BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat...

30
51 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat Penelitian 1. Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang 1.1. Sejarah Rumah sakit Panti Wilasa Citarum adalah sebuah rumah sakit umum kelas madya (C) yang merupakan salah satu unit kerja dari Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum (YAKKUM), yayasan yang didirikan atas kerjasama antara Sinode Gereja Kristen Jawa dan Sinode Gereja Kristen Indonesia. Semula adalah Rumah Sakit Bersalin yang didirikan pada tahun 1950 di Jl.Dr.Cipto No.50 Semarang. Seiring dengan perkembangan pelayanan dan karena keterbatasan lahan, maka kemudian didirikan Rumah Bersalin Panti Wilasa di jalan Citarum No.98 Semarang, yang pada 5 Mei 1973 diresmikan dengan fasilitas pelayanan pemeriksaan dan perawatan Ibu dan Anak serta pelayanan persalinan, juga dilengkapi sekolah bidan. Pada tahun 1980, berubah status menjadi Rumah Sakit Umum dengan nama Rumah Sakit Panti Wilasa I sedangkan yang di Jl. Dr.Cipto menjadi Rumah Sakit Panti Wilasa II. Untuk

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat...

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Tempat Penelitian

1. Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

1.1. Sejarah

Rumah sakit Panti Wilasa Citarum adalah sebuah rumah

sakit umum kelas madya (C) yang merupakan salah satu unit kerja

dari Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum (YAKKUM), yayasan

yang didirikan atas kerjasama antara Sinode Gereja Kristen Jawa

dan Sinode Gereja Kristen Indonesia. Semula adalah Rumah Sakit

Bersalin yang didirikan pada tahun 1950 di Jl.Dr.Cipto No.50

Semarang.

Seiring dengan perkembangan pelayanan dan karena

keterbatasan lahan, maka kemudian didirikan Rumah Bersalin Panti

Wilasa di jalan Citarum No.98 Semarang, yang pada 5 Mei 1973

diresmikan dengan fasilitas pelayanan pemeriksaan dan perawatan

Ibu dan Anak serta pelayanan persalinan, juga dilengkapi sekolah

bidan.

Pada tahun 1980, berubah status menjadi Rumah Sakit

Umum dengan nama Rumah Sakit Panti Wilasa I sedangkan yang

di Jl. Dr.Cipto menjadi Rumah Sakit Panti Wilasa II. Untuk

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

52

menghilangkan kerancuan nama antara Rumah Sakit Panti Wilasa I

dan II, maka pada tahun 1995 Rumah Sakit Panti Wilasa I diganti

menjadi Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum, sedangkan Rumah

Sakit Panti Wilasa II menjadi Rumah Sakit Panti Wilasa dr.Cipto.

1.2. Visi-Misi

1.2.1. Visi

Visi Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum adalah : Rumah

Sakit yang profesional, aman, dipercaya dan penuh kasih.

1.2.2. Misi

Misi Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum adalah sebagai

berikut :

a. Peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu, holistik

dan aman untuk masyarakat kelas menengah, bawah tanpa

mengabaikan kelas atas.

b. Optimalisasi sumber daya manusia (SDM) yang

berkompeten dan berbudaya YAKKUM

c. Efisiensi dan akuntabilitas pengelolaan menuju

sustainabilitas dan pertumbuhan institusi

d. Membangun dukungan masyarakat dan kemitraan untuk

peningkatan jangkauan pelayanan serta advokasi pelayanan

kesehatan.

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

53

1.3. Sarana dan Prasarana

1.3.1. Pelayanan Rawat Jalan

Rumah Sakit Panti Wilasa memiliki berbagai macam klinik

dengan masing-masing dokter yang sesuai dengan kualifikasi dan

kompentensinya. Mulai dari Klinik Umum, Klinik Gigi dan berbagai

klinik spesialis meliputi : Klinik spesialis bedah (umum, tulang,

plastik dan rekonstruksi, tumor, saraf, digestif, urologi, mulut dan

thorax), klinik penyakit dalam, klinik spesialis penyakit kulit, klinik

spesialis kesehatan jiwa, klinik spesialis saraf, klinik spesialis mata,

klinik spesialis THT, klinik spesialis rehabilitasi medik, klinik

psikologi, klinik konsultasi gizi, klinik akupuntur, klinik ibu dan anak.

1.3.2. Pelayanan Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum memiliki Kapasitas 201

tempat tidur yang terdiri dari bangsal perawatan Anggrek,

Bougenvile, Cempaka, Dahlia dan Flamboyan, Peristi dan Ruang

Perawatan Intensif (ICU/HCU/PICU/NICU), Ruang Perawatan

dengan pengawasan khusus yang dibagi menjadi kelas VIP, 1A-B,

2A-B dan 3. Bed Occupacy Rate (BOR) atau jumlah hunian unit

rawat inap pada tahun 2011 sebanyak 70%. Bulan Januari – April

2012 meningkat menjadi 71%.

