BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat
Transcript of BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat
BAB IV
ANALISIS
Analisis dilakukan untuk mengetahui karakteristik penggunaan lahan dengan lebih dahulu
mengetahui potensi dan permasalahan yang ada sehingga dapat memberikan saran atau rekomendasi
dalam hal penggunaan lahan. Berikut ini adalah analisis-analisis yang dilakukan.
4.1 Analisis Distribusi Penduduk
Analisis distribusi penduduk bertujuan untuk mengetahui pendistribusian penduduk di suatu wilayah
dengan melihat tingkat kepadatan penduduk dan pola penyebarannya. Tingkat kepadatan memiliki ukuran
sebagai berikut:
1. Daerah Padat (DP) adalah daerah dengan jumlah penduduk diatas 300 orang/Ha.
2. Daerah Kurang Padat (DKP) adalah daerah dengan jumlah peduduk 50 orang – 300 orang/Ha.
3. Daerah Tidak Padat (DTP) adalah daerah dengan jumlah penduduk dibawah 50 orang/Ha.
(sumber: Materi perencanaan wilayah dan kota, 2005)
Berikut ini tingkat kepadatan per RW penduduk kelurahan Kramat dijabarkan pada tabel berikut
Tabel 4.1 Tingkat Kepadatan Bruto Penduduk Kelurahan Kramat Tahun 2007
RW Luas Wilayah
(ha)
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Kepadatan Penduduk (jiwa/ha)
TingkatKepadatan
01 11,34 4212 371,42 Daerah Padat02 14,17 1680 118,37 Daerah Kurang padat03 7,08 2971 419,63 Daerah Padat04 7,79 2846 365,34 Daerah Padat05 9.22 2754 298,69 Daerah Kurang Padat06 6,38 3319 520,21 Daerah Padat07 9,93 3173 282,17 Daerah Kurang Padat08 4,93 2802 568,35 Daerah Padat
Total 70,87 23757 335 Daerah Padat(sumber: Diolah Kelompok dari Buku monografi Kelurahan Kramat tahun 2007)
Rata-rata kepadatan penduduk di Kelurahan Kramat adalah sebesar 335 jiwa/Ha. Angka tersebut
menerangkan bahwa setiap Ha dihuni oleh 335 jiwa. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa kepadatan
penduduk terbesar terdapat di RW 06 karena luas wilayah RW 06 paling kecil tetapi jumlah penduduknya
paling banyak. Hal ini dikarenakan RW 06 merupakan permukiman. Pada kondisi eksisting, pemukiman di
RW 06 cenderung kumuh, dimana jumlah penduduk yang tinggal di RW 06 melebihi kapasitas daya
tampung untuk menjadi kawasan yang nyaman untuk dihuni.
Pola persebaran kepadatan penduduk kelurahan Kramat terkonsentrasi di RW 03, RW 06 dan RW
08. RW 02 yang memiliki luasan terluas memliki jumlah penduduk terendah, hal ini dikarenakan RW 02
diperuntuhkan sebagai pusat perdagangan.
Secara keseluruhan kelurahan Kramat merupakan daerah yang padat, dikarenakan letaknya yang
terletak yang stategis. Hal ini ditunjukan dengan adanya kemudahan akses dan banyaknya tanportasi
public. Kelurahan Kramat dekat dengan terminal bus Senen yang merupakan terminal bus dalam kota.
Selain itu kelurahan ini dekat dengan stasiun kereta api Senen yang merupakan Stasiun kereta untuk skala
dalam kota dan luar kota.
4.1.2 Kesesuaian dengan rencana
Kepadatan penduduk menurut proyeksi pada RRTRW kecamatan Kramat tahun 2005 adalah
sebanyak 461 jiwa/ha. Sedangkan pada kondisi eksisting tahun 2007 kepadatan penduduk hanya 335
jiwa/ha. Hal ini menunjukkan jumlah kepadatan di kelurahan Kramat masih berada dibawah batas
ketentuan rencana yang ada. Hal ini juga diperkuat oleh penggunaan lahan di RW 02 yang merupakan
kawasan komersil perkantoran sehingga banyak lahan yang dibuat menjadi perkantoran yang
menyebabkan RW 02 ramai pada siang hari dan sepi pada malam harinya, karena orang yang bekerja
pada perkantoran sebagian besar tidak tinggal di Kelurahan Kramat.
4.2. Analisis Pola Penggunaan Lahan
Manfaat analisis pola penggunaan lahan adalah untuk menganalisis pola kecenderungan
penggunaan lahan yang terjadi selama kurun waktu tertentu. Analisis ini terbagi menjadi 2, yaitu analisis
karakteristik penggunaan lahan eksisting serta analisis pola perubahan penggunaan lahan (time series).
Tujuan dilakukannya analisis pola penggunaan lahan adalah untuk mengetahui karakteristik
penggunaan lahan eksisting dan kecenderungan perubahan penggunaan lahan di kelurahan Kramat mulai
tahun 2003 hingga 20007(eksisting).
4.2.Analisis Karakteristik Penggunaan Lahan Eksisting
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penggunaan lahan eksisting di kelurahan
Kramat. Analisis ini mencakup proporsi dan pola penggunaan lahan eksisting, keterkaitan pola
penggunaan lahan, ketinggian bangunan, dan harga lahan.
Berikut merupakan tabel persentase penggunaan lahan eksisting di kelurahan Kramat:
Tabel 4.2.1
Luas dan Persentase Penggunaan Lahan Eksisiting kelurahan Kramat
Tahun 2007
No. Jenis Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Persentase (%)
1. Wisma Kecil 13,63 19,23
2. Wisma Besar 16 22,57
3. Wisma Perdagangan 7,3 10,3
4. Wisma Industri Kecil 0,7 0,98
4. Karya Pemerintahan 2,4 3,38
5. Karya Perkantoran 4,2 5,92
6. Karya Perdagangan 6,1 8,6
7. Suka Pendidikan 2.2 3,1
8. Suka Keagamaan 2.1 2,96
9. Suka Kesehatan 1.7 2,3
10. Suka SosiaL Budaya 0.3 0,42
11. Penyempurna hijau umum
3.474,89
12.l Marga dan saluran 10,77 15,19
Jumlah 70.87 100,0
Sumber: Diolah kelompok dari Peta Penggunaan Lahan Eksisting
Mayoritas penggunaan lahan eksisiting di kelurahan kramat didominasi oleh wisma kecil.
