BAB IV GA JDI

90
BAB IV RENCANA TEKNIS PELAKSANAAN PKERJAAN 4.1. Uraian Umum Rencana Kerja pelaksanaan wajib dibuat Kontraktor untuk mendapat persetujuan pemimpin proyek selambat- lambatnya satu minggu setelah SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja ) dikeluarkan. Sebelum Kontraktor memulai pelaksanaan pekerjaan harus mengadakan penelitian antara lain : 1. Lapangan atau lokasi yang akan didirikan bangunan. 2. Gambar-gambar dan perubahannya secara menyeluruh beserta RKS-nya. 3. Penjelasan-penjelasan yang tertuang dalam berita acara Aanwijzing. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor harus sesuai dengan : 1. RKS dan gambar-gambar detail untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan. 2. RKS dan segala perubahannya yang tercantum dalam Berita Acara Aanwijzing. 3. Petunjuk-petunjuk dari pemilik Proyek dan Konsultan Pengawas. Pekerjaan-pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh kontraktor agar dalam pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami kesulitan-kesulitan yang nantinya akan merugikan pihak kontraktor itu sendiri. Berikut ini 4-1

Transcript of BAB IV GA JDI

Page 1: BAB IV GA JDI

BAB IV

RENCANA TEKNIS PELAKSANAAN PKERJAAN

4.1. Uraian Umum

Rencana Kerja pelaksanaan wajib dibuat Kontraktor untuk mendapat

persetujuan pemimpin proyek selambat-lambatnya satu minggu setelah SPMK

(Surat Perintah Mulai Kerja ) dikeluarkan. Sebelum Kontraktor memulai

pelaksanaan pekerjaan harus mengadakan penelitian antara lain :

1. Lapangan atau lokasi yang akan didirikan bangunan.

2. Gambar-gambar dan perubahannya secara menyeluruh beserta RKS-nya.

3. Penjelasan-penjelasan yang tertuang dalam berita acara Aanwijzing.

Pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor harus sesuai dengan :

1. RKS dan gambar-gambar detail untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan.

2. RKS dan segala perubahannya yang tercantum dalam Berita Acara

Aanwijzing.

3. Petunjuk-petunjuk dari pemilik Proyek dan Konsultan Pengawas.

Pekerjaan-pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh kontraktor agar dalam

pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami kesulitan-kesulitan yang nantinya akan

merugikan pihak kontraktor itu sendiri. Berikut ini akan disampaikan beberapa

item pekerjaan dari Proyek Pembangunan Struktur Gedung Kantor Pusat

Pengendalian dan Operasional Semarang.

4.2. Rencana Persiapan Site Plan dan Tenaga Kerja

4.2.1. Rencana Tata Letak atau Site Plan

Dalam suatu pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan, tata letak

bangunan sementara (direksi keet, gudang, barak kerja, pos jaga dll) harus

dipertimbangkan dengan kondisi sekitar agar tidak mengganggu jalannya

pekerjaan. Pada pelaksanaan pembangunan Gedung STAIN ini, bersamaan

dengan pelaksanaan pembangunan gedung sarana dan prasarana yang lainnya,

sehingga untuk penggunaan bangunan sementara juga digunakan secara

bersamaan. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka tata letak bangunan

sementara dapat digambarkan sebagai berikut :

4-1

Page 2: BAB IV GA JDI

D

C

E A B

4-2

Keterangan :

A. Pembangunan

Gedung Kantor

PUSDALOPS

B. Kantor Direktorat

Jendral Pajak

C. Sekretariat Badan

Penanggulangan

Bencana Daerah

D. Lahan Kosong

E. Rumah Penduduk

Gambar 4.1 Site Plan Proyek

3.2.2 Rencana Tenaga Kerja

Untuk tenaga kerja pada proyek Pembangunan Gedung P ini, maka

berdasarkan statusnya, tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan proyek

ini, terdapat beberapa kelompok antara lain:

a) Tenaga Kerja Tetap

Tenaga kerja yang memperoleh gaji bulanan dari perusahaan tempatnya

bekerja dan dapat upah lembur apabila bekerja di luar jam kerja yang

ditentukan.

b) Tenaga Kerja Kontrak / Tenaga Borongan

Tenaga Kerja yang yang diperlukan untuk mengerjakan suatu bagian

pekerjaan tertentu dan akan mendapatkan upah berdasarkan jumlah volume

pekerjaan yang dikerjakan, jumlah kebutuhan tenaga borongan dapat berubah-

ubah tergantung dengan kondisi proyek. Tenaga borongan di proyek ini

dikoordinasi oleh seorang Mandor sebagai pimpinan kepala pekerjaan.

c) Tenaga Kerja Harian

Tenaga kerja yang mendapatkan upah gaji berdasarkan jumlah hari kehadiran

dan mendapat upah lembur jika bekerja di luar jam kerja yang ditentukan. Di

proyek ini Tenaga Kerja Harian dikoordinasi oleh Mandor.

Page 3: BAB IV GA JDI

4-3

d) Mekanik atau Pegawai teknik

Kedudukan mekanik di proyek ini sebagai tenaga kontrak yang mengerjakan

suatu jenis pekerjaan tertentu, dan mendapatkan upah gaji secara harian, di

proyek ini tenaga mekanik mengerjakan pekerjaan instalasi listrik dan

pekerjaan rangka baja atap.

3.3 Rencana Instalasi Lapangan

Dalam proyek ini, untuk memperlancar jalannya pekerjaan maka diperlukan

perencanaan instalasi lapangan yang meliputi : Perencanaan Instalasi Air,

Perencanaan Instalasi Penerangan Proyek, dan Perencanaan Instalasi Komunikasi.

3.3.1 Perencanaan Instalasi Air

Untuk instalasi air kerja yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan

konstruksi, kebutuhan air diambil sumber mata air yang telah ada di sekitar lokasi

proyek, yang disalurkan dengan selang-selang elastis dan ditampung di tong-tong

air yang diletakkan di dekat timbunan pasir, kerikil, sirtu, dll. Hal ini

dimaksudkan agar mempermudah dalam proses pembuatan adukan beton atau

spesi untuk pekerjaan pasangan.

3.3.2 Perencanaan Instalasi Penerangan Proyek

Dalam pelaksanaan proyek pembangunan ini, kebutuhan pasokan

listrik untuk penerangan dan pompa air diambil dari pasokan listrik PLN yang

terdapat pada Gedung STAIN yang disalurkan melalui kabel-kabel listrik yang

berjarak kurang lebih 100 m dari lokasi proyek, karena pembangunan Gedung

STAIN II ini dibangun setelah pembangunan Gedung STAIN I selesai. Sedangkan

kebutuhan listrik yang digunakan untuk penggerak molen diambilkan dari

pasokan listrik generator yang terdapat di lokasi proyek.

3.3.3 Perencanaan Instalasi Komunikasi

Karena lokasinya daerah pmukiman desa dan bangunan ini merupakan

bangunan baru di sekitar lokasi proyek, maka belum terdapat jaringan

telekomunikasi. Sehingga untuk kelancaran komunikasi dalam satu lokasi proyek,

seperti hubungan komunikasi antara mandor, logistik, pengawas, dan pelaksana

digunakan dengan kordinasi sajaSedangkan untuk kelancaran komunikasi dengan

Page 4: BAB IV GA JDI

4-4

pihak yang tidak berada di lokasi proyek, seperti supplyer, owner, dan hubungan

dengan kantor administrasi pusat digunakan HP (Hand Phone).

3.4 Pekerjaan Persiapan Proyek

Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek, kelancaran

dalam pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan tidak lepas dari pekerjaan itu

sendiri, sehingga dalam hal ini penting sekali bagi kontraktor untuk

memperhatikan aspek-aspek yang tercakup dalam pekerjaan persiapan, yang

meliputi :

– Pekerjaan pembersihan lokasi

– Pekerjaan pengukuran

– Pekerjaan instalasi lapangan

3.4.1 Pekerjaan Pembersihan Lokasi

Pekerjaan pembersihan lokasi dilakukan apabila pada pelaksanaan

pekerjaan terdapat hal-hal yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan.

Pekerjaan tersebut meliputi pembabatan tanaman, pohon, dan semak serta

galian (cut) dan pengurugan tanah (fill) pada lokasi yang didirikan bangunan

untuk menghilangkan humus dan zat organik lainnya.

3.4.2 Pekerjaan Pengukuran

Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pengecekan dan pembersihan lokasi

selesai. Pekerjaan pengukuran dalam hal ini adalah untuk menentukan titik

duga permukaan lantai ( 0.00), penentuan as bangunan yang dibidik dengan

menggunakan pesawat theodolit.

Di bawah pengamatan konsultan pengawas, kontraktor diwajibkan

menempatkan minimal satu titik duga dan lima titik bantu sebagai titik

referensi untuk perletakan pesawat theodolite. Dalam proyek ini titik duga

dibuat dengan tiang beton yang panjangnya 1,20 m ukuran 10x10 cm yang

diletakkan seperti pada gambar berikut.

Page 5: BAB IV GA JDI

4-5

Gambar 3.2 Titik Duga dengan Tiang Beton

3.4.3 Pekerjaan Instalasi Lapangan

Pekerjaan instalasi lapangan adalah pekerjaan yang berkaitan dengan

perencanaan dan pengaturan sarana-sarana penunjang proyek serta

penempatan material dan peralatan.

3.4.3.1 Pertimbangan Dasar pada Konstruksi Instalasi Lapangan

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pekerjaan instalasi

lapangan ini, antara lain:

a. Karakteristik Konstruksi

– Volume konstruksi

– Rencana Kerja dan Syarat-syarat

– Gambar Kerja

b. Lokasi

– Ketersediaan dan kapasitas pengadaan bahan serta tenaga kerja

setempat.

– Kondisi lapangan

Pada proyek ini kondisi lapangan ada di daerah datar dengan

kondisi tanah keras.

– Letak lapangan

Proyek ini terletak di Jl. Perumahan Kembang Arum Salatiga.

c. Waktu pelaksanaan pekerjaan

d. Jenis peralatan dan perlengkapan peralatan

e. Ukuran peraturan dan standar–standar.

Page 6: BAB IV GA JDI

4-6

3.4.3.2 Perencanaan Tata Letak

Pekerjaan instalasi lapangan dalam hal ini sangatlah penting karena

berhubungan dengan penempatan bangunan-bangunan yang akan

memperlancar sirkulasi atau arus masuk dan keluar dalam suatu proyek.

