang ada di Jawa sehingga buruk bagi kesehatan. Hellen Jessup (1986),

menyatakan bahwa;

In these genuinely colonial conditions, Indies architecture of the nineteenth century tended less to reflect its Netherlands roots, as the structures of the transitory VOC traders among many examples of monumental colonial buildings of this type. Had and more to stress the ideas of grandeur commen surate with ruler status. The buildings typifying this period did not draw on the consciously Dutch revivalism (hlm. 139). (Pada hakekatnya, dalam kondisi penjajahan saat ini, Arsitektur Indis pada abad kesembilanbelas kurang menggambarkan diri mereka sendiri, sebagai pedagang VOC. Banyak contoh monumen bangunan kolonnial Belanda yang cenderung berbeda, dan lebih sering mengeluarkan ide-ide yang menekankan komentar yan bagus dengan berstatment peraturan. Bangunan yang ada pada saat ini tidak lagi dirawat, tanpa disadari oleh orang-orang mereka sendiri) (hlm.139). Seiring dengan perkembangan waktu, arsitektur Indis di Indonesia

mengalami perkembangan sehingga menghasilkan arsitektur yang dapat

beradaptasi dengan lingkungan dan alam tropis Indonesia. Adaptasi arsitektur

yang paling signifikan muncul dalam desain atap dan façade bentuk bangunan

yang besar.

Arsitektur Indis adalah sebuah jawaban dari tantangan alam tropis yang ada

di Jawa, penyesuaian iklim disesuaikan dengan bentuk rumah yang dihuni dengan

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

alam Jawa. Arsitektur Indis adalah arsitektur perpaduan antara arsitektur Eropa

dengan arsitektur Jawa. Penentuan sebuah gaya arsitektur rumah Indis yang

berkembang di Jawa, tidak dapat dilihat dari tahun dimana bangunan itu berdiri

(wawancara Bapak M. Muqqofa, pada tanggal 8 Juli 2013). Lebih lanjut lihat CL

4 pada lampiran halaman 215.

Arsitektur bangunan rumah di Jawa pada umumnya dan Surakarta pada

khusunya, jauh sebelum kedatangaan bangsa Belanda masih menerapkan

arsitektur tradisional Jawa. Arsitektur Jawa yang terkenal adalah bentuk rumah

joglo, yang tidak lain sebenarnya hanya sebagai salah satu bentuk atap pada

rumah jawa bukan bentuk bangunannya.

Atap rumah dalam arsitektur Jawa dijadikan sebuah identitas atau ciri dari

pemilik bangunan rumah tersebut dan atap Joglo merupakan gaya atap yang

tekenal dalam arsitektur Jawa. Secara umum berkaitan denga n bentuk atap pada

rumah tradisonal Jawa dibagi kedalam lima bentuk atap.

Perubahan politik yang terjadi di negeri Belanda menyebabkan adanya suatu

tuntutan politik etis dan perkembangan perusahaan swasta, menyebabkan adanya

suatu urbanisasi besar -besaran orang-orang Eropa ke Hindia Belanda.

Meningkatnya jumlah perusahan bekorelasi terhadap kebutuhan tenaga kerja baik

tenaga kasar, menengah ataupun profesional yang dibutiuhkan. Perusahaan-

perusahaan swasta asing, mendorong terciptanya golongan sosial baru yaitu

golongan priyayi. Golongan baru hasil pengangkatan pemerintah Belanda ini

berperan besar pada perkembangan ke budayaan Indis pada awal abad XX.

Meningkatnya status dan kesejahteraan seseorang menuntut adanya

perubahan gaya hidup yang baru, seperti penggunaan bahasa, cara berpakaian,

cara makan, kelengkapan perabot alat rumah tangga, mata pencaharian hidup,

kesenian, kepercayaan atau agama, dan menghargai waktu. Disini terjadi

pertukaran yaitu manusia Jawa memasuki lingkungan budaya Eropa dan juga

sebaliknya dan merupakan embrio dari kebudyaan Indis di Surakarta, termasuk

didalamnya adalah perubahan rumah tinggal dari arsitektur tradisional ke

arsitektur yang lebih modern yaitu pembangunan rumah loji.

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Arsitektur Indis yang berkembang di Hindia-Belanda pada umumnya dan

Surakarta pada khususnya sebelum tahun 1900an masih berorientasi kepada gaya

bangunan yang berada di Eropa khususnya Perancis, yang sudah menyesuaikan

dengan iklim dan keadaaan lingkungan alam Penerapan gaya arsitektur Indis di

Surakarta pada periode ini masih menerpakan gaya arsitektur Indisch Empire

Sty le, yang termasuk gaya arsitektur neo-klasik . Gaya arsitektur Indisch Empire

Sty le merupakan gaya yang diibawa oleh Gubernur Jendral Deandels (Handinoto

& Paulus, 1996).

Struktur bangunan Indis di Surakarta secara umum berbentuk simetris, pada

bagian dalam rumah tersebut terbagi kedalam beberapa ruang yang memiliki

fungsi sendiri-sendiri. Pada rumah Indis pembagian ruang didasarkan pada

pembedaan umur, jenis kelamin, generasi, famili, dan lain-lain. Hal seperti ini

tidak ditemukan pada struktur bangunan rumah tradisional Jawa. Selain itu

dirumah Indis ini fungsi dari tiap-tiap ruang diatur seketat mungkin agar privasi

dari tiap-tiap individu dalam rumah tersebut terjamin .

Gambar. 4.3. Façade Denah Ruang Rumah Gaya Indische Empire Style yang Berorientasi Keluar dan Kedalam (Sumber: Samuel Hartono & Handinoto, 2006 : 84; Mahardika, 2010: 46 ).

Privat

Beranda Belakang

Publik

Veranda/ Beranda / Teras Depan

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Gaya arsitektur Indisch Empire Style memilki denah ruang yang berorientasi

ke luar da n ke dalam. Ciri khas dari bangunan-bangunan Indis ini adalah adanya

halaman yang luas dengan bangunan besar yang memiliki tiang-tiang dan kolom-

kolom besar di depannya. Hal ini untuk memberikan kesan mewah, megah, dan

wibawa dari golongan orang-orang Eropa sebagai penguasa di tanah jajahannya.

Kesenangan masyarakat Indis adalah melakukan hal-hal yang menunjukkan

kemewahan dengan mengadakan perjamuan-perjamuan, pesta-pesta dansa. Hal

tersebut menjadikan struktur bangunan Indis harus mampu mewakili aktifitas

penghuninya, oleh karena itu ruangan dalam rumah Indis dibagi menurut

fungsinya masing-masing (Soekiman, 2000).

Perpaduan unsur Eropa dengan unsur tradisional yang dapat ditelusuri lewat

adanya beranda depan, samping, belakang, serta taman yang luas yang

melatarinya. Nuansa alam Jawa yang sejuk tergambar dengan berbagai tumbuhan,

biasanya tanaman yang ditanam adalah tanaman khas Indonesia berupa tanaman

obat tradisional, hadirnya tanaman-tanaman ini menambah kesejukan rumah

bergaya Indische Empire Style (Handinoto, 1994).

Perkembangan gaya bangunan Indische Empire Style di Surakarta

dipengaruhi oleh faktor politik pemerintah kolonial Belanda sebagai penguasa di

Jawa. Kekuasaan menjadikan para pejabat pemerintah Eropa sebagai penguasa

ingin menampilkan diri dengan kesan mewah, gagah dan berwibawa sebagai

penguasa dan berbeda dengan masyarakat sekitar.

Rumah bergaya Indisch Empire Style di Surakarta , dapat dilihat pada

bangunan rumah Agustinus De Zentje seorang pengusaha pekebunan di Surakarta

pada waktu itu. Loji Gandrung, dewasa ini digunakan sebagai rumah dinas

Walikota Surakarta yang terletak di pusat kota Surakarta, tepatnya di kawasan

jalan utama Slamet Riyadi.

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Gambar. 4.4. Loji Gandrung (Rumah Dinas Walikota Surakarta) Merupakan

Salah Satu Bangunan Indis dengan Gaya Empire Style (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 25 Juni 2013)

Bangunan dengan ciri Indische Empire ditampilkan melalui penataan

ruangan dan kolom Doria yang menghiasi serambi depan Bangunan rumah pada

era ini terlihat mewah, kemewahan bangunan ini terlihat dari banyaknya ragam

hias yang dipasang di rumah tersebut.

Ukuran atap yang lebih luas dan tinggi dimaksudkan agar rumah menjadi

lebih teduh dari panasnya sinar matahari. Demikian pula dengan adanya teras

disekeliling rumah ya ng menjadi isolator panas matahari agar tidak langsung

menerpa bangunan rumah.Selain itu, Bangunan-bangunan yang bercorak Indische

Empire di Surakarta antara lain seperti Balaikota lama, Gereja Protestan, dan

rumah-rumah di Loji Wetan.

Awal abad 20 unsur-unsur gaya Indis telah masuk kedalam gaya arsitektur

tradisional, terutama pada rumah-rumah milik bangsawan dan para pengusaha

kaya pribumi. Pada rumah bangsawan pribumi contoh unsur gaya Indis dapat

dilihat pada bangunan Dalem Sasonomulyo dan Dalem Wuryoningrat. Pada dalem

Sasonomulyo corak Indis dapat dilihat dari bangunan lojen dan kopel. Bangunan

lojen tersebut dulunya dipergunakan sebagai tempat menjamu para pejabat

Belanda. Sementara pada dalem Wuryoningrat dapat dilihat dari ornamen-

ornamen yang terdapat pada rumah ini. Contohnya adalah ornamen yang terdapat

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

pada batang tiang penyangga rumah yang bergaya Eropa klasik (Prasangka,

2005).

Proses perubahan bentuk bangunan tradisional menjadi bangunan dengan

arsitektur modern tersebut terjadi karena berbaga i faktor. Faktor tersebut antara

lain seperti kondisi alam, kontak sosial, ekonomi, budaya dan politik.

Perkembanga n arsitektur Indis di Surakarta, bisa ditinjau berdasarkan

perkembangan kota Surakarta dan kebijakan politk pada masa pemerintahan

kolonial Belanda.

Perkembangan suatu kota akan sangat tergantung kepada banyak faktor,

seperti letak geografi, sosial, ekonomi, budaya masyarakat dan sebagainya.

Namun yang paling menentukan dalam perkembangan kota adalah faktor

manusianya. Menjelang peralihan abad IXX ke abad XX di Hindia -Belanda,

khususnya Jawa banyak sekali mengalami perubahan dalam masyarakat. Akibat

kebijakan politik pemerintah pada waktu itu mendorong terjadinya perubahan

bentuk tata kota yang di dalamnya secara tidak langsung mencakup pula bentuk

arsitektur (wawancara Bapak Muqqofa, pada tanggal 8 Juli 2013). Lebih lanjut

lihat CL 4 pada lampiran halaman 215.

Perkembangan dan perluasan kota -kota besar di Jawa terutama di Surakarta

menimbulkan kesulitan akan kekurangan rumah tempat tinggal bagi penduduk

kota. Hal ini menyebabkan pembanguan rumah bergaya Empire Style mulai

berkurang, karena tidak tersedianya lahan dan menunjukan pemababakan baru

dalam sejarah arsitektur Indis di Surakarta yang terjadi setelah tahun 1900an.

Berkurangnaya bangunan Indis bergaya Empire Style disamping berkurangnya

lahan akibat ledakan penduduk di Surakarta juga disebabkan oleh mahalnya harga

tanah di pusat kota serta adanya zaman Malaise dan pecahnya Perang Dunia

(Soekiman, 2000).

Rumah tradisional Jawa merupakan ha sil budaya yang syarat dengan

simbol-simbol, baik itu dalam bentuk religi, adat-istiadat, dan tradisi. Semua ini

menunjukkan bahwa dalam budaya Jawa hasil karya kebudayaan fisik tidak saja

mengandung fungsi kegunaan, melainkan juga fungsi simbolis dan religius.

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Masuknya budaya arsitektur Eropa tidak merubah tatanan rumah tradisonal Jawa

terutama dari pola ruang yang khas ada dirumah tradisional.

Bangunan rumah tradisional Jawa pada abad ke XX, sudah banyak yang

dibangun baru dan sedikit banyak sudah dipenga ruhi oleh unsur -unsur arsitektur

Barat, walaupun bentuknya masih tradisional, yaitu bangunan dengan atap

limasan atau joglo.

Masyarakat golongan Belanda dan Eropa lainnya dalam membangun rumah

beraristektur Indis telah memikirkan secara mendalam pembagia n ruang-ruang

dalam tempat tinggalnya. Fungsi dari tiap-tiap bagian ditata dengan baik. Secara

fungsional struktur bangunan Indis selain menjadi rumah tinggal juga mewakili

aktifitas dari penghuninya. (wawancara Bapak Muqqofa, pada tanggal 8 Juli

2013). Lebih lanjut lihat CL 4 pada lampiran halaman 215.

Rumah berarsitektur Indis memilki karakter bangunan yang meneysuaikan

dengan keadaan alam Pulau Jawa, hal ini diterapka n dalam pola tata ruang dan

banyaknya sistem bukaan dalam rumah Indis serta bentuk rumah besar dengan

yang simetris. Pengaruh-pengaruh Eropa lainnya terlihat pada ornamen-ornamen

yang menempel pada tubuh bangunan, sepert i ornamen pada tiang penyangga

(Hartono & Handinoto, 2006).

Ornamen-ornamen pada tiang tersebut bergaya klasik, selain itu batang tiang

yang disebut sebagai saka guru, saka rawa, dan saka emper banyak yang sudah

tidak lagi terbuat dari kayu, namun diganti dengan pilar -pilar yang di cor dari batu

dan semen.

Halaman yang luas disekitar pendapa dan dalem ageng , dengan masuknya

budaya Belanda maka ruangan-ruangan yang luas tersebut didirikan bangunan-

bangunan baru seperti lojen, pavilyun, dan kopel. Pavilyun dan lojen biasanya

dipergunakan untuk menjamu pejabat Belanda yang datang berkunjung

(wawancara Bapak Muqoffa, 8 Juli 2013). Lebih lanjut lihat CL 4 pada lampiran

halaman 215.

Arsitektur bukan sebuah bangunan atau monumen yang tanpa jiwa.

Arsitektur rumah tinggal sebagai hasil budaya merupakan perpaduan karya seni

dan pengetahuan tentang bangunan, sehingga arsitektur juga membicarakan

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

berbagai aspek keindahan dalam kontruksi bangunan. Keindahan pada banguan

tersebut ditandaidengan penempatan ornamen-ornamen penghias rumah, yang

memilki keindahan serta makna simbolis tertentu sesuai dengan keadaan pemilik

dari bangunan tersebut.

Masyarakat Belanda pada umumnya sangat menguasai dan mencintai karya-

karya pertukangan hingga pada detail-detailnya. Hal ini terlihat dari penggunaaan

ornament pada rumah tinggalnya yang begitu indah. Elemen-elemen yang dapat

digunakan untuk mengidentifikasi karakter ragam hias muka bangunan pada

banguan kolonial antara lain penunjuk arah tiupan angin (windwijzer), kolom

(pilar), gevel, geveltoppen, pagar serambi (stoep), tower, bovenlicht, serta hiasan

puncak atap (nok acroterie) dan cerobong asap semu (Zulkiflianto, 2010).

Hiasan pada bangunan rumah rumah pada dasarnya ada dua macam, yaitu

hiasan yang kontruksional dan hiasan yang tidak kontruksional. Yang dimaksud

hiasan konstruksional ialah hiasan yang jadi satu dengan bangunannya. Jadi ini

tidak dapat dilepas dari bangunannya. Contohnya adalah pilar -pilar pada

bangunan. Sedangkan hiasan yang tidak konstruksional ialah hiasan bangunan

yang dapat terlepas dari bangunannya dan tidak berpengaruh apa -apa terhadap

kontruksi bangunan. Contohnya lampu gantung dan meubelair (Dakung, 1981).

Rumah tempat tinggal para pejabat Eropa (Belanda), di Surakarta memilki

detail ornamen yang sama dengan perkembangan arsitektur Kolonial yang ada di

Jawa. Ornamen pada bangunan rumah berarsite ktur Indis berkembang di Hindia-

Belanda merupakan perpaduan dua kebudayaan yang unik karena tidak terdapat

di daerah koloni lain. Pemberian ornamen biasanya pada bangunan ditempatkan di

tiang penyangga atau pilar-pilar rumah dan di bagian atap atau kemuncuk. Berikut

dijelaskan secara umum beberapa ornamen penghias yang terdapat pada banguan

Indis di Surakarta.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

a) Ornamen pada Tiang Penyangga

Ciri menonjol yang menandakan banguan tersebut termasuk kedalam gaya

bangunan Indis bisa dilihat dari tiang-tiang atau pilar pilar yang menjulang tinggi

di sekeliling bangunan dan difungsikan sebagai menopang bangunan.

Pilar-pilar atau tiang pada bangunan Indis merupakan tirua n dari pilar

yang berkembang pada istana-itsana di Yunani dan Romawi, hal ini dimaksudkan

sebagai symbol dari kekuasaan dan kekuatan. Tiang pada banguan Indis memiliki

beberapa gaya antara lain menggunakan gaya Doria, Ionia, dan Korinthia, yang

tersusun atas kepala, tubuh, dan kaki tiang (soubasement). Masing-masing gaya

memiliki arti dan lambang tersendiri. Tiang-tiang ini banyak dipergunakan dalam

bangunan rumah dewa (kuil) masa Yunani dan Romawi kuno, kemudian

dipergunakan juga dalam bangunan-bangunan dari masa Renaissance (Soekiman,

2000).

Gambar 4.5 Beberapa Bentuk Pilar atau Tiang pada Bangunan Indis: a; Tiang

Doria, b ; Tiang Ionia, c; Tiang Corinthian (Sumber: Soekiman, 2000 : 304).

Penggunaan tiang gaya Doria, Korintia, dan Ionia, berhubungan dengan

perkembangan arsitektur di Eropa abad 17. Pada sekitar tahun 1660-1760

a b

c

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

arsitektur yang berkembang pada masa ini adalah arsitektur Barock. Pada zaman

Barock arsitektur manjadi sebuah karya seni yang utama, dengan mengunakan

lukisan dan ukiran yang merupakan elemen dari keseluruhan bangunan. Tema

dasarnya adalah bangunan yang memusat pada mahkota kubah yang digabung

dengan bangunan memanjang. Barock menyatukan berbagai unsur gaya tiang

pada bangunan, yang pada zaman Renaissance bagian tiang dipisahkan

berdasarkan ruang-ruang pada struktur bangunan (Budiono, 1997).

Penggunaan tiang Doria, Ionia, Corinthian, biasanya di pakai untuk

bangunan-bangunan pemerintahan dan tempat tinggal pejabat Kolonial Belanda,

seperti Gubernur, Residen, Assisten Residen, Bupati dan kontrolir di wilayah dan

pengusaha-pengusaha Belanda karena lebih indah dan banyak memiliki detail,

khususnya tiang gaya Ionia dan Corinthian. Tiang Doria merupakan bentuk tiang

paling sederhana diantara ketiga tiang tersebut. Tiang Ionia lebih ringan dan

terkesan feminism, memiliki bentuk dua buah kepala tiang, berbentuk lengkung

yang saling membelakangi (volutes). Tiang Corinthian merupakan yang paling

rumit dari ketiga tiang tersebut, bentuk kolomnya lebih langsing dan kepala

kolomnya berbentuk dua susun daun-daun Acanthus (Zulkiflianto, 2010).

Tiang yang bergaya Doria memiliki simbol kekuatan, sesuai dengan jiwa

bangsa Doria yang berjiwa militer. Gaya Doria menghendaki bentuk bangunan

yang diciptakan tampak kokoh, kuat, perkasa, sekaligus juga dapat dijadikan

sebagai lambang kekuasaan, dengan demiian gaya Doria sangat cocok sebagai

hiasan bangunan pemerintah atau pe nguasa. Gaya Doria banyak dipilih karena

memiliki proporsi yang kokoh dan terkesan maskulin. gaya Korintian dan gaya

Ionia yang penuh garis -garis halus pencerminan kelembutan (Soekiman, 2000).

Pengguaan tiang gaya Doria, Korintia, dan Ionia menunjukan gaya

bangunan yang dijadikan alat untuk pencerminan kekuasaan melalui bangunan

tempat tinggalnya. Sehingga apabila masyarakat umum melihat bangunan tersebut

mereka dapat langsung mengetahui bahwa yang bertempat tinggal dirumah

tersebut adalah orang yang memiliki kekuasaan dan dihormati.

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

b) Ornamen pada Atap atau Hiasan Kemucuk

Kehadiran bangsa-bangsa Eropa di Indonesia sejak awal abad XVI

mempengaruhi berbagai unsur kebudayaan termassuk didalamnya adalah

arsitektur bangunan rumah beserta bagian-bagiannya. Faktor orang-orang Belanda

sangat menghargai suatu karya seni menjadi salah satu faktor keindahan banguan-

banguan Indis di Indonesia, keindahan ornament ditempatkan masyarajkat

Belanda pada berbagai sisi bangunan tidak terkecuali pada atap banguan.

Masyarakat Jawa pada umumnya tidak terlalu memperhatikan hiasan-hiasan

yang terdapat pada bagian puncak rumah mereka. Selain pada bangunan-

bangunan rumah ibadah, hiasan kemuncak tidak terlalu mendapat tempat yang

spesial pada pembangunan sebuah rumah di Jawa. Berbeda dengan masyarakat

Kolonial Belanda, yang sangat memperhatikan hiasan atap rumah, karena memilki

makna dan arti simbolis dalam kehidupan masyarakat Belanda (Sujayanto, 2000).

Bangunan rumah bergaya Indis di Indonesia masih banyak yang

mengguankan hiasan-hiasan dan lambang-lambang pada atap bangunan, tetapi

lambang-lambang dan makna-makna yang terkandung dari berbagai macam

ragam hias tersebut sudah kehilangan maknanya. Ragam-ragam tersebut hanya

dijadikan sebuah hiasan penghias rumah belaka, sehingga terjadi keterputusasaan

budaya (missing link) antara budaya asli di negeri Belanda dengan budaya di

negeri jajahannya Hindia-Belanda (Soekiman, 2000).