Perumahan terpusat di area dalam kelurahan, yakni daerah Kramat Pulo, Kembang Pacar, dan Kramat
Gundul. Sedangkan untuk pusat kegiatan terletak dijalan arteri Kramat Raya dan Kramat Bunder. (lebih
jelasnya dapat dilihat dalam peta penggunaan lahan eksisiting).
Pusat kegiatan di kelurahan kramat di pusatkan di sepanjang jalan arteri. Pengelompokan karya
perkantoran, karya perdagangaan, dan karya pemerintahan terletak di daerah jalan arteri hal ini
dikarenakan kemudahan akses dan pencapaiaan. Selain terletak di jalan ateri, pusat kegiatan terletak di
daerah jalan kolektor. Model ini lebih sesuai dengan model sektor yang dikembangkan oleh Homer Horyt.
Pusat kegiatan kelurahan Kamat pada awalnya terletak di jalan arteri, dalam perkembangannya
pusat ini menyebar di sepanjang jalan kolektor yang dilalui oleh tanportasi umum. Adanya transportasi
umum meningkatkan jumlah pergerakan dan jumlah aktivitas, dengan bertambahnya jumlah aktivitas
membuat lahan yang ada berubah secara fungsi. Perubahan fungsi antara lain dari wisma menjadi wisma
perdagangan. (lebih jelasnya akan dibahas pada kesesuaian terhadap rencana).
Berikut ini akan dijabarkan kesamaan model Homer Hory dengan kondisi eksisiting kelurahan
Kramat:
Tabel 4.2..2
Tabel Kesamaan Kondisi eksisiting dengan model Sektoral Homer Horyt
Model Sektor (Homer Horyt) Kondisi eksisting
Pusat Kota Pusat kegiatan dan fasilitas berpusat di jalan arteri
Kramat Raya dan Kramat Bunder.
Sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan
kawasan perdagangan.
Area wisma perdagangan yang terletak di
sepanjang jalan Kramat Sentiong dan Kramat Pulo.
Dekat pusat kota dan dekat sektor tersebut diatas, pada
bagian sebelahnya, terdapat sektor murbawisma, yaitu
kawasan tempat tinggal kaum murba atau kaum buruh.
Area permuahan kecil, wisma kecil terletak di dekat
dengan pusat kegiataan. Terletak di Kramat Pulo dalam
merupakan wisma kecil
Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta
perdagangan, terletak sektor madyawisma.
Area ini merupakan, area karya perdagangan yang
terletak di Pasar Gaplok.
Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, kawasan
tempat tinggal golongan atas.
Area wisma besar, terletak di area Kramat Baru dan dan
Sedap Malam.
Sumber: diolah kelompok dari peta eksisting dan tinjauan teori.
Kramat Raya dan Kramat Bunder lebih difungsikan sebagai area komersial dan penyedian fasilitas,
hal ini dikarenakan area ini secara memang difungsikan sebagai pusat kegiatan kelurahan Kramat.Dengan
harga tanah yang lebih mahal dan memiliki intersitas yang lebih tinggi, secara nilai ekonomi area ini akan
optimal untuk area komersial.
Penggunaan lahan di kelurahan Kramat bervariasi, dengan pusat kegiatan terletak di jalan arteri
Kramat Raya, selain memiliki pusat kegiatan kelurahan Kramat memiliki sektor-sektor pelayanaan jasa dan
perdagangan yang terletak di jalan kolektor Kramat Sentiong dan arteri Kramat Bunder. Daerah perumahan
terletak setelah pusat kegiatan, pusat perumahan kelurahan Kramat dibagi atas perumahan skala kecil dan
perumahan skala besar. Model ini sesuaia dengan model yang dikembangakan Homer Hory. Berikut ini
akan dijabarkan pusat kegiatan kelurahan Kramat berdasakan teori sektoral Homer Hoyt dalam peta
analisis pusat kegiatan.
4.2.2Peta analis pusat kegiatan kel krmat
Penggunaan lahan ini dipengaruhi oleh adanya rute tanportasi, rencana ketinggian bangunan, dan
harga lahan. Untuk daerha yang terletak di jalan arteri memiliki harga lahan yang lebih tinggi dimana harga
lahannya juga lebih tinggi. Derah permukiman memiliki intensitas yang lebih rendah dan harga lahan juga
lebih rendah, penggunnaan lahan ini memiliki kemiripan berdasakan teori harga sewa lahan diman daerah
yang memiliki nilai lahan tertinggi terletak di pusat kota dan difungsikan sebagai pusat kegiatan dengan
ketersedian akses yang baik.
Berikut ini akan adalah perbadingan penggunaaan lahan eksisting dengan rencana intensitas, dan
harga tanah eksisting berdasarkan nama jalan:
Tabel 4.2.3
Tabel Perbandingan Penggunaan Lahan Eksisiting, Rencana, Intensitas, dan Harga Berdasarkan Nama
Jalan.
Nama JalanHarga (Rp.)
