BAB IV ANALISIS A. Diksi atau Pilihan Kata · dengan keluarga Pak Wayan yang sebenarnya adalah...
Transcript of BAB IV ANALISIS A. Diksi atau Pilihan Kata · dengan keluarga Pak Wayan yang sebenarnya adalah...
26
BAB IV
ANALISIS
A. Diksi atau Pilihan Kata
Keraf (dalam Supriyanto, 2009:23) mengungkapkan bahwa istilah diksi
digunakan untuk menyatakan kata-kata yang dipakai untuk mengungkapkan suatu
ide atau gagasan, yang meliputi persoalan frasaologi, gaya bahasa, dan ungkapan.
Frasaologi menurut Keraf mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan
atau susunan atau yang menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-
ungkapan. Seorang penulis harus menguasai banyak kosakata sehingga mampu
memilih kata yang akan digunakan yang sesuai dengan gagasannya.
1. Pemanfaatan bahasa Daerah
a. Bahasa Sunda
Bahasa Sunda digunakan dalam percakapan antara Kugy
dengan penduduk Bojong Koneng ketika Kugy mengajar di Sakola
Alit dan ketika Kugy Keenan mengunjungi Desa Bojong Koneng
untuk bertemu murid-muridnya. Penggunaan bahasa Sunda juga
digunakaan dalam percakapa antara sesame warga Bojong Koneng.
“Upami Bapa terang teu Pak Usep ayeuna di mana?”
“(Kalau Bapak tahu nggak Pak Usep sekarang ada di mana?)”
(Lestari, 2013:342)
Penggunaan bahasa Sunda terdapat pada halaman: 59, 60, 89,
118, 119, 341, 342.
b. Bahasa Bali
26
27
Bahasa Bali digunakan dalam percakapan antara Keenan
dengan keluarga Pak Wayan yang sebenarnya adalah orang Bali
asli.
“Niki putran titiange ane lanang, I Wayan Keenan”
“(Ini anak laki-laki saya yang paling besar. I Wayan Keenan)”
(Lestari, 2013:220)
Pada percakapan tersebut, terbukti bahwa keluarga pak Wayan
merupakan keluarga Bali asli yang masih memegang teguh bahasa
warisan leluhur tersebut.
“Keenan harus mulai belajar bahasa Bali.” Dengan gayanya
yang dewasa, Luhde mulai menasehati.
“Boleh. Ajarin, dong,” tantang Keenan.
“Coba ikuti saya, ya! Luhde berdehem, “Cang Bojok…”
“Cang Bojok…”
“… care bojog.”
Dengan patuh dan serius, Keenan mengikuti, “Cang bojok care
bojog.”
“Pintar,” Luhde mangut-mangut sambil menahan senyum/
“Artinya apa?” Tanya Keenan.
Tawa Luhde menyembur, “Artinya: saya jelek seperti monyet!”
serunya, lalu terbahak-bahak sendiri.
(Lestari, 2013:220)
Percakapan antara Keenan dan Luhde yang menggambarkan
bahwa sesungguhnya Keenan mengawali untuk belajar bahasa Bali
karena sebelumnya Keenan tidak mengetahui arti dan maksud jika
Pak Wayan sekeluarga berbincang dengan menggunakan bahasa
Bali.
Penggunaan bahasa Bali terdapat pada halaman: 57, 70, 200,
204, 219, 220, 237,283, 297, 369.
c. Bahasa Jawa
28
Bahasa Jawa hanya terjadi satu kali dan hanya menjadi bahasa
campuran dengan bahasa Indonesia. Percakapan dengan bahasa
Jawa terjadi antara Eko dan Kugy.
“Spada! Yu-huu! Kulonuwun!”
“(Spada! Yu-huu! Permisi!)”
(Lestari, 2013:216)
2. Pemanfaatan bahasa Asing
Pemanfaatan kosa kata asing yang mungkin diperlukan, tidak
dianggap sebagai suatu kesalahan atau penyimpangan jika digunakan
dalam situasi non-formal. Adanya penyisipan dua bahasa atau lebih
dilakukan penutur dengan sadar atau dengan sebab-sebab tertentu. Hal
tersebut mencerminkan bahwa penggunaan bahasa yang terdapat di dalam
Perahu Kertas bersifat informal atau santai.
a. Bahasa Inggris
Percakapan dengan Bahasa Inggris terjadi di hampir semua
halaman. Bahasa Inggris menjadi bahasa campuran dalam bahasa
Indonesia. Percakapan terjadi diantara semua tokoh kecuali dalam
keluarga Keenan dan keluarga Pak wayan. Percakapan yang paling
banyak terjadi yang menggunakan bahasa Inggris yaitu percakapan
antara Keenan dan Wanda.
“Forget it, Keenan! There will be no tomorrow for you!”
“(Ingat itu, Keenan! Tidak akan ada besok untukmu!)”
(Lestari, 2013:176)
Percakapan antara Keenan dan Wanda banyak menggunakan
bahasa Inggris karena di dalam Perahu Kertas menceritakan bahwa
Wanda adalah seorang tokoh perempuan yang sekolah dan tinggal
29
di Australia. Wanda yang sehari-harinya menggunakan bahasa
Inggris, menjadikan Wanda selalu menggunakan bahasa Inggris
kepada semua lawan bicaranya. Bukan hanya ke pada Keenan,
namun pada Kugy, Noni, Eko, dan semua orang-orang terdekat
wanda.
“Gua punya saudara, sepupu nggak langsung sih, tapi
hubungan kita lumayan deket. Dia lama tinggal di Melbourne.
Sekarang ini dia lagi cuti kuliah, pulang ke Indonesia buat
magang di perusahaan bokapnya. Dia mau main ke Bandung
minggu depan. Pas banget momennya dengan Keenan pulang
dari Bali” (Lestari, 2013:77).
Percakapan dengan menggunakan campuran bahasa Inggris
tidak hanya percapakan antara Keenan dan Wanda saja, namun
hampir semua tokoh kecuali percakapan antara tokoh utama
dengan warga Bandung atau antara tokoh utama dengan keluarga
Pak Wayan yang tinggal di Bali.
Pemanfaatan bahasa Inggris terdapat pada halaman: 5, 14, 27,
29, 30, 32, 34, 35, 37, 42, 43, 45, 50, 52, 63, 67, 75, 77, 78, 82, 83,
84, 85, 90, 91, 92, 93, 95, 98, 99, 100, 102, 107, 112, 113, 114,
115, 116, 119, 123, 125, 127, 128, 129, 130, 131, 132, 133, 134,
138, 139, 140, 141, 142, 143, 148, 150, 151, 155, 162, 165, 168,
171, 172, 173, 174, 175, 176, 177, 182, 187, 188, 192, 193, 203,
213, 214, 217, 239, 241, 249, 251, 253, 254, 255, 257, 263, 270,
276, 286, 287, 318, 319, 320, 321, 322, 323, 324, 426, 343, 351,
383, 389, 400, 408.
b. Bahasa Belanda
30
Bahasa Belanda digunakan dalam percakapan antara Keenan
dan keluarganya. Ibu Keenan yang berkebangsaan Belanda dan
Keenan yang bersekolah di Belanda, membuat bahasa Belanda
terjadi di beberapa halaman.
“Mungkin ini saja yang sebaiknya kamu bawa, vent,”
“(mungkin ini saja yang sebaiknya kamu bawa, nak
(panggilan untuk anak laki-laki))”
(Lestari, 2013:3)
“Bruinebonen soep dan kaas brodje. Oma kan nie ferget,
vent. Oma selalu pegang janji.”
“(Sup kacang merah dan roti keju. Oma kan tidak bisa lupa,
nak (panggilan untuk anak laki-laki). Oma selalu pegang
janji)”
(Lestari, 2013:3)
Penggunaan bahasa Belanda terdapat pada halaman: 1, 3,
111, 157, 158.
3. Pemendekan Kata
Pemendekan kata atau abrevasi diartikan sebagai proses penanggalan
satu atau beberapa bagian leksem tatau kombinasi leksem sehingga
menjadi bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana, 1989:159).
a. Pemenggalan, yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu
bagian dari kata atau leksem.
1. “Santailah sedikit, Bu Noni. Legalisasi STTB ke sekolah aja gua
belum sempat ….” (Lestari, 2013:6).
Pemenggalan kata terdapat pada kata “Bu” yang berasal
dari kata “Ibu.”
2. “Gy? Udah di catat semua? Kugy?” (Lestari, 2013:7).
Pemenggalan kata terdapat pada kata “Gy” yang berasal
dari kata “Kugy” yaitu nama tokoh utama.
31
3. “Keenan mana, Ma?” Tanya pria itu dengan gelisah (Lestari,
2013:11).
Pemenggalan kata terdapat pada kata “Ma” yang berasal
dari kata “Mama.”
4. “Untung kamu tidak di sini, Nan. Mama sudah kayak resepsonis
pribadi ngangkatin telpon buat dia,” celetuk ibunya lagi (Lestari,
2013:15).
Pemenggalan kata terdapat pada kata “Nan” yang berasal
dari kata “Keenan” yaitu nama tokoh utama.
5. “Sudah, Pa.” Keenan berdiri di samping satu travel bag (Lestari,
2013:16).
Pemenggalan kata terdapat pada kata “Pa” yang berasal dari
kata “Papa.”
6. “Aku nabung dulu, ya, Jos. Aku lagi bikin cerpen, nih. Kali ini aku
mau coba kirim ke majalah. Jadi ada penghasilan. Malu minta
sama bokap. Lagian kalo buat HP kayaknya nggak akan dikasih.”
(Lestari, 2013:29)
Pemenggalan kata terdapat pada kata “Jos” yang berasal
dari kata “Joshua” yaitu nama pacar Kugy.
7. Ibunya adalah sahabat lama Pak Wayan, dan Keenan mengenal
sosok pria itu sejak kecil (Lestari, 2013:69).
Pemenggalan kata terdapat pada kata “Pak” yang berasal
dari kata “Bapak”
8. “Di dekat perapian, Gy … nggak ada siapa-siapa lagi … Cuma
mereka berdua … duh, Eko payah, nih! Nggak pernah ngajak gua
ke tempat kayak gitu. Yang ada Pemadam Kelaparan „mulu!”
(Lestari, 2013:138).
Pemenggalan kata terdapat pada kata „mulu yang berasal
dari kata “melulu.”
32
9. Noni pun tak dapat menahan tawa kecilnya. “Hi-hi … bener banget
kata Eko, sebetulnya gua juga udah pingin komentar. Dandanan lu
makin mirip Kugy, Wan. Pantes aja, formulanya udah sama. Baju-
baju dapet minjem!” (Lestari, 2013:150).
Pemenggalan kata terdapat pada kata “Wan” yang berasal
dari kata “Wanda” yaitu teman dekat Keenan.
10. “Nggak apa-apa. Thanks, Bim. Harusnya gua aja yang ambil ke
sana. Nggak perlu sampai elu ke sini ….” (Lestari, 2013:192).
Pemenggalan kata terdapat pada kata “Bim” yang berasal
dari kata “Bimo” yaitu nama teman dekat Kugy dan Keenan.
11. “Sori banget, Non ….” (Lestari, 2013:239).
Pemenggalan kata terdapat pada kata “Non” yang berasal
dari kata “Noni” yaitu nama teman dekat Kugy dan Keenan.
12. “Kamu itu naïf atau pura-pura polos, sih, Ko?” Noni berdecak
tidak sabar, “Ngaku aja, kenapa sih?” (Lestari, 2013:242).
Pemenggalan kata terdapat pada kata “Ko” yang berasal
dari kata “Eko” yaitu nama teman dekat Kugy dan Keenan.
13. “Masih pagi sekali, De. Anginnya dingin. Kamu masuk ke kamar
lagi saja.” (Lestari, 2013:290).
Pemenggalan kata terdapat pada kata “De” yang berasal
dari kata “Luhde” yaitu nama tokoh sampingan.
14. Lena mulai membaca sorot yang gelisah itu. “Apa yang bisa aku
bantu, Dri?” (Lestari, 2013:291).
Pemenggalan kata terdapat pada kata “Dri” yang berasal
dari kata “Adri” yaitu nama ayah dari Keenan.
15. “Berhubung ortu-ortu udah mendesak, yah you know lah jadi …,”
Noni berdehem, “bulan Februari depan, tepat pada hari Valentine,
gua dan Eko, tunangan.” (Lestari, 2013:318).
33
Pemenggalan kata terdapat pada kata “ortu-ortu” yang
berasal dari kata “orangtua-orangtua.”
Pemenggalan kata sebagian besar terdapat dalam sebuah
percakapan antar tokoh di dalam Perahu Kertas.
b. Kontraksi, yaitu proses pemendekan dengan meringkas gabungan
leksem dasar atau gabungan fonem.
1. “Kamu kan kenal aku justru setelah aku pindah. Gara-gara pernah
ketemu aku di rumah Kugy, kan? Yang mungkin waktu itu kamu
masih jadi pelanggan setia taman bacaannya dalam rangka pe-de-
ka-te! Baru deh, sok akrab, sok udah naksir aku dari kelas 1,
padahal aku yakin kamu tahu aku aja nggak,” cerocos Noni sengit
(Lestari, 2013:34).
Kontraksi terdapat pada kata “pe-de-ka-te” yang merupakan
pemendekan dari kata pendekatan.
2. “Lu adalah manusia paling cuek dan pe-de yang gua tahu. Masa
gentar sama acara gitu dong? Bukan acara besar, kok. Kata Wanda,
Cuma sekitar lima puluh orang yang diundang ….” (Lestari,
2013:107).
Kontraksi terdapat pada kata “pe-de” yang merupakan
pemendekan dari kata percaya diri.
3. Sebagian besar keluarganya tengah berkumpul di depan teve
(Lestari, 2013:213).
Kontraksi terdapat pada kata “teve” yang merupakan
pemendekan dari kata televisi.
4. “Pe-er berat memang jadi di visual, tapi gua optimis bisa banget
dikejar” (Lestari, 2013:257).
Kontraksi terdapat pada kata “pe-er” yang merupakan
pemendekan dari kata pekerjaan rumah.
5. “Genius!” seru Kugy. “gimana kalo reuni ini kita buat dengan
tema… Kelompencampir?” (Lestari, 2013:334).
34
Kontraksi terdapat pada kata “Kelompencapir” yang
merupakan singkatan dari kata kelompok pendengar, pembaca dan
pirsawan.
c. Penyingkatan, yaitu proses pemendekan yang menghasilkan kata yang
berupa gabungan huruf.
1. “Mungkin ini saa yang sebaiknya kamu bawa, vent,” Oma
menyerahkan dua buah buku bertuliskan 2500 Latihan Soal
UMPTN, “supaya jij bisa belajar di pesawat” (Lestari, 2013:3).
Penyingkatan terdapat pada kata “UMPTN” yang
merupakan singkatan dari “Ujian Masuk Perguruan Tinggi
Negeri.”
2. “Santailah sedikit, Bu Noni. Legalisasi STTB ke sekolah aja gua
belum sempat ….” (Lestari, 2013:6).
Penyingkatan terdapat pada kata “STTB” yang merupakan
singkatan dari “Surat Tanda Tamat Belajar.”
3. Noni anak tunggal dan Kugy yang dari keluarga besar adalah
sahabat karib yang saling melengkapi sejak TK (Lestari, 2013:8).
Penyingkatan terdapat pada kata “TK” yang merupakan
singkatan dari “Taman Kanak-kanak.”
4. Dari SD, Kugy rajin menabung, dan semua hasil tabungannya
dibelikan buku cerita anak-anak, dari mulai cergam stensilan
sampai buku dongeng klasik (Lestari, 2013:9).
Penyingkatan terdapat pada kata “SD” yang merupakan
singkatan dari “Sekolah Dasar.”
5. Kugy menjadi Pemimpin Redaksi majalah sekolah dari mulai SMP
sampai SMA (Lestari, 2013:9).
35
Penyingkatan terdapat pada kata “SMP” dan kata “SMA”
yang merupakan singkatan dari “Sekolah Menengah Pertama” dan
“Sekolah Menengah Atas.”
6. “Aku coba telepon ke rumah tanteku, deh. Siapa tahu memang dia
pakai kereta yang lain. Pinjam HP ya, Non. Pulsa cekak, nih”
(Lestari, 2013:23).
Penyingkatan terdapat pada kata “HP” yang merupakan
singkatan dari “Handphone” yaitu Telepon Genggam.
7. “Panggilan untuk Keenan penumpang KA Parahyangan dari
Jakarta, sekali lagi, saudara Keenan, sepupu dari Eko Kurniawan,
ditunggu oleh saudara Eko dengan ciri-cirinya sebagai berikut:
rambut cepat berjambul Tintin, tinggi 175 cm, kulit cokelat sedang,
mata besar bulu mata lentik, pakai kaus Limpbizkit, ditemani oleh
dua cewek cakep ….” (Lestari, 2013:23).
Penyingkatan terdapat pada kata “KA” yang merupakan
singkatan dari “Kereta Api.”
8. “Kata anak-anak, IP lu tertinggi satu angkatan. Nggak percuma lu
disebut Siluman Kampus, kerjanya pulang melulu, ngerem di
kamar kayak beruang,” Bimo terkekeh (Lestari, 2013:57-58)
Penyingkatan terdapat pada kata “IP” yang merupakan
singkatan dari “Indeks Prestasi.”
9. “Anak Seni Rupa? ITB?” (Lestari, 2013:105).
Penyingkatan terdapat pada kata “ITB” yang merupakan
singkatan dari “Institut Teknologi Bandung.”
10. “Masa? Kok, tiap kali gua ke sini li juga nggak pernah ada. Tiap
gua ajak pergi lu nggak pernah mau. Kata anak-anak, lu ambil SP,
ya? Pingin cepat lulus terus ninggalin kita, ya?” Eko menoyor jidat
Kugy pelan, “Huuug … curang. Ke mana aja, sih? Kangen tauk”
(Lestari, 2013:161).
Penyingkatan terdapat pada kata “SP” yang merupakan
singkatan dari kata “Semester Pendek.”
36
11. “Kamu-nggak salah info, kan Gy? Kamu bakal jadi co-py-wri-ter,”
eja Karel penuh penekanan, “bukan fa-shion e-di-tor! Juga bukan
re-sep-sio-nis! Dan bukan S-P-G!” (Lestari, 2013:249).
Penyingkatan terdapat pada kata “SPG” yang merupakan
singkatan dari kata “Sales Promotion Gilrs.”
4. Penggunaan Bentuk Ulang
Kata ulang dapat dikelompokan berdasarkan bentuk dan fungsi atau
makna perulangan. Berikut adalah jenis-jenis kata ulang:
a. Kata ulang berdasarkan bentuk
1. Dwipurna (Kata ulang sebagian), yaitu proses pengulangan yang
terjadi pada sebagian kata, biasanya terjadi pada bagian awal kata.
a. Sebuah rumah peninggalan zaman Belanda yang dikelilingi
pepohonan rindang (Lestari, 2013:44).
Kata pepohonan merupakan kata yang berasal dari kata pohon.
pohon-pohonan popohonan pepohonan
b. Kucing-kucing yang berjemur santai di atap tetangga akan
menjadi teman setianya (Lestari, 2013:160).
Kata tetangga merupakan kata yang berasal dari kata tangga.
Tangga-tangga tatangga tetangga
2. Dwilingga (Kata ulang utuh atau penuh)
a. Keajaiban tak datang-datang (Lestari, 2013:2).
b. Hanya sesekali telepon dari Mama yang memuji sketsa-sketsa
yang ia kirim, tanpa ucapan tambahan yang menyiratkan kalau
ia bisa terus tinggal di Amsterdam, menemani Oma yang
berjuang agar tidak digusur ke panti jompo karena dianggap
terlalu tua untuk hidup sendiri, melukis di salah satu bangku di
Vondelpark, tumbuh besar menjadi seniman-seniman yang ia
kagumi dan banyak berseliweran di kota ini (Lestari, 2013:2).
37
c. “Kamar lu udah gua sapu-sapu dari kemarin” (Lestari, 2013:6).
d. Noni tiba-tiba tertawa (Lestari, 2013:7).
e. “Emang kadang-kadang mendingan nge-date pake sepeda
kumbang daripada Fiat kuning itu. Lebih sering si Fuad mogok
daripada si Kombi kawin” (Lestari, 2013:7).
f. Langkah-langkah beratnya hilir mudik sedari tadi (Lestari,
2013:11).
g. Seperti balap lari, mereka buru-buru ke pintu depan dan
langsung membuka halaman tengah Koran yang padat dengan
barisan nama-nama (Lestari, 2013:11).
h. Hampir setiap sore Kugy selalu mapir ke pantai, mengirimkan
surat-surat berisi cerita atau gambar untuk Neptunus (Lestari,
2013:13).
i. Pikirannya melayang pada surat-surat dan foto-foto yang sering
diselipkan di tas oleh cewek-cewek di sekolah, dan ia
menebak-nebak mana yang kira-kira ditemukan oleh abangnya
(Lestari, 2013:15).
j. Diam-diam ia mengamati kedua anak laki-lakinya yang terpaut
jarak umur enam tahun, dan menyadari betapa berbeda
keduanya (Lestari, 2013:15).
k. “Nggak sopan, bener-bener nggak sopan! Gua Cuma dianggap
kuli dorong mobil …,” sambil menggerutu Kugy bangun
(Lestari, 2013:18).
l. Jaket jins kegombrongan milik Karel yang digondol Kugy
detik-detik terakhir sebelum dia berangkat ke Bandung itu pun
tentu tidak membantu (Lestari, 2013:19).
m. Ragu, Keenan mendekati, menjajarkan langkahnya dengan kaki
yang melangkah besar-besar dan terburu-buru (Lestari,
2013:21).
n. Keenan pun tak akan mengenali sepupunya jika saja tidak
menemukan kedua mata bundar yang dinaungi bulu-bulu lentik
yang sejak dulu menjadi ciri khas Eko, yang membuatnya dulu
dipanggil “Si Cowok Cantik” (Lestari, 2013:24).
o. Kugy menunggu sambil memanyunkan mulut dan memeras
ujung-ujung kausnya yang basah (Lestari, 2013:27).
38
p. “Fuad tewas. Besok masuk bengkel dulu. Rencananya Eko dan
Keenan mampir ke sini pake angkot, nanti kita jalan kaki aja
cari yang dekat-dekat, atau delivery service” (Lestari, 2013:30).
q. “Dan judul-judul apa yang lu pinjam. No hard feeling, dong”
(Lestari, 2013:34).
r. “Aku punya peti kuno, dikasih sama Karel, abangku.
Bentuknya kayak peti harta karun yang ada di komik-komik.
Karel bilang, peti itu diambil dari perahu karam, dan isinya
gulungan-gulungan naskah sejarah yang jadi hancur karena
terendam air laut. Aku senang sekali dapat peti itu, dan aku
bertekad untuk mengisinya ulang dengan naskah-naskah
dongeng buatanku, supaya peti itu kembali berisikan sesuatu.
Aku menulis dengan super semangat. Bertahun-tahun. Dan
jadilah bundel itu. Silahkan kamu baca-baca. Kamu bisa
kembalikan kapan pun kamu mau” (Lestari, 2013:38).
s. Di punggunya tergandul ranssel merah marun dengan emblem
huruf “K” warna hitam yang dijahit di tengah-tengah (Lestari,
2013:41).
t. “Kecil-kecil makannya banyak juga, ya,” komentarnya
(Lestari, 2013:43).
u. Rel-rel kawat bersaling silang di bawah plafon dengan lampu-
lampu halogen kecil yang bergantungan menerangi beberapa
spot tempat lukisan-lukisan Keenan yang terpaku di dinding
atau didirikan begitu saja di atas lantai (Lestari, 2013:44).
v. “Yang ini yang paling aneh,” potong Kugy, menunjuk lukisan
yang hanya seperti gradasi warna dan garis-garis halus seperti
larik-larik kapas (Lestari, 2013:45).
w. Kugy menatap lukisan itu lekat-lekat (Lestari, 2013:45).
x. Keenan garuk-garuk kepala, “ini kebetulan yang aneh”
(Lestari, 2013:45).
y. Cepat-cepat Kugy membuang muka ke sembarang arah, dan
menemukan mesin popcorn sebagai objek perhatian baru yang
lebih aman (Lestari, 2013:50).
z. Kugy mesem-mesem, “nggak maksa, sih … Cuma penasaram
aja” (Lestari, 2013:54).
39
aa. Keenan memasukkan barang-barang terakhirnya sebelum tas
itu resmi diamanan dengan gembok kecil (Lestari, 2013:57).
bb. “Cep! Jangan jauh-jauh!” (Lestari, 2013:59).
cc. “Tapi minta bolos itu namanya „macam-macam‟. Seminggu
lagi! Buat apa sih kamu lama-lama amat di Ubud?” (Lestari,
2013:66).
dd. “Baik-baik, ya. Sampai ketemu semester depan” (Lestari,
2013:69).
ee. Printer kecil di kamarnya tak henti-henti berbunyi mencetak
seluruh dokumen dongengnya. Setelah semua siap, Kugy mulai
menggabungkan teks-teks dongengnya dengan sketsa-sketsa
Keenan, embuat semacam buku buatan tangan (Lestari,
2013:72).
ff. Jalan legian penuh sesak dengan orang-orang, mobil-mobil
bahkan nyaris tak bergerak (Lestari, 2013:73).
gg. Mereka bertiga akhirnya bergerak menuju kafe temaram
berhiaskan ornamen-ornamen Buddha yang hanya beberapa
puluh meter dari tempat mereka berdiri (Lestari, 2013:73).
hh. Sementara itu pikirannya melayang pada satu benda yang
hampir tak lepas dari tangannya beberapa hari ini, yang
membuat Pak Wayan dan banyu geleng-geleng kepala saking
seriusnya Keenan mengulik benda satu itu, bolak-balik
dihaluskan dan disempurnakan setiap hari (Lestari, 2013:75).
ii. Tepatnya, mereka tak punya dana cukup untuk menyewa
bangunan dan terpaksa melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di saung-saung ladang atau di bawah pohon (Lestari,
2013:80).
jj. “Maaf agak berantakan, ya. Belum sempat beres-beres setelah
pulang dari Bali …” (Lestari, 2013:84).
kk. Sementara dilihatnya Eko dan Noni mesem-mesem di pojok
kamar (Lestari, 2013:84).
ll. Ia hanya malas menghadapi adegan-adegan yang sekiranya
bakal pedas di mata (Lestari, 2013:100).
mm. Kini, anak-anak itu mau lebih banyak memakai bahasa
Indonesia, dan Kugy pun diajari secara tidak langsung istilah-
istilah bahasa Sunda oleh anak-anak itu (Lestari, 2013:103).
40
nn. “Kalian kok tega, sih! Bilang-bilang, dong! Gua kayak napi
buron begini …” (Lestari, 2013:107).
oo. Kali ini baju Wanda serba silver, serasi dengan tas, sepatu, dan
kuku-kuku (Lestari, 2013:107).
pp. Di pojokan itu, terdapat meja besar tempat berbagi aneka teh
dan minuman dihidangkan, lengkap dengan panganan kecil
yang ditata apik di nampan-nampan (Lestari, 2013:108).
qq. Keenan menoleh, menatap Wanda lekat-lekat (Lestari,
2013:113).
rr. Kucing-kucing yang berjemur santai di atap tetangga akan
menjadi teman setianya (Lestari, 2013:160).
ss. Obor-obor mulai dipancangkan di taman, dan meja-meja berisi
makanan mulai mengambil posisi (Lestari, 2013:168).
tt. Sambil tersenyum maklum, petugas itu menyiapkan stiker-
stiker petunjuk yang diminta Keenan (Lestari, 2013:179).
uu. Wajah-wajah yang tak asing (Lestari, 2013:200).
vv. Menggoyangkan kentungan-kentungan bambu yang bergantung
di tepi atap, yang seketika melantunkan bebunyian merdu
(Lestari, 2013:226).
ww. Menyisakan suara bambu dan suara-suara dalam kepalanya
(Lestari, 2013:226).
xx. Semburat matahari mulai terlihat, perlahan menggeser jernih
langit malam dan bintang-bintang (Lestari, 2013:261).
yy. Sedari tadi penganan yang disuguhkan adalah gelas-gelas berisi
anggur merah dan putih, serta makanan-makanan ringan
berukuran mungil yang diedarkan di atas baki (Lestari,
2013:272).
zz. Dengan segala daya yang entah dari mana, otot-otot muka Adri
mulai bergerak (Lestari, 2013:291).
aaa. Tangisan yang harus kembali dikuburnya dalam-dalam
(Lestari, 2013:300).
bbb. Seuntai gelang yang terdiri dari batu-batu mungil berwarna
biru cemerlang (Lestari, 2013:324).
41
ccc. “Ngobrol dengan dia … rasanya kayak lagi baca buku
petuah-petuah bijak” (Lestari, 2013:333).
ddd. Sepanjang jalan, Kugy keasyikan mengobrol sampai-
sampai tak sadar mobil itu sudah sampai di mulut tol Cikampek
(Lestari, 2013:340).
eee. Karang-karang kecil bermunculan, tampak mengilap
disepuh buih ombak (Lestari, 2013:348).
fff. Dekat, terjangkau, dan jelas-jelas mencintainya (Lestari,
2013:357).
ggg. Sindiran-sindiran halus menjadi rutinitas baru yang ia
terima setiap hari (Lestari, 2013:359).
hhh. Jangan-jangan … (Lestari, 2013:368).
iii. “Makasih …,” Kugy tertawa lepas, “ngomong-ngomong, mata
kamu normal, kan?” (Lestari, 2013:377).
jjj. Hidup Darwin! Sekali lagi, ternyata evolusi itu memang ada!
Tumben-tumben seorang Kugy Karmachameleon mengenal
konsep „salah kostum‟;” komentar Keenan geli (Lestari,
2013:381).
kkk. “Bagus! Bagus! Itu yang saya tunggu-tunggu. Saya mau
lihat-lihat, dong” (Lestari, 2013:386).
lll. “Tapi, aku benar-benar butuh waktu sendiri dulu. Maaf sekali
lagi, ya” (Lestari, 2013:394).
mmm. Cepat-cepat ia membuka pintu (Lestari, 2013:401).
nnn. Noni geleng-geleng kepala (Lestari, 2013:406).
ooo. Malam ini, Remi menyusun tempat-tempat yang ingin ia
kunjungi dengan Kugy esok hari (Lestari, 2013:421).
ppp. ”Denger-denger, ada yang mau ke wedding exhibition, ya?”
Kakak perempuanya itu berceletuk (Lestari, 2013:423).
qqq. Hanya bunyi derit engsel besi ayunan dan bunyi ombak-
ombak kecil yang beradu dengan benteng tembok dekat kaki
mereka (Lestari, 2013:425).
42
rrr. “Keenan Cuma buang-buang waktu,” sahutnya (Lestari,
2013:429).
Berdasarkan data di atas, kata-kata yang bergaris bawah
merupakan kata-kata yang mengandung kata ulang dwilingga,
yaitu kata ulang yang mengulang seluruh kata dasar dan kata
berimbuhan.
3. Kata ulang berubah bunyi
a. “Lu yakin dia pakai kereta jam lia? Kok gak muncul-muncul?”
Tanya Kugy pada eko yang celingak-celinguk tiada henti
(Lestari, 2013:20).
b. Tangannya serta-merta menunjuk kearah rak buku tempat
koleksi komik dan buku dongengnya berbaris rapi, demi
mengalihkan pembicaraan (Lestari, 2013:36).
c. Ia tenggelam dalam dunia khayal Kugy yang membawanya
jauh ke Negeri Antigravitia yang menggantung di selapis langit
sebelum bulan, ke bawah tanah tempatnya Joni gorong si
undur-undur penggali, ke dunia sayur-mayur tempat wortelina
menjadi penari balet yang ternama (Lestari, 2013:39).
d. Sementara itu pikirannya melayang pada satu benda yang
hampir tak lepas dari tangannya beberapa hari ini, yang
membuat Pak Wayan dan banyu geleng-geleng kepala saking
seriusnya Keenan mengulik benda satu itu, bolak-balik
dihaluskan dan disempurnakan setiap hari (Lestari, 2013:75).
e. “Oh, mangga, mangga. Diantar ku Bapa,” buru-buru Pak
Somad mematikan rokok kreteknya lalu mulai memanggili
anak-anak yang tercerai-berai di sekitar masjid (Lestari,
2013:89).
f. Lama sudah Keenan berusaha menyelami dua bola mata yang
selalu dilapisi lensa kontak berwarna-warni itu, mencari
sesuatu yang selama ini belum ia temukan (Lestari, 2013:132).
g. Ia memilih membuka buku sketsa lalu asyik mencorat-coret
(Lestari, 2013:150).
h. Mau tak mau Kugy melayani dulu basa-basi itu (Lestari,
2013:161).
43
i. “Gua yakin lu pasti punya alasan lu sendiri, dan gua nggak
berhak ngutak-ngatik” (Lestari, 2013:162).
j. Lama Keenan membiarkan Wanda tersedu-sedan sambil
meratapkan segala penyesalannya, hingga perlahan, Keenan
melepaskan rangkulan tangan Wanda di kakinya, lalu
menariknya lagi untuk berdiri (Lestari, 2013:177).
k. Dari tempat ia duduk, langit tampak berhiaskan saling-silang
tali jemuran, beberapa kolor dan jins tidak kering yang tampak
masih diangin-anginkan (Lestari, 2013:181).
l. Barangkali Pak Wayan Cuma membutuhkan kehadiran mereka,
suara mereka, gerak-gerik mereka untuk menghidupkan
suasana (Lestari, 2013:204).
m. Ia bercerita soal keluh-kesahnya, keresahan batinnya, dan
kerinduannya pada semua yang dulu begitu indah (Lestari,
2013:208).
n. Suasana lantai bawah lebih tertib dengan orang-orang yang
berbaju lebih rapi, sementara lantai dua ingar-bingar, urakan,
dan lebih berantakan (Lestari, 2013:252).
o. Cekakak-cekikik di ruang itu makin menjadi (Lestari,
2013:255).
p. Suara ketawa-ketiwi sontak lenyap (Lestari, 2013:256).
q. “Ananconda-ku mulai aksi huru-hara, nih kayaknya nggak
mungkin lagi disumpal makanan basa-basi. Aku pamit duluan,
ya. Mau cari makan aja” (Lestari, 2013:274).
r. Ia sudah mendengar desas-desus bahwa satu kantor bermaksud
mengerjainya habis-habisan hari ini, dan isu utamanya justru
bukan dalam rangka perayaan ulang tahun, melainkan gara-
gara ia kini resmi menjadi pacar Bos Besar (Lestari, 2013:322).
s. Keenan mampu mengobrak-abrik seluruh tatanan hatinya
(Lestari, 2013:332).
t. “Tapi sampai sekarang, storybroard belum ada, konsepnya juga
masih gonta-ganti melulu” (Lestari, 2013:359).
Berdasarkan data di atas, kata-kata yang bergaris bawah
merupakan kata-kata yang mengandung kata ulang berubah bunyi.
44
Pengulangan terjadi dengan pengulangan bunyi pada unsur
pertama maupun unsur kedua dalam kalimat.
4. Kata ulang berimbuhan, yaitu pengulangan kata ulang berimbuhan
terjadi dengan menambahkan imbuhan pada unsur kata pertama
atau kata kedua.
a. “Karel bilang, peti itu diambil dari perahu karam, dan isinya
gulungan-gulungan naskah sejarah yang jadi hancur karena
terendam air laut” (Lestari, 2013:38).
b. Ada sesuatu yang remuk di hati Kugy, dan pecahan-
pecahannya seolah-olah menyebar ke seluruh tubuh,
membuatnya meringkuk memeluk guling menahan pedih
(Lestari, 2013:86).
c. Tanpa menunggu labih lama, dibukanya lipatan-lipatan perahu
kertas itu, membaca tulisan Remi yang tertera di bagian
belakang pamflet restoran, …. (Lestari, 2013:271).
d. Dan ia putuskan untuk berbisik di telingan suaminya,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini belum
terjawab: …. (Lestari, 2013:291).
Berdasarkan data di atas, kata-kata yang bergaris bawah
merupakan kata-kata yang mengandung kata ulang
berimbuhan. Kata ulang berimbuhan adalah mengulang kata
dasar sekaligus dengan imbuhannya (afiksasi)
5. Kata ulang semu
a. Anak laki-laki itu melihat sekeliling dengan khawatir (Lestari,
2013:15).
b. Pikirannya melayang pada surat-surat dan foto-foto yang sering
diselipkan di tas oleh cewek-cewek di sekolah, dan ia
menebak-nebak mana yang kira-kira ditemukan oleh abangnya
(Lestari, 2013:15).
c. Belum lagi, jam tangan plastik Kura-kura Ninja yang nyris tak
pernah lepas dari pergelangan tangannya (Lestari, 2013:19).