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

54

1.3.3. Unit Gawat Darurat

Unit gawat darurat dibuat dilengkapi dengan 2 kamar

tindakan bedah minor. Jumlah kunjungan pasien pada tahun 2011

di unit gawat darurat sebesar 6.680 kunjungan (66,8%). Pada bulan

Januari – April 2012 adalah 2.562 kunjungan (26,62%).

1.4. Jumlah Perawat

Jumlah perawat yang terdapat di Rumah Sakit Panti Wilasa

Citarum terdiri dari 130 orang perawat tetap pada tahun 2011 dan

meningkat menjadi 155 perawat pada tahun 2012, dan terdapat 10

orang perawat yang masih magang. Tingkat pendidikan D3

sebanyak 135 orang, S1 sebanyak 30 orang. Lama masa kerja

kurang dari 5 tahun 60 orang, lebih dari 5 tahun sebanyak 105

orang.

2. Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang

2.1. Visi-Misi dan Moto

2.1.1. Visi

“Rumah Sakit Bermutu Pilihan Masyarakat”. Makna Visi

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Rumah Sakit bermutu : sebagai rumah sakit yang mampu

memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar

pelayanan medis, keperawatan dan penunjang secara

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

55

professional untuk mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal bagi masyarakat.

b. Rumah Sakit Pilihan masyarakat : sebagai rumah sakit yang

mampu menjadi rujukan masyarakat yang memiliki

pelayanan yang berkualitas, penuh cinta kasih yang tulus,

hangat dan bersahabat.

2.2.2. Misi

Misi Rumah Sakit Panti Wilasa dr. Cipto Semarang adalah :

a. Meningkatkan nilai bagi steakholder

b. Menciptakan pengalaman bagi pelanggan

c. Meningkatkan sistem pelayanan

d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

e. Budaya cinta dan kasih dan bertanggung jawab sosial

2.2.3. Motto

Moto Rumah Sakit Panti Wilasa dr Cipto Semarang adalah

melayani dengan cinta kasih, mengutamakan kualitas pelayanan.

2.2. Sarana dan Prasarana

2.2.1. Unit Rawat Jalan

Rumah Sakit Panti Wilasa Dr Cipto Semarang memiliki

berbagai macam klinik dan dokter-dokter spesialis sesuai dengan

bidang kompetennya, antara lain adalah : Klinik Spesialis, Klinik

Umum, Klinik Alergi, Klinik Gigi, Klinik Akupuntur Medik, Klinik

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

56

Konsultasi Gizi, Klinik Rehabilitasi Medik, Klinik Ibu dan Anak (KIA)

dan Keluarga Berencana (KB), Pelayanan Khusus, Pelayanan

Secara Paket, dan Pelayanan Penunjang Medik.

2.2.2. Unit Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Wilasa dr.Cipto Semarang memiliki

kapasitas 180 tempat tidur yang terdiri pada dari bangsal Alpha,

Beta, Gamma, Delta, Etha, Familia dan Gracia, Helsa, Perinatologi,

IRIN (ICU/CCU/PICU/NICU/RU). Bed Occupacy Rate (BOR) atau

jumlah hunian unit rawat inap pada tahun 2011 sebanyak 60,65%.

Pada bulan Januari – April 2012 sebesar 67,43%.

2.2.3. Unit Gawat Darurat

Unit Gawat Darurat dilengkapi dengan empat ruang

tindakan yaitu : Triase, Resusitasi, Bedah dan Non Bedah. Jumlah

kunjungan pasien baru pada tahun 2011 di unit gawat darurat

sebesar 7.437 kunjungan (74,37%). Pada bulan Januari – April

2012 adalah 3.662 kunjungan (36,62%).

2.3. Jumlah Perawat

Jumlah tenaga perawat di Rumah Sakit dr.Cipto Semarang

pada tahun 2012 adalah sebanyak 151 orang.

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

57

B. Perhitungan Jumlah Tenaga Perawat

Jumlah Keseluruhan Perawat di Citarum = 155 orang

Jumlah Keseluruhan Perawat di dr Cipto = 151 orang

Jumlah Perawat Rawat Inap di Citarum = 116 orang

Jumlah Perawat Rawat Inap di dr Cipto = 92 orang

Jumlah Perawat UGD di Citarum = 12 orang

Jumlah Perawat UGD di dr Cipto = 13 orang

Jumlah Keseluruhan Tempat Tidur di Citarum = 201 buah

Jumlah Keseluruhan Tempat Tidur di dr Cipto = 180 buah

1. Perhitungan jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan

dihitung menggunakan rumus Peraturan Men.Kes.RI

No.262/Men.Kes/Per/VII/1979

Diketahui bahwa Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum dan

Rumah Sakit Panti Wilasa dr Cipto adalah rumah sakit yang sama-

sama bertipe C, jumlah perawat pada kedua rumah sakit tersebut

adalah sebanyak 306 orang perawat, dan tempat tidur yang

tersedia adalah 381 buah tempat tidur. Sedangkan, jumlah perawat

unit rawat inap yang tersedia adalah sebanyak 208 orang. Dari data

tersebut dapat disimpulkan diperlukan 173 orang perawat (381

tempat – 208 orang perawat =173) lagi untuk melengkapi jumlah

tempat tidur yang terdapat pada kedua rumah sakit tersebut agar

jumlah perawat sama dengan jumlah tempat tidur yang tersedia

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

58

(perbandingan untuk rumah sakit tipe C adalah 1 tempat tidur : 1

perawat).

C. Gambaran Umum Responden Penelitian

Penelitian dilakukan pada perawat unit rawat inap dan

perawat unit gawat darurat yang bekerja di Rumah Sakit Panti

Wilasa Citarum dan Rumah Sakit Panti Wilasa dr Cipto, Semarang.

Didapatkan 306 orang perawat tetap yang bekerja di kedua rumah

sakit ini pada tahun 2012 yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi

dan kriteria eksklusi. Peneliti menggunakan purposive sampling

sehingga memutuskan untuk mengambil sampel perawat unit rawat

inap dan perawat unit gawat darurat pada tahun 2012. Pengambilan

Sampel menggunakan rumus dari Notoadmodjo (2002), yaitu :

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁 (0,1)2

Dari hasil perhitungan diatas mendapatkan hasil 75,3 yang

dibulatkan menjadi 75 responden. Tetapi berdasarkan

pertimbangan peneliti sesuai dengan jumlah perawat yang

disesuaikan dengan kebutuhan pasien pada setiap unit layanan,

maka besar sampel yang di ambil sebanyak 50 orang yang terdiri

dari 25 perawat unit gawat darurat dan 25 perawat unit rawat inap.

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

59

D. Karakteristik Responden Penelitian

1. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Total Responden dengan jenis kelamin laki-laki dan

perempuan dapat dilihat pada tabel 4 dan 5 berikut :

Tabel 4 : Persentasi Responden Menurut Jenis Kelamin

Di Unit Rawat Inap

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-Laki 2 8%

Perempuan 23 92 %

Total 25 100 %

Tabel 5 :

Persentasi Responden Menurut Jenis Kelamin Di Unit Gawat Darurat

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-Laki 5 20%

Perempuan 20 80 %

Total 25 100 %

Pada kedua tabel diatas terlihat jelas bahwa pada unit rawat

inap dan unit gawat darurat responden berjenis kelamin perempuan

lebih banyak dibandingkan dengan responden laki-laki, yakni pada

unit rawat inap terdapat 2 orang (8%) responden laki-laki dan 23

orang (92%) responden perempuan. Sedangkan di unit gawat

darurat 5 orang (20%) responden laki-laki dan 20 orang (80%)

responden perempuan.

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

60

2. Karakteristik Responden Menurut Usia

Dari data usia responden, diketahui bahwa usia termuda

adalah 24 tahun dan usia tertua adalah 55 tahun. Persentase

responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 6 dan 7

berikut :

Tabel 6 : Responden Menurut Usia Di Unit Rawat Inap

Rentang Usia Jumlah %

24 – 30 tahun 11 44%

31 - 40 tahun 8 32 %

41 – 55 tahun 6 24%

Total 25 100 %

Pada tabel 6 terlihat bahwa pada unit rawat inap usia

responden yang dominan adalah rentang usia antara 24-30 tahun

dengan jumlah sebanyak 11 orang (44%), selanjutnya adalah

rentang usia 31-40 tahun sebanyak 8 orang (32%), dan yang

terakhir adalah rentang usia 41 – 55 tahun sebanyak 6 orang

(24%).

Tabel 7 : Responden Menurut Usia Di Unit Gawat Darurat

Rentang Usia Jumlah %

24 – 30 tahun 10 40%

31 - 40 tahun 13 52 %

41 – 55 tahun 2 8%

Total 25 100 %

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

61

Pada tabel 7 terlihat bahwa pada unit rawat inap usia

responden yang dominan adalah rentang usia antara 31-40 tahun

tahun dengan jumlah sebanyak 13 orang (52%), selanjutnya adalah

rentang usia 24-30 tahun sebanyak 10 orang (40%), dan yang

terakhir adalah rentang usia 41 – 55 tahun sebanyak 2 orang (8%).

3. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Total Responden berdasarkan tingkat pendidikan

dapat dilihat pada tabel 8 dan 9 berikut :

Tabel 8 Persentasi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Di Unit Rawat Inap

Tingkat Pendidikan Jumlah %

D3 23 92 %

S1 2 8 %

Total 25 100 %

Tabel 9 Persentasi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Di Unit Gawat Darurat

Tingkat Pendidikan Jumlah %

D3 22 88 %

S1 3 12 %

Total 25 100 %

Pada kedua tabel diatas terlihat jelas bahwa pada unit rawat

inap dan unit gawat darurat responden dengan tingkat pendidikan

D3 Keperawatan lebih banyak dibandingkan dengan S1

Keperawatan, yakni pada unit rawat inap terdapat 2 orang (8%)

responden dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan dan 23

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

62

orang (92%) responden dengan tingkat pendidikan D3

Keperawatan. Sedangkan di unit gawat darurat 3 orang (12%)

responden dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan dan 22

orang (88%) responden dengan tingkat D3 Keperawatan.

4. Karateristik Responden Menurut Masa Kerja

Total responden menurut masa kerja dapat dilihat pada

tabel 10 dan 11 berikut ini :

Tabel 10 : Persentasi Responden Menurut Masa Kerja

Di Unit Rawat Inap

Masa Kerja Jumlah %

1 – 5 tahun 10 40%

> 5 – 10 tahun 5 20 %

> 10 tahun 10 40%

Total 25 100 %

Pada tabel 10 terlihat bahwa pada unit rawat inap jumlah

responden dengan masa kerja 1 – 5 tahun dan > 10 tahun memiliki

jumlah yang sama yaitu masing-masing masa kerja 10 orang (40%)

sedangkan masa kerja > 5 – 10 tahun sebanyak 5 orang (20%).

Tabel 11 : Persentasi Responden Menurut Masa Kerja

Di Unit Gawat Darurat

Masa Kerja Jumlah %

1 – 5 tahun 7 28 %

5 – 10 tahun 7 28 %

> 10 tahun 11 44 %

Total 25 100 %

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

63

Pada tabel 11 terlihat bahwa responden dengan masa kerja

> 10 tahun lebih banyak yaitu 11 orang (44%) dibandingkan dengan

rentang masa kerja lain yang memiliki jumlah yang sama.

E. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Penelitian

a. Penyusunan alat ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket

stres kerja perawat yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang

dikemukakan Beehr dan Newman (1978) yang meliputi aspek

gejala fisik, apek gejala psikis dan aspek gejala perilaku.

1. Gejala Fisik, seperti : Detak jantung meningkat, Timbulnya

gangguan perut, Kelelahan fisik, Timbulnya masalah

pernapasan, Keringat berlebihan, Gangguan kulit, Sakit kepala,

Ketegangan otot, dan Gangguan tidur.

2. Gejala psikologi, seperti : Kecemasan, ketegangan,

kebigungan dan mudah tersinggung, Perasaan frustasi, marah

dan kesal, Emosi menjadi sensitif dan hiperaktif, Perasaan

tertekan, Kemampuan berkomunikasi efektif menjadi

berkurang, Menarik diri dan depresi, Perasaan terisolir dan

terasing, Kebosanan dan ketidakpuasan dalam bekerja,

Kelelahan mental dan menurunnya fungsi intelektual,

Kehilangan konsentrasi, Kesulitan membuat keputusan,

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

64

Kehilangan spontanitas dan kreativitas, dan Menurunnya harga

diri.

3. Gejala perilaku, seperti : Bermalas-malasan dan menghindari

pekerjaan, Kinerja dan produktivitas kerja menurun,

Meningkatnya ketergantungan pada alkohol, obat penenang,

Melakukan sabotase pekerjaan, Makan berlebihan sebagai

pelarian, Kehilangan selera makan, menurunnya berat badan,

Meningkatnya perilaku beresiko tinggi, Agresif, brutal dan

mencuri, Hubungan yang tidak harmonis dengan teman dan

keluarga, dan Kecenderungan melakukan bunuh diri.

Angket ini terdiri dari dua kelompok item yang berbentuk

pernyataan yang mendukung (favorable) dan yang tidak

mendukung (unfavorable). Skoring untuk skala ini didasarkan pada

alternatif jawaban model skala Likert. Kategori yang disediakan ada

empat, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan

Sangat Tidak Setuju (STS). Sebaran Itemnya adalah sebagai

berikut :

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

65

Tabel 12 Sebaran Item Angket Stres Kerja Perawat

NO

ASPEK

ITEM

Jumlah Favorable Unfavorable

1 Gejala Psikologis 1, 5, 10, 15,

25, 30, 32, 37,

43

3, 6, 12, 18,

22, 35, 38,

41, 44, 49

19

2 Gejala Fisik 2, 7, 11, 19,

29, 39, 45, 50

9, 14, 16, 21,

26, 33, 47

15

3 Gejala Perilaku 4, 13, 20, 23,

28, 36, 40, 48

8, 17, 24, 27,

31, 34, 42, 46

16

Jumlah 25 25 50

b. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur digunakan untuk menguji validitas dan

reliabilitas skala supaya hasil pengukuran yang diperoleh dapat

pertanggungjawabkan.Sebelum melakukan penelitian, peneliti juga

melakukan uji coba bahasa. Uji coba bahasa yang dimaksudkan

adalah angket stres kerja diberikan kepada beberapa perawat untuk

mengetahui apakah item-item pernyataan yang terdapat dalam

angket tersebut dapat dipahami oleh responden yang nantinya akan

diteliti. Hasil uji coba bahasa ini didapatkan responden memahami

pernyataan yang terdapat dalam angket tersebut. Selain Uji coba

bahasa, uji coba lain yang dilaksanakan adalah uji validitas yang

dilaksanakan pada tanggal 23 – 28 Mei 2012 dan tanggal 20-25

Juni 2012, dengan menggunakan try out terpakai. Try Out terpakai

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

66

adalah subjek yang diuji cobakan digunakan sekaligus dalam

penelitian guna menghemat waktu, tenaga dan biaya (Hadi, 2000).

