BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN -...

17
110 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Subyek yang diteliti oleh penulis berjumlah 3 (tiga) siswa yaitu MD, FL dan BS. Ketiga siswa ini mempunyai nilai rata-rata cukup baik. Ketiga siswa tersebut tergolong dari keluarga berkeadaan ekonomi menengah ke bawah. Ketiga siswa ini mempunyai masalah sering membolos. Gejala yang timbul dari ketiga siswa ini adalah tidak bisa menolak ajakan teman. Hal inilah yang menjadikan layanan konseling kelompok behavioral sangat dibutuhkan B. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian adalah pelaksanaan konseling kelompok diadakan 26 September-3 Oktober 2011. Konseling kelompok dilaksanakan dalam waktu 90 menit setiap kali pertemuan. Adapun uraian kegiatan konseling kelompok sebagai berikut ini : Pertemuan I : 26 September 2011 Konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan dengan doa dan memperkenalkan diri. Pemimpin kelompok mempersilahkan para konseli memperkenalkan diri, untuk mempererat dan membuat suasana menjadi akrab. Pemimpin kelompok menjelaskan pengertian, tujuan, asas-asas dalam konseling kelompok, dan manfaat dari

Transcript of BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN -...

Page 1: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

110

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian

Subyek yang diteliti oleh penulis berjumlah 3 (tiga) siswa yaitu MD, FL

dan BS. Ketiga siswa ini mempunyai nilai rata-rata cukup baik. Ketiga siswa

tersebut tergolong dari keluarga berkeadaan ekonomi menengah ke bawah.

Ketiga siswa ini mempunyai masalah sering membolos. Gejala yang timbul

dari ketiga siswa ini adalah tidak bisa menolak ajakan teman. Hal inilah yang

menjadikan layanan konseling kelompok behavioral sangat dibutuhkan

B. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah pelaksanaan konseling kelompok

diadakan 26 September-3 Oktober 2011. Konseling kelompok dilaksanakan

dalam waktu 90 menit setiap kali pertemuan. Adapun uraian kegiatan

konseling kelompok sebagai berikut ini :

Pertemuan I : 26 September 2011

Konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan

dengan doa dan memperkenalkan diri. Pemimpin kelompok

mempersilahkan para konseli memperkenalkan diri, untuk mempererat dan

membuat suasana menjadi akrab. Pemimpin kelompok menjelaskan

pengertian, tujuan, asas-asas dalam konseling kelompok, dan manfaat dari

Page 2: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

111

kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok untuk tidak

merasa ragu dalam mengungkapkan masalahnya. Konselor juga

memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada semua peserta akan

kerahasiaan dari masalah-masalah yang akan diungkapkan nantinya.

Pemimpin mengajak kelompok untuk bernyanyi. Kegiatan menyanyi ini

bertujuan agar terjadi hubungan yang hangat dan lebih akrab di dalam

kelompok. Pemimpin kelompk mengadakan kontrak waktu dengan

anggota kelompok. Diperoleh kesepakatan dengan anggota kelompok

bahwa konseling kelompok ini dilakukan selama 6 sesi, dengan durasi

waktu 90 menit per sesinya. Setelah itu kegiatan diakhiri dan bersepakat

untuk sesi kedua.

Pertemuan II : 27 September 2011

Pada sesi kedua ini, dilakukan identifikasi masalah. Anggota kelompok

diminta untuk mengungkapka masalahnya satu persatu. Kemudian

bersama-sama menentukan atau memilih salah satu permasalahan anggota

kelompok untuk dibahas. Pada saat ini disepakati akan membahas

permasalahan BS. BS memiliki masalah tentang BS tidak bisa menolak

ajakan teman untuk merokok. Kemudian melalui konseling kelompok ini

BS mengambil keputusan akan menolak ajakan teman untuk merokok dan

mampu mengatakan “tidak” apabila diajak teman-temannya untuk

merokok lagi. Untuk melatih sikap tegas, konselor mengajak BS untuk

bermain peran bersama 2 (dua) temannya dalam 1 (satu) kelompok. BS

berperan sebagai siswa yang diajak membolos sedangkan FL dan MD

Page 3: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

112

sebagai siswa yang mengajak membolos. Konseling kelompok diakhiri

dengan menentukan kegiatan kelompok sesi berikutnya.

