BAB I.II,II.IV,ok.docx
-
Upload
luiz-paris-antika -
Category
Documents
-
view
177 -
download
14
Transcript of BAB I.II,II.IV,ok.docx
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk memaksimalkan teoritis yang dilaksanakan di tempat pendidikan
atau kampus, maka diadakan praktek kerja lapangan di P.T. MURTI INDAH
SENTOSA untuk merealisasikan dengan karyawan di lapangan, karena teori
tanpa praktek akan terjadi penerawangan dan juga sebaliknya praktek tanpa
teori bagaikan orang buta yang sedang berjalan.
kedudukan mahasiswa tidak akan lepas dari perkembangan teknologi
yang semakin canggih, dari waktu ke waktu telah mengalami perkembangan
yang semakin pesat di semua bidang dan kita di tuntut untuk mengikuti
perkembangan tersebut. termasuk perkembangan alat kedokteran. Dan hal ini
untuk mengetahui perkembangan terakhir alat kedokteran yang baru, modern
dan tercanggih di kelasnya sehingga tercetak SDM yang ahli dan terampil di
dalam pemamfatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Dengan adanya perkembangan alat kedokteran ini maka dapat
memberikan kemudahan bagi tenaga medis dalam mendiaknosa dan terapi
terhadap suatu penyalit dengan secara deail.
Untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dalam biddang kedokteran
tersebut, di butuhkan manusia-manusia pembangunan yang terampil dan
tanggap terhadap kemajuan teknologi, sehingga sasarana pembangunan
nasional seperti yang digariskan dalm garis-garis besar haluan Negara dapat
segera terwujud yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
1
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan dari kerja lapangan ini adalah :
1. Mengetahui system kerja clinac sebagai alat kedokteran yang memanfaatkan
radiasi sebagai pengion, hingga mampu mematikan sel-sel kanker, melalui
proses pengendalian besaran dosis yang diberikan.
2. mengkaji radiasi yang keluar dari system alat clinac
1.3 Batasan masalah
1. Tidak mengkaji permasalahan kerusakan alat clinic
2. Dari system kinerja alat clