BAB IV (26 JULI)

download BAB IV (26 JULI)

of 27

Transcript of BAB IV (26 JULI)

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    1/27

    BAB IV

    HASIL PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Latar Belakang Lokasi Penelitian

    Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) Sangatta adalah Rumah

    Sakit Kelas C milik Pemerintah Daerah Kutai Timur dengan alamat

    Jalan Soekarno Hatta No.1 Sangatta, yang diresmikan oleh Bupati

    Kutai Kutai Timur pada tanggal 11 Oktober 2002.

    2. Visi dan Misi

    Adapun Misi Rumah Sakit adalah :

    a) Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna, bermutu

    dan terjangkau yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.

    b) Menyediakan produk layanan yang unggul dan unik terdiri dari

    medical check up klinik tumbuh kembang, trauma center, pain

    terapi dan fitotherapy.

    c) Menyediakan sumber daya yang professional dan sejahtera

    melalui pendidikan, pelatihan, penelitian dan sistem

    remunerasi yang maksudnya bahwa RSUD Sangatta

    mempunyai komitmen untuk meningkatkan kualitas sumber

    daya manusia yang ada melalui pelatihan, seminar, inhouse

    training secara berkesinambungan.

    45

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    2/27

    d) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana

    pelayanan di semua bidang secara berkesinambungan

    maksudnya adalah dengan adanya peningkatan kualitas

    pelayanan kesehatan di Rumah Sakit haruslah ditunjang

    dengan peningkatan sarana dan prasarana kesehatan.

    e) Menciptakan kemitraan jangka panjang yang saling

    menguntungkan, maksudnya yaitu menjalin kerjasama dengan

    pihak ketiga yang saling menguntungkan dan

    berkesinambungan.

    3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Kabupaten Kutai Timur dibentuk berdasarkan UU No. 47

    Tahun 1999 dan memiliki luas wilayah 35.747,60 km2 yang terdiri

    dari 18 kecamatan dan 135 desa, memiliki jumlah penduduk pada

    tahun 2010 sebanyak 262.972 jiwa dengan kepadatan penduduk

    7,10 jiwa/ km2 dan laju pertumbuhan penduduk 5,89% per tahun

    serta jumlah rumah tangga sebanyak 65.014 Kepala Keluarga

    (KK). Persebaran penduduk tidak merata, dimana kecamatan

    terbanyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Sangatta Utara

    dengan persentase penduduk mencapai 25,80% dari total

    penduduk sedangkan yang paling sedikit pada Kecamatan Busang

    dengan jumlah penduduk 5.968 jiwa atau 2,27%.

    46

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    3/27

    B. Karakteristik Responden

    Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum tentang

    analisis pasien askes rawat jalan di RSUD Sangatta Kabupaten Kutai

    Timur yaitu dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang

    digunakan dalam penelitian. Karakteristik responden meliputi umur

    responden, jenis kelamin responden, pendidikan responden dan

    pekerjaan responden.

    a. Distribusi kelompok Umur

    Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahun yang

    dihitung sejak lahir sampai sekarang. Pada penelitian ini umur

    responden minimal 17 tahun sebab pada umur tersebut responden

    dianggap telah mampu memberikan jawaban yang objektif. Tabel

    berikut merupakan distribusi responden menurut golongan umur.

    Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur di

    RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur tahun 2011

    No Kelompok Umur Jumlah (n) Persentase (%)

    1 17 tahun 22 tahun 4 5,8

    2 23 tahun 28 tahun 13 18,5

    3 29 tahun 34 tahun 22 31,5

    4 35 tahun 40 tahun 15 21,4

    5 41 tahun 46 tahun 7 9,9

    6 47 tahun 52 tahun 9 12,9

    Total70 100

    Responden dalam penelitian ini berkisar antara 17 tahun

    sampai 52 tahun dengan jumlah responden sebanyak 70 orang.

    Responden terbanyak berasal dari kelompok umur 29-34 tahun

    47

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    4/27

    yaitu 22 orang (31,5%) dan terkecil berasal dari kelompok umur 17-

    22 tahun yaitu 4 orang (5,8%).

    b. Distribusi Jenis Kelamin

    Jenis kelamin adalah kategori yang didasarkan pada perbedaan

    biologis seperti struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara dan

    karakteristik biologis lainnya. Adapun distribusi responden menurut

    jenis kelamin pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di

    RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur tahun 2011

    No Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

    1 Laki-laki 34 48,6

    2 Perempuan 36 51,4

    Total 70 100Sumber : Data Primer

    Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pasien yang paling

    banyak menjadi responden dalam penelitian ini adalah berjenis

    kelamin perempuan yaitu sebesar 36 orang (51,4%), sedangkan

    responden berjenis kelamin laki-laki sebesar 34 orang (48,6%).

    c. Distribusi Pendidikan

    Pendidikan adalah jenjang pembelajaran formal yang pernah

    ditempuh oleh responden. Pendidikan berhubungan dengan proses

    belajar seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang akan

    semakin mudah dalam menerima informasi dan semakin tinggi

    tuntutan akan pelayanan yang bermutu. Berikut distribusi

    responden menurut tingkat pendidikan.

    48

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    5/27

    Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan tingkat

    pendidikan di RSUD Sangatta tahun 2011

    No Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)

    1Tidak Sekolah/Tidak Tamat

    SD1 1,4

    2 SD 2 2,9

    3 SMP 10 14,2

    4 SMA 36 51,5

    5 Perguruan Tinggi 21 30,0

    Total 70 100

    Dari tabel diatas terlihat bahwa responden terbanyak dengan

    pendidikan SMA yaitu 36 orang (51,5%) sedangkan responden

    berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 21 orang (30,0%),

    pendidikan SMP sebanyak 10 orang (14,2%) dan pendidikan SD

    sebanyak 2 orang (2,9%) dan tidak tamat SD sebanyak 1 orang

    (1,4%).

    d. Distribusi Pekerjaan

    Pekerjaan adalah jenis mata pencaharian yang ditekuni oleh

    seseorang dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan atau anggota

    keluarganya. Berikut ini dapat dilihat distribusi responden menurut

    jenis pekerjaan.

    Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan

    di RSUD Sangatta tahun 2011

    49

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    6/27

    No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase(%)

    1 Pelajar 6 8,6

    2 IRT 8 11,4

    3 Swasta 14 20,0

    4 PNS 41 58,65 Petani 1 1,4

    Total 70 100

    Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat 41 orang (58,6%)

    responden bekerja sebagai PNS, responden dengan pekerjaan

    swasta sebesar 14 orang (20,0%), responden dengan pekerjaan

    IRT sebesar 8 orang (11,4%), responden sebagai pelajar sebesar 6

    orang (8,6%) dan petani 1 orang (1,4%).

    C. Analisa Univariat

    Analisa ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum tentang

    tiap-tiap variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang

    dianalisis berasal dari distribusi frekuensi tiap-tiap variabel.

    a. Jenis Penyakit

    Jenis penyakit terbagi menjadi 2 yaitu penyakit kronis dan

    penyakit akut (Sarafino, 2004). Penyakit kronis adalah penyakit

    degeneratif yang berkembang selama kurun waktu yang lama

    (bulan atau tahun) dan dikenal sebagai penyakit menahun,

    sedangkan penyakit akut merupakan penyakit yang timbulnya

    secara cepat atau berlangsung dalam waktu singkat.

    Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan jenis penyakit di

    RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur tahun 2011

    No Jenis Penyakit Frekuensi Persentase (%)

    50

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    7/27

    1 Kronis 20 28,6

    2 Akut 50 71,4

    Total 70 100

    Tabel diatas menunjukkan bahwa 50 responden (71,4%)

    dinyatakan memiliki penyakit akut dan 20 responden memiliki

    penyakit kronis dari semua pasien askes rawat jalan yang

    menggunakan pelayanan kesehatan di RSUD Sangatta.

    b. Lingkungan Fisik

    Lingkungan fisik mencakup kebersihan dan kerapian ruang

    tunggu, penerangan atau pencahayaan yang cukup, kelengkapan

    pendingin ruangan serta tersedianya toilet yang bersih.

    Kondisi lingkungan fisik ruang rawat jalan juga mempengaruhi

    psikologis pasien. Ruang rawat jalan yang bising, suhu udara

    terlalu panas, pencahayaan kurang, kebersihan dan kerapian yang

    tidak terjaga akan meningkatkan stress pada pasien. Ruang rawat

    jalan seharusnya bisa membangkitkan optimisme sehingga dapat

    membantu proses penyembuhan pasien (Robby, 2006).

    Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan lingkungan fisik

    di RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur tahun 2011

    No Ling. Fisik Frekuensi Persentase (%)

    1 Tidak Nyaman 31 44,3

    2 Nyaman 39 55,7

    Total 70 100

    51

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    8/27

    Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil bahwa 39 responden

    (55,7%) menyatakan nyaman dengan kondisi lingkungan fisik

    ruang rawat jalan di RSUD Sangatta. Berbeda dengan 31

    responden (44,3%) lainnya yang menyatakan tidak nyaman

    terhadap kondisi lingkungan fisik pada ruang rawat jalan tersebut.

