BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB...

22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah wilayah kerja Puskesmas I Baturraden Kabupaten Banyumas. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - April tahun 2014 dengan jumlah sampel 51 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Untuk memperoleh data penelitian dengan melalui pemberian kuesioner kepada semua responden, dapat dilaporkan data sebagai berikut: 1. Analisis univariat a. Karakteristik responden Tabel 4.1 Deskripsi Karakteristik Responden. Variabel Frekuensi Persentase (%) Umur - 45-49 tahun - 50-54 tahun - 55-59 tahun 9 18 24 17,6 35,3 47,1 Jumlah 51 100 Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan 21 30 41,2 58,8 Jumlah 51 100 Tabel 4.1 menjelaskan karakteristik responden berdasarkan umur menunjukan hampir sebagian besar responden berumur 55-59 tahun sebanyak 24 (47,1%), berumur 50-54 tahun sebanyak 18 (35,3%) dan berumur 45-49 tahun sebanyak 9 (17,6%). Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB...

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah wilayah kerja

Puskesmas I Baturraden Kabupaten Banyumas. Penelitian ini dilakukan

pada bulan Maret - April tahun 2014 dengan jumlah sampel 51 responden

yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Untuk memperoleh data

penelitian dengan melalui pemberian kuesioner kepada semua responden,

dapat dilaporkan data sebagai berikut:

1. Analisis univariat

a. Karakteristik responden

Tabel 4.1 Deskripsi Karakteristik Responden.

Variabel Frekuensi Persentase (%) Umur - 45-49 tahun - 50-54 tahun - 55-59 tahun

9

18 24

17,6 35,3 47,1

Jumlah 51 100 Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan

21 30

41,2 58,8

Jumlah 51 100

Tabel 4.1 menjelaskan karakteristik responden berdasarkan

umur menunjukan hampir sebagian besar responden berumur 55-59

tahun sebanyak 24 (47,1%), berumur 50-54 tahun sebanyak 18

(35,3%) dan berumur 45-49 tahun sebanyak 9 (17,6%).

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 30

(58,8%) dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 21 (41,2%).

b. Status berat badan, Aktifitas fisik, Konsumsi Garam, Manajemen

Stres dan Status Tekanan Darah

Tabel 4.2 Deskripsi Status berat badan, Aktifitas fisik, Konsumsi Garam, Manajemen Stress dan Status Tekanan Darah.

Variabel Frekuensi

(n = 51) Persentase (%)

Status berat badan - Gemuk - Normal

29 22

56,9 43,1

Aktifitas fisik - Tidak Melakukan - Melakukan

27

24

52,9 47,1

Konsumsi garam - Banyak - Sedikit

34 17

66,7 33,3

Manajemen stres - Tidak Melakukan - Melakukan

28 23

54,9 45,1

Status tekanan darah - Tinggi - Normal

32 19

62,7 37,3

Tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar responden

memiliki status berat badan gemuk sebanyak 29 (56,9%) dan

memiliki status berat badan normal sebanyak 22 (43,1%). Untuk

aktifitas fisik, sebagian besar responden tidak melakukan aktifitas

fisik sebanyak 27 (52,9%) dan melakukan aktifitas fisik sebanyak

24 (47,1%). Untuk konsumsi garam, sebagian besar responden

mengkonsumsi garam secara banyak sebanyak 34 (66,7%) dan

mengkonsumsi garam secara sedikit sebanyak 17 (33,3%). Untuk

manajemen stres, sebagian besar responden tidak melakukan

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

manajemen stres sebanyak 28 (54,9%) dan melakukan manajemen

stres sebanyak 23 (45.1%). Untuk status tekanan darah, sebagian

besar responden memiliki status tekanan darah tinggi sebanyak 32

(62,7%) dan memiliki status tekanan darah normal sebanyak 19

(37,3%)

2. Analisis bivariat

a. Hubungan status berat badan dengan status tekanan darah

Tabel 4.3 Hasil Uji Chi Square Hubungan status berat badan dengan status tekanan darah.

Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 29 responden yang status

berat badannya gemuk, mayoritas memiliki status tekanan darah

tinggi sebanyak 23 (79,3%) responden dan yang memiliki status

tekanan darah normal sebanyak 6 (20,7%) responden. Dari 22

responden berstatus berat badan normal, hampir sebagian besar

memiliki status tekanan darah tinggi sebanyak 9 (40,9%) responden

dan sebagian besar memiliki status tekanan darah normal sebanyak

13 (59,1%).