Beberapa macam ragam hias yang menghiasi atap bangunan Indis pada

umumnya berupa Penunjuk Arah Angin (Windwijzer), Makelaar, gevel,tower dan

Hiasan dari Kaca. Di wilayah Surakarta Ragam hias tersebut masih tetap

dipertahankan sampai sekarang sebagai penentu c iri dari banguan bekas Kolonial

Belanda, walaupun hiasan-hiasan tersebut sudah tidak bisa berfungsi dengan

benar. Berikut dijelaska n beberapa hiasan atap atau hia san kemucuk yang ada pada

banguan Indis di Jawa pada umumnya dan di Surakarta khususnya.

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

(1) Penunjuk Arah Angin (Windwijzer)

Penunjuk arah tiupan angin disebut juga windwijzer, biasanya di

negeri Belanda sesuai dengan pekerjaan atau lambang keluarga pemilik

bangunan. Pada umumnya, windwijzer terbuat dari logam dengan warna

merah menyala yang dapat terlihat dari kejauhan, seperti warna merah

metalik atau keemasan.

Penunjuk arah mata angin (windwijzer) atau tadhah angin ini di

negeri Belanda bermacam-macam bentuknya, seringkali menunjukkan

macam usaha dan pekerjaan dari pemilik rumah, berbentuk ayam jago,

bendera dan lain sebagiannya.

Seiring dengan perkembangan jaman, pada abad pertengahan di

Belanda tidak semua orang dapat dengan sekehendak hati membuat hiasan

ini, karena dikeluarkan ketentuan-ketentuan tertentu oleh penguasa, baik

tentang bentuknya maupun perwujudannya. Misalnya seorang ridder

(bangsawan) di atas puncak istananya dengan windwijzer berbentuk seperti

bendera, sedang untuk baanderheer (pejabat biasa) menggunakan

penunjuk arah berbentuk persegi empat. Pada abad XV bangsawan-

bangsawan tinggi menaruhkan pada ujung tongkatnya windwijzer dengan

hiasan mahkota. Ada pula yang menaruh hia san berwarna keperakan pada

sisi sudut persegi empat diisi dengan hiasan rozet, tetapi lazimnya diisi

dengan lambang keluarga pemiliknya. (Sujayanto, 2000).

Hiasan penunjuk arah mata angin pada banguan Indis yang ada di

Jawa bukan merupakan perlambang kekuasaaan atau memilki makna

tertentu, hiasan tersebut hanya sekedar hiasan tanpa arti kecuali ornamen

yang membuat indah suatu bangunan.

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Gambar 4. 6 a; Contoh bentuk Hiasan Kemucuk Berupa Penunjuk Arah Mata Angin yang berada di Negeri Belanda, b; Hiasan Kemucuk pada Panggung Sanggabuwana Keraton Surakarta Hadiningrat. (Sumber: Soekiman, 2000 : 278; KITLV).

Penunjuk arah angin angin ini biasanya diletakan diatas sebuah

kubah kecil yang terdapat dipuncak bangunan. Hiasan penunjuk arah angin

ini di Surakarta terdapat pada banguan gedung Bank Indonesia dan pada

atap Panggung Sanggabuwana di Keraton Surakarta Hadiningrat.

Keberadaan hiasan windwijzer pada bangunan keraton menunjukan

kebudayaan Indis juga merambah ke lingkungan keraton.

b

a

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Hiasan kemuncuk pada rumah-rumah Indis di pulau Jawa umumnya

dan di Surakarta khususnya tidak terlalu kaya. Hal ini bertolak belakang

dengan dinegeri asalnya yang mana tiap-tiap rumah saling bersaing dalam

menghias rumahnya. Hal ini dikarenakan akibat tekanan ekonomi atau

kemiskinan jaman Malaise dan akibat Perang Dunia I (Soekiman, 2000).

(2) Makelaar

Ornamen yang terdapat pada atap bangunan Indis selanjutnya yaitu

makelaar. Makellar yaitu papan kayu berukir yang berukuran panjang

sekitar 2 meter dan ditempelkan secara vertikal dan diwujudkan berupa

pohon palem atau orang dengan tangan menengadah, dan juga berbentuk

hewan angsa yang diletakan saling membelakangi.

Hiasan ini terdapat didepan rumah (geveltoppen) yang disebut

voorschot, yaitu bentuk segitiga yang terdapat didepan rumah. Biasanya

merupakan atap dari teras. Pada beberapa bangunan Indis banyak

menggunakan hiasan makelaar, hiasan makellar yang sulit dilacak arti

simboliknya, tetapi secara umum hiasan makelaar ini melambangkan roh-

roh baik dan jahat sesuai dengan kepercayaan masyarakat. (Soekiman,

2000).

Hiasan makellar di Belanda memilki berbagai bentuk yang

disesuaikan dengan perkembangan jaman dan mata pencaharian

masyarakat di negeri Belanda , misalkan lambang dari masa pra kristen

yang diwujudkan dalam bentuk pohon hayat, kepala kuda, roda matahari

dan lambang pada masa kristenan berupa bentuk salib dan hati, sedangkan

Roma Katolik berupa miskelk dan hostle .

Bangunan rumah Indis bebrapa memilki ragam hias yang

dipahatkan pada makelaar seringkali berupa hiasan yang diukir berupa

huruf yang distilisasi sehingga menjadi motif ragam hias (runenschrifti),

yang memilki makna tertentu, biasanya sebagai lambang keselamatan dan

kemakmuran. Misalkan Lambang Manrune, mengandung arti simbolik

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

kesuburan, seringkali diwujudkan dalam bentuk gambar huruf M dan

gamabar bunga tulip atau leli (Zulkiflianto, 2010).

Selain stilisasi berbentuk huruf dan bunga, ragam hias yang

dipahatkan juga berupa binatang angsa berjumlah dua, dikenal dengan

istilah Oelebord yang diletakan bertolak belakang, Oelebord ini bagi

masyarakat Belanda memiliki makna simbolik berupa pembawa sinar

terang atau pemilik wilayah .

Hiasan Makelaar pada rumah-rumah di negeri asalnya yaitu

Belanda, sesungguhnya mempunyai arti simbolis tertentu. Setelah

diadaptasi pada banguan Indis yang berada di Indonesia, sama seperti juga

hiasan-hiasan lainnya pada rumah Indis, makna -makna tersebut sudah

hilang. Hiasan hanyalah sebagai hiasan tanpa makna hanya sekedar

pelengkap keindahan bangunan (Soekiman, 2000).

Gambar 4.7. Bentuk Hiasan Kemucuk Berupa Makellar, Gambar Atas Menunjukkan Lambang Masa Kristen Berbentuk Salib dan gambar bawah Berbentuk Seperti Binatang Angsa yang Ditempatkan Saling Membelakangi atau Biasa Disebut Oelebord (Sumber: Soekiman, 2000 : 295-297)

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

(3) Gavel, Domer, dan Tower

Bangunan Indis dicirikan dengan bentuk bangunan dan atap yang

tinggi dan tingkat kemiringan sampai 40°. Pada atap terdapat elemen

hiasan berupa gavel, Domer, dan Tower .

Ornamen gavel menurut Harris (1996); Soemalyo (1993), gevel

merupakan sebagai bagian berbentuk segitiga yang terletak pada dinding

samping, di bawah condongan atap. Bentuk gavel pada umumnya

diletakan di depan bangunan dan memilki berbagai bentuk seperti

Curvilinear Gable, Stepped Gable.

Domer merupakan semacam jendela atap yang menjadi komponen

pencahayaan dan sirkulasi penghawaan dengan penerapan konsep

vernacular. Biasanya domer diletakan di sisi-sisi atap. Penggunaan domer

sebagai akibat dari adanya kesadaaran arsitek untuk menyesuaikan bentuk

banguan dengan keadaan iklim Indonesia (Zulkiflianto, 2010).

Gambar 4.8 Hiasan Kemucuk Berbentuk a; Gevel, b; Domer, c; Bentuk Tower pada bangunan Indis di Surakarta. (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 18 Mei 2013)

a

b

c

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Bangunan-banguan yang menggunakan tower atau menara di negeri

Belanda pada awalnya terbatas hanya pada banguanan gereja. Kemudian

bentuk tower ini diadaptasi ke bangunan umum. Secara makna fungsi

menara untuk mengalirkan udara panas dari bawah (ruangan) ke atas.

Variasi tower berupa bentuk bulat, segi empat ramping, dan ada pula yang

dikombinasikan dengan gevel depan (Samsudi, 2000).

Keberadaan Gavel, Domer dan Tower memiliki fungsi sebagai

penyesuaian dengan kondisi iklim tropis di Jawa. Arsitektur Eropa ataupun

Belanda banyak dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat rasional. Penghuni

rumah berusaha untuk seoptimal mungkin untuk memanfaatkan tiap

bagian bangunan. Dengan hadirnya suatu Gavel, Tower dan Domer pada

bagian lantai paling atas ini dapat digunakan sebagai lonteng, tempat tidur

maupun ruang yang lain.

(4) Hiasan dari Kaca Patri (glass in lood)

Hiasan dari kaca yang berwarna dan menempel pada tubuh bangunan

(glass in lood), pada awalnya merupakan ornamen-ornamen yang banyak

terdapat di gereja-gereja zaman klasik Eropa. Gereja -gereja yang dibangun

pada masa ini walaupun terlihat keramat dari luar, namun kemegahan dan

keindahan terdapat didalamnya dengan adanya pantulan cahaya matahari

oleh kaca emas warna-warni sehingga menimbulkan mozaik yang indah.

Rumus dasar pembuatan kaca, mencampurkan pasir, garam, dan abu.

Kaca berwarna dibuat dengan memanasi campuran ini sampai cair, yang

kemudian diwarnai dengan oksidasi logam, tembaga untuk warna merah,

besi untuk warna kuning, kobalt untuk warna biru. Keping-keping kecil

kaca warna-warni tersebut dimasukkan dalam alur bingkai timah yang

bentuknya bermacam-macam sehingga membentuk panel. Baru setelah

panel dipasang pada jendela, tukang kaca dapat mengetahui kecerahan

warna dan kesan seluruh desain. Hiasan kaca patri pada abad pertengahan

banyak menceritakan dan melukiskan tokoh-tokoh dalam sejarah kitab

Injil serta manusia sejak penciptaan alam semesta (Soekiman, 2000).

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Hiasan dari kaca pada umumnya ditempatkan pada pintu dan jendela

rumah. Bentuknya dikombinasikan dengan panel-panel kayu, tetapi ada

pula yang menempatkan hiasan kaca ini pada domer.

Melihat dari sisi sejarah pada awalnya bentuk jendela mengguanakan

penutup rotan yang dianyam seperti kursi. Cara ini didapat oleh orang-

orang Portugis dengan meniru cara orang pribumi. Kelemahan jendela

dengan penutup anyaman rotan ini ialah terbuka dan tidak dapat

melindungi ruangan dalam dari hujan dan panas matahari, juga terpaan

angin, dan apabila ditutup ruangan menjadi gelap dan pengap.

Perkembangan hiasan dari kaca tidak bisa terlepas dari

perkembangan arsitektur gaya art deco yang berkembang sekitar abad ke

XX. Mengenai definisi art deco, Handinoto, Santoso & Irawan (2012)

menyimpulkan

Art Deco adalah seni populer, gerakan desain internasional dari 1925 sampai 1940, yang mempengaruhi seni dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan desain industri, serta seni visual seperti fashion, lukisan, seni grafis, dan film. Pada saat itu, gaya ini dianggap sebagai elegan, glamor, fungsional, dan modern (hlm. 1) Art Deco memberika n sentuhan-sentuhan modern yang diartikan

dengan berani tampil beda dan baru, tampil lebih menarik dari yang lain

dan tidak kuno. Kesemuanya itu dimanifestasikan dengan pemilihan warna

yang mencolok, proporsi yang tidak biasa, material yang baru dan dekorasi

(Tanti Johana, 2004).

Rumah tradisional Jawa dalam strukturnya, ada tempat yang disebut

tebeng, yaitu bidang segi empat yang terletak diatas pintu atau diatas

jendela. Tebeng ini dihiasi dengan ornamen yang namanya dalam bahasa

Kawi disebut sebagai warayang.

Wujud dari ornamen warayang berupa beberapa anak panah yang

distilisasi menuju kesatu titik. Secara teknis ragam hias ini berfungsi ganda

yaitu sebagai ventilasi atau jalan udara agar terjadi sirkulasi udara di dalam

rumah. selainitu juga berfungsi sebagai penambah penerangan dalam

ruangan (Dakung, 1982). Pada rumah berarsitektur Indis, hiasan warayang

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

yang merupakan ornamen khas arsitektur Jawa tersebut diadaptasi oleh

arsitek-arsitek belanda menjadi ornamen glass in lood untuk mempercantik

rumah dan menimbulkan kesan mewah

Awal abad 20 hiasan dari kaca (glass in lood ) mengalami

perkembangan yang sangat pesat dan mulai banyak masyarakat Surakarta

menghias rumah-rumah dengan hiasan ini. Hiasan glass in lood biasanya

ditemukan pada rumah-rumah orang kaya dan terpandang, rumah-rumah

pejabat dan saudagar-saudagar terutama di Laweyan, hiasan dari kaca ini

dibentuk dengan panel-panel yang membentuk relief tertentu biasanya

relief tumbuhan, relief gambar matahari, dengan pemakaian warna yang

terlihat mewah.

Gambar 4.9. Salah Satu Bentuk Hiasan Kaca Patri (Glass In Lood ) yang ditempatkan pada Panel Ventilasi di Atas Pintu dan jendela (Bovenlich ) pada Bangunan Rumah Indis milik Poesposumartan di Laweyan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 22 Mei 2013)

Ornamen pada rumah berga ya Indis tidak terlalu mencolok, keindahan

ornamen pada bangunan selain mempercantik bangunan, juga diharapkan akan

dapat memberi ketentraman bagi yang menempatinya. Bagi kalangan pejabat dan

orang kaya, ornamen-ornamen yang terdapa t dirumah tersebut juga sebagai

sebuah simbol kedudukan yang dimiliki penghuni rumah. Arsitektur dan ornamen

Indis telah berhasil memenuhi nilai-nilai budaya yang dibutuhkan oleh penguasa

karena dianggap bisa dijadikan sebagai simbol status, keagungan, kebesaran

kekuasaan, bukan hanya bagi golongan Belanda saja tetapi juga oleh penguasa

pribumi.

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

b. Bentuk Arsitektur dan Ornamen Indis di Kampung Laweyan

1) Persebaran Saudagar Batik dan Bentuk Rumah di Kampung Laweyan

Wilayah Kampung Batik Laweyan memiliki luas wilayah sekitar 24,83 Ha,

yang terbagi kedalam delapan kawasan yaitu Kwanggan, Sayangan Kulon,

Sayangan Wetan, Setono, Lor pasar, Kidul Pasar, Kramat dan Klaseman. Secara

administratif, kampung Laweyan terbagi kedalam 3 Rukun Warga (RW) dan 10

Rukun Tetangga (RT).

Elemen kawasan kampung Laweyan dibentuk oleh butiran masa yang saling

berdekatan dan membentuk jalan-jalan merupakan ciri lain dari pemukiman

tradis ional.Permukiman tradisional biasanya banyak dicirikan dengan munculnya

massa bangunan yang mempunyai tampak berupa dinding-dinding tertutup

menghimpit dan dikelilingi oleh gang atau jalan sempit (Priyatmono, 2004).

Pemukiman pengusaha batik berskala besar di kampung Laweyan memiliki

masa bangunan rumah yang cukup luas dan besar. Bangunan rumah tersebut

biasanya dikeli lingi oleh tembok-tembok tinggi (beteng). Dinding berhimpit dan

memiliki ketinggian yang cukup tinggi sekitar enam meter dan biasanya dimiliki

oleh rumah-rumah saudagar batik, hal ini dimaksudkan untuk menghindari

pencurian dan persaingan pr oduksi antar pengrajin batik.

Wilayah kampung Laweyan merupakan suatu perkampungan yang memiliki

penduduk homogen dalam hal mata pencaharian yaitu pengusaha dan pekerja

industri batik, hampir sebagian besar masyarakat di Laweyan berprofesi sebagai

pengusaha dan pengrajin batik.

Kawasan Kampung Laweyan, dalam hal pembagian kelompok pemukiman

terbagi kedalam dua kelompok pemukiman, yaitu kelompok pemukiman

pengusaha atau saudagar batik dan pekerja batik. Jika kawasan Laweyan dianggap

bermula dari Jalan Dr. Radjiman sebagai jalan utama, kemudaian masuk ke dalam

ke arah Sungai Kabanaran maka akan diperoleh 3 lapisan pemukiman, untuk sub

kawasan pengusaha menempati lapisan pertama dan kedua dalam kawasan,

sedangkan sub kawasan buruh menempati lapisan ketiga. Dengan demikian letak

sub kawasan buruh seolah berada di ujung belakang kawasan Laweyan,

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

2

3

1

berdekatan dengan sungai. (wawancara, Ibu Naniek Widyati, 21 Mei 2013). Lebih

lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman 200.

Rumah-rumah saudagar batik, yang memiliki luas rumah cukup besar

terletak di jalan utama ka mpung, yakni sepanjang Jalan Sidoluhur dan jalan Tiga

Negeri. Pemukiman berskala kecil biasanya ditempati oleh para pekerja atau

buruh batik, rumah para pekerja batik biasanya terletak masuk ke pinggiran jalan

utama atau berdekatan atau di tepi sungai Kabanaran atau sungai Jenes sekarang,

tetapi ada pula saudagar batik yang bertempat tinggal di tepi sungai (Wawancara

Bapak Alpha Febela, 4 September 2013). Lebih lanjut lihat CL 3 pada lampiran

halaman 211.

Jika digambarkan pada peta, kawasan pemukiman atau letak hunian

saudagar batik dengan pekerja batik adalah sebagai berikut:

Gambar 4. 10. Peta Pembagian Lapisan Sub Kawasan Pengusaha dan Buruh pada Kawasan Laweyan. Lapisan 1 dan 2 dari kawasan ja lan Dr. Radjiman merupakan kawasan pemukiman saudagar batik yang menjorok sampai ke dalam. Lapisan 3, merupakan Lapisan pekerja atau Buruh Batik (Sumber : Widayati, 2002 : 241)

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Kawasan Laweyan adalah suatu kawasan yang memiliki komunitas

masyarakat dengan pekerjaan sama yaitu pengusaha atau saudagar batik dan

pekerja atau buruh batik. Perubahan sebagai pusat perdagangan lawe menjadi

pusat industri batik, menjadikan kawasan Kampung Batik Laweyan dewasa ini

telah banyak perubahan, baik dari segi masyarakat ataupun dari segi arsitektur

rumah tinggal.

Masyarakat Laweyan yang masih aktif dalam produksi batik berjumlah

kurang lebih sekitar 23 pengusaha batik yang masih aktif. Usaha batik yang ada di

Laweyan biasanya adalah usaha turun temurun keluarga yang dikerjakan oleh

anak cucu saudagar batik Laweyan, baik dengan skala produksi besar maupun

skala kecil. (Wawancara Bapak Alpha Febella, 4 September 2013). Lebih lanjut

lihat CL 3 pada lampiran halaman 211.

Produksi batik yang dilakukan masayarakat Laweyan dilakukan di pabrik.

Pabrik biasanya menyatu dengan rumah sekaligus dijadikan showroom, tetapi ada

pula pengusaha batik yang hanya menggunakan rumah sebagai showroom dan

memiliki pabrik tersendiri. Persebaran rumah penduduk Laweyan yang

memproduksi batik ini hampir di seluruh kawasan kampung Laweyan .

Berikut disajikan tabel persebaran saudagar batik yang masih aktif dalam

berproduksi di Kawasan kampung batik Laweyan, yang di olah berdasarkan

observasi di lapangan :

Tabel. 4.3. Persebaran Pengusaha Batik yang Masih Aktif di Kampung Laweyan

(Sumber : Observasi, 23 Mei 2013)

No Kampung Jumlah Presentase (%) 1 Kwanggan - - 2 Sayangan Kulon 1 4,35 3 Sayangan Wetan 1 4,35 4 Setono 7 30,43 5 Kidul Pasar 6 26,09 6 Lor Pasar 4 17,39 7 Kramat - - 8 Klaseman 4 17,39

Jumlah 23 100

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Wilayah Kampung Setono merupakan wilayah dengan pengusaha batik

terbanyak sekitar 30 % atau berjumlah sekitar 7 pengusaha yang aktif

memproduksi batik, kemudaian disusul oleh kampung Kidul Pasar sekitar 26 %

yakni sekitar 6 pengusaha aktif dan sisanya adalah kampung Sayangan Kulon dan

Wetan masing-masing 1 pengusaha aktif, kampung Lor Pasar dan kampung

Klaseman sebanyak 4 pengusaha aktif. Kampung Kramat dan kampung

Kwanggan tidak ada pengusaha batik yang masih aktif.

Kampung Laweyan sejak masa Keraton Pajang telah terkenal sebagai pusat

perdagangan lawe (bahan baku pembuatan tenun), menginjak awal abad XX

pekembangan Industri batik di Surakarta meningkat seiring dengan ditemukannya

teknologi batik cap. Hal tersebut juga terjadi di Laweyan yang menyebabkan

hampir seluruh rumah tangga mengusahakan batik, dan bertahan hingga sekarang.

Keuntungan yang besar dari perdagangan batik digunakan oleh saudagar batik

untuk membangun rumah. Diantara para pengusaha tersebut memilki rumah-

rumah yang memilki arsitektur tradisional, baik arsitektur Jawa, campuran Jawa-

Eropa, Jawa-Islam dan arsitektur modern yang masih terawat dan masih

digunakan sebagai pabrik batik sampai sekarang.

Kajian dalam skripsi ini mengkaji tentang bagaimana bentuk dan

araistektur serta ornamen rumah saudagar batik yang bercorak Indis atau gaya

campuran Jawa-Eropa (Belanda). Dari hasil observasi diketahui ada sekitar 23

pengusaha batik yang masih aktif berproduksi dan para saudagar batik ini

memiliki rumah yang unik dari berbagai langgam arsitektur baik Jawa, Eropa

ataupun Art Deco . Dari 23 rumah yang di observasi ada sekitar 11 rumah milik

saudagar batik Laweyan yang bercorak Indis, Jawa Limasan dan Joglo.

Bangunan-bangunan tersebut, masih digunakan sebagai tempat produksi dan

showroom batik.

Bangunan rumah tersebut rata-rata sudah berusia dari 50 tahun. Pada

periode awal abad XX dimana pengaruh arsitektur Indis di adaptasi oleh saudagar

Laweyan, menghasilkan beberapa bentuk rumah loji dari berbagai bentuk gaya

Indis antara la in Art Deco , Indische Style dan Modern -Clasic serta perpaduan

dominasi ukiran dan loji.