Dalam proyek ini tata letak direncanakan serapi mungkin guna mendukung

kelancaran arus mobilisasi barang, jasa maupun alat.

Adapun pekerjaan instalasi lapangan untuk proyek ini meliputi:

1. Jalan Masuk

Pada proyek ini pencapaian lokasi proyek adalah melalui lalu lintas umum,

sehingga apabila terjadi kerusakan jalan, jembatan dan sebagainya akibat

pelaksanaan mobilisasi proyek baik itu mobilisasi bahan, alat, maupun tenaga

kerja, maka kontraktor wajib memperbaiki.

2. Pos Keamanan

Pos Keamanan berguna untuk tempat penjaga keamanan proyek, untuk itu

penempatan pos keamanan sebaiknya di dekat pintu masuk / keluar proyek

sehingga lalu lintas orang keluar masuk proyek dapat dipantau secara mudah.

Page 7: BAB IV GA JDI

4-7

Gambar 3.3 Tampak dan Denah Pos Keamanan

3. Direksi Keet

Direksi Keet adalah tempat para teknisi dan staf pelaksana proyek

melaksanakan tugasnya. Direksi Keet terdiri dari ruang kerja kontraktor dan

ruang kerja pengawas. Penempatan direksi keet menghadap pada lokasi

bangunan, tidak jauh dari pintu masuk dan terletak di daerah yang cukup

leluasa dalam pengawasan.

4. Gudang

Page 8: BAB IV GA JDI

4-8

Ada dua macam gudang yaitu :

Gudang Terbuka Yaitu tempat terbuka yang dipakai untuk menyimpan

material lepas seperti pasir, kerikil, batu belah, dan bahan-bahan lain yang

tidak membutuhkan pemadatan khusus. Gudang Tertutup yaitu Gudang yang

dipakai untuk menyimpan bahan yang tidak tahan cuaca dan rusak apabila

berhubungan dengan air atau udara lembab misalnya semen, kapur, dan untuk

bahan serta peralatan yang digunakan dalam proyek tersebut yang rawan

dicuri. Gudang ini ditempatkan berdekatan dengan Direksi Keet agar mudah

dalam pengawasan.

5. Barak Pekerja

Barak pekerja berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat bagi para pekerja

yang berasal dari luar daerah. Barak ini biasanya terletak di samping atau di

belakang proyek.

Pada pelaksanaan proyek ini antara Direksi Keet, Barak Kerja dan Gudang

Tertutup digabung menjadi satu bangunan karena keterbatasan tempat.

6. Bengkel Kerja

Adalah tempat para pekerja melaksanakan pekerjaannya seperti pemotongan,

dan pembengkokan tulangan, pekerjaan kayu dan lainnya dengan aman dan

nyaman.

Gambar 3.4 Denah Direksi Keet, Gudang Tertutup dan Barak Kerja

Page 9: BAB IV GA JDI

4-9

Gambar 3.5 Tampak Depan Dan Tampak Samping Kanan

7. Papan Nama Proyek

Pemasangan papan nama proyek dimaksudkan untuk memberikan informasi,

pemberitahuan kepada masyarakat dan pihak lain bahwa di tempat tersebut

akan didirikan sebuah bangunan. Papan nama ini harus diletakkan di tempat

yang mudah dilihat oleh umum. Papan nama proyek ini berukuran 240 × 120

cm dibuat dari multiplek dengan tebal 0,9 cm. Pengaku yang digunakan dari

kayu 5/7 dan penyangga digunakan kayu 5/7 cm.

Gambar 3.6 Papan Nama Proyek

8. Pagar Pengaman dan Pintu Gerbang

Pagar pengaman ini dipasang di sekeliling lokasi proyek berfungsi sebagai

pembatas lokasi proyek dengan batas tanah orang lain, pengaman barang atau

material proyek dari jangkauan orang luar, menghindari masuknya orang lain

yang tidak berkepentingan di lokasi proyek, juga untuk mengurangi

kebisingan dan debu akibat pekerjaan proyek.

Page 10: BAB IV GA JDI

4-10

Gambar 3.7 Pagar Pengaman dan Pintu Gerbang

3.4.3.3 Pekerjaan Bouwplank

Bouwplank harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak

terganggu waktu pelaksanaan pekerjaan. Bouwplank dibuat dengan

menggunakan papan kayu kelas II dengan tebal 2 cm, lebar 20 cm dan bagian

atasnya diketam rata. Tiang bouwplank dibuat dari bahan kayu dengan ukuran

5/7 cm. Pada papan dasar pelaksanaan bouwplank ini harus dibuat tanda yang

menyatakan as-as dan peil dengan warna yang jelas (warna merah) yang

menyatakan elevasi 0.00.

Gambar 3.8 Bowplank

Sebelum melaksanakan pekerjaan atau pemasangan bouwplank, perlu

dilaksanakan hal berikut:

a. Mempelajari denah lokasi bangunan ;

b. Membuat tiang untuk memasang papan bouwplank (tiang dari kaso

5/7 dari jenis kayu meranti) ;

c. Membuat papan bouwplank.

Page 11: BAB IV GA JDI

4-11

Setelah kita pelajari dan kita siapkan hal di atas, pelaksanaan pemasangan

bouwplank dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Membuat garis as bangunan yang telah ditentukan di lapangan ;

2. Membuat patok di luar bangunan dengan jarak 1,50 m dari as

bangunan tersebut ;

3. Membuat peil pada patok-patok tersebut setinggi permukaan atas

papan bouwplank 0,00 m ;

4. Memasang papan bouwplank yang sudah terpasang sesuai dengan

peil permanen dan apakah sudah benar-benar horizontal.

3.5 Pekerjaan Tanah

3.5.1 Pekerjaan Pondasi Foot Plat

1. Pekerjaan Galian

Setelah pemasangan bouwplank selesai dilakukan, maka dilanjutkan

dengan pekerjaan galian. Pekerjaan galian dilakukan untuk pondasi foot plat

dan pondasi batu belah. Ukuran galian disesuaikan dengan tipe pondasi. Hal-

hal yang perlu dilakukan dalam pekerjaan ini adalah:

a.Peralatan yang dipergunakan sesuai dengan volume pekerjaan dan

jenis tanah. Pada proyek ini pekerjaan galian dilakukan secara

manual dengan alat cangkul, linggis, skop, garpu karena tanah tidak

terlalu keras dan kedalaman tanah untuk pondasi foot plat 2,1 meter.

b. Penempatan sisa galian jangan sampai merusak bouwplank, patok–

patok dan peil serta tidak mengakibatkan kelongsoran. Jika

diperlukan dipasang turap untuk menghindari kelongsoran.

c.Bila galian lebih rendah dari muka air tanah, perlu dilakukan

pemompaan air (dewatering) ;

d. Bila penggalian lebih dalam dari yang direncanakan, maka diurug

dengan beton praktis (rabat beton) sampai mencapai peil yang telah

direncanakan ;

e.Pembersihan lubang-lubang galian dari akar-akar pohon yang dapat

mengganggu pondasi dan tanahnya.

Page 12: BAB IV GA JDI

4-12

Gambar 3.9 Galian Pondasi Foot Plat

2. Pekerjaan Urugan Pasir

Setelah pekerjaan galian tanah pondasi foot plat selesai dikerjakan,

dasar pondasi diurug dengan pasir urug setebal 5 cm, dengan panjang dan

lebar sesuai dengan tipe pondasi. Lapisan pasir ini dihamparkan dan diratakan

dengan ruskam kayu atau alat perata yang lain.

3. Pekerjaan Lantai Kerja

Untuk pekerjaan lantai kerja yang akan dibuat adalah tebal 5 cm dengan

campuran beton 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr. Adapun fungsi dari lantai kerja ini adalah

untuk meletakkan tulangan pondasi foot plat dan memudahkan dalam proses

pengerjaan pembetonan foot plat.

4. Pekerjaan Urugan Tanah

Setelah bekisting kaki kolom dibongkar dan beton mengeras maka dapat

dilakukan penimbunan kembali dengan mengambil tanah dari bekas galian

foot plat. Penimbunan dilakukan secara bertahap setiap ketebalan 30 cm harus

dipadatkan dengan stamper dan diuji prosentase kepadatannya harus mencapai

¿ 90 % dari kepadatan yang disyaratkan. Penimbunan dihentikan setelah

mencapai level -1.00 dari ± 0.00 karena nantinya akan digunakan untuk

pasangan pondasi batu kali.

3.5.2 Pekerjaan Pondasi Batu Kali

Pelaksanaan pekerjaan pasangan pondasi batu kali menggunakan campuran

spesi 1 Pc : 3 Kp : 10 Ps. Sebelum pekerjaan pondasi batu kali dapat dikerjakan

harus dilakukan penggalian terlebih dahulu sesuai gambar pondasi batu kali atau

sloof.

1. Pekerjaan Galian Tanah

Penggalian dilakukan sesuai dengan gambar denah pondasi batu kali

dengan menggunakan cangkul dan sekop. Penggalian tanah dengan kemiringan

Page 13: BAB IV GA JDI

4-13

1:3. penggalian dilakukan sampai – 1.00 ± 0.00 peil lantai. Tanah bekas galian

dibuang di sekitar lokasi penggalian. Penempatan tanah bekas galian tersebut

tidak boleh mengganggu kedudukan papan bowplank.

Gambar 3.10 Galian Tanah Pondasi Batu Kali

2. Pekerjaan Urugan Pasir

Pekerjaan urugan pasir pasangan pondai batu kali dilakukan setelah

penggalian selesai dilakukan. Pasir dihamparkan sepanjang galian tersebut

dengan tebal 10 cm dan diratakan menggunakan jidar atau ruskam kayu.

3. Pekerjaan Pasangan Batu kosong

Di atas urugan pasir ditata pasangan batu tanpa spesi sebagai landasan

pasangan batu kali. Pasangan batu kosong Ø 15 cm ditata berdiri dan celah-

celah yang ada diisi dengan menggunakan pasir urug.

4. Pekerjaan Urugan Tanah Kembali

Urugan tanah pondasi batu kali diambil dari tanah bekas galian di

sekitar lokasi pekerjaan. Tanah diambil menggunakan cangkul dan dilakukan

pemadatan secara bertahap setiap tebal lapisan 30 cm. Pemadatan menggunakan

stamper dan tanah disiram dengan air secara optimal sehingga didapatkan hasil

pemadatan yang sempurna yaitu 90% dari rencana hasil pemadatan yang

disyaratkan. Urugan tanah ini dihentikan pada level -0.40 dari ± 0.00 peil lantai.