    Tabel 4.8 Distribusi responden menurut jenis lingkungan fisik

    di RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur tahun 2011

    No Lingkungan Fisik Jawaban n %

    1 Ruang tunggu selalu dalam

    keadaan bersih dan rapi

    Biasa 13 18,5

    Baik 44 62,9

    Sangat Baik 13 18,6

    2 Tersedia kipas/AC untuk

    mengurangi rasa panasBiasa 6 8,6

    Baik 46 65,7

    Sangat Baik 18 25,7

    3 Tersedia TV untuk mengurangikebosanan saat menunggu

    Biasa 12 17,1

    Baik 43 61,4

    Sangat Baik 15 21,5

    4 Ruangan poliklinik selalu bersih

    dan rapi

    Biasa 14 20,0

    Baik 43 61,4

    Sangat Baik 13 18,6

    5 Sirkulasi udara dalam ruangan Biasa 11 15,7

    52

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    9/27

    baikBaik 45 64,3

    Sangat Baik 14 20,0

    6 Pencahayaan yang cukup baik

    dalam ruangan

    Biasa 9 12,9

    Baik 45 64,3

    Sangat Baik 16 22,8

    7 Tersedia gorden penyekat padaruang periksa untuk menjagaprivasi

    Biasa 6 8,6

    Baik 50 71,4

    Sangat Baik 14 20,0

    8 Petugas selalu dalam keadaanrapi saat melakukan pelayanan SangatKurang Baik 1 1,4

    Biasa 7 10,1

    Baik 50 71,4

    Sangat Baik 12 17,1

    9 Toilet pasien selalu dalamkeadaan bersih dan tidak berbau

    Biasa 13 18,6

    Baik 43 61,4

    Sangat Baik 14 20,0

    Dari tabel diatas dapat dilihat respon pasien rawat jalan

    terhadap kondisi lingkungan fisik di RSUD Sangatta cukup baik

    seperti tersedianya gorden penyekat untuk menjaga privasi pasien

    pada ruang periksa (71,4%) dan adanya kipas atau AC pada ruang

    tunggu 65,7%) sedangkan responden yang menyatakan kondisi

    lingkungan fisik ruang rawat jalan tidak cukup baik seperti petugas

    yang tidak selalu dalam keadaan rapi saat melakukan pelayanan

    53

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    10/27

    (1,4%) dan ruangan poliklinik yang tidak selalu dalam keadaan

    bersih rapi (20%) serta kondisi toilet yang tidak bersih dan kadang

    berbau (18,6%). Hal ini menyebabkan kurangnya kenyamanan

    pasien untuk mendapatkan fasilitas yang baik di RSUD tersebut.

    c. Hubungan Pasien dengan Petugas

    Hubungan yang baik antar manusia akan menimbulkan

    kepercayaan atau kredibilitas dengan cara saling menghargai

    seperti keseriusan, dihormati dan didengar, saling menghormati,

    responsif dan memberi perhatian (Wijono, 1999).

    Adapun pelayanan kesehatan yang bermutu antara lain bila

    pasien diterima dengan senyum dan ramah tamah, serta petugas

    yang bersikap baik terhadap keluarga pasien. Dalam hal ini yang

    faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman

    pribadi, kebudayaan, institusi atau lembaga pendidikan dan faktor

    emosi dalam diri (Pohan, 2004).

    Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan hubungan pasien

    dengan petugas di RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur

    tahun 2011

    NoHubungan

    Pasien

    dengan Petugas

    Frekuensi Persentase (%)

    1 Kurang Baik 25 35,7

    2 Baik 45 64,3

    Total 70 100

    54

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    11/27

    Distribusi responden menurut hubungan pasien dengan petugas

    menunjukkan bahwa sebanyak 45 responden (64,3%) menyatakan

    hubungan pasien dengan petugas cukup baik dalam hal pelayanan

    kesehatan yang diterima dan 25 responden (35,7%) menyatakan

    adanya hubungan yang tidak antara pasien dengan petugas di

    RSUD Sangatta.

    Tabel 4.10 Distribusi responden berdasarkan hubunganpasien dengan petugas di RSUD Sangatta