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Dalam penelitian ini penulis mencoba mendeskripsikan 3 rumah saudagar

batik di Laweyan yang terpengaruh arsitektur Indis dan dianggap mewakili

periode arsitektur Indis yang berkembang di Laweyan. Riwayat 3 rumah besar

tersebut dibangun berdasarkan latar belakang yang sama, yaitu kesuksesan

saudagar batik dalam mengelola Industri batik cap pada sekitar abad ke XX.

Diantara rumah yang dijadikan objek penelitian yaitu Ruma h Djimatan atau lebih

dikenal dengan nama dalem Djimatan, Rumah Poesposumartan atau dikenal

dengan nama dalem Poesposumartan dan Rumah H. Mawardi, yang sekarang di

tempati oleh anak cucu dari para saudagar batik tersebut. Berikut disajikan

beberapa gambar bentuk rumah tradisional yang dimilki oleh saudagar batik

Laweyan.

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Gambar 4.11. Façade Arsitektur Rumah Saudagar di Laweyan, berturut-turut (a)

Rumah dengan arsitektur Jawa; (b) Rumah Indis dengan Struktur Dominan Kayu, c; Rumah Indis dengan Struktur Bearing wall (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 22 Mei 2013).

b

a

c

b

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

2) Bentuk Arsitektur dan Ornamen Bangunan Rumah Indis di Laweyan

Kebudayaan Indis beserta hasil-hasilnya, termasuk arsitektur yang bercorak

Indis, masuk dan berkembang di wilayah Kampung Laweyan disebabkan oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah faktor geografis Laweyan, faktor

berkembangnya industri batik sehingga menyebabkan keuntungan yang besar dan

faktor status kawula yang membuat saudagar ba tik merasa perlu menunjukkan

identitas sebagai saudagar.

Secara geografis kampung Laweyan merupakan suatu wilayah yang sejak

masa kerajaan Pajang terkenal dengan pusat pedagangan lawe (bahan baku

pembuatan kain) yang berpusat di sungai Jenes atau sungai Kabanaran sekarang

dimana sungai tersebut terhubung dengan Sungai Bengawan Solo, di wilayah

tersebut terdapat bandar dagang yaitu Bandar Kabanaran yang terhubung dengan

bandar besar di Nusupan, posisi yang sangat starategis secara geografis jika

ditinjau dari segi masa lalu karena transportasi sungai pada masa lalu merupakan

alat trsansportasi utama yang digunakan oleh masyarakat.

Letak Laweyan secara geografis dilintasi jalur perdagangan pada masa itu,

menjadikan Laweyan ini memungkinkan masuknya dan berkembangnya

kebudayaan baru, termasuk kebudayaan indis beserta hasil-hasilnya berupa

arsitektur bangunan rumah yang menjamur sekitar abad ke XX, abad

berkembangnya industri batik di wilayah Laweyan.

Tipikal masyarakat saudagar batik yang berjiwa pedagang ditambah

keuntungan yang besar dalam berdagang batik sekitar abad akhir abad IXX dan

awal abad XX menjadikan cepat berkembangnya budaya Indis di Laweyan

khususnya arsitektur rumah Indis, hal ini dikarenakan masyarakat saudagar batik

telah melakukan kontak perda gangan dengan para pedagang dari berbagai bangsa,

saudagar batik sudah mampu berdagang ke luar negeri terutama ke Eropa oleh

karena itu saudagar batik mempunyai wawasan mengenai arsitektur luar negeri

wawasan itu lantas diterapkan untuk rumah-rumah saudagar batik Laweyan.

Rumah-rumah Indis di Laweyan merupakan bukti dari perkembangan arsitektur

Indis masa itu di wilayah Laweyan. (Wawancara , Bapak M. Muqqofa pada

tanggal 8 Juli 2013). Lebih lanjut lihat CL 4 pada lampiran halaman 215.

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Arsitektur rumah tinggal masyarakat di kawasan Kampung Batik Laweyan

jauh sebelum adanya perkembangan industri batik sekitar abad XX di dominasi

oleh arsitektur rumah Jawa yang dimiliki rakyat kebanyakan, yang berbahan

utama kayu.

Perkembangan industri batik di Surakarata sekitar awal abad XX,

menyebabkan saudagar batik memilki keuntungan yang besar dari hasil

perdagangan batik. Perkembangan indusrtri batik tersebut berpengaruh tehadap

eksistensi Laweyan sebagai kawasan yang spesifik, untuk merubah bangunan

awal rumah mereka yang terbuat dari kayu dan berarsitektur tradisional Jawa ke

bentuk loji. Sehingga pada masa itu, corak bangunan di Laweyan banyak

dipengaruhi oleh gaya arsitektur colonial Belanda, sehingga banyak bermunculan

bangunan bergaya arsitektur Indis (campuran arsitektur Jawa dan Eropa) yang

sebelumnya telah berkembang di lingkungan keraton. (Wawancara Bapak Alpha

Febella, 4 September 2013 ). Lebih lanjut lihat CL 3 pada lampiran halaman 211.

Masyarakat saudagar batik Laweyan menjadi pendukung dari

perkembangan kebudayaan Indis di Surakarta dipengaruhi oleh kekayaan yang

dimiliki oleh saudagar batik yang memperoleh kekayaan dari hasil usaha batik

pada sekitar abad XX, selain itu faktor perkembangan kota Surakarta semenjak

pembukaan perusahaan swasta ikut mempengaruhi perkembangan arsitektur di

Laweyan.

Arsitektur Indis yang berkembang dan diadaptasi oleh saudagar batik

dipengaruhi oleh perkembangan pemukiman di kota menunjukan pola pemukiman

yang menunjukan karakter yang majemuk. Bentuk rumah loji atau tembok

merupakan pola dari rumah golongan Eropa dan elite pribumi dengan halaman

rumah yang luas yang menunjukan rumah para penguasa dan menduduki hiearki

yang tinggi dalam tatanan masyarakat. Pola rumah seperti ini yang di adaptasi

dengan baik oleh saudagar batik Laweyan pada sekitar tahun 1920-1930an

(Hastuti, 2013).

Perubahan rumah para saudagar batik Laweyan yang awalnya berstruktur

kayu dan bentuk rumah kampung secara cepat dan di renovasi menjadi bangunan

berdinding tembok atau loji pada sekitar tahun 1920-1930an. Bentuk bangunan

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

rumah tempat tinggal dengan ukuran yang besar dan luas, berdinding tembok

dengan perabot yang mewah, aksesoris interior dan eksterior dengan materi bahan

yang mahal, detail, dan dikerjakan dengan tingkat keahlian yang tinggi, dapat

dipergunakan sebagai tolok ukur derajat dan kekayaan pemilik rumah tersebut.

Semakin banyak ornamen yang mengisi rumah tersebut menunjkkan pemiliknya

adalah bukan orang biasa. (wawancara Bapak Alpha Febella, 4 September 2013).

Lebih lanjut lihat CL 3 pada lampiran halaman 211.

Banyak bangunan rumah para saudagar ini dilengkapi dengan cermin di

pendapa rumah, menggunakan tiang rumah yang kokoh dan berukir serta lantai

dari marmer. Biasanya pada rumah-rumah orang kaya di Laweyan akan dijumpai

pintu gerbang bersusun seperti gerbang rumah para bangsawan di keraton dan di

atas pintu tersebut dilengkapi dengan ukiran crown semacam la mbang mahkota

kerajaan Belanda , yang sanagat indah dan membutuhkan kedetailan dalam

membuatnya. Hal ini menunjukan bahwa dalam gaya hidupnya para saudagar ini

mengacu pada kehidupan para bangsawan keraton Surakarta atau masih

berpedoman pada kehidupan dan budaya Jawa meskipun dalam asitektur rumah

telah berubah mengikuti pola bangunan rumah Eropa (Wawancara Bapak Alfa

Febella, 4 September 2013). Lebih lanjut lihat CL 3 pada lampiran 211.

Banguan rumah Indis milik saudagar batik di Laweyan umumnya memiliki

ciri bangunan kolonial Belanda dengan bentuk unsur dominan garis lurus, unsur

dominan garis lengkung, perpaduan antara keduanya, perpaduan unsur kayu yang

diukir dengan loji, tetapi ada juga perpaduan dengan unsur yang lain. Tetapi

dalam hal pola ruang, masih mirip dengan pola ruang yang ada di rumah

bangsawan dan pola ruang arsitektur Jawa pada umumnya. Hal ini dikarenakan

adanya hubungan ya ng erat antara masyarakat saudargar batik Laweyan dengan

keraton melalui perdagangan batik dan di dukung dengan kekayaan yang ada,

sehingga façade atau bentuk arsitektur pada bangunan rumah milik saudagar batik

Laweyan pada umumnya masih menggunakan konsep aristektur Jawa, baik dari

bentuk ataupun pola ruang pada rumah tradisional Jawa seperti rumah kebanyakan

di Surakarta. (wawancara, Ibu Naniek Widyati, 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat

CL 1 pada lampiran halaman 200.

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Façade bangunan dengan aristektur Indis millik saudagar batik Laweyan

masih menggunakan pola ruang yang sama dengan pola ruang rumah Jawa yang

dimilki bangsawan, seperti Pendopo, dalem, sentong kiwa, sentong tengen,

sentong tengah , gandok, beteng, regol, butulan dan ditambah dengan bangunan

pabrik. Halaman depan rumah yang cukup luas dengan orientasi bangunan

menghadap utara-selatan, masih dipertahankan sebagai penanda bahwa para

saudagar batik Laweyan adalah orang Jawa.

Beberapa rumah Indis milik saudagar batik di Laweyan kebanyakan

menggunakan bahan material dari pasir dan semen atau berbentuk bearing wall,

sehingga bangunan terlihat kokoh. Penggunaan atap pada rumah Indis di Laweyan

rata-rata menggunakan kombinasi antara atap limasan dan pelana.

Penggunaan atap limasan dikarenakan masyarakat saudagar batik Laweyan

bukanlah keturunan bangsawan yang atap rumahnya menggunakan atap Joglo,

atap limasan menunjukan ciri masyarakat Laweyan yang termasuk golongan

rakyat kebanyakan karena masayarakat Laweyan secara sosial termasuk kedalam

kelas kawula .

Struktur pendukung atap pada bangunan rumah saudagar bergaya Indis di

Laweyan, terbuat dari tembok dengan susunan 2 batu (bearing wall), sehingga

tidak memerlukan 4 tiang sebagai penyangga atap (saka guru) khususnya di area

dalem seperti rumah para bangs awan, untuk menunjukan bahwa saudagar batik

Laweyan merupakan orang Jawa yang kebanyakan dalam membangun rumah

mereka menggunakan saka hanya dua buah yang terdapat di area dalem.

Masyarakat saudagar Laweyan memodifikasi dengan dua tiang saka

(sebagai hiasan supaya terkesan mempunyai saka) yang biasanya berada di tengah

area dalem, begitu pula dengan kelengkapan-kelengkapan pengisi ruang

masyarakat saudagar batik Laweyan meniru benda-benda yang ada pada rumah

bansawan tetapi dengan perbedaan yang sangat mencolok, khususnya dari

material yang digunakan. (Wawancara Ibu Naniek Widayati 21 Mei 2013). Lebih

lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman 200.

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Gambar 4. 12. Variasi Bentuk Atap pada Bangunan Rumah Saudagar Batik di

Kampung Laweyan (Sumber : Widayati, 2002: 152)

Keuntungan yang besar dalam berdagang batik, menyebabkan para saudagar

batik perlu menunjukan identitasnya sebagai pribadi yang mandiri secara

ekonomi. Penunjukkan identitas diri dari saudagar batik Laweyan ditunjukan

dengan mulai berani membuat banguan rumah loji tiruan seperti layaknya tempat

tinggal orang-orang Eropa.

Rumah sebagai tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan hidup yang

utama bagi manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Oleh sebab itu

rumah dibutuhkan manusia bukan hanya sebagai tempat tinggal namun juga

sebagai tempat berlindung dari ancaman alam, selain itu dalam masyarakat Jawa

pada umumnya dan Laweyan pada khususnya, sebuah rumah bisa dijadikan

sebagai penanda status sosial.

Arsitektur Rumah bergaya Indis yang berkembang di wilayah Laweyan

merupakan sebuah growing up dari masyarakat saudagar batik yang merdeka,

yang termarginalkan budaya dari ikatan stratifikasi keraton, dengan kekayaan

yang melebihi bangsawan keraton masyarakat saudagar batik membangun rumah

bergaya Indis. Arsitektur Indis adalah sebuah jawaban dari masyarakat saudagar

batik secara sosial (Wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih lanjut

lihat CL 1 pada lampiran halaman 200.

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Bangunan Indis milik saudagar batik Laweyan memiliki façade sederhana,

berorientasi ke dalam, fleksibel, berpagar tinggi lengkap dengan lantai yang

bermotif karpet khas Timur Tengah. Keberadaan “beteng” tinggi yang banyak

memunculkan gang-gang sempit merupakan ciri khas Laweyan. Selain untuk

keamanan juga merupakan salah satu usaha para saudagar untuk menjaga privasi

dan memperoleh daerah “kekuasaan” di lingkungan komunitasnya (Priyatmono,

2004).

Bangunan rumah Indis milik saudagar batik di Laweyan memiliki ciri

perpaduan arsitektur Belanda dan Jawa. Ciri atau unsur pengaruh Belanda

ditunjukkan dengan bangunan yang besar dengan struktur dinding (bearing wall),

halaman rumah yang luas, beratap tinggi dengan kemiringan hampir 70° dan

lebar, bukaan rumah sampai dengan 60% dari keseluruhan fasade bangunan, batu

kali setinggi 50 cm dari tanah pada dinding bagian luar sebagai fondasi rumah,

ventilasi udara yang banyak dan lebar.

Unsur arsitektur Jawa ditunjukkan dalam sistem pembagian atau pola ruang,

seperti adanya regol, pendapa, pringgitan, sentong, gandok, dalem, dan butulan

walaupun dalam peletakan serta jumlah ruang-ruang tersebut saudagar Laweyan

bebas menentukannya tanpa terikat oleh pakem dalam pola ruang arsitektur Jawa.

Pekembangan arsitektur Indis yang di adaptasi oleh masyarakat saudagar

batik Laweyan tidak merubah seluruh tatanan ruang pada rumah saudagar batik,

walaupun rumah saudagar batik berbentuk rumah loji, tetapi dalam tata ruang

rumah, masih menerapkan pola ruang khas Jawa dengan pembagian-pembagian

ruang tertentu yang bersifat umum dan yang bersifat privasi.

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Gambar. 4.13. Pola Ruang Rumah Indis Saudagar Batik Laweyan yang Masih Menerapkan Pola Ruang Arsitektur Jawa (Sumber : Priyatmono, 2004 : 2, di gambar kembali oleh penulis)

Pola ruang rumah Jawa dalam rumah Indis milik saudagar batik di Laweyan

ditunjukkan dengan adanya rumah induk di bagian tengah, di apit rumah atau

pavilium tambahan di kanan dan kiri rumah induk. Dalam istilah arsitektur Jawa

dikenal dengan istilah gandhok tengen dan gandhok kiwa .

Kedua gandhok terhubung dengan dapur dan pabrik pada bagian belakang

rumah induk, sehingga berbentuk U, tetapi para saudagar batik Laweyan bebas

menentukan letak gandhok , hanya satu di sisi kanan atau kiri saja, atau kedua sisi

sampai sejajar dengan letak rumah induk bagian depan.

Bagian dalem atau ruang utama dalam rumah Indis di Laweyan masih

terdapat adanya ruang khusus yang dalam arsitektur Jawa disebut krobogan atau

patanen yang terdapat ruang pada ruangan sentong tengah , sentong sendiri yang

berjumlah 3 buah, yaitu sentong tengen, sentong tengah dan sentong kiwa .

Regol (Pintu Gerbang)

Halaman Depan / area semi publik

pendopo

ndalem

sentong

Gandok Kiri

Butulan

Gandok Kanan

Pabrik

beteng

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Sentong ini merupakan tempat yang sakral dalam rumah tradisional Jawa

karena merupakan perlambang dari kesuburan. Dalam ruang senthong biasanya

ditempatkan perlengkapan yang di golongkan ke dalam benda hiasan, antara lain

bantal, guling, tempat sesaji, tempat sirih atau kinang , dan patung roro blonyo,

walaupun ada saudagar batik yang tidak memilki dan menempatkan patung

tersebut. Selain itu pada bagian tengah dalem biasanya dipasang rono atau

devider, sebagai sekat.

Pengusaha batik di Laweyan membuat petanen dengan sangat indahnya dan

dilengkapi dengan benda hiasan yang bagus-bagus dan mahal. Hal ini sengaja

dibuat sedemikian oleh para pengusaha untuk menunjukkan kelebihannya sebagai

pengusaha walaupun mereka bukan dari golongan bangsawan. Dengan kata lain

adalah sebagai penunjukkan kekayaan saudagar batik (Wawancara Ibu Naniek

Widayati dan observasi lapangan, 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1 pada

lampiran halaman 200.

Arsitektur Rumah Indis di Laweyan merupakan salah satu upaya dalam

penunjukan identitas diri pada masyarakat saudagar yang termarginalkan oleh

sistem budaya masyarakat feodal. Kekayaan akibat dari berkembangnya industri

batik menjadi pendorong masyarakat Laweyan untuk bergaya hidup Indis dan

salah satunya adalah dengan membangun rumah-rumah megah berarsitektur Indis

beserta ornamen yang menghiasinya.

Ornamen yang terdapat pada rumah Indis milik saudagar batik Laweyan

yang ditemukan, umumnya berupa hiasan yang menempel pada struktur bangunan

dan ornamen yang tidak menempel pada bangunan atau terlepas dari struktur

bangunan dan berfungsi sebagai penghias ruang.

Ornamen yang menempel pada bangunan biasanya terdapat di lantai,

dinding, tiang, pintu, jendela, dan senthong adalah hiasan atau ornamen yang di

stilir atau diukirkan pada benda dengan motif flora dengan bentuk lung-lungan

atau sulur-suluran , pada jendela atau pintu terdapat hiasan kaca dikombinasikan

dengan pola jalusi kayu dan merupakan citi arsitektur bergaya art deco .

Benda hiasan atau ornamen yang biasanya terlepas dari struktur bangunan

dan merupakan pelengkap ruang. Sama seperti rumah bangsawan Jawa pada

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

umumnya, pada rumah Indis di Laweyan juga terdapat hiasan berupa kaca besar

yang terletak di kanan-kiri petanen serta di pendopo pada dinding kanan dan kiri.

Selain itu terdapat pula patung (arca) yang terletak di kanan dan kiri regol atau di

halaman. Kemudian di area petanen ada perlengkapan yang digolongkan ke dalam

benda hiasan, antara lain bantal, guling, tempat sesaji, tempat sirih atau kinang,

patung dan roro blonyo .

Penempatan ornamen baik yang menempel maupun terlepas dari struktur

bangunan rumah masyarakat saudagar batik Laweyan tidak memiliki makna

filosofis tertentu tetapi hanya beruapa unsur penghias dan sarana penunjukan

identitas bahwa saudagar batik adalah orang kaya dan pantas disejajarkan dengan

golongan bangsawan keraton. Hal ini terlihat dari pemakaian ornamen-ornamen

berlanggam Eropa baik yang di tempatkan di pintu rumah, jendela, kaca dan

penguunaan lantai marmer pada bangunan rumah, bagi masyarakat saudagar batik

Laweyan semakin banyak ornamen yang ada di dalam rumah menunjukan pemilik

dari rumah tersebut bukan merupakan orang biasa (wawancara bapak Alpha

Febella, 4 September 2013) . Lebih lanjut lihat CL 3 pada lampiran halaman 211.

Kekayaan saudagar batik Laweyan hasil dari usaha batik yang berkembang

menyebabkan pola dan gaya hidup Indis di adaptasi oleh saudagar batik,

khususnya dalam membangun rumah. Rumah Indis di Laweyan, pada

perkembangan arsitek terdapat beberapa bentuk rumah dari berbagai bentuk

seperti didominasi unsur garis lurus, unsur garis lengkung, perpaduan antara

keduanya, ada juga ukiran sebagai yang menjadi unsur dominan dan mewakili

periode arsitektur indis di Laweyan.

Bangunan rumah yang dijadikan obyek penelitian ini adalalah rumah

Djimatan, rumah Poesposumartan, rumah H.Mawardi dan rumah Tjokrosumarto.

Keempatnya merupakan bukti dari kesuksesan saudagar batik Laweyan. Berikut

dideskripsikan riwayat singkat dari keempat rumah tersebut.

Rumah Djimatan atau lebih dikenal dengan nama dalem Djimatan terletak

di Jalan Tiga Negeri, wilayah kampung Sentono RT 03/RW 03, Kelurahan

Laweyan. Letaknya disebelah utara sungai Kabanaran atau sungai Jenes sekarang.

dalem Djimatan dibangun pada tahun 1938.

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Riwayat dibangunnya rumah Djimatan diawali dengan bangunan Jawa

dengan atap Joglo yang terdiri dari 32 saka pengiring dengan gaya rumah

pangeran. Rumah ini awalnya adalah sebuah rumah dinas dari Kyai Ageng Henis

sebagai pemimpin tanah perdikan Laweyan. Sebelum menjadi rumah dinas dari

Kiyai Ageng Henis yang merupakan penguasa tanah perdikan Laweyan, rumah ini

awalnya adalah sebuah candi pemujaan, hal tersebut dapat di buktikan dari bukti

arkeologis.

Bukti pertama adalah keberadaan arca yang terletak di depan regol atau

gerbang masuk dari Rumah Djimatan, arca tersebut merupakan alat untuk

melakukan pembersihan kaki sebelum memasuki candi melakukan pemujaan

terhadap Tuhan pada waktu itu. Bukti kedua adalah dari struktur tanah dimana

semakin ke uatara tingkat ketinggian atau kelandaian tanah semakin tinggi yang

menggambarkan seperrti candi.

Dalem Djimatan, ditempati oleh Kyai Ageng Henis sampai akhir hayatnya.