Hasil analisis menunjukan nilai P-value sebesar 0,012 (α =

0,05), sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara status

berat badan dengan status tekanan darah.

Status berat badan

Status tekanan darah Total

OR (95% CI)

P-value Tinggi Normal

n % n % n % 5,537

(1,608- 19,072)

0,012 Gemuk

Normal

23

9

79,3

40,9

6

13

20,7

59,1

29

22

100

100

Jumlah 32 62,7 19 37,3 51 100

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

Dari hasil analisis juga diperoleh nilai odss ratio sebesar

5,537, yang artinya responden yang memiliki status berat badan

gemuk mempunyai resiko 5 kali lebih tinggi untuk mempunyai

status tekanan darah tinggi dibandingkan dengan yang status berat

badanya normal.

b. Hubungan aktifitas fisik dengan status tekanan darah

Tabel 4.4 Hasil Uji Chi Square Hubungan aktifitas fisik dengan status tekanan darah.

Tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 27 responden yang tidak

melalakukan aktifitas fisik, mayoritas memiliki status tekanan

darah tinggi sebanyak 21 (77,8%) responden dan yang memiliki

status tekanan darah normal sebanyak 6 (22,2%) responden. Dari

24 responden yang melakukan aktifitas fisik, hampir sebagian besar

memiliki status tekanan darah tinggi sebanyak 11 (45,8%)

responden dan sebagian besar memiliki status tekanan darah

normal sebanyak 13 (54,2%).

Aktifitas fisik

Status tekanan darah Total

OR

(95% CI)

P-value Tinggi Normal

n % n % n %

4,136 (1,232- 13,893)

0,039

Tidak melakukan melakukan

21 11

77,8

45,8

6 13

22,2

54,2

27

24

100

100 Jumlah 32 62,7 19 37,3 51 100

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

Hasil analisis menunjukan nilai P-value sebesar 0,039 (α =

0,05), sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas

fisik dengan status tekanan darah.

Dari hasil analisis juga diperoleh nilai odss ratio sebesar

4,136 yang artinya responden yang tidak melakukan aktifitas fisik

mempunyai resiko 4 kali lebih tinggi untuk mempunyai status

tekanan darah tinggi dibandingkan dengan yang melakukan

aktifitas fisik.

c. Hubungan konsumsi garam dengan status tekanan darah

Tabel 4.5 Hasil Uji Chi Square Hubungan konsumsi garam dengan status tekanan darah.

Tabel 4.6 menunjukan bahwa dari 34 responden yang

konsumsi garamnya banyak, mayoritas memiliki status tekanan

darah tinggi sebanyak 26 (76,5%) responden dan yang memiliki

status tekanan darah normal sebanyak 8 (23,5%) responden. Dari

17 responden yang konsumsi garamnya sedikit, sebagian besar

memiliki status tekanan darah normal sebanyak 11 (64,7%) dan

Diit garam Status tekanan darah Total

OR (95% CI)

P-value Tinggi Normal

n % n % n %

5,958 (1,670-21,254)

0,010 Banyak

Sedikit 26 6

76,5 35,3

8 11

23,5 64,7

34 17

100 100

Jumlah 32 62,7 19 37,3 51 100

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

hampir sebagian kecil memiliki status tekanan darah tinggi

sebanyak 6 (35,3%) responden.

Hasil analisis menunjukan nilai P-value sebesar 0,010 (α =

0,05), sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara kosumsi

garam dengan status tekanan darah.

Dari hasil analisis juga diperoleh nilai odss ratio sebesar

5,958 yang artinya responden yang konsumsi garamnya banyak

mempunyai resiko 6 kali lebih tinggi untuk mempunyai status

tekanan darah tinggi dibandingkan dengan yang konsumsi

garamnya sedikit.

d. Hubungan manajemen stres dengan status tekanan darah

Tabel 4.6 Hasil Uji Chi Square Hubungan manajemen stres dengan status tekanan darah

Tabel 4.6 menunjukan bahwa dari 28 responden yang tidak

melalakukan manajemen stres, mayoritas memiliki status tekanan

darah tinggi sebanyak 22 (78,6%) responden dan yang memiliki

status tekanan darah normal sebanyak 6 (21,4%) responden. Dari

23 responden yang melakukan manajemen stres, hampir sebagian

Manajemen stres Status tekanan darah Total

OR (95% CI)

P-value Tinggi Normal

n % n % n %

4,767 (1,404-16,186)

0,022 Tidak Melakukan

Melakukan

22 10

78,6

43,5

6

13

21,4

56,5

28

23

100

100 Jumlah 32 62,7 19 37,3 51 100

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

besar memiliki status tekanan darah tinggi sebanyak 10 (43,5%)

responden dan sebagian besar memiliki status tekanan darah

normal sebanyak 13 (56,5%).