    Kab.Kutai Timur tahun 2011No

    Hubungan Pasien denganPetugas

    Jawaban n %

    1 Petugas menghormati danmenghargai Anda saat melayani

    Kurang Baik 2 2,9

    Biasa 6 8,6

    Baik 51 72,9

    Sangat Baik 11 15,6

    2 Petugas siap membantu saatAnda membutuhkan informasiyang di perlukan

    Biasa 6 8,6

    Baik 52 74,3

    Sangat Baik 12 17,1

    3 Petugas melayani semua pasien

    tanpa membeda-bedakan antarapasien umum dan pasien Askes

    Biasa 11 15,7

    Baik 49 70,0Sangat Baik 10 14,3

    4 Petugas melayani dengan penuhperhatian dan ada rasa simpatiterhadap kodisi kesehatan Anda

    Biasa 9 12,9

    Baik 51 72,9

    Sangat Baik 10 14,3

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa respon atau tanggapan

    yang diberikan responden mengenai hubungan pasien dengan

    petugas cukup baik yaitu petugas siap membantu saat pasien

    membutuhkan informasi yang diperlukan tanpa harus bingung atau

    kesulitan dalam mendapatkan informasi tersebut serta petugas

    yang melayani dengan penuh perhatian dan simpati terhadap

    55

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    12/27

    kondisi kesehatan pasien. Namun sebanyak 2,9% responden yang

    menyatakan hubungan pasien dengan petugas kurang baik seperti

    petugas yang kurang menghormati dan menghargai saat melayani

    pasien.

    d. Kepuasan Pasien Askes Rawat Jalan

    Kepuasan adalah psikis menyenangkan yang dirasakan pasien

    karena terpenuhinya secara relatif semua kebutuhan yang

    memadai meliputi terciptanya rasa aman, kondisi lingkungan yang

    menyenangkan, menarik, keadaan sosial yang baik, adanya

    penghargaan, adanya perasaan diri diakui dan bermanfaat dalam

    lingkungan (Kotler, 1998).

    Kepuasan merupakan suatu fungsi dari perbedaan antara

    penampilan yang dirasakan dan harapan. Dalam hal ini pembeli

    atau pengguna jasa memutuskan memberi suatu penilaian

    terhadap produk atau jasa dan bertindak atas dasar apakah

    pembeli puas membelanjakannya, tergantung kepada penampilan

    yang ditawarkan dalam hubungannya dengan harapan pembeli

    (Wijono, 1999).

    Tabel 4.11 Distribusi responden berdasarkan kepuasan pasien

    askes di RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur tahun

    2011

    NoKepuasan Pasien

    AskesFrekuensi Persentase (%)

    1 Tidak Puas 24 34,3

    2 Puas 46 65,7

    Total 70 100

    56

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    13/27

    Dari tabel 4.11 diperoleh bahwa sebagian besar responden

    puas jika dilihat dari kepuasan pasien yang mendapatkan

    pelayanan baik dari segi jenis penyakit, lingkungan fisik dan

    hubungan pasien dengan petugas yaitu 46 responden (65,7%),

    sedangkan responden yang tidak puas adalah 24 responden

    (34,3%).

    Tabel 4.12 Distribusi responden berdasarkan jenis kepuasandi RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur tahun 2011

    No Kepuasan Pasien Askes Jawaban n %

    1 Petugas loket menyapa Andadengan ramah

    Biasa 11 11

    Baik 30 30

    Sangat Baik 29 29

    2 Petugas loket menanyakanidentitas dan poli yang akan

    dipilih dengan sopan

    Biasa 12 12

    Baik 26 26

    Sangat Baik 32 32

    3 Proses pelayanan dari mendaftarsampai pemberian kartu RMdilakukan dengan cepat (tanpaharus menunggu lama)

    Biasa 11 11

    Baik 32 32

    Sangat Baik 27 27

    4 Patugas loket berbicara denganmenggunakan bahasa yang jelasdan mudah Anda mengerti

    Biasa 13 13

    Baik 36 36

    Sangat Baik 21 21

    5 Petugas loket mengarahkan

    Anda ke ruang tunggu untukmenunggu panggilan perawatpoli yang dituju

    Biasa 13 13

    Baik 33 33

    Sangat Baik 24 24

    Dari tabel diatas dapat dilihat secara umum tentang kepuasan

    pasien askes rawat jalan responden mengenai pelayanan yang ada

    57

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    14/27

    masih kurang memuaskan. Ada beberapa pertanyaan yang

    diberikan kepada responden dan menyatakan bahwa pasien

    merasa puas seprti petugas loket yang menanyakan identitas dan

    poli yang akan dipilih dengan sopan (32%) sedangkan responden

    yang menyatakan kurang nyaman seperti petugas loket berbicara

    dengan menggunakan bahasa yang kurang jelas dan kurang

    mudah dimengerti.

    D. Analisa Bivariat

    Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui besarnya hubungan

    variabel independen yaitu karakteristik pasien, jenis penyakit,

    lingkungan fisik dan hubungan pasien dengan petugas terhadap

    kepuasan pasien askes rawat jalan di RSUD Sangatta tahun 2011.

    1. Hubungan antara Jenis Penyakit dengan Kepuasan

    Pasien Askes Rawat Jalan

    Dalam mendiagnosa penyakit pasien, seorang dokter tidak

    selalu mencantumkan kata-kata akut maupun kronis kecuali pada

    keadaan tertentu yang bersifat khusus atau untuk membedakan

    bahwa suatu penyakit memiliki 2 bentuk yakni bentuk akut maupun

    kronis (http://cakmoki86.wordpress.com/2008/12/24/antara-akut-

    dan-kronis/).