3.6 Pekerjaan Acuan dan Perancah

Acuan dan perancah merupakan konstruksi sementara yang berfungsi sebagai

cetakan atau mal dari beton cair (adukan beton), hingga mengeras sebagai struktur

bangunan dan akan dibongkar setelah beton mencapai umur tertentu. Meskipun

hanya bersifat sementara, namum sangat berpengaruh terhadap hasil pekerjaan,

sehingga harus diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Kuat

Page 14: BAB IV GA JDI

4-14

Seperti diketahui bahwa seluruh berat beton basah disangga oleh acuan

dan perancah termasuk berat sendiri, pekerja dan alat, maka acuan dan perancah

harus kuat menahan beban – beban tersebut sampai beton mengeras.

2. Kokoh

Di samping gaya vertikal yang bekerja pada acuan dan perancah, perlu

juga diperhatikan gaya horisontal agar acuan dan perancah tetap stabil dan kuat

untuk mempertahankan kedudukannya. Untuk itu perlu adanya penyekoran pada

tiang – tiang perancah.

3. Rapat dan bersih

Cetakan harus rapat, sehingga air semen dari adukan tidak hilang,

disamping itu cetakan harus bersih, bebas dari segala kotoran yang dapat

mempengaruhi mutu beton.

4. Ekonomis

Pemakaian bahan untuk acuan dan perancah harus ekonomis (murah)

tetapi layak dari segi kekuatan, proporsi biaya pekerjaan acuan dan perancah kira

– kira 30 % dari seluruh biaya pekerjaan beton, untuk itu perlu penghematan biaya

tanpa mengurangi kekuatan dari konstruksi acuan dan perancah tersebut.

Penghematan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan alat, bahan, pengetahuan

praktis, serta metode pelaksanaan.

5. Mudah dibongkar

Cetakan harus mudah dibongkar tanpa merusak beton yang sudah jadi

dan bekas bongkaran juga tidak boleh rusak. Pembongkaran acuan dan perancah

dilakukan apabila beton sudah mencapai cukup umur (28 hari).

Pada konstruksi tertentu pembongkaran bisa dilakukan lebih awal

misalnya pada pekerjaan pondasi atau pekerjaan yang tidak menggantung, untuk

konstruksi yang menggantung seperti pada balok, plat lantai, konsol tidak boleh

dilakukan pembongkaran acuan dan perancah sebelum beton cukup umur. Jika hal

tersebut dilakukan maka akan berakibat retak pada beton atau lepasnya ikatan

beton dengan tulangan.

Acuan untuk suatu bagian strukur hanya boleh dibongkar apabila bagian

struktur tersebut telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat

sendiri dan beban – beban pelaksanaan selama pembangunan. Kekuatan ini harus

Page 15: BAB IV GA JDI

4-15

ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan benda uji dan dengan hasil perhitungan.

Pengawas memberikan persetujuan setelah memeriksa hasil pemeriksaan benda

uji dan perhitungannya. Apabila untuk menentukan pembongkaran acuan dan

perancah tidak dibuat benda uji, maka acuan dan perancah baru boleh dibongkar

setelah beton berumur tiga minggu. Jika ada jaminan bahwa setelah acuan dan

perancah dibongkar, beban yang bekerja pada bagian struktur tidak lebih dari 50%

beban rencana total, maka pembongkaran dapat dilakukan setelah beton berumur

dua minggu, cetakan samping dari balok atau kolom boleh dibongkar setelah

berumur tiga hari.

Pembongkaran acuan dan perancah harus dilakukan dengan hati – hati

untuk mencegah timbulnya retak pada beton, pengelupasan atau cacat lainnya.

Syarat – syarat pembongkaran adalah :

– Syarat ekonomis

Usahakan agar acuan dan perancah bekas bongkaran dapat dipakai

lagi, hal ini dapat dilakukan bila pembongkaran dilakukan dengan

hati-hati.

– Syarat keamanan

Urutan pembongkaran harus diperhatikan, sehingga dalam melakukan

pembongkaran tidak akan mencelakakan pekerja.

– Syarat konstruktif

Pembongkaran tiang secara teoritis perlu diperhatikan, bidang momen

yang timbul harus sama dengan bidang momen yang direncanakan.

Jadi pada pembongkaran tiang perancah lantai harus dimulai dari

tengah kemudian ke tepi, disamping itu pembongkaran juga harus

dilakukan secara bertahap dan merata untuk menghindari timbulnya

tegangan – tegangan yang tidak diinginkan pada beton.

Perlu diperhatikan beberapa pertimbangan dan faktor–faktor dalam

merencanakan acuan dan perancah, seperti di bawah ini :

a. Cetakan untuk konstruksi beton harus mampu mendukung beton mulai dari

keadaan elastis sampai mengeras.

b. Timbulnya berbagai faktor harus diasumsikan berdasarkan pengalaman.

Page 16: BAB IV GA JDI

4-16

c. Perencanaan tekanan didasarkan pada tekanan maksimum yang ditimbulkan

selama pengecoran.

d. Tekanan maksimum yang akan terjadi tergantung pada cara pengecoran,

slump, dan temperatur.

e. Pemakaian bahan harus hemat.

f. Papan perangkai dibuat secukupnya, sehingga akan memudahkan pada waktu

pembongkaran.

3.6.1 Pemilihan Bahan

Bahan yang digunakan untuk acuan dan perancah adalah kayu, dan

multiplex. Maksud digunakannya multiplek adalah :

a. Dapat digunakan berulang kali selama kondisi masih baik.

b. Permukaannya bebas atau sedikit sambungan.

c. Mudah dalam pembentukan cetakan.

Pada proyek pembangunan gedung ini bahan acuan dan perancah yang

dipakai adalah :

– Kayu Meranti klas II mutu A

– Papan 2/20 x 400 cm

– Kaso 5/7 x 400 cm

– Balok 6/12 x 400 cm

– Multiplek 122 x 244 x 1,8 cm

– Scaffolding

3.6.2 Perhitungan Kekuatan Acuan dan Perancah

Perhitungan ini digunakan untuk menentukan besarnya kekuatan acuan

dan perancah yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan. Perhitungan ini

berdasarkan rumus ilmu kekuatan bahan, Peraturan Muatan Indonesia (PMI 1987)

dan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI).

Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :

a. Perhitungan Kekuatan Acuan dan Perancah

Beban rencana yang akan bekerja pada waktu pelaksanaan diperhitungkan

secermat mungkin. Adapun beban–beban yang bekerja antara lain : berat beton

Page 17: BAB IV GA JDI

4-17

sendiri, pekerja, dan alat. Beban tersebut termasuk beban hidrolis yang

mengakibatkan tekanan samping.

Faktor–faktor yang mempengaruhi tekanan samping antara lain :

– Berat beton

– Cara pemadatan

– Tinggi pengecoran

– Suhu dan macam adukan

– Bentuk acuan perancah

Untuk perhitungan dimensi bahan, diperhitungkan dengan beberapa

keadaan, yaitu :

1. Tekanan Hidrostatis (Preasure of Hydrostatic)

100

.hPH

dimana, PH : Tekanan hidrostatis (Kpa)

: Berat jenis beton (kg/m3)

h : Tinggi cetakan (m)

2. Tekanan Pengaruh Pelengkungan ( dimensi tebal dinding)

PA=15+3 R+ d10

dimana, PA : Tekanan terhadap faktor tekuk (Kpa)

R : Kecepatan pengecoran (m/jam)

d : Tebal beton dalam cetakan (mm)

Tekanan terhadap faktor tekuk ini diperhitungkan bila tebal beton

dalam cetakan (d) ≤ 500 mm.

3. Tekanan Pengaruh Proses Pengerasan

PS= γ . R . K100

+5

dimana, PS : Tekanan akibat faktor pengerasan beton (Kpa)

: Berat jenis beton (kg/m3)

R : Kecepatan pengecoran (m/jam)

K : Faktor koreksi.

Nilai K ini tergantung dari besarnya slump dan suhu beton.

Tabel nilai K

Page 18: BAB IV GA JDI

4-18

KEMANTAPAN

PENURUNAN (mm)

SUHU BETON ( 0 C )

10 15 20 25 30 35

25

50

75

100

1.10

1.45

1.80

2.10

0.80

1.10

1.35

1.60

0.60

0.80

1.00

1.15

0.45

0.60

0.75

0.90

0.35

0.45

0.55

0.65

0.30

0.40

0.50

0.60

4. Tekanan terhadap Faktor Efek Pemadatan (Impact Effect)

PI=4 . γ .10−3=9,6 Kpa

5. Tekanan Rencana (Design Preasure)

Besarnya nilai tekanan yang dipakai ialah dari penjumlahan nilai

tekanan efek pemadatan (Impact Effect) dengan nilai terkecil dari tekanan

hidrostatis, tekanan akibat faktor tekuk, atau tekanan akibat faktor

pengerasan beton.

P design = Nilai terkecil dari (PH or PS or PA) + PI

b. Perhitungan Kekuatan

lt = lt ijin

lt= M

W

1. Untuk perletakan di atas dua tumpuan dengan beban merata :

q

M =

18

qL2

L

sehingga, lt =

18

qL2

16

bh2

L = √ 8.σ lt .bh2

6 q

Page 19: BAB IV GA JDI

4-19

2. Untuk perletakan di atas tiga tumpuan atau lebih dengan beban

merata :

q

M =

110

qL2

L L

sehingga, lt =

110

qL2

16

bh2

L = √10 .σ lt .bh2

6q

Keterangan :

L : jarak antar tumpuan (m)

lt : Tegangan lentur (kg/m2)

b: Lebar balok (cm)

h: Tinggi penampang balok (cm)

q: Beban merata (kg/m)

c. Perhitungan Kekakuan, lendutan (f) dari suatu perletakan ditentukan

sebagai berikut :

o Lendutan di atas dua tumpuan dengan beban merata

f= 5qL4

384 EI

o Lendutan di atas tiga tumpuan atau lebih dengan beban merata

f=2,5qL4

384 EI

o Syarat tumpuan untuk balok yang digunakan pada konstruksi tidak

terlindung adalah :

f= 1400

L

Page 20: BAB IV GA JDI

4-20

Karena pada pekerjaan ini menggunakan prinsip perletakan di atas

tiga tumpuan atau lebih, maka :

1400

L=2,5 qL4

384 EI

sehingga, L=3√384 . EI

1000 q

dimana, L : Jarak perletakan (cm)

E : Elastisitas kayu (kg/cm2)

I : Momen inersia (cm4)

f : Lendutan (cm).