Pertemuan III: 28 September 2011

Pada sesi ketiga ini, disepakati akan membantu menyelesaikan masalah

MD. MD memiliki masalah tentang tidak dapat menolak ajakan teman

untuk membolos untuk minum-minuman keras. MD sudah tahu kalau

minum-minuman keras itu tidak baik untuk kesehatan. MD dipaksa oleh

teman-temannya untuk mencoba minum-minuman keras. Masalah MD ini

disebabkan karena MD “tidak” bisa menolak ajakan teman untuk minum-

minuman keras. Padahal sebelum ikut teman-teman untuk minum-minumn

keras MD tahu bahwa minum-minuman keras itu berbahaya untuk diri.

Setelah melakukan konseling kelompok ini MD mengambil keputusan

untuk mampu menolak ajakan teman-temannya untuk tidak minum-

minuman keras lagi. Untuk melatih sikap tegas, konselor mengajak MD

untuk bermain peran bersama 2 (dua) temannya dalam 1 (satu) kelompok.

MD berperan sebagai siswa yang diajak membolos sedangkan BS dan FL

sebagai siswa yang mengajak membolos. Konseling kelompok diakhiri

dengan menentukan kegiatan kelompok sesi berikutnya. Konseling

kelompok ini diakhiri dengan menentukan kegiata kelompok pada sesi

berikutnya.

Pertemuan IV : 29 September 2011

Pada sesi keempat ini, sebelum membantu menyelesaikan masalah FL.

Namun sebelumnya konselor mencoba untuk mengecek anggota kelompok

Page 4: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

113

yang sesi sebelumnya sudah menemukan solusi. Dimulai dari BS, BS

sudah ada perubahan, BS sudah mampu mengungkapkan ketegasannya

dengan teman yang mengajak BS untuk membolos. Selanjutnya, sesuai

kesepakatan yang telah dibuat pada sesi keempat ini, akan membantu

menyelesaikan masalah FL. FL mengalami masalah tentang tidak dapat

menolak ajakan teman untuk bermain playstation (PS). FL sebenarnya

tidak suka bermain playstation. Setelah melakukan konseling kelompok

ini, FL mengambil keputusan untuk mampu menolak ajakan temannya

untuk tidak bermain playstation saat sekolah. Untuk melatih sikap tegas,

konselor mengajak FL untuk bermain peran bersama 2 (dua) temannya

dalam 1 (satu) kelompok. FL berperan sebagai siswa yang diajak

membolos sedangkan BS dan MD sebagai siswa yang mengajak

membolos. Konseling kelompok ini diakhiri dengan menentukan kegiata

kelompok pada sesi berikutnya.