45
d. Ia tenggelam dalam dunia khayal Kugy yang membawanya
jauh ke Negeri Antigravitia yang menggantung di selapis langit
sebelum bulan, ke bawah tanah tempatnya Joni gorong si
undur-undur penggali, ke dunia sayur-mayur tempat wortelina
menjadi penari balet yang ternama (Lestari, 2013:39).
e. Hanya Keenan yang begitu tegas dan tanpa tedeng aling-aling
menyatakan tidak suka (Lestari, 2013:55).
f. “Selamat melukis. Jangan lupa …. “ Kugy menempelkan kedua
telunjuknya di ubun-ubun seperti antenna (Lestari, 2013:64).
g. “Mau oleh-oleh apa?” (Lestari, 2013:68).
h. “Selain Sakola Alit, kira-kira ada faktor lain nggak?” (Lestari,
2013:102).
i. “Tapi saya benar-benar nggak kuat lagi untuk pura-pura betah
kuliah” (Lestari, 2013:156).
j. Dengan cepat, ia menggambar enam layang-layang (Lestari,
2013:184).
k. “Setiap pelukis pasti memiliki „jodoh‟-nya masing-masing”
(Lestari, 2013:205).
l. Pria itu mengambil ancang-ancang bicara (Lestari, 2013:211).
m. “Pintar,” Luhde manggut-manggut sambil menahan senyum
(Lestari, 2013:220).
n. “Kamu tuh naïf atau pura-pura polos, sih, Ko? Noni berdecak
tidak sabar, “Ngaku aja, kenapa sih?” (Lestari, 2013:242).
o. Tibalah ia di Bandara Ngurah Rai, disambut alunan gending
Bali yang sayup-sayup berkumandang dari kotak-kotak
pengeras suara (Lestari, 2013:293).
p. Ia sudah mendengar desas-desus bahwa satu kantor bermaksud
mengerjainya habis-habisan hari ini, dan isu utamanya justru
bukan dalam rangka perayaan ulang tahun, melainkan gara-
gara ia kini resmi menjadi pacar Bos Besar (Lestari, 2013:322).
Berdasarkan data di atas, kata-kata yang bergaris bawah
merupakan kata-kata yang mengandung kata ulang semu. Kata
46
ulang semu adalah pengulangan kata ulang yang terjadi pada kata
dasar yang sebenarnya bukan hasil reduplikasi itu sendiri.
6. Kata ulang berdasarkan fungsi atau makna
1. Kata ulang bermakna mirip atau agak
a. Ada yang asyik mencari kutu di kepala temannya, ada yang
langsung merobek kertas dari bukunya dan bikin kapal-
kapalan, ada yang kerjanya teriak-teriak terus memanggili
temannya di saung sebelah, dan ada juga yang menatapnya
bergeming seperti melihat hantu (Lestari, 2013:90).
Kapal-kapalan adalah sesuatu yang mirip kapal. Kapal-
kapalan di novel Perahu Kertas adalah sebuah kertas yang
dibentuk menyerupai kapal dengan teknik origami.
b. Noni punya ide sejak lama ingin mengalungkan medali-
medalian untuk Kugy pada pesta ulang tahunnya yang ke-20 ini
sebagai tanda persahabatan mereka (Lestari, 2013:171).
Medali-medalian adalah sesuatu yang mirip dengan
medali, yaitu suatu penghargaan atas usaha seseorang.
2. Kata ulang bermakna jamak
a. Hanya sesekali telepon dari Mama yang memuji sketsa-sketsa
yang ia kirim, tanpa ucapan tambahan yang menyiratkan kalau
ia bisa terus tinggal di Amsterdam, menemani Oma yang
berjuang agar tidak digusur ke panti jompo karena dianggap
terlalu tua untuk hidup sendiri, melukis di salah satu bangku di
Vondelpark, tumbuh besar menjadi seniman-seniman yang ia
kagumi dan banyak berseliweran di kota ini (Lestari, 2013:2).
b. Ia tidak bisa menjelaskan bagaimana batinnya dibuat damai
dengan menyaksikan perahu-perahu kertas itu hanyut terbawa
air (Lestari, 2013:14).
c. Pikirannya melayang pada surat-surat dan foto-foto yang sering
diselipkan di tas oleh cewek-cewek di sekolah, dan ia
menebak-nebak mana yang kira-kira ditemukan oleh abangnya
(Lestari, 2013:15).
47
d. Tak ada satu pun temannya yang percaya bahwa keduannya
bisa jadian, begitu juga dengan teman-teman Ojos (Lestari,
2013:27).
e. “Sementara isi kepalaku Cuma Pangeran Lobak, Peri Seledri,
Penyihir Nyi Kunyit, dan banyak lagi tokoh-tokoh sejenis”
(Lestari, 2013:37).
f. “Baru nanti setelah mapan, lalu orang-orang mulai percaya, aku
bisa nulis dongeng sesuka-sukaku” (Lestari, 2013:37).
g. “Pengalaman pribadi, ya? Itu karena Ojos bisa mendeteksi
cowok-cowok mana yang diam-diam naksir Kugy, tauk,“ ledek
Noni sambil menoyor bahu Eko (Lestari, 2013:53).
h. Semua anggota keluarga itu menjadi seniman-seniman besar
(Lestari, 2013:69).
i. Jalan Legian penuh sesak dengan orang-orang, mobil-mobil
bahkan nyaris tak bergerak (Lestari, 2013:73).
j. Matanya tak lepas mengamati foto-foto anak-anak yang akan
dibina oleh Ami dan teman-temannya (Lestari, 2013:81).
k. Malam itu, Noni dan Eko terpaksa menggantungkan nasib
perut mereka pada Mas-Mas pengantar pizza (Lestari,
2013:85).
l. Tokohnya adalah murid-muridku sendiri (Lestari, 2013:120).
m. Hanya serangga-serangga pohon yang terdengar bersahut-
sahutan (Lestari, 2013:121).
n. Kucing-kucing yang berjemur santai di atap tetangga akan
menjadi teman setianya (Lestari, 2013:160).
o. Segelintir orang saja yang tersisa, dan sebagian besar adalah
pegawai-pegawai rumah Wanda sendiri (Lestari, 2013:172).
p. Keberadaan Sakola Alit serta konsistensi Ami dan kawan-
kawan akhirnya menarik simpati penduduk sekitar (Lestari,
2013:183).
q. “Terserah Om Hans mau ngomong apa, Wanda punya motivasi
apa, kolektor-kolektor itu punya penilaian apa … buatku, kamu
melukis dengan seluruh jiwa kamu, dan itu yang penting!”
(Lestari, 2013:187).
48
r. “Jangan mau sama yang kayak kita-kita ini. Kantongnya sakit
asma, napasnya satu-satu!” (Lestari, 2013:212).
s. Andaikan perempuan-perempuan itu tahu bahwa dalam lima
menit dirinya akan keluar makan bersama Remi, Kugy ragu
bisa keluar dari toilet tadi dalam keadaan utuh (Lestari,
2013:275).
t. “Untungnya klien-klien saya yang lama terus mendukung,
makanya AdVocaDo bisa seperti sekarang” (Lestari,
2013:287).
u. “Mari terus maju, hai Juru-Juru Dongeng!” (Lestari, 2013:311).
v. “Berhubung ortu-ortu udah mendesak, yah you know lah jadi
…,” Noni berdehem, “bulan Februari depan, tepat pada hari
Valentine, gua dan Eko, tunangan.” (Lestari, 2013:318).
w. “Bu … bu … kadieu, enggal! Ieu aya guru-guruna Pilik!”
(Lestari, 2013:342).
Berdasarkan data di atas, kata-kata yang bergaris bawah
merupakan kata-kata yang mengandung kata ulang jamak. Kata
ulang jamak merupakan suatu kata yang memiliki artian banyak
atau lebih dari satu.
3. Kata ulang bermakna macam-macam
a. Sebuah rumah peninggalan zaman Belanda yang dikelilingi
pepohonan rindang (Lestari, 2013:44).
Kata pepohonan merupakan kata yang berasal dari kata
pohon. Pepohonan adalah bermacam-macam jenis pohon
yang tumbuh di sebuah tempat.
b. Ia tenggelam dalam dunia khayal Kugy yang membawanya
jauh ke Negeri Antigravitia yang menggantung di selapis
langit sebelum bulan, ke bawah tanah tempatnya Joni gorong
si undur-undur penggali, ke dunia sayur-mayur tempat
wortelina menjadi penari balet yang ternama (Lestari,
2013:39).
49
Berdasarkan data di atas, kata sayur-mayur yaitu bermacam-
macam jenis sayuran. Sayur-mayur di Data di atas menggambarkan
bermacam-macam sayuran yang dijadikan tokoh dalam sebuah
cerita dongeng.
4. Kata ulang bermakna intensitas
a. “Saya di kampus hanya seperlunya aja. Nggak terlalu suka
nongkrong-nongkrong” (Lestari, 2013:42).
b. Sesungguhnya, salah satu alasan ia sering lewat-lewat fakultas
Keenan adalah untuk memberikan majalah yang memuat
cerpennya, yang sudah ia siapkan di dalam ranselnya dan ia
bawa setiap hari (Lestari, 2013:43).
c. “Sumpah .. saya sama sekali nggak sangka kamu bisa menebak
setepat itu, “Keenan garuk-garuk kepala, “ini kebetulan yang
aneh” (Lestari, 2013:45).
d. “Mmm … nggak ada apa-apa lagi , Om. Silahkan saja lihat-
lihat. Mungkin Om dan Tante mau minum? Kita ada teh, wine
….” (Lestari, 2013:111).
e. Ia memilih membuka buku sketsa lalu asyik mencorat-coret
(Lestari, 2013:150).
f. “Lena … lihat anak kamu, dia pikir dia siapa? Berani-berani
minta berhenti kuliah hanya gara-gara lukisannya laku
segelintir. Dia nggak mikir bahwa saya, bapaknya, sudah
setengah mati banting tulang buat baya seluruh biaya
sekolahnya dari dia kecil sampai sekarang,” ayahnya lalu
menoleh pada Keenan (Lestari, 2013:156).
g. “Aduh, Gy! Apaan sih, nih! Nyodok-nyodok nggak jelas!
Ganggu, tauk!” Omel Kevin (Lestari, 2013:214).
Berdasarkan data di atas, kata-kata yang bergaris bawah
merupakan kata-kata yang mengandung kata ulang intensitas. Kata
ulang intensitas adalah kata ulang yang melakukan perbuatan
secara berulang-ulang atau berlangsung lama atau terus-menerus.
50
5. Kata ulang bermakna kolektif atau bilangan
a. Seharian, Wanda dengan tekun menelponi satu-satu orang
yang ada dalam daftarnya, hingga akhirnya ia menyerah
(Lestari, 2013:114).
b. “Non! Kalian tuh temenan udah berapa tahun sih? Masa kalah
sama masalah beginian doing? Masalahnya apa juga nggak
jelas, tahu-tahu diem-dieman, terus dua-duanya sama-sama
keras kepala. Heran,” Eko mulai dongkol (Lestari, 2013:242).
c. “Mmm … saya nggak suka tiga-tiganya,” akhirnya ia berkata
(Lestari, 2013:256).
Berdasarkan data di atas, kata-kata yang bergaris bawah
merupakan kata-kata yang mengandung kata ulang bermakna
kolektif atau bilangan. Kata ulang kolektif atau bilangan adalah
kata ulang yang menunjukkan jumlah angka atau bilangan dalam
sebuah kalimat.
6. Kata ulang bermakna keadaan atau situasi
a. Diam-diam ia mengamati kedua anak laki-lakinya yang terpaut
jarak enam tahun, dan menyadari betapa berbeda keduanya
(Lestari, 2013:15).
b. “Hebat Mas Keenan, ya. Mentang-mentang ganteng, pacarnya
ganti-ganti, cantik-cantik lagi,” Mas Itok terus berkomentar
(Lestari, 2013:98).
c. “Lain kali, ingat-ingat kalo ini Kota Bandung. Pakai rok mini
malam-malam gini hanya disarankan bagi yang udah kebal dan
terlatih nahan angin kayak bending di Jalan Veteran” (Lestari,
2013:135).
d. Malam itu Kugy pun memutuskan, segala kenangan dan perkara
yang hanya akan membebani hatinya, ia buang jauh-jauh
(Lestari, 2013:248).
Berdasarkan data di atas, kata-kata yang bergaris bawah
merupakan kata-kata yang mengandung kata ulang bermakna
51
keadaan atau situasi. Kata ulang ini berasal dari kata sifat yang
diulang dan membentuk kata ulang bermakna keadaan dan situasi.
e. Kata ulang bermakna tindakan yang dilakukan berkali-kali
a. Hampir semuanya terus-terusan menggunakan bahasa Sunda
(Lestari, 2013:103).
b. “Kang Keenan sering-sering datang, ya? “ pinta Pilik sambil
memasukkan gulungan gambar dari Keenan ke dalam tasnya
yang terbuat dari karung bekas tepung terigu (Lestari,
2013:119).
d. Semua halaman sudah habis ia baca, bahkan berkali-kali dan
tak terhitung lagi (Lestari, 2013:278).
e. Baru sehari Keenan tiba di Jakarta dan langsung menunggui di
rumah sakit terus-menerus, semua orang seketika melihat
perbaikan yang pesat dari kondisi ayahnya (Lestari, 2013:304).
Berdasarkan data di atas, kata-kata yang bergaris bawah
merupakan kata-kata yang bermakna tindakan yang dilakukan
berkali-kali. Kata ulang yang dilakukan berkali-kali bisa
mengandung kata ulang tambahan dan kata ulang ulang dwilingga.
f. Kata ulang bermakna kegiatan
a. Silahkan kamu baca-baca (Lestari, 2013:38).
b. Tepatnya, mereka tak punya dana cukup untuk menyewa
bangunan dan terpaksa melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di saung-saung ladang atau di bawah pohon (Lestari,
2013:80).
c. “Iya, dia punya perusahaan trading, ekspor-impor. Dia bangun
semuanya sendiri dari nol. Kok, kamu tahu?” (Lestari,
2013:113).
d. “Gua lulus siding tadi pagi, Non. Dan Karel udah cariin gua
kerja di Jakarta, gua mulai coba magang sambil nunggu
wisuda. Jadi, gua mau pamitan, sekalian pingin ngobrol-
ngobrol aja,” dengan nada secerah mungkin Kugy bercerita
(Lestari, 2013:246).
52
e. “Sebetulnya dilarang melakukan surat-menyurat sampai
lamaran kerja positif dikabulkan, tapi … aku coba, ya. Cuma
nggak janji lhooo …,” Kugy tertawa, siap menutup pintu
(Lestari, 2013:271).
f. “Tahun ini perkerjaan di kantor banyak sekali, Pak. Kebetulan
aja kantor saya lagi outing ke Bali, jadi saya bisa kabur
sebentar mampir ke Ubud, sekalian lihat-lihat” (Lestari,
2013:372).
Berdasarkan data di atas, kata-kata yang bergaris bawah
merupakan kata-kata yang mengandung kata ulang bermakna
kegiatan. Kata ulang bermakna kegiatan umumnya dilakukan oleh
dua atau lebih tokoh.
5. Pemilihan kata unik
Pilihan kata yang ringan dan penggambaran yang jelas membuat
pembaca bisa merasakan setiap detail yang Dee tulis dan
menggambarkannya dalam pikiran pembaca. Kata-kata yang ditulis secara
ringan dan gaya bahasa yang menyesuaikan dengan perkembangan
masyarakat modern. Walau ringan, tetap saja bahasa yang digunakan
memiliki makna yang berisi yang mewakili pribadi Dee.
Menurut Keraf dalam Diksi dan Gaya Bahasa (Keraf, 1995:87),
ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk
menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca seperti
apa yang dipikirkan atau dirasakan penulis. Maka setiap penulis Harus
berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai
maksud tersebut. Pilihan kata dalam sebuah karya nonsastra dan karya
sastra sangatlah berbeda. Dee dalam Perahu Kertas mampu menciptakan
imajinasi yang tepat bagi pembacanya.
53
a. Karmachameleon
Keenan menerima bundel yang disodorkan padanya. Di sampul
depannya tertulis: “Kumpulan Dongeng Dari Peti Ajaib-Oleh:
Kugy Karmachameleon” (Lestari, 2013:38).
“Karmachameleon” merupakan nama pena Kugy. Semua karya-
karya hasil karya Kugy, dinamai dengan nama penanya yaitu “Kugy
Karmachameleon”, padahal nama asli Kugy adalah Kugy Alisa
Nugroho. Kugy merupakan mahasiswa yang mempunyai hobi dan cita-
cita sejak kecil sebagai penulis dongeng, cerpennya juga pernah
diterbitkan di sebuah majalah ibu kota.
Namun, ada satu hal yang mengusik Keenan, dan ia memutuskan
untuk bertanya, “Nama lengkap kamu Kugy Karmachameleon?”
“Bukan. Kugy Alisa Nugroho.”
“Jauh, ya?” (Lestari, 2013:39)
“Dee” adalah nama pena dari Dewi Lestari. Cerpen Dee juga
pernah diterbitkan di sebuah majalah terkenal. Dee yang merupakan
seorang sastrawan terkenal, menciptakan nama pena agar pembaca atau
penikmat sastra lebih mudah mengingatnya karena nama Dewi Lestari itu
tidak hanya satu. Kreativitas Dee dituangkan dalam novel Perahu Kertas.
Pengalamannya dalam menjadi sastrawan ia wujudkan dalam
memunculkan nama pena di novel Perahu Kertas untuk tokoh utama yang
secara kebetulan mempunyai profesi sebagai penulis.
b. Mother Alien
Judul bab: MOTHER ALIEN (Lestari, 2013:23).
“Mother Alien” adalah sebutan untuk Kugy dari teman-temannya.
Teman-temannya memanggil dengan panggilan “Mother Alien” karena
teman-teman Kugy menganggap Kugy adalah ketua orang-orang aneh
54
sedunia. Menurut Noni, sahabat Kugy, Kugy adalah seseorang yang
tidak memiliki pengalaman aneh termasuk yang paling aneh untuk
ukuran orang normal.
“Maaf, sebetulnya gua kurang setuju,” Noni angkat tangan,
“karena bagi Kugy semua hal nggak ada yang aneh sekalipun
untuk ukuran orang normal”, (Lestari, 2013:23).
c. Fuad
“Biasa. Fuad lagi penyakitan, sementara Eko harus jemput
sepupunya ke stasiun, yang dari Belanda itu lho, terus mereka
butuh aku untuk dorong mobil kalau-kalau mogok. Eeh… dasar si
Fuad, beneran mogok dia”, (Lestari, 2013:26).
“Fuad” adalah panggilan kesayangan untuk mobil eko. Mobil tua
yang jika dipakai seringkali mogak yang membuat Eko dan teman-
temannya memanggilnya Fuad. Fuad merupakan mobil merk Fiat
dengan bodi 124.
d. Alien Nation
Eko membelesakkan kepalanya ke dalam bantal. Tertawa
terpingkal-pingkal. “Kok gua serasa ada di tengah alien nation gini,
ya?” cetusnya dari dalam benaman bantal, (Lestari, 2013:33).
“Alien Nation” adalah ungkapan dari Eko ke Kugy dan Keenan.