3.7 Pekerjaan Pondasi

3.7.1 Pondasi Foot Plat

A. Lantai Kerja

Untuk campuran lantai kerja yang akan dibuat memiliki tebal 5 cm

dengan campuran beton yaitu 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr. Adapun fungsi dari lantai kerja

adalah sebagai perletakan tulangan pondasi footplat. Hal ini dimaksudkan agar

lantai rata, sehingga memudahkan dalam pengerjaannya.

B. Penulangan

Setelah pembuatan lantai kerja selesai, maka dilakukan pengerjaan

penulangan. Adapun langkah-langkah penulangan pondasi footplat adalah sebagai

berikut :

1. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan ;

2. Kebutuhan tulangan untuk semua tipe yaitu tulangan D 22 mm ;

3. Memotong dan merangkai tulangan sesuai dengan gambar kerja ;

4. Pemasangan beton deking dengan tebal 4 cm.

C. Begisting

Ukuran plat pondasi diambil yang terbesar, yaitu 280 × 280 × 70 cm

1. Data Perhitungan

Berat jenis beton () = 2400 kg/m3

Tinggi rencana pengecoran (h) = 0,7 m

Page 21: BAB IV GA JDI

25 cm

16 cm

4-21

Suhu beton = 300 C

Slump beton = 75 mm

Bahan cetakan multiplek 18 mm (kelas III)

Tegangan lentur ijin lt = 75 kg/cm2

Tegangan tekuk ijin tk = 15 kg/cm2

Tegangan geser ijin = 8 kg/cm2

Modulus Elastisitas E = 80000 kg/cm2

Bahan kayu kelas II mutu A

Tegangan lentur ijin lt = 100 kg/cm2

Tegangan tekuk ijin tk = 25 kg/cm2

Tegangan geser ijin = 12 kg/cm2

Modulus Elastisitas E = 100000 kg/cm2

Kecepatan Pengecoran

Volume beton = 2,8 x 2,8 x 0,70 = 5,488 m3

Volume ember =

25 cm

Page 22: BAB IV GA JDI

4-22

V=13×π×t× (R2+r 2+R×r )

¿=13×π×0 ,25×(0 ,1252+0 ,082+(0 ,125×0 ,08 ) )

=0 ,0084 m3

Periode pengecoran diambil 2 menit

Waktu yang diperlukan =

VpondasiVember

= 5 ,4880 ,0084

=653 ,33 kali

Waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran pondasi telapak

654×260

=21 ,80 jam

Kecepatan pengecoran =

tinggi jatuhwaktu pengecoran

=

0 ,7021 ,80

=0 ,032 m / jam

2. Perhitungan Tekanan

Tekanan yang diperhitungkan adalah tekanan ke samping

100

.hPH

= (2400 × 0,7) /100

= 16,80 Kpa

PS= γ . R . K100

+5

=

2400×0 , 032×0 , 55100

+5

= 5,42 Kpa

PI=4 . γ .10−3=9,6Kpa = 0,096 kg/cm2

Page 23: BAB IV GA JDI

4-23

Sehingga besarnya tekanan adalah PS + PI = 5,42 + 9,6

= 15,02 Kpa

0,096 kg/cm2 0,054 kg/cm2

70 cm

0,15 kg/cm2

maka, q = P desain sisi lebar pondasi

= 15,02 kPa 2,80 m

= 42,06 kN/m = 42,06 kg/cm.

3. Perhitungan Jarak Klam Pengaku (5/7)

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .bh2

6q =√10×75×70×1,8×1,86×42 ,06 = 25,96 cm.

b. Berdasarkan lendutan

L=3√384 . EI

1000 q =

3√384×80000×( 112

.70 .1,83 )

1000×42 ,06 = 29,18 cm.

Klam pengaku multiplek dipasang setiap jarak 25 cm.

Page 24: BAB IV GA JDI

4-24

Gambar 3.11 Detail Perancah Pondasi Footplat

D. Pengecoran

Pekerjaan pengecoran ini dilakukan dengan menggunakan beton ready

mix. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan saat pengecoran :

1. Memasang perancah / begisting pondasi footplat, mengecek tulangan,

serta mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat

pengecoran berlangsung.

2. Membersihkan kotoran-kotoran yang ada pada begisting maupun

tulangan.

3. Menuangkan beton ready mix ke tempat penampungan adukan

sementara.

4. Mengangkut beton tersebut ke bekisting pondasi foot plat

menggunakan ember.

3.7.2 Pekerjaan Kaki Kolom

A. Penulangan

Page 25: BAB IV GA JDI

4-25

Penulangan kaki kolom dilakukan bersamaan dengan penulangan

pondasi footplat. Adapun langkah-langkah penulangan adalah sebagai berikut :

1. memotong, membengkokan, dan merangkai tulangan D 22 mm dan

10 mm sesuai dengan gambar kerja.

2. memasang tulangan dengan mengatur jaraknya sesuai dengan gambar

kerja.

3. memasang begel-begel sesuai dengan jarak yang terdapat pada gambar

kerja.

4. mengikat begel yang telah dipasang dengan kawat.

5. memasang angker supaya tegak.

Page 26: BAB IV GA JDI

25 cm

4-26

Gambar 3.12 Potongan Kolom

B. Begisting Kaki Kolom

Selama penyetelan tulangan kaki kolom, tukang kayu membuat cetakan

dari multiplek 18 mm sesuai dengan dimensi kolom. Pada proyek Pembangunan

Gedung Aula Tiga Lantai Balai PLB Semarang ini hanya ada satu ukuran kolom,

yaitu 450×450 mm, namun memiliki jumlah tulangan yang berbeda.

Perhitungan perancah dan acuan kolom sebagai berikut :

1. Data-data

Dimensi kolom 450×450 mm

Berat jenis beton = 2400 kg/cm3

Tinggi rencana pengecoran = 200 cm

Suhu beton = 300C

Slump beton = 75 mm

- Bahan cetakan multiplek 18 mm (kelas II)

Tegangan lentur ijin lt = 75 kg/cm2

Tegangan tekuk ijin tk = 15 kg/cm2

Tegangan geser ijin = 8 kg/cm2

Modulus Elastisitas E = 80000 kg/cm2

- Bahan kayu kelas II mutu A

Tegangan lentur ijin lt = 100 kg/cm2

Tegangan tekuk ijin tk = 25 kg/cm2

Tegangan geser ijin = 12 kg/cm2

Modulus Elastisitas E = 100000 kg/cm2

Kecepatan Pengecoran

Volume beton 0,45 × 0,45 × 2 = 0,405 m3

Volume ember pengangkutan, 25 cm (atas), 16 cm (bawah), dan

t = 25 cm.

Volume ember =

25 cm

Page 27: BAB IV GA JDI

4-27

V=13×π×t× (R2+r 2+R×r )

¿=13×π×0 ,25×(0 ,1252+0 ,082+(0 ,125×0 ,08 ) )

=0 ,0084 m3

Periode pengecoran diambil 2 menit

Waktu yang diperlukan =

Vkaki kolomVember

= 0 , 4050 , 0084

=48 , 21kali

Waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran kaki kolom

49×260

=1, 63 jam

Kecepatan pengecoran =

tinggi jatuhwaktu pengecoran

=

2 ,001 ,63

=1 ,23m / jam

2. Perhitungan Tekanan

100

.hPH

= (2400 × 2) /100

= 48,0 Kpa

PS= γ . R . K100

+5

=

2400×1, 23×0 , 55100

+5

Page 28: BAB IV GA JDI

4-28

= 21,24 Kpa

PI=4 . γ .10−3=9,6Kpa = 0,096 kg/cm2

Sehingga besarnya tekanan adalah PS + PI = 21,24 + 9,6

= 30,84 Kpa

0,096 kg/cm2 0,2124 kg/cm2

200 cm

0,31 kg/cm2

maka, q = P desain sisi lebar kaki kolom

= 30,84 kPa 0,45 m

= 13,88 kN/m = 13,88 kg/cm.

3. Perhitungan Jarak Klam Pengaku Vertikal (5/7)

a. Berdasarkan kekuatan

L = √ 8.σ lt .bh2

6 q =√ 8×75×200×1,8×1,86×13 ,88 = 68,33 cm.

b. Berdasarkan lendutan

L=3√384 . EI

2000 q =

3√384×80000×( 112

.200 . 1,83 )

2000×13 , 88 = 47,56 cm.

Klam pengaku multiplek dipasang setiap jarak 40 cm, karena sisi

kolom hanya 45 cm.

4. Perhitungan Jarak Klam Pengaku Horisontal (6/12)

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .bh2

6q =√10×100×5×7×76×13 ,88 = 54,24 cm.

b. Berdasarkan lendutan

L=3√384 . EI

1000 q =

3√384×100000×( 112

. 5 .73 )

1000×13 , 88 = 73,40 cm.

Klam pengaku horisontal / balok penjepit dipasang setiap jarak 50 cm.

Page 29: BAB IV GA JDI

4-29

C. Pengecoran

Pengecoran kaki kolom pondasi ini dilakukan setelah pengecoran

pondasi footplat dan setelah penulangan, serta pemasangan begisting

kaki kolom. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan beton ready

mix dan diangkut dengan ember, lalu dipadatkan dengan menggunakan

vibrator.

D. Perawatan

Perawatan terhadap beton ini adalah dengan membiarkan mengeras dan

tidak terganggu getaran-getaran sampai umur tertentu.

E. Pembongkaran

Pembongkaran perancah ini dilakukan setelah beton mengeras dan

kemudian dilakukan pengurugan atau penimbunan tanah kembali.

Gambar 3.13 Perancah Kaki Kolom

Page 30: BAB IV GA JDI

4-30

Gambar 3.14 Begisting Kaki Kolom (tampak atas)

3.7.3 Pekerjaan Sloof

A. Lantai Kerja

Pekerjaan lantai kerja pada sloof ini dibuat dengan tebal 5 cm dengan

campuran beton 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr.

B. Penulangan

Penulangan pada sloof ini dilakukan di tempat atau langsung pada tempat

yang akan dicor. Untuk tulangannya menggunakan tulangan D12 mm dan

sengkang 10 mm. Ukuran dari sloof ini sendiri yaitu 20/40 cm.