Pertemuan V : 1 Oktober 2011

Pada sesi kelima ini, pemimpin kelompok mencoba untuk mengecek

anggota kelompok yag sesi sebelumnya sudah menemukan solusinya. Pada

sesi ini dimulai dari MD. MD sudah ada perubahan dan MD sudah bisa

menolak ajakan temannya untuk membolos walaupun awal-awal MD

menolak banyak teman-temannya menjauhinya tetapi kelama-lamaan

teman-teman MD mampu menerimanya. MD merasa senang mampu

menolak dengan tegas ajakan teman-temannya untuk membolos. Selain

MD, pada sesi ini, konselor juga akan menyanyakan tindakan yang sudah

Page 5: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

114

dilakukan oleh FL. FL sudah ada perubahan dan FL sudah bisa menolak

ajakan temannya untuk membolos walaupun awal-awal FL menolak

banyak teman-temannya menjauhinya tetapi kelama-lamaan teman-teman

FL mampu menerimanya. FL merasa senang mampu menolak dengan

tegas ajakan teman-temannya

Pertemuan VI : 3 Oktober 2011

Pada sesi keenam ini, evaluasi terhadap semua anggota kelompok dari

pembahasan sesi pertama sampai sesi keenam. Di sini setiap anggota

kelompok akan diminta untuk mengutarakan setiap perubahan yang

dialami selama proses konseling kelompok. Dimulai dari BS, secara

keseluruhan BS sudah membaik. Dilanjutkan dengan MD, secara

keseluruhan MD sudah mampu menolak ajakan temannya untuk

membolos. Sedangkan FL, sudah mampu bersikap tegas kepada teman-

temannya untuk tidak membolos lagi. Pada sesi keenam ini konselor

mengumumkan bahwa konseling akan segera berakhir, selanjutnya

anggota kelompok dan masing-masing anggota menyebutkan kesan-kesan

dan hasil-hasil setelah mengikuti kegiatan konseling kelompok. Kemudian

pemimpin kelompok mengucapkan terima kasih atas partisipasi anggota

dalam kegiatan ini dan ditutup dengan doa.

Pelaksanaan konseling kelompok siklus II dilaksanakan tanggal 7

November 2011. Konseling kelompok dilaksanakan dalam waktu 90 menit

setiap kali pertemuan. Adapun uraian kegiatan konseling kelompok siklus II

sebagai berikut ini :

Page 6: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

115

Pertemuan I : 7 November 2011

Pada pertemuan ini, konselor membuka pertemuan dengan berdoa. Pada

kesempatan ini. Pada kesempatan ini, konselor ingin mengetahui

perkembangan siswa kalau siswa sidah tidak membolos lagi. Dan siswa

sudah mampu bersikap tegas dan mampu menolak apabila ada teman yang

mengajak untuk membolos.

C. Analisis Data

Tabel 4.1 :Temuan Konseling Kelompok Siklus I

Sesi Tujuan Indikator Kegiatan Temuan

I

Mampu

berkomunikasi

secara terbuka,

jujur, tegas,

terus terang dan

apa adanya

Siswa mampu

berkomunikasi

secara terbuka,

jujur, tegas,

terus terang dan

apa adanya

Pembentukan

- Konseli

antusias dan

semangat

mengikuti

konseling

kelompok

- Konseli mau

bertanya

tentang

proses

konseling

kelompok

apabila ada

hal-hal yang

kurang jelas

II

Mampu

mengungkapkan

permasalahan

yang

dihadapinya

dengan jujur,

terbuka, apa

adanya dan terus

terang

Siswa mampu

mengungkapkan

permasalahan

yang

dihadapinya

dengan jujur,

terbuka, apa

adanya dan terus

terang

Konseling

(Membahas

masalah BS)

- Konseli

mengungkap

kan

permasalaha

n secara

jujur, tegas,

terbuka dan

apa adanya

Page 7: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

116

Tabel 4.1 :Temuan Konseling Kelompok Siklus I (Lanjutan 1)

III

Mampu

mengungkapkan

permasalahan

yang

dihadapinya

dengan jujur,

terbuka, apa

adanya dan terus

terang

Siswa mampu

mengungkapkan

permasalahan

yang

dihadapinya

dengan jujur,

terbuka, apa

adanya dan terus

terang

Konseling

(membahas

masalah MD)

- Konseli

mengungkap

kan

permasalaha

n secara

jujur, tegas,

terbuka dan

apa adanya

IV

- Mampu

mengatakan

“tidak” apabila

ada teman

yang

mengajak

membolos

- Mampu

mengungkapk

an

permasalahan

yang

dihadapinya

dengan jujur,

terbuka, apa

adanya dan

terus terang

- Siswa mampu

mengatakan

“tidak” apabila

ada teman

yang

mengajak

membolos

- Siswa mampu

mengungkapk

an

permasalahan

yang

dihadapinya

dengan jujur,

terbuka, apa

adanya dan

terus terang

Konseling

(membahas

masalah FD)