Setelah Kyai Ageng Henis meninggal dan dimakamkan di pasareyan Laweyan

yang berada di sisi Masjid Laweyan sekarang, rumah tersebut digunakan sebagai

rumah dinas bagi pengurus makam keluarga keraton yang dimakamkan di

pasarean Laweyan. Abdi dalem keraton yang bertugas sebagai juru kunci pasaren

Laweyan yakni Mas Bei Djimat Kartohastono adalah orang yang terakhir

bertempat tinggal atau menempati rumah Djimatan tersebut dan setelah Mas Bei

Djimat Kartohastono wafat para penjaga yang menempatinya. Berawal dari nama

Mas Bei Djimat Kartohastono itu orang-orang di sekitar menyebut rumah ini

dengan sebutan Dalem Djimatan .

Sekitar tahun 1900an, keraton mengalami krisis keuangan dan kemudian

diadakan lelang oleh pihak keraton, rumah tersebut akhirnya di lelang, pemenang

dari lelang tersebut adalah ibu Karyo Wijoyo. Kesuksesan dalam mengelola

industri batik menjadikan Ibu Karyo Wijoyo merenovasi banguan rumah tersebut

dengan bentuk bangunan loji dengan ukuran sama persis dengan ukuran rumah

sebelumnya. Setelah di miliki oleh Ibu Karyo Wijoyo, kemudaian rumah tersebut

diwariskan kepada keempat anaknya, yaitu Wirosukarto, Wiryo Wijoyo,

Priyomarsono, dan Wongsodinomo. Hak waris terakhir jatuh kepada tangan bapak

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Priyomarsono (Wawancara Ibu Nanik Widayati, 21 Mei 2013) . Lebih lanjut lihat

CL 1 pada lampiran 200.

Rumah kedua adalah rumah milik bapak Poesposoemarto, riwayat

kesuksesan saudagar batik Poesposumartan berawal dari rumah Poesposumarto

yang berlokasi di Jalan Tiga Negeri yang awalnya digunakan sebagai pabrik

pembuatan batik. Rumah awal Poesposumarto sejak 2008 sebagian ruangnya

berfungsi sebagai Museum Samanhoedi yang sekarang sudah tidak difungsikan

lagi dan kondisinya suadah lapuk dimakan jaman.

Poesposumarto mengawali usaha batik dari rumah tersebut, setelah

mengalami kemajuan yang pesat dalama industri batik pada abad ke XX, akhirnya

pada tahun 1938 Poesposumarto mampu membangun rumah loji untuk 3 anaknya.

Dalem Poesposumartan berlokasi sangat strategis di Jalan Dr. Radjiman no. 501,

dahulu bernama Jalan Laweyan dan merupakan jalur utama dari taransporatsi

darat yang digunakan masyarakat. Kesuksesan Poesposumarto dala m mengelola

industri batik menjadikan masyarakat Laweyan lebih mengenal rumah ini dengan

nama Dalem Poesposumartan.

Rumah pertama tetap berfungsi sebagai pabrik dan rumah kedua hanya

sebagian kecil berfungsi sebagai pabrik, karena lebih berfungsi sebaga i kantor.

Rumah Poesposumartan sejak awal rumah dibangun dengan bangunan gaya Indis,

dengan karakter denah Art Deco simetri, atap miring, menjulang tinggi dan

konstruksi bangunan sepenuhnya di topang oleh dinding (bearing wall), list batu

kali pada bagian luar serta pola ruang yang menggunakan pola ruang dalam

arsitektur Jawa. Banguna n rumah ini pada tahun 2002 telah berpindah tangan

karena dijual oleh keluarga kepada Ibu Krisnina Maharani Tandjung, putri dari

bapak Akbar Tandjung dan merubahnya menjadi sebuah Hotel yang menerapkan

sebuah gaya tempo dulu, hotel ini bernama Roemah Koe (Wawancara Ibu

Andrini, 29 Juni 2013). Lebih lanjut lihat Catatan Lapangan 5 pada lampiran

halaman 218 (Selanjutnya, dalam kalimat disingkat menjadi CL 5).

Rumah H. Mawardi berlokasi di kampung Sayangan Kulon, rumah ini

merupakan rumah dengan arsitektur Indis dengan struktur dominan banguan

terbuat dari kayu, dari angka yang terdapat pada banguan rumah tersebut, di

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

ketahui bahwa rumah ini dibangun pada tahun 1858, dengan struktur bangunan

dan atap menerapkan struktur rumah limasan.

Pola ruang pada rumah ini terdiri dari pendapha dan pringgitan jadi satu,

kemudaian gandhok dan area dalem. Pemilik bangunan ini masih kerabat dengan

pemilik rumah Djimatan.

Rumah ini dihuni oleh kaka dari ibu Naniek bersama anaknya. Rumah ini

menerapkan ukiran-ukiran pada lisplank dan terdapat banyak ventilasi udara.

Rumah ini merupakan sebuah rumah pada periode elektitas yang berkembang

pada periode 1920an dan mewakili periode arsitektur indis di Laweyan.

Rumah Tjokrosumartan atau lebih dikenal dengan nama dalem

Tjokrosumartan, terletak di Jalan Sidoluhur No. 18 Laweyan. Rumah ini memiliki

struktur banguan dengan motif lengkung dan bergaya neoklasik . Rumah ini

dibangun sekitar tahun 1928, dengan luas bangunan sekitar 1800 m² dan luas

tanah 3000 m².

Arah hadap bangunan ke arah selatan, sayang sekali tanpa alasan yang jelas

peneliti tidak diperbolehkan oleh pemilik yang menempati rumah ini untuk

meneliti struktur banguan ini lebih detail.

Rumah bercorak Indis milik saudagar batik Laweyan, sebagian besar rumah

induk memiliki program ruang seperti rumah tradisional Jawa. Program ruang

tersebut diawali dengan ruang yang menyerupai pendapa, paringgitan, dale m,

gandhok . Meskipun beberapa rumah tidak ada pringg itan, jadi hanya pendapa dan

dalem. Bagian depan pendapa terdapat teras yang berfungsi sebagai adaptasi

emper depan.

Rumah saudagar batik Laweyan, seperti kebanyakan rumah tradisional Jawa

pada umumnya memiliki perbedaan tinggi level lantai menunjukan pembagian

ruang yang bersifat umum dan yang bersifat privasi seperti rumah tradisional Jawa

lainnya.

Arah hadap rumah saudagar batik di Laweyan, secara umum menghadap ke

arah utara dan selatan. Arah hadap tersebut tidak memiliki makna filosofis seperti

rumah bangsawan, tetapi lebih kepada akses keluar masuk dan sisitem sirkulasi

udara yang masuk dan keluar rumah.

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Ruang dalam arsitektur tradisional Jawa selain dikelompokkan berdasarkan

fungsinya, juga atas hirarkinya, Widayati (mengutip simpulan Tjahjono, l989)

menyatakan bahwa, ruang yang bersifat umum dibedakan dengan ruang yang

bersifat pribadi atau privat, antara yang sakral dan yang profan dan sebagainya.

Sistem klasifikasi dua kategori juga menyangkut pada dua kategori kanan dan kiri.

Kanan biasanya dikait kan dengan hal-hal yang bersih, sopan, halus dan beradab,

sedangkan kiri biasanya dikaitkan dengan hal-hal yang kotor, tidak sopan dan

kurang beradab (2002 : 32).

Gambar 4.14. Pola Perbedaan Tinggi Lantai Rumah pada Banguan Indis di

Laweyan (Sumber: Widayati, 2002: 32)

Area dalem dipertahankan di dalam bangunan rumah loji karena merupakan

simbol bagi masyarakat Laweyan yang tidak mau kehilangan identitas sebagai

manusia Jawa. Rumah loji dengan pengaruh arsitektur Belanda, berpadu dengan

program ruang interior rumah Jawa mencerminkan kemampuan masyarakat

saudagar batik dalam beradaptasi sekaligus bertahan dalam situasi dan kondisi

politik serta kebijakan Belanda atas etnisitas masyarakat di Surakarta.

Beberapa rumah yang dijadikan objek penelitian memiliki bentuk yang,

material interior dan luas bangunan yang berbeda. Berikut dijelaskan visual

struktur dan material interior pada masing-masing rumah yang menjadi objek

dalam penelitian ini.

Pendapha Senthong

dalem

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

a) Visual Struktur dan Material Interior pad a Dalem Djimatan

Bangunan rumah Djimatan atau lebih dikenal dengan nama dalem Djimatan

berdiri diatas tanah dengan luas sekitar 800 m² yang terbagi beberapa ruang,

dengan arah hadap bangunan ke arah selatan, menghadap tepat ke arah sungai

Jenes atau sungai Kabanaran. Bangunan dalem Djimatan merupakan banguan

kolonial Belanda dibangun pada sekitar tahun 1938 pada periode elektitas atau

periode campuran antara arsitektur Kolonial Belanda dan Jawa.

Dalem Djimatan merupakan suatu banguan yang berarsitektur Indis,

campuran antara arsitektur modern simple dan arsitektur Jawa. Unsur arsitektur

Indis atau Belanda pada banguan ini terlihat dari sususnan material yang dipakai,

dimana dari keseluruhan fasade bangunan, menggunakan material batu bata atau

tembok (loji) dengan finishing cat dinding.

Ciri lainnya adalah rumah ini didominasi unsur garis lurus atau horizontal,

seperti rumah pejabat kolonial Belanda kebanyakan dengan ukuran banguan dan

halaman cukup luas.

Gambar 4.15. Bentuk Visual Dalem Djimatan, Tampak Depan, dengan Struktur Bearing Wall dan Menggunakan Arsitektur Eropa Jawa (Sumber : Dokumentasi Pribadi 20 Mei 2013)

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Struktur bangunan dalem Djimatan berjenis bearing wall, dengan struktur

dua buah tiang beton yang menyangga keseluruhan bangunan. Struktur yang

dipakai untuk fondasi rumah berupa batu kali setinggi sekitar 50 cm dari tanah.

Luas rumah ini disesuaikan dengan rumah sebelumnya yaitu bangunan rumah

Jawa dengan atap Joglo yang terdiri dari 32 saka pengiring dengan gaya rumah

pangeran.

Unsur arsitektur Jawa pada rumah ini terlihat dari adanya pola ruang yang

hampir sama dengan pola ruang yang ada pada rumah Jawa pada ummnya. Pola

ruang yang digunakan dalam rumah ini masih menerapkan pola ruang pada rumah

Jawa kebanyakan, yang terdiri dari regol atau pintu gerbang, pringgitan, gandhok

tengen, gandhok kiwa, dan dalem. Di area dalem terdapat ruang petanen atau

krobogan yang terdiri dari tiga buah senthong yaitu senthong kiwa, senthong

tengen dan senthong tengah dan ditopang dengan dua buah saka guru yang

terbuat dari besi berukir lunglungan ., untuk banguan pabrik ditempatkan di bagian

belakang rumah berdekatan dengan dapur atau pawon disertai dengan pintu kecil

yang disebut butulan. Rumah ini tidak memiliki pendhapa . Area pendapha dan

pringgitan dijadikan satu.

Area halaman rumah Djimatan memilki area yang cukup luas, karena

sebelum berdirinya rumah ini, rumah djimatan adalah bekas candi. Sebelum

menjadi rumah dinas dari Kiyai Ageng Henis yang merupakan penguasa tanah

perdikan Laweyan dan rumah yang sekarang, rumah ini awalnya adalah sebuah

candi Hindu tempat pemujaan, hal tersebut dapat di buktikan dari bukti-bukti

arkeologis yang terdapat di rumah tersebut.

Bukti pertama bahwa rumah tersebut adalah bekas candi pemujaan adalah

keberadaan arca yang terletak di depan regol atau gerbang masuk dari Rumah

Djimatan, arca tersebut merupakan alat untuk melakukan pembersihan kaki

sebelum memasuki candi melakukan pemujaan terhadap Tuhan pada waktu itu.

Bukti kedua adalah dari struktur tanah dimana semakin ke utara , tingkat

ketinggian atau kelandaian tanah semakin tinggi yang menggambarkan seperti

candi (wawancara Ibu Naniek Widayati 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1

pada lampiran halaman 200.

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan menemukan, ukuran

rumah adalah sebagai berikut. dalem Djimatan seperti kebanyakan rumah

sauda gar batik di Laweyan, dibatasi dengan tembok-tembok tinggi (beteng)

sekitar 3 m yang mengelilingi rumah, ukuran tinggi regol sekitar 2,30 m dengan

arah hadap regol mengha dap ke barat. Di samping sebelah kiri dan kanan regol

terdapat dua buah arca.

Rumah Djimatan memilki ukuran panjang 7,64 m, lebar 4,60 m dan tinggi

flafond sekitar 4,50 m. Area pringgitan memilki ukuran yang sama dengan ukuran

rumah. Area dalem atau rumah induk pertama memiliki level lantai yang sama

dengan pringgitan , berukuran panjang 7,64 dan lebar 1,55m.

Saudagar batik Laweyan secara umum dalam membangun rumah bebas

menentukan pola ruang yang diinginkan tidak terikat pakem aturan dalam

membangun rumah tradisional Jawa. Misalkan pembanguan gandhok saudagar

batik Laweyan bebas menentukan gandhok sesuai keinginanya bisa berjumlah

satu ataupun dua buah gandhok . Pada rumah Djiamatan memiliki satu buah

gandhok yang terdapat di kiri banguan rumah utama, gandhok ini bisa juga

disebut paviliyon dan digunakan sebagai ruang tidur tamu.

Area dalem bagi masyarakat Jawa merupakan area privasi dimana area

tersebut digunakan oleh anggota keluarga untuk berkumpul, pada rumah

tradisional Jawa biasanya area dalem memilki empat buah tiang saka, tetapi pada

rumah Djimatan tiang saka yang berada di area dalem hanya berjumlah dua tiang

yang memiliki tinggi sekitar 3,50 m. Tiang saka ini terbuat dari besi bukan dari

kayu seperti rumah bangsawan Jawa kebanyakan. Hal ini hanya se batas adaptasi

yang dilakukkan oleh saudagar batik Laweyan dalam menjaga etika saudagar

sebagai orang Jawa yang mewajibkan adanya saka di area dalem. (wawancara Ibu

Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman

200.

Rumah Djimatan sebagai rumah milik saudagar Jawa, memilki pola ruang

yang hampir sama denagan pola ruang rumah bangsawan Jawa, dimana dalam

pengaturan ada pemisahan ruang yang bersifat umum dan pribadi dengan

membedakan level lantai. Untuk area dalem dimana ruang ini merupakan induk

Page 77: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

rumah yang bersifat privasi, maka jelas berbeda ketungguan level lantai. Area

kedua dalem (Krobogan) yang memiliki perbedaan level lantai setinggi 20 cm

dibanding area pertama. Kedua area dalem ini memiliki ukuran panjang 7,64 m

dan lebar 4,05 m dan tinggi plafond 4,53 m.

Ruang Dalem pada rumah ini terdapat krobongan atau petanen yang

menjadi bagian dari senthong tengah. Kanan-kiri senthong tengah terdapat

senthong tengen dan senthong kiwa. Atap yang digunakan berbentuk atap limasan

dan atap pelana, dengan proposrsi kemirngan tinggi atap sekitar 70° dan

ketinggian plafont sekitar 4 m dari tanah.

Rumah Djimatan merupakan tipe bangunan Indis yang termasuk kedalam

periode campuran, dimana unsur Eropa dan Jawa dipadukan dalam proses

pembuatan rumah ini. Ciri Belanda telihat dari unsur bangunan yang kebanyakan

menggunakan unsut garis horizontal dan tipe banguan yang tinggi seperti

bangunan kolonial, sedangkan ciri Jawa dilihat dari pola ruang yang tersusun .

Lantai yang digunakan pada rumah Djimatan adalah tegel teraso dengan

warna dan ukuran berbeda pada setiap ruang. Ukuran tinggi menggunakan

dimensi meter, sedangkan ukuran panjang dan lebar menggunakan hasta dan depa

dari kepala keluarga penghuni rumah. Perbedaan dimensi tersebut karena ukur an

tinggi mendapat pengaruh proporsi bangunan Eropa dan struktur bearing wall.

Dimensi panjang lebar ruang merupakan implementasi pemahaman

masyarakat Jawa dalam menjaga keseimbangan kosmos dalam hidup. Akses

bukaan pada rumah Djimatan terlihat hampir sekitar 50% dari keseluruhan fasade

bangunan, ini terlihat dari banyaknya pintu dan jendela yang terdapat pada rumah,

ini merupakan pola dari kebanyakan rumah Indis yang berada di Jawa, dimana

pola ini dimaksudkan untuk beradaptasi dengan lingkungan alam tropis Jawa dan

menambah kesejukan rumah (wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013).

Lebih lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman 200.

Akses bukaan pada rumah Djimatan ditunjukkan dengan adanya beberapa

pintu dan jendela . Pintu dan jendela menggunakan double daun pintu dan kaca

atau bentuk kupu tarung dengan pola geometris dan jalusi dalam arsitektur Jawa

Page 78: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

disebut dengan jendela krapyak, dimana bagian atas terpisah dengan bagian

bawah.

Pintu terletak di depan rumah area pringgitan sebanyak tiga buah pintu,

samping kanan dan kiri serta tengah. Area dalem memilki akses bukaan dengan

dua buah pintu di sebelah samping, satu pintu di sebelah kanan untuk akses ke

ruang paviliyon atau gandhok dan di sebelah kiri untuk akses ke ruang tidur.

Jendela sebagai ventilasi udara terletak disamping kanan dan kiri rumah serta

diatas pintu.

Gambar 4.16. Akses Bukaan Berupa Pintu dan Jendela dan Ventilasi pada Rumah

Djimatan (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 20 Mei 2013)

Kesuksesan dari saudagar batik ditunjukkan denga n kepemilkian harta

kekayaan, salah satunya ditunjukan dengan membangun rumah loji dengan

ornamen-ornamen mewah yang menghiasinya baik ornamen yang menempel pada

banguan rumah ataupun ornamen pelengkap ruang.

Rumah Djimatan sebagai salah satu rumah milik saudagar batik yang sukses

memilki ornamen-ornamen atau ragam hias yang menghiasinya. Ragam hias

tersebut ada yang menempel dengan banguan dan ada yang terlepas dalam arti

hanya sebagai penghias dan penunjuk kemewahan rumah saudagar batik

Page 79: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

(Wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2103). Lebih lanjut lihat CL 1 pada

lampiran halaman 200.

Rumah Djimatan, sebagai rumah yang dimiliki oleh saudagar batik memilki

ornamen-ornamen yang di tempatkan kontruksional ataupun tidak kontruksional.

Hiasan konstruksional terdapat pada pintu dan hiasan kaca pada jendela dan

gebyok (tirai pemisah anatara area dalem dengan area petanen ) yang memiliki

warna yang mencolok dan indah. Pada tiang rumah, terdapat haisan berupa

ukiran-ukiran tumbuhan yang distilisasi.

Hiasan yang tidak konstruksional digunakan sebagai penghias dan

pelengkap ruangan. Hiasan ini juga terdapat pada pelengkap ruang rumah

bangsawan, akan tetapi ada perbedaan terutama dari material bahan yang dipakai.

Ornamen atau hiasan yang digunakan pada rumah Djiamtan merupakan

ornamen Jawa dan Eropa (Eropa). Ornamen Eropa di tempatkan pada struktur

bangunan berupa hiasan kaca geometri pada jendela dan pintu dan lain

sebagiannya. Ornamen Jawa di tempatkan pada area dalem sebagai pelengkap

ruang dan menunjukkan kesan orang kaya dan tetap orang Jawa walaupun rumah

yang digunakan sudah berstruktur loji. Berikut dijelaskan beberapa ornamen yang

menghias dan melengkapi rumah Djimatan.

(1) Ornamen pada Pintu dan Jendela

Arsitektur Indis selain ditandai oleh besarnya bangunan rumah, juga

ditandai dengan banyaknya akses bukaan pada rumah sebagai adaptasi dengan

iklim lingkungan Jawa yang beriklim tropis.

Daun pintu pada rumah Jawa memiliki dua tipe. Yang pertama yaitu pintu

dengan dua buah daun pintu, orang menyebutnya Kupu Tarung . Pintu kupu tarung

ini memiliki sirkulasi yang baik, tapi memiliki kekurangan dari segi kekuatan

konstruksi. Yang kedua adalah pintu dengan satu daun pintu, dinamakan dengan

pintu Inep -Siji. Pintu jenis ini lebih kokoh, aman, praktis dan tentu saja ekonomis

(Ismunandar, 2007).

Pintu dan jendela pada rumah Djimatan menggunakan pintu dengan jenis

Kupu Tarung, yang terdapat hampir diseluruh bagian bangunan. Hal ini

Page 80: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

menunjukkan rumah tersebut dibangun sesuai dengan kondisi udara wilayah

tropis.

Ornamen yang terdapat pada pintu dan jendela termasuk hiasan

konstruksional. Ornamen pada pintu dan jendela pada rumah Djiamatan yang ada

hanya kombinasi kayu bentuk kupu tarung dengan berbentuk geometris dan pola

jalusi atau istilah Jawa untuk jendela jenis ini adalah jendela kepryak.

Pola jalusi dan bentuk jendela kupu tarung menjadikan rumah menjadi

sejuk, karena memiliki akses ventilasi udara yang cukup. Pada bovenlicht atau

bukaan pada pintu dan jendela terdapat hiasan lainnya berupa penggunaan teralis

batangan besi dipadukan dengan kaca berbentuk geometri kotak-kotak dibagian

luar dengan warna kaca putih dipadukan dengan jalusi besi berwarna putih.

Gambar. 4.17. Bentuk Jendela dan Pintu dengan Ornamen Berupa Kombinasi

Kayu Geometris dengan Pola Jalusi dan bovenlicht dengan Kaca yang dibentuk geometris dipadukan dengan teralis besi dibagian dalam. (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 20 Mei 201).

Page 81: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

(2) Ornamen pada Kaca Pintu dan Jendela

Ornamen pada kaca yang terdapat pada daun pintu ataupun jendela hanya

berupa kaca dengan warna hijau dan kuning atau orange, hiasan kaca dengan

warna ini tidak lebih hanya untuk penyesuaian pencahayaan alami dari cahaya

matahari yang masuk ke dalam rumah. Ornamen hiasan kaca ini dikombinasikan

dengan kayu berbentuk geometris lurus.

Ornamen penghias pada kaca dan terdapat pada area dalem dan ditempatkan

di gebyok yang menjadi pembatas senthong berupa panel-panel kaca serta pada

panel-panel kaca jendela. Ornamen kaca pada rumah Djimatan hanya sebatas

hiasan untuk mempercantik area dalem.

