BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN...
Transcript of BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN...
67
BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN
DINDING PREFABRIKASI
Penelitian sistem prefabrikasi ini berawal dari terjadinya peningkatan kebutuhan
masyarakat akan tempat tinggal, yang terjangkau dan tetap memenuhi syarat
kesehatan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut berbagai pola pengadaan telah
dikembangkan, baik melalui sektor pemerintah dengan Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) maupun pihak swasta.
Salah satu sarana untuk mendukung program penyediaan rumah bagi rakyat
adalah produksi bahan bangunan dan distribusinya, harga, jumlah dan mutunya,
serta penguasaan teknologi pembangunan perumahan oleh masyarakat.
Sementara itu, kemajuan teknologi dan industri jasa konstruksi untuk
pembangunan rumah sederhana belum mengalami banyak kemajuan, baik dari
segi arsitektural, teknik pembangunan, maupun harganya. Dalam proses
pembangunan perlu dikembangkan berbagai sistem dan teknologi untuk
mengurangi biaya pembangunan, sesuai dengan sasaran pembangunan dan
kemampuan masyarakat.
Pengurangan biaya pembangunan salah satunya dapat dilakukan melalui
pengurangan masa konstruksi, sehingga diperlukan sistem komponen yang
menunjang kecepatan membangun. Pengurangan biaya pembangunan salah
satunya dapat dilakukan melalui pengurangan masa konstruksi, sehingga
diperlukan teknologi komponen yang menunjang kecepatan membangun.
Analisis dari hal kecepatan membangun merupakan upaya untuk memperoleh
keuntungan ekonomi dari segi labour (tenaga kerja) dimana semakin cepat proses
konstruksi, berarti waktu jam kerja dapat dikurangi.
68
Tabel 4. Prosentase Besaran Komponen Pekerjaan terhadap Komposisi Biaya Sumber : Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
Apabila melihat dari prosentase komponen-komponen pekerjaan terhadap
komposisi biaya konstruksinya, dinding memberikan kontribusi yang cukup besar
bagi keseluruhan biaya pekerjaan. Berdasarkan hal tersebut, kemudian
dikembangkan sistem dinding prefabrikasi yang dimaksudkan untuk
pembangunan secara massal.
4.1. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Prefabrikasi yang telah
Dikembangkan di Indonesia
Sebelum dilakukan analisis terhadap kecepatan membangun masing- masing
sistem, terlebih dahulu dilakukan pengelompokan hasil survey mengenai sistem
prefabrikasi yang telah ada di Indonesia dan diuraikan keseluruhan elemen
pembentuknya, mulai dari pondasi hingga atap.
Untuk menerapkan sistem industrialisasi melalui sistem prefabrikasi, beberapa
evaluasi terhadap sistem yang digunakan perlu dilakukan. Parameter evaluasi
adalah aspek struktural dan kecepatan membangun.
Konsep sistem prefabrikasi yang akan dikembangkan bertujuan untuk
memperbaiki kekurangan dan memanfaatkan kelebihan dari pengembangan sistem
prefabrikasi yang telah dilakukan, seperti RISHA, Smart Modula, dan Solusi
Rumah.
Komponen Komposisi (%) Pondasi 3 – 7 Struktur 20 – 25 Lantai 10 – 15
Dinding 10 – 15 Plafond 8 – 10
Atap 10 – 15 Utilitas 8 – 10
Finishing 15 - 20
69
Tabel 5. Sistem Prefabrikasi yang telah Dikembangkan
70
Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif berupa penguraian kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing sistem prefabrikasi tersebut dari segi struktur,
aplikasi arsitektural, aspek industrialisasi, transportasi dan ereksi dan assembly.
Analisis ini lebih ditekankan kepada hubungannya dengan aspek kecepatan
membangun.
Pada Smart Modula kelebihannya adalah sistem ini menggunakan struktur rangka
serta memiliki struktur yang ringan, karena terbuat dari rangka baja ringan, tahan
gempa dan umur pemakaian yang cukup panjang. Proses konstruksi cepat yaitu 12
hari, karena penggunaan konsep prefabrikasi, dimana komponen telah diproduksi
terlebih dahulu di pabrik. Selain itu yang menunjang kecepatan membangunnya
adalah peralatan yang sederhana, bobot komponen yang ringan, dan dimensi yang
cukup ideal untuk mempermudah proses handling. Kekurangannya adalah jenis
sambungan yang digunakan cukup banyak, jenis komponen terlalu banyak, dan
material sulit didapat di beberapa daerah tertentu.