Hasil analisis menunjukan nilai P-value sebesar 0,022 (α =

0,05), sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara

manajemen stres dengan status tekanan darah.

Dari hasil analisis juga diperoleh nilai odss ratio sebesar

4,767 yang artinya responden yang tidak melakukan manajemen

stres mempunyai resiko 5 kali lebih tinggi untuk mempunyai status

tekanan darah tinggi dibandingkan dengan yang melakukan

manajemen stres.

B. Pembahasan

1. Analisis univariat

a. Karakteristik Responden

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian pada karakteristik responden

berdasarkan umur menunjukan hampir sebagian besar responden

berumur 55-59 tahun sebanyak 24 (47,1%). Totoprajogo,

O.S.(2006), mengungkapkan dengan bertambahnya usia maka

resiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Masitoh, A.D. (2013)

menambahkan bahwa hal ini disebabkan karena tekanan darah

arterial yang meningkat sesuai dengan bertambahnya usia,

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya proses degeneratif, yang

lebih sering pada usia tua. Pada saat terjadi penambahan usia

sampai mencapai masa tua , terjadi pula risiko peningkatan

penyakit yang meliputi kelainan syaraf/kejiwaan, kelainan jantung

dan pembuluh darah serta berkurangnya fungsi panca indra dan

kelainan metabolisme pada tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian

pradono (2003) dalam lintanasri (2012) menunjukan hubungan

yang bermakna antara faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya

penyakit tidak menular yaitu pada golongan umur 54-64 tahun

mempunyai resiko 7,45 kali untuk terkena hipertensi dibandingkan

golongan umur 25 -34 tahun.

Menurut Andarini, S., Wirawan, N.N., & Maulida, N.R

(2012), Seiring bertambahnya usia maka arteri kehilangan

elastisitasnya atau kelenturannya. Hal ini disebabkan oleh

perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon.

Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku karena itu

darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh

yang lebih sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya

tekanan darah, sehingga bila perubahan tersebut disertai faktor-

faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi

Hardiman, A (2006) menambahkan bahwa dengan

bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar

sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi,

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65 tahun.

2. Jenis Kelamin

Pada karakteristik jenis kelamin sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 (58,8%). Lintansari

(2012) mengungkapkan hipertensi pada wanita usia muda terbilang

rendah bukan berarti mereka dapat terlindungi selamanya dari

penyakit ini, ketika usia sudah memasuki 50 tahun, harus mulai

lebih waspada dengan ancaman penyakit yang kerap disebut silent

killer ini. Karena ketika wanita mulai mengalami masa menopause,

prevalensi hipertensi justru lebih banyak didominasi pada wanita.

Alamsyah, A. N., Soemardini, & Yudha, B. B (2012)

menambahkan bahwa wanita yang belum menopause dilindungi

oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar

High Density Lipoprotein (HDL). Kadar HDL yang tinggi

merupakan pelindung dalam mencegah terjadinya proses

aterosklerosis. Namun pada masa premenopause wanita mulai

kehilangan hormon estrogen sehingga pada usia diatas 45-55 tahun

prevalensi hipertensi pada wanita lebih tinggi.

Menurut Hardiman, A (2006) dalam penelitiannya bahwa

gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih

banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita,

dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik.

Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun,

setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita

meningkat.

b. Status berat badan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki status berat

badan gemuk sebanyak 29 (56,9%). Menurut Azwar, A (2004),

kegemukan merupakan salah satu risiko terjadinya penyakit

kardiovaskuler.

Anggraeni (2012) mengungkapkan bahwa berat badan harus

selalu dievaluasi dalam konteks riwayat berat badan yang meliputi

gaya hidup maupun status berat badan yang terakhir, penentuan

berat badan dilakukan dengan cara menimbang.

Sugondo (2006) menambahkan bahwa berat badan kurang

dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan

berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit

degenerative. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan

normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan

hidup yang lebih panjang.

c. Aktifitas fisik

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

menunjukan bahwa sebagian besar responden tidak melakukan

aktifitas fisik sebanyak 27 (52,9%). Thomas (2003) menjelaskan

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

bahwa aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan

energi dalam tubuh. Menurut Almatsier (2002), banyaknya energi

yang dibutuhkan tergantung pada berapa banyak otot yang

bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan.