Gambar 4.18. Hiasan Kaca Berwarna yang diletakan di panel-panel di area Dalem

Rumah Djimatan. (Sumber Dokumentasi Pribadi, 20 Mei 2013)

(3) Ornamen pada Tiang Penyangga atau Saka

Rumah Djimatan merupakan banguan loji berarsitektur Indis, teta pi rumah

ini memilki tiang penyangga atau saka. Secara struktur banguan rumah loji

dengan struktur bearing wall, walaupun tidak memiliki tiang (saka) di area dalem

tidak akan membuat bangunan menjadi roboh, tetapi hal ini dipakai oleh saudagar

batik Laweyan sebagai simbol bahwa saudagar Laweyan, masih termasuk orang

Jawa walaupun bentuk rumah yang dimiliki berarsitektur Indis. Dengan kata lain

saudagar batik Laweyan tidak menginginkan kehilangan identitas sebagai manusia

Jawa dan penunjukkan kekayaan yang dimilki oleh saudagar batik Laweyan.

Page 82: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Penerapan simbol Jawa tersebut di aplikasikan dengan memasang tiang pada

area dalem, pemasangan tiang saka ini hanya berjumlah dua buah tiang yang

terbuat dari besi dan bukan dari kayu sebagaimana digunakan pada rumah-rumah

bangsawan Jawa.

Gambar 4.19. Ornamen Berupa Lung-lungan pada Tiang Besi di Rumah

Djimatan, Laweyan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 20 Mei 2013)

Tiang saka tersebut memilki tinggi sekitar 4,5 m, yang konon katanya di

impor langsung dari Belanda. Ornamen yang terdapat pada tiang ini ditunjukan

dengan ukiran berupa tumbuhan sulur-suluran atau lung-lungan pada keseluruhan

tubuh tiang, menggunakan cat dengan warna krem pada tubuh tiang dan hijau

pada stialasi ornamen lunglungan, menambah keindahan dan kesakralan ruang.

Konon tiang saka ini langsung dipesan dan di impor dari Belanda.

(4) Ornamen Pelengkap Ruang

Ornamen pelengkap ruang yaitu ornamen yang bersifat tidak konstruksional

atau terlepas dari konstruksi banguan. Pada Rumah Djimatan, ornamen pelengkap

Page 83: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

terdapat di area dalem. Di dalam area tersebut terdapat ruang petanen yang terbagi

kedalam tiga ruang senthong yang berisi tumpukan bantal dan guling motif cindai

berwarna merah dengan tutup bagian ujung terbuat dari lempeng berwarna emas

dan dibatasi oleh kaca berwarna putih bening, dua buah cermin yang diletakan di

sebelah kanan dan kiri senthong dan bokor hasil bumi, kendi, tanpa patung loro

blonyo.

Bagian sudut ruangan dalem terdapat sebuah lemari yang berisi berbagai

benda koleksi dari pemilik rumah. Selain itu, pada langit langit terdapat hiasan

lampu gantung yang didatangkan langsung dari negeri Belanda. Kendi dan bokor

hasil bumi terbuat dari material kuningan, bukan dari tanah liat yang dapat

menunjukkan perbedaan dengan bangsawan keraton.

.

Gambar 4. 20. Benda Koleksi Priyosumarsono yang berada di Rumah Djimatan

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 20 Mei 2013)

Ornamen pelengkap digunakan sebagai penghias dan penunjujkkan

kekayaan, semakin banyak ornamen penghias di area dalem dan pada struktur

rumah, menunjukan bahwa pemilik rumah tersebut merupakan orang kaya

(wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1 pada

lampiran 200.

Page 84: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

b) Visual Struktur dan Material Interior Dalem Poesposumartan

Poeposumarto adalah salah satu saudagar batik yang cukup terkenal di

Laweyan, kesuksesan dari berdagang batik membuat Poesposumarto bisa

membangun rumah loji berarsitektur Indis yang digunakan untuk tempat tinggal

beliau bersama istri dan ketiga anak Poesposumarto.

Rumah Poesposumarto atau lebih dikenal dengan Dalem Poesposoemartan

berlokasi tepat di Jalan utama Laweyan yaitu jalan Dr. Radjiman, nomor 501,

kelurahan Laweyan, Surakarta. Rumah Poesposumartan dibangun pada sekitar

tahun 1921, dibangun diatas lahan seluas 1950 m², dikelilingi oleh pagar tembok

setinggi kurang lebih 3 m.

Rumah ini sekarang telah berpindah tangan dari keluarga Poesposumarto

kepada Ibu Krisnina Maharani Tandjung, putri dari Akbar Tandjung yang

membeli rumah tersebut pada tahun 2002 dan menjadikannya sebagai hotel dan

restoran dan hotel bernama Roemahkoe dengan konsep Heritage Hotel.

Wujud fisik bangunan rumah ini semenjak berdiri sampai sekarang

dijadikan sebuah hotel dan restoran tidak memiliki perubahan sama sekali, kecuali

penambahan kamar dan perubahan fungsi ruang yang diprioritaskan untuk

pengunjung atau tamu hotel sekarang.

Fasade rumah ini memiliki bentuk bangunan perpaduan arsitektur Jawa dan

arsitektur art deco simetri, atap miring menjulang tinggi. Struktur bangunan

bearing wall dengan konstruksi bangunan sepenuhnya di topang dinding, dua

buah tiang beton yang menyangga bangunan, dan list batu kali pada bagian luar

sebagai fondasi rumah setinggi kurang lebih 55 cm serta kayu jati pada sepertiga

bangunan. Atap yang digunakan pada banguan ini menggunakan atap pelana dan

limasan. Arah hadap rumah ini mengahadap ke arah selatan tepat menghadap

jalan utama Laweyan. Halaman rumah yang dimiliki cukup luas seperti

kebanyakan rumah saudagar batik lainnya. (Wawancara Ibu Andrini dan

Observasi, 22 Mei 2013) Lebih lanjut lihat CL 5 pada lampiran halaman 218.

Page 85: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

Gambar 4.21. Bentuk Visual Dalem Poesposumartan (tampak samping), Struktur

Bearing Wall dan Menggunakan Langgam Art Deco Campuran Jawa menjadi Ciri Khas Rumah Ini (Dokumentasi Pribadi, 22 Mei 2013).

Bangunan rumah ini merupakan bangunan Indis berlanggam atau bergaya

art deco . Art deco adalah seni arsitektur yang mulai mengalami kejayaan sekitar

tahun 1920an dan dipadukan dengan arsitektur Jawa menghasilkan bangunan

milik saudagar batik yang te rkesan megah dan mewah. Unsur art deco pada

Dalem Poesposumartan terlihat dari hiasan atau ornamen kaca patri yang terdapat

pada kaca jendela.

Konsep Jawa pada Dalem Poesposumartan terbentuk dengan pola ruang

seperti pola ruang pada rumah tradisional Jawa lainnya, yang terdiri dari regol,

pringgithan, gandhok yang terdiri dari gandhok kiri dan gnadhok kanan, dalem

yang terdapat ruangan krobogan atau petanen dimana di ruangan tersebut terdapat

sentong kiwa, senthong tengah dan senthong tengen, dapur atau pawon, serta

banguan pabrik dan sebuah pintu kecil atau butulan yang menghubungkan bagian

rumah belakanng dengan akses jalan kampung, sehingga jika divisualisasikan

denah rumah ini akan membentuk huruf U.

Ukuran pada saat membangun rumah ini masih menggunakan ukuran atau

konsep ukuran rumah Jawa, untuk ukuran tinggi menggunakan dimensi meter,

sedangkan ukuran panjang dan lebar menggunakan hasta dan depa dari kepala

keluarga pemilik rumah yaitu Poesposumarto. Sedangkan kosep art deco bisa

dilihat dari pemasangan berbagai ornamen yang menghiasi rumah terutama pada

Page 86: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

panel-panel kaca dan pintu kayu, diaman terdapat hiasan kaca patri dengan warna

yang indah membentuk beberapa benda (Wawancara Ibu Andrini, 22 Mei 2013).

Lebih lanjut lihat CL 5 pada lampiran halaman 218.

Art Deco adalah seni populer, gerakan desain internasional dari 1925 sampai

1940, yang mempengaruhi seni dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan

desain industri, serta seni visual seperti fashion, lukisan, seni grafis, dan film.

Awalnya gaya ini dipakai untuk menghias tempat peribadatan atau gereja. Pada

saat itu, gaya ini dianggap sebagai elegan, glamor, fungsional, dan modern.

Penggunaan pada arsitektur di tunjukkan dengan pemasangan ornament dengan

mengedepankan budaya lokal (Handinoto,dkk, 2012)

Area rumah terbentuk dari dua area dalem dengan ketinggian level lantai

yang berbeda dari setiap area. Pola ketinggian lantai ini sama denagn pola

ketinggian lantai pada rumah Jawa kebanyakan dimana ada perbedaaan level

lantai antara bangunan yang besifat pribadi dan umum.

Area pertama terletak di dalem dengan ketinggian level lantainya sama

dengan area pringgitan . Area ini terletak pada bagian depan dari dalem, dengan

ukuran panjang 9,30 m lebar 1,80 m tinggi plafond 4,25 m. Area dalem yang

kedua, dengan perbedaan tinggi level lantai 20 cm lebih tinggi dibandingkan

dengan area lainnya. Area dalem tersebut memiliki ukuran panjang 9,34 m dan

lebar 3,98 m dan tinggi 4,04 m.

Ukuran pringgitan panjang 9, 34 m dan lebar 3,40. Area pringgitan pada

bagian menuju area dalem dikelilingi oleh panel-panel kayu yang terbuat dari

kayu jati dengan plistur coklat. Untuk area gandhok terdapat di samping rumah

utama, dahulu gandhok ini diperuntukan untuk menginap tamu atau saudara dari

Poesposumarto dan sekarang digunakan sebagai kamar hotel.

Area Dalem pada rumah ini terdapat krobongan atau petanen yang menjadi

bagian dari senthong tengah yang dibatasi dengan gebyok . Kanan-kiri senthong

tengah adalah senthong tengen dan senthong kiwa. Dalam area petanen ini

ditempatkan sepasang patung loro blonyo. Di area dalem terdapat dua buah tiang

(saka) yang terbuat dari besi dengan tinggi sekitar 3 m berornamen sulur-suluran

Page 87: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

yang distilisasi. Lantai menggunakan tegel teraso dengan warna dasar merah dan

hijau yang memilki ukuran tegel yang berbeda antar ruang.

Bangunan rumah ini memilki akses bukaan yang cukup meneyesuaikan

dengan iklim tropis Jawa seperti kebanyakan bangunan Indis yang ada di Jawa.

Pintu dan jendela menggunakan double daun pintu atau bentuk kupu tarung

dengan pola geometris dan jalusi, dimana bagian atas terpisah dengan bagian

bawah.

Daun pintu dan jendela terbuat dari kayu jati dikombinasikan dengan kaca

atau glass in lood yang menghias hampir seluruh sudut ruangan, sehingga kesan

bangunan bergaya art deco semakin nampak. Pintu terletak di depan rumah

sebanyak tiga buah pintu, samping kanan dan kiri serta tengah.

Area dalem memilki akses bukaan dengan dua buah pintu di sebelah

samping, satu pintu di sebelah kanan untuk akses ke ruang paviliyon atau gandhok

dan di sebelah kiri untuk akses ke ruang tidur. Jendela terletak di samping kanan

dan kiri rumah serta di atas pintu, serta terdapat butulan yang menghubungkan

antara pintu rumah belakang dengan pabrik serta jalan kampung.

Gambar 4.22. Akses Bukaan Berupa Jendela dan Pintu dengan Kombinasi Kayu

Dan Kaca Glass In Lood pada Dalem Poesposumartan (Dokumentasi Pribadi, 22 Mei 2013)

Page 88: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Dalem Poesposumartan seperti pada rumah saudagar batik lainnya di

Laweyan, memiliki bentuk bangunan yang megah dan indah karena terdapat

berbagai ornamen rumah yang menghiasi rumah. Ornamen di tempatkan pada

struktur banguan atau ditempatkan pada ruang sebagai pelengkap keindahan dan

penunjukkan kekayaan pemilik rumah.

Ornamen yang terdapat pada rumah Indis milik Poesposumarto terkesan

lebih mewah dan indah dibandingkan dengan rumah Djimatan. Kesan mewah

terlihat dari hiasan yang menempel pada panel-panel kaca warna yang

dikombinasikan dengan pola geometris kayu memberikan kesan indah.

Dalem Poesposumartan merupakan salah satu saksi bisu kejayayaan art deco

di Eropa yang merambah ke Indonesia, keuntungan yang besar dalam berdagang

batik menyebabkan Poesposumarto dapat mebangun rumah loji dengan arsitektur

Indis bercorak Art deco dengan berbagai ornament kelengkapan yang begitu

mewah dan indah dan kebanyakan adalah impor dari negeri Belanda (Wawancara

Ibu Andrini, 22 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 5 pada lampiran halaman 218.

(1) Ornamen pada Pintu dan Jendela

Ornamen konstruksional yaitu ornamen yang menempel pada konstruksi

banguan. Dalem Poesposumartan sebagai rumah Indis bercorak art deco dan Jawa

memilki ornamen yang cukup banyak terurtama pada kaca dan jendela.

Art Deco adalah gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir

sebelum Perang Dunia II yang banyak diterapkan dalam berbagai bidang,

misalnya eksterior, interior , mebel, patung, poster, pakaian, perhiasan dan lain-

lain.

Pola ragam hias geometris daun pintu, jendela, dan bofenlicht dengan

dominasi bidang persegi dan lengkung dengan kombinasi kayu dan kaca patri

(glass in lood) merupakan bukti ornamen art deco menghiasi dalem

Poesposumartan ini, sedangkan unsur Jawa terlihat dari bentuk dan bahan material

penyusun jendela dan pintu berupa kayu Jati. Hiasan kaca patri ini membentuk

hiasan seperti gambar tumbuhan dan gambar matahari terbit dengam kombinasi

warna yang menarik.

Page 89: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

Gambar 4.23. Ornamen Glass In Lood pada Panel Kaca Jendela yang

Dikombinasikan dengan Pola Geometris Kayu Jati, pada Dalem Poesposumatan (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 22 Mei 2013)

Variasi warna kaca terbentuk dari perpaduan warna kaca merah, biru,

kuning, putih, dan hijau. Bidang lengkung terpusat pada bagian tengah atau sisi

dalam dari daun pintu, jendela dan bofenlicht atau kaca yang terdapat pada bagian

atas pintu dan jendela.

Hiasan kaca patri juga terdapat pada gebyok sebagai area pembatas antar

area dalem dengan petanen yang memberikan kesan mewah dan elegan serta

sakral.

(2) Ornamen pada Tiang Penyangga atau Saka

Arsitektur Jawa secara umum memilki tiang saka yang berjumlah 4 buah

yang terbuat dari kayu jati dan biasanya ditempatkan di area dalem.

Poesposumarto sebagai orang Jawa mengadaptasi tiang (saka) tersebut dengan

tiang yang berjumlah dua buah, walaupun rumah tersebut secara struktur tidak

akan rubuh jika tidak mengguankan tiang karena sudah termasuk gaya banguan

bearing wall. Hal ini dilakukkan karena Poesposumartan tidak menginginkan

identitas sebagai orang Jawa hilang.

Dalem Poesposumartan memilki dua buah tiang pada area dalem yang

terbuat dari besi dengan dilapisi cat plistur berwarna coklat cerah. Tiang saka ini

memilki tinggi sekitar 4 m, ornamen yang mengisi batang tiang adalah berupa

ornamen lung-lungan berbentuk stilisasi tumbuhan. Pada umpak atau ompak tiang

saka terdapat ornamen berupa bunga.

Page 90: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

Ornamen Lung-lungan juga terdapat pada list pintu kaca atau tepatnya

diantara gebyok atau pembatas area dalem dan senthong. warna yang digunakan

adalah coklat cerah. Tiang besi tersebut merupakan tiang yang dipesan oleh

Poesposumartan langsung dari negeri Belanda.

Gambar 4.24. Ornamen Lung-lungan pada Batang Tubuh Tiang dan Stilisasi

Bentuk Bunga Padma pada Dalem Poesposumartan, Laweyan (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 22 Mei 2013)

(3) Ornamen Kaca Patri (Glass in Lood)

Dalem Poesposumatan merupakan gaya banguan rumah Indis dengan

mengguankan langgam Art deco . Pengaruh Art Deco dapat terlihat pada

penggunaan motif art deco dalam ornamentasi pintu, jendela dan bukaan ventilasi

yang tersebar hampir diseluruh bangunan.

Kaca pada dalem Poesposumartan memiliki bentuk yang indah, bentuk kaca

di bentuk dari kombinasi kayu dan kaca (glass in lood) didominasi bentuk

lengkung dan bentuk geometri dan juga membentuk gambar matahari, hampir

Page 91: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

setiap sudut bangunan ini dihiasi ornamen kaca warna-warni, seperti merah,

kuning, biru, dan putih yang masih utuh.

Penempatan warna kaca biru sebagai border dan warna merah maroon pada

bagian bawah memberi kesan tegas dan kontras. Pengguanan kaca dengan warna

yang tegas dimaksudkan untuk pengaturan cahaya matahari yang masuk kedalam

rumah.

Gambar 4.25 Variasi Bentuk Ornamen Glass In Lood, sebagai ciri langgam art

deco pada pintu, jendela dan bofenlicht pada Dalem Poesposumartan, Laweyan (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 22 Mei 2013)

Kesenian kaca patri yang diterapkan pada dalem Poesposumartan

menunjukan bahwa bangunan ini merupakan bangunan yang berlanggam art deco

yang berkembang pada sekitar tahun 1920an dan menunjukkan kekayaan yang

dimiliki saudagar batik Laweyan.

(4) Ornamen Pelengkap Ruang

Saudagar batik Laweyan bukan termasuk golongan bangsawan dalam

stratifikasi sosial masyarakat feodal, tetapi kekayaan mereka melebihi kekayaan

para bangsawan keraron. Kekayaan tersebut ditunjukkan dengan membangun

rumah bergaya Indis dengan kelengkapan ornamen pengisi ruang yang sebagian

Page 92: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

berasal dari luar negeri, hal ini dikarenakan saudagar batik telah melakukan

hubungan perdagangan dengan saudagar dari luar negeri.

Dalem Poesposumartan sebagai tempat tinggal dari salah satu saudagar

batik kaya di Laweyan memilki kelengkapan ornamen penghias ruang yang cukup

banyak dan berasal dari luar negeri tetapi ornamen pelengkap lokal tetap dipakai

sebagai penanda orang Jawa.

Ornamen pelengkap ruang terdapat di area dalem, diantara ornamen

pelengkap tersebut adalah sebagai berikut. Area k robogan atau petanen

merupakan area sakral dalam pola ruang arsitektur Jawa, dimana dalam area ini

terdapat tiga buah senthong yang salah satu sentong yaitu sentong tengah berisi

pusaka dan alat-alat upacara.

Gambar 4.26 Beberapa Ornamen Pelengkap Ruang yang terdapat pada Dalem

Poesposumartan, Laweyan (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 22 Mei 2013)

Page 93: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

Area ini dibatasi dengan gebyok yang dihiasi oleh gordjen motif cinde dan

panel-panelnya diukir dengan motif lung-lungan serta di depannya ditempatkan

sepasang patung loro-blonyo , meja kaca, sepasang bokor sirih dan kembang

mayang , kendi serta sepasang cermin esta bermotif flora di sebelah kiri dan kanan

gebyok.

Isi dari petanen adalah bantal dan guling dengan kain penutup warna putih

dan tutup bagian ujungnya menggunakan lempengan logam berwarna perak.

Bagian sisi dari area ini terdapat benda-benda koleksi pribadi yang berasal dari

luar negeri. Pada dalem Poesposumartan juga terdapat lampu-lampu hias yang di

impor langsung dari Belanda. Kelengkapan dan keindahan area petanen serta

ornamen penghias rumah lainnya menunjukkan kesuksesan Poesposumartan

dalam mengelola industri batik.

Ornamen pelengkap lainnya adalah sebuah meja marmer dengan kaki meja

kayu berupa ukiran naga, meja marmer ini didatangkan langsung dari Cina.

Sedangkan pada bagian lorong rumah terdapat foto-foto perjuangan Sarekat

Dagang Islam yang dipimpin oleh KH.Samanhudi serta beberapa foto keluarga

Poesposumartodan juga koleksi benda antik pada area dalem

c) Visual Struktur dan Material Interior Rumah H. Mawardi

Rumah H. Mawardi terletak di kampung Sayangan Kulon, rumah ini

merupakan rumah dari kerabat Ibu Naniek pemilik dalem Djimatan. Struktur pada

bangunan rumah ini berbeda dengan bangunan dalem Djimatan dan bangunan

dalem Poesposumartan yang bentuk banguannya didominasi loji. Bangunan ini

memilki perpaduan unsur banguan loji dengan ukiran-ukiran kayu. Rumah ini

dibangun pada sekitar tahun 1925an, rumah ini di tempati oleh istri dari Haji

Mawardi Ibu Siti Mastiloh bersama cucunya.

Rumah ini berdiri daiatas tanah seluas sekitar 700 m², dikelilingi pagar

tembok tinggi sekitar 3 meter dengan pembagian ruang khas seperti rumah Jawa

kebanyakan. Gandhok rumah terdapat disebelah kiri dan kanan rumah, pendapa

dan pringgitan jadi satu, dalem yang terdiri dari ruang senthong tengah, senthomg

Page 94: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

k iwa dan senthong tengen dan dapur dan pabrik batik yang berada di belakang

rumah dan tambahan satu buah rumah di samping rumah utama serta regol.

Pendopo pada rumah ini di topang oleh empat buah saka guru yang terbuat

dari kayu jati dan saka pengiring bermaterialkan beton. Struktur banguan ini

merupakan perpaduan antara bentuk loji dengan kayu yang di pasang di lisplank

dan pendopo , dengan fondasi menggunakan beton setinggi sekitar 56 cm dilapisi

dengan keramik.

Fasade banguan ini meupakan ciri bangunan Indis, bentuk simetris dengan

tiga buah pintu diarea pendapha, Atap yang digunakan pada banguan ini adalah

atap Limasan dengan proporsi kemiringan hampir 60° dilengkapi dengan konsul

dari papan kayu (wawancara Ibu Naniek, 22 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1

pada lampiran halaman 200.