Pada RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) yang dikembangkan oleh
Puslitbangkim, kelebihannya adalah dari segi struktur RISHA memiliki struktur
yang tahan gempa dan menggunakan sistem rangka sebagai sistem pendukung
serta penerapan sistem sambungan kering.
Struktur
Ringan, struktur pendukung ada pada rangka, tahan gempa, sistem sambungan kering
Umur pemakaian cukup panjang
Jenis sambungan yang digunakan terlalu banyak
Aplikasi Arsitektural Fleksibel, dapat dikembangkan dan dimodifikasi Dapat didirikan dimana saja
Aplikasinya terbatas pada low rise building
Proses industrialisasi
Proses cepat, tidak terlalu banyak masalah dalam fabrikasi penggunaan semi‐skilled labor
Sistem tertutup, terlalu banyak komponen, dapat terjadi salah pasang, material sulit didapat pada beberapa daerah tertentu
Transportasi
Mudah, komponen dapat ditumpuk, tidak ada batasan jarak
Terlalu banyak komponen,dapat tertukar
Erection dan assembly
Diperlukan peralatan yang sederhana untuk pemasangan, pemasangan cepat (12 Hari)
Padat karya, mahal, diperlukan personel ahli dalam pemasangan,
Keuntungan (+) Kerugian (‐) Kesamaan dengan
sistem lain
Tabel 6. Smart Modula
71
RISHA bersifat fleksibel, dalam arti dapat dikembangkan apabila penghuni
membutuhkan tambahan ruang. Berdasarkan data yang didapat, proses pembuatan
komponen RISHA di workshop memakan waktu sekitar 1 minggu dan untuk
pemasangannya dibutuhkan low skilled labour.
Proses pembangunan RISHA termasuk cepat dimana waktu pemasangan
komponen-komponen bangunan dalam percobaan lapangan rata-rata waktu yang
diperlukan unutk merakit satu modul Risha adalah sekitar 9 jam, dengan jumlah
tenaga kerja 3 orang yang terdiri dari satu laden, satu tukang dan satu kepala
tukang merangkap mandor. Waktu tersebut terpenuhi bilamana seluruh komponen
yang diproduksi di pabrik sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan serta
dibangun di atas lahan dengan tanah keras.
Ketentuan tersebut berlaku untuk satu modul, yaitu Risha dengan ukuran 3 x 3
meter persegi termasuk dengan kelengkapan bangunan diantaranya kamar mandi
dengan ukuran 1.20 x 1.50 m. sehingga bilamana untuk mengerjakan satu unit
RIT-1 dengan luas 21 m2, maka diperlukan 6 orang dengan waktu yang kurang
lebih sama dengan pengerjaan satu modul.
Kekurangan sistem RISHA adalah dari proses industrialisasinya karena padat
modal, diperlukan modal yang cukup besar untuk mendirikan industri pembuat
Struktur
Tahan Gempa, struktur pendukung ada pada rangka, menggunakan sistem sambungan kering
Umur pemakaian cukup panjang Sistem sambungan banyak
Aplikasi Arsitektural Fleksibel, dapat dikembangkan dapat didirikan dimana saja
Proses industrialisasi
Cukup cepat, sekitar 1 minggu untuk pembuatan komponennya, diperlukan semi skilled labor
sistem tertutup, padat modal untuk mendirikan industri‐industri pembuat komponennya
Transportasi Komponen dapat ditumpuk
Mobilitas rendah, karena komponen berat, serta ukuran komponen besar
Erection dan assembly Proses pembangunan cepat (1‐2 hari), pemasangan mudah
Diperlukan peralatan khusus untuk pemasangan, padat karya
Keuntungan (+)Kesamaan dengan
sistem lain Kerugian (‐)
Tabel 7. RISHA
72
komponen, dari segi transportasi adalah mobilitas rendah karena komponen berat
dan ukuran komponen cukup besar sehingga dari segi ereksi dan perakitan
membutuhkan peralatan khusus untuk memasang.