“Alien Nation” adalah kumpulan dari orang-orang aneh. Eko
menganggap bahwa jika Kugy dan Keenan bersatu maka akan
membentuk kumpulan orang aneh.
e. Advocado
Kugy tak percaya bisa lolos dari sebulan pertamanya di AdVocaDo
(Lestari, 2013:252).
Advocado adalah nama perusahaan advertising milik Remi.
Perusahaan periklanan yang dibangun Remi, teman Karel, kaka Kugy.
55
Namun pegawai perusahaan periklanan lain sering memanggil nama
Advocado dengan nama Alpukat.
“Alpukat” adalah julukan gaul untuk AdVocaDo (Lestari,
2013:275).
6. Pemilihan kelompok kata
a. Lingkaran Suci
“Oke,” Kugy berdehem, “di lingkaran suci ini, sebutkan hal paling
aneh yang pernah kita lakukan. Ayo, yang jujur, ya!” (Lestari,
2013:31).
Lingkaran suci merupakan istilah yang dipakai Dee untuk
menggambarkan bagaimana Kugy, Keenan, Noni, dan Eko duduk
membentuk melingkar sambil bercerita dan tertawa.
Di ruangan tamu, yang digunakan bersama itu, tampak karton pipih
lebar bekas pizza menganga terbuka. Sebuah teve yang tak
ditonton menyala dengan suara sayup. Empat orang duduk dilantai,
berbincang asyik sambil tertawa-tawa. Dengan dus pizza kosong
sebagai pusat bagaikan kawanan Indian yang mengelilingi api
unggun (Lestari, 2013:31).
b. Dewa Neptunus
“Kugy suka kirim surat ke Dewa Neptunus,” ungkap Noni sambil
menahan geli (Lestari, 2013:32).
Bahwa Kugy sangat mengidolakan dewa laut, dalam mitologi yunani
disebut dengan Poseidon. Poseidon merupakan saudara kandung
Yupiter dan Pluto. Poisendon diibaratkan dengan planet Neptunus
karena planet Neptunus merupakan planet yang berwarna biru dan
mirip dengan warna laut yang biru, warna biru ini disebabkan oleh
kandungan yang ada. Kandungan planet Neptunus yaitu terdiri dari
banyak es seperti air, sehingga planet Neptunus berwarna biru
56
(http://m.kompasiana.com/post/read/490120/2/neptunus-dan-dewa-
laut-dalam-perahu-kertas.html, 21/01/2015, 22.24).
Kugy hobi mengirim surat di kertas yang kemudian kertas tersebut
dibentuknya menjadi perahu yang akhirnya dilabuhkan di sungai
yang mengalir atau bahkan langsung di laut. Kugy yang
mempunyai zodiak Aquarius percaya bahwa suratnya akan sampai
ke laut dan dibaca oleh Dewa Neptunus. “Gua sebetulnya anak
buah Neptunus yang dikirim ke Bumi untuk jadi mata-mata, dan
SECARA KEBETULAN SEKALI, zodiak gua Aquarius. Ajaib,
kan?” tambahnya dengan mata berbinar-binar (Lestari, 2013:33).
c. Pemadam Kelaparan
Warung nasi dengan dinding bambu itu tampak padat. Orang-orang
berderet memilih makanan yang disajikan prasmanan. Keenan
berhenti sejenak untuk membaca plang yang tergantung di pintu:
“Warteg Pemadam Kelapanan” (Lestari, 2013:42).
Dee melahirkan sebuah tempat yang bernama “Pemadam
Kelaparan”, yang merupakan kantin dalam kampus yang menjadi
favorit para mahasiwa karena dengan harga yang murah, warung
makan tersebut mampu mengenyangkan dan memadamkan perut yang
mulai lapar. Harga yang murah dan disajikan secara prasmanan
memberi kepuasan tersendiri bagi mahasiswa yang makan di sana.
“Ada satu tempat makan yang wajib dijajal. Jangan ngaku anak
kampus deh kalau belum pernah ke sana….”
“Enak banget, ya?”
“Bukan. Murah Banget.”
“Oh. Pantesan nraktir…,” gumam Keenan sambil mengekeh pelan
(Lestari, 2013:42).
d. Siluman Kampus
“Kata anak-anak, IP lu tertinggi satu angkatan. Nggak percuma lu
disebut Siluman Kampus, kerjanya pulang melulu, ngerem di
kamar kayak beruang,” Bimo terkekeh. Keenan hanya tersenyum
sekilas, entah harus merasa bangga atau tersindir. Tapi ia cukup
suka sebutan itu. Siluman Kampus. (Lestari, 2013:42).
57
Dee memunculkan istilah baru, yaitu “Siluman Kampus”. Keenan
dijuluki sebagai “Siluman Kampus” karena Keenan tidak pernah
berkumpul bersama teman-temannya seusai perkuliahan berakhir.
Keenan ke kampus hanya untuk belajar. Seusai belajar ia langsung
pulang ke kost untuk melukis. Ia lebih memilih pulang untuk melukis
daripada berkumpul dengan teman-teman kampusnya. Siluman adalah
makhluk halus, tersembunyi tidak kelihatan (http://kbbi.web.id,
21/01/2015, 22.48).
Keenan mempunyai hobi melukis namun karena paksaan
orangtuanya, ia terpaksa menuruti kemauan orangtuanya untuk masuk
dalam jurusan ekonomi, bukan seni rupa seperti yang Keenan
inginkan. Maka setelah perkuliahan berakhir, ia lebih memilih pulang
ke rumah kos untuk melukis daripada berkumpul dengan teman-
temannya sesama jurusan ekonomi.
e. Radar Neptunus
“Selamat melukis. Jangan lupa ….” Kugy menempelkan kedua
telunjuknya di ubun-ubun seperti antena.
Seketika keenan tertawa renyah. “Radar Neptunus …,” ia lalu ikut
menempelkan kedua telunjuk di ubun-ubun (Lestari, 2013:64).
Percakapan tersebut, menunjukkan bahwa antara Kugy dan Keenan
menggunakan istilah yang hanya diketahui oleh Kugy dan Keenan
yaitu “Radar Neptunus”. Arti “Radar Neptunus” dalam Perahu Kertas
adalah radar yang akan mempertemukan seseorang dengan belahan
jiwanya. Terbukti bahwa di akhir cerita, Kugy dan Keenan di
pertemukan karena adanya “Radar Neptunus”.
58
“Kata sandi?” Orang itu bertanya pelan.
Keenan tersenyum. “Klapertaart.”
“Hah? Keparat?”
“Pisang susu.”
“Oke. Lolos”
“Kok, kamu bisa sampai di sini?” Tanya Keenan.
“Aku juga mau Tanya hal yang sama. Tapi kayaknya kita berdua
sudah tahu jawabannya.”
“Radar Neptunus,” Keenan tersenyum lebar. Secerah hatinya yang
mendadak merekah, dan terus-menerus mengembang seolah tiada
sepi (Lestari, 2013:432).
Tokoh Kugy dan Keenan jika memanggil sinyal dewa laut, ia akan
meletakkan dua telunjuknya di samping kepala. Dalam mitologi
Yunani, Poseidon/dewa laut digambarkan memiliki senjata yang
disebut trisula. Bentuk trisula seperti angka 3 yang menghadap ke atas,
benda yang dipegang ditangan Poseidon. Mitosnya, jika trisula
ditancapkan ke bumi maka dapat membelah dunia.
(http://m.kompasiana.com/post/read/490120/2/neptunus-dan-dewa-
laut-dalam-perahu-kertas.html, 21/01/2015, 23.02).
f. Proyek Percomblangan
Entah kenapa, tiba-tiba Kugy merasa Noni bukanlah orang yang
tepat untuk diajak bicara masalah ini, tidak dengan adanya proyek
percomblangan yang sepertinya betul-betul diseriusi sahabatnya itu
(Lestari, 2013:79).
Proyek percomblangan adalah usaha untuk membuat dua orang agar
bisa mempunyai suatu ikatan. Proyek percomblangan dalam Perahu
Kertas merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh Noni dan Eko
untuk menjodohkan Keenan dan Wanda agar bisa menjadi sepasang
kekasih. Hal ini membuat Noni menyebut dirinya adalah mak comblang
millennium.
59
g. Macan Kampus
“Siapa tahu setelah nggak jadi mahasiswa, gua malah jadi macan
kampus” (Lestari, 2013:160).
Macan kampus adalah sebutan Keenan untuk dirinya sendiri.
Keenan yang sebelumnya dipanggil siluman kampus oleh temannya
karena Keenan ketika di kampus ia hanya menuntut ilmu dan tidak
pernah bermain dengan teman-temannya, seperti siluman yang seketika
datang dan seketika pergi, ia menyebut dirinya macan kampus. Macan
yang diibaratkan hewan buas dan pintar yang bisa menerkam
mangsanya, Keenan berharap bila ia keluar dari kampus ia bisa menjadi
pintar dan kelak bisa menjadi orang sukses diantara teman-teman
kampusnya.
h. Tawa pengampunan
Keenan menamakannya “tawa pengampunan”, karena layaknya
matahari yang tak menyimpan memori ataupun dendam dan
senantiasa memandikan Bumi dengan sinarnya, tawa itu pun
membawa efek yang sama bagi dirinya (Lestari, 2013:183-184).
Tawa pengampunan adalah senyum tawa lebar Kugy yang khas
yang diibaratkan Keenan menjadi tawa senyum murni tanpa dibuat-buat
oleh Kugy. Senyum yang membuat Keenan merasa hangat, senang, dan
lega. Bagi Keenan, senyum Kugy adalah obat mujarab yang dapat
menyembuhkan luka hatinya.
i. Jin Prambanan
“Gua tahu, lu kalo udah terobsesi sama sesuatu memang kayak
orang kesurupan jin Prambanan, suka rajin nggak kira-kira. Tapi…
ini… bidan akademis formal, Gy! Mana pernah lu segila ini sama
sekolah? Napsu banget sih pingin cepet beres! Ini nggak normal
tauuuk!” omel Eko panjang lebar (Lestari, 2013:228).
60
Jin prambanan adalah ungkapan Eko ke Kugy karena Kugy
menjalani kegiatan dengan sangat keras. Eko mengibaratkan Kugy
seperti jin prambanan yaitu jin yang bekerja keras membangun seribu
candi di daerah Prambanan demi sang punjaan hati Rorojonggrang
dengan waktu satu malam. Seperti Kugy yang menjalani aktivitas
sebagai mahasiswa yang mengambil semester pendek dan juga
menjalani pekerjaan sebagai guru relawan untuk anak-anak kurang
mampu di daerah Bojong Koneng. Kerja keras Kugy yang menurut Eko
sangat berbeda dengan Kugy yang biasanya, membuat Eko
menjulukinya sebagai jin prambanan.
j. Ninja Asmara
Tidak hanya popular karena dianggap prodigy atas ide-idenya yang
gila, Kugy juga punya julukan baru, yakni : si Ninja Asmara”
(Lestari, 2013:283).
Ninja asmara adalah julukan untuk Kugy dari teman-teman
kantornya. Julukan tersebut diperoleh Kugy karena Kugy yang hanya
dianggap sebagai karyawan baru, sarjana kemarin sore yang memakai
jam tangan kura-kura ninja telah berhasil mematahkan hati banyak
perempuan yang selama ini mengincar Remi. Namun Kugy tidak
menyadari bahwa ia memiliki julukan baru karena Kugy adalah tipe
wanita yang cuek, tidak pernah ambil pusing atas apa yang terjadi di
kantornya kecuali urusan pekerjaan.
k. Reuni Kelompencampir
“Genius!” seru Kugy. “gimana kalo reuni ini kita buat dengan
tema… Kelompencampir?” (Lestari, 2013:334).
61
Kelompencapir adalah singkatan dari Kelompok Pendengar,
Pembaca, dan Pirsawan. Siaran informasi bagi petani dan nelayan di
Indonesia yang sempat rutin ditayangkan di TVRI pada masa
pemerintahan Presiden Suharto. Diceritakan bahwa Kugy, Keenan,
Eko, dan Noni sedang reuni dalam acara tunangan Eko dan Noni,
dengan memakai kostum kaus oblong dan sarung, sambil minum kopi
tubruk dan makan singkong goreng, sambil mendengarkan radio AM,
membahas harga sayur-mayur dan jadwal panen ladang, Dee
menggambarkannya seperti Kelompencapir.
7. Pemilihan kalimat
Tulisan yang bagus adalah tulisan yang jujur, hasil dari penggalian
yang tak henti terhadap gaya sendiri, dikembangkan dari kepekaan
personal yaitu sesuatu yang tidak bisa ditiru oleh orang lain, karena datang
dari dalam diri. Kutipan adalah salinan kalimat, paragraf, atau pendapat
dari seorang pengarang orang terkenal (mempunyai pengaruh terhadap
orang banyak) karena keahliannya, baik yang terdapat dalam buku, jurnal,
baik yang melalui media cetak maupun elektronik. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, mengutip adalah mengambil perkataan atau kalimat dari
buku atau yang lainnya. Mengutip berbeda dengan plagiat. Plagiat adalah
mengambil karangan atau pendapat orang lain dan menjadikannya seolah-
olah karangan atau pendapat sendiri.
Banyak kutipan yang diciptakan oleh Dee dalam Perahu Kertas.
Kutipan yang dilahirkan Dee bukan hanya sekedar kutipan biasa, namun
62
kutipan yang memiliki makna di dalamnya. Kutipan Dee dijadikan oleh
sebagian orang khususnya kaum remaja untuk dijadikan penyemangat
dalam hal cinta dan perjuangan.
a. “Karena hanya bersama kamu, segalanya terasa dekat, segala
sesuatunya ada, segala sesuatunya benar. Dan Bumi hanyalah sebutir
debu di bawah telapak kaki kita” (Lestari, 2013:312).
Bait tersebut adalah potongan puisi Kugy yang dipersembahkan
Kugy sebagai hadiah ulang tahun untuk Keenan. Kugy mempunyai
cita-cita sebagai juru dongeng sehingga ia mengambil kuliah jurusan
sastra sedangkan Keenan mempunyai mimpi sebagai pelukis karena ia
mewarisi darah seni dari ibunnya namun ia harus kuliah dijurusan
ekonomi karena ayahnya menghendaki agar Keenan bisa meneruskan
usaha ayahnya. Mimpi Kugy terganjal kenyataan bahwa pekerjaan
sebagai juru dongeng tidak menghasilkan uang, tidak bisa diandalkan
sedangkan Keenan harus menuruti keinginan ayahnya. Mimpi mereka
mulai tumbuh sejak Kugy memberikan buku dongeng ke Keenan lalu
Keenan mulai menggambarkan ilustrasi. Mereka yakin bahwa suatu
saat mereka bisa berkarya bersama walaupun mereka harus berputar
untuk sesuatu yang bukan diri mereka hingga suatu saat mereka bisa
menjadi diri mereka sendiri.
Dee menggambarkan bahwa untuk mencapai sebuah tujuan
dalam hidup tidaklah mudah. Manusia harus melewati jalan yang
berliku, bahkan ia harus berputar untuk menjadi sesuatu yang bukan
dirinya sendiri hingga suatu saat ia akan menjadi dirinya sendiri.
63
b. “Tanpa kekosongan, siapapun tidak akan bisa memulai sesuatu”
(Lestari, 2013:205).
Dee menggambarkan hidup seperti lembaran buku. Lembaran-
lembaran buku yang menuliskan kisah cerita kehidupan. Lembaran-
lembaran buku dimulai dari lembaran kosong, namun jika lembaran
tersebut sudah terisi berarti kita tidak bisa menuliskan cerita baru.
Semua dimulai dari lembar kosong hingga tertulislah cerita-cerita
kehidupan.
Keenan yang sudah kehabisan ide melukis karena buku
dongeng Kugy sudah habis, ia mulai merasa berada di titik bawah. Ia
harus mulai mencari inspirasi baru supaya ia bisa kembali melukis
lagi.
c. “Kenangan itu hanya hantu di sudut pikir. Selama kita cuma diam dan
nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu. Nggak pernah
jadi kenyataan” (Lestari, 2013:221).
Dee menggambarkan kenangan sebagai hantu yang selalu
menghantui manusia ketika manusia ingin memulai sesuatu yang
baru. Jika manusia tersebut hanya diam dan tidak melakukan apa-apa,
hantu akan selalu membayang-bayangi namun jika manusia
mempunyai niat dan usaha untuk berubah maka hantu akan hilang dan
manusia akan beremu dengan kenyataan yang sebenarnya, kenyataan
yang selama ini ia inginkan.
Kalimat tersebut diucapkan oleh Luhde kepada Keenan saat
Luhde mengingatkan Keenan bahwa yang sekarang ada di samping
Keenan adalah Luhde bukan Kugy. Luhde menginginkan Keenan
melukiskan buku cerita dongeng milik Luhde karena buku dongeng
64
dari Kugy sudah habis namun Keenan merasa belum bisa
melakukannya karena buku dongeng dari Kugylah yang selama ini
menjadi inspirasi dan Keenan belum pernah mencoba mencari
inspirasi lain.
d. “Suara ombak adalah lagu alam paling merdu” (Lestari, 2013:307).
Ombak pantai merupakan anugerah tak ternilai dari sang
pencipta. Gelombang-gelombang ombak yang tersapu angin membuat
deburan-deburan suara ombak semakin indah dan nyaman bila
didengarkan. Menurut Kugy, suara ombak adalah lagu alam paling
merdu. Sewaktu Kugy kecil, ia selalu tinggal di wilayah yang dekat
dengan laut. Di laut, ia bisa dengan leluasa menikmati nikmat Tuhan
yaitu laut. Deburan suara ombak membuat hatinya tenang, damai, dan
sejuk, selain itu ketika di laut ia bisa mengirimkan surat berbentuk
kertas yang ia tujukan kepada dewa laut Neptunus.
e. “Kadang-kadang langit bisa kelihatan seperti lembar hitam yang
kosong. Padahal sebenarnya tidak. Bintang kamu tetap di sana. Bumi
hanya sedang berputar” (Lestrari, 2013:260).
Dee menggambarkan hidup seperti bumi yang sedang berputar,
ada siang ada malam dan melewati berbagai musim yang berbeda.
Seperti hidup manusia, kadang cerah yang melambangkan
kebahagiaan dan kadang gelap yang melambangkan keadaan yang
susah. Hidup manusia berputar namun tujuan hidup manusia tetap
sama tidak akan berubah.