- Konseli

mengungkap

kan

permasalaha

n secara

jujur, tegas,

terbuka dan

apa adanya

Page 8: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

117

Tabel 4.1 :Temuan Konseling Kelompok Siklus I (Lanjutan 2)

V

- Mampu

mengatakan

“tidak” apabila

ada teman

yang

mengajak

membolos

- Siswa mampu

mengatakan

“tidak” apabila

ada teman

yang

mengajak

membolos

Konseling

(Membahas

konseli yang

sesi

sebelumnya

sudah

mendapatkan

solusi

permasalahan

nya)

- Dari

pengakuan

konseli,

bahwa

konseli

sudah

mampu

bersikap

tegas dan

mampu

menolak

ajakan

teman untuk

membolos

- Dari

pengakuan

konseli,

bahwa

konseli

sudah

mampu

bersikap

tegas dan

mampu

menolak

ajakan

teman untuk

membolos

VI

Komunikasi

secara terbuka,

jujur, tegas,

terus terang dan

apa adanya

Siswa mampu

berkomunikasi

secara terbuka,

jujur, tegas,

terus terang dan

apa adanya

Pengakhiran - Konseli

mengungka

pkan kesan-

kesan

selama

mengikuti

konseling

kelompok

Page 9: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

118

Pada pertemuan pertama, dapat diketahui bahwa konseli sangat antusias

dalam mengikuti konseling kelompok. Konseli dengan sungguh-sungguh

mengikuti proses dan jalannya konseling kelompok. Konseli juga senang dapat

mengikuti konseling kelompok. Saat konselor menjelaskan tentang konseling

kelompok, konseli mau bertanya tentang jalannya konseling kelompok apabila

ada hal-hal yang kurang jelas.

Pada pertemuan kedua, ditemukan bahwa konseli dapat mengungkapkan

permasalahan yang sedang dihadapinya dengan jujur, apa adanya, terbuka, dan

terus terang. Saat konseling kelompok diketahui bahwa konseli tidak mampu

menolak ajakan teman untuk membolos.

Pada pertemuan ketiga, ditemukan bahwa konseli dapat mengungkapkan

permasalahan yang sedang dihadapinya dengan jujur, apa adanya, terbuka, dan

terus terang. Saat konseling kelompok diketahui bahwa konseli tidak mampu

menolak ajakan teman untuk membolos.

Pada pertemuan keempat, sebelum membantu menyelesaikan

permasalahan konseli yang lain, konselor menanyakan perkembangan konseli

yang pada sesi sebelumnya sudah menemukan jalan keluarnya. Dari pengakuan

konseli bahwa konseli sudah dapat bersikap tegas dan menolak ajakan teman

untuk membolos. Pada kesempatan berikutnya, konselor membantu konseli

yang lainnya dan ditemukan bahwa konseli dapat mengungkapkan

permasalahan yang sedang dihadapinya dengan jujur, apa adanya, terbuka, dan

terus terang. Saat konseling kelompok diketahui bahwa konseli tidak mampu

menolak ajakan teman untuk membolos.

Page 10: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

119

Berdasarkan wawancara dengan siswa bahwa alasan siswa membolos

adalah siswa tidak dapat mengatakan kata “tidak” karena siswa takut dikatakan

tidak “gaul” oleh teman-temannya. Perubahan yang dialami siswa akibat dari

membolos adalah nilai pelajaran siswa akan jelek, tidak naik kelas, ketinggalan

pelajaran dan akan dimarahi oleh guru dan orang tua.

Pada pertemuan lima, sebelum membantu menyelesaikan permasalahan

konseli yang lain, konselor menanyakan perkembangan konseli yang pada sesi

sebelumnya sudah menemukan jalan keluarnya. Dari pengakuan konseli bahwa

konseli sudah dapat bersikap tegas dan menolak ajakan teman untuk

membolos.