Pada Solusi Rumah Holcim, menggunakan dua buah sistem, yaitu sistem rangka
dengan dinding pengisi dan sistem dinding pendukung beban. Pada sistem rangka
dengan dinding pengisi, beban disalurkan pada rangka bangunan. Hal ini
memberikan kemudahan untuk pengembangan bangunan lebih lanjut. Solusi
Rumah Holcim memiliki tingkat industrialisasi yang tinggi, dimana pembuatan
blok bata sepenuhnya merupakan hasil industri pabrik, bukan workshop skala
kecil maupun menengah. Kecepatan pembuatan komponen adalah 3000 buah
perharinya.
Proses transportasi amat mudah, karena komponen berukuran kecil, dan ringan.
Karena kedua sifat tersebut maka mobilitas menjadi tinggi. Selain itu keuntungan
lain adalah kemudahan dalam pemasangan dan tidak diperlukan peralatan khusus
untuk pemasangan.
Tabel 8. Solusi Rumah Holcim dengan Dinding Pendukung Beban
73
Sama halnya dengan Solusi Rumah Holcim dengan dinding pendukung beban,
karena menggunakan sistem load bearing wall, beban mati yang didukung oleh
dinding dapat dikurangi. Kelebihan lain dari sistem ini sama dengan sistem rangka
dengan dinding pengisi.
Kekurangan kedua sistem tersebut adalah dari segi struktur masih diperlukannya
wet joint dengan mortar, yang mengakibatkan proses konstruksi relatif lebih lama
daripada sistem lain, yaitu sekitar 1 bulan tanpa finishing. Dari segi ereksi dan
perakitan, untuk membangun Solusi Rumah, tukang harus memiliki lisensi khusus
dari PT. Holcim Indonesia, sehingga tidak bisa dibangun oleh low skilled labour.
Selain itu ada kemungkinan tertukarnya komponen, karen jumlah komponen yang
relatif banyak.
Karena sifatnya merupakan industrialisasi tinggi, diperlukan modal yang banyak
untuk membangun industri komponen ini karena PT. Holcim Indonesia
memberlakukan sistem franchise dalam pembentukan industri komponennya.
Tabel 9. Solusi Rumah Holcim Sistem Rangka dan Dinding Pengisi
74
Sistem selanjutnya adalah Perumahan Gempol. Sistem ini menggunakan sistem
panel bambu plaster. Kelebihan dari Perumahan Gempol ini adalah penggunaan
sistem panel dengan rangka. Penggunaan sistem panel dapat meningkatkan
produktivitas di lapangan dan mempersingkat waktu penyelesaian unit-unit
bangunan. Sistem sambungan yang digunakan adalah sistem sambungan kering
dengan sambungan plus minus yang dapat mempercepat proses konstruksi.
Dari segi arsitektural, kelebihannya adalah sifatnya yang fleksibel, sehingga dapat
dimodifikasi dan dikembangkan. Tingkat industrialisasi adalah industri
menengah, tidak diperlukan terlalu banyak modal untuk pembuatan komponen
serta pemanfaatan bahan lokal yaitu bambu yang banyak terdapat di Indonesia.
Kelebihan dari segi transportasi adalah tidak adanya batasan jarak untuk
pengangkutan dan mudah untuk mengangkutnya. Dari segi proses konstruksi,
pembangunan relatif cepat karena ukuran komponen yang relatif kecil dan tidak
terlalu berat, serta item pekerjaan sedikit.
Kekurangan dari sistem yang digunakan oleh Perumahan Gempol adalah karena
sistem sambungan menggunakan sistem sambungan plus minus, sistem
sambungan harus kuat untuk mengantisipasi beban yang terjadi. Selain itu sistem
Tabel 10. Perumahan Gempol
75
ini hanya untuk low rise building, serta dibutuhkan tenaga terampil dalam
pemasangan.
Sistem yang digunakan oleh rumah di Jl. Rebab adalah juga sistem panel bambu
plaster. Perbedaannya terletak pada ukuran panel dan sistem sambungan. Ukuran
panel adalah 60 x 240 cm dan menggunakan sistem sambungan kering dengan
paku dan baut.
Kelebihan sistem ini adalah panel berfungsi sebagai sistem pendukung beban.
Ukuran panel yang relatif besar dan kemudahan pemasangan menyebabkan
pembangunan relatif cepat. Panel prefabrikasi memberikan sifat fleksibel pada
bentuk ruang, sehingga ruang mudah dimodifikasi dan dikembangkan.