    Tabel 4.12 Hubungan antara Jenis Penyakit dengan Kepuasan

    Pasien Askes Rawat Jalan

    58

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    15/27

    JenisPenyakit

    Kepuasan Pasien AskesRawat Jalan Total P

    ValueTidak Puas Puas

    N % N % N %

    Kronis 7 35,0 13 65,0 20 100

    1,000Akut 17 34,0 33 66,0 50 100

    Jumlah 24 34,3 46 65,7 70 100

    Dari tabel 4.12 diperoleh hasil bahwa proporsi responden antara

    penyakit kronis dan akut pada pasien yang tidak puas hampir sama

    yaitu 35% dan 34%. Demikian halnya pada responden yang puas,

    proporsi responden dengan penyakit kronis dan akut juga hampir

    sama yaitu 65% dan 66%.

    Hasil uji Chi square diperoleh nilai P = 1,000 (lebih besar dari

    = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

    yang bermakna antara jenis penyakit dengan kepuasan pasien

    askes rawat jalan di RSUD Sangatta tahun 2011.

    2. Hubungan antara Lingkungan Fisik dengan Kepuasan

    Pasien Askes Rawat Jalan

    Kualitas pelayanan dalam Rumah Sakit dapat ditingkatkan

    apabila didukung oleh peningkatan kualitas fasilitas fisik. Ruang

    tunggu bagi pasien rawat jalan merupakan salah satu wujud

    fasilitas fisik yang penting keberadaannya bagi pasien (Santosa,

    2006).

    Kondisi lingkungan fisik ruang rawat jalan juga mempengaruhi

    psikologis pasien. Ruang rawat jalan yang bising, suhu udara

    terlalu panas, pencahayaan kurang, kebersihan dan kerapian yang

    59

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    16/27

    tidak terjaga akan meningkatkan stress pada pasien. Ruang rawat

    jalan seharusnya bisa membangkitkan optimisme sehingga dapat

    membantu proses penyembuhan pasien (Robby, 2006).

    Tabel 4.13 Hubungan antara Lingkungan Fisik dengan

    Kepuasan Pasien Askes Rawat Jalan

    Lingkungan Fisik

    Kepuasan Pasien AskesRawat Jalan Total P

    ValueTidak Puas Puas

    N % n % N %

    Tidak Nyaman 19 61,3 12 38,7 31 1000,000

    Nyaman 5 12,8 34 87,2 39 100

    Jumlah 24 34,3 46 65,7 70 100

    Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa diantara pasien

    yang tidak puas terhadap pelayanan askes rawat jalan, proporsi

    tertinggi terdapat pada responden yang menyatakan lingkungan

    tidak nyaman (61,3%) dibandingkan dengan responden yang

    menyatakan lingkungan fisik nyaman (12,8%), sedangkan pada

    pasien yang puas terhadap pelayanan askes rawat jalan proporsi

    tertinggi terdapat pada pasien yang menyatakan lingkungan fisik

    nyaman (87,2%) dibandingkan dengan pasien yang menyatakan

    lingkungan fisik tidak nyaman (38,7%).

    60

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    17/27

    Hasil Chi square diperoleh nilai p = 0,000 (lebih kecil dari =

    0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

    bermakna antara lingkungan fisik dengan kepuasan pasien askes

    rawat jalan di RSUD Sangatta tahun 2011.

    Hubungan antara Hubungan Pasien dengan Petugas

    Dengan adanya sikap saling menghargai antara petugas

    dengan pasien maka petugas akan lebih responsif dan tanggap

    terhadap pasien, dengan lebih memberikan perhatian dan

    mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan oleh pasien.

    Dalam suasana yang responsif ini, pasien juga akan lebih terbuka

    dan merasa nyaman dalam menyampaikan keluhan yang

    dirasakan sehingga dengan begitu akan tercipta komunikasi yang

    baik (Wijono, 1999).

    Tabel 4.14 Hubungan antara Hubungan Pasien dan Petugas

    dengan Kepuasan Pasien Askes Rawat Jalan

    HubunganPasien dan

    Petugas

    Kepuasan Pasien AskesRawat Jalan Total P

    ValueTidak Puas Puas

    N % N % N %

    Tidak Baik 16 64,0 9 36,0 25 1000,000

    Baik 8 17,8 37 82,2 45 100

    Jumlah 24 34,3 46 65,7 70 100

    Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi

    responden yang tidak puas terhadap pelayanan askes rawat jalan

    dan menyatakan hubungan pasien dengan petugas tidak baik

    (64%) dibandingkan dengan responden yang menyatakan

    61

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    18/27

    hubungan pasien dengan petugas baik (17,8%). Demikian halnya

    pada responden yang puas terhadap pelayanan askes rawat jalan,

    proporsi tertinggi terdapat pada pasien yang menyatakan

    hubungan pasien dengan petugas baik (82,2%) dibandingkan

    dengan pasien yang menyatakan tidak baik (36%).

