BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1. Struktur · PDF fileKlasifikasi Rickard didasarkan pada...
Transcript of BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1. Struktur · PDF fileKlasifikasi Rickard didasarkan pada...
Risca Mustika Suciati (12005055) 32
BAB IV
ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI
4.1. Struktur Sesar
Analisis struktur sesar di daerah penelitian dilakukan dengan melakukan
pengolahan data berupa kekar gerus, breksiasi, posisi stratigrafi, dan kelurusan
kontur dan sungai. Struktur sesar yang berkembang di daerah penelitian terdiri
dari sesar-sesar naik yang berarah relatif barat-timur (WNW-ESE) dan sesar geser
yang berarah relatif baratdaya-timur laut (NE-SW). Sesar-sesar tersebut diberi
nama berdasarkan sifat dominan pergeserannya dan lokasi geografis tempat sesar-
sesar tersebut dijumpai.
4.1.1. Sesar Menganan Cimanggu
Sesar Menganan Cimanggu berada di bagian baratlaut daerah penelitian
dengan arah umum timurlaut - baratdaya. Bukti-bukti keberadaan sesar ini di
daerah penelitian dapat dijumpai di Sungai Cipanyaungan dan Sungai Cimanggu
(Foto 4.1) ditunjukkan dengan keterdapatan cermin sesar dan zona hancuran.
Arah umum breksiasi dan pola kelurusan sungai menunjukkan arah umum
dari jalur sesar menganan ini.
Hasil analisis kinematik dari pengukuran data struktur di lapangan
(Lampiran E1), didapatkan kedudukan bidang sesar N 11º E/ 61º SE dengan
kedudukan net-slip 5º, N 188º E dan pitch sebesar 7º. Berdasarkan klasifikasi
sesar oleh Rickard (1971) op. cit. Harsolumakso dkk. (1997), diperoleh penamaan
sesar yaitu Sesar Menganan Turun Cimanggu. Sedangkan hasil analisis
dinamikanya (Lampiran E2) menunjukkan bahwa tegasan σ1 memiliki orientasi
10º, N 192º E.
Risca Mustika Suciati (12005055) 33
Foto 4.1 Gejala Sesar Menganan Cimanggu. Cermin sesar (kiri) dan zona
hancuran (kanan). (Stasiun 16CMG-3)
4.1.2. Sesar Menganan Cidahu
Sesar Mengan Cidahu berada di bagian tengah daerah penelitian dengan
arah umum timurlaut - baratdaya. Bukti-bukti keberadaan sesar ini berupa bidang
sesar, cermin sesar, kekar gerus dan zona hancuran di daerah penelitian dapat
dijumpai di Kadugede dan hilir Sungai Cidahu (Foto 4.2).
Arah umum breksiasi dan jurus bidang sesar yang dijumpai di lapangan
menunjukkan arah umum dari jalur sesar menganan ini.
Hasil analisis kinematik dari pengukuran data struktur di lapangan
(Lampiran E3), didapatkan kedudukan bidang sesar N 19º E/ 86º SE dengan
kedudukan net-slip 18º, N 188º E dan pitch sebesar 21º. Berdasarkan klasifikasi
sesar oleh Rickard (1971) op. cit. Harsolumakso dkk. (1997), diperoleh penamaan
sesar yaitu Sesar Menganan Turun Cidahu. Analisis dinamikanya (Lampiran E4)
menunjukkan bahwa tegasan σ1 memiliki orientasi 21º, N 202º E.
Risca Mustika Suciati (12005055) 34
Foto 4.2 Bidang sesar dengan cermin sesar (kiri atas) pada stasiun 7CDH-1.
Kekar gerus (kiri bawah) dan zona hancuran (kanan) pada stasiun OBS-1.