c. Perijinan Penelitian

Setelah mendapat surat perijinan penelitian dari fakultas

pada tanggal 2 Mei 2012 untuk melakukan penelitian di Rumah

Sakit Panti Wilasa Citarum, pada tanggal 8 Mei 2012 peneliti

memasukan surat penelitian tersebut ke bagian diklat di Rumah

Sakit Panti Wilasa Citarum. Seminggu setelah memasukkan surat

penelitian tersebut peneliti kembali untuk menanyakan kepada

bagian diklat kapan peneliti dapat melakukan penelitian dan karena

bagian perawatan rumah sakit tersebut masih sibuk untuk

persiapan seminar, jadi penelitian ditunda sampai tanggal 23 Mei

2012. Tanggal 23 Mei 2012 setelah mendapat persetujuan untuk

melakukan penelitian, dan setelah berdiskusi dengan bagian

perawatan Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum, peneliti kemudian

membagikan angket kepada responden dan pada tanggal 28 mei

2012 angket di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum dikumpulkan.

Setelah Peneliti mengumpulkan angket di Rumah Sakit

Panti Wilasa Citarum, peneliti kemudian pada hari itu juga, 28 Mei

2012 peneliti mengantarkan surat untuk melakukan validitas dan

penelitian ke bagian diklat Rumah Sakit Panti Wilasa Dr.Cipto

Semarang. Setelah surat penelitian di rumah sakit dr Cipto

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

67

diberikan pada tanggal 20 Juni 2012, maka pada hari itu juga

peneliti langsung menyebarkan angket dan angket dikumpulkan

kembali pada tanggal 25 Juni 2012.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di dua rumah sakit. Rumah sakit yang

pertama adalah rumah sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, yang

dilakukan pada bulan mei 2012, sedangkan rumah sakit yang

kedua adalah Rumah Sakit Panti Wilasa Dr.Cipto Semarang yang

dilakukan pada bulan juni 2012. Alasan peneliti memilih dua rumah

sakit ini sebagai tempat penelitian adalah :

1. Merupakan rumah sakit kerjasama dengan Fakultas llmu

Kesehatan – Universitas Kristen Satya Wacana

2. Karena kedua rumah sakit tersebut memiliki tipe yang

sama dan berada dalam satu yayasan YAKKUM, terletak

di kota Semarang sehingga mudah dijangkau oleh peneliti.

3. Kendala Yang Dihadapi Selama Penelitian

Kendala yang penulis hadapi selama penelitian dilakukan

adalah terdapat sebagaian waktu untuk pengambilan kusioner yang

kadang tidak sesuai dengan kesepakatan antara penulis dan

responden sehingga membuat penulis harus menunggu selama

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

68

beberapa hari lagi untuk pengambilan kuisioner dari waktu yang

telah ditentukan.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Uji Validitas

Peneliti menggunakan uji validitas berdasarkan rumus pearson

product moment. Parameter hasil dari r adalah besarnya koefisien

korelasi pearson product moment antara 0,0 – 1. Dikatakan valid

bila r hitung > dari r tabel atau dengan melihat nilai p value < dari

0,05. Acuan yang digunakan sebagai dasar untuk memilih item

yang valid menggunakan pemilihan item total yang menggunakan r

hitung > dari r tabel (Riyanto, 2010). Setelah dilakukan dua kali

perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 16.00

terdapat 18 item yang gugur dari 50 item pernyataan yang diuji,

sehingga hanya 32 item yang dapat digunakan. Item valid dan

gugur dari angket stres kerja perawat dapat dilihat pada tabel 13

berikut ini.

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

69

Tabel 13 : Sebaran Item Valid dan Gugur Tingkat Stres Kerja Perawat

NO

ASPEK

ITEM Jumlah Item

Favorable Unfavorable Valid Gugur

1 Gejala

Psikologis

1, 5, 10, 15,

25*, 30, 32,

37*, 43

3*, 6, 12, 18,

22, 35*, 38,

41, 44, 49*

14 5

2 Gejala Fisik 2, 7*, 11*,

19, 29, 39*,

45, 50

9, 14, 16,

21*, 26*,

33*, 47*

8 7

3 Gejala

Perilaku

4, 13, 20,

23*, 28, 36*,

40, 48

8, 17, 24*,

27, 31*, 34*,

42, 46*

10 6

Jumlah 50 32 18

Ket : Angka yang di tebalkan dan diberi tanda * adalah item yang gugur

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik Alpha Cronbach, dengan menggunakan standar reliabilitas

oleh Azwar (2002), yaitu :

< 0,7 : Tidak reliabel

0,7 ≤ < 0,8 : Cukup Reliabel

0,8 ≤ < 0,9 : Reliabel

0,9 ≤ < 1.0 : Sangat Reliabel

Hasil perhitungan dari 32 item tingkat stres kerja perawat

yang masuk dalam item valid dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