Gambar 3.15 Potongan Sloof

C. Begisting Sloof

Perhitungan perancah dan acuan sloof sebagai berikut :

1. Data-data

Dimensi sloof 20×40 cm

Berat jenis beton = 2400 kg/cm3

Page 31: BAB IV GA JDI

25 cm

16 cm

4-31

Tinggi rencana pengecoran = 0,40 m

Suhu beton = 300C

Slump beton = 75 mm

- Bahan cetakan multiplek 18 mm (kelas II)

Tegangan lentur ijin lt = 75 kg/cm2

Tegangan tekuk ijin tk = 15 kg/cm2

Tegangan geser ijin = 8 kg/cm2

Modulus Elastisitas E = 80000 kg/cm2

- Bahan kayu kelas II mutu A

Tegangan lentur ijin lt = 100 kg/cm2

Tegangan tekuk ijin tk = 25 kg/cm2

Tegangan geser ijin = 12 kg/cm2

Modulus Elastisitas E = 100000 kg/cm2

Kecepatan Pengecoran

Volume beton 0,20 × 0,40 × 1 = 0,08 m3

Volume ember pengangkutan, 25 cm (atas), 16 cm (bawah), dan

t = 25 cm.

Volume ember =

25 cm

Page 32: BAB IV GA JDI

4-32

V=13×π×t× (R2+r 2+R×r )

¿=13×π×0 ,25×(0 ,1252+0 ,082+(0 ,125×0 ,08 ) )

=0 ,0084 m3

Periode pengecoran diambil 2 menit

Waktu yang diperlukan =

VsloofVember

= 0 ,080 ,0084

=9 ,52kali

Waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran sloof

10×260

=0 , 33 jam

Kecepatan pengecoran =

tinggi jatuhwaktu pengecoran

=

0 ,400 ,33

=1 ,21m / jam

2. Perhitungan Tekanan

100

.hPH

= (2400 × 0,40) /100

= 9,60 Kpa

PS= γ . R . K100

+5

=

2400×1, 21×0 ,55100

+5

= 20,97 Kpa

PA=15+3R+ d10

= 15+3 . 1, 21+400

10

= 58,63 Kpa

PI=4 . γ .10−3=9,6Kpa = 0,096 kg/cm2

Sehingga besarnya tekanan adalah PH + PI = 9,6 + 9,6

Page 33: BAB IV GA JDI

Muka tanah40 cm

Papan 2/10

20 cm

Usuk 5/7

15 cm 15 cm

Cetakan sloof

40 cm

4-33

= 19,20 Kpa

0,096 kg/cm2 0,096 kg/cm2

40 cm

0,19 kg/cm2

maka, q = 19,20 kPa 1 m

= 19,2 kN/m = 19,2 kg/cm.

3. Perhitungan Jarak Klam Pengaku Vertikal (5/7)

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .bh2

6q =√10×75×40×1,8×1,86×19 , 2 = 29,05 cm.

b. Berdasarkan lendutan

L=3√384 . EI

1000 q =

3√384×80000×( 112

.40.1,83 )

1000×19 ,2 = 31,45 cm.

Klam pengaku multiplek dipasang setiap jarak 25 cm.

Gambar 3.16 Potongan Cetakan Sloof

Page 34: BAB IV GA JDI

4-34

Gambar 3.17 Detail Begisting Sloof

D. Pengecoran

Pengecoran sloof ini dilakukan setelah pengecoran pondasi footplat dan

kaki kolom selesai, dan tulangan sudah dipasang, serta setelah perancah

untuk sloof telah selesai. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan

beton ready mix dan diangkut dengan ember, lalu dipadatkan dengan

menggunakan vibrator.

E. Perawatan

Perawatan terhadap beton ini adalah dengan membiarkan mengeras dan

tidak terganggu getaran-getaran sampai umur tertentu.

F. Pembongkaran

Pembongkaran perancah ini dilakukan setelah beton mengeras.

3.7.4 Pekerjaan Kolom

3.7.4.1 Kolom Lantai 1

A. Penulangan

Tulangan kolom yang dipasang tiap lantai, dimana penyambungan untuk

lantai berikutnya dengan overlap, yaitu penyambungan dengan ukuran 40D

(diameter tulangan). Langkah-langkah penulangan kolom :

1. mempersiapkan bahan dan alat,

2. memasang tulangan sesuai dengan gambar kerja,

3. memasukkan sengkang pada tulangan pokok,

4. merangkai tulangan sengkang sesuai dengan jaraknya.

B. Begisting kolom

Page 35: BAB IV GA JDI

4-35

Langkah-langkah pelaksanaan begisting kolom sebagai berikut :

1. pemasangan beton decking 4 cm pada keempat sisinya,

2. merangkai multiplek dengan tebal 18 mm dengan klam pengaku usuk

5/7,

3. memasang rangkaian multiplek ke dalam lokasi kolom yang akan

dikerjakan mengacu pada sepatu kolom,

4. memasang klam pengaku 6/12,

5. memasang skoor steel proof,

6. pengaturan ketegakan dengan unting-unting.

Perhitungan perancah dan acuan kolom sebagai berikut :

1. Data-data

Dimensi kolom 45×45 cm

Berat jenis beton = 2400 kg/cm3

Tinggi rencana pengecoran = 4 m

Suhu beton = 300C

Slump beton = 75 mm

- Bahan cetakan multiplek 18 mm (kelas II)

Tegangan lentur ijin lt = 75 kg/cm2

Tegangan tekuk ijin tk = 15 kg/cm2

Tegangan geser ijin = 8 kg/cm2

Modulus Elastisitas E = 80000 kg/cm2

- Bahan kayu kelas II mutu A

Tegangan lentur ijin lt = 100 kg/cm2

Tegangan tekuk ijin tk = 25 kg/cm2

Tegangan geser ijin = 12 kg/cm2

Modulus Elastisitas E = 100000 kg/cm2

Kecepatan Pengecoran

Volume beton 0,45 × 0,45 × 4 = 0,81 m3

Page 36: BAB IV GA JDI

25 cm

16 cm

4-36

Volume ember pengangkutan, 25 cm (atas), 16 cm (bawah), dan

t = 25 cm.

Volume ember =

V=13×π×t× (R2+r 2+R×r )

¿=13×π×0 ,25×(0 ,1252+0 ,082+(0 ,125×0 ,08 ) )

=0 ,0084 m3

Periode pengecoran diambil 2 menit

Waktu yang diperlukan =

VkolomVember

= 0 ,810 , 0084

=96 , 43 kali

Waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran kolom

97×260

=3 ,23 jam

Kecepatan pengecoran =

tinggi jatuhwaktu pengecoran

25 cm

Page 37: BAB IV GA JDI

4-37

=

4 ,003 ,23

=1 ,24 m / jam

2. Perhitungan Tekanan

100

.hPH

= (2400 × 4) /100

= 96 Kpa

PS= γ . R . K100

+5

=

2400×1, 24×0 , 55100

+5

= 21,37 Kpa

PI=4 . γ .10−3=9,6Kpa = 0,096 kg/cm2

Sehingga besarnya tekanan adalah PS + PI = 21,37 + 9,6

= 30,97 Kpa

0,096 kg/cm2 0,214 kg/cm2

400 cm

0,31 kg/cm2

maka, q = P desain lebar kolom

= 30,97 kPa 0,45 m

= 13,94 kN/m = 13,94 kg/cm.

3. Perhitungan Jarak Klam Pengaku Vertikal (5/7)

a. Berdasarkan kekuatan

L = √ 8.σ lt .bh2

6 q =√ 8×75×400×1,8×1,86×13 ,94 = 96,42 cm.

b. Berdasarkan lendutan

Page 38: BAB IV GA JDI

4-38

L=3√384 . EI

2000 q =

3√384×80000×( 112

. 400. 1,83 )

2000×13 , 94 = 59,83 cm.

Klam pengaku multiplek dipasang setiap jarak 40 cm, karena sisi

kolom hanya 45 cm.

4. Perhitungan Jarak Klam Pengaku Horisontal (6/12)

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .bh2

6q =√10×100×5×7×76×13 , 94 = 54,12 cm.

b. Berdasarkan lendutan

L=3√384 . EI

1000 q =

3√384×100000×( 112

.5 .73 )

1000×13 ,94 = 73,29 cm.

Klam pengaku multiplek dipasang setiap jarak 50 cm.

Gambar 3.18 Begisting Kolom Lt.1

Page 39: BAB IV GA JDI

4-39

Gambar 3.19 Begisting Kolom Lt.1 Tampak Atas

C. Pengecoran

Pengecoran dilakukan menggunakan beton ready mix dan pengangkutan

menggunakan ember, kemudian dipadatkan dengan vibrator.

D. Perawatan

Pengecoran yang tidak sempurna menimbulkan kolom keropos, maka

dilakukan penambalan dan untuk mengurangi pengeringan yang cepat,

beton ditutup dengan karung goni.

E. Pembongkaran

Pembongkaran perancah ini dilakukan setelah beton mengeras atau

sekitar 28 hari.

3.7.4.2 Kolom Lantai 2

A. Begisting kolom

Perhitungan perancah dan acuan kolom sebagai berikut :

1. Data-data

Dimensi kolom 40×40 cm

Berat jenis beton = 2400 kg/cm3

Tinggi rencana pengecoran = 4 m

Suhu beton = 300C

Slump beton = 75 mm

- Bahan cetakan multiplek 18 mm (kelas II)

Tegangan lentur ijin lt = 75 kg/cm2

Tegangan tekuk ijin tk = 15 kg/cm2

Tegangan geser ijin = 8 kg/cm2

Modulus Elastisitas E = 80000 kg/cm2

Page 40: BAB IV GA JDI

25 cm

16 cm

4-40

- Bahan kayu kelas II mutu A

Tegangan lentur ijin lt = 100 kg/cm2

Tegangan tekuk ijin tk = 25 kg/cm2

Tegangan geser ijin = 12 kg/cm2

Modulus Elastisitas E = 100000 kg/cm2

Kecepatan Pengecoran

Volume beton 0,40 × 0,40 × 4 = 0,64 m3

Volume ember pengangkutan, 25 cm (atas), 16 cm (bawah), dan

t = 25 cm.