Lukisan-lukisan Keenan yang hanya terinspirasi oleh buku
dongeng Kugy membuat Keenan sangat bergantung dengan tulisan
65
tersebut. Ketika buku dongeng Kugy habis, Keenan mulai goyah. Ia
mulai bingung untuk mencari inspirasi lain. Ia sudah mencoba
membuat ilustrasi dari buku Luhde namun tetap saja ia merasa ada
yang kurang. Akhirnya Keenan dipertemukan dengan Kugy dan
mereka menjalankan proyek bersama. Proyek peluncuran serial buku
dongeng beserta lukisan-lukisan buatan Keenan.
f. “Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Karena hati tidak perlu
memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh” (Lestari, 2013:430)
Dee menggambarkan hati sebagai perahu kertas. Perahu kertas
selalu mengikuti aliran air. Air selokan atau air sungai akan berakhir
di laut. Begitu pula dengan perahu kertas yang dihanyutkan di aliran
air, ia akan mengikuti aliran air hingga akhirnya perahu kertas
berlabuh di laut walaupun beberapa menit setelah dihanyutkan,
perahu kertas berubah menjadi sampah namun ia tetap akan berakhir
di laut.
Data di atas adalah percakapan antara Luhde dan Keenan. Jodoh
adalah ditangan Tuhan. Walaupun manusia memaksakan untuk
mencintai atau memilih seseorang namun jika belum berjodoh, maka
hati mereka tidak akan ketemu. Seperti kisah cinta Luhde dan
Keenan, Luhde yang telah memilih Keenan dan Keenan juga memilih
Luhde walau hati yang sebenarnya ia lebih memilih Kugy, dan pada
akhirnya cinta Keenan terhadap Kugylah yang menang. Diceritakan
bahwa Keenan dan Kugy bersatu menjadi sebuah keluarga kecil.
g. “Pada akhirnya, tidak ada yang bisa memaksa. Tidak juga janji atau
kesetiaan. Tidak ada. Sekalipun akhirnya dia memilih untuk tetap
bersamamu, hatinya tidak bisa dipaksa oleh apapun, oleh siapapun”
(Lestari, 2013:391).
66
Dee menggambarkan bahwa hati tidak bisa dipaksa, hati selalu
menuntun kemana harus melangkah. Hati memiliki peranan yang
sangat penting bagi setiap pengambilan keputusan. Hati tidak bisa
dipaksa oleh apapun dan siapapun karena hati tahu kemana ia akan
berlabuh. Kesetiaan dan janji akan kalah dengan hati.
Kutipan tersebut diucapkan oleh Poyan kepada Luhde. Poyan
sudah tahu kemana hati luhde akan berlabuh yaitu di hati Keenan.
Namun, poyan juga sudah tahu bahwa pemilik hati Keenan
sebenarnya bukanlah Luhde namun Kugy. Poyan mengingatkan
kepada Luhde bahwa hati Keenan yang sudah dimiliki oleh wanita
lain tidak bisa dipaksa untuk dimiliki Luhde walaupun sebelumya
Keenan sudah berjanji akan tinggal bersama Luhde. Poyan
mengingatkan bahwa jangan sampai cinta bertepuk sebelah tangan,
lebih baik mundur daripada merasakan sakit seperti yang ia rasakan
saat mencintai ibunya Keenan.
B. Gaya Bahasa
Jenis gaya bahasa atau majas, (Kutha Ratna, 2014:439-447):
1. Majas Penegasan:
f. Aferesis
- “Di dekat perapian, Gy … nggak ada siapa-siapa lagi … Cuma
mereka berdua … duh, Eko payah, nih! Nggak pernah ngajak
gua ke tempat kayak gitu. Yang ada Pemadam Kelaparan
„mulu!” (Lestari, 2013:138).
67
Kata („mulu) merupakan pemenggalan kata yang berasal dari
kata melulu yang artinya “terus”. Kata („mulu) merupakan
penegasan dengan menghilangkan suku kata (me-).
g. Alonim
1. Bagi Kugy, ungkapan opposite attract adalah yang paling
sempurna untuk menggambarkan dinamikanya dengan Ojos
(Lestari, 2013:27).
Kata (Ojos) merupakan nama panggilan yang diberikan
Kugy untuk pacarnya yang bernama asli Joshua.
2. “Bu Ugiiii … ada Pak Guru Rangginang …,” serunya lantang
(Lestari, 2013:183).
- Ugi adalah panggilan anak-anak sekolah Alit untuk
memanggil Kugy. Ugy didapatkan dari menghilangkan
huruf K dalam kata Kugy.
- Rangginang adalah panggilan anak-anak sekolat Alit untuk
memanggil Keenan. Anak-anak sekolah Alit yang kesulitan
mengeja nama Keenan, akhirnya mereka memanggil
Keenan yang pelafalannya hampir sama rangginang, yaitu
makanan khas tanah Jawa.
h. Antiklimaks
1. Noni dan Kugy tumbuh besar bersama, selalu tinggal di
kompleks perumahan yang sama, pindah dari satu kota ke kota
lain hampir selalu bersamaan: Ujungpandang, Balikpapan,
Bontang, dan terakhir di Jakarta saat mereka kelas 1 SMP
(Lestari, 2013:8).
68
2. “Panggilan untuk Keenan penumpang KA Parahyangan dari
Jakarta, sekali lagi, saudara Keenan, sepupu dari Eko
Kurniawan, ditunggu oleh saudara Eko dengan ciri-cirinya
sebagai berikut: rambut cepat berjambul Tintin, tinggi 175 cm,
kulit cokelat sedang, mata besar bulu mata lentik, pakai kaus
Limpbizkit, ditemani oleh dua cewek cakep ….” (Lestari,
2013:23).
3. “ … Dalam ingatan Keenan, Eko adalah anak berbadan besar
cenderung tambun, periang, bermata cantik seperti anak
perempuan dengan bulu mata lebat dan lentik. Dalam ingatan
Eko, Keenan adalah anak bule berambut kecoklatan, kurus
dengan tungkai-tungkai panjang, bersorot mata teduh dan
selalu tersenyum rama, tapi jarang bicara….” (Lestari,
2013:24).
4. Keenan, yang tak hanya berbakat di seni lukis, ternyata bisa
memahat dengan halus. Dengan cepat, ia mempelajari ukiran-
ukiran dasar Bali seperti patra kuta mesir, taluh kakul, dan
pungelan (Lestari, 2013:219).
Data di atas mengandung majas Antiklimaks yaitu kalimat
turun menurun, kalimat dari puncak lalu turun menurun.
i. Apofasis/Preterisio
1. Terlintas jelas di kepalanya sore hari di Galeri Warsita, saat
Keenan dan ia sama-sama memandangi Wanda dari kejauhan ,
dan terdengar jelas di kupingnya waktu itu, apa yag diucapkan
Keenan …. Kugy menggeleng, barangkali waktu itu ia salah
menangkap, atau ia salah berharap .… melintas jelas di
kepalanya siang hari di bawah pohon beringin dekat lading
cabe, sasst Keenan berkata bahwa ia kehilangan dirinya, Kugy
takkan lupa cara Keenan menatapnya …. Kugy pun
menggeleng, barangkali waktu itu ia salah melihat, atau lagi-
lagi salah berharap. Dan terlintaslah petang di pintu gerbang,
saat ia mendapatkan dirinya dipeluk, degup jantung yang terasa
berdenyut bersama …. Kugy pun menggeleng, barangkali
waktu itu salah. Selama ini ia salah (Lestari, 2013:139).
2. Tidak mungkin ada cowok normal yang tidak tertarik dengan
wanda … tapi Keenan mungkin beda, dia melihat kuantitas
yang lain … tapi cowok tetap saja cowok … tapi mungkin
Wanda membosankan, nggak seru, dan nggak nyambung …
tapi kalau secantik itu, siapa lagi yang peduli soal seru dan
69
nyambung … dan benak Kugy pun tak berhenti berceloteh
(Lestari, 2013:85).
Data di atas adalah isi pikiran Kugy, bahwa semua yang telah
terjadi antara Kugy dan Keenan, disangkal Kugy. Ia mengingkari
suatu hal yang benar-benar telah terjadi karena ia tidak ingin
berharap lebih.
j. Aposiopesis
1. “Nggak pa-pa. saya salah mengenali orang. Saya pikir tadinya
kamu … emm … maaf, ya.” (Lestari, 2013:21).
2. “Hmm … begitulah,” jawab Kugy sambil melirik jemarinya
yang masih bersaputkan sisa lem akibat kegiatan temple
menempelnya sejak beberapa hari terakhir (Lestari, 2013:74).
3. “Ami? Hai, ini Kugy. Aku udah memutuskan … iya … aku
mau jadi pengajar di Sakola Alit. Mulai secepatnya bisa? Iya
… aku siap, kok” (Lestari, 2013:87).
4. “Well, udah hampir lima bulan kalian kenal dan jalan bareng.
Jelas-jelas kalian nyambung. Jelas-jelas dia selalu bela-belain
nemuin lu. Dan jelas-jelas … dia … Wanda gitu! Kurang apa
lagi sih cewek satu itu? Cowok sehat mana yang nggak ngiler
ngacak-ngacak tanah lihat dia” tutur Eko berapi-api(Lestari,
2013:127).
5. “Gy! Tebak apa yang baru saja terjadi! Tadiii … barusaaan …
malam iniii … aduh, nggak boleh berisik, ya? Nggak kuat
niiiih …” (Lestari, 2013:137).
6. Bukan, gila. Gua baru ditelpon sama Wanda. Aduuuh …
seneng banget gua …” Noni terkikik-kikik sendiri, “Tadi
Wanda sama Keenan kencan berdua, gitu. Terus nggak tahu
gimana, pokoknya Wanda akhirnya nembak si Keenan …
monyong, ya? Dasar cowok-cowok sekarang. Bikin susah aja.
Kok bukan si Keenan yang nembak duluan, coba? Emang dia
makhluk aneh sih, kayak elu. Nggak bisa ditebak maunya apa.
Terus …” Noni mengambil napas, mengatur antara tawa dan
kata-kata yang berbalapan di mulutnya (Lestari, 2013:138).
70
7. “Tapi … tapi aku bener-bener nggak bisa berangkat. Sabtunya
kan aku harus … apa kita nggak bisa pergi hari lain-“ (Lestari,
2013:147).
8. “Hai, Nan … apa kab-? Bimo sampai menghentikan
kalimatnya ketika sepenuhnya menyadari apa yang ia lihat,
“gila, lu kurus banget, Nan” (Lestari, 2013:192).
Kalimat-Data di atas merupakan percakapan antara dua tokoh
yang di tengah-tengah percapakan terdapat penghentian di dalam
sebuah kalimat. Penghentian di tengah-tengah kalimat biasanya
muncul di dalam sebuah dialog percapakan antar tokoh.
k. Bombastis
1. “Wow! Gila. Seru banget! Yaudah, kamu mandi, gih. Besok
aku telepon lagi ya, Sayang. Bye!” (Lestari, 2013:30).
Penambahan kata “Wow”, kata “Gila” , dan kata “Seru
banget” menunjukkan keterangan secara berlebihan dan dalam
novel PK menunjukkan kekaguman yang amat sangat.
2. “Wow. Lukisan baru? Ck-ck-ck … sadis. Lukisan keren gila,”
Eko berdecak kagum (Lestari, 2013:126).
Penambahan kata “Wow”, “Sadis” dan kata “Gila”
menunjukkan keterangan secara berlebihan dan dalam novel
Perahu Kertas menunjukkan kekaguman yang amat sangat,
kekaguman Eko terhadap lukisan baru Keenan.
3. “Wow! Selamat ya, Mas. Biarpun saya belum kenal orangnya.
Yang pasti, dia cewek yang sangat beruntung. Kapan-kapan,
kenalin, ya” Penambahan kata “Wow” (Lestari, 2013:389).
Penambahan kata “Wow” menunjukkan keterangan secara
berlebihan dan kata Wow sendiri mengungkapkan kekaguman
dan kekagetan yang dirasakan Keenan.
71
l. Elipsis
1. “Medalinya udah siap, kan, Ko?”
“Beres!” (Lestari, 2013:169).
Data di atas merupakan percakapan antara Eko dengan
Noni. Noni meanyakan hal medali yang dijawab oleh Eko
dengan kata „beres!‟ yang disertai tanda seru yang merupakan
kesungguhan Eko.
2. Eko mengangguk, “Tadi udah tidur, kok. Dan ada kakaknya
yang nemenin juga,” jawabnya, “kayaknya justru lu yang harus
ngejagain seseorang.”
“Siapa?”
Eko tak langsung menjawab. Dari bawah kolong meja, ia
mengeluarkan sebotol Dom Perignon yang sudah tiga perempat
kosong. “Kalo tadi nggak gua sita, udah pasti botol ini kering
sampai tetes terakhir. Tinggal jadi vas bunga.” (Lestari,
2013:173).
Data di atas merupakan percakapan antara Keenan dan Eko
yang sedang membicarakan orang lain yaitu Wanda. Data di
atas memiliki satu kalimat yang tidak lengkap yaitu kalimat
„siapa?‟ yang merupakan pertanyaan Keenan kepada Eko yang
menanyakan tentang siapa orang yang dimaksud oleh Eko
sedangkan pada data selanjutnya, Eko menjawab dengan tidak
menyebutkan nama melainkan dengan mengungkapkan tingkah
laku seseorang yang dimaksud.
3. “Kadang-kadang aku berharap kamu jadi pengajar tetap di
sini,” kata Kugy.
“Supaya?” (Lestari, 2013:185).
Data di atas merupakan percakapan antara Kugy dengan
Keenan. Keenan bertanya alasan Kugy dengan hanya
72
menggunakan kata „supaya?‟ dan merupakan suatu kalimat
yang tidak lengkap.
4. “Oh, ya? Gimana caranya?”
“Berdoa.” (Lestari, 2013:352).
Data di atas merupakan percakapan antara Kugy dengan
Keenan. Kugy bertanya bagaimana agar mereka merasa aman
selama mereka tidur di pantai, namun Keenan dengan menjawab
dengan kalimat „berdoa.‟ dan percakapanpun berhenti.
Elipsis merupakan kalimat yang tidak lengkap, yaitu kalimat
yang hanya terdiri dari satu kata. Kalimat tersebut bisa terdapat
dalam sebuah dialog atau pun narasi.
m. Enumerasio/akumulasio
1. Cewek bertubuh mungil itu tak henti-hentinya bergerak,
berjingkat, kadang melompat, bahkan kakinya menendangi
udara (Lestari, 2013:4).
2. Ia dikenal sebagai pionir dengan ide-ide segar bagi kehidupan
bulletin sekolah, ia nekat memburu figur publik betulan untuk
diwawancarai dengan pendekatan yang profesional,yang lalu
dituangkan ke dalam bentuk artikel yang serius (Lestari,
2013:9).
3. Mereka berjalan-jalan ke toko buku, iseng-iseng ke Kebun
Binatang di Taman Sari, ngopi sore di jalan Dago, hingga
akhrinya Keenan mengantar Kugy pulang ke kosannya (Lestari,
2013:123).
4. Hingga perlahan panas tubuh Keenan mulai merambat,
mencairkan otot-otot Kugy yang tadi terkunci, memejamkan
kelopak matanya yang tadi terbuka, dan dengan segenap hati ia
mulai meresapi bahwa diriya sedang dipeluk (Lestari,
2013:124).
5. Keindahan dunia Jendral Pilik dan Pasuka Alit yang terwujud
dalam semua karyanya, serta kenyataan hidup seorang anak
bernama Pilik bin Usep yang harus tergusur karena
keluarganya tak punya bukti kepemilikan tanah, harus tinggal
73
dalam sebuah gubuk di pinggir pembuangan sampah, dan
menderita tifus tiga bulan yang lalu tanpa mampu mencari
pertolongan medis (Lestari, 2013:343).
6. Setahun terakhir kariernya yang berhasil ia cetuskan, semua
proyek yang berhasil ia pimpin, begadang bermalam-malam,
hari-hari kurang tidur, Arisan Toilet, perahu kertas yang
dititipkan Remi padanya, malam bersejarah di pinggir Pantai
Ancol, dan kini ia harus kembali berhadapan dengan Remi
untuk satu keputusan besar (Lestari, 2013:362).
Enumerasio/akumulasio, yaitu beberapa peristiwa saling
berhubungan, disebut satu demi satu. Kalimat-Data di atas saling
berhubungan satu dengan yang lainnya dan merupakan
keterangaan lengkap dari kalimat sebelumnya.
n. Ekslamasio
1. “Kugy! Woooi! Ada telepon, tuh!” (Lestari, 2013:5).
2. “Aduh. Maaf. Gambarnya kena, ya? Sori …,” Kugy sibuk
menyeka airmata di pipinya (Lestari, 2013:47).
Ekslamasio, yaitu menggunakan kata seru: wah, aduh, amboi,
astaga, awas, dan sebagainya. Data di atas mengandung kata seru
Woi yang diperkuat dengan tanda seru, yang membuktikan bahwa
Data di atas mengandung majas Ekslamasio.
o. Interupsi
1. Dari luar, adik perempuannya, Keshia, mengetuk-mengetuk
pintu (Lestari, 2013:5).
Kata Keshia merupakan sisipan yang menerangkan kalimat
„adik perempuannya‟, „nya‟ di sini menunjuk pada Kugy.
2. “… tapi, begitu aku bisa membuat sesuatu dari dunia mereka
sendiri, sesuatu yang mereka kenal, mendadak kayak ada
sesuatu yang dihidupkan dalam diri mereka. Seperti ada
kebanggaan, harapan, semangat …,” Kugy sampai berhenti
74
mengatur napasnya, “seperti ada keajaiban” (Lestari,
2013:121).
3. “ …. Dia nggak mikir bahwa saya, bapaknya, sudah setengah
mati banting tulang buat bayar seluruh biaya sekolah dia dari
kecil sampai sekarang,” ayahnya lalu menoleh pada Keenan
(Lestari, 2013:156).
Data di atas menyisipkan kelompok kata atau kalimat
tertentu untuk mempertegas kalimat yang terkandung dalam
kalimat. Penyisipan terletak pada kalimat yang digaris bawahi
dan letak sisipan berada di tengah-tengah kalimat, diantara dua
kalimat. Interupsi sendiri adalah majas yang menyisikan
kelompok kata tertentu yang merupakan penegasan dari
kalimat sebelumnya.
p. Invokasi
- “Terima kasih ya, Tuhan! Makan gratis! Nggak pakai dorong!”
Kugy melonjak girang dan menghilang di balik pintu kamar
mandi (Lestari, 2013:30).
Ungkapan Data di atas menunjukkan kalimat terima kasih
kepada Tuhan disertai dengan tanda seru. Ungkapan terima
kasih terhadap kodrati atas apa yang terjadi.
q. “Klimaks, yaitu urutan kalimat menuju puncak.
- “Karena, saya pikir kamu punya syarat itu semua. Ide kamu
fresh, out of the box, dan justru karena kamu anak baru, kamu
belum banyak distorsi ini-itu. Kamu punya karakter yang pas
untuk spirit klien ini. Dan jarang-jarang juga kita punya klien
yang memilih untuk nggak „main aman‟. Jadi, saya pikir,
sinergi mereka dan kamu bakal cocok banget,” papar Remi
(Lestari, 2013:263).