MIN (Rp)
MAX (Rp)
Peruntukan Eksisting
Intensitas Maksimal
Tanportasi Masal
Muhammad Soleh
511.200 601.200 Wisma kecil < 1,2
Pal Putih dalam 511.200 897.600 Wisma besar Max 2,4Pal Putih 1.172.400 1.303.200 Wisma besar Max 2,4Pasar Gaplok 434.400 511.200 Wisma kecil, karya < 1,2 Miklolet 12Sedap Malam 601.200 687.600 Wisma besar, karya Max 2,4 Miklolet M01Tongkang 434.400 786.000 Wisma Besar Max 2,4Kembang Pacar
1.172.400 1.303.200 Wisma besar, wisma industri kecil
Max 2,4 Miklolet M01 A
Kramat Pulo 434.000 639.000 Wisma kecil. Wisma perdagangan, wisma
industri kecil
<1,2 Miklolet M01A, M35, kopaja P 15
Kembang Sepatu
687.600 786.000 Wisma Besar Max 2,4
Kramat Sentiong
434.400 687.600 Wisma kecil, wisma perdagangan
Max 2,4 Miklolet M01A, JP 05
Kramat Baru 1.172.400 1.303.200 Wisma Besar Max 2,4Kramat Bunder 1,172.400 1.303.200 Karya perdagangan Max 2,4 Bis umum, bus
way, metromini, dll
Kramat Raya 5.244.000 5.808.000 Karya perdagangan, karya perkantoran, karya
pemerintahan
Max 3 Bis umum, bus way, Metromini, dll
Sumber: diolah kelompok
Peralihan Penggunaan Lahan Sesuai Kemampuan “Sewa”
Office bid rent
Retail zone
Bid rent Residential zone
Retail bid rent
Office zone residential bid rent
U’ U”
Jarak ke pusat kota
Berdasarkan tabel diatas, harga lahan yang tertinggi adalah lahan yang terletak di jalan Kramat
Raya. Hal ini disebabkan karena Kramat Raya merupakan pusat kegiatan Kelurahan Kramat dan juga
dipergunakan sebagai area komersial dan penyedian fasilitas. Selain itu aksesibilitas jalan ini paling besar
terkait dengan fungsi dari jalan ini sendiri yaitu jalan arteri sekunder yang dilalui tranportasi umum dan
pribadi.
Kramat Raya memiliki harga lahan tertinggi, hal ini terkait dengan peruntukan di daerah itu yang
difungsikan sebagai karya perdangangan, karya pemerintahan, dan karya perkantoran. Selain itu Kramat
memiliki batas ketinggian bangunan tertinggi, dengan KLB max 3 merupakan KlB tertinggi di kelurahan
Kramat.
Sedangkan untuk area komersial dan area perdagangan tersebar secara sektor di Kramat Bunder,
Kramat Sentiong, dan Krmat Pulo. Harga lahan yang lebih murah dan tersediaan sarana tanportasi
membuat daerah sepanjang jalan kolektor berubah fungsi menjadi daerah komersial.(lebih jelasnya dapat
dilihat di peta anlisis)
Pola penggunaan lahan eksisiting berdasakan teori harga sewa, dimana lahan yang memiliki nilai
lebih tinggi terletak di pusat kegiatan kelurahan Kramat difungsikan sebagai karya perdagangan, karya
pemerintahan, karya perkantoran, dan fasilitas. Daerah perumahan terletak di daerah setelah pusat
kegiatan dengan harga lahan yang lebih murah.
Pola penggunaan juga bergantung pada intensitas bangunan dimana, daerah yang direncankan
sebagai kawasan dengan intensitas lebih tinggi terletak di pusat kegiataan dan di fungsikan sebagai karya
dan fasilitas. Daerah yang memiliki intensitas lebih rendah berfungsi sebagai wisma kecil dan wisma besar.
Dengan intensitas yang kecil dan digunakan sebsgai wisma kecil membuat daerah yang menjadi pusat
permukiman memiliki kepadatan penduduk yang tinggi (RW 06).
Pola penggunaaan lahan kelurahan Kramat dipengaruhi oleh tingkatan hirarki jalan, sarana dan
prasarana tranpotasi. Kramat Raya merupakan jalan arteri primer yang dilalu banyak kendaraan pribadi
maupun umum, dengan adanya akases dan sarana yang baik area yang terletak di Kramat Raya akan
lebih optimal jika digunakan sebagai lahan komersial dan pusat kegiatan kelurahan Kramat.
4.4. Analisis Kesesuaian Lahan Eksisting dengan Rencana
Analisis ini berguna untuk mengetahui memetakan variasi berbanding kesesuaian dalam perencanaan
tata ruang yang telah dibuat oleh pemerintah untuk tata guna lahan tertentu melalui keseluruh kekuasaan
hukum atau area perencanaan.
Pada analisis ini akan dibandingkan peta land use existing dengan peta land use rencana dan
selanjutnya dihasilkan peta yang baru setelah dibandingkan (overlay), hasil dari overlay terjadi perubahan
land use antara peta land use existing dengan peta land use rencana pada peta kesuaian lahan elemen
land use seperti :
Perumahan (Wisma)
Pemerintahan dan Bangunan Umum
Perdagangan dan Jasa (Karya)
Pusat pelayanan sosial (Suka)
Jalur hijau dan kawasan yang terbuka (Penyempurna)
Penggunaan-penggunaan khusus, seperti industri.
Pada peta eksisiting kami menggunakan legenda berdasarkan rencana Rinci Kota (RRK) sedangkan
untuk peta rencana menggunakan legenda berdasarkan RRTRW Kecamatan. Pada RRK pembagian
rumah, karya, suka dibagi menjadi lebih rinci. Untuk membadingkan keadaan land used eksisiting dan
rencana digunkan metode over lay peta dimana peta tersebut menerangkan ketidaksesuian yang terjadi
antara rencana dengan eksisiting yang ada.
Daerah yang peruntukan lahannya sesuai diberi warna putih, dan penggunaan lahan eksisting yang
belum sesuai dengan rencana ditandai dengan cara diarsir. Analisis Kesesuaian lahan berdasarkan hasil
overlay menghasikan peta baru yaitu peta kesesuaian lahan.
Tabel 4.4.1 Perubahan Penggunaan Lahan Eksisting dengan Rencana
No.
Peruntukan tanah Rencana
Luas lahan (Ha)
Total Penggunaan Lahan Eksisiting
Luas (Ha)
TotalLuas yang tidak
sesuai
1. Wisma dengan fasilitasnya 18,29 42,39 Wisma Kecil 13,63 37,63 -4,76
Wisma Besar 16
2. Wisma / bangunan umum dengan fasilitasnya
24,10 Wisma Perdagangan
7,3
Wisma Industri Kecil 0,7
4. Karya pemerintahan dengan fasilitasnya
2,4 2,4 Karya Pemerintahan
2,4 2,4 0
5. Karya bangunan umum dengan fasilitasnya
7,54 7,54 Karya Perkantoran 4,2 10,3 +2,76
Karya Perdagangan 6,1
8..