Volume ember =

V=13×π×t× (R2+r 2+R×r )

¿=13×π×0 ,25×(0 ,1252+0 ,082+(0 ,125×0 ,08 ) )

=0 ,0084 m3

Periode pengecoran diambil 2 menit

Waktu yang diperlukan =

VkolomVember

= 0 ,640 ,0084

=76 ,19 kali

Waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran kolom

77×260

=2 , 57 jam

25 cm

Page 41: BAB IV GA JDI

4-41

Kecepatan pengecoran =

tinggi jatuhwaktu pengecoran

=

4 ,002 ,57

=1 ,56 m / jam

2. Perhitungan Tekanan

100

.hPH

= (2400 × 4) /100

= 96 Kpa

PS= γ . R . K100

+5

=

2400×1, 56×0 , 55100

+5

= 25,59 Kpa

PI=4 . γ .10−3=9,6Kpa = 0,096 kg/cm2

Sehingga besarnya tekanan adalah PS + PI = 25,59 + 9,6

= 35,19 Kpa

0,096 kg/cm2 0,256 kg/cm2

400 cm

0,35 kg/cm2

maka, q = 35,19 kPa 0,4 m

= 14,08 kg/cm.

3. Perhitungan Jarak Klam Pengaku Vertikal (5/7)

a. Berdasarkan kekuatan

L = √ 8.σ lt .bh2

6 q =√ 8×75×400×1,8×1,86×14 , 08 = 95,94 cm.

Page 42: BAB IV GA JDI

4-42

b. Berdasarkan lendutan

L=3√384 . EI

2000 q =

3√384×80000×( 112

. 400. 1,83 )

2000×14 , 08 = 59,63 cm.

Klam pengaku multiplek dipasang setiap jarak 35 cm.

4. Perhitungan Jarak Klam Pengaku Horisontal (6/12)

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .bh2

6q =√10×100×5×7×76×14 ,08 = 53,85 cm.

b. Berdasarkan lendutan

L=3√384 . EI

1000 q =

3√384×100000×( 112

.5 .73 )

1000×14 ,08 = 73,05 cm.

Klam pengaku multiplek dipasang setiap jarak 50 cm.

Gambar 3.20 Begisting Kolom Lt.2

Page 43: BAB IV GA JDI

4-43

Gambar 3.21 Begisting Kolom Lt.2 Tampak Atas

3.7.4.3 Kolom Lantai 3

A. Begisting kolom

Perhitungan perancah dan acuan kolom sebagai berikut :

1. Data-data

Dimensi kolom 35×35 cm

Berat jenis beton = 2400 kg/cm3

Tinggi rencana pengecoran = 4 m

Suhu beton = 300C

Slump beton = 75 mm

- Bahan cetakan multiplek 18 mm (kelas II)

Tegangan lentur ijin lt = 75 kg/cm2

Tegangan tekuk ijin tk = 15 kg/cm2

Tegangan geser ijin = 8 kg/cm2

Modulus Elastisitas E = 80000 kg/cm2

- Bahan kayu kelas II mutu A

Tegangan lentur ijin lt = 100 kg/cm2

Tegangan tekuk ijin tk = 25 kg/cm2

Tegangan geser ijin = 12 kg/cm2

Modulus Elastisitas E = 100000 kg/cm2

Kecepatan Pengecoran

Volume beton 0,35 × 0,35 × 4 = 0,49 m3

Volume ember pengangkutan, 25 cm (atas), 16 cm (bawah), dan

t = 25 cm.

Page 44: BAB IV GA JDI

25 cm

16 cm

4-44

Volume ember =

V=13×π×t× (R2+r 2+R×r )

¿=13×π×0 ,25×(0 ,1252+0 ,082+(0 ,125×0 ,08 ) )

=0 ,0084 m3

Periode pengecoran diambil 2 menit

Waktu yang diperlukan =

VkolomVember

= 0 , 490 ,0084

=58 ,33kali

Waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran kolom

59×260

=1 , 97 jam

Kecepatan pengecoran =

tinggi jatuhwaktu pengecoran

=

4 ,001 ,97

=2,03 m / jam

2. Perhitungan Tekanan

100

.hPH

= (2400 × 4) /100

= 96 Kpa

25 cm

Page 45: BAB IV GA JDI

4-45

PS= γ . R . K100

+5

=

2400×2 ,03×0 , 55100

+5

= 31,80 Kpa

PI=4 . γ .10−3=9,6Kpa = 0,096 kg/cm2

Sehingga besarnya tekanan adalah PS + PI = 31,80 + 9,6

= 41,40 Kpa

0,096 kg/cm2 0,318 kg/cm2

400 cm

0,41 kg/cm2

maka, q = 41,4 kPa 0,35 m

= 14,49 kg/cm.

3. Perhitungan Jarak Klam Pengaku Vertikal (5/7)

a. Berdasarkan kekuatan

L = √ 8.σ lt .bh2

6 q =√ 8×75×400×1,8×1,86×14 , 49 = 94,57 cm.

b. Berdasarkan lendutan

L=3√384 . EI

2000 q =

3√384×80000×( 112

. 400. 1,83 )

2000×14 , 49 = 59,07 cm.

Klam pengaku multiplek dipasang setiap jarak 30 cm.

4. Perhitungan Jarak Klam Pengaku Horisontal (6/12)

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .bh2

6q =√10×100×5×7×76×14 ,49 = 53,09 cm.

b. Berdasarkan lendutan

Page 46: BAB IV GA JDI

4-46

L=3√384 . EI

1000 q =

3√384×100000×( 112

. 5 .73 )

1000×14 , 49 = 72,35 cm.

Klam pengaku multiplek dipasang setiap jarak 50 cm.

Gambar 3.22 Begisting Kolom Lt.3

Gambar 3.23 Begisting Kolom Lt.3 Tampak Atas

3.7.5 Pekerjaan Balok

A. Penulangan

Page 47: BAB IV GA JDI

4-47

Balok induk pada proyek ini, berdimensi 25/75 cm. Dan kebutuhan

tulangan untuk balok tersebut seperti gambar di bawah ini :

Tulangan Tumpuan Tulangan Lapangan

Gambar 3.24 Potongan Balok Induk

B. Begisting Balok

Langkah-langkah pelaksanaan begisting balok sebagai berikut :

1. mampersiapkan alat dan bahan seperti multiplek 18 mm, usuk 5/7,

kaso 6/12, dan papan 2/20 ;

2. pembuatan perancah dan cetakan balok ;

3. pemasangan gelagar anak untuk menahan cetakan balok ;

4. pemasangan bekisting balok sesuai dengan gambar kerja.

Perhitungan perancah dan acuan balok sebagai berikut :

1. Data-data

Dimensi balok 25×75 cm

Berat jenis beton = 2400 kg/cm3

Tinggi rencana pengecoran = 0,75 m

Suhu beton = 300C

Slump beton = 75 mm

- Bahan cetakan multiplek 18 mm (kelas II)

Tegangan lentur ijin lt = 75 kg/cm2

Tegangan tekuk ijin tk = 15 kg/cm2

Page 48: BAB IV GA JDI

25 cm

16 cm

4-48

Tegangan geser ijin = 8 kg/cm2

Modulus Elastisitas E = 80000 kg/cm2

- Bahan kayu kelas II mutu A

Tegangan lentur ijin lt = 100 kg/cm2

Tegangan tekuk ijin tk = 25 kg/cm2

Tegangan geser ijin = 12 kg/cm2

Modulus Elastisitas E = 100000 kg/cm2

Kecepatan Pengecoran

Volume beton 0,25 × 0,75 × 1 = 0,188 m3

Volume ember pengangkutan, 25 cm (atas), 16 cm (bawah), dan

t = 25 cm.

Volume ember =

V=13×π×t× (R2+r 2+R×r )

¿=13×π×0 , 25×(0 ,1252+0 ,082+(0 , 125×0 ,08 ) )

=0 ,0084 m3

Periode pengecoran diambil 2 menit

Waktu yang diperlukan =

VbalokVember

= 0 ,1880 , 0084

=22, 38 kali

25 cm

Page 49: BAB IV GA JDI

4-49

Waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran balok

23×260

=0 , 77 jam

Kecepatan pengecoran =

tinggi jatuhwaktu pengecoran

=

0 ,750 ,77

=0 ,97 m / jam

2. Perhitungan Tekanan

100

.hPH

= (2400 × 0,75) /100

= 18 Kpa

PS= γ . R . K100

+5

=

2400×0 ,97×0 ,55100

+5

= 17,80 Kpa

PI=4 . γ .10−3=9,6Kpa = 0,096 kg/cm2

Sehingga besarnya tekanan adalah PS + PI = 17,8 + 9,6

= 27,4 Kpa

0,096 kg/cm2 0,178 kg/cm2

75 cm

0,274 kg/cm2

maka, q = 27,4 kPa 1 m

= 27,4 kg/cm.

Page 50: BAB IV GA JDI

4-50

3. Perhitungan Jarak Klam Pengaku Vertikal (2/10)

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .bh2

6q =√10×75×75×1,8×1,86×27 ,4 = 33,30 cm.

b. Berdasarkan lendutan

L=3√384 . EI

1000 q =

3√384×80000×( 112

.75 .1,83 )

1000×27 ,4 = 34,44 cm.

Klam pengaku multiplek dipasang setiap jarak 30 cm.

4. Perhitungan Jarak Klam Pengaku Horisontal (5/7)

Beban yang bekerja :

- berat sendiri beton (2400 kg/m3 0,25 m 0,75 m) = 4,50 kg/cm

- berat cetakan (taksiran) = 100 kg/m = 1,00 kg/cm

- beban pekerja (taksiran) = 300 kg/m = 3,00 kg/cm

- berat alat (taksiran) = 50 kg/m = 0,50 kg/cm

= 9,00 kg/cm.

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .bh2

6q =√10×75×25×1,8×1,86×9,0 = 33,54 cm.

b. Berdasarkan lendutan

L=3√384 . EI

1000 q =

3√384×80000×( 112

.25 .1,83 )

1000×9,0 = 34,61 cm.

Klam pengaku multiplek dipasang setiap jarak 30 cm.

5. Perhitungan Jarak Klam Pengaku Horisontal (6/12)

a. Berdasarkan kekuatan

L = √ 8.σ lt .bh2

6 q =√ 8×100×5×7×76×9,0 = 60,25 cm.

b. Berdasarkan lendutan

Page 51: BAB IV GA JDI

4-51

L=3√384 . EI

2000 q =

3√384×100000×( 112

. 5 .73 )

2000×9,0 = 67,30 cm.