Merupakan industrialisasi tingkat menengah dengan pemanfaatan komponen
lokal, yaitu bambu. Kekurangan sistem ini adalah masih diperlukannya
pemakaian pasangan bata sebagai pemisah antara komponen dinding dengan
sloof, ukuran komponen yang terlalu besar dan berat, sehingga diperlukan
peralatan khusus dan tenaga terampil dalam proses pemasangan serta kesulitan
dalam proses transportasi.
Tabel 11. Perumahan Jl. Rebab
76
Sebagai pembanding dilakukan pula analisis terhadap sistem konvensional dengan
menggunakan pasangan bata. Kelebihan dari pasangan bata ini adalah bata dapat
digunakan pada sistem rangka sebagai dinding pengisi dan dapat pula digunakan
sebagai dinding pendukung (load bearing wall). Penggunaan sistem wet joint
dapat memberikan sifat monolitik. Bata sangat fleksibel, dapat diterapkan pada
berbagai bangunan, dan cocok untuk perumahan. Selain itu industri bata dapat
mencakup berbagai skala industri, mulai industri kecil dengan bata rakyat hingga
industri besar.
Karena ukurannya kecil, mobilitas bata tinggi, kemudahan dalam handling dan
mudah dipasang. Kekurangannya adalah masih diperlukannya wet joint, tetap
diperlukan finishing, jumlah komponen yang digunakan pada sistem konvensional
banyak serta item pekerjaan banyak. Faktor ini yang mempengaruhi dalam
kecepatan membangun, pembangunan dengan menggunakan sistem konvensional
relatif lama.
Tabel 12. Sistem Konvensional
77
4.2. Analisis Kecepatan Membangun Untuk mendapatkan kriteria perancangan, pertama kali perlu dilakukan analisis
terhadap kecepatan membangun dari masing-masing sistem yang dijadikan acuan.
Sistem-sistem tersebut dianalisis kecepatan membangunnya setiap bagian
pekerjaan, mulai pekerjaan kolom; pekerjaan balok, sloof dan ringbalok serta
pekerjaan dinding. Kemudian analisis pula berat dan dimensi serta sistem
sambungan masing-masing komponen kemudian dicari korelasi dengan kecepatan
membangun. Selain itu dibandingkan pula dengan metoda konvensional dengan
menggunakan dinding pasangan bata.
Melalui tabel diatas dapat terlihat bahwa konstruksi kolom yang digunakan Smart
Modula merupakan yang tercepat. Smart Modula menggunakan sistem rangka
dengan bahan baja ringan dengan dinding penutup berupa dinding campuran
semen dan styrofoam. Berat kolom yang ringan serta dimensi kolom yang kecil
mempengaruhi kecepatan membangun. Sistem tercepat kedua adalah RISHA
dengan bobot kolom yang relatif besar dan dimensi kolom yang lebih besar pula
dari Smart Modula.
Akan tetapi pada Solusi Rumah Holcim dimensi komponen kolom yang
digunakan relatif kecil dan bobot komponen relatif besar, tidak berpengaruh pada
Tabel 13. Kolom (berat-kecepatan)
SMART MODULA RISHA
SOLUSI RUMAH HOLCIM I
PERUMAHAN JL. REBAB
PERUMAHAN GEMPOL
SOLUSI RUMAH HOLCIM II BATA
Dimensi kolom (m2) 0.21 0.36 0.08 0.24 0.16 0 0.81Kecepatan (m2/jam) 8.57 4.63 1.33 1.33 1.56 0 0.27
Tabel 14. Kolom (dimensi-kecepatan)
78
kecepatan konstruksi kolom. Hal ini disebabkan sistem prefabrikasi dengan
precast kolom, sehingga tidak diperlukan lagi pekerjaan bekisting. Hal yang
berpengaruh pada kecepatan membangun kolom adalah bobot dan penggunaan
sistem prefabrikasi.
Pada pekerjaan sloof, dapat dilihat bahwa penggunaan sloof dengan sistem
konvensional seperti yang digunakan oleh Perumahan Jl. Rebab dan sistem
konvensional bata memakan waktu. Selain karena bobotnya yang relatif besar,
jenis pekerjaan yang dilakukan banyak. Hal utama yang berpengaruh pada
kecepatan membangun sloof adalah bobot komponen.