Data di atas merupakan majas klimaks, yaitu majas dengan
urutan kalimatnya menuju puncak. Hal ini dapat dibuktikan
75
dengan adanya kata „jadi‟ di kalimat akhir yang merupakan
simpulan dari kalimat-kalimat sebelumnya.
r. Kolokasi
- “ …. Dia nggak mikir bahwa saya, bapaknya, sudah setengah
mati banting tulang buat bayar seluruh biaya sekolah dia dari
kecil sampai sekarang,” ayahnya lalu menoleh pada Keenan
(Lestari, 2013:156).
Kata „banting tulang‟ menunjukkan asosiasi permanen satu
kata dengan kata yang lain. Banting tulang adalah bekerja
keras, bekerja keras yang umumnya dilakukkan oleh laki-laki.
s. Koreksio/epanortosis
- “Ternyata selama ini aku ketinggian menilai kamu …,”
(Lestari, 2013:188).
Data di atas adalah kalimat yang memperbaiki kalimat
sebelumnya yang dianggap salah, yang dibayangkan oleh tokoh
ini adalah sesuatu yang besar, yang memiliki suatu kelebihan
yang istimewa namun ternyata apa yang dibayangkan oleh si
tokoh adalah salah besar. Semua tidak sesuai dengan apa yang
dibayangkan dan diharapkan.
t. Pleonasme
1. Rambut sebahu Kugy sebagian naik ke atas seperti disasak
setengah jadi (Lestari, 2013:21).
Terdapat kata naik yang diikuti dengan kata ke atas, dimana
bahwa naik sudah pasti ke atas. Frasa ke atas merupakan
keterangan yang tidak penting karena sudah ada kata naik yang
memiliki maksud yang sama. Keterangan ini hanya
76
menegaskan kalimat saja bahwa rambut Kugy membentuk
sebuah model yang ke atas.
2. Perempuan mungil setinggi dagunya, kelihatan seperti anak
SMP, gaya berbusana tidak ada juntrungnya, rambut seperti
orang baru kesetrum, kedua mata membelalak seperti
mengancam (Lestari, 2013:21).
Terdapat kata kedua mata. Jumlah mata yaitu ada dua. Pada
Data di atas, menunjukkan bahwa penegasan „kedua mata‟
merupakan keterangan secara berlebihan karena tanpa
disebutkan „kedua mata‟, semua orang sudah mengetahui
bahwa mata itu ada dua.
Majas pleonasme adalah majas yang berfungsi untuk
menegaskan suatu arti kalimat dengan menambahkan kata atau
frasa yang berlebihan. Majas pleonasme menambahkan
keterangan kepada suatu kalimat tetapi sesungguhnya
keterangan tersebut tidak dibutuhkan. Meskipun dibuang,
kalimat tersebut memili8ki makna yang tetap, namun majas ini
membuat suatu kalimat terdengar lebih jelas dan kuat.
u. Praterio
- “Saya ingin minta satu hari saja. Saya ingin mengajak kamu ke
suatu tempat. Kapan kamu bisa, kasih tahu saya. Nanti kamu
akan mengerti kenapa buku itu begitu penting buat hidup saya”
(Lestari, 2013:339).
Praterio, yaitu menyembunyikan maksud yang
sesungguhnya. Data di atas adalah percakapan antara Kugy
dengan Keenan. Keenan yang ingin memberikan kejutan untuk
Kugy, terpaksa merahasiakan maksud atas menganjak Kugy
77
untuk berlibur ke suatu tempat. Keenan mempunyai maksud
yang tersembunyi atas Kugy sehingga Kugy menjadi
penasaran.
v. Repetisi
- “Bagus! Bagus! Itu yang saya tunggu-tunggu. Saya mau lihat-
lihat, dong” (Lestari, 2013:386).
Repetisi adalah majas dengan perulangan kata atau
kelompok kata. Pengulangan kata pada Data di atas adalah
pada kata „Bagus‟ yang mengalami perulangan sebanyak dua
kali.
w. Zeugma
1. Kugy ikut tertawa. Namun terasa tawar dan sumbang (Lestari,
2013:86).
Data di atas seolah-olah tidak logis dan rancu. Kata tertawa
dengan terasa tawar dan sumbang adalah jauh berbeda.
Sumbang diperuntukkan untuk sebuah suara ketika bernyanyi
dan tawar merupakan rasa yang dirasakan oleh lidah, seperti
tidak ada rasanya.
2. Peristiwa demi peristiwa terhubung, dan ia seolah menyaksikan
sebuah kebohongan menggelembung, dan merekah kian besar,
dan kini berdiri lurus-lurus di hadapan (Lestari, 2013:176).
Menggelembung adalah sifat dari sebuah balon dan
merekah adalah sifat dari bunga yang mekar. Dee
menggunakan sifat dari balon dan bunga untuk
mengilustrasikan sebuah kebohongan dan ini terlihat rancu
karena kebohongan dan bunga dan balon terlihat rancu.
78
3. Lambungnya riuh rendah seolah tengah berlangsung
pertandingan bola (Lestari, 2013:181).
Lambung yang keroncongan diibaratkan seperti rame ketika
sedang menonton bola. „rame‟ diidentikkan dengan sesuatu
yang hingar-bingar namun dalam Data di atas, Dee
menggunakan kata riuh rendah yang menunjukkan bahwa perut
tidak terlihat seperti keroncongan atau lapar.
Zeugma, yaitu seolah-olah tidak logis dan tidak gramatikal,
rancu. Kalimat-Data di atas terlihat tidak logis, rancu dan tidak
gramatikal. Dee mengibaratkannya tidak sesuai dengan apa
yang terjadi. Terkadang penulis atau sastrawan ingin
menggunakan kata-kata yang berbeda dengan sastrawan yang
lain namun terkadang itu membuat terlihat tidak logis dan
rancu.
2. Majas Perbandingan:
a. Alegori
1. Wajahnya bersemburat merah saat ia mengulurkan tangan,
“Hai. Kugy ….” (Lestari, 2013:25).
Bersemburat merah seperti sedang menahan malu namun
tidak berani untuk mengungkapkan. Dee menggambarkan
Kugy sedang menahan malu ketika ia bertemu dengan Keenan
karena pertemuan sebelumnya, Kugy bersikap galak dengan
Keenan padahal ternyata Keenan adalah orang yang sebenarnya
ia cari.
79
2. Sejenak lagi, kelima lukisannya akan berlayar ke Pulau
Dewata, dan Keenan merasa benar-benar seperti hendak
melepaskan mereka ke khayangan (Lestari, 2013:179).
Dee melukiskannya dengan membandingkan Pulau Dewata
yaitu Bali dengan khayangan yang menurut persepsi
masyarakat bahwa khayangan adalah tempat yang nyaman dan
indah.
3. Keenan menamainnya “tawa pengampunan”, karena layaknya
matahari yang tak menyimpan memori ataupun dendam dan
senantiasa memandikan Bumi dengan sinarnya, tawa itu pun
membawa efek yang sama bagi dirinya (Lestari, 2013:184).
Dee melukiskan dengan membandingkan senyum Kugy
dengan matahari yang sangatlah indah yang selalu menyinari
Bumi dengan sinarnya yang akan membawa efek luar biasa
bagi orang-orang yang ada di Bumi.
4. Mengkhayalkan bentangan laut luas dan suara ombak. Ia
pernah bilang pada Keenan, suara ombak adalah lagu alam
yang paling merdu (Lestari, 2013:232).
Ombak pantai merupakan anugerah tak ternilai dari sang
pencipta. Gelombang-gelombang ombak yang tersapu angin
membuat deburan-deburan suara ombak semakin indah dan
nyaman bila didengarkan. Menurut Kugy, suara ombak adalah
lagu alam paling merdu. Sewaktu Kugy kecil, ia selalu tinggal
di wilayah yang dekat dengan laut. Di laut, ia bisa dengan
leluasa menikmati nikmat Tuhan yaitu laut. Deburan suara
ombak membuat hatinya tenang, damai, dan sejuk, selain itu
ketika di laut ia bisa mengirimkan surat berbentuk kertas yang
ia tujukan kepada dewa laut Neptunus.
80
5. Langit berwarna kemerahan. Menyala bagai disulut api.
Arakan-arakan awan tampak merona jingga ditelan ufuk barat.
Hal kedua yang disadarinya adalah deburan ombak yang
dahsyat dari arah bawah (Lestari, 2013:346).
Dee membandingkan warna langit yang kemerahan dengan
api. Api berwarna merah selaras dengan langit senja yang
berwarna orange kemerahan.
Alegori, yaitu perbandingan dengan alam secara utuh.
Kalimat-Data di atas mengandung perbandingan dengan alam
secara utuh. Dee menggambarkannya dengan susunan kata-kata
yang indah yang mampu membuat pembaca membayangkan
apa yang dilukiskan Dee di dalam cerita.
b. Alusio
- “ …. Dia nggak mikir bahwa saya, bapaknya, sudah setengah
mati banting tulang buat bayar seluruh biaya sekolah dia dari
kecil sampai sekarang,” ayahnya lalu menoleh pada Keenan
(Lestari, 2013:156).
Kata „banting tulang‟ menunjukkan ungkapan, peribahasa
atau sampiran yang berarti bekerja keras. Banting tulang
bukanlah membanting tulang namun memiliki arti bahwa
bekerja dengan sungguh-sungguh demi mendapatkan hasil
yang banyak.
c. Antonomasia
1. “Jadi … Neng satu ini mau mencoba peruntungannya jadi Mak
Comblang,” timpal Eko seraya menyentuh sekilas ujung Noni
(Lestari, 2013:77).
Mak Comblang adalah orang yang menjodohkan dua orang
yaitu laki-laki dan perempuan. Mak comblang akan selalu
81
mengusahakan agar dua orang tersebut menjadi satu ikatan.
Mak comblang dalam Data di atas adalah Noni. Noni ingin
agar Keenan dan Wanda berjodoh agar tidak ada ketimpangan
di kelompok mereka.
2. “Hai, Tuan Putri. Kok bisa parkir di situ? Kapan munculnya?”
Keenan menyapa sambil tertawa (Lestari, 2013:204).
Tuan Putri adalah panggilan Keenan untuk Luhde. Luhde
yang bagi Keenan sangatlah spesial makan Keenan memanggil
Luhde dengan sebuat Tuan Putri.
3. “Hai, Pak Direktur Muda. Ganteng amat,” sapa Noni (Lestari,
2013:406).
Direktur Muda adalah panggilan Noni untuk Keenan.
Keenan yang ingin menjadi pelukis harus mengorbankan cita-
citanya sebagai pelukis untuk menjadi Direktur di perusahaan
orangtuanya. Keenan terpaksa menjadi Direktur diusianya yang
masih muda karena ayahnya yang menjadi pengendali atas
perusahaannya sedang sakit berat. Dengan berat hati namun
tanpa paksaan orang tua, Keenan mengambil alih tugas
ayahnya sebagai Direktur perusahaan.
d. Disfemisme
1. Kugy terduduk dengan paksa, mata terpejam sebelah dan
rambut semrawut (Lestari, 2013:17).
2. “Gy! Lu kayak gembel baru gila! Keren!” teriak Eko sembari
merogoh-rogoh ransel mencari kamera (Lestari, 2013:19).
82
Dee menggambarkan Kugy dengan mata terpejam sebelah
dan rambut semrawut seperti gembel baru gila. Dee
menunjukkan kekurangan tokoh yaitu tokoh Kugy. Tokoh
Kugy selalu digambarkan dengan sosok yang tampil biasa,
selalu cuek dengan penampilan dan tubuhnya.
e. Epitet
1. “Wanda,” ia mengulang namanya dengan nada merdu bak
resepsionis kantor (Lestari, 2013:82).
Resepsionis kantor digambarkan sebagai wanita cantik
yang menawan. Wanda digambarkan dengan wanita cantik,
rapi, rambut panjang, wangi, dengan suara merdu.
2. Kugy terkekeh, “Optimis banget sih ente. Emangnya Keenan
maun sama tipe cewek Barbie kayak Wanda gitu?” (Lestari,
2013:86).
Barbie selalu digambarkan dengan wajah cantik, tubuh
semampai, rambut panjang, memakai pakaian yang rapi dan
modis, yang bisa membuat orang langsung terpesona ketika
melihatnya.
f. Eponim
1. Ojos yang necis dan jago basket adalah pujaan banyak cewek
di sekolah karena kegantengannya, mobilnya yang keren, dan
sikapnya sesuai primbon Prince Charming (Lestari, 2013:27).
Prince Charming adalah pangeran dari kerajaan yang
digambarkan dengan ketampanan, harta yang melimpah dan
sikap romantis dan dermawan.
2. Kugy di kenal dengan julukan Mother Alien (Lestari, 2013:28).
Mother Alien adalah duta besar dari semua makhluk aneh di
bumi. Kugy digambarkan sebagai sosok yang popular karena
83
aktivitas dan pergaulan yang luas namun ia adalah sosok yang
cuek dengan dandanan, serampangan, semrawut walaupun
sebenarnya dia adalah perempuan cerdas.
3. Dalam ingatan Eko, Keenan adalah anak bule berambut
kecokelatan, kurus dengan tungkai-tungkai panjang, bersorot
mata teduh dan selalu senyum ramah tapi jarang bicara
(Lestari, 2013:24).
Penggambaran Dee terhadap Keenan, penggambaran yang
menunjukkan ciri-ciri khusus atas Keenan melalui sudut
pandang Eko.
4. Dalam ingatan Keenan, Eko adalah anak berbadan besar
cenderung tambun, periang bermata cantik seperti anak
perempuan dengan bulu mata lebat dan lentik (Lestari,
2013:24).
Penggambaran Dee terhadap Eko, penggambaran yang
menunjukkan ciri-ciri khusus atas Keenan melalui sudut
pandang Keenan.
Eponim, yaitu nama yang menunjukkan ciri-ciri tertentu.
Kalimat-Data di atas menunjukkan ciri-ciri tertentu atas tokoh-
tokoh yang digambarkan oleh Dee
g. Eufisme
1. “Aku harus meninggalkan kamu waktu itu. Aku tidak mungkin
mengorbankan Keenan dalam perutku. Dan keputusanku bukan
karena Adri … bukan karena hatiku memilih dia … tapi karena
kandunganku ….” (Lestari, 2013:299).
Kata „mengorbankan‟ adalah kata yang lebih halus dari aborsi.
Dee memilih menggunakan kata „mengorbankan‟ daripada „aborsi‟
karena kata „aborsi‟ sendiri memiliki makna yang cenderung
negatif, dan novel Perahu Kertas ini ditujukan bagi kaum remaja,
84
ia takut bahwa Perahu Kertas memberi efek buruk bagi
pembacanya.
2. Pilik pergi membawa mimpinya untuk bisa masuk SMP
(Lestari, 2013:344).
Kata „pergi‟ adalah kata halus dari meninggal.
h. Hipalase/enalase
1. “Well, Agen Keenan Simalakamania, aku harus mengakui, ini
adalah penculikan yang sangat menyenangkan,” Kugy
terkekeh,”cheers” (Lestari, 2013:347).
Penculikan adalah peristiwa melarikan orang lain. Penculikan
selalu diidentikkan dengan segala sesuatu yang negatif dan seram
namun dalam Data di atas, penculikan digambarkan dengan
sesuatu yang menyenangkan.
2. Ia lebih mirip rumah angker (Lestari, 2013:202).
Dee membandingkan wajah Keenan dengan rumah angker.
Wajah Keenan yang sedang sedih dan marah atas penipuan yang
telah dilakukan oleh Wanda membuat wajah Keenan terlihat
seperti rumah angker.
Hipalase/enalase, yaitu keterangan yang seolah-olah
ditempatkan pada tempat yang salah.
i. Hiperbola
1. Matanya berkilat-kilat pertanda semangatnya menyala-nyala
(Lestari, 2013:120).
Berkilat-kilat identik dengan petir yang menyambar. Mata
digambarkan berkilat seperti petir dan diselaraskan dengan
semangat yang menyala.
85
2. “Dasar seniman gaptek. Di era milennium ini, sungguh absurd
adanya kalo lu nggak punya HP” (Lestari, 2013:127).
Era milennium merupakan era perubahan, modernisasi
sudah mulai terlihat. Namun untuk kebutuhan HP, hanya orang
yang butuh saja yang memilikinya, karena jika orang tersebut
tidak butuh, ia lebih mengandalkan warung telepon. HP dalam
era tersebut sangatlah mahal maka banyak orang yang masih
lebih memilih menggunakan warung telepon daripada HP.
Bukan absurd namun lebih cenderung karena kebutuhan. Dee
menggambarkan tertalu berlebihan, karena tidak memiliki HP
maka disebut dengan absurd
3. Rasanya ia ingin melesat menembus atap saking gembiranya
(Lestari, 2013:136).
Dee menggambarkannya secara berlebihan karena manusia
tidak mungkin bisa untuk menembus atap. Data di atas adalah
ungkapan kebahagiaan yang terlalu berlebihan.
4. Hatinya teraduk-aduk (Lestari, 2013:177).
Hati digambarkan seperti air di dalam cangkir yang
diaduki-aduk agar bisa tercampur zat atau bahan lain.
Penggambaran hati yang teraduk-aduk terlihat sangat
berlebihan karena hati tidak bisa diaduk, hati hanya bisa sakit.
5. Hatinya seketika tersayat dan teriris melihat anaknya sendiri
muncul sembunyi-sembunyi seperti narapidana kabur dan takut
tertangkap (Lestari, 2013:195).
86
Penggambaran hati yang tersayat dan teriris, seperti dengan
daging potong. Dee menggambarkannya dengan berlebihan,
menyamakan hati dengan daging.
6. Ada gempa yang mengguncang hatinya (Lestari, 2013:393).
Gempa adalah pergeseran lempeng bumi di bawah tanah
atau laut. Gempa menimbulkan guncangan hebat bagi wilayah
yang mengalami pergeseran lempeng bumi. Dee
menggambarkan hati yang terguncang seperti gempa yang
terjadi di bumi. Dee menggambarkannya dengan berlebihan
karena menyamakan hati dengan gempa.
j. Litotes
1. “Kalian berdua aja, deh. Gue nggak bakat nyomblangin orang.
Statistik kegagalan gua seratus persen,” sahut Kugy malas
(Lestari, 2013:77).
Kugy yang sebenarnya cemburu dengan rencana Eko dan Noni
maka ia merendahkan diri bahwa ia tidak bisa menjadi mak
comblang dan lebih baik dia tidak ikut dengan rencana mereka
berdua.
2. “Kalian kok tega, sih! Bilang-bilang, dong! Gua kayak napi
buron begini ….” (Lestari, 2013:107).