Suka / fasilitas umum 4,30 4,3 Suka Pendidikan 2.2 6.3 + 2
Suka Keagamaan 2.1
Suka Kesehatan 1.7
Suka SosiaL Budaya
0.3
9. Penyempurna hijau binaan dengan fasilitasnya
3,47 3,47 Penyempurna hijau umum
3.47 3,47 0
10. Marga / saluran dengan fasilitasnya.
10,77 10,77 Marga dan saluran 10,77 10,77 0
Jumlah 70,87
Tabel sumber : RRTRW Kecamatan Senen 2005
Perubahan penggunnana lahan yang terjadi ialah perubahan dari wisma menjadi karya, dengan
perubahan ini menambah jumlah sector kegiatan dan komersial di kelurahan Kramat tapi mengurangi
jumlah penduduk di kelurahan Kramat. Hal ini berdampak kepada pengurangan kepadatan, hal ini dapat
dilihat dari kepadatan kelurahan yang masih berada jauh dari batas kepadatan rencana
Dengan bertambahnya suka membuat masyarakat lebih mudah dalam akses pencapaian fasiltas, tapi
hal ini juga berdapak menurunnya jumlah kepadatan yang ada. Lebih jelasnya akan dibahas dalam analisis
dampak.
4.2.2Peta over lay
Tabel 4.4
Tabel ketidak-sesuaiaan Penggunanan Lahan Eksisiting dengan Rencana
Rencana Eksisting KLB Lokasi Hirarki Harga Tranportasi Nilai
Jalan max(Rp) Umum PerubahanWIsma Wisma
PerdaganganMaks 2,4
Kramat Sentiong, Kramat Pulo.
Kolektor Sekunder
687.600 M01, Jp 01 Setara
Wisma Wisma Industri Kecil
Maks 2,4
Kramat Sentiong, Kembang
Pacar.
Kolektor Sekunder
1.303.200 M01, M35 Setara
Wisma Karya Perdagangan
Maks 2,4
Kramat Pulo dan Pal Putih.
Kolektor Sekunder
897.600 M01 Naik
Karya perdagangan
Lahan Hijau belum
terbangun
Maks 3
Kramat Raya
ArteriSekunder
5.808.000 Bus umum, Bus way,
M01A
Turun
Wisma Suka Kesehatan
Maks 2,4
Kramat Sentiong
Kolektor Sekunder
687.600 M01 Naik
Karya Pemerintah
Lahan Hijau Belum
terbanguan
Maks 3
Kramat Raya
ArteriPrimer
5.808.000 Bus umum, Bus way,
M01A
Turun
Marga Karya perdagangan
Maks 2,4
Pasar Gaplok
Jalan Kereta
639.000 Kereta api Turun
1. Perubahan Wisma Menjadi Wisma Perdagangan
Perubahan dari warna (putih) menjadi wisma perdagangan (kuning diarsir pink) mendominasi di
sepanjang jalan kolektor Kramat Pulo, Kramat Sentiong dan Kembang Pacar, area ini dipergunakan
menjadi wisma perdagangan berupa ruko, yang dimanfaatkan sebagai tempat berdagang.
Perubahan ini disebabkan adanya akses yang baik di sepanjang jalan kolektor sehingga
kemudahan dalam pencapaian ini membuat munculnya banyak warga yang berdagang di wilayah tersebut.
Dampak negatif yang ditimbulkan ialah kemacetan hal ini dikarena di daerah tersebut tidak memiliki
fasilitas parkir yang memadai, ditambah sampah yang dihasilkan menjadi lebih banyak.
2. Perubahan Wisma ke Wisma Industri Kecil
Perubahan dari wisma (berwarna putih) ke Wisma industri Kecil (diarsir abu-abu) perubahan ini
hanya sedikit terjadi, perubahan yang ada dari wisma menjadi wisma industri berupa pengelasan dan
bengkel yang terletak di kramat sentiong dan daerah kembang pacar.
Perubahan ini dapat memberikan dampak positif yaitu, munculnya lapangan pekerjaan sehingga
dapat mengurangi pengangguran. Namun juga memberikan dampak negatif, yaitu kemacetan lalu lintas,
polusi udara dan kebisingan.
3. Perubahan Wisma ke Karya Perdagangan
Perubahan dari wisma (berwarna kuning) ke karya perdagangan (pink) dapat memberikan dampak
positif, yaitu memberikan peluang usaha kepada warga. Selain dapat mengurangi tingkat pengangguran,
warga dapat mudah mengaksesnya untuk memberikan kebutuhan yang diperlukan. Tapi juga berdampak
negatif terhadap kemacetan yang terjadi. Perubahan wisma menjadi karya perdagangan terletak di daerah
Kramat Pulo dan Pal Putih hal ini dikarekan dengan meningkatnya peningkatan pergerakan dengan
adanya tranportasi umum.
4. Perubahan Karya Perdagangan menjadi Lahan Hijau Belum Terbangun
Perubahan dari karya perdagangan (pink) ke lahan kosong (diarsir putih) terletak jalan arteri
Kramat Raya, perubahan yang terjadi dari area perdagangan menjadi lahan hijau yang belum terbangun.
Dengan adanya perubahan ini, berdampak pada berkurangnya pusat kegiatan, lahan yang ada menjadi
tidak terurus dan dibiarkan tidak terawat. Hal positif yang didapat ialah area ini dapat menambah jumlah
resapan.
5. Perubahan Wisma ke Suka Kesehatan
Perubahan ini terjadi dengan adanya klinik-klinik kesehatan dan klinik untuk praktek kesehatan
misalnya dokter. Yang terletak di Kramat Pulo dan terletak di Kramat Sentiong. Dengan bertambahnya
jumlah klinik membuat pelayanan kesehatan masyarakat lebih terpenuhi.
