BAB IV
-
Upload
lhyya-anggraini -
Category
Documents
-
view
36 -
download
0
description
Transcript of BAB IV
BAB IVMODALITAS RADIOLOGI
Pemeriksaan radiologi pada kecurigaan KNF merupakan pemeriksaan
penunjang diagnostik yang penting. Dapat dilakukan foto polos, CT Scan ataupun
MRI. Saat ini untuk mendiagnosa secara pasti CT Scan dan MRI merupakan suatu
modalitas utama. Melalui CT Scan dan MRI dapat dilihat secara jelas ada
tidaknya massa dan sejauh apa penyebaran massa tersebut, hingga dapat
membantu dalam menentukan stadium dan jenis terapi yang akan dilakukan. 29,30
Tujuan utama pemeriksaan radiologik tersebut adalah: 29,30
Memberikan diagnosis yang lebih pasti pada kecurigaan adanya tumor pada
daerah nasofaring.
Menentukan lokasi yang lebih tepat dari tumor tersebut.
Mencari dan menetukan luasnya penyebaran tumor ke jaringan sekitarnya.
4.1 Foto Polos
Foto rontgen konvensional dapat memberikan gambaran jaringan lunak
pada nasofaring atau erosi tulang dasar tengkorak dan tulang belakang daerah
leher (servikalis) penderita tumor nasofaring stadium lanjut. Sedangkan pada
stadium dini lesi minimal dengan pemeriksaan radiologik biasa, tidak dapat
terdeteksi. 30
4.2 Nasofaringoskopi
Pemeriksaan tumor primer di nasofaring dapat dilakukan dengan cara
rinoskopi posterior (tidak langsung) dan nasofaringoskopi (langsung) serta fiber-
nasofaringoskopi. Ditemukan tumor berupa massa yang menonjol pada mukosa
dan memiliki permukaan halus, bernodul dengan atau tanpa ulserasi pada
permukaan atau massa yang menggantung dan infiltratif. Namun terkadang tidak
dijumpai lesi pada nasofaring sehingga harus dilakukan biopsi dan pemeriksaan
sitologi. 31
45
46
Gambar 4.1 Gambaran pada pemeriksaan nasofaringoskopi pada wanita 38 tahun, dengan gejala hemoptisis dan epistaksis. 31
Nasal kanan Nasal kiri
Gambar 4.2 Seorang wanita tua datang dengan epistaksis, pada endoskopi nasal tampak tumor nasofaring berbentuk globular. Tumor dapat bergerak, mudah
berdarah dan berasal dari dinding nasofaring. 31
47
Nasal kanan Nasal kiri
Gambar 4.3 Wanita 63 tahun dengan obstruksi nasal bilateral. Pada nasal endoskopi, tampak tumor yang lunak, mudah berdarah, dan menonjol ke dalam
koana posterior menuju ke dalam rongga hidung bilateral. 31
4.3 Computed Tomography Scan (CT Scan)
Pemeriksaan CT Scan nasofaring merupakan pemeriksaan yang paling
dipercaya untuk menetapkan stadium tumor dan perluasan tumor pada KNF. Pada
stadium dini terlihat asimetri dari resessus lateralis, torus tubarius dan dinding
posterior nasofaring. 6,7
Gambar 4.4 Pada CT scan menunjukkan adanya massa yg berasal dari dinding nasofaring sebelah kiri. 6
48
Gambar 4.5 Potongan coronal pada CT scan. Menunjukkan adanya tumor pada dinding nasofaring 6
Gambar 4.6 Aksial CT scan memperlihatkan masa jaringan lunak yang menyerupai adenoid, berkembang dari atap nasofaring. Masa tumor ini menonjol
ke dalam rongga hidung dan menyebabkan sumbatan jalan nafas. 34
49
Gambar 4.7 Aksial CT scan tampak limfoma menonjol ke dalam hidung
4.4 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI menjadi pilihan untuk tumor pada nasofaring, terutama untuk
karsinoma kistik adenoid di mana kadang-kadang karakteristik infiltrasi perineural
dapat diperlihatkan. 33,34
Gambar 4.9 (A) MRI potongan sagital dan (B) koronal menunjukkan tumor nasofaringeal (panah biru) dan adenopati servikal (panah putih). 36
50
4.5 Diagnosis Banding
1. Polip angiomatosa
Polip angiomatosa adalah polip inflamatorik hidung yang mempunyai
komponen vaskuler dan fibrosa. Secara histologi merupaka tumor jinak dan mirip
dengan angiofibroma nasofaring. Polip tidak mempunyai predileksi jenis kelamin.
Kemungkinan adanya polip angiomatosa harus selalu dipikirkan sebelum
mempertimbangkan diagnosa angiofibroma, pada pasien dewasa dan perempuan.
Gejala yang paling sering muncul adalah hidung tersumbat dan sering mimisan.
Pembesaran lesi secara perlahan dapat menyebabkan erosi tulang, pendesakan
struktur tulang di dekatnya, pipi
bengkak dan eksofthalmus.35,36
2. Hiperplasia adenoid
Gambar 4.10 Polip antro-khoanal. CT scan potongan aksial menunjukkan opasitas di sinus maksilaris sinistra
dengan polip antro-khoanal di kavum nasi posterior dan khoana yang keluar dari bawah khonka nasalis media di
daerah kompleks ostiometal.7
51
Biasanya terdapat pada anak-anak, jarang pada orang dewasa, pada anak-anak
hyperplasia ini terjadi karena infeksi berulang. Pada foto polos akan terlihat suatu
massa jaringan lunak pada atap nasofaring umumnya berbatas tegas dan umumnya
simetris serta struktur-struktur sekitarnya tak tampak tanda- tanda infiltrasi seperti
tampak pada karsinoma. 29,31
Gambar 4.11 Tampak gambaran massa jaringan lunak pada atap nasofaring yang berbatas tegas.
3. Angiofibroma juvenilis
Biasanya ditemui pada usia relatif muda dengan gejala-gejala menyerupai
KNF. Tumor ini kaya akan pembuluh darah dan biasnya tidak infiltrative. Pada
foto polos akan didapat suatu massa pada atap nasofaring yang berbatas tegas.
Proses dapat meluas seperrti pada penyebaran karsinoma, walaupun jarang
menimbulkan destruksi tulang hanya erosi saja karena penekanan tumor. Biasanya
ada pelengkungan ke arah depan dari dinding belakang sinus maksilarisyang
dikenal sebagai antral sign. Karena tumor ini kaya akan vaskular maka
arteriografi karotis eksterna sangat diperlukan sebab gambaranya sangat
karakteristik. Kadang-kadang sulit pula membedakan angiofibroma juvenils
dengan polip hidung pada foto polos.31,32
52
4. Tumor kelenjar parotis
Tumor kelenjar parotis terutama yang berasal dari lobus yang terletak agak
dalam mengenai ruang parafaring dan menonjol ke arah lumen nasofaring. Pada
sebagian besar kasus terlihat pendesakan ruang parafaring ke arah medial yang
tampak pada pemeriksaan C.T.Scan.29,31,32
Gambar 4.13 Tampak massa tumot parotid mendesak ruang
parafaring36
Gambar 4.12 Juvenile angiofibroma. A. Massa mendesak dinding posterior sinus maksilaris (panah) ke anterior dan tumbuh ke rongga hidung (tanda +) dan fossa infratemporalis (panah). B. Suplai darah yang luas berasal dari arteri maksilaris interna (panah) dan tampak pelebaran cabang meningea media (panah).20