70

Tabel 14 Hasil Perhitungan Reliabilitas Kuisioner Tingkat Stres Kerja

Perawat

Kuisioner Koefisien Reliabilitas Kategori

Tingkat Stres Kerja Perawat

0, 919 Sangat Reliabel

Sesuai dengan standart reliabilitas menurut Azwar (2002),

maka pada tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kuisioner

tingkat stres kerja perawat ini reliabel dengan kategori yang sangat

baik yaitu : 0,919.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk melihat apakah bentuk

sebaran dari skor responden normal atau tidak. Dalam penelitian ini

pengujian normalitas dilakukan terhadap distribusi jumlah skor

tingkat stres kerja pada perawat unit rawat inap dan perawat unit

gawat darurat, aturan yang digunakan untuk mengetahui normal

atau tidaknya data adalah p > 0,05 maka sebaran normal dan jika p

< 0,05 maka sebaran data tidak normal. Untuk uji kenormalan

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov - Smirnov karena

terdapat sampel sebanyak 50 orang (Dahlan, 2008).

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai Kolmogorov-

Sminorv untuk sampel perawat unit rawat inap dihasilkan data Z =

1,683 (p > 0,05) dan signifikansi untuk sampel perawat unit gawat

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

71

darurat dihasilkan data Z = 1,418 (p > 0,05). Dengan melihat aturan

yang telah dikemukakan diatas, maka didapat signifikansi dari

masing-masing kelompok tersebut > dari 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa kedua jenis data berdistribusi normal. Adapun

hasil uji normalitas datanya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15 Uji Normalitas Data Tingkat Stres Perawat Unit Rawat

Inap dan Perawat Unit Gawat Darurat

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Perawat Unit

R.Inap

Perawat

UGD

N 25 25

Normal

Parametersa

Mean 3.64 4.04

Std.

Deviation

.569 .676

Most Extreme

Differences

Absolute .337 .284

Positive .270 .284

Negative -.337 -.276

Kolmogorov-Smirnov Z 1.683 1.418

Asymp. Sig. (2-tailed) .007 .036

a. Test distribution is Normal.

4. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji

apakah sampel tingkat stres kerja perawat bersifat homogen.

Berdasarkan uji homogenitas diketahui bahwa nilai signifikansi

sampel perawat unit rawat inap dan perawat unit gawat darurat

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

72

sebesar 0,634. Karena Signifikansi 0,634 > 0,05 sehingga dapat

ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini bersifat homogen

atau memiliki varians yang sama.

G. Hasil Analisa Deskriptif

Untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat stres kerja pada

perawat unit rawat inap dan perawat unit gawat darurat digunakan

lima kategori, yakni: sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat

rendah. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur variabel ini

adalah 32 item, maka skor yang mungkin diperoleh bergerak dari

32 sampai 128 (32x4). Adapun rumus yang digunakan untuk

mencari rentang skor adalah sebagai berikut:

𝑖 =skor tertinggi − skor terendah

banyaknya kategori

𝑖 =128 − 32

5

𝑖 =96

5

𝑖 = 19,2

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat ditemukan

kategori sebagai berikut :

Sangat Tinggi : 108,8 ≤ x ≥ 128

Tinggi : 89,6 ≤ x > 108,8

Cukup : 70,4 ≤ x > 89,6

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

73

Rendah : 51,2 ≤ x > 70,4

Sangat Rendah : 32 ≤ x > 51,2

Hasil kategorisasi tingkat stres kerja perawat unit rawat inap

dan perawat unit darurat dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 16 Deskripsi Pengukuran Stres Kerja Perawat

Unit Rawat Inap dan Unit Gawat Darurat

No Rentang

Skor Kategori

N Persentase %

Mean

R.Inap UGD R.Inap UGD R.Inap UGD

1 108,8≤ x ≥128

Sangat tinggi

0 0 0% 0%

66,72

60,04

2 89,6≤ x >108,8

Tinggi 0 0 0% 0%

3 70,4≤ x >89,6

Cukup 10 5 40% 20%

4 51,2≤ x >70,4

Rendah 14 14 56% 56%

5 32≤ x >51,2

Sangat Rendah

1 6 4% 24%

Total 25 25 100% 100%

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa tingkat stres

perawat unit rawat inap dan perawat unit gawat darurat memiliki

persentase terbesar yang sama pada kategori rendah dengan

jumlah perawat adalah masing-masing 14 responden (56%). Selain

itu juga dapat dilihat juga bahwa tidak ada perawat unit rawat inap

dan unit gawat darurat yang memiliki kategori sangat tinggi dan

tinggi. Pada unit rawat inap terdapat 10 responden (40%) memiliki

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

74

kategori cukup dan pada perawat unit gawat darurat terdapat 5

responden (20%) yang juga memiliki kategori cukup. Sedangkan, 1

responden (4%) pada unit rawat inap memiliki kategori sangat

rendah dan 6 responden (24%) yang juga memiliki kategori sangat

rendah. Pada tabel juga terlihat bahwa mean perawat unit rawat

inap 66,72 lebih besar dibandingkan mean perawat unit gawat

darurat, yaitu 60,04.