6. Perubahan Karya Pemerintahan ke Lahan Hijau Belum Terbangun
Perubahan dari karya pemerintahan (berwarna merah) ke hijau belum terbangun (hijau)
memberikan dampak negatif, yaitu semakin berkuranganya penyedian fasilitas untuk masyarakat.
Perubahan ini terjadi di jalan Kramat Raya dimana karya pemerintah di biarkan menjadi lahan kosong. Tapi
dengan adanya lahan ini menambah jumlah lahan resapan.
7. Perubahan Marga menjadi Karya Perdagangan
Perubahan ini jelas berdampak negative hal ini mengakibatkan tranportasi kerta api menjadi
terganggu. Hal ini karena jumlah sampah yang dihasilkan menjadi lebih banyak sehinggga mengganggu
aktivitas tranportasi yang ada. Selain itu tingkat kenyamanan masyarakat juga terabaikan. Berubahan ini
terjadi di sepanjang jalan kereta api pasar gaplok.
Kesimpulan Perubahan Penggunaan Lahan
Perubahan penggunaan lahan kelurahan Kramat lebih banyak dikarena adanya rute tranportasi,
dengan adanya rute tranportasi membuat jumlah pergerakan dan aktivitas tinggi sehingga peruntukan yang
ada berubah fungsi dari wisma menjadi wisma campuran atau dari wisma menjadi karya. Daerah yang
mengalami perubahan memiliki niali alahan yang tidak terlaalu tinggi dalam artian lahan tersebut secara
ekonmi dapat dibeli dengan murah dan dapat berpotensi untuk kegiataan perdagangan karena adanya
tanportasi umum.
Daerah sekitar merupakan daerah penduduk yang padat sehingga diperlukan pusat-pusat
perdagangan, muculnya sector pelayanan jasa dan komersial area terletak di kramat pulo dan Krmat
Sentiong dimana daetrah tersebut merupakan pusat permukiman penduduk kelas bawah dengan
kepadatan yang tinggi.
Perubahan wisam menjadi wisma campuran untuk mengakomodasi kebutuhan pelayanan wilayah
sekitar yang merupakan wisma, hal ini sesuai dengan model yang dikembangkan oleh model hirarki spacial
Cristaller dimana area yang berkembang akan menjadi pusat pelayanan jasa. Seperti yang diterangkan
oleh Cristaller daerah yang akan menjadi pusat pelayanan dipengaruhi oleh:
• Asas pasar : Ditinjau dari jangkauan barang, konsumen akan memilih tempat terdekat dalam
pemenuhan kebutuhan (sifatnya ekonomis)
• Asas perangkutan :Persebaran tempat-tempat menguntungkan jika terletak pada jalan yg
menghubungkan dua kota yang penting, jalan penghubung tsb hendaknya sependek dan
selurus mungkin (sifatnya ekonomis).1
Jadi dapat disimpulkan dengan adanya sector perdagangan jasa di sepanjang Kramat pulo dan Kramat
sentiong untuk mengakomodasi keperluan pelayanaan daerah sekitar yang merupakan wisma.
Peta analisis
1 H. Pratikno Oktaviani Central Place Theory(Walter Christaller) dalam Materi Kuliah Analisis Lokasi & Pola Keruangan, Planologi Universitas Tarumanagara, 2008
4.4 Analisis Pola Perubahan Penggunaan Lahan (Time Series)
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan perkembangan penggunaan lahan dari
tahun 2003 hingga 2007 (eksisting) di kelurahan Kramat. Analisis ini di lakukan dengan cara melihat yang
terjadi pada tahun 2003 hingga 2007 (eksisting) kemudian dijabarkan ke dalam bentuk tabel.
Tabel 4.4.1 Luas Wilayah Kelurahan Kramat Menurut Peruntukan Tanah
No. Pereruntukan 2003 2004 2005 2006 2007
1. Perumahan 51,80 Ha 51,80 Ha 51,80 Ha 51,80 Ha 51,80 Ha
2. Industri - - - - -
3. Fasilitas umum 15,79 Ha 15,79 Ha 15,79 Ha 15,79 Ha 15,79 Ha
4. Pemakaman - - - - -
5. Lain – lain 04,00 Ha 04,00 Ha 04,00 Ha 04,00 Ha 04,00 Ha
Jumlah 70,87 Ha 70,87 Ha 70,87 Ha 70,87 Ha 70,87 Ha
Tabel (Sumber: Dilolah kelompok dari Monografi dan Demografi Kelurahan Kramat Tahun 2003-2007)
Tabel 4.4.2 Luas Wilayah Kelurahan Kramat Menurut Status Tanah
No. Status tanah 2003 2004 2005 2006 2007
1. Tanah Negara 11,08 Ha 11,08 Ha 11,08 Ha 11,08 Ha 11,08 Ha
2. Tanah milik / adat 46,00 Ha 46,00 Ha 46,00 Ha 46,00 Ha 46,00 Ha
3. Tanah wakaf 06,70 Ha 06,70 Ha 06,70 Ha 06,70 Ha 06,70 Ha
4. Lain – lain 07,00 Ha 07,00 Ha 07,00 Ha 07,00 Ha 07,00 Ha
Tabel (Sumber: Dilolah kelompok dari Monografi dan Demografi Kelurahan Kramat Tahun 2003-2007)
A. Lahan Tahun 2003
Pada tahun 2003 penggunaan lahan di Kelurahan Kramat di dominasi oleh perumahan yaitu
sebesar 51,8 Ha dan fasilitas umum sebesar 15,79 Ha. Selebihnya berupa karya,marga dan
pelengkap fasilitas.
B. Penggunaan Lahan Tahun 2004 – 2007
Pada jangka waktu saat ini tidak terdapat perubahan yang signifikan dari tahun 2003 pada luas
peruntukan lahan untuk perumahan, fasilitas umum, ,maupun peruntukan tanah yang lainnya.
Pada perumahan, luas perumahan tidak bertambah tetapi terjadi perubahan pada fungsi dari
perumahan itu sendiri dari wisma menjadi wisma campuran yaitu dijadikan tempat usaha.