Upaya yang dilakukan siswa untuk tidak membolos lagi adalah mampu

menolak ajakan teman untuk membolos dengan tegas, mengikuti kegiatan-

kegiatan yang positif seperti ikut kelompok olahraga, mengikuti organisasi

seperti OSIS, remaja masjid (remas).

Pada pertemuan keenam, konseli mengungkapkan kesan-kesan saat

mengikuti kegiatan konseling kelompok. Kesan-kesan yang disampaikan oleh

konseli sangat bagus. Konselor juga berterima kasih kepada konseli atas

kesediaannya untuk mengikuti konseling kelompok dari awal hingga akhir

pertemuan. Sebelum konseling kelompok diakhiri, konselor dan konseli berdoa

bersama-sama.

Setelah mengikuti konseling kelompok, konseli mengungkapkan bahwa

konseli sudah tidak takut dikatakan tidak “gaul”, tidak setia kawan dan “kuper”

Page 11: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

120

(kurang pergaulan) oleh teman-temannya apabila ada temannya yang mengajak

untuk membolos.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis dari tanggal 10 Oktober

2011 sampai dengan 5 November 2011 diketahui konseli bahwa sudah tidak

membolos lagi. Selain dari observasi, penulis juga melakukan studi

dokumentasi melalui buku absensi siswa yang dilakukan dari bulan Oktober

2011 sampai bulan November 2011 diketahui kalau ketiga siswa sudah tidak

membolos lagi.

Pada siklus I dilaksanakan konseling kelompok sudah berhasil, maka

dari itu penulis melanjutkan ke siklus II untuk pemantapan dikarenakan pada

siklus I sudah terentasnya masalah kalau siswa tidak membolos lagi. Dalam

temuan penelitian terungkap bahwa setelah melakukan konseling kelompok

ketiga siswa sudah mampu mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya

dan mampu menyatakan “tidak” dengan tegas apabila ada teman yang

mengajak siswa tersebut membolos serta mengungkapkan permasalahan

dengan jujur, apa adanya dan terbuka.

Dari sebelum diadakannya konseling kelompok, ketiga siswa sering

membolos. Dan setelah diadakan konseling kelompok, ketiga siswa sudah tidak

membolos lagi. Dalam diri ketiga siswa tersebut sudah ada perubahan sikap

untuk tidak membolos lagi.

Page 12: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

121

Tabel 4.2 : Temuan Konseling Kelompok Siklus II

Tujuan Indikator Kegiatan Temuan

1

Mampu

mengatakan

“tidak” apabila

ada teman yang

mengajak

membolos

Siswa mampu

mengatakan

“tidak”

apabila ada

teman yang

mengajak

membolos

Konseling

Konseli sudah

mampu

mengatakan

“tidak” dan

mampu

bersikap tegas

apabila ada

teman yang

mengajak

membolos.

Pertemuan pertama siklus ke II dilaksanakan pada 7 November 2011. Dari

hasil observasi ditemukan bahwa ketiga konseli sudah mampu dengan tegas

menolak ajakan teman untuk membolos. Konseli juga tidak takut dikatakan

tidak gaul dan kuper oleh teman-temannya. Setelah tidak membolos lagi, ketiga

konseli mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif seperti mengikuti

ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah seperti olahraga dan seni musik.

Dengan menggunakan latihan asertif siswa mampu bersikap tegas untuk

menolak apabila ada temannya yang mengajak membolos.