H. Uji Hipotesis

T-test independent sample digunakan untuk mengetahui

perbedaan nilai rata-rata antara satu kelompok dengan kelompok

yang lain, dimana antara satu kelompok dengan kelompok yang lain

tidak saling berhubungan. Untuk melakukan pengujian ini maka

sebaran data harus berdistribusi normal (Riwidikdo, 2010).

T-test menunjukkan nilai uji beda t-tes dibaca berdasarkan

equal variance assumed, diperoleh nilai t sebesar 2,265 ( > dari t

tabel) dan p value 0,028 (p < 0,05), mean perawat unit rawat inap

adalah 4,04 dengan standar deviasi 0,676, sedangkan perawat unit

gawat darurat adalah 3,64 dengan standar deviasi 0,569. Hasil

tersebut berarti bahwa H1 diterima dan H0 ditolak atau dengan kata

lain terdapat perbedaan tingkat stres kerja antara perawat unit

rawat inap dan perawat unit gawat darurat, yakni perawat unit rawat

inap memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

75

perawat unit gawat darurat. Hasil uji t-tes dapat dlihat pada tabel

berikut :

Tabel 17 Hasil T-tes Tingkat Stres Kerja Perawat Unit Rawat Inap

dan Perawat Unit Gawat Darurat

Tingkat Stres Kerja Perawat

Mean SD SE N P Value

t

Perawat Unit Rawat Inap

4,04 0,676 0,135 25 0,028

2,265

Perawat Unit Gawat Darurat

3,64 0,569 0,114 25

I. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara tingkat stres kerja perawat unit

rawat inap dan perawat unit gawat darurat. Perawat unit rawat inap

memiliki tingkat stres kerja yang lebih besar dibandingkan dengan

perawat unit gawat darurat di rumah sakit Panti Wilasa Citarum dan

dr Cipto, Semarang.

Menurut peneliti, kemungkinan alasan yang

melatarbelakangi perawat unit rawat inap memiliki tingkat stres

kerja yang lebih besar dari perawat unit gawat darurat pada kedua

rumah sakit tersebut adalah karena perawat unit rawat inap

melakukan rutinitas yang cenderung sama tiap hari, perawat yang

bertugas sedikit, kondisi kerja tidak kondusif dan rekan kerja yang

tidak dapat berkerja sama dengan baik. Selain itu pula, di bagian

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

76

rawat inap seorang perawat seharusnya ada di samping pasien

setiap saat, apalagi jika pasien yang memerlukan observasi terus-

menerus. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Hudak

dan Gallo (1997) menyatakan bahwa sumber dari stres perawat

adalah pekerjaan yang di ulang-ulang. Sedangkan, menurut

Abraham & Shanley, (dalam Sunaryo, 2004) Lima sumber stres

kerja perawat secara umum adalah beban kerja berlebih, kesulitan

berhubungan dengan staf lain, kesulitan merawat pasien kritis,

berurusan dengan pengobatan dan perawatan pasien serta

kegagalan merawat pasien.

Alasan kedua adalah berdasarkan karakteristik responden

menurut masa kerja pada perawat unit rawat inap memiliki

dominan masa kerja yang sama antara perawat 1-5 tahun dan > 10

tahun sebesar 40% sedangkan pada perawat unit gawat darurat

masa kerja yang dominan adalah > dari 10 tahun sebanyak 44%

dan yang memiliki masa kerja 1-5 tahun lebih sedikit dibandingkan

perawat unit rawat inap yaitu 28%. Menurut peneliti, lamanya

seorang perawat bekerja pada sebuah institusi rumah sakit

memberikan banyak pengalaman yang membuat perawat lebih

tenang dalam menghadapi persoalan yang terjadi, salah satunya

stres kerja, semakin kecil pengalaman yang dimiliki seseorang

semakin pula orang tersebut merasakan ketakutan atas pekerjaan

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

77

yang baru dimilikinya. Menurut, Sokoco (2001) pengaruh antara

masa kerja terhadap stres kerja tenaga kerja yaitu semakin lama

masa kerja, maka semakin menurun tingkat stres kerja karena

tenaga kerja sudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

pekerjaannya.

Usia merupakan alasan ketiga yang dapat menjadi salah

satu faktor yang menyebabkan perawat unit rawat inap memiliki

tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan perawat unit gawat

darurat. Menurut karateristik responden menurut usia perawat unit

rawat inap memiliki 44% perawat yang berumur 24-30 tahun

sedangkan perawat unit gawat darurat memiliki 52% perawat yang

berumur 31-40 tahun. Menurut Hartono, dkk (2005) usia 31-40

tahun merupakan usia yang produktif. Usia ini akan mempengaruhi

seseorang untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik sehingga

seseorang tidak mudah mengalami stres kerja.