SMART MODULA RISHA
SOLUSI RUMAH HOLCIM I
PERUMAHAN JL. REBAB
PERUMAHAN GEMPOL
SOLUSI RUMAH HOLCIM II BATA
Dimensi sloof (m2) 0.45 0.36 0.04 0.6 0 0.04 0.6Kecepatan (m2/jam) 2.27 3.26 1.47 0.58 0 1.47 0.87
Tabel 16. Sloof (dimensi-kecepatan)
SMART MODULA RISHA
SOLUSI RUMAH HOLCIM I
PERUMAHAN JL. REBAB
PERUMAHAN GEMPOL
SOLUSI RUMAH HOLCIM II BATA
Berat sloof 12.88 26.32 7.8 32.4 0 7.8 32.4Kecepatan (m2/jam) 2.27 3.26 1.47 0.58 0 1.47 0.87
Tabel 15. Sloof (berat-kecepatan)
SMART MODULA RISHA
SOLUSI RUMAH HOLCIM I
PERUMAHAN JL. REBAB
PERUMAHAN GEMPOL
SOLUSI RUMAH HOLCIM II BATA
Berat ringbalk 0 34.79 7.8 0 0 7.8 24.3Kecepatan (m2/jam) 0 3.26 1.14 0 0 1.14 1.06
Tabel 17. Ringbalk (berat-kecepatan)
79
Pada dinding, kecepatan membangun dipengaruhi oleh dimensi. Dimensi yang
besar, seperti RISHA dan Perumahan Jl. Rebab, memiliki kecepatan membangun
yang relatif besar. Akan tetapi, Perumahan Gempol, yang dimensinya lebih kecil
daripada Perumahan Jl. Rebab, proses membangunnya lebih cepat. Hal ini
kemungkinan dipengaruhi oleh beratnya yang relatif lebih ringan.
SMART MODULA RISHA
SOLUSI RUMAH HOLCIM I
PERUMAHAN JL. REBAB
PERUMAHAN GEMPOL
SOLUSI RUMAH HOLCIM II BATA
Dimensi ringbalk (m2) 0 0.24 0.04 0 0 0.04 0.45Kecepatan (m2/jam) 0 3.26 1.14 0 0 1.14 1.06
Tabel 18. Ringbalk (dimensi-kecepatan)
Tabel 19. Dinding (berat-kecepatan)
Tabel 20. Dinding (dimensi-kecepatan)
80
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa sistem sambungan kering (dry
joint) merupakan sistem sambungan yang paling cepat pengerjaannya. Dalam hal
ini, sistem sambungan yang digunakan oleh RISHA, yaitu baut dan plat
merupakan yang paling cepat, diikuti oleh sistem sambungan yang digunakan oleh
Smart Modula dan sistem sambungan yang digunakan oleh Perumahan Gempol
(sambungan plus minus).
Pada dinding, RISHA merupakan yang tercepat, dengan dimensi komponen
dinding yaitu 120 x 240 cm. Akan tetapi, Perumahan Gempol yang memiliki
dimensi komponen yang lebih kecil daripada Perumahan Jl. Rebab yang
dikembangkan oleh Puslitbangkim lebih cepat proses konstruksinya. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh kemudahan pemasangan serta bobotnya yang lebih
ringan dan kesederhanaan bentuk komponen.
Berat komponen dinding juga mempengaruhi produktivitas dari masing-masing
sistem. Pada dinding bambu plaster pracetak yang digunakan oleh Puslitbangkim
Tabel 21. Sistem Sambungan
81
yang memiliki bobot cukup besar terbukti produktivitasnya rendah. Akan tetapi,
pada sistem yang memiliki berat yang relatif ringan seperti Solusi Rumah dan
sistem konvensional memiliki kecepatan membangun yang rendah. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh sistem sambungan yang digunakan serta karakter
dimensi dari sistem tersebut.
Begitu pula dengan ring balk, sloof dan kolom. Bobot dan karakter dimensi
mempengaruhi kecepatan membangun sistem. Sistem sambungan yang digunakan
serta kemudahan pemasangan juga mempengaruhi kecepatan membangun.
Keragaman jenis pekerjaan juga mempengaruhi kecepatan membangun. Hal ini
terlihat dari Perumahan Gempol dan Smart Modula. Jenis pekerjaan yang harus
dilakukan lebih sedikit dibandingkan dengan Solusi Rumah, Perumahan Jl. Rebab,
maupun sistem konvensional.
Sedangkan RISHA dipengaruhi oleh kesederhanaan jenis komponen. Jumlah
komponennya yang sedikit dan dapat digunakan untuk berbagai sistem
menyebabkan proses konstruksinya menjadi jauh lebih cepat daripada sistem yang
lain.