Gambar 4.27 Visual Struktur Bangunan Rumah Indis yang Memilki Unsur

Dominan Kayu Milik H. Mawardi, Laweyan, Surakarta (Dokumentasi Pribadi, 25 Mei 2013)

Rumah ini terbagi kedalam dua area, area pendopo dan area dalem yang

memilki ketinggian atau level lantai yang berbeda. Area pendopo memiliki ukuran

panjang sekitar 5,30 m dan lebar sekitar 3,15 meter. Area gandhok pada rumah ini

Page 95: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

ditempatkan di sisi sebelah kanan rumah dan difungsikan sebagai tempat tidur

tamu.

Area dalem memiliki ukuran panjang sekitar 5,30 m dan lebar 2,10 m

dengan perbedaan level lantai setinggi 20 cm. Struktur bukaan pada bangunan ini

hampir 60% terbuka, dengan ventilasi yang tredapat di bawah lisplank atap,

kemudaian di atas jendela yang menggunakkan ornament ukiran flora yang

terlihat terbuka.

Pintu di bangunan rumah ini berjumlah 3 buah pintu utama dengan double

daun pintu, pintu diletakan di sebelah kiri, tengah dan samping kanan area

pendapa. Jendela yang digunakan menggunakan pola geometris kayu dan jalusi.

Rumah H. Mawardi sebagai rumah salah satu pengusaha batik yang sukses

dijamanya, sama seperti saudagar batik lainnya yang ingin menunjukkan

eksistensinya sebagai saudagar dengan bentuk rumah yang bergaya Indis dan

ornamen yang menghiasi rumah tersebut. Ornamen pada rumah H. Mawardi

ditempatkan pada struktur rumah dan di dalan ruang sebagai penghias ruang.

Ornamen yang ada di Rumah ini sebagian be sar menepel pada struktur bangunan

sementara beberpa ornamen sebagai pelengkap terdapat di dalam ruang area

dalem.

(1) Ornamen pada Atap

Rumah H. Mawardi merupakan bangunan Indis dengan unsur material

bangunan campuran, yaitu loji dan kayu. Atap bangunan merupakan jenis atap

limasan dan pelana seperti kebanyakan rumah saudagar batik Laweyan. Ornamen

yang ada di bagian atap berupa ornamen hiasan lubang angin berbentuk lubang

angin berupa jendela bentuk jalusi dari kayu pada gavel yang terbuat dari kayu.

Pada bagian ujung atap terdapat hiasan berupa gunungan atau kayon yang terbuat

dari kayu. Rumah arsitektur Indis di Laweyan jarang sekali ditemukan yang

menggunakan hiasan kemucuk atau hiasan pada atap ini.

Page 96: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

Gambar 4,28. Ornamen pada Atap Berupa Kayon atau Gunungan (Panah Merah)

yang Terbuat dari Kayu pada Rumah Indis milik H. Mawardi di Kawasan Laweyan, Surakarta (Dokumentasi Pribadi, 25 Mei 2013)

(2) Ornamen pada Jendela dan Pintu

Pintu dan jendela pada rumah ini menggunakan dua daun yang terbuat dari

kayu. Bentuk ornamen pada pintu beruap hiasan geometris yang didominasi

bentuk atau motif persegi dengan kombinasi kaca berwarna putih, sedangkan pada

jendela hanya berupa pola geometris kayu berjalusi.

Gambar 4.29 Ornamen Pintu serta bofenlicht Berupa Ukiran Bunga yang

Distalisasi dan Hiasan Kaca Geometris Kotak (Dokumentasi Pribadi, 25 Mei 2013)

Page 97: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

Lubang angin terdapat dibagian atas jendela (bofenlicht) ataupun pintu,

ornamen yang menghiasi lubang angin berupa ragam hias dari flora dengan motif

lunglungan dan bunga seroja yang di ukir. Pada bagaian lubang angin atau

ventilasi lain terdapat hiasan kaca bentuk persegi yang dikombinasikan dengan

kayu (glass in lood) dengan warna yang cerah.

(3) Ornamen pada Area Pringgitan

Rumah ini memiliki empat buah saka pengiring yang terdapat pada area

pringgitan , pada tiang di area ini tidak ada motif atau ragam hias dan tiang

menggunakan umpak biasa.

Menurut Ibu Naniek, pada konsol bangunan dimana konsol ini dibuat

sebagai penahan atap pada area pringgitan , terbuat dari kayu dan mendapat

pengaruh dari Cina. Selain itu terdapat pula papan kayu yang memanjang vertikal

di sekeliling tririsan berbentuk lengkung dengan ornamen bentuk flora seperti

ornamen banyu tetes yang memilki ukuran yang berbeda antara tritisan atau teras

samping dan depan.

Gambar 4.30. Ornamen pada Area Pringgitan berupa hiasan dari kayu berbentuk

memanjang mirip seperti ornamen banyu tetes (gambar kiri) dan ornamen Lambrissering yaitu hiasan lukisan dari keramik yang di cat dengan pola tumbuhan tunas bunga terbalik (gambar kanan) (Dokumentasi Pribadi, 25 Mei 2013)

Page 98: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

Sekeliling area pringgitan terdapat pula hiasan dari keramik yang di cat

dengan pola tumbuhan tunas bunga yang ditempatkan ke bawah yang disebut

Lambrissering. Area dalem terdapat hiasan ukiran berupa lung -lungan yang

menghiasi gebyok pembatas ruang senthong dan pada tiang saka.

(4) Ornamen Pelengkap Ruang

Rumah H. Mawardi sebagai rumah pengusaha batik memilki ornamen yang

terkesan mewah. Ornamen ornamen pelengkap tersebut ditempatkan di area dalem

yang bersifat sakral dan privasi. Ornamen yang digunakan di rumah H. Mawardi

kebanyakan menggunakan ornamen Jawa karena untuk menunjukkan diri bahwa

saudagar batik Laweyan masih memegang prinsip hidup orang Jawa

Ornamen pelengkap ruang pada rumah ini terdapat dia area dalem berupa,

dua buah cermin esta motif flora, yang ditempatkan di sisi kanan dan kiri ruang

senthong, sebuah meja kaca, bokor sirih, tanpa patung loro blonyo.

Gambar 4.31 Ornamen Pelengkap Ruang Berupa Sepasang Cermin dan Bokor

Siih dari Kuningan serta Furniture Berupa Kursi Berukir pada Area pringgitan Rumah H.Mawardi, Laweyan (Dokumentasi Pribadi, 25 Mei 2013).

Page 99: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

Area sentong tengah sebagai area sakral, terdapat bantal dan guling sebagai

pengisi ruang, dilapisi kain warna putih dan ujungnya memakai lempengan

berwarna perak. Gebyok atau pembatas area petanen panel-panelnya diukir

dengan motif lunglungan berwarna emas dan gordjen motif cinde dan Area lantai

yang lebih tinggi dilapisi dengan permadani berwarna hijau serta kursi berukir

tang terbauat dari kayu yang ditempatkan di area pringgitan. Saudagar batik di

Laweyan membuat petanen dengan sangat indahnya dan dilengkapi dengan benda

hiasan yang bagus-bagus. Hal ini sengaja dibuat demikian untuk menunjukkan

kekayaan.

3. Fungsi dan Makna Simbolik Ornamen pada Bangunan Indis di Laweyan

Arsitektur rumah tinggal adalah sebagai hasil kebudayaan, yang

memadukan unsur seni dan ilmu bangunan yang harus diperhatikan aspek

keindahan dan konstruksi. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekiman yang

menyatakan bahwa, “dalam arsitektur ada tiga unsur yang merupakan faktor dasar

dalam arsitektur dan harus diperhatikan yaitu masalah kenyamanan (convinience),

kekuatan atau kekukuhan (strength), dan keindahan (beauty)” (2000: 240).

Keindahan dalam arsitektur teletak dari pemberian ornamen-ornamen yang

melekat. Mengenai pengertian ornamen, Sunarmi, Guntur, & Prasetyo (2007)

menyatakan “Ornamen adalah media komunikasi yang di dalamnya terkandung

sejumlah pesan untuk dikomunikasikan kepada anggota pemiliknya melalui

simbol-simbol yang melaluinya makna-makna budaya dalam bentuk visual” (hlm.

129).

Hiasan pada bangunan rumah rumah pada dasarnya ada dua macam, yaitu

hiasan yang kontruksional dan hiasan yang tidak kontruksional.Hiasan

konstruksional ialah hiasan yang jadi satu dengan bangunannya. Jadi ini tidak

dapat dilepas dari bangunannya. Contohnya adalah pilar-pilar pada bangunan.

Sedangkan hiasan yang tidak konstruksional ialah hiasan bangunan yang dapat

terlepas dari bangunannya dan tidak berpengaruh apa-apa terhadap kontruksi

bangunan. Contohnya lampu gantung dan meubelair (Dakung, 1981).

Page 100: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

Ornamen yang terdapat pada rumah Indis milik saudagar batik Laweyan

yang ditemukan di lapangan umumnya be rupa hiasan yang menempel pada

struktur bangunan dan ornamen yang tidak menempel pada bangunan atau

terlepas dari struktur bangunan dan berfungsi sebagai penghias ruang.

Ornamen digunakan masyarakat saudagar batik Laweyan untuk penunjukan

kekayaan, semaik in banyak ornamen rumah yang menghiasi berarti semakin kaya

orang yang menempatinya (Wawancara Bapak Alpha, 4 September 2013). Lebih

lanjut lihat CL 3 pada lampiran halaman 211.

Rumah bergaya arsitektur Indis di Laweyan secara umum menggunakan

ornamen yang konstruksional dan tidak konstruksional. Ornamen konstruksional

adalah ornamen yang menempel pada struktur bangunan, sedangkan yang tidak

konstruksional digunakan sebagai pelengkap dari isi ruang pada rumah

berarsitektur Indis. Diantara ornamen yang ada pada rumah Indis di Laweyan,

disamping menggunakan ornamen yang berasal dari dalam negeri juga ornamen

yang berasal dari luar negeri.

Saudagar batik Laweyan sebagai manusia Jawa dalam membangun

rumahnya masih tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kebudayaan Jawa

walaupun bentuk rumah mereka telah berubah menjadi bentuk loji, hal ini dapat di

buktikan dengan pola tata ruang pada bangunan milik saudagar batik Laweyan,

selain itu penggunana ornamen pada rumah Indis di Laweyan juga menerapkan

pemberian ornamen Jawa dan ornament Eropa.

Oranamen-oranamen dan material dari ornamen yang digunakan dalam

menghias rumah berarsitektur Indis milik saudagar batik di Laweyan, memiliki

makna tertentu dan merupakan sebuah tanda yang tersembunyi dan memiliki

fungsi yang berbeda dengan fungsi ornament pada rumah Jawa milik bangsawan.

Kajian seimotika dalam penelitian ini digunakan untuk mengkaji dan mendalami

makna tanda yang tersembunyi dari setiap ornamen dan material ornamen yang

digunakan oleh saudagar batik Laweyan dalam menghias rumah.

Page 101: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

a. Fungsi dan Makna Simbolik Ornamen Lung -lungan

Istilah lunglungan berasl dari kata lung yang berarti batang tumbuh-

tumbuhan yang masih muda yang mempunyai bentuk melengkung, hiasan

lunglungan biasanya distilirkan atau diukir langsung pada konstruksi banguna n,

bentuk yang distilirkan terdiri dari bentuk tangkai, daun dan bunga.

Ornamen lunglungan dipahatkan pada dua buah tiang yang terbuat dari besi

bukan dari material kayu seperti rumah bangsawan. Penggunaan material besi

untuk tiang saka yang digunakan oleh saudagar batik sebagai bagian dari proses

penunjukkan identitas diri sebagai kaum yang termarginalkan dari stratifikasi

sosial masyarakat feodal.

Material besi pada masa tersebut merupakan bahan yang mahal dan hanya

orang kaya yang mampu untuk membeli dan menggunakan tiang yang terbuat dari

saka. Penggunaan tiang (saka) yang berjumlah dua hanya sebagai pertanda bahwa

masyarakat Laweyan masih memiliki jati diri sebagai orang Jawa, selain itu

penempatan tiang yang berada di ruang dalem, yang notabenenya adalah area semi

public menunjukkan bahwa saudagar batik ingin menunjukkan kekayaan yang

dimilki kepada orang yang berkunjung di rumahnya.

Gambar 4. 32 a; Bentuk Ornamen Lung-lungan b; Penempatan Lung-lungan pada pada Tiang Saka di Dalem Djimatan. (Sumber Ismunandar, 2007 :64; Dokumentasi Pribadi, 2013).

a

b

Page 102: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

Jenis pohon yang biasanya distilir untuk hiasan lung-lungan adalah teratai

(padma), daun kluwih, bunga melati, dan tanaman-tanaman yang bersifat melata

dan bukan hwan, karena bagi masyarakat Jawa itu tidak diperbolehkan. ukiran

yang dibuat dengan cara mengubah atau menyederhanakan bentuk aslinya

menjadi bentuk gambar lain yang dikehendaki. Ornamen lunglungan biasanya

ditempatkanpada balok kerangka rumah seperti pada blandar, tumpang,

dadapeksi, tebeng pintu dan lain-lainnya (Ismunandar, 2007).

Rumah milik saudagar batik Laweyan yang bercorak Indis juga

menggunakan ornamen ini sebagai hiasan dari rumah mereka, penempatan

ornamen lunglungan, tersebut pada rumah saudagar biasanya pada tiang saka

yang berada di area dalem, di pahat dengan posisi vertikal dan bentuknya seperti

daun-daunan, biasanya di berikan warna yang cerah. Lunglungan memiliki fungsi

sebagai ornaemen untuk penghias ruangan serta memberikaan kesan yang angker,

wingit atau sakral. Hal ini dikarenakan ornamen lung -lungan ditempatkan pada

rumah inti atau area dalem dari rumah para saudagar batik Laweyan.

Ornamen lunglungan pada rumah berarsitektur Jawa pada umumnya, tidak

diberi warna, karena biassanya oranamen ini dipahatkan pada kayu jati, tetapi

pada rumah Indis di Laweyan, batang tiang tersebut di cat, warna cat disesuaikan

dengan penyesuaian cahaya dalam ruang. Pada rumah Indis milik saudagar batik

Laweyan yang diteliti, ditemukkan warna yang digunakaan menggunakan warna

kremm dan coklat untuk batang tiang dan hijau untuk stiliran lunglungan. Warna

hijau dan coklat memberikan kesan kenyamanan.

Ornamen lunglungan, pada rumah indis di Laweyan ini memiliki makna

yang sama dengan makna pada rumah Jawa pada umumnya, ya itu sebagai

perlambang kesuburan sebagai sumber penghidupan di muka bumi dan

menunjukan simbolisme tanaman sorgawai. Masyarakat saudagar batik Laweyan

yang memiliki watak berdagang, selain mengaanggap ornamen ini sebagai

penghias rumah juga melambangkan da ri kesuksesan duniawi karena yang

digambarkan adalah sumber kehidupan di dunia berupa bentuk tanaman.

(wawancara Ibu Naniek, 23 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1 pada lampiran

200.

Page 103: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

b. Fungsi dan Makna Simbolik Ornamen Kaca Patri (Glass In Lood)

Ornamen kaca patri (Glass In Lood), merupakan suatu ornamen hasil

perkembangan arsitektur kolonila Belanda di Jawa. Ornemen ini termasuk

kedalam ornamen gya arsitektur art deco. Art Deco adalah gaya hias yang lahir

setelah Perang Dunia I dan berakhir sebelum Perang Dunia II yang banyak

diterapkan dalam berbagai bidang, misalnya eksterior, interior, mebel, patung,

poster, pakaian, perhiasan dan lain-lain (Joehana, 2004) .

Perkembangan Art Deco tidak lepas dari pengaruh situasi dan kondisi

jamannya, pada saat itu di Eropa sedang berlangsung revolusi industri, masyarakat

terpesona oleh adanya penemuan-penemuan dan teknologi yang maju dengan

pesat.

Bangunan rumah dengan arsitektur ber langgam art deco menempatkan

hiasan kaca patri pada jendela rumah dan pintu, serta lubang ventilasi udara.

Bentuk dari hiasn kaca ini memilki berbagai bentuk berupa bentuk geometri garis,

lengkung ataupun berupa kotak persegi panajng kecil atau pun membentuk

gambar matahari dengan dikombinasikan (dimasukan) pada pola geometris kayu.

Ornamen kaca ini biasanya mengguankan warna yang cerah seperti merah,

kuning, hijau, putih, biru. Ornamen kaca patri merupakan penanda bangunan Indis

tersebut bercorak atau bergaya art deco.

Ornamen kaca sebagai penanda banguan art deco di Laweyan paling banyak

digunakan pada dalem Poesposumartan, bentuk kaca dibentuk dari kombinasi

kayu dan kaca (glass in lood) didominasi bentuk lengkung dan bentuk geometri

dan juga membentuk gambar matahari, hampir setiap sudut bangunan memiliki

bentuk dengan kombinasi warna yang indah.

Bentuk geometri yang mendominasi bentuk hiasan kaca patri menunjukkan

karakter semangat desain akibat perkembangan teknologi yang digambarkan ke

dalam desain dalam bentuk garis-garis lengkung dan zig-zag. Awalnya hiasan

kaca patri hanya dipeuntukan untuk bangunan-banguan peribadatan (gereja), dan

yang dilukiskan adalah cerita-cerita dalam kitab bible.

Pola ragam hias geometris terdapat pada kaca patri daun pintu, jendela, dan

bofenlicht dengan dominasi bidang persegi dan lengkung. Variasi warna kaca

Page 104: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

terbentuk dari perpaduan warna kaca merah, biru, kuning, putih, dan hijau. Bidang

lengkung terpusat pada bagian tengah atau sisi dalam dari daun pintu, jendela dan

bofenlicht. Penempatan warna kaca biru sebagai border dan warna merah maroon

pada bagian bawah memberi kesan tegas dan kontras.

Gambar 4.33 Variasi Bentuk Ornamen Art Deco Berupa Hiasan Glass In Lood

sebagai Penanda Langgam Eropa dengan Bentuk Pola Garis Lengkung dan Lurus Berwarna Cerah pada Dalem Poesposumartan, Laweyan. (Dokumentasi Pribadi, 23 Mei 2013) .

Pengguanaan warna yang cerah berfungsi sebagai unsur penyeimbang

penchayaan bangunan, keitka malam hari warna tersebut berpadu dengan cahaya

lampu gantung memberi kesan keindahan dan ketentraman,begitu pun pada siang

hari akan memantulkan cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah.

Makna simbolik dari hiasan kaca ini tidak lebih hanya sebagai hiasan dan

penunjukan kekayaan dari saudagar batik, karena ornamen ini di impor langsung

dari Eropa. (wawancara Ibu Andrini, 25 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 5 pada

lampiran halaman 218.

c. Fungsi dan Makna Simbolik Hiasan Gunungan dan Banyu Tetes

Masyarakat Jawa pada umumnya tidak terlalu memperhatikan hiasan-hiasan

yang terdapat pada bagian puncak rumah. Selain pada bangunan-bangunan rumah

Page 105: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

ibadah, hiasan kemuncak tidak terlalu mendapat tempat yang spesial pada rumah

di Jawa. Berbeda dengan masyarakat Kolonial Belanda, yang sangat

memperhatikan hiasan atap rumah, karena memilki makna dan arti simbolis dalam

kehidupan masyarakat Belanda (Sujayanto, 2000).

Atap pada bangunan berarsitektur Indis di Laweyan secara umum

menggunakan kombinasi atap limasan dan pelana. Penggunaan atap limasan

kerena masyarakat Laweyan menyadari bahwa kelas sosila yang disandang adalah

sebagai kawula, bukanlah bangs awan dan termasuk kedalam elite keraton.

Pembannguan rumah bearsitektur Indis hanya sebagai pembuktian diri sebagai

masyarakat yang termarginalkan dari struktur tatanan masyaraka t feodal keraton,

selain itu Bentuk limasan dianggap cocok dengan struktur banguan bearing wall

yang ada di Laweyan (Wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013) . Lebih

lanjut lihat CL 1 pada lampiran 200.

Ornamen yang mengisi atap rumah Indis pada awalnya merupakan

ornament yang berasal dari Belanda berupa penunjuk arah angin (windwijzer) dan

geveltovmen atau hiasan kemuncak yang berada pada depan rumah Indis. Seiring

perkembangan waktu hiasan kemuncak mengambil ornament tradisional Jawa

(Soekiman, 2000).

Rumah Indis di Laweyan ada yang mengguankan hiasan atap dan ada pula

yang tidak menggunakan, pada observasi yang peneliti lakuakan hiasan atap pada

rumah Indis di Laweyan hanya satu rumah yang mengguankan hiasan berupa

kayon atau gunungan sebagai pengganti geveltovmen.

Ornamen gunungan atau kayon mengandung makna filosofis yang dalam

dalam masyarakat Jawa. Gunungan atau kayon diinterpretasikan sebagai lambang

dari jagad raya tempat manusia berpijak.

Hiasan gunungan merupakan lambang ke Agungan dan ke Esaan yang

diharapkan para penghuni rumah yang memakai hiasan gunungan akan mendapat

ketentraman lahir dan batin, serta dilindungi Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini

sejalan dengan pendapat Djono, et al (2009) yang menyatakan bahwa, “kayon

atau gunungan esensinya adalah perwujudan rumah tradisional Jawa, yang

Page 106: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

merupakan simbol kehidupan, yang dipercaya sebagai penghubung dunia bawah

(bumi) dan langit” (hlm. 273).

Salah satu rumah Indis di Laweyan pada area di bawah atap atau gevel dan

di area teras dikelilingi dari kayu yang memanjang vertikal berbentuk lengkung

dengan ornamen bentuk flora mirip seperti ornamen banyu tetes yang memilki

ukuran yang berbeda antara tritisan (teras) samping dan depan.

Gambar 4.34. Bentuk Ornamen pada Atap Berupa Gunungan atau Kayon (gambar

atas) dan Ornamen Kayu Memanjang Secara Vertikal di Area Teras pada Rumah Indis milik H. Mawardi (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 23 Mei 2013)

Fungsi dari ornamen gunungan sendiri sebagai perwujudan dari masyrakat

Laweyan sebagai orang yang tidak menginginkan identitas sebagai manusia Jawa

hilang, sedangkan fungsi dari ornamen kayu memanjang vertikal dengan ornamen

mirip ornamen banyu tetes berwarna coklat krem, fungsinya adalah sebagai

penahan sinar matahari dan hujan serta sebagai ventilasai angin, sementara itu

makna simbolik yang terkandung dalam hiasan banyu tetes adalah sebagai makna

kehidupan yang mengandung filosofi tiada kehidupan tanpa air (Wawancara Ibu

Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman

200.