Sedangkan untuk fasilitas dan penyempurna tidak mengalami perkembangan dalam 5 tahun
terakhir karena wilayah Kelurahan Kramat sudah sangat padat.
Hal lain yang memmpengaruhi ialah kepemilikan tanah di wilayah ini lebih banyak dimiliki
oleh masyarakat pribadi, sehingga pihak pengembang yang ingin mengembangkan kawasan ini
menjadi terhambat masalah kepemilikan tanah dan status tanah yang ada. Ditambah pembebasan
yang sulit dilakukan secara besar-besaran karena telah menjadi milik masing-masing orang.
Pembangunan yang ada difokuskan di daerah jalan arteri hal ini dikarenakan wilayah ini
merupakan pusat kelurahan Kramat yang diperuntukan sebagai karya perdagangan dan karya
perkantoran
Hal ini disebabkan kelurahan Kramat merupakan kawasan yang dikembangan secara
pribadi/ non developer, sehingga penyediaan fasilitas hanya mengandalkan pemberdayaan dari
pemerintah. Perubahan yang ada menjadi lebih sektoral dalam arti perubahan yang terjadi lebih
dikarenakan efisiensi fungsi. Misalnya di Kramat Pulo karena area ini dilalui oleh kendaran umum
membuat meningkatnya pola pergerakan. Dengan meningkatnya aktivitas yang ada menyebabkan
berubahnya pengunaan lahan secara fungsi. Kramat pulo sebagai daerah perumahan berubah
fungsi menjadi wisma campuran berupa ruko/kios-kios kecil dana karya perdagangan.
4.5 Analisis Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Eksisting ke Rencana
Analisis dampak perubahan penggunaan lahan eksisting ke rencana ini bertujuan untuk mengetahui
dampak penggunaan lahan eksisting ke penggunaan lahan yang telah direncanakan terhadap masyarakat
dan lingkungan sekitarnya. Analisis ini didapat berdasarkan hasil analisis kesesuaian penggunaan lahan
eksisting dan rencana yang tertuang pada peta overlay .
1. Dampak perubahan Wisma menjadi Ruko/Rukan (wisma campuran) dan Wisma Industri
kecil dan karya.
Dengan adanya perubahan penggunaan lahan dari wisma menjadi ruko/rukan menimbulkan
dampak :
Tabel 4.5.1
Tabel Dampak Penggunaan Lahan Wisma Menjadi Ruko/Rukan di Kelurahan Kramat
Dampak Perubahan Pengunaan Lahan
Positif Negatif
Terbukanya peluang usaha Bertambahnya jumlah fasilitas
umum Bertambah atau berkurangnya
kepadatan penduduk Bertambahnya pusat-pusat
kegiatan sebagai insentive perkembangan pembangunan
Meningkatnya pendapatan masyarakat kelurahan kramat
Mudahnya mengakses kebutuhan
Bertambahnya berkurangnya kepadatan penduduk
Perubahan pola pergerakan yang meningkatnya arus lalu lintas dan cenderung menambah kemacetan
Bertambahnya kebisingan Terjadinya perubahan tanpa
izin Menimbulkan polusi udara dan
suara
barang dan jasaSumber : Diolah Kelompok
Perubahan dari wisma menjadi wisma perdagangan membuat suasana kegiatan masyarakat
sekitar menjadi lebih ramai dimana dengan adanya pusat perdagangan di sepanjang jalan kolektor
membuat masyarakat menjadi lebih mudah dalam hal pencapaian barang dan jasa.
Dampak positif yang ditimbulkan oleh perubahan penggunaan lahan ini adalah tersedianya
beraneka ragam barang dan jasa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.. dengan dilalui
kendaraan umum membuat arus kendaran menjadi lebih ramai, hal ini membuat kemacetan sering terjadi
di sepanjangng jalan kolektor yang di gunakan sebagai tempat berjualan. (dapat dilihat di peta simpul
kemacetan).
2. Dampak Perubahan Wisma menjadi Suka/fasilitas
Dampak dari perubahan lahan wisma menjadi suka/fasilitas dapat di lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.5.2
Tabel Dampak Penggunaan Lahan Wisma Menjadi Suka/Fasilitas di Kelurahan Kramat
Dampak Perubahan Pengunaan Lahan
Positif Negatif
Bertambahnya fasilitas umum Berkurangnya kepadatan
penduduk Memudahakan pencapaian
fasilitas Terbentuknya suatu komunitas
Berkurangnya kepadatan penduduk
Terbentuknya suatu komunitas
Sumber : Diolah Kelompok
Perubahan lahan dari Wisma menjadi Suka berdampak positif bagi pelayanan untuk masyarakat,
sehingga pelayanan untuk masyarakat bertambah dan mudahnya masyarakat dalam pelayanan. hal lain
dengan adanya perubahan wisma menjadi suka membuat kepadatan penduduk berkurang. Dengan
bertambahnya jumlah fasilitas membuat akses pencapaaian barang dan jasa menjadi lebih mudah.
3. Dampak Perubahan Karya Perdangangan menjadi Lahan Hijau Belum Terbanguan
Perubahan penggunaan lahan dari karya perdagangan menjadi lahan kosong terdapat di jalan arteri
Kramat Raya, perubahan ini terjadi membuat area komersial di kelurahan ini berkurang dan membuat
pelayanan terhadap masyarakat menjadi lebih susah. Hal lain yang menjadi permasalahan ialah lahan
yang ada dibiarkan tak terbangun sehingga membuat pemandangan yang ada terlihat tidak
menyenangkan. Hal positive yang ada membuat meningkatnya jumlah lahan resapan yang ada.