4.1.3. Sesar Menganan Cicangkamauk
Sesar Mengan Cicangkamauk berada di bagian timur daerah penelitian
dengan arah umum timurlaut - baratdaya. Bukti-bukti keberadaan sesar ini di
daerah penelitian dapat dijumpai di Kadugede dan hilir Sungai Cikiray dan
Cicangkamauk berupa bidang sesar, cermin sesar, zoa hancuran dan kekar gerus
(Foto 4.3).
Arah umum breksiasi dan jurus bidang sesar yang dijumpai di lapangan
menunjukkan arah umum dari jalur sesar menganan ini.
Hasil analisis kinematik dari pengukuran data struktur di lapangan
(Lampiran E5), didapatkan kedudukan bidang sesar N 10º E/ 86º SE dengan
kedudukan net-slip 30º, N 188º E dan pitch sebesar 31º. Berdasarkan klasifikasi
sesar oleh Rickard (1971) op. cit. Harsolumakso dkk. (1997), diperoleh penamaan
sesar yaitu Sesar Menganan Turun Cicangkamauk. Analisis dinamikanya
(Lampiran E6) menunjukkan bahwa tegasan σ1 memiliki orientasi 32º, N 192º E.
Risca Mustika Suciati (12005055) 35
Foto 4.3 Bidang sesar dengan cermin sesar dan zona hancuran (kiri) pada stasiun
10CKY-7. Kekar gerus (kanan) pada stasiun 17CKM-3.
4.1.4. Sesar Naik
Sesar naik di daerah penelitian diinterpretasikan keberadaannya dari
kondisi dimana batuan yang berumur lebih tua berada di atas batuan yang lebih
muda berdasarkan rekonstruksi penampang geologi (Lampiran A3), keberadaan
lapisan tegak atau hampir tegak pada litologi batupasir konglomeratan, analisis
kelurusan kontur dan sungai, serta sesar minor yang dijumpai di lapangan.
Foto 4.4 Gejala sesar naik di lapangan berupa sesar minor.
Risca Mustika Suciati (12005055) 36
4.2. Struktur Lipatan
Adanya lipatan-lipatan pada daerah penelitian dapat disimpulkan dari
perubahan arah kemiringan pada lapisan batuan. Jenis lipatan pada daerah
penelitian didasarkan pada klasifikasi Fleuty (1964) op. cit. Harsolumakso dkk.
(1997) dan klasifikasi Rickard (1971) op. cit. Harsolumakso (1997). Klasifikasi
Fleuty didasarkan pada kemiringan bidang sumbu dan penunjaman garis sumbu.
Klasifikasi Rickard didasarkan pada kemiringan bidang sumbu, pitch dan
penunjaman garis sumbu.
4.2.1. Antiklin Cipanyaungan Hulu
Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap kedudukan bidang lapisan
batuan (Lampiran C), lipatan ini memiliki kedudukan umum sayap-sayap lipatan
yaitu N 104º E/72º SW dan N 253º E/38º NW, dengan bidang sumbu N 271º
E/73º NE dan garis sumbu 19º, N 278º E. Berdasarkan klasifikasi Fleuty (1964)
op. cit. Harsolumakso (1997) merupakan steeply inclined-gently plunging folds.
Sedangkan berdasarkan klasifikasi Rickard (1971) op. cit. Harsolumakso (1997),
lipatan ini merupakan inclined folds.
4.2.2. Sinklin Cikiray Hilir
Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap kedudukan bidang lapisan
batuan (Lampiran C), lipatan ini memiliki kedudukan umum sayap-sayap lipatan
yaitu N 266º E/21º NW dan N 107º E/69º SW, dengan bidang sumbu N 282º
E/66º NE dan garis sumbu 7º, N 285º E. Berdasarkan klasifikasi Fleuty (1964)
merupakan steeply inclined-horizontal folds. Sedangkan berdasarkan klasifikasi
Rickard (1971), lipatan ini merupakan horizontal folds.