Klam pengaku horisontal (6/12) dipasang setiap jarak 65 cm.

6. Perhitungan Jarak Skafolding

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .bh2

6q =√10×100×6×12×126×9,0 = 126,49 cm.

b. Berdasarkan lendutan

L=3√384 . EI

1000 q =

3√384×100000×( 112

.6 .123 )

1000×9,0 = 154,48 cm.

Skafolding dipasang setiap jarak 125 cm.

3.7.6 Pekerjaan Plat Lantai

1. Data-data

* Tebal plat lantai 12 cm

* Pembebanan :

- berat sendiri beton (2400 kg/m3 0,12 m 1 m) = 2,88 kg/cm

- berat cetakan (taksiran) = 100 kg/m = 1,00 kg/cm

- beban pekerja (taksiran) = 300 kg/m = 3,00 kg/cm

- berat alat (taksiran) = 50 kg/m = 0,50 kg/cm

= 7,38 kg/cm.

2. Perhitungan Jarak Gelagar Anak (5/7)

Page 52: BAB IV GA JDI

4-52

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .bh2

6q =√10×75×100×1,8×1,86×7 ,38 = 74,08 cm.

b. Berdasarkan lendutan

L=3√384 . EI

1000 q =

3√384×80000×( 112

.100 .1,83 )

1000×7 ,38 = 58,70 cm.

Gelagar anak dipasang setiap jarak 50 cm.

3. Perhitungan Jarak Gelagar Induk (6/12)

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .bh2

6q =√10×100×5×7×76×7 ,38 = 74,38 cm.

b. Berdasarkan lendutan

L=3√384 . EI

1000 q =

3√384×100000×( 112

.5 .73 )

1000×7 ,38 = 90,60 cm.

Gelagar induk dipasang setiap jarak 70 cm.

4. Perhitungan Jarak Penyangga (Skafolding)

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .bh2

6q =√10×100×6×12×126×7 ,38 = 139,69 cm.

b. Berdasarkan lendutan

L=3√384 . EI

1000 q =

3√384×100000×( 112

.6 .123 )

1000×7 ,38 = 165,04 cm.

Penyangga (Skafolding) dipasang setiap jarak 120 cm.

C. Pengecoran

Page 53: BAB IV GA JDI

4-53

Pengecoran dilakukan menggunakan beton ready mix dan pengangkutan

menggunakan ember, kemudian dipadatkan dengan vibrator.

D. Perawatan

Pengecoran yang tidak sempurna menimbulkan kolom keropos, maka

dilakukan penambalan dan untuk mengurangi pengeringan yang cepat,

beton ditutup dengan karung goni.

E. Pembongkaran

Pembongkaran perancah ini dilakukan setelah beton mengeras atau

sekitar 28 hari.

Page 54: BAB IV GA JDI

4-54

Gambar 3.25 Perancah Balok Induk dan Plat Lantai

3.7.6 Pekerjaan Tangga

A. Penulangan

Tangga yang dikerjakan berbentuk dua lengan dengan bordes

sebagai penghubungnya. Tulangan yang digunakan adalah tulangan 16

mm sebagai tulangan pokok dan tulangan 8 mm sebagai tulangan

ikatnya. Perangkaian tulangan tangga dilakukan di atas cetakan, dengan

tujuan supaya memudahkan dalam pengerjaan maupun dalam

pengecoran.

Adapun langkah-langkah pekerjaan penulangan tangga adalah

sebagai berikut:

1. Memotong dan membengkokkan tulangan sesuai dengan schedule

penulangan;

2. Merangkai tulangan balok 20/40 cm yang diletakkan di atas

pasangan pondasi batu kali;

3. Merangkai tulangan balok bordes 20/40 cm yang diletakkan pada

tulangan kolom, balok bordes ini berfungsi sebagai tumpuan dari

pelat bordes;

4. Menyusun tulangan pelat tangga sesuai dengan gambar kerja;

5. Merangkai tulangan dan diikat menggunakan kawat bendrat agar

tidak berubah posisinya;

6. Memasang tulangan anak tangga yang dirangkai dengan tulangan

arah melintang;

7. Merangkai tulangan pelat bordes bagian bawah dengan tulangan

bagi dan diikat dengan kawat bendrat;

8. Memasang beton deking pada tulangan pelat tiap jarak satu meter.

Jika menggunakan tulangan rangkap, maka harus dipasang

tulangan penahan (kaki ayam) pada jarak tiap satu meter.

Page 55: BAB IV GA JDI

4-55

Tulangan ini berfungsi untuk menjaga jarak antara tulangan atas

dengan tulangan di bawahnya.

B. Begesting Tangga Lantai 2

Perhitungan begisting tangga menggunakan bahan cetakan dari

multiplek dengan ketebalan 18 mm, papan 2/20 cm untuk gelagar

melintang, dan steel proof sebagai tiang penyangga.

1. Data-data :

Lebar tangga = 150 cm

Tebal pelat = 15 cm

Tinggi optride = 20 cm

Lebar antride = 30 cm

Sudut kemiringan = 33,69º

Berat cetakan = 100 kg/m

Berat pekerja = 100 kg/m

Berat alat = 50 kg/m

Gambar 3.26 Tangga

2. Perhitungan cetakan samping

Ht = 15 + (sin 33,69 × 30)

= 32 cm.

Page 56: BAB IV GA JDI

4-56

Tekanan yang terjadi

PH =

γ . h100

=

2400×0 ,32100

= 7,68 KPa.

PS =

γ . R . K100

+5

=

2400×1×0 , 55100

+5

= 18,2 KPa.

Tekanan pengaruh kekuatan beton

PI = 4.γ.10-3 = 9,6 KPa

Jadi tekanan desain = PH + PI

= 7,68 + 9,6

= 17,28 KPa.

Beban merata yang timbul (q) = 17,28 KPa × 1,5 m

= 25,92 KN/m = 25,92 kg/cm.

Mencari jarak klam pengaku

Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .b .h2

6 .q = √10 .75 .32.1,82

6 .25 ,92 = 22,36 cm.

Berdasarkan lendutan

L =

3√384 . EI1000q =

3√384 .80000 .( 112

. 32.1,83 )

1000 .25 ,92 = 26,42 cm.

3. Perhitungan cetakan di bawah tangga

Pembebanan

Berat beton = 2400 kg/m3 × 1,5 m × 0,32 m = 1152 kg/m

Berat cetakan (ditaksir) = 100 kg/m

Berat pekerja (ditaksir) = 100 kg/m

Page 57: BAB IV GA JDI

4-57

Beban alat (ditaksir) = 50 kg/m +

= 1402 kg/m

= 14,02 kg/cm.

Karena kemiringan tangga 33,690, maka beban merata yang diterima

cetakan tangga menjadi = 14,02 kg/cm cos 33,690 = 11,67 kg/cm.

4. Perhitungan jarak gelagar anak

Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .b .h2

6 .q = √10 .75 . 150.1,82

6 .11 ,67 = 72,15 cm.

Berdasarkan lendutan

L =

3√384 . EI1000q =

3√384 .80000 .( 112

. 150 .1,83)

1000 .11 , 67 = 57,68 cm.

Jadi gelagar anak dan klam pengaku dipasang setiap jarak 20 cm.

5. Perhitungan jarak tiang penyangga

Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .b .h2

6 . q = √10 .75 . 2. 202

6 .11 ,67 = 92,57 cm.

Berdasarkan lendutan

L =

3√384 . EI1000q =

3√384 .80000 .( 112

. 2 .203 )

1000 .11 , 67 = 151,97 cm.

Jadi tiang penyangga dipasang setiap jarak 75 cm.

6. Perhitungan cetakan bordes

Ukuran pelat bordes = 150 cm × 120 cm, tebal 15 cm.

PH =

γ . h100

=

2400×0 ,15100

Page 58: BAB IV GA JDI

4-58

= 3,6 KPa.

PS =

γ . R . K100

+5

=

2400×1×0 , 55100

+5

= 18,2 KPa.

Tekanan pengaruh kekuatan beton

PI = 4.γ.10-3 = 9,6 KPa

Jadi tekanan desain = PH + PI

= 3,6 + 9,6

= 13,2 KPa.

Beban merata yang timbul (q) = 13,2 KPa × 1,2 m

= 15,84 KN/m = 15,84 kg/cm.

Mencari jarak klam pengaku

Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .b .h2

6 .q = √10 .75 .15. 1,82

6 . 15 ,84 = 19,58 cm.

Berdasarkan lendutan

L =

3√384 . EI1000q =

3√384 .80000 .( 112

. 15 .1,83)

1000 .15 ,84 = 24,18 cm.

Berat beton = 2400 kg/m3 × 0,15 m × 1,2 m = 432 kg/m

Berat cetakan (ditaksir) = 100 kg/m

Berat pekerja (ditaksir) = 100 kg/m

Beban alat (ditaksir) = 50 kg/m +

= 682 kg/m = 6,82 kg/cm.

Perhitungan jarak gelagar anak

Berdasarkan kekuatan

Page 59: BAB IV GA JDI

4-59

L = √10 .σ lt .b .h2

6 .q = √10 .75 . 120.1,82

6 . 6 ,82 = 84,42 cm.

Berdasarkan lendutan

L =

3√384 . EI1000q =

3√384 .80000 .( 112

. 120 .1,83)

1000 .6 , 82 = 64,04 cm.

Jadi klam pengaku dan gelagar anak dipasang setiap jarak 15 cm.

7. Perhitungan jarak gelagar induk

Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .b .h2

6 . q = √10 .100 . 5. 72

6. 6 , 82 = 77,38 cm.

Berdasarkan lendutan

L =

3√384 . EI1000q =

3√384 .100000.( 112

. 5.73 )

1000 .6 , 82 = 93,01 cm.

Jadi gelagar induk dipasang setiap jarak 60 cm.

8. Perhitungan jarak tiang penyangga

Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .b .h2

6 .q = √10 .100 .6 .122

6 .6 ,82 = 145,31 cm.

Berdasarkan lendutan

L =

3√384 . EI1000q =

3√384 .100000.( 112

. 6 .123 )

1000 .6 , 82 = 169,44 cm.

Jadi gelagar induk dipasang setiap jarak 75 cm.

9. Perhitungan balok bordes

Ukuran balok bordes = 20 cm × 40 cm

PH =

γ . h100

=

2400×0,4100

Page 60: BAB IV GA JDI

4-60

= 9,6 KPa.