    Hasil uji Chi square diperoleh nilai p = 0,000 (lebih kecil dari =

    0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

    bermakna antara hubungan pasien dan petugas dengan kepuasan

    pasien askes rawat jalan di RSUD Sangatta tahun 2011.

    D. Pembahasan

    Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data maka dilakukan

    pembahasan hasil penelitian sesuai dengan variabel yang diteliti. Dari

    hasil yang diperoleh diketahui bahwa menjadi responden terbanyak

    yang menggunakan kartu Askes adalah perempuan dengan

    persentase 51,4%. Kisaran usia terbanyak adalah 29 tahun 34 tahun

    dengan persentase 31,5%. Untuk kepuasan pasien Askes rawat jalan

    yaitu sebesar 65,7% yang merasa puas dengan pelayanan yang ada

    di RSUD Sangatta. Dari segi jenjang pendidikan tinggi sebanyak 57%

    responden di Wilayah kerja RSUD Sangatta dan 13% responden

    memiliki jenjang pendidikan yang rendah. Dilihat dari segi pekerjaan

    sebagai pelajar 8,6% responden, IRT 11,4% dan swasta 20,0%

    responden sedangkan yang bekerja sebagai PNS sebesar 58,6%

    responden dan 1,4% responden bekerja menjadi petani.

    62

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    19/27

    Jika dilihat dari akses masyarakat yang ada di Wilayah Sangatta ke

    pusat pelayanan kesehatan, bahwa masyarakat di daerah sandaran

    cukup jauh untuk menjangkau ke pusat pelayanan kesehatan tersebut.

    Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang diperlukan,

    masyarakat membutuhkan jasa angkutan umum dengan biaya yang

    relatif mahal untuk menuju ke RSUD Sangatta.

    1. Hubungan antara Jenis Penyakit dengan Kepuasan Pasien

    Askes Rawat Jalan

    Dalam mendiagnosa penyakit pasien, seorang dokter tidak

    selalu mencantumkan istilah kronis ataupun akut, kecuali pada

    keadaan tertentu yang bersifat khusus atau untuk membedakan

    bahwa suatu penyakit memiliki dua bentuk yaitu bentuk kronis

    dan bentuk akut.

    Kronis merupakan gangguan atau penyakit yang

    berlangsung lama (dalam kurun waktu bulan dan tahun) sehingga

    sering disebut sebagai penyakit menahun misalnya diabetes

    mellitus, sedangkan akut adalah suatu gangguan atau penyakit

    yang timbul secara cepat atau berlangsung dalam waktu singkat

    (tidak lama) biasanya dalam kurun waktu jam, hari bahkan

    minggu contohnya infeksi saluran pernapasan akut (Sarafino,

    2004).

    Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden

    antara penyakit kronis dan akut pada pasien yang tidak puas

    63

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    20/27

    hampir sama yaitu 35% dan 34%. Demikian halnya pada

    responden yang puas, proporsi responden dengan penyakit kronis

    dan akut juga hampir sama yaitu 65% dan 66%.

    Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh

    anjaryani, 2009 yang menyatakan tidak adanya hubungan antara

    jenis penyakit dengan kepuasan pasien di RSUD Tugurejo

    Semarang dengan nilai signifikansi yaitu 0,981.

    Dengan demikian, hal ini sesuai berdasarkan hasil penelitian

    yang telah dilakukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

    antara jenis penyakit dengan kepuasan pasien askes rawat jalan

    di RSUD Sangatta tahun 2011.

    Tidak meratanya kepuasan yang dirasakan oleh responden

    dengan penyakit akut dan responden dengan penyakit kronis

    terjadi karena adanya petugas yang kurang menghormati serta

    menghargai pasien, misalnya tidak menanggapi pertanyaan yang

    diberikan saat pasien bertanya.

    2. Hubungan antara Lingkungan Fisik dengan Kepuasan Pasien

    Askes Rawat Jalan

    Kualitas pelayanan dalam Rumah Sakit dapat ditingkatkan

    apabila didukung oleh peningkatan kualitas fasilitas fisik. Ruang

    tunggu bagi pasien rawat jalan merupakan salah satu wujud

    64

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    21/27

    fasilitas fisik yang penting keberadaannya bagi pasien (Santosa,

    2006).