4.2.3. Antiklin Cikiray Hulu
Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap kedudukan bidang lapisan
batuan (Lampiran C), lipatan ini memiliki kedudukan umum sayap-sayap lipatan
yaitu N 111º E/71º SW dan N 270º E/62º N, dengan bidang sumbu N 281º E/85º
NE dan garis sumbu 22º, N 283º E. Berdasarkan klasifikasi Fleuty (1964)
merupakan upright-gently plunging fold. Sedangkan berdasarkan klasifikasi
Rickard (1971), lipatan ini merupakan upright folds.
Risca Mustika Suciati (12005055) 37
4.3. Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi
Mekanisme pembentukan struktur geologi dapat ditafsirkan berdasarkan
analisa deskripsi geometri, analisa kinematik dan analisa dinamik.
Sesar naik merupakan struktur utama yang bekerja di daerah penelitian,
dengan struktur penyerta berupa sesar mendatar dan lipatan. Lipatan-lipatan
tersebut berhubungan dengan sesar naik (fault-related fold).
Fault-related fold secara umum dapat dibagi menjadi fault propagation
fold dan fault bend fold. Tipe fault bend fold (gambar 4.3) dicirikan oleh adanya
struktur lipatan box dan kink pada geometri sesar flat-ramp-flat. Sedangkan tipe
fault propagation fold (gambar 4.3) terbentuk akibat pembengkokan yang bersifat
lentur dari suatu lapisan batuan yang kemudian memicu pecahnya batuan dan
pada akhirnya membentuk suatu bidang pensesaran dengan bidang sesar yang
memotong sinklin pada footwall. Di cirikan oleh adanya sayap lipatan yang curam
bahkan terbalik pada bagian forelimb (Mc Clay, 2000).
Gambar 4.1 Fault Propagation Fold (kiri) dan Fault Bend Fold (kanan). (Twiss dan
Moores, 1992).
Risca Mustika Suciati (12005055) 38
Berdasarkan analisis struktur geologi tersebut diatas, daerah penelitian
dapat diinterpretasikan berada pada zona backarc thrust belt (Gambar 4.4) yang
sangat berhubungan dengan adanya pemendekan regional dari rezim tektonik
kompresi yang membentuk suatu konfigurasi sesar naik yang dinamakan dengan
jalur anjakan-lipatan (fold thrust belt).
Sesar geser merupakan sesar sobekan akibat perbedaan pengakomodasian
gaya pemendekan dari blok yang berbeda, sesar sobekan memisahkan segmen
yang memiliki besaran strain berbeda yang juga meyebabkan perbedaan geometri
dan frekuensi dari sesar dan lipatan. Sesar sobekan ini mencerminkan ekspresi
struktur yang berbeda dari tiap blok. Hal ini menjelaskan terdapat lipatan yang
tidak menerus di daerah penelitian. Model sesar sobekan yang terdapat di daerah
penelitian sesuai dengan model sesar sobekan tipe B pada gambar 4.5 dari Twiss
dan Moores (1992).
Gambar 4.2 Back-arc thrust belt (Harsolumakso, 2007)
Back-arc thrust belt
Risca Mustika Suciati (12005055) 39
Struktur geologi di daerah penelitian terbentuk relatif bersamaan dalam
satu fase deformasi dan saling terkait dalam mengakomodasikan kompresi dan
pemendekan yang terjadi dalam menghasilkan suatu sistem anjakan lipatan
dengan struktur penyerta berupa sesar sobekan. Dengan arah tegasan utama σ1
berarah NNE-SSW.
Struktur sesar dan lipatan terjadi setelah terjadinya pengendapan Satuan
Batupasir Konglomeratan dan Satuan Batupasir yaitu pada fase deformasi Oligo-
Miosen. Terpotongnya Satuan Konglomerat yang berumur Pliosen
mengindikasikan terjadinya deformasi kedua yaitu pada fase deformasi Plio-
Plistosen yang memiliki arah tegasan yang hampir sama dengan deformasi
sebelumnya.
Gambar 4.3 Model sesar sobekan yang memisahkan blok-blok dengan respon
berbeda (Twiss dan Moores, 1992).