Alasan keempat yang menjadi kemungkinan perawat unit

rawat inap memiliki tingkat stres kerja yang lebih tinggi

dibandingkan perawat unit gawat darurat didasarkan pada

perhitungan perkiraan jumlah tenaga perawat. Realita jumlah

perawat unit rawat inap yang tersedia pada kedua rumah sakit

tersebut hanya 208 orang perawat dan jika bandingkan dengan

jumlah tempat tidur yang tersedia sebanyak 381 buah, maka pada

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

78

kedua rumah sakit tersebut masih memerlukan 173 orang perawat

lagi agar sebanding dengan tempat tidur yang tersedia pada kedua

rumah sakit tersebut. Hal tersebut berarti, pada kedua rumah sakit

tersebut beban kerja yang dimiliki oleh perawat unit rawat inap

menjadi lebih besar. Menurut Jauhari (dalam Prihatini, 2007)

standar beban kerja perawat senantiasa harus sesuai dengan

asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan pasien dan

untuk menghasilkan pelayanan yang efektif dan efisien harus

diusahakan kesesuaian antara ketersediaan tenaga perawat

dengan beban kerja yang ada. Restiaty, dkk (dalam Prihatini, 2007)

menambahkan juga bahwa semakin berat beban kerja di tempat

kerja maka semakin tinggi pula stres kerja yang akan dimiliki.

Berdasarkan tabel deskripsi pengukuran tingkat stres kerja

perawat terlihat bahwa tingkat stres perawat unit rawat inap dan

perawat unit gawat darurat memiliki persentase terbesar yang sama

pada kategori rendah dengan jumlah perawat adalah masing-

masing 14 responden (56%). Selain itu juga dapat dilihat juga

bahwa tidak ada perawat unit rawat inap dan unit gawat darurat

yang memiliki kategori sangat tinggi dan tinggi. Pada unit rawat inap

terdapat 10 responden (40%) memiliki kategori cukup dan pada

perawat unit gawat darurat terdapat 5 responden (20%) yang juga

memiliki kategori cukup. Sedangkan, 1 responden (4%) pada unit

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

79

rawat inap memiliki kategori sangat rendah dan 6 responden (24%)

yang juga memiliki kategori sangat rendah. Hal tersebut berarti

kedua perawat tesebut memiliki tingkat perawat yang rendah,

namun bukan berarti tidak memiliki stres kerja. Selye (dalam

Hartono, dkk) menyatakan bahwa stres adalah bumbu kehidupan

dan setiap orang pasti mengalami stres. Oleh karena itu tidak ada

stres sama sekali berarti kematian (Keliat, 1999).

Pada latar belakang masalah penulis berasumsi bahwa

tingkat stres kerja perawat unit gawat darurat lebih tinggi

dibandingkan perawat unit rawat inap, namun hasil penelitian

menunjukan bahwa perawat unit rawat inap memiliki tingkat stres

kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan perawat unit gawat

darurat. Menurut peneliti hal tesebut dapat terkait dengan faktor-

faktor yang berhubungan dengan tingkat kunjungan di unit gawat

darurat yang mungkin lebih sedikit dibandingkan dengan perawat

unit rawat inap pada bulan Januari - April 2012 pada kedua rumah

sakit tersebut, yaitu jumlah hunian di Rumah Sakit Panti Wilasa

Citarum bulan Januari – April 2012 sebesar 71 %, Rumah Sakit

Panti Wilasa dr. Cipto sebesar 67,43%, sedangkan kunjungan unit

gawat darurat pada bulan Januari - April 2012 di Rumah Sakit Panti

Wilasa Citarum sebesar 25,62%, dan di Rumah Sakit Panti Wilasa

dr Cipto sebesar 36,62%. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2962/5/T1_462008011_BAB I… · Sejarah . Rumah sakit Panti ... Klinik Gigi dan berbagai

80

pada bulan Januari – April 2012 beban kerja perawat unit rawat

inap lebih besar dibandingkan perawat unit gawat darurat, sehingga

dapat menimbulkan stres kerja rawat inap lebih tinggi di bandingkan

perawat unit gawat darurat. Menurut Prihatini (2007) menyatakan

bahwa beban kerja yang berlebihan akan menimbulkan kelelahan

baik fisik atau mental dan reaksi-reaksi emosional, gangguan

pencernaan, sakit kepala dan mudah marah.

Selain beban kerja, lingkungan kerja juga merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi tingkat stres kerja perawat.

Menurut Krisanty,dkk (2009) perawat yang bekerja di ruang gawat

darurat membutuhkan penanganan cepat dan tepat, kerja yang

terus-menerus, jumlah pasien yang relatif banyak, mobilitas tinggi,

alat-alat modern dan kondisi keluarga dapat menimbulkan stres

yang tinggi sehingga mengakibatkan kerja perawat dan tim

kesehatan lainnya tidak lancar. Namun, menurut Lazarus dan

Folkman dalam Prasetya (2008) menyatakan bahwa seseorang

dikatakan akan mendapatkan stres kerja apabila hari-harinya lebih

banyak terisi hal-hal yang menjengkelkan dibandingkan hal-hal

yang menyenangkan. Menurut Prasetya (2008) kemampuan

seseorang untuk mengembangkan sikap positif dapat membantu

diri sendiri untuk mengatasi masalah dan menghindarkan dirinya

dari stres yang berkepanjangan.