Data di atas adalah kalimat Kugy untuk merendahkan
dirinya, karena ia merasa tidak pantas hadir di acara pameran
lukisan dengan pakaian seadanya tanpa dandan terlebih dahulu.
3. “Lu emang sinting nggak kepalang. IP terbaik dua semester
berturut-turut, ee … malah cabut! Transfer ilmu dulu, kek.
Kasihani orang-orang kayak gua yang IP-nya satu koma gini,”
Bimo tergelak (Lestari, 2013:159).
87
Data di atas adalah kalimat Bimo yang merendahkan diri
bahwa IP-nya hanya satu koma, padahal Bimo bukanlah
mahasiswa yang sebodoh itu.
4. “Ini saya bawakan oleh-oleh sedikit dari Bandung, Bu. Buat
semua yang di sini,” Keenan pun menyerahkan sekantong besar
aneka makanan yang ia sempatkan beli di toko oleh-oleh
sebelum menaiki bus kemarin (Lestari, 2013:200).
Data di atas adalah kalimat Keenan yang merendahkan diri
kalau ia merasa hanya membawa oleh-oleh sedikit padahal ia
membawa oleh-oleh sekantong besar aneka makanan.
k. Metafora
1. “Menurut survey: selain narik becak dan gali kubur, pekerjaan
mengkhayal dan menulis ternyata juga butuh asupan kalori
tinggi,” sahut Kugy, lalu mencabut dua pisang susu yang
bergantung di sebelah kepalanya (Lestari, 2013:43).
Dee membandingkan profesi yaitu penarik becak, tukang
gali kubur dengan mengkhayal dan menulis, yang ternyata
sama-sama memiliki asupan makan yang banyak. Profesi
sebagai penarik becak dan gali kubur adalah profesi yang
membutuhkan tenaga yang banyak yang memungkinkan
orangnya memiliki napsu makan yang banyak sedangkan
penulis tidak mengeluarkan tenaga banyak, namun dengan
memikir dan mengkhayal maka itu bisa menguras energy dan
membuatnya memiliki napsu makan yang banyak juga.
2. “Non …,” ucapnya pelan setelah sekian lama hening, “kamu
tahu nggak, kijang yang larinya cepet kayak kilat, bisa beku
kayak patung kalau ketemu singa ….” (Lestari, 2013:203).
88
Dee membandingkan kijang si pelari cepat dan banyak akal
bisa diam seperti patung jika bertemu dengan sosok singa si
raja hutan yang paling ditakuti semua makhluk.
3. “Ini tempat tidur yang nggak bisa didapatkan di hotel termahal
sekalipun. Tempat tidur pasir. Alamiah dan juga terapeutik
karena punya efek refleksiologis,: sepeti tukang obat Keenan
menerangkan, sambil terus menimbuni Kugy dengan pasir yang
disendokkan dengan ember (Lestari, 2013:349).
Dee membandingkan tempat tidur hotel yang terbuat
dengan bahan yang empuk dan lembut dengan tempat tidur dari
pasir yang bahus pasir pantai namun keras.
l. Metonimia
1. “Kamu nggak bareng sama aku,” Ojos berkata pedas, “Kamu
bareng sama Tolkien!” Dan ia pun bangkit berdiri,
meninggalkan ruang itu dan Kugy yang termangu (Lestari,
2013:101).
Tolkien adalah sebuah buku yang sangat tebal yang ditulis
oleh J.R.R Tolkien. Ojos yang marah kepada, hanya menyebut
nama sang penulis namun yang dimaksud adalah buku dari
penulis yang bernama Tolkien.
2. Gara-gara pulang ke Jakarta nebeng Fuad yang kini sudah bisa
menempuh perjalanan luar kota, Kugy tak bisa menghindar
ketika Noni mengajaknya mampir ke Galeri Warsita (Lestari,
2013:106).
Fuad adalah mobil Fiat 124S berwarna kuning milik Eko
yang diberi nama Fuad, seperti nama manusia.
3. “.… Lu bertapa di gua beruang berapa hari doing aja, dia yang
bela-belain nyusulin. Apa yang bikin lu nggak yakin, sih?”
(Lestari, 2013:128).
89
Gua beruang adalah panggilan kamar kos Keenan dari Eko
karena jika Eko merasa bahwa jika Keenan sudah masuk
kamarnya maka Keenan tidak akan keluar lagi seperti beruang
yang hibernasi di gua.
4. Remi mengambil tangan Kugy dan menciumnya, “Malam ini
saya diwakili oleh si biru ini aja, ya” ujarnya sambil mengusap
gelang yang melingkar di pergelangan tangan Kugy (Lestari,
2013:326).
Si biru adalah gelang batu lapis lazuli yang berwarna biru
menyerupai biru laut, hadiah dari Remi untuk Kugy.
Kalimat-Data di atas menggunakan suatu nama namun
yang dimaksud adalah benda lain, maka termasuk dalam majas
Metonimia.
m. Periphrasis
- Sejenak lagi, kelima lukisannya akan berlayar ke Pulau
Dewata, dan Keenan merasa benar-benar seperti hendak
melepaskan mereka ke khayangan (Lestari, 2013:179).
Pulau Dewata adalah sebutan untuk pulau Bali karena pulau
Bali sangat kental dengan agama Hindu yang ditunjukkan
dengan banyaknya sesaji yang dipersembahkan untuk Dewata
penjaga di berbagai tempat di pulau Bali.
n. Personifikasi
1. Angkutan kota Colt L-300 yang sudah tua dan kepayahan
menanjak itu hanya mengantarkan mereka bertiga sampai
mulut sebuah jalan setapak (Lestari, 2013:88).
Sebuah angkutan kota dibandingkan seperti manusia yang
sudah renta yang sudah tidak lagi gesit namun mudah sekali
lelah. Jalan dibandingkan dengan mulut makhluk hidup. Jalan
90
adalah benda mati yang tidak memiliki panca indera seperti
layaknya makhluk hidup.
2. Baru kali itu ia menyadari betapa dalam perasaanya untuk
Keenan dan betapa jauh hatinya telah jatuh (Lestari, 2013:170).
Hati dibandingkan dengan suatu benda yang bisa jatuh
padahal hati adalah salah satu organ tubuh manusia yang
melekat didalam tubuh sehingga hati tidak bisa jatuh karena
menyatu dengan organ-organ lain di dalam tubuh manusia.
Majas personifikasi adalah majas yang menganggap benda
mati seperti benda hidup. Ciri majas ini adalah terdapat pilihan
kata yang mengenakan sifat manusia pada benda mati. Majas
personifikasi memiliki gaya bahasa perbandingan, yaitu
membandingkan benda mati atau tidak bergerak sehingga
seperti tampak bernyawa dan dapat berperilaku seperti
manusia. Simbolik
3. “ …. Dia nggak mikir bahwa saya, bapaknya, sudah setengah
mati banting tulang buat bayar seluruh biaya sekolah dia dari
kecil sampai sekarang,” ayahnya lalu menoleh pada Keenan
(Lestari, 2013:156).
Kata „banting tulang‟ menunjukkan perbandingan simbol
yang berarti bekerja keras. Banting tulang bukanlah
membanting tulang namun memiliki arti bahwa bekerja dengan
sungguh-sungguh demi mendapatkan hasil yang banyak.
Simbolik, yaitu perbandingan dengan simbol.
o. Simile
1. Seperti mata-mata yang rutin melapor ke markas besar,Kugy
percaya bahwa ia harus menulis surat untuk Neptunus dan
91
melaporkan apa saja yang terjadi dalam hidupnya (Lestari,
2013:13).
Kugy yang merasa dirinya adalah anak buah Neptunus
maka ia merasa seperti mata-mata bagi Neptunus yang artinya
seperti detektif yang sedang melakukan pengintaian.
2. Perempuan mungil setinggi dagunya, kelihatan seperti anak
SMP, gaya berbusana tidak ada juntrungnya, rambut seperti
orang baru kesetrum, kedua mata membelalak seperti
mengancam (Lestari, 2013:21).
Kugy yang memiliki postur tubuh kecil, mungil namun
cerdas yang hanya setinggi anak SMP, maka Dee
menggunakan kata „seperti‟ untuk menggambarkan kondisi
fisik Kugy. Rambut orang kesetrum adalah kaku, naik ke atas
seperti keadaan Kugy sekarang.
3. Betulan seperti anak kucing (Lestari, 2013:25).
Kugy yang malu bertemu Keenan karena kejadian
sebelumnya maka ia digambarkan seperti anak kucing yang
ketika bertemu dengan orang lain yang belum dikenal pasti
malu-malu dan ingin menyembunyikan diri menghindari orang
tersebut.
4. “Keenan sudah kuanggap seperti anakku sendiri. Ini rumahnya
juga. Kapan pun dia ingin kemari, sudah pasti kuterima”
(Lestari, 2013:51).
Keenan adalah anak kandung Adri dan Lena sahabat
Wayan. Dahulu sebelum Lena menikah dengan Adri, Wayan
adalah kekasih Lena namun Karen suatu hal maka mereka
92
berpisah. Keenan adalah cinta kedua Wayan setelah Lena maka
ia selalu menganggap Keenan seperti anak kandungnya sendiri.
5. Letupan dalam hati Kugy mendadak seperti dibanjir air dingin
(Lestari, 2013:54).
Hati Kugy kaget, dingin dan membeku seperti dibanjiri air
dingin.
6. Noni menyerocos seperti tukang obat sedang promosi (Lestari,
2013:83).
Tukang obat adalah orang yang ketika menawarkan
dagangannya selalu berbicara tanpa henti, seperti Noni yang
memang memiliki sifat cerewet. Dee membandingkan Noni
dengan tukang obat yang memiliki sifat yang sama, yaitu sama-
sama cerewet.
7. Lidahnya seperti kelu untuk memberikan tanggapan apa pun
(Lestari, 2013:86).
Kelu adalah ketidakmampuan mampu untuk berbicara. Dee
menggambarkan lidah Kugy seperti kelu karena tidak mampu
berbicara karena ia kaget bahwa Noni dan Eko ingin
menjodohkan Keenan orang yang ia taksir dengan Wanda.
8. Sorot mata Kugy, sorot mata Keenan, dan gaya antena yang
seolah-olah merupakan kata sandi antara mereka berdua
(Lestari, 2013:102).
Radar Neptunus adalah radar yang hanya diketahui oleh
Kugy dan Keenan. Arti “Radar Neptunus” dalam Perahu
Kertas adalah radar yang akan mempertemukan seseorang
dengan belahan jiwanya. Radar ini digambarkan dengan
93
meletakkan kedua jari telunjuk di atas telinga seperti antena
yang merupakan kata sandi antara Kugy dan Keenan.
9. “Kita sesak-sesakan aja berlima kayak pindang,” ajak Ami
sambil terkekeh (Lestari, 2013:122).
Pindang adalah hasil olahan ikan dengan cara kombinasi
perebusan dan penggaraman. Ikan yang akan dipindang ditata
secara rapi dan penuh sesak dimasukkan di dalam wadah lalu
dilakukan proses pemindangan. Dee membandingan Ami dan
teman-temannya yang akan masuk mobil namun tidak
memungkinkan untuk diisi orang banyak jadi seperti
berdesakan, seperti ikan yang akan dipindang.
10. “Dan kalo digabung, kita berdua kayak bendera. Siap dikerek,”
Keenan tertawa renyah, “masuk, yuk. Saya ada kejutan buat
kamu” (Lestari, 2013:129).
Bendera Indonesia berwarna merah putih, seperti baju yang
dipakai oleh Keenan dan Wanda yang berwarna merah untuk
Wanda dan putih untuk Keenan.
11. Risi dengan posisi Wanda yang tahu-tahu menempel seperti
anak kanguru (Lestari, 2013:131).
Anak kanguru yang selalu menempel digendong oleh
induknya digambarkan Dee seperti Wanda yang menempel
pada Keenan.
12. Memasang muka memelas seperti anak anjing hilang induk
(Lestari, 2013:134).
Anjing yang ketika kehilangan induknya pasti sedih dan
memelas karena tidak bisamenemukan sang induk. Dee
94
menggambarkan tingkah laku Ojos yang seperti memelas
ketika memohon pada Kugy agar mau ikut liburang dengannya.
13. Keenan telah membuatnya seperti orang lumpuh (Lestari,
2013:170).
Orang lumpuh artinya tidak bisa bergerak dan hanya bisa
diam, digambarkan oleh Dee untuk keadaan Kugy ketika
Keenan mengatakan sesuatu yang sangat mengkagetkan Kugy.
14. Sejenak lagi, kelima lukisannya akan berlayar ke Pulau
Dewata, dan Keenan merasa benar-benar seperti hendak
melepaskan mereka ke khayangan (Lestari, 2013:179).
Khayangan adalah tempat yang selalu diimajiansikan
sangat jauh yang indah dan hanya ditempati oleh dewa dewi.
Dee menggambarkan bahwa Keenan melepas lukisan-
lukisannya ke tempat yang jauh nan indah yaitu pulau yang
dihuni oleh dewa-dewa, bukan tempat imajinasi namun pulau
yang sungguh-sungguh seperti layaknya khayangan yaitu pulau
Bali.
15. Dan Keenan merasa seperti aktor malang yang bermimpi
melampaui skenarionya (Lestari, 2013:182).
Aktor adalah laki-laki yang melakukan sebuah peran dan
sebuah film. Dee menggambarkan bahwa Keenan merasa
sedang di dalam sebuah film namun ia terlalu banyak
berimprovisasi di dalam skenarionya.
16. Sendirian di kamarnya, Kugy mulai menulis seperti orang
kesetanan (Lestari, 2013:190).
95
Kesetanan adalah orang yang menyerupai setan. Dee
menggambarkan Kugy yang menulis tanpa henti seperti setan
yang sedang mengamuk karena marah.
17. Sejak insiden di rumah Wanda, ia lama menyendiri dan
mengurung diri bak seorang pertapa (Lestari, 2013:193).
Bak seorang pertapa adalah orang yang sedang melakukan
kegiatan bertapa di sebuah tempat yang tidak dapat diganggu
oleh apapun. Dee menggambarkan Keenan yang sedang sedih
dan marah seperti seorang pertapa yang menyendiri dan tidak
bisa diganggu, ia hanya butuh waktu untuk sendiri dan
merenungi nasib yang menimpanya.
18. Pak Wayan menceritakan betapa kagetnya dia ketika dikirimi
lukisan-lukisan Keenan yang seperti jatuh dari langit saking tak
terduganya (Lestari, 2013:194).
Menerima kiriman dari Keenan berupa lukisan-lukisan
koleksi Keenan membuat Pak Wayan kaget karena tidak
menyangka. Dee menggambarkan keadaan tersebut seperti
sesuatu yang turun dari langit karena sesuatu yang turun dari
langit adalah tidak terduga.
19. Matanya cekung seperti orang kelelahan (Lestari, 2013:202).
Hal yang paling mudah untuk menilai orang tersebut lelah
atau tidak, dapat diketahui melalui matanya. Dee
menggambarkan bahwa mata Keenan yang cekung berarti
tanda kelelahan yang mendalam oleh Keenan.
20. Hati Kugy seperti kena setrum di gardu listrik begitu
mendengar nama itu disebut (Lestari, 2013:229).
96
Kekagetan yang dialami Kugy digambarkan oleh Dee yaitu
seperti orang kena setrum. Orang yang terkena setrum pasti
sangat kaget dan menjadikannya linglung. Hal itulah yang
dibandingkan Dee untuk menggambarkan kondisi Kugy.
21. Manusia satu itu seperti madu yang dikerubungi para lebah
(Lestari, 2013:273).
Dee menggambarkan Remi seperti madu yang dikerubungi
lebah karena Remi adalah sesosok laik-laki muda, tampan, dan
sukses maka Dee membandingan Remi dengan madu
sedangkan yang dimaksud lebah adalah para wanita-wanita
yang mengerubungi Remi.
22. “Kamu seperti malaikat….” (Lestari, 2013:282).
Hati Luhde yang halus, lembut serta orang yang santun,
membuat Keenan mengatakan bahwa Luhde seperti malaikat.
Malaikat digambarkan sebagai sesosok yang baik, halus,
lembut dan semua yang baik-baik ada pada sosok malaikat.
23. Matahari yang terik membuat pipi Kugy seperti tomat ranum
(Lestari, 2013:370).
Tomat ranum adalah tomat yang berwarna kemerahan. Dee
menggambarkan pipi Kugy yang terkena sinar matahari terlihat
kemerahan seperti tomat ranum.
Majas simile merupakan majas yang membandingksn
sesuatu hal dengan hal yang lainnya dengan menggunakan kata
penghubung atau kata pembanding dimana dua hal tersebut
berbeda nmun memiliki sifat atau karakteristik yang sama.
97
Kata penghubung yang digunakan, seperti: seperti, laksana,
umpama, bak, dan lain-lain
p. Sinedoke
- Pars Prototo
1. Kantornya hanya satu ruangan dari keseluruhan galeri yang
luas itu (Lestari, 2013:90).
2. “Gy, Mas Itok itu mungkin orang paling sok tahu sedunia,
tapi aku yakin dia punya alasan sampai bisa bilang begitu.
Memangnya ada apa antara kamu dan Keenan?” (Lestari,
2013:146).
3. “Gue mungkin orang paling cembururan di dunia, tapi radar
gue nggak pernah salah …” (Lestari, 2013:146).
4. “Nah, sekarang kamu pikir. Gimana caranya saya bisa eksis
terus jadi agen, sementara satu-satunya orang di dunia yang
menganggap saya agen rahasia Neptunus, ya, cuma kamu
doang tapa kamu, status agen rahasia saya nggak berlaku”
(Lestari, 2013:334).
Pars prototo berasal dari bahasa latin yang berarti
sebagian untuk keseluruhan objek. Majas pars prototo
adalah majas yang digunakan sebagian unsur atau objek
untuk menunjukkan keseluruhan objek. Dalam hal ini, gaya
bahasa pars prototo mengungkapkan „ikon‟ dari sebuah
objek yang dapat mengarahkan makna pada objek yang
dimaksud.
- Totem proparte, yaitu keseluruhan untuk sebagian.
- “Ha-ha-ha … di jagat raya ini mungkin cuma Mas Itok
yang tahu kapan kita jadian. Kita berdua aja nggak tuh ….”
(Lestari, 2013:109).
98
Totem proparte adalah majas sinedoke yang
mengungkapkan keseluruhan untuk menunjukkan sebagian.
Data di atas menggunakan kata „jagat raya‟ yang
menyatakan keseluruahan untuk sebagian.
q. Sinestesia
- Sekalipun samar, Keenan dapat melihat mata tua itu berkaca-
kaca, dan dalam gerakan cepat Oma tampak menyusut sesuatu
dari ujung matanya (Lestari, 2013:4).