Page 107: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

d. Fungsi dan Makna Simbolik pada Ornamen Pelengkap Ruang

Ornamen atau ragam hias yang digunakan oleh saudagar batik Laweyan

menggunakan ornamen khas Jawa karena merupakan orang Jawa. Hiasan

ornamen pelengkap ruang banyak ditemukan di area dalem dimana area ini

merupakan area yang bersifat privat bagi pemilik rumah.

Ornamen yang digunakan menggunakan ornamen yang indah dan mewah

sebagai wujud pennunjukan diri bahwa saudagar batik adalah orang kaya.

Ornamen yang diwujudkan ada yang berasal dari luar Indonesia karena saudagar

batik Laweyan pada masa perdagangan batik telah melakukan perdagangan

internasional (Wawancara Bapak Alpha, 4 September 2013). Lebih lanjut lihat CL

3 pada lampiran halaman 211.

Araea dalem terdapat sebuah ruangan yang bersifat sakral, ruangan ini

diseburt dengan ruang petanen, di dalam ruang petanen di tempatkan berbagai

ornament diantaranya adalah Patung loro blonyo , sepasang cermin, bokor hasil

tani dan tempat kinang, meja kaca.

Area petanen dilengkapi dengan ruang sentong yang terbagi kedalam tiga

ruang yaitu sentong kiwa, sentong tengen, dan sentong tengah. Sentong tengah

adalah ruang yang sangat disaktralkan dan tidak ditempati sebagai tempat tidur

tetapi dilengkapi dengan bantal dan guling, padi dan pusaka milik pemilik rumah.

Keindahan ruang petanen pada rumah Indis di Laweyan menujukkan

kemewahan dan keindahan. Kemewahan terlihat dari ornamen ukir pada bagian

tebeng atau gebyok yang diukir dengan ukiran yang sangat indah, serta keahlian

yang tinggi. Penambahan lemari kecil berisi benda -benda koleksi ysng berasal

dari luar negeri menunjukkan saudagar batik ingin memamerkan kekayaan yang

dimiliki.

Kehidupan masyarakat jawa memandang ruang krobongan sebagai ruang

tempat bersemayamnya Dewi Sri atau dewi kesuburan dan kebahagiaan dalam

rumah tangga, keberadaan krobongan beserta isinya tidak dapat dipisahkan dari

pemahaman orang jawa tenteng keseimbangan hidup antara makrokosmos dan

mikrokosmos (Djono, et al, 2009).

Page 108: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

Krbongan sebagai ruangan khusus pemujaan Dewi Sri bagi masyarakat

Jawa, memilki makna simbolis dari setiap isi benda yang terdapat di dalamnya.

Berikut dijelaskan satu persatu makna dari setiap ornamen pelengkap tersebut.

Tetapi bagi masyarakat Laweyan hal tersebut hanya sebagai penunjukkan

kekayaan dengan menempatkan benda -benda koleksi yang mewah dan mahal

semata tanpa ada makna simbolik yang menyeratinya. (wawancara Ibu Naniek

Widayati, 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman 200.

1) Patung Loro-Blonyo

Patung loro blonyo merupakan patung sepasang pengantin Jawa yang

ditempatkan di area petanen, tepatnya di sebelah kiri dan kanan sentong.

Patung dalam ruangan itu bukan hanya sebagai pajangan semata tetapi

melambangkan kebahagian suami istri pemilik rumah dan perwujudan

cita-cita. Hal ini sejalan dengan pendapat Subiantoro (2009) bahwa, ”loro-

blonyo menjadi lambang cita-cita yang dipedomani nilai intrinsik sebagai

lambang kekuatan spiritual” (hlm. 193).

Gambar 4.35. Patung Loro-Blonyo pada Area dalem dan Bokor Sirih dari

Kuningan. (Sumber Dokumentasi Pribadi, 25 Mei 2013) .

Keberadaaan patung loro-blonyo pada masyarakat saudagar Laweyan

melambangkan status kekayaan dari para saudagar batik Laweyan. Pada

bagian depan loro blonyo ditemapatkan paidon, genuk atau bokor sirih,

Page 109: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

bokor hasil bumi, dan kendi tidak dari tanah liat seperti dalem pada rumah

bangsawan, tetapi terbuat da ri bahan kuningan

Penggunaan paidon, genuk atau bokor sirih, bokor hasil bumi, dan

kendi dari material kuningan menunjukkan tanda bahwa saudagar batik

ingin menunjukkan kekayaan yang dimiliki dengan membuat kelengkapan

ornament penghias ruang yang berbeda dengan milik bngsawan

2) Kain Cindai atau Patola India

Penutup tempat tidur dan bantal serta guling di dalam krobongan

merupakan kain cindai atau patola India. Karena memiliki pola yang sarat

dengan makna Hindu (pola jlamprang dan cakra-senjata Dewa Wisnu dan

delapan tataran yoga) maka kain ini dianggap memiliki kesaktian dan

keberadaannya pun dikeramatkan. Hal ini melambangkan bahwa saudagar

batik laweyan mampu menandingi kekayaan bangsawan meskipun

termasuk kedalam kelas kawula, begitu pula lempengan loga m berwarna

emas dan perak, pada ujung bantal dan guling menunjukan kesan pamer

kekaayaan dan kemewahan dari saudagar batik.

3) Sepasang Cermin

Masyarakat Jawa dalam menjalani kehidupan penuh dengan symbol,

begitu pila dengan penggunaan ornament cermin pada rumah tempat

tinggal. Cermin besar esta dengan motif flora, pada rumah Indis di

Laweyan biasanya diletakkan di area dalem (di kanan dan kiri petanen)

serta di pendapa (pada tembok kanan dan kiri). Hiasan cermin ini telihat

mewah dengan warna emas dan ukiran yang indah.

Page 110: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

Gambar 4.36 Cermin sebagai Pelengkap Ruang dan Penolak Bala sesuai

Kepercayaan Orang Jawa pada area Krobongan ditemapatkan di sisi kanan dan kiri Senthong.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 25 Mei 2013)

Saudagar batik di Laweyan membuat rumah Loji bergaya arsitektur Indis

dan ornamen pengisi ruangan dengan sangat indahnya dan dilengkapi dengan

benda hiasan yang bagus-bagus. Hal ini sengaja dibuat sedemikian oleh para

pengusaha untuk menunjukkan kelebihannya sebagai pengusaha walaupun mereka

bukan dari golongan bangsawan.

Pemberian ornamen tambahan berupa koleksi benda dari luar negeri pada

ruang petanen semakin menunjukan fungsi dari benda tersebut bukan hanya

sebagai hiasan tatapi ajang penunjukan kekayaan dan kesuksesan menja di

saudagar batik Laweyan. (wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih

lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman 200.

Page 111: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

4. Hubungan Antara Bentuk Arsitektur dan Ornamen Bangunan Rumah

Indis dengan Status Sosial Saudagar Batik Laweyan

Abad ke XX merupakan periode emas bagi kalangan saudagar batik

Laweyan dalam perdagangan batik. Ditemukannya teknologi batik cap,

perkembangan transportasi kereta api di Surakarta merupakan beberapa factor

penyebab berkembangnya Indiustri batik di Laweyan, sehingga menyebabkan

Laweyan bermetamorfosis dari kampung penghasil dan pusat perdagangan lawe

pada masa keraton Pajang menjadi salah satu pusat dari produksi dan perdagangan

batik di Surakarta.

Status sosial masyarakat saudagar batik yang tergolong kedalam kelas

kawula menjadikan masyarakat sauda gar batik termarginalkan oleh sistem budaya

feodal. Hal ini menyebabkan masyarakat saudagar batik Laweyan merasa perlu

membentuk identitas diri dan menampakkan kelas sosialnya dalam kehidupan

masyarakat.

Saudagar batik Laweyan meskipun tergolong kedalam status sosial kawula

atau golongan rakyat kebanyakan, tetapi dalam menjalani kehidupannya masih

meniru konsep dari para priyayi, hal ini dikarenakan saudagar batik Laweyan

terikat hubungan dengan perdagangan batik.

Konsep yang ditiru dari golongan priyayi menunjukan sikap “ambigu” dari

masyarakat Laweyan pada umumnya dan saudagar batik Laweyan pada

khususnya. Di sisi lain masyarakat saudagar batik Laweyan merupakan para

saudagar yang tidak terikat stratifikasi sosial keraton da n hanya berfokus pada

perdagangan batik, tetapi di sisi lain masyarakat Laweyan meniru pola hidup dan

kebudayaan para priyayi keraton, termasuk meniru arsitektur Indis yang lebih

dahulu berkembang di lingkungan keraton (Wawanca Ibu Naniek Widayati, 21

Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman 200.

Kesuksesan saudagar batik pada sekitar abad XX menyebebkan kekayaan

saudagar batik mengalami peningkataan dan lebih tinggi kekayaan saudagar batik

dibandingkan dengan para bangsawan keraton. Kekayaan yang melimpah

menyebabkan saudagar batik mampu untuk meniru pola dan gaya hidup Indis

Page 112: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167

yang berkembang di kalangan pejabat pemerintah Kolonial Belanda dan

bangsawan keraton terutama bidang arsitektur pembanguan rumah.

Kesuksesan dan kekayaan saudagar batik Laweyan menyebabkan saudagar

batik perlu membangun rumah dengan arsitektur Loji yang memilki banguanan

yang besar dan pekarangan yang luas besrta kelengkapannya berupa ornamen-

ornamen penghias dan furniture yang didatangkan langsung dari Belanda, sebagai

salah satu cara untuk menampakan identitas diri sebagai saudagar sukses dan

status sosial masyarakat saudagar batik Laweyan sebagai kaum yang termarginal

di lingkungan masyarakat feodal.

Penunjukan satatus sosial dari masyarakat saudagar batik Laweyan tid ak

hanya pada bentuk rumah loji berarsitektur Indis yang dimiliki. Tetapi penunjukan

status sosial melalui kekayaan benda-benda juga menjadi sarana dalam hal

penunjukan status sosial di masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat

Soedarmono bahwa, “para juragan biasanya juga memiliki barang-barang sebagai

simbol status kekayaan. Misalnya: krobongan, dubang , gigi emas, perhiasan, dan

tata cara berpakaian Jawa seperti priyayi” (2006:115).

Periode abad XX rumah-rumah milik saudagar batik Laweyan mengalami

perubahan bentuk dari arsitektur Jawa khususnya rumah bentuk kampung dengan

komposisi material kayu menjadi rumah loji dengan struktur dari beton dan

tembok bearing wall.

Perubahan bentuk rumah tersebut tidak menghilangkan jiwa saudagar batik

Laweyan sebagai orang Jawa. Rumah loji berarsitektur Indis di Laweyan memiliki

struktur ruang yang sama dengan struktur ruang yang ada pada rumah bangsawan

secara umum, karena ada ikatan sosial dalam perdagangan batik dengan keraton.

Rumah saudagar batik memiliki pendopo, pringgitan, gandok, dalem,

sentong dan petanen yang membedakan adalah masyarakat saudagar batik

Laweyan tidak megikuti pola ruang bangsawan secara penuh, mereka bebas dalam

menentukan letak dari rumah pendukung. Bentuk pola ruang yang sama dengan

rumah bangsawan, hanya sebagai prototype dari kebanyakan banguan yang ada di

Surakarta (wawancara bapak Drs. Susanto, 6 Juni 2013) . Lebih lanjut lihat CL 2

pada lampiran halaman 208.

Page 113: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

168

Keterkaitan bentuk visual rumah dengan penunjukan kelas sosial dapat

dipahami dari sistem sosial yang berlaku pada masyarakat Jawa. Rumah

merupakan salah satu sarana penting dalam penunjukan kelas sosial, sehingga

rumah bagi saudagar batik Laweyan yang termarginal dalam sistem sosial budaya,

tidak hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan tempat tinggal saja, tetapi juga

sebagai bagian dari identitas sosial.

Pembangunan rumah loji berarsitektur Indis di Laweyan menyebabkan

masyarakat saudagar batik Laweyan memilki rumah dan pekarangan luas,

sehingga pada periode tersebut status saudagar besar yang sukses dapat dilihat

dari bentuk rumah dan perkarangan atau persil tanah rumah yang di miliki.

Pembanguan rumah Indis dengan struktur yang besar dan luas tersebut

menjadikan kawasan Laweyan jika dilihat dari struktur tata ruang elemen

kawasandibentuk oleh butiran masa yang saling berdekatan dan membentuk jalan-

jalan merupakan ciri lain dari pemukiman tradisional. Hal ini sejalan dengan

pendapat Priyatmono (mengutip simpulan Carmona.dkk, 2003) bahwa,

Permukiman tradisional biasanya banyak dicirikan dengan munculnya massa

bangunan yang mempunyai tampak berupa dinding-dinding tertutup menghimpit

dan dikelilingi oleh gang atau jalan sempit (2004 : 3).

Periode abad XX, masyarakat di Laweyan dapat melihat besar dan kecilnya

kesuksesan saudagar batik dapat dilihat dari bentuk rumah dan luas tanah yang di

miliki. Pembagian persil tanah dikawasan kampung Laweyan, secara garis besar

di bagi kedalam tiga bagian tanah persil, yaitu persil untuk juragan atau saudagar

batik dan untuk buruh batik.

Jenis pembagian persil untuk rumah di Laweyan secara garis besar terdiri

dari persil rumah juragan batik besar seluas 1000 m²-3000 m² , persil rumah

juragan batik sedang antara 300 m²-1000 m², persil milik buruh batik antara 25 m²

-100 m².

Pembagian persil tanah milik saudagar batik Laweyan berpengaruh terhadap

bentuk rumah berarsitektur Indis beserta ornamen pelengkap ruang yang dimilki.

Semakin besar persil tanah dan besarnya rumah yang dibangun besrta

kelengkapan ornamen pengisi rumah menunjukan saudagar batik tersebut

Page 114: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

169

termasuk kedalam saudagar batik besar pada periode tersebut. Begitu pula

sebaliknya saudagar batik yang memilik persil tanah yang kecil dikategorikan

sebagai saudagar sedang dan sisanya termasuk golongan pekerja atau buruh batik.

Berdasarkan pengamatan dan survey di lapangan, menemukan bahwa ada

sekitar 23 Pengusaha batik yang masih aktif berproduksi dan 3 diantaranya

merupakan pengusaha yang terkenal akan kesuksesannya dan dikategorikan

sebagai pengusaha besar dan sedang pada masa tersebut. Ketiga pengusaha

tersebut memilki bentuk rumah Indis dengan gaya dan style yang berbeda sesuai

dengan tingkat kesuksesan dari saudagar batik tersebut.

a. Bentuk Arsitektur Bangunan Rumah Indis dan Ornamen Saudagar

Batik Besar

Masyarakat Laweyan merupakan masyarakat yang memilki mata

pencaharian yang homogen, yaitu sebagai saudagar dan pedagang batik. Dalam

starifikasi masyaraat feodal, masyarakat saudagar batik Laweyan termasuk

kedalam golongan kawula, yang termasuk kedalam kategori golongan dari rakyat

kebanyakan walaupun saudagar batik tersebut memiliki kekayaan melebihi

kekayaan bangsawan keraton.

Kategori golongan kawula yang disandang masyarakat dan saudagar batik

Laweyan menyebabkan keinginan masyarakat Laweyan untuk membentuk

struktur dan sistem sosial sendiri yang berbeda dengan struktur masyarakat feodal

keraton dan berlaku untuk komunitas Laweyan yang tremarginalkan oleh sistem

budaya dan sosial masyarakat feodal.

Perbedaan struktur dan sistem sosial yang berlaku di masyarakat Laweyan

dengan masyarakat feodal di keraton ditunjukan dengan penempatan saudagar

batik sebagi puncak hieariki dalam struktur dan status sosial yang berlaku dalam

komunitas Laweyan.

Status sosial sebagai saudagar besar ditandai dengan memilki rumah dan

persil tanah yang luas untuk membangun rumah dan pabrik. Persil tanah yang

dimiliki oleh saudagar besar memilki luas sekitar 1000 m² - 3000 m² , dengan

diberi batas tembok tinggi (beteng) setinggi hampir 4 meter.

Page 115: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

170

Masyarakat saudagar batik Laweyan menjadi pendukung dari

perkembangan kebudayaan Indis di Surakarta dipengaruhi oleh kekayaan yang

dimiliki oleh saudagar batik yang memperoleh kekayaan dari hasil usaha batik

pada sekitar abad XX, selain itu faktor perkembangan kota Surakarta semenjak

pembukaan perusahaan swasta ikut mempengaruhi perke mbangan kebudayaan

Indis khususnya hasil kebudayaan berupa bentuk arsitektur rumah tinggal milik

saudagar batik di Laweyan.

Abad XX merupakan abad kesuksesaan dari para saudagar batik Laweyan.

Perkembangan indusrtri batik tersebut berpengaruh tehadap eksistensi Laweyan

sebagai kawasan yang spesifik, sehingga corakbangunan rumah pada abad XX di

Laweyan, khusunya rumah milik saudagar batik Laweyan banyak dipengaruhi

oleh gaya arsitektur Eropa dan Islam, sehingga banyak bermunculan bangunan

bergaya arsitektur Indis (Jawa-Eropa), dengan bentuk banguan dan halaman yang

besar (Wawancara Bapak Alpha Febella, 4 September 2013). Lebih lanjut lihat

CL 3 pada lampiran halaman 211.

Bentuk rumah loji atau tembok merupakan pola dari rumah golongan Eropa

dan elite pribumi dengan halaman rumah yang luas yang menunjukan rumah para

penguasa dan menduduki hiearki yang tinggi dalam tatanan masyarakat. Pola

rumah seperti ini yang di adaptasi dengan baik oleh saudagar batik Laweyan pada

sekitar tahun 1920-1930an.

Tipikal masyaraka t saudagar batik yang berjiwa pedagang ditambah

keuntungan yang besar dalam berdagang batik sekitar abad akhir abad 19 dan

awal abad 20 menjadikan cepat berkembangnya budaya Indis di Laweyan

khususnya arsitektur rumah Indis, hal ini dikarenakan masyarakat saudagar batik

telah melakukan kontak perdagangan dengan para pedagang dari berbagai

bangsa,saudagar batik sudah mampu berdagang ke luar negeri terutama ke Eropa

oleh karena itu saudagar batik mempunyai wawasan mengenai arsitektur luar

negeri wawasan itu lantas diterapkan untuk rumah-rumah saudagar batik yang

meniru rumah-rumah pejabat kolonial. (Wawancara Bapak Mohammad Muqofa

pada tanggal 8 Juli 2013). Lebih lanjut lihat CL 4 pada lampiran halaman 213.

Page 116: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

171

Arsitektur rumah tinggal bergaya Indis milik saudagar batik Laweyan,

memiliki bentuk arsitektur unsur campuran yaitu arsitektur Jawa dan Eropa

(Belanda), baik unsur struktur bahan material bangunan ataupun dari ornamen

eksterior interior bangunan rumah.

Unsur Aritektur Belanda bisa dilihat dari struktur material banguan yang

berjenis bearing wall dengan tiang atau kolom yang diadaptasi dari tiang berjenis

Ionia, tanpa ornamen, biasanya diletakan di depan rumah sebaga i penopang

bangunan, kemudian dari sturktur list batu kali pada fondasi banguan. Unsur

ars itektur Jawa dalam rumah Indis di Laweyan dilihat dari bentuk atap yang

kebanyakan mengguankan atap limasan, kemudain pola ruang yang diadaptasi

dari arsitektur Jawa, seperti adanya regol, pringgithan, dalem, gandhok, ruang

petanen atauu krobongan atau petanen beserta unsur kelengkapannya.

(wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1 pada

lampiran halaman 200.

Poesposumarto dan Tjokrosoemarto adalah dua orang pengusaha batik

Laweyan yang terkenal dan termasuk kedalam kategori pengusaha atau saudagar

besar pada abad ke XX. Pengusaha tersebut memilki rumah loji dengan arsitektur

Indis yang megah dengan ornamen eksterior yang indah dan mewah.

Rumah Tjokrosumarto atau lebih dikenal dengan dalem Tjokrosumartan

dibangun pada tahun 1928, dengan luas bangunan 1800 m² di atas tanah persil

seluas sekitar 3000 m² yang didalamnya terdapat tiga rumah yang diperuntukan

untuk anak-anak Tjokrosumarto. Rumah ini dibangun dengan struktur bearing

wall berasitektur Indis langgam Art Noveau dan Jawa.

Langgam Art Noveau dalah gaya dari seni dekoratif yang menjamur di

seluruh Eropa khususnya di Perancis selama dekade terakhir abad 19 dan tahun-

tahun awal abad 20. Gaya ini ditandai dengan bentuk organik, khususnya yang

diilhami motif-motif bunga dan tanaman lain, dan juga sangat bergaya bentuk-

bentuk lengkung yang mengalir. Gaya Art Nouveau dan pendekatannya telah

diterapkan dalam hal arsitektur, melukis, furnitur, gelas, desain grafis, perhiasan,

tembikar, logam, dan tekstil dan patung (Handinoto et al, 2012 ).

Page 117: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

172

Rumah Tjokrosumarto rumah dengan arsitektur Indis yang sangat megah

dengan kelengkapan ornamen yang mewah dan sangat indah, tetapi dalam

penelitian ini penulis tidak bisa menjabarkan lebih detail tentang rumah ini karena

tidak di ijinkan oleh pemilki rumah untuk dijadikan obyek penelitian.

Poesposumarto adalah salah satu pengusaha atau saudagar batik kedua yang

terkenal dan kaya di Laweyan, kesuksesan yang diaih dari usaha perdagangan

batik membuat Poesposumartan dapat membangun rumah loji berarsitektur Indis

untuk Poesposumarto dan istri serta ketiga anaknya.

Rumah Poesposumarto atau lebih dikenal dengan Dalem Poesposoemartan

berlokasi di Jalan Dr.Radjiman 501, Laweyan, Surakarta. Rumah Poesposumartan

dibangun pada sekitar tahun 1938, dibangun diatas lahan seluas 1950 m²,

dikelilingi oleh pagar tembok seperti kebanyakan rumah saudagar batik di

Laweyan setinggi kurang lebih sekitar 3 m.

Dalem Poesposumartan semenjak dibangun pada sekutar tahun 1938 sampai

sekarang bentuk dan wujud rumah tersebut, khususnya banguan induk tidak

mengalami perubahan dari banguan asli kecuali perubahan fungsi ruangan yang

diprioritaskan untuk tamu hotel. Rumah ini tetap khas dengan gaya arsitektur

Indis – Jawa dengan langgam Art Deco. (Wawancara Ibu Andrini, 25 Mei 2013).

Lebih lanjut lihat CL 5 pada lampiran halaman 218.

Art Deco adalah seni populer, gerakan desain internasional dari 1925 sampai

1940, yang mempengaruhi seni dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan

desain industri, serta seni visual seperti fashion, lukisan, seni grafis, dan film.

Pada peiode saat itu, gayaart deco ini dianggap sebagai elegan, glamor,

fungsional, dan modern (Joehana, 2004).

Fasade rumah ini memiliki bentuk bangunan perpaduan arsitektur Jawa dan

arsitektur art deco simetri, atap miring menjulang tinggi. Struktur bangunan

bearing wall dengan konstruksi bangunan sepenuhnya ditopang dinding, dua buah

tiang beton sebagai tiang yang diadaptasi dari gaya Ionia berfungsi untuk

menyangga bangunan serta list batu kali pada bagian luar sebagai fondasi rumah

setinggi 55 cm serta kayu jati pada sepertiga bangunan. Atap yang digunakan pada

banguan ini menggunakan atap pelana dan limasan. Arah hadap rumah ini

Page 118: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

173

mengahadap ke arah selatan (Wawancara Ibu Andrini dan Observasi, 22 Mei

2013). Lebih lanjut lihat CL 5 pada lampiran halaman 218.

Unsur art deco pada dalem Poesposumartan bisa dilihat dari berbagai hiasan

kaca patri yang dikombinasikan dengan bentuk geometris kaca atau jendela kayu

(glass ini lood) yang ditempatkan di kaca jendela, pintu serta bovenlicht atau

lubang ventilasi di atas pintu dan jendela yang bisa dilihat diberbagai sudut

ruangan.

Masyarakat saudagar batik Laweyan pada umumnya dan Poesposumarto

khususnya sudah lama melakukanaktifitas perdagangan batik sampai keluar

negeri, dari aktifitas itu menyebabkan wawasan masyarakat Laweyan menjadi

lebih terbuka dalam menerima pengaruh kebudayaan asing, termasuk arsitektur

Indis dan ornamen-ornamen penghiasnya.

Penggunaan hiasan kaca patri untuk hiasan kaca jendela dan pintu misalkan

merupakan salah satu wujud dari kontak kebudayaan Jawa dengan Eropa dan

merupakan penanda dari perkembangan dari langgam art deco di Laweyan.

Hiasaan kaca patri yang dikombinasikan dengan kayu pada pintu dan jendela yang

diimpor langsung dari Belanda menunjukan masyarakat Laweyan sebagai

masyarakat yang tidak kalah kekayaan dengan bangsawan keraton (Wawancara

Ibu Andrini, 25 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 5 pada lampiran hlaman 218.

Masyarakat Jawa dalam kehidupannya tidak terlepas dari simbolisme dalam

berbagai aspek. Naiknya status sosial dapat diwujudkan dengan banyak simbol,

sebagai tanda yang dianggap mampu mewakili sebuah makna tertentu. Bentuk-

bentuk simbolisme dalam budaya Jawa sangat dominan dalam segala hal dan

segala bidang, salah satunya adalah bentuk ruma h menunjukan kekayaan

pemiliknya serta onamen pengisi rumah yang mempunyai makna simbolis tertentu

bagi penghuninya (Satoto, 2003).

Poesposumarto merupakan salah satu saudagar batik kaya yang berada di

Laweyan, pembanguan rumah Indis yang berlanggam Art Deco dengan

pemakaian ornamen yang mewah dan banyak pada rumah serta di impor langsung

dari Belanda serta ornamen Jawa yang menunjukan bahwa Poesposumartan masih

Page 119: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

174

menganut konsep pemikiran Jawa dan menunjukan kekayaan Poesposumarto

tidak kalah dengan kekayaan para bangsawan.

Pemakaian ornament-ornamen berlanggam Eropa baik yang di tempatkan

pada pintu, jendela, kaca serta penggunaan lantai marmer pada bangunan rumah,

bagi masyarakat saudagar batik Laweyan semakin banyak ornamenyang ada di

dalam rumah menunju kan pemilik dari rumah tersebut bukan merupakan orang

biasa (wawancara bapak Alpha Febella, 4 September 2013) . Lebih lanjut lihat CL

3 pada lampiran halaman 211.

Ornamen pelengkap atau pengisi ruang pada rumah Indis milik saudagar

batik Poesposumarto di Laweyan, secara umum banyak menggunakan ornamen

pelengkap yang biasa digunakan dalam arsitektur Jawa, misalkan pada area dalem

dimana terdapat ruang sakral bagi masyarakat Jawa yaitu petanen atau krobongan

yang berisi ambèn, bantal, guling, paidon, genukatau bokor sirih, bokor hasil

bumi, kendidan loro blonyo . Hal tersebut mencerminka n bahwa pmilik rumah ini

yaitu bapak Poesposumarto masih menganutkonsep pemikiran Jawa, bahwa

krobongan sebagai simbol penghormatan Dewi Sri ketika memberikananugerah

tercukupinya sandang dan pangan (wawancara Ibu Andrini, 25 Mei 2013) Lebih

lanjut lihat CL 5 pada lampiran 216.

Kelengkapan paidon, genuk atau bokor sirih, bokor hasil bumi, dan kendi

tidak dari tanah liat seperti di dalem pada rumah bangsawan, namun berupa

kuningan serta bebragai koleksi barang pribadi milik Poesposumarto yang konon

di impor langsung dari negeri Belanda. Hal ini sebagai penunjukan status

kekayaan yang melebihi bangsawan dari saudagar batik Poesposumarto.

Rumah Poesposumarto atau dalem Poesposumartan ini sekarang telah

beralih fungsi menjadi sebuah hotel sejak tahun 2002 karena pemilik rumah

tersebut, yaitu keluarga Poesposumarto telah menjaul rumah tersebut kepabda Ibu

Krisnina Maharani Tandjung, putri dari Akbar Tandjung dan dikenal dengan nama

Hotel Roemahkoe Heritage Hotel.

Kekayaan yang dimilki saudagar batik dari hasil berdagang batik pada

sekitar abad XX, menajadikan saudagar batik mampu untuk membangun rumah

loji berarsitektur Indis dengan ornamen gaya Art deco. Hal ini menunjukan

Page 120: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

175

saudagar batik Laweyan yang termarginalkan dari sistem budaya feodal bisa

berkembang meniru pola hidup dan gaya arsitektur Indis yang pada awalnya

berkembang di lingkungan pejabat pemerintah Kolonial Belanda dan bangsawan

keraton.

Rumah dengan arsitektur gaya Indis yang merupakan pengaruh arsitektur

Belanda, berpadu dengan program ruang interior rumah Jawa mencerminkan

kemampuan masyarakat saudagar batik dalam beradaptasi sekaligus bertahan

dalam situasi dan kondisi politik serta kebijakan Belanda atas etnisitas masyarakat

di Surakarta.

Saudagar batik dengan menyandang status sosial sebagai saudagar besar

banyak yang membangun rumah Indis dengan kelengkapan interior dan eksterior

yang terkesan mewah dan mahal bahkan ornamen dan kelengkapan barang koleksi

pribadi banyaak yang didatangkan dari luar Laweyan.

b. Bentuk Arsitektur Bangunan Rumah Indis dan Ornamen Saudagar

Batik Sedang

Perkembangan industri batik yang berkemba ng di Surakarta pada

umumnya dan Laweyan pada khusunya berpengaruh terhadap peningkatan

kekayaan dari saudagar batik. Penunjukkan kekaaayn tersebut di tunjukan dengan

pembanguan rumah loji berarsitektur Indis dengan berbagai kelengkapan ornamen

yangh mewah serta kepemilikan persil tanah yang luas. Kekayaan yang dimilki

saudagar batik Laweyan digunakan untuk menandingi status sosial bangsawan

keraton.

Saudagar batik Laweyan yang termasuk kedalam status saudagar sedang

berbeda bentuk rumah dan kelengkapan rumah serta luas persil tanah. Jika pada

saudagar besar luas persil tanah yang dimilki sekitar 1000 m² - 3000 m² dengan

bangunan Indis yang megah dan ornamen mewah, tetapi pada saudagar batik

denagan status social sauda gar sedaang persil rumah juragan batik sedang antara

300 m²-1000 m² , serta bentuk rumah Indis dengan façade sederhana serta

ornamen yang tidak begitu banyak (wawancara Ibu Naniek, 21 Mei 2013). Lebih

lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman 200.

Page 121: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

176

Façade bangunan rumah yang berarsitektur Indis milik saudagar batik

Laweyan yang dikategorikan sebagai saudagar sedang memilki bentuk bangunan

rumah yang sederhana tidak begitu mewah dengan berbagai macam ornamen yang

menghiasinya. Rumah saudagar batik Laweyan yang termasuk kriteria ini adalah

rumah Djimatan, yang berlokasi di kampung Setono ujung dan rumah milik H.

Mawardi yang berlokasi di kampung Sayangan Kulon.

Banguan rumah Djiamtan berdiri diatas tanah dengan luas sekitar 800 m²

yang terbagi beberapa ruang, dengan arah hadap bangunan ke arah selatan

menghadap tepat ke arah sungai Jenes atau sungai Kabanaran. Bangunan rumah

Djimatan merupakan banguan kolonial Belanda dibangun pada sekitar tahun 1938

pada periode elektitas.

Periode elektitas merupakan perkembangan arsitektur Kolonial Belanda

yang sudah spesifik. Bentuk tersebut merupakan hasil kompromi dari arsitektur

modern yang berkembang di Belanda pada waktu yang bersamaan dengan

penyesuaian iklim tropis basah Indonesia. Ada juga beberapa bangunan arsitektur

kolonial Belanda yang mengambil elemen-elemen tradisional setempat yang

kemudian diterapkan ke dalam bentuk arsitekturnya. Hasil keseluruhan dari

arsitektur kolonial Belanda di Indonesia tersebut adalah suatu bentuk khas yang

berlainan dengan arsitektur modern yang ada di Belanda sendiri (Handinoto,

1996).

Rumah Djimatan berarsitektur Indis modern simple dan Jawa. Unsur Indis

atau Belanda pada banguan ini terlihat dari sususnan material yang dipakai,

dimana dari keseluruhan fasade bangunan, menggunakan material batu bata atau

tembok seperti rumah kolonial kebanyakan dengan finishing cat dinding. C iri lain

yang menunjukkan arsitektur Eropa (Belanda) adalah bentuk rumah yang

didominasi unsur garis lurus atau horizontal dan bentuk tiang Ionia.

Ukuran luas rumah djimatan dari mulai berdiri sebagai rumah dinas Kyai

Ageng Henis sampai dibangun sekitar tahun 1983 tidak merubah ukuran luas

rumah awal yaitu rumah Joglo dengan 32 saka pengiring, hanya materialnya saja

yang diganti dari struktur kayu menjadi struktur bearing wall (Wawancara Ibu

Page 122: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

177

Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman

200.

Struktur bangunan rumah Djimatan berjenis bearing wall, dengan struktur

dua buah tiang beton yang diadopsi dari tiang berjenis Ionia tanpa ornamen dan

difungsikan untuk menopang atau menyangga bangunan. Struktur yang dipakai

untuk fondasi rumah berupa batu kali setinggi sekitar 50 cm.

Atap yang digunakan pada rumah djimatan adalah atap limasan dan pelana

karena saudagar batik bukanlah keturunan bangsawan atau priyayi keraton.

Kelandaian atap rumah djimatan hampir sama dengan rumah Poesposumartan

dengan tingkat kemiringan atau kelandaian atap sekitar 70°.

Rumah Djiamatan setelah Kyai Ageng Henis meninggal, diambil alih oleh

keraton Kasunaann Surakarta dan difungsikan sebagai rumah dinas bagi penunggu

makam di pasarean Laweyan. Penunggu rumah dinas tersebut terakhir bernama

Mas Bei Djimat Kartohastono, berawal dari nama penunggu terakhir tersebut

rumah tersebut lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Dalem Djimatan.

Periode tahun 1900-an keraton mengalami krisis keuangan, sehinggarumah

Djimatan dilelang. Pemenang dari lelang tersebut adalah Karyo Wijoyo. Rumah

Djimatan setelah dimiliki oleh Ibu Karyo Wijoyo diwariskan kepada keempat

anaknya, yaitu Wirosukarto, Wiryo Wijoyo, Priyomarsono, dan Wongsodinomo.

Hak waris terakhir rumah ini jatuh pada Priyomarsono yang merupakan ayah dari

ibu Nanik Wida yati.

Pemilik rumah Djiamatan sebagai pemilik hak waris utama adalah bapak

Priyomarsono, beliau merupakan saudagar batik Laweyan yang cukup sukses

pada sekitar abad ke XX, kesuksesan tersebut dibuktikan dengan merubah struktur

material banguan lama denganbangunan rumah Indis yang berstruktur bearing

walll, tetapi tidak meninggalkan cir i orang Jawa terutama dalam penempatan

unsur Jawa dalam pola ruang rumah Djimatan.

Unsur Jawa yang melengkapi rumah ini terlihat dari adanya pola ruang yang

hampir sama dengan pola ruang yang ada pada rumah Jawa pada ummnya. Pola

ruang yang digunakan dalam rumah ini masih menerapkan pola ruang pada rumah

Jawa kebanyakan, terdiri dari regol, pringgitan, gandhok tengen, gandhok kiwa,

Page 123: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

178

dan dalem, untuk pabrik ditempatkan di bagian belakang rumah berdekatan

dengan dapur atau pawon (Wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013) . Lebih

lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman 200.

Keindahan atau estetika yang ditunjukan oleh saudagar batik Laweyan

dengan menerapkan ornamen. Ornamen yang digunakan oleh saudagar batik

Laweyan bervariasi dan memilki bentuk indah dan mahal terutama saudagar batik

besar.

Ornamen atau ragam hias yang ditempatkan pada rumah Djimatan adalah

ornamen yang bersifat konstruksional dan tidak konstruksional. Ornamen

konstruksional yaitu onamen yang menempel pada struktur banguan ditempatkan

pada jendela dan pintu kayu berbentuk garis geometris pola jalusi dikombinasikan

dengan kaca berbentuk kotak persegi kecil.

Ornamen konstruksional selanjutnya di tempelkan pada dua buah tiang saka

yang berada di area dalem berupa ornamen khas Jawa yaitu ornamen lung-lungan.

Pengguanaan tiang saka yang berada di area dalem menggunakan tiang besi yang

di impor langsung dari negeri Belanda hanya sebagai ciri bahwa pemilik rumah

adalah orang Jawa atau dengan kata lain Ibu Karyo Wijoyo tidak ingin

kehilanagan identitasnya sebagai orang Jawa.

Material tiang yang dari besi dan langsung di impor dari Belanda

menunjuknan pemilik rumah Djimatan merupakan masyarakat saudagar batik

yang sukses dalam kekayaan dan mampu melebihi kekayaan bangsawan keraton

(wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1 pada

lampiran halaman 200.

Penempatan ornamen pelengkap atau ornamen yang tidak konstruksional

berupa hiasan pelengkap ruang dan ditempatkan pada area dalem berupa

kelengkapan bokor hasil bumi, sirih ayu, paidon , tanpa patung loro blonyo.

Sementara itu pada area senthong dimana area tersebut merupakan tempat sakral

bagi masyarakat Jawa, ditempatkan berupa ambèn, bantal, dan guling. Gebyok

dibatasi dengan hiasan gordjen motif cinde.

Rumah berarsitektur Indis milik saudagar batik di Laweyan selain bentuk

mempunyai perpaduan bentuk antara lain; unsur garis lurus, unsur garis lengkung,

Page 124: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

179

perpaduan antara keduanya, ada juga ukiran sebagai yang menjadi unsur dominan

tetapi ada juga perpaduan dengan unsur yang lain. Bahan yang dipakai dari

tembok sehingga bangunan kelihatan kokoh.

Rumah Indis milik saudagar batik dengan ukiran kayu sebagai unsur

dominan dimilki oleh saudagar batik Laweya n bernama H. Mawardi yang masih

merupakan keluraga dari keluarga besar bapak Priyomarsono pemilik hak waris

rumah Djimatan.Rumah ini dibangun pada sekitar tahun 1925an, rumah ini

ditempati oleh istri dari Haji Mawardi Ibu Siti Mastiloh bersama cucunya

Rumah ini berdiri daiatas tanahseluas sekitar 700 m², dikelilingi pagar

tembok tinggi sekitar 3 meter dengan pembagian ruang khas seperti rumah Jawa

kebanyakan, seperti adanya gandhok di kiri kanan bangunan utama, pringgitan,

dalem, sentohong, pawon, petanen serta pabrik yang ditempatkan di bagian

belakang rumah.

Fasade banguan ini meupakan ciri bangunan Indis, bentuk simetris dengan

tiga buah pintu diarea pendapha. Bangunan ini memilki perpaduan unsur banguan

loji dengan ukiran-ukiran kayu, dengan fondasi menggunakan beton setinggi

sekitar 56 cm dilapisi dengan keramik.

Pendopo pada rumah ini di topang oleh empat buah saka guru yang terbuat

dari kayu jati dan saka pengiring bermaterialkan beton.Atap yang digunakan pada

banguan ini adalah atap Limasan dan pelana dengan gevel yang terbuat dari

kayu.Proporsi tingkat kemiringan atau kelandaian atap hampir 60° dilengkapi

dengan konsul dari kayu (wawancara Ibu Naniek Widayati, 21 Mei 2013). Lebih

lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman 200.

Ornamen sebagai unsur keindahan merupakan hal yang wajib dalam

arsitektur rumah abik ornamen konstruksional maupun ornamen pelengkap. Pada

rumah H. Mawadi hiasan atau ornamen konstruksional ditempatkan di atap berupa

ornamen hiasan lubang angin berbentuk lubang angin berupa jendela bentuk jalusi

dari kayu pada gavel yang terbuat dari kayu. Pada bagian ujung atap terdapat

hiasan berupa gunungan atau kayon yang terbuat dari kayu.

Lubang angin terdapat dibagian atas jendela (bofenlicht) ataupun pintu,

ornamen yang menghiasi lubang angin berupa ragam hias dari flora dengan motif

Page 125: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

180

lunglungan dan bunga seroja yang di ukir. Pada bagian lubang angin atau ventilasi

lain terdapat hiasan kaca bentuk persegi yang dikombinasikan dengan kayu.

Selain itu terdapat pola papan kayu yang memanjang vertikal di sekeliling tririsan

berbentuk lengkung dengan ornamen bentuk flora seperti ornamen banyu tetes

yang memilki ukuran yang berbeda antara tritisan atau teras samping dan depan.

Sekeliling area pringgitan terdapat pula hiasan dari keramik yang di cat

dengan pola tumbuhan tunas bunga yang ditempatkan ke bawah yang disebut

Lambrissering. Area dalem terdapat hiasan ukiran berupa lung -lungan yang

menghiasi gebyok pembatas ruang senthong dan pada tiang saka (Obsevasi

Lapangan, 25 Mei 2013)

Ornamen pelengkap ruang pada rumah ini terdapat dia area dalem berupa,

dua buah cermin esta motif flora, yang ditempatkan di sisi kanan dan kiri ruang

senthong, sebuah meja kaca, bokor sirih.

Gebyok atau pembatas area petanenpanel-panelnya diukir dengan motif

lunglungan berwarna emas dan gordjen motif cinde dan Area lantai yang lebih

tinggi dilapisi dengan permadani berwarna hijau serta kursi berukir tang terbauat

dari kayu yang ditempatkan di area pringgitan. Area sentong tengah sebagai area

sakral, terdapat bantal dan guling sebagai pengisi ruang, dilapisi kain warna putih

dan ujungnya memakai lempengan berwarna perak tanpa patung loro blonyo.

Perubahan rumah para saudagar batik Laweyan yang awalnya berstruktur

kayu dan bentuk rumah kampung secara cepat dan direnovasi me njadibangunan

berdinding tembok atau loji sekitar tahun 1920-1930an disaat perkembanagan dan

kejayaan industri batik.

Berkembangnya arsitektur Indis di Laweyan merupakan sebuah growing up

dari masyarakat saudagar batik yang merdeka, yang termarjinalkan dari ikatan

budaya dari ikatan stratifikasi keraton selain itu, kekayaan yang melimpah dari

hasil perdagangan batik dan juga faktor kedekatan saudagar Laweyan dengan

bangsa Eropa dalam bidang perdagangan menjadi latar belakang lahir dan

berkembangnya kebudayaan Indis, te rutama aristektur bergaya Indis (wawancara

Ibu Naniek, 21 Mei 2013). Lebih lanjut lihat CL 1 pada lampiran halaman 200.

Page 126: BAB IV HASIL PENELITIAN A. a. Lokasi Kampung Batik · PDF fileSejarah Laweyan a. ... saat itu Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Jaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

181

Penunjukan identitas atau status sosial masyarakat saudagar batik juga di

tunjukan dengan bentuk rumah loji dengan hiasan atau ornamen yang dijadikan

sebagai pelengkap ruangan yang berbeda dengan kaum bangsawan. Jika pada

rumah bangsawan keraton, hiasan pelengkap seperti kendi, bokor, meja duduk

kecil terbuat dari tanah, masyarakat saudagar batik Laweyan memodifikasi bentuk

tersebut dengan penggunaan material kuningan dan kaca sebagai perlawanan bagi

kaum bangsawan.

Rumah loji dengan pengaruh arsitektur Belanda, berpadu dengan program

ruang interior rumah Jawa mencerminkan kemampuan masyarakat saudagar batik

dalam beradaptasi sekaligus bertahan dalamsituasi dan kondisi politik dan

kebijakan Belanda atas etnisitas masyarakat di Surakarta dan pembuktian

massyarakat Laweyan yang termarginalkan.

Bentuk bangunan rumah tempat tinggal berarsitektur Indis dengan ukuran

yang besar dan luas, berdinding tembok dengan perabot yang mewah, asesoris

interior dengan materia l bahan yang mahal, detail, dan dikerjakan dengan tingkat

keahlian yang tinggi, dapat dipergunakan sebagai tolok ukur derajat dan kekayaan

dari saudagar batik Laweyan sebagai pemilik rumah tersebut.