D. Pembahasan

Membolos adalah suatu bentuk perbuatan melalaikan kewajiban

belajar di sekolah. Perilaku tersebut tergolong perilaku yang tidak adaptif

sehingga harus ditangani secara serius. Membolos termasuk dalam kenakalan

remaja, di mana dapat diartikan perbuatan melanggar aturan, perilaku yang

tidak dapat diterima secara sosial. Membolos merupakan suatu bentuk

perbuatan untuk melalaikan kewajiban belajar di sekolah. Perilaku membolos

sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi pelajar, setidaknya bagi

siswa yang pernah mengenyam pendidikan. Membolos merupakan tingkah

Page 13: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

122

laku pergi meninggalkan sekolah tanpa alasan yang tepat pada jam pelajaran

dan tanpa izin terlebih dahulu pada pihak sekolah yang dilakukan secara

berulang-ulang. Tingkah laku membolos yang dilakukan para siswa di sekolah

dapat dipahami sebagai tingkah laku penghindaran, dimana siswa

menyelesaikan masalahnya melalui jalan pintas yang menurut siswa sebagai

solusi terbaik atas masalah yang konseli alami.

Subjek membolos disebabkan karena ajakan teman. Hubungan dengan

teman-teman sebaya lebih berpengaruh terhadap perilaku membolos

dibandingkan keberadaan guru, orang tua. Apabila siswa tersebut menolak

ajakan teman, maka siswa tersebut takut dibilang tidak gaul oleh teman-

temannya. Hal senada dengan pendapat Ferry Hendra Prajaka (2009) bahwa

teman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku sosial. Teman

memainkan peran dalam berinteraksi dan beraktivitas. Teman menjadi

perantara awal bagi anak untuk bersosialisasi secara aktif. Teman menjadi

tempat pembelajaran nilai-nilai dan peraturan social yang bersifat informal

yang tidak siswa dapatkan dari keluarga maupun sekolah. Teman yang baik

tingkah lakunya akan memberikan dampak yang positif bagi seseorang.

Sebaliknya jika bergaul dengan teman yang tingkah lakunya buruk bahkan

menyimpang dapat juga memberikan pengaruh negatif bagi seseorang.

Hal senada juga yang disampaikan di Yuli Setyowati (2004) bahwa

alasan siswa membolos salah satunya adalah karena ajakan teman. Siswa yang

ikut-ikutan membolos karena tidak mau dikatakan tidak “gaul”, siswa tersebut

tidak mau dikatakan penakut dan takut ditinggalkan oleh gengnya. Oleh karena

Page 14: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

123

itu, siswa tersebut lebih memilih sebagai “anggota geng” dengan ikut-ikutan

membolos. Siswa memilih membolos daripada mengikuti pelajaran di sekolah

dikarenakan siswa tidak mempunyai teman, sering ditinggalkan atau tidak

diikutsertakan oleh teman-teman di dalam suatu kegiatan. Reaksi ini seringkali

terjadi pada siswa yang oleh teman-temannya dikategorikan “kuper” (kurang

pergaulan). Siswa merasa tidak dibutuhkan di dalam kegiatan tersebut, padahal

siswa tersebut mampu untuk mengerjakannya. Siswa yang membolos

mengikuti perilaku yang tidak baik dari temannya dikarenakan siswa tersebut

takut tidak mempunyai teman, takut tidak diakui dalam kelompok dan takut

dikatakan pengecut dan tidak setia kawan.

Konseling behavioral sangat membantu dalam merubah perilaku siswa

yang bermasalah menjadi tingkah laku yang baru yang diinginkan oleh siswa.

Selain itu, konseling behavioral mendorong konseli untuk mengemukakan

permasalahan yang sedang dihadapi oleh konseli.

Hal ini sesuai pendapat JT Lobby Loekmono (2003) yang

mengungkapkan bahwa konseling behavioral dapat merubah perilaku yang

bermasalah yang dapat digantikan dengan tingkah laku yang baru yang

diinginkan konseli misalnya konseli tidak membolos lagi. Konseling

behavioral dapat merubah perilaku siswa dari membolos menjadi tidak

membolos lagi. Konseling behavioral mendorong klien untuk mengemukakan

permasalahan yang sedang dihadapinya. Konseling behavioral dapat merubah

perilaku yang tidak sesuai dapat dihapuskan dan sesudah itu konseli mampu

menguasai perilaku baru yang diinginkan oleh klien.