Pada Data di atas terdapat „mata tua berkaca-kaca‟ yang
menggunakan salah satu alat indera yaitu indera penglihat yaitu
mata. Mata berkaca-kaca berarti bahwa sedang menangis.
Majas sinestesia adalah majas pengungkapannya berupa rasa
dari alat indera yang diungkapkan melalui ungkapan rasa alat
indera lainnya.
r. Tropen
- “ …. Dia nggak mikir bahwa saya, bapaknya, sudah setengah
mati banting tulang buat bayar seluruh biaya sekolah dia dari
kecil sampai sekarang,” ayahnya lalu menoleh pada Keenan
(Lestari, 2013:156).
Penggunaan kata „banting tulang‟ yang berarti bekerja
keras, menunjukkan perbandingan dengan suatu pekerjaan
dengan kata-kata yang memiliki arti yang sama. Majas tropen
adalah majas yang menggunakan istilah lain dengan makna
sejajar.
3. Majas Pertentangan:
a. Antithesis, yaitu berlawanan.
99
1. Keluarganya sendiri bahkan tidak usah repot mengurus ini-itu
ketika Kugy harus bersiap kuliah di Bandung (Lestari, 2013:8).
Terdapat kata ini-itu yang merupakan keterangan yang
berlawanan.
2. Ujarnya seraya sesekali menyibak dedaunan bambu yang
menggempur mereka dari kiri-kanan (Lestari, 2013:116).
Terdapat kata kiri-kanan yang merupakan keterangan yang
berlawanan.
Majas antithesis adalah majas yang mengungkapkan
sesuatu dengan menggunakan kata-kata yang memiliki makna
yang berlawanan. Antithesis berasal dari bahasa Yunani, Anti
berarti bertentangan menempatkannya.
b. Okupasi
1. “Sebagai pegawai, saya merasa kamu salah satu aset paling
menjanjikan yang pernah saya temukan. Sebagai teman, iya,
kayaknya saya mulai menyesal …,”Remi terkekeh geli, “tapi
saya mau dong jadi agen rahasia Neptunus ….” (Lestari,
2013:267).
Data di atas mengandung majas pertentangan karena pada
kalimat pertama bermakna memuji sedangkan pada kalimat
kedua bermakna penyesalan maka pernyataan di atas termasuk
dalam majas Okupasi yaitu majas pertentangan dengan
penjelasan.
2. “… Sebagai atasan, saya sedih karena kehilangan salah satu
anak buah terbaik. Tapi sebagai orang yang mencintai kamu,
saya bahagia karena kamu berhasil memilih yang terbaik untuk
hidup kamu,” Remi tersenyum lembut (Lestari, 2013:363).
Data di atas mengandung majas pertentangan karena pada
kalimat pertama bermakna penyesalan sedangkan pada kalimat
100
kedua bermakna bersyukur maka pernyataan di atas termasuk
dalam majas Okupasi yaitu majas pertentangan dengan
penjelasan.
c. Prolepsis/antisipasi
1. Umurku baru berjalan delapan belas, tapi kenapa aku merasa
terlalu lelah untuk semua ini? (Lestari, 2013:1).
Data di atas adalah ucapan dalam hati Keenan. Keenan
merasa bahwa hidupnya terlalu berat untuk usianya yang masih
remaja. Menurutnya, diusia yang masih muda saatnya ia
mencoba berbagai hal baru bukan malah merasa tertekan
karena ia harus mengubur mimpi yang merupakan cita-citanya
dari kecil.
2. Jika ia tidak datang, Noni pasti kecewa (Lestari, 2013:169).
Pada Data di atas terdapat kata „jika‟. Kata jika pada
kalimat tersebut adalah pengandaian dalam sebuah peristiwa
yang belum terjadi. Kata jika seolah-olah mendahului
peristiwanya.
Majas prolepsis/antisipasi adalah majas yang memiliki
kata-kata seolah-olah mendahului peritiwanya.
4. Majas Sindiran:
a. Innuendo
- Kugy langsung pucat pasi. “Kalian kok tega, sih! Bilang-
bilang, dong! Gua kayak napi buron begini ….” (Lestari,
2013:107).
101
Data di atas adalah kalimat yang diucapkan oleh Kugy ke
Eko. Kugy merendahkan diri di depan teman-temannya padahal
dandanan Kugy pada hari itu seperti dandanan Kugy pada hari-
hari biasanya.
b. Ironi
1. “Nama kamu yang paling unik, ya” (Lestari, 2013:36).
Memiliki nama Kugy, bagi Kugy adalah sebuah nama yang
aneh dan merupakan nama yang tidak layak diberikan kepada
oleh seseorang. Ucapan Keenan tidak membuat Kugy tersindir
namun membuat Kugy sedikit tidak terima dengan orangtuanya
yang memberikan nama Kugy untuk Kugy.
2. “Kecil-kecil makannya banyak juga, ya,” komentarnya
(Lestari, 2013:43).
Data di atas adalah sindiran Keenan untuk Kugy karena
Kugy yang berbadan kecil namun memiliki napsu makan
seperti laki-laki yang berbadan gemuk. Namun Kugy tidak
merasa tersindir atas ucapan dari Keenan tersebut.
3. “Di sini kan lebih awal sejam, dan sebentar lagi udah mau jam
12. Jadi … selamat tahun baru, ya, kecil. Jangan cepat gede,
nanti nggak seru lagi” (Lestari, 2013:75).
Data di atas adalah ucapan Keenan yang ditujukan untuk
Kugy. Keenan mengucapkan sesuatu yang merupakan sindiran
namun bagi Kugy adalah sesuatu yang membuat ia tersenyum-
senyum sendiri.
4. “Lu adalah manusia paling cuek dan pe-de yang gua tahu.
Masa gentar sama acara gitu dong? Bukan acara besar, kok.
102
Kata Wanda, Cuma sekitar lima puluh orang yang diundang
….” (Lestari, 2013:107).
Data di atas adalah percakapan antara Eko dengan Kugy.
Eko yang selalu melihat Kugy berdandan ala kadarnya, tiba-
tiba melihat Kugy minder dengan dandananya, maka Eko
mengeluarkan semangat agar Kugy tidak minder namun di
balik semangat tersebut, tersimpan sindiran secara halus untuk
Kugy.
5. “Memang kamu nggak boleh dikasih makan gratis, bikin rugi
panitia” (Lestari, 2013:108).
Data di atas adalah sindiran Keenan untuk Kugy karena
Keenan merasa bahwa Kugy yang memiliki badan kecil namun
memiliki napsu makan yang besar. Namun, Kugy yang disindir
tidak merasa tersindir malah ia merasa bangga dengan yang
terjadi dengannya.
6. “Hidup Darwin! Sekali lagi, ternyata evolusi itu memang ada!
Tumben-tumben seorang Kugy Karmachameleon mengenal
konsep „salah kostum‟,” komentar Keenan geli (Lestari,
2013:381).
Data di atas merupakan sindiran Keenan pada Kugy.
Namun sindiran tersebut disertai dengan intonasi bercanda
sehingga Data di atas termasuk dalam majas ironi.
c. Sarkasme
1. “Kamu nggak bareng sama aku,” Ojos berkata pedas, “kamu
bareng sama Tolkien!” Dan ia pun bangkit berdiri,
meninggalkan ruang itu dan Kugy yang termangu (Lestari,
2013:101).
103
Data di atas adalah ucapan Ojos pada Kugy. Terdapat
keterangan yang menyatakan bahwa Ojos berkata pedas dan
meninggalkan Kugy, maka Data di atas termasuk dalam majas
sarkasme.
2. “Lu adalah orang paling gila yang pernah gua tahu,” Bimo
menggeleng-gelengkan kepalanya (Lestari, 2013:159).
Data di atas adalah ucapan Bimo pada Keenan. Bimo
merasa bahwa Keenan adalah orang yang paling pintar namun
ia memilih untuk keluar dari kampusnya demi sebuah cita-cita.
Dengan pemilihan kata „gila‟ maka Data di atas termasuk
dalam majas sarkasme.
3. “Gimana mungkin kamu melukis di tempat busuk begini?”
tukas Wanda, tangannya tak henti-henti mengipas-ngipas muka
(Lestari, 2013:165).
Data di atas adalah ucapan Wanda pada Keenan. Keenan
pindah ke kos yang lebih kecil dari sebelumnya dan hal itu
membuat Wanda menjadi sedikit tidak terima. Adanya kata
„busuk‟ membuat Data di atas menjadi kasar dan termasuk
dalam majas sarkasme.
4. “Gila, lu kurus banget, Nan” (Lestari, 2013:192).
Data di atas adalah sindiran Bimo pada Keenan. Keenan
yang sebelumnya memiliki badan yang tegap dan besar,
menjadi kurus karena keadaan yang terjadi padanya. Bimo
langsung mengutarakan sindirannya pada Keenan karena Bimo
yang kaget melihat keadaan Keenan yang sekarang.
104
Penambahan kata „gila‟ membuat kalimat tersebut terlihat
menjadi sindiran kasar.
5. “ … Tuh, entar hasilnya kayak Karin, badan tinggal tulang
sama dosa doang” (Lestari, 2013:235).
Data di atas adalah sindiran Kevin pada Karin. Kevin yang
memiliki badan gempal menyindir Karin yang berbadan kurus
karena sudah bekerja. Pemilihan kata pada kalimat „badan
tinggal tulang sama dosa‟ membuat Data di atas terlihat kasar
dan masuk dalam majas sarkasme.
6. “Najis lo!” (Lestari, 2013:275).
Data di atas adalah sindiran langsung antara sekumpulan
perempuan yang berada di kamar mandi yang sedang
mebicarakan Remi. Kata „najis‟ yang kasar disertai tanda seru
di belakang kalimat membuat Data di atas terlihat kasar dan
masuk dalam majas sarkasme.
Majas sarkasme adalah adalah majas yang berupa sindiran
kasar. Sarkasme dapat berupa penghinaan yang
mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan menggunakan
kata-kata kasar. Majas ini dapat melukai perasaan seseorang.
d. Sinisme
1. “Udah dua kali kamu ngomong „kapan-kapan‟ ke saya hari ini.
Moga-moga nggak ada yang ketiga kalinya,” ucapnya pelan
(Lestari, 2013:95).
Data di atas merupakan sentilan Keenan terhadap Kugy.
Pemilihan kata yang cenderung halus dan tidak kasar namun
105
berisi sindiran, membuat Data di atas termasuk dalam majas
sinisme.
2. “Kugy dan Keenan pacaran itu selamanya hanya akan ada di
otak Mas Itok seorang,” Eko menambahkan sambil terkekeh
(Lestari, 2013:98).
Data di atas adalah ucapan Eko pada Keenan. Menurut Eko,
ia mengutarakan dengan nada bercanda namun bagi Keenan, ia
merasa tersentil dengan ucapan Eko tersebut karena yang
Keenan harapkan adalah ia bisa bersatu dengan Kugy namun
bagi Eko merupakan hal yang dianggap bercanda.
3. “Dasar seniman gaptek. Di era millennium ini, sungguh absurd
adanya kalo lu nggak punya HP” (Lestari, 2013:127).
Data di atas adalah sindiran Eko pada Keenan. Namun
Keenan menerima sindiran tersebut karena sindiran tersebut
merupakan suatu hal yang nyaa yang dialami Keenan.
4. “Gue kok nggak yakin yang namanya „kapan-kapan‟ itu bakal
ada,” potong Ojos dengan nada tinggi (Lestari, 2013:147).
Penambahan keterangan pada kalimat „potong Ojos dengan
nada tinggi‟ dan dengan kata-kata yang halus namun intonasi
yang tinggi membuat Data di atas termasuk dalan majas
sinisme.
5. “Dari pertama kita jadian, gue selalu berusaha ngejar dunia lo.
Tapi lo bukan cuma lari, lo tuh terbang. Dan lo suka lupa, gue
masih di Bumi. Kaki gue masih di tanah. Gimana kita bisa
terus jalan kalo tempat kita berpijak aja beda,” tutur Ojos getir
(Lestari, 2013:147).
106
Data di atas adalah ucapan Ojos untuk Kugy. Walau terasa
halus namun bagi Kugy, ucapan Ojos membuat Kugy merasa
tersindir dan sakit hati.
6. “Aku udah lihat judul lukisan kamu yang baru. „Alit‟ itu nama
sekolah tempat Kugy ngajar, kan? Kamu terinspirasi gara-gara
dia? Hebat banget itu anak sampai dibikinkan lukisan segala,”
ujar Wanda sinis (Lestari, 2013:151).
Data di atas adalah ucapan Wanda kepada Keenan untuk
Kugy. Penambahan kata „sinis‟ membuat Data di atas termasuk
dalam majas sinisme. Kata-kata yang digunakan memang halus
namun intonasi membuatnya terlihat sedikit kasar.
7. “Iya, kok bisa, sih? Susuknya keluaran dari dukun mana, Jeng?
Yang bertanya pun tergelak sendiri (Lestari, 2013:285).
Data di atas adalah sindiran teman-teman Kugy pada Kugy
karena teman-temannya tersebut iri terhapad Kugy yang
berhasil menaklukan hati Remi. Pemilihan kata „susuk‟ yang
diidentikkan dengan sesuatu yang negatif, maka Data di atas
termasuk dalam majas sinisme.
8. “Nan? Hello? Please, deh. Hari gini nulis dongeng! Lu kata
kita hidup di negeri peri?” Eko terbahak (Lestari, 2013:321).
Data di atas adalah sindiran Eko pada Kugy namun
diutarakan kepada Keenan. Eko yang tidak yakin dengan cita-
cita Kugy, merasa bahwa hal tersebut bias dibikin bercanda.
9. “Aneh,” balas Remi geli, “tukang khayal tapi kena jurus cemen
gini aja kikuk. Kelamaan jomblo, ya?” ia lantas mengecup
kening Kugy (Lestari, 2013:323).
Data di atas adalah ucapan Remi pada Kugy. Remi
menyindir Kugy karena Kugy menagis saat Remi memberikan
107
kejutan terhadapnya. Pada kalimat „kelamaan jomblo, ya?‟
terlihat bahwa pemilihan kata yang terkandung di dalamnya
merupakan sindiran halus namun agak kasar.
10. “Yah, gitu deh, fenomena anak bau kencur, semangatnya juga
tai-tai ayam” (Lestari, 2013:359).
Data di atas merupakan sindiran untuk Kugy dari teman-
teman kantornya karena Kugy sudah tidak hanya fokus bekerja
di kantor namun ia juga fokus untuk membuat dongeng yang
merupakan cita-citanya semenjak ia kecil. Kugy yang
mendengar sindiran tersebut tetap santai untuk bekerja, ia tidak
terpengaruh dengan sindiran tersebut.
11. “Otak brilian tapi nggak didukung profesionalisme sama aja
bo‟ong” (Lestari, 2013:359).
Data di atas merupakan sindiran untuk Kugy dari teman-
teman kantornya karena Kugy sudah tidak hanya fokus bekerja
di kantor namun ia juga fokus untuk membuat dongeng yang
merupakan cita-citanya semenjak ia kecil. Kugy yang
mendengar sindiran tersebut tetap santai untuk bekerja, ia tidak
terpengaruh dengan sindiran tersebut.
Majas Sinisme adalah majas yang berupa sindiran agak
kasar. Kata-kata yang digunakan halus namun diikuti dengan
kata sindiran atau dengan intonasi si pengucap.
108
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasul analisis kajian stilistika novel Perahu Kertas karya Dewi
(Dee) Lestari yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penggunaan diksi yang menonjol dalam novel Perahu Kertas karya Dewi
(Dee) Lestari adalah Pemanfaatan kata bahasa asing yaitu bahasa Inggris.
Penggunaan bahasa Inggris digunakan oleh hampir semua tokoh di dalam
Perahu Kertas. Hal tersebut terjadi karena Perahu Kertas termasuk dalam
novel modern dan ditulis oleh Dewi (Dee) Lestari yang merupakan sastrawan
angkatan baru. Pengguanaan bahasa Inggris ini telah mengikuti perkembangan
zaman modern dan sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini sehingga Perahu
Kertas sangat mudah untuk dimengerti oleh pembaca yang umumnya adalah
anak muda.
2. Pemakaian gaya bahasa yang digunakan dalam Perahu Kertas karya Dewi
(Dee) Lestari mampu menimbulkan suasana yang berbeda dan mampu
menimbulkan keragaman bahasa yang membuat Perahu Kertas menjadi indah
dan menarik Pemakaian gaya bahasa yang menonjol dalam novel Perahu
Kertas karya Dewi (Dee) Lestari adalah majas perbandingan yaitu majas
simile. Majas simile adalah majas yang menggunakan kata-kata pembanding
seperti: seperti, bak, umpama, laksana, dll. Pemakaian majas simile membuat
Dee terlihat lebih kreatif dibanding sastrawan lain dan majas tersebut
memperlihatkan bahwa Dee mempunyai ciri khas yang unik dan cerdas.
108
109
B. Saran
Penelitian “Kajian Stilistika Novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari ”
hendaknya dapat bermanfaat bagi pembaca. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan penjelasan mengenai stilistika mengenai diksi atau pilihan kata dan
pemakaian gaya bahasa dalam Novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari .
Semoga penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain dengan kajian
naskah yang berbeda.
110
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 1995. Stilistika (Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra).
Semarang: IKIP Semarang Press.
Keraf, Gorys. 2013. Komposisi. Jakarta: Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: Gramedia.
Lestari, Dewi . 2013. Perahu Kertas. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Moleong, Lexy J.. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Poerwadarminta. 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode & Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Saini. Jacob 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Sangidu. 2004. Penelitian Sastra. Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat
FIB UGM.
Satoto, Sudiro. 1995. Stilistika. Surakarta: STSI Press Surakarta.
Semi, Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
111
Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Grafiti.
Supriyanto, Teguh. 2009. Penelitian Stilistika dalam Prosa. Jakarta: Pusat Bahasa
Sutejo. 2010. Teori Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya. Yogyakarta:
Pustaka Felicha.
Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Lembaga Penelitian
Universitas Sebelas Maret.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Yogyakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Sumber Website:
KBBI. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia.<http://kbbi.web.id>. (diakses
tanggal 21 Januari 2015, pukul 22.48).
Kelasiana. 2015. Pengertiaan dan Contoh Kata Ulang
Lengkap.<http:kelasindonesia.com/2015/04/pegertian-dan-contoh-kata-
ulang-lengkap.html?m=1>. (diakses tanggal 17 Novemper 2015, pukul
22.10).
Kompasiana. 2010. Neptunus dan Dewa Laut dalam Perahu Kertas.<.http://m.
kompasiana.com/post/read490120/2/neptunus-dan-dewa-laut-dalam-
perahu-kertas.html>. (diakses tanggal 21 Januari 2015, pukul 22.24).