    Kondisi lingkungan fisik ruang rawat jalan juga

    mempengaruhi psikologi pasien. Ruang rawat jalan yang bising,

    suhu udara terlalu panas, pencahayaan kurang, kebersihan dan

    kerapian yang tidak terjaga akan meningkatkan stress pada

    pasien. Ruang rawat jalan seharusnya bisa membangkitkan

    optimisme sehingga dapat membantu proses penyembuhan

    pasien (Robby, 2006).

    Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan fisik

    berhubungan dengan kepuasan pasien askes rawat jalan di

    RSUD Sangatta, diperoleh hasil sebanyak 34 responden yang

    merasa nyaman dan sebesar 87,2% menyatakan puas dengan

    pelayanan kesehatan di RSUD Sangatta.

    Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden yang

    merasa nyaman dengan tersedianya gorden penyekat pada

    ruang periksa sehingga privasi pasien tetap terjaga (71%) dan

    adanya kipas atau AC untuk mengurangi rasa panas di ruang

    tunggu (65,7%).

    Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan yang

    bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan

    kesehatan bagi masyarakat. RSUD Sangatta berusaha untuk

    menciptakan suasana yang nyaman dan lingkungan yang bersih,

    65

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    22/27

    agar pasien merasa aman dan tenang dalam mendapatkan

    pelayanan.

    Dapat dilihat dari keadaan Rumah Sakit, jika dilihat dari

    kondisi RSUD yang mempengaruhi kepuasan lingkungan fisik

    yaitu adanya pencahayaan yang cukup dalam ruangan (64,3%),

    sirkulasi udara yang baik (64,3%) dan tersedianya TV di ruang

    tunggu untuk mengurangi kebosanan (61,4%).

    Masalah pencahayaan merupakan salah satu faktor penting

    dalam perencanaan ruang, sebab intensitas cahaya perlu diatur

    untuk menghasilkan kesesuaian kebutuhan penglihatan di dalam

    ruangan berdasarkan jenis aktifitasnya. Oleh karena itu arah

    cahaya beserta efek-efek pantulan atau pembiasannya perlu

    diatur untuk menciptakan kenyamanan penglihatan ruang

    (Santosa, 2006)

    Sama halnya dengan pencahayaan, sirkulasi udara di

    Rumah Sakit juga penting untuk dicermati sebab berhubungan

    langsung dengan kenyamanan tubuh manusia. Disamping

    menyuplai udara segar untuk pernapasan dan metabolisme

    tubuh, sirkulasi udara yang baik juga berkaitan dengan

    terciptanya suhu ruangan yang kondusif bagi tubuh sehingga

    energi dari dalam tubuh tidak akan terkuras untuk beradaptasi

    dengan perbedaan suhu ruang (Santosa, 2007).

    66

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    23/27

    Dari hasil penelitian ini diketahui juga bahwa dari total

    responden yang merasa nyaman terdapat 5 responden 12,8%

    menyatakan tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh

    RSUD Sangatta. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kebersihan di

    ruang poliklinik (20%) dan ruang tunggu (18,5%), selain itu

    kondisi toilet pasien yang kurang bersih serta menimbulkan bau

    (18,6%).

    Jika ditinjau dari segi situasi RSUD Sangatta diketahui

    bahwa toilet dalam keadaan kurang bersih dikarenakan belum

    ada sarana air bersih seperti ledeng.

    Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Rustani di Surakarta yahun 2003 yang menyatakan bahwa tingkat

    kepuasan pengguna jasa disebabkan oleh lingkungan fisik

    Rumah Sakit, ini berarti bahwa untuk wilayah kerja RSUD

    Sangatta responden merasa bahwa lingkungan fisik merupakan

    penyebab utama mereka merasa puas atau tidak dengan

    pelayanan yang diberikan oleh RSUD Sangatta. Kepuasan

    konsumen adalah apa yang dirasakan setelah mendapatkan jasa

    pelayanan sama dengan atau lebih dari apa yang diharapkan

    (Tjiptono, 2008).

    3. Hubungan antara Hubungan Pasien dan Petugas dengan

    Kepuasan Pasien Askes Rawat Jalan

    67

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    24/27

    Sikap merupakan salah satu contoh hubungan petugas

    kesehatan denga pasien yang di realisasikan dalam sikap yang

    baik. Dimana ada rasa saling menghargai yaitu sikap

    menghormati orang lain dengan menganggap penting apa yang

    dianggap penting oleh pasien, sehingga dengan adanya sikap

    saling menghargai antara petugas kesehatan dengan pasien

    dengan lebih memberikan perhatian dan mendengarkan

    keluhan-keluhan yang disampaikan pasien (Pohan, 2006).

    Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai

    kecenderungan untuk berespons (secara positif atau negatif)

    terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung

    suatu penilaian emosional atau efektif (senang, benci, sedih

    dsb), disamping komponen kognitif (pengetahuan tentang objek

    itu) serta aspek konatif (kecenderungan bertindak positif atau

    negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda

    seperti sangat benci, agak benci dsb). Sikap itu tidaklah sama

    dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan

    sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang

    memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya.

    Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya

    tambahan informasi tentang objek tersebut., melalui persuasi

    serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2004).

    68

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    25/27

    Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatik,

    2008 yang menyatakan adanya hubungan antara hubungan

    pasien dan petugas kesehatan dengan kepuasan pasien di

    Rumah Sakit Yogyakarta dengan nilai signifikansi yaitu 0,002.

    Dengan demikian, hal ini sesuai dengan hasil penelitian

    yang telah dilakukan bahwa ada hubungan yang bermakna

    antara hubungan pasien dan petugas dengan kepuasan pasien

    askes rawat jalan di RSUD Sangatta tahun 2011.

    Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Sangatta menyatakan

    bahwa responden yang memiliki hubungan baik dengan

    petugas sebanyak 37 responden (82,2%) menyatakan puas

    dengan pelayanan yang diberikan oleh RSUD Sangatta.

    Menurut responden hubungan baik dengan petugas

    disebabkan karena petugas yang selalu siap membantu ketika

    pasien membutuhkan informasi yang diperlukan (74,3%) dan

    petugas yang melayani dengan penuh perhatian dan ada rasa

    simpati terhadap kondisi kesehatan pasien (72,9%).

    Ditinjau dari segi hubungan pasien dengan petugas, situasi

    ini sejalan dengan pengamatan penelliti yang mana petugas

    senantiasa memberikan waktu untuk menanggapi berbagai

    pertanyaan yang d ajukan pasien seputar pelayanan kesehatan

    yang ada di RSUD Sangata. Selain itu petugas dengan tenang

    69

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    26/27

    dan sabar mendengarkan dan menerima keluhan-keluhan yang

    disampaikan oleh pasien.

    Dimensi hubungan antar manusia berkaitan dengan interaksi

    antara petugas kesehatan dan pasien, manajer dan petugas

    dan antar tim kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antar

    manusia yang baik menanamkan kepercayaan dan kredibilitas

    dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati,

    responsif dan memberi perhatian, selain itu mendengarkan

    keluhan dan berkomunikasi secara efektif juga penting.

    Hubungan antar manusia yang baik akan mempunyai andil

    yang besar dalam konseling yang efektif, sedangkan hubungan

    antar manusia yang kurang baik akan mengurangi efektifitas

    dan kompetensi teknis pelayanan kesehatan. Pasien yang

    diperlakukan kurang baik cenderung mengabaikan saran serta

    nasehat petugas kesehatan dan dapat berdampak pada

    ketidakpuasan (Wijono, 1999).

    Menurut Indar (2001), sikap petugas memegang peranan

    penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, hal ini

    dapat dilihat dari fungsi petugas kesehatan yaitu memberikan

    pelayanan kepada pasien. Selain itu petugas harus bersikap

    ramah dan baik kepada pasien, sebab gerak gerik petugas

    selalu dinilai oleh pasien. Terkadang sikap petugas dipandang

    70

  • 8/6/2019 BAB IV (26 JULI)

    27/27

    tidak ramah dan judes oleh pasien, hal ini disebabkan oelh

    sikap petugas yang kurang baik.

    Dari hasil pengolahan data juga diketahui bahwa dari total

    responden yang memiliki hubungan tidak baik dengan petugas

    16 responden ((64%) menyatakan tidak puas dengan pelayanan

    kesehatan yang diberikan oleh RSUD Sangatta. Kondisi ini

    terjadi karena menurut responden ada beberapa petugas yang

    bersikap kurang menghormati dan menghargai pasien saat

    memberi pelayanan (2,9%) serta petugas yang melayani pasien

    dengan sikap yang berbeda antara pasien umum dengan

    pasien askes (15,7%).

    Menurut pengamatan di lokasi penelitian bahwa petugas

    kesehatan tidak bersikap ramah dalam memberikan pelayanan

    kepada pasien, hal ini didukung oleh pernyataan dari petugas

    kesehatan berdasarkan wawancara, dimana mereka

    membenarkan hal tersebut. Alasan mereka bersikap kurang

    ramah kepada pasien pada saat memberikan pelayanan

    kesehatan yaitu karena sikap pasien yang kurang sopan, tidak

    mau mengikuti anjuran yang diberikan dan pasien yang ingin

    cepat dilayani walaupun tidak sesuai dengan ketentuan atau

    prosedur yang sudah ditetapkan.

    71