Aktifitas fisik seperti olahraga mempunyai manfaat yang besar

karena dapat meningkatkan unsur-unsur kesegaran jasmani, yaitu

sistem jantung dan pernapasan, kelenturan sendi dan kekuatan otot

otot tertentu (Muliyati, H (2012)).

Menurut penelitian Sihombing, M (2010) menyatakan

bahwa kurang aktivitas fisik diketahui sebagai faktor risiko

berbagai penyakit tidak menular seperti hipertensi, jantung, stroke,

DM dan kanker. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur

seperti olahraga dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

menurunkan tekanan darah dan melatih otot jantung sehinggga

menjadi terbiasa bila jantung mendapat pekerjaan yang lebih berat

karena adanya kondisi tertentu.

Menurut Mukti, A.G. (2012), bahwa masyarakat sadar

bahwa dengan meningkatkan aktivitas fisik dengan cara latihan

fisik atau olahraga yang teratur dapat meningkatkan derajat

kesehatan. Tetapi masih banyak masyarakat belum paham bahwa

latihan fisik atau berolahraga yang baik, benar, terukur, dan teratur

akan meningkatkan kebugaran jasmani yang penting untuk

menjaga stamina tubuh.

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

d. Konsumsi garam

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

menunjukan bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi

garam secara banyak sebanyak 34 (66,7%). Widyaningrum, S.

(2012) menyatakan bahwa Masyarakat yang mengkonsumsi garam

yang tinggi dalam pola makannya juga adalah masyarakat dengan

tekanan darah yang meningkat seiring bertambahnya usia.

Sebaliknya, masyarakat yang konsumsi garamnya rendah

menunjukkan hanya mengalami peningkatan tekanan darah yang

sedikit, seiring dengan bertambahnya usia.

Mustamin (2010) menjelaskan bahwa asupan garam

(Natrium Chlorida) dapat meningkatkan tekanan darah. Menurut

Basri, (2003) dalam Mustamin. (2010), bahwa natrium jika

dikonsumsi lebih banyak akan meretensi lebih banyak air untuk

mempertahankan pengenceran elektolit, sehingga cairan intenstin

bisa terakumulasi dan volume plasma meningkat. Peningkatan

volume plasma dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah,

terutama bila fleksibilitas pembuluh darah menurun oleh

aterosklerosis

Sari, D. M. (2013) menambahkan bahwa asupan tinggi

natrium menyebabkan hipertropi sel adiposit akibat proses

lipogenik pada jaringan lemak putih, jika berlangsung terus

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

menerus akan menyebabkan penyempitan saluran pembuluh darah

oleh lemak dan berakibat pada peningkatan tekanan darah.

e. Manajemen stres

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

menunjukan bahwa sebagian besar responden tidak melakukan

manajemen stres sebanyak 28 (54,9%).

Qonitatin, N., Savitri, A.D., & Asih, G.Y. (2006)

menjelaskan bahwa, Stres dapat bersifat fisik, biologis dan

psikologis. Kuman kuman penyakit yang menyerang tubuh

manusia menimbulkan stres biologis yang menyebabkan berbagai

reaksi pertahanan tubuh. Sedangkan stres psikologis dapat

bersumber dari beberapa hal yang dapat menimbulkan gangguan

rasa sejahtera dan keseimbangan hidup. Stres sendiri dapat diatasi

dengan kemampuan individu dalam mengatur atau melakukan

manajemen stres.

Menurut Ide P. (2008) Manajemen stres bertujuan untuk

mengurangi kadar stres dengan cara belajar atau meminta bimbingan

orang lain agar dapat menghadapi masalah dan mengurangi

ketegangan dalam diri melalui berbagai macam teknik.

Prasetyorini. H.T (2012) menambahkan bahwa banyak hal

yang dapat dilakukan untuk mengelola stres salah satunya dengan

melakukan upaya peningkatan kekebalan stres dengan mengatur pola

hidup sehari-hari seperti makanan dan pergaulan.