Tekanan pengaruh kekuatan beton

PI = 4.γ.10-3 = 9,6 KPa

Jadi tekanan desain = PH + PI

= 9,6 + 9,6

= 19,2 KPa.

Beban merata yang timbul (q) = 19,2 KPa × 1 m

= 19,2 KN/m = 19,2 kg/cm.

Mencari jarak klam pengaku

Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .b .h2

6 .q = √10 .75 .40 .1,82

6 .19 ,2 = 29,05 cm.

Berdasarkan lendutan

L =

3√384 . EI1000q =

3√384 .80000 .( 112

. 40 . 1,83 )

1000 .19 ,2 = 31,45 cm.

Berat beton = 2400 kg/m3 × 0,2 m × 0,4 m = 192 kg/m

Berat cetakan (ditaksir) = 100 kg/m

Berat pekerja (ditaksir) = 100 kg/m

Beban alat (ditaksir) = 50 kg/m +

= 442 kg/m = 4,42 kg/cm.

Perhitungan jarak gelagar anak

Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .b .h2

6 . q = √10 .75 . 40 .1,82

6 .4 , 42 = 60,54 cm.

Berdasarkan lendutan

L =

3√384 . EI1000q =

3√384 .80000 .( 112

. 40 . 1,83 )

1000 . 4 ,42 = 51,31 cm.

Page 61: BAB IV GA JDI

4-61

Jadi klam pengaku dan gelagar anak dipasang setiap jarak 25 cm.

10. Perhitungan jarak gelagar induk

Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .b .h2

6 .q = √10 .100 .5. 72

6 . 4 ,42 = 96,12 cm.

Berdasarkan lendutan

L =

3√384 . EI1000q =

3√384 .100000.( 112

. 5.73 )

1000 . 4 ,42 = 107,48 cm.

Jadi gelagar induk dipasang setiap jarak 75 cm.

11. Perhitungan jarak tiang penyangga

Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .b .h2

6 . q = √10 .100 . 6 .122

6 .4 , 42 = 180,50 cm.

Berdasarkan lendutan

L =

3√384 . EI1000q =

3√384 .100000.( 112

. 6 .123 )

1000 . 4 ,42 = 195,80 cm.

Jadi gelagar induk dipasang setiap jarak 75 cm.

Page 62: BAB IV GA JDI

4-62

Gambar 3.27 Perancah Tangga

D. Pengecoran Tangga

Langkah-langkah pengecoran tangga adalah sebagai berikut:

1. Pengecoran dimulai dari balok untuk pijakan anak tangga, kemudian

melebar ke pelat secara terus menerus;

2. Proses pemadatan dilakukan mengikuti pengecoran dan harus berhati-

hati dalam pengerjaannya, agar vibrator tidak mengenai cetakan

maupun tulangan karena dapat mengganggu kedudukan tulangan

maupun cetakan;

3. Perataan permukaan dilakukan dengan alat perata (ruskam) segera

setelah beton dipadatkan;

4. Penghentian pengecoran dilakukan setelah sampai pada bagian balok

bordes lantai 3.

E. Perawatan dan Pembongkaran Begesting

Perawatan terhadap beton tangga dilakukan dengan menyiram

permukaan beton dengan air dan dihindarkan dari getaran-getaran yang

dapat merusak beton itu sendiri. Perawatan ini dilakukan minimal 10 hari

setelah pengecoran berlangsung. Selama beton belum cukup umur beton

tidak boleh diberikan beban terlalu besar.

Page 63: BAB IV GA JDI

4-63

Pada saat pembongkaran begesting harus dilakukan dengan hati-hati,

sehingga nantinya cetakan tersebut dapat digunakan lagi dalam konstruksi

selanjutnya. Sebelum dilakukan pembongkaran harus mendapat

persetujuan pengawas terlebih dahulu, proses pembongkaran dimulai dari

melepas pengaku-pengaku samping. Untuk cetakan bawah dan tiang-tiang

penyangga baru boleh dibongkar setelah beton berumur 21 hari.

3.7.7 Pekerjaan Ring Balk

A. Begesting Ring Balk

Perhitungan perancah dan begesting ring balk

1. Data-data:

Dimensi ring balk = 20/40 cm

Tinggi rencana pengecoran (H) = 40 cm

Suhu beton (T) = 30 C

Slump beton (S) = 75 mm

Bahan cetakan multiplek 18 mm (kelas III)

- Tegangan lentur ijin (lt) = 75 kg/cm2

- Tegangan tekuk ijin (tk) = 15 kg/cm2

- Tegangan geser ijin (//) = 8 kg/cm2

- Modulus elastisitas (E) = 80.000 kg/cm2

Bahan kayu kelas II mutu A

- Tegangan lentur ijin (lt) = 100 kg/cm2

- Tegangan tekuk ijin (tk) = 25 kg/cm2

- Tegangan geser ijin (//) = 12 kg/cm2

- Modulus elastisitas (E) = 100.000 kg/cm2

Pembebanan

- Beban beton = 2400 kg/m3 x 0,2 m x 0,4 m = 192 kg/m

Page 64: BAB IV GA JDI

4-64

- Beban cetakan (ditaksir) = 100 kg/m

- Beban pekerja (ditaksir) = 100 kg/m

- Beban alat (ditaksir) = 50 kg/m +

= 442 kg/m

= 4,42 kg/cm

2. Perhitungan tekanan

Tekanan yang diperhitungkan adalah tekanan samping.

PH =

γ . h100

= (2400 0,4) / 100

= 9,6 KPa.

Tekanan Impact

PI = 0,4

= 9,6 KPa

Jadi Tekanan Disain = PH + PI = 9,6 + 9,6

= 19,2 KPa

beban merata yang timbul (q)

q = 19,2 KPa 1 m

= 19,2 KPa

= 19,2 kg/cm.

3. Perhitungan jarak klam pengaku dipakai 2/10 cm

Bahan cetakan adalah multiplek 18 mm.

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .b .h2

6 .q

= √10 .75 . 40 .1,82

6 .19 ,2 = 29,05 cm

b. Berdasarkan lendutan

L = 3 √384 . E . I1000 .q

Page 65: BAB IV GA JDI

4-65

= 3 √384 .80000 .40. 1,83

1000 .19 ,2.12 = 31,45 cm

Jadi jarak klam pengaku diambil 25 cm.

4. Perhitungan jarak gelagar anak 5/7 cm

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .b .h2

6 .q = √10 .75 .2.1,82

6 .19 ,2 = 36,08 cm

b. Berdasarkan lendutan

L = 3 √384 . E . I1000 .q = 3 √384 .80000 .2 .1,83

1000 .19 ,2.12 = 64,37 cm

Maka jarak gelagar anak dipasang setiap 25 cm.

5. Perhitungan jarak gelagar induk

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .b .h2

6 .q = √10 .100 .5.72

6 .19 ,2 = 46,12 cm

b. Berdasarkan lendutan

L = 3 √384 . E . I1000 .q = 3 √384 .100000.5 .73

1000 .19 ,2.12 = 65,87 cm

Maka jarak gelagar induk dipasang setiap 45 cm.

6. Perhitungan jarak scafolding

a. Berdasarkan kekuatan

L = √10 .σ lt .b .h2

6 .q = √10 .100 . 6 .122

6 .19 ,2 = 86,60 cm

b. Berdasarkan lendutan

L = 3 √384 . E . I1000 .q = 3 √384 .100000.6 . 123

1000 .19 ,2.12 = 120 cm

Maka scafolding dipasang setiap jarak 85 cm.

Page 66: BAB IV GA JDI

4-66

Gambar 3.28 Bekisting Ring Balk

B. Pekerjaan Penulangan

Penyetelan tulangan ring balk dilakukan di dalam los kerja, setelah

rangkaian tulangan jadi kemudian dibawa ke lantai 3 untuk dipasang.

Adapun langkah-langkah dalam penulangan ring balk adalah sebagai

berikut:

1. Memotong tulangan sesuai dengan schedule penulangan;

2. Merangkai tulangan dengan memberi tanda menggunakan kapur setiap

jarak yang ditentukan sepanjang tulangan untuk memasang begel;

3. Mengikat begel dengan kawat bendrat menempatkan tulangan yang

telah jadi dalam begesting;

4. Pertemuan tulangan ring balk dan tulangan kolom diikat dengan kawat

bendrat;

5. Memasang beton deking pada keempat sisinya.

C. Pengecoran Ring Balk

Pengecoran ring balk menggunakan molen, adukan diangkut

dengan ember. Sebelum pengecoran dilakukan pengecekan tulangan dan

begesting, agar benar-benar tegak dan rapat supaya tidak bocor saat dicor.

Adapun langkah-langkah pengerjaannya adalah:

1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan;

2. Memastikan dan mengecek ketegakan posisi ring balk;

3. Pengecoran dilakukan secara manual dengan fc 20 Mpa;

Page 67: BAB IV GA JDI

4-67

4. Mengangkut adukan beton menuju lokasi pengecoran, kemudian

dituangkan ke dalam cetakan sambil ditusuk-tusuk;

5. Bila terjadi kebocoran pada cetakan langsung ditambal.

D. Pekerjaan Perawatan dan Pembongkaran Begesting

Perawatan terhadap beton ring balk dilakukan dengan menyiram

permukaan beton dengan air dan dihindarkan dari getaran-getaran yang

dapat merusak beton itu sendiri. Perawatan ini dilakukan minimal 10 hari

setelah pengecoran berlangsung. Selama beton belum cukup umur beton

tidak boleh diberikan beban terlalu besar.

E. Pembongkaran Begesting Kolom Ring Balk

Pembongkaran begesting dilakukan setelah beton mengeras dan

mencapai umur tertentu, sedangkan untuk pembongkaran perancah beton

ring balk dilakukan ketika ring balk telah berumur lebih dari dua hari

dengan alasan ring balk belum menerima beban dan telah terjadi

pengikatan meskipun belum kuat benar.

Adapun langkah-langkah pengerjaannya adalah:

1. Mengambil skoor pada ring balk tersebut satu persatu;

2. Kemudian mengambil balok kayu yang menahan sisi samping-

sampingnya dan dilanjutkan dengan pembongkaran cetakan pada satu

sisi terlebih dahulu;

3. Setelah satu sisi cetakan diambil ketiga sisi yang lainnya juga diambil

sekaligus tanpa membongkar rangkaiannya.