4.3. Analisis Gaya
Agar komponen dapat mengatasi gaya-gaya yang terjadi, perlu dilakukan analisis
terhadap gaya-gaya yang terjadi pada komponen tersebut. Gaya-gaya yang terjadi
antara lain gaya geser lateral, gaya geser vertikal, dan gaya guling.
Gaya lateral yang terjadi pada bangunan dapat menyebabkan bangunan
mengalami geser. Gaya geser dapat terjadi pada struktur bangunan, baik pada
pondasi maupun struktur atap.
C
b
(
P
d
v
Cara untuk
bracing diag
(rigid).
Gambar 50.
Pada rancan
digunakan s
vertikal dan
GamSumb
mengatasi
gonal, dindin
. Tiga metoda
ngan kompon
sistem dindi
horizontal.
mbar 49. Perber : Design Fo
geser akib
ng geser (sh
dasar untuk bracing, sheSumber : Str
nen dinding
ing geser d
Gambar
pindahan akibor Earthquakes
bat gaya lat
hear wall) at
mencapai kesar planes,dan
ructures (Schod
g ini untuk m
dan diperluk
51. Gaya Lat
bat gaya laters (Ambrose, 19
teral adalah
tau dengan
tabilan laterarigid joint.
deck, 1980)
mengatasi ga
kan adanya
eral
ral 999)
h dengan m
sambungan
al, yaitu denga
aya geser ya
sambungan
memberikan
yang kaku
an diagonal
ang terjadi,
pada arah
83
Sistem dinding geser (shear wall) dengan rangka pengaku diterapkan pada
komponen panel, rangka (kolom dan balok) diterapkan pada rangka komponen,
sementara dinding geser diterapkan pada dinding panel.
Beban lain yang bekerja adalah beban horizontal. Salah satu akibat dari beban
horizontal adalah terjadinya gaya guling pada bangunan. Massa bangunan
memiliki berperan ganda, yaitu sebagai sumber gaya momentum horizontal dan
stabilitas penahan terhadap gaya guling. Sifat kritis dari gaya guling ini adalah
bentuk vertikal bangunan. Semakin lebar bangunan semakin kecil
kemungkinannya untuk mengalami gaya guling dibandingkan dengan bangunan
yang tinggi dan ramping.
Gambar 52. Pengaruh gaya guling pada bangunan Sumber : Design For Earthquakes (Ambrose, 1999)
Untuk mengatasi gaya guling akibat beban horizontal, diperlukan adanya suatu
sambungan pada arah horizontal dan agar menjadi lebih kaku diperlukan adanya
suatu tambahan sistem kunci dengan mur-baut.
84
Gaya vertikal yang terjadi dapat mengakibatkan bangunan mengalami geser
vertikal, yang mengakibatkan bangunan mengalami deformasi. Untuk mengatasi
gaya tersebut, diperlukan adanya sistem sambungan pada arah vertikal.
Gambar 53. Gaya Guling
Gambar 54. Gaya Vertikal
85
4.4. Kriteria Perancangan Tabel 22. Elaborasi Kecepatan – Dimensi – Berat
86
Dari hasil elaborasi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan yang menjadi kriteria dalam
usulan rancangan komponen berikutnya, yang diuraikan sebagai berikut :
4.4.1. Dimensi Komponen
Karakter dimensi komponen yang dapat menunjang kecepatan membangun, adalah
seperti yang digunakan oleh RISHA dan Smart Modula. RISHA menggunakan
dimensi komponen dinding panel 120 x 240 m dan komponen rangka adalah 120 x 30
cm. Smart Modula menggunakan dimensi komponen dinding adalah 90 x 70 cm.
4.4.2. Aspek Arsitektural
4.4.2.1.Dimensi dan Modul Ruang
1. SOLUSI RUMAH HOLCIM
2. SMART MODULA
3. RISHA
87
4. PERUMAHAN GEMPOL
5. PERUMAHAN JL. REBAB – PUSLITBANGKIM
Dari uraian di atas terlihat bahwa dimensi ruang yang pada masing-masing sistem
adalah 3.00 x 3.00 m dengan menggunakan modul terkecil adalah modul 30 cm.
Perkecualian ada pada Perumahan Gempol yang menggunakan modul 20 cm, baik
untuk modul vertikal maupun horizontal.