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

Saat stres datang, lakukan cara-cara yang bisa membuat

tubuh relaks seperti melakukan latihan pernafasan, yoga, meditasi

dan latihan ringan lainya (Ramayulis, R (2010)).

f. Status tekanan darah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki status

tekanan darah tinggi sebanyak 32 (62,7%). Anggara, F.H., &

Prayitno, N. (2013) menjelaskan bahwa tekanan darah merupakan

faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau

penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di

dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi,

maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen,

karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Di lain pihak

fungsi organ-organ tubuh akan mengalami gangguan seperti

gangguan pada proses pembentukan air seni di dalam ginjal

ataupun pembentukan cairan cerebrospinalis dan lainnya.

Menurut Azwar, A (2004), Penyebab tekanan darah

meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung,

peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan

peningkatan volume aliran darah

Tekanan darah yang terus meningkat dalam jangka panjang

akan mengganggu fungsi endotel, yaitu sel-sel pelapis dinding

dalam pembuluh darah. Gangguan fungsi endotel ini menyebabkan

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

terbentuknya kerak-kerak (plak) yang dapat mempersempit liang

pembuluh darah koroner. (Pusat Promosi Kesehatan Perhimpunan

Hipertensi Indonesia, (2012))

2. Analisis bivariat

a. Hubungan status berat badan dengan status tekanan darah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

menunjukan bahwa hasil analisis diperoleh nilai P-value sebesar

0,012 (p<0,05), sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara

status berat badan dengan status tekanan darah. Dari hasil analisis

juga diperoleh nilai odss ratio sebesar 5,537, yang artinya

responden yang memiliki status berat badan gemuk mempunyai

resiko 5 kali lebih tinggi untuk mempunyai status tekanan darah

tinggi dibandingkan dengan yang status berat badanya normal. Hal

tersebut menunjukan bahwa berat badan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi status tekanan darah

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ferawati, T.F (2008), dalam penelitianya

menyatakan bahwa Ada hubungan secara bermakna antara indeks

massa tubuh dengan tekanan darah sistol dan diastol.

Pradono, J. (2007) dalam penelitiannya juga menyatakan

bahwa risiko terkena hipertensi dengan berat badan lebih,

berpeluang 2,3 kali dibandingkan dengan berat badan normal dan

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

kurus. Responden dengan berat badan lebih akan terjadi

penumpukan jaringan lemak, yang dapat menyebabkan

peningkatan resistensi pembuluh darah dalam meningkatkan kerja

jantung untuk dapat memompakan darah ke seluruh tubuh.

Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian Harahap,

H., Hardisyah, Setiawan, B. & Effendi, I. (2008) dengan judul

Hubungan indeks massa tubuh, jenis kelamin, usia, golongan darah

dan riwayat keturunan dengan tekanan darah pada pegawai negeri

sipil di Pekan Baru. Didapatkan nilai p value = 0,038 (p<0,05)

antara IMT dengan tekanan darah sistol, untuk setiap peningkatan

1 poin IMT akan meningkatkan tekanan darah sistol sebanyak

0,362 mmHg. maka secara statistik dinyatakan ada hubungan

antara IMT dengan tekanan darahs sistol.

Alamsyah, A.N., Soemardini, Yudha, B.B. (2012)

menambahkan bahwa semakin besar massa tubuh, semakin banyak

darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke

jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui

pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan

lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga

meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam

darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium

dan air. Tingginya natrium akan menyebabkan tubuh meretensi

cairan yang meningkatkan volume darah.

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

b. Hubungan aktifitas fisik dengan status tekanan darah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

menunjukan bahwa hasil analisis diperoleh nilai P-value sebesar

0,039 (p<0,05), sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara

aktifitas fisik dengan status tekanan darah. Dari hasil analisis juga

diperoleh nilai odss ratio sebesar 4,136 yang artinya responden

yang tidak melakukan aktifitas fisik mempunyai resiko 4 kali lebih

tinggi untuk mempunyai status tekanan darah tinggi dibandingkan

dengan yang melakukan aktifitas fisik. Hal tersebut menunjukan

bahwa aktifitas fisik merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi status tekanan darah

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Pranama, V.F. (2012), dalam penelitiannya yang

menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan

tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.

Hengli (2013) menyatakan bahwa kurangnya aktifitas fisik

meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan

risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga

cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi

sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap

kontraksi.