Berikut merupakan dampak yang ditimbulkan akibat perubahan lahan dari karya perdangangan menjadi
lahan kosong hijau belum terbangun:
Tabel 4.5.3
Tabel Dampak Penggunaan Lahan Wisma Menjadi Lahan Kosong di Kelurahan Kramat
Dampak Perubahan Penggunaan Lahan
Positif Negatif
Daerah resapan air semakin banyak
Mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas
Berkurangnya kepadatan penduduk
Perubahan pola aktivitas dan pergerakan
Mengurangi ektetika pemandangan
Susahnya pencapaian akan lahan komersial
Sumber : Diolah Kelompok
Perubahan pengggunaan lahan di daerah Kramat Raya ini membuat pencapai masyarakat ke area
perdagangan menjadi berkurang, hal ini disebabkan oleh harga lahan yang lebih mahal untuk daerah
Kramat Raya dan ditambah peruntukannya yang merupakan daerah komersial. Tapi kenyataan yang ada,
ada lahan yang belum terbangun hal ini terkait dengan kondisi lingkungan sekitar yang penduduk padat
dan masih terdapat permukiman penduduk yang cenderung kumuh.
4. Dampak Perubahan Marga menjadi Karya
Berikut adalah tabel dampak perubahan suka/fasilitas menjadi wisma :
Tabel 4.5.4
Tabel Dampak Penggunaan Lahan Suka/Fasilitas Menjadi Wisma di Kelurahan Kramat
Dampak Perubahan Penggunaan Lahan
Positif Negatif
Mengurangi lahan resapan Berubahnya sistem aktivitas Terjadinya pola pergerakan aktivitas Bertamabahnya pendapatan
masyarakat Mudahnya akses pencapaian
Terganggunya keselamatan secara umum
Adanya banguanan dan kios yang dibangun secara liar
Mengganggu aktivitas pergerakan tranportasi sakala kota
Mengganggu keselamatan penggunna kereta dan kegiatan itu sendiri
Bertambahnya jumlah kriminalitas
Sumber : Diolah Kelompok
Perubahan marga menjadi area karya ini terjadi di sepanjang Pasar Gaplok, perubahan yang ada
ini jelas berdampak negatif, jalan kereta api yang seharusnya hanya difungsikan sebagai marga berubah
fungsi menjadi pasar yang komersial dimana masyarakat lebih memilih berbelanja di pasar ini. Hal ini
dikarenakan kemudahan pencapaian dan satu-satunya pasar yang cukup untuk mengakomodasi
kepentingan masyarakat. Tapi hal ini berdapak negatif terhadap keselamatan pengguna pasar maupun
pengguna kereta. Penggusuran yang ada seringkali dilakukan tapi hingga saat ini pasar ini masih ada. Hal
lain dengan adanya pasar ini membuat berkurangnya lahan resapan hijau di area sekitar bantaran rel
kereta api dan meningkatnya jumlah kriminalitas.
4.6 Anilisis Carrying Capasitiy (Daya Dukung Lahan)
Daya dukung lahan adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia &
makhluk lain. Daya dukung perlu dipertahankan sebagai acuan untuk pembangunan yang berkelanjutan. Pada sub
bab ini, analisis daya dukung lahan bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan lahan Kelurahan Kramat
sebagai wisma, dan juga daya dukung jalan Kramat Raya yang berada di Kelurahan Kramat dan merupakan jalan
arteri dengan cara membandingkan standar wisma dan kapasitas jalan yang baik dengan kondisi eksisting.
Pusat kegiatan kelurah Kramat terletak di sepanjang jalan arteri, hal ini membuat arus pergerakan
menjadi tinggi. Secara letak geografis kelurahan ini terletak di Jakarta pusat yang merupakan jalur utama
kendaraan, dari arah Kampung melayu menuju ke Ancol sehingga membuat banyak kendaraan umum
maupun pribadi yang melewati wilayah ini. Dengan tingginya jumlah pergerakan, wilayah ini dioptimalkan
sebagai area perdagangan, perkantoran, dan pusat faslitas.
Penyediaan jumlah faslitas dan area komersial ini tidak didukung oleh penyedian sarana fasilitas
parkir yang memadai sehingga masih banyak area komersial yang mengandalkan parkir di jalan, hal ini
membuat kemacetan sering terjadi di jam pulang kantor, atau jam kantor. Kemacetan sering terjadi di
simpangan menju ke Cikini dimana berkumpul arus dari arah senen, dan ancol yang ingin menuju ke
daerah Kampung Melayu dan daerah Cikini.
Pada jam pulang kantor sering ditemui kemacetan dikarenakan badan jalan sebagai tempat parkir.
Penggunaan badan jalan sebagai tempat parkir membuat berkurangnya satu lajur, sehingga sehingga
daya tampung jalan terhadap arus kendaraan juga berkurang. Dengan keadaan seperti ini membuat pada
jam sibuk daya tampung jalan tidak dapat menampung jumlah kendaaan yang melintasi jalan arteri Kramat
Raya.
Lahan yang akan di analisis adalah jalan arteri primer yaitu jl. Kramat Raya. Pada awalnya di jalan
ini terdapat 6 lajur pada masing – masing jalur. Pada jalur jalan yang berada di tepi Kelurahan Kramat
seharusnya semua lajur dapat digunakan secara optimal. Namun, pada kondisi eksisting, hanya 3 lajur
yang dapat digunakan oleh kendaraan yang melewati jalan tersebut. Hal ini dikarenakan 1 lajur digunakan
untuk busway,dan 2 lajur yang berada di tepi telah digunakan untuk parkir on street. Adapun penggunaan
2 lajur untuk parkir on street dikarenakan di sepanjang jalan Kramat Raya merupakan perkantoran dan
area komersil yang memiliki lahan parkir yang terbatas,sehingga menggunakan jalan untuk tempat parkir.
Dampak yang ditimbulkan dari kondisi ini adalah semua kapasitas kendaraan yang melewati jalan ini yang
seharusnya di tanggung oleh 6 lajur hanya di tanggung oleh 3 lajur. Akibatnya 3 jalur tersebut tidak
berfungsi secara optimal dan kapasitas kendaraan yang melewati jalan ini mengalami pengurangan.