Untuk modul vertikal yang digunakan pada ketinggian bangunan, semua sistem
menggunakan modul 30 cm atau 20 cm seperti yang digunakan pada Solusi Rumah
Holcim. Apabila mengacu pada modul ruang yang terdapat pada Pedoman Teknis
Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (2002), maka dimensi ruang 3.00 x 3.00 m
dengan modul terkecil (vertikal dan horizontal) adalah 20 cm dan 30 cm sudah sesuai.
Tentunya modul dan dimensi ruang tersebut telah diperhitungkan terhadap kebutuhan
minimal penghuninya.
4.4.2.2.Konfigurasi dan Tampilan
Kesederhanaan item pekerjaan merupakan salah satu hal yang dapat mempercepat
proses konstruksi. Hal ini terlihat pada Perumahan Gempol, yaitu dengan tidak
adanya sloof dan pekerjaan dinding yang dirangkap oleh rangka.
88
Oleh karena itu dinding panel ini harus dapat menampung berbagai macam fungsi,
seperti halnya sistem yang digunakan oleh RISHA. Pada sistem RISHA, selain
sebagai komponen pembentuk rangka, dapat digunakan untuk pondasi, rangka atap,
kanstin, bahkan meja dan kursi taman. Karena ditujukan untuk pembangunan rumah
sehat dan sederhana, komponen harus dapat berfungsi sebagai meja dapur, bak mandi
bahkan tangga apabila memungkinkan.
Selain itu dinding panel harus dapat memberikan kebebasan dalam rancangan dan
bentuk ruang. Dinding panel harus dapat mudah dibongkar dan dipasang kembali
apabila diperlukan perluasan pada bangunan. Dari segi tampilan, pola pemasangan
dilakukan seperti pemasangan bata yang saling bersilang.
4.4.3. Berat Komponen
Untuk menunjang kecepatan membangun, bentuk komponen sederhana dan memiliki
bobot relatif ringan, karena bobot mempengaruhi kecepatan membangun, seperti yang
ditunjukan oleh RISHA dan Smart Modula. Menurut ISO 11228-1 berat maksimum
yang dapat diangkat oleh 95 % laki-laki dan 70 % wanita adalah 25 kg sedangkan
dalam MMH (Manual Materials Handling) adalah 27 kg dimana berat ini dapat
diangkat oleh 90 % laki-laki. Sedangkan berat maksimum yang dapat diangkat oleh
wanita menurut MMH adalah 20 kg. Bobot diantara 16 – 55 kg masih dapat diangkat
oleh satu orang pekerja, namun bobot di atas 55 kg harus diangkat dengan
menggunakan alat bantu dan team work. (Patenaude, 2004)
4.4.4. Konsep Prefabrikasi
Pemilihan konsep sistem prefabrikasi berdasarkan berbagai pertimbangan antara lain :
1. Untuk menunjang konsep pembangunan massal dan proses konstruksi yang cepat
2. Mutu komponen terjamin.
3. Diperlukan komponen yang sederhana dan ukuran yang tidak terlalu besar
sehingga mempermudah proses pemasangan dan pengangkatan.
89
4. Dibutuhkan jenis komponen sesedikit mungkin sehingga didapat kemudahan
dalam transportasi, mobilitas komponen tinggi, dengan sistem sambungan
sederhana
4.4.5. Sistem Sambungan (Joint)
Dari hasil analisis, dapat terlihat sistem sambungan yang dapat menunjang kecepatan
membangun adalah sistem sambungan kering (dry joint). Sistem sambungan kering
tersebut adalah sistem sambungan dengan baut dan plat yang digunakan oleh RISHA
dan Smart Modula serta sistem sambungan plus-minus yang digunakan oleh
Perumahan Gempol. Selain itu hal yang dapat mempercepat proses konstruksi adalah
kemudahan sistem pemasangan komponen, seperti yang terdapat pada Smart Modula,
RISHA dan Perumahan Gempol.
4.4.6. Material yang digunakan
Material yang digunakan harus bersifat ringan, mudah untuk dipelihara, mudah dalam
pemasangan dan transportasi, dan dapat mengurangi beban pada bearing structure.
Selain itu material harus memiliki ketahanan yang tinggi terhadap bahan-bahan kimia,
termasuk polusi dan garam-garaman. Material harus memiliki akustik yang baik dan
tahan terhadap noda, busuk, korosi dan api.