Page 15: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

124

Dengan siswa mempunyai sikap tegas, jujur, terbuka dan apa adanya

siswa mampu menolak ajakan teman untuk membolos. Dengan latihan asertif

siswa mampu mengekspresikan perasaan siswa secara terbuka dan tanpa

perasaan khawatir apabila ada teman yang mengajak untuk membolos. Latihan

asertif mampu meningkatka perubahan sikap sehingga konseli bisa menentukan

pilihan yang sesuai dengan situasi yang diinginkannya. Latihan asertif

digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan

diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar.

Dengan demikian, sependapat dengan Sunardi (2010) bahwa melalui

latihan teknik asertif, siswa mampu menyatakan diri dengan tegas, jujur,

terbuka dan apa adanya. Teknik asertif dapat merubah perilaku siswa dari

membolos menjadi tidak membolos, karena teknik asertif mampu merubah

konseli untuk bersikap tegas menolak ajakan teman yang mengajaknya

membolos. Latihan asertif mampu mengekspresikan perasaan konseli secara

bebas dan tanpa perasaan takut serta khawatir. Latihan asertif, konseli mampu

menyatakan “tidak” pada hal-hal yang memang dianggap tidak sesuai dengan

hati nuraninya. Latihan asertif mampu meningkatka perubahan sikap sehingga

konseli bisa menentukan pilihan yang sesuai dengan situasi yang

diinginkannya. Latihan asertif digunakan untuk melatih individu yang

mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak

atau benar. Latihan ini berguna diantaranya untuk membantu orang yang tidak

mampu mengungkapkan perasaan tersinggung dan kesulitan menyatakan

Page 16: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

125

“tidak”. Selain itu, latihan asertif yang bisa diterapkan terutama pada situasi-

situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk berbuat tegas.

Sebelum dilakukan konseling kelompok behavioral frekuensi

membolos tergolong cukup tinggi. Setelah dilakukannya konseling kelompok

behavioral, bahwa konseli sudah tidak membolos.. Penggunaan konseling

kelompok behavioral sangat berpengaruh terhadap berkurangnya perilaku

membolos siswa. Setelah dilaksanakan konseling kelompok dengan pendekatan

behavior dengan teknik latihan asertif diharapkan konseli mampu untuk

menyatakan diri dengan tegas dan terbuka. Setelah melakukan konseling

kelompok behavioral ini, siswa dapat mengurangi dan menghilangkan perilaku

membolos yang dilakukan oleh siswa. Setelah mengikuti konseling kelompok

ini diharapkan konseli mampu menolak permintaan orang lain (teman) yang

dianggap oleh konseli negatif yang dapat merugikan siswa.

Dalam temuan penelitian terungkap bahwa setelah melakukan

konseling kelompok ketiga siswa sudah mampu mengungkapkan permasalahan

yang dihadapinya dan mampu menyatakan “tidak” dengan tegas apabila ada

teman yang mengajak siswa tersebut membolos serta mengungkapkan

permasalahan dengan jujur, tegas apa adanya dan terbuka.

Peningkatan kemampuan untuk menyatakan “tidak” terlihat setelah

menggunakan metode latihan asertif disebabkan keunggulan metode ini adalah

model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah

yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship)

Page 17: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1675/5/T1_132007001_BAB IV.pdf111 kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok

126

terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Melalui latihan asertif ini

siswa dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan yang selama ini siswa pendam.

Dengan demikian penelitian ini sesuai dengan pendapat yang

dipaparkan oleh Happy Lailatul Fajri (2011) yang menyatakan bahwa teknik

latihan asertif dapat digunakan sebagai pengentasan pelanggaran perilaku

membolos siswa. Karena dengan teknik latihan asertif ini layanan dapat

dipusatkan pada siswa yang bermasalah karena perilaku membolos siswa, jadi

teknik latihan asrtif dapat menghilangkan tingkah laku yang salah seperti

membolos dapat diubah dengan teknik latihan asertif.