Variabel dampak:
Dampak yang ditimbulkan adalah kemacetan terutama pada jam sibuk. Selain itu dengan adanya parkir on
street, maka kendaraan yang melewati jalan Kramat Raya menjadi semakin tidak teratur. Hal ini terjadi pada saat
orang – orang yang parkir akan mengeluarkan kendaraannya, sehingga membuat kendaraan yang melewati jalan
tersebut menjadi terhambat.
Threshold:
Berdasarkan tabel diatas kapasitas rencana jalan arteri primer adalah <10000 smp/jam. Namun
karena hanya 3 lajur atau 50% dari jumlah lajur yang dapat digunakan, maka kapasitas jalan mengalami
perubahan yaitu penurunan kapasitas menjadi <5000 smp/jam. Seharusnya jumlah kendaraan yang melalui
jalan ini lebih sedikit dari 5000 smp/jam agar kendaraan yang melalui jalan ini lancar. Sedangkan pada kondisi
eksisting frekuensi kendaraan yang melewati jalan tersebut pada jam sibuk sebesar 5670 smp/jam. Dari
angka ini dapat dilihat bahwa pada jam sibuk frekuensi jalan telah melampaui kapasitas dari jalan itu
sendiri dan mengakibatkan kemacetan. Sedangkan pada jam non sibuk, frekuensi jalan sebesar 2400
smp/jam masih dibawah ambang batas (threshold) jalan sehingga pelayanan jalan tersebut masih optimal.
BAB V
Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai potensi yang dapat
dikembangkan serta permasalahan yang harus diatasi sektor penggunaan lahan di kelurahan Kramat. Berikut
merupakan potensi yang dimiliki oleh kelurahan ini terkait dengan sektor penggunaan lahan:
1. Letak yang Strategis dan Ketersedian Akses yang Baik
Kelurahan Kramat merupakan kelurahan yang berada di kotamadya Jakarta Pusat, sehingga letaknya
sangat stategis. Banyak kendaraan umum yang melintasi wilayah ini, dikarenakan kelurahan Krmat memiliki
dua jalan arteri sekunder yang menghubungkan arus kendaraan dalam kota. Selain itu kelurahan Kramat
juga dsekat dengan terminal Bis Senen, sehingga banyak kendaraan umum yang melintas dari berbagai
arah. (lebih jelasnya dapat dilihat di peta rute tranportasi)
2. Memiliki Pusat Perdagangan
Kelurahan ini memiliki pusat perdagangan yang terletak di sepanjang jalan Kramat Raya dan Kramat
Bunder, dengan dikembangkan sebagai kawasan komersial. Daerah ini berpotensi, karena didukung
dengan ketersedian akses jalan yang baik, adanya tranportasi umum yang bervariasi.
3. Persebaran Fasilitas dasar yang Merata.
Persebaran fasilitas pendidikan, fasilitas keagamaaan telah tersebar merata (lebih jelasnya dapat dilihat di
peta persebaran fasilitas). Untuk fasilitas kesehatan terdapat puskesmas dan klinik lain yang mudah
dijangkau dengan tanporasai umum.
4. Jumlah Penduduk yang tinggi
Jumlah pendudk yang tinggi dapat dijadikan potensi, untuk menjadi tenaga kerja yang produktive. Untuk itu
dibutuhkan pelatihan keterampilan disertai penyedian lapanagan kerja untuk memberikan kesempatan
untuk bekerja.
5. Memiliki Pusat Pertokoan Khusus
Adanya pusat pertokoan khusus, yaini pusat komponen elektronik yang terletak dijalan Kramat Bunder.
Dengan adanya pusat pertokoan ini meningkatakan pendapatan dari sektor pajak.
Permasalahan
1. Adanya ketidak sesuai pembangunan, kawasan ini berkembang sendiri tanpa developer, sehingga
penyedian fasiltas dan sarana masih mengadalkan perananan pemerintah. Masalah yang timbul
adalah pembnagunan pasar liar di jalan Kereta api Pasar Gaplok. Ini harus dicermati secara
khusus karena dengan adanya pasar ini mengancam keselamatan dari penjual dan pembeli
bahkan dalam konteks yang lebih luas mengacam keamaanan masyarakat kota (pengguna kereta
api).
2. Karena dibangunan olah pribadi kualitas lingkungan yang ada tidak terjaga hal ini dikarenakan
kurangnya pengawasan dan konmtrol terhadap lingkungan. Pada kasus yang terjadi di RW 08
dengan luasan yang paling kecil memiliki kepadatan yang tinggi, sehingga kualitas lingkungan
yang ada cenderung menjadi kumuh.
3. Minimnya ruanag terbuka hijau, penghijauan hanya mengandalkan median jalan dan tanaman
yang ditanam masyarakat secara individu.
4. Di sebagian dari RW 02 dan RW 04 yang merupakan perumahan kelas kecil tidak memiliki sistem
drainase yang baik, sehingga pada saat musim hujan tiba daerah ini menjadi banjir.
5. Adanya lahan yang digunakan untuk parkir jalan raya, terletak di Kramat Raya. Sehingga pada
jam sibuk, daerah ini akan mengalami kemacetan.
Rekomendasi
Dengan melihat potensi dan permasalahan yang ada, kelompok kami menyarkaan berberapa masukan
diantaranya:
1. Pengembalian fungsi rel kereta api, hal ini harus dilakukan sehubungan dengan keamanan bagi
semua pihak yang terlibat. Daerah pinggir rel dapat difungsikan sebagai penghijauan.
2. Menyediakan area untuk pengganti Pasar Gaplok, karena pasar tidak layak dari segi kemanan dan
kebersihan.
3. Memberlakukan hukuman untuk parkir di jalan, dalam upaya pengurangan kemacetan di Jalan
Kramat Raya.
4. Mengembangkan area hijau yang belum terbangun di jalan Kramat Raya.
5. Membatasi perubahan fungsi wisma menjadi wisma perdagangan.
6. Memberikan dorongan pengembangan kawasan perdagangan agromerasi di daerah Kramat
Bunder, sebagai pusat pertokoan komponen elektronik.
7. Membangunan agromerasi home indudtri padat karya berupa kompeksi hal ini terkait dengan
potensi jumlah penduduk yang padat.