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian Muliyati,

H (2011) bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik dengan

kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di RSUP. Dr. Wahidin

Sudirohusodo”

Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai

frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot

jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin

keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan

yang dibebankan pada atreri (Zuraidah, 2012).

c. Hubungan konsumsi garam dengan status tekanan darah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

menunjukan bahwa hasil analisis diperoleh nilai P-value sebesar

0,010 (p<0,05), sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara

konsumsi garam dengan status tekanan darah. Dari hasil analisis

juga diperoleh nilai odss ratio sebesar 5,958 yang artinya

responden yang konsumsi garamnya banyak mempunyai resiko 6

kali lebih tinggi untuk mempunyai status tekanan darah tinggi

dibandingkan dengan yang konsumsi garam sedikit. Hal tersebut

menunjukan bahwa konsumsi garam merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi status tekanan darah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ariyanti, N.I (2005), dalam penelitiannya yang

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan natrium dengan

tekanan darah.

Adhyanti, Sirajuddin, S., & Jafar, N. (2012) menjelaskan

bahwa pengaruh asupan garam (natrium) terhadap timbulnya

hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah

jantung, dan tekanan darah. Konsumsi natrium yang berlebih

menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluer

meningkat. Untuk menormalkannya, cairan instraseluler ditarik

keluar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.

Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan

meningkatnya volume darah. Penelitian INTERSALT dalam

Nurifadah, C.S., & (2012) menambahkan bahwa penelitian yang

melibatkan lebih dari 10.000 subjek dari berbagai negara

menunjukan bahwa konsumsi garam berhubungan dengan tekanan

darah pada populasi dengan usia 25-55 tahun.

Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian

Anggraini, A.D., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., &

Siahaan, S.S. (2009) dengan judul Faktor faktor yang berhubungan

dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik

dewasa puskesmas Bangkinang periode Januari sampai Juni 2008.

Didapatkan nilai p value = 0,00 (p<0,05). maka dinyatakan ada

hubungan bermakna secara statistik antara pola asupan garam

dengan kejadian hipertensi.

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

d. Hubungan manajemen stres dengan status tekanan darah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

menunjukan bahwa hasil analisis diperoleh nilai P-value sebesar

0,022 (p<0,05), sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara

manajemen stress dengan status tekanan darah. Dari hasil analisis

juga diperoleh nilai odss ratio sebesar 4,767 yang artinya

responden yang tidak melakukan manajemen stres mempunyai

resiko 5 kali lebih tinggi untuk mempunyai status tekanan darah

tinggi dibandingkan dengan yang melakukan manajemen stres.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ariyanti, N.I (2005) dengan judul Pengaruh

manajemen stres terhadap regulasi tekanan darah pada penderita

hipertensi primer, dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa

ada hubungan antara manajemen stres dengan teknik meditasi,

bernapas relaksasi, dan aromaterapi dengan tekanan darah.

Menurut Prasetyorini H. T (2012), Salah satu penyebab

peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah stres.

Stres merupakan suatu tekanan fisik maupun psikis yang tidak

menyenangkan. Stres akan berdampak pada sistem organ tubuh

orang tersebut, salah satunya adalah peningkatan tekanan darah.

Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian

Muhlisin, A., & Laksono, R.A. (2011) bahwa ada hubungan antara

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

tingkat stres dengan kekambuhan pasien hipertensi di Puskesmas

Bendosari Sukoharjo.

Ramayulis, R (2010) menambahkan bahwa stres yang

berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekhawatiran

yang terus menerus. Akibatnya, tubuh akan melepaskan hormon

adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat

sehingga tekanan darah akan meningkat.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pelaksanaanya yaitu

dalam menetapkan jumlah konsumsi garam hanya dengan

menggunakan kuesioner dalam penentuan jumlah konsumsi garam.

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitianrepository.ump.ac.id/3566/5/Eko Setyo Wibowo BAB IV.pdf · Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian pada karakteristik responden berdasarkan

umur menunjukan hampir sebagian besar responden berumur 55-59

tahun sebanyak 24 (47,1%). Pada karakteristik jenis kelamin sebagian

besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 (58,8%)

2. Sebagian besar responden memiliki status berat badan gemuk sebanyak

29 (56,9%). Untuk aktifitas fisik, sebagian besar responden tidak

melakukan aktifitas fisik sebanyak 27 (52,9%). Untuk konsumsi

garam, sebagian besar responden mengkonsumsi garam secara banyak

sebanyak 34 (66,7%). Untuk manajemen stress, sebagian besar

responden tidak melakukan manajemen stress sebanyak 28 (54,9%).

Untuk status tekanan darah sebagian besar responden memiliki status

tekanan darah tinggi sebanyak 32 (62,7%)

3. Terdapat hubungan antara status berat badan dengan status tekanan

darah dengan nilai P-value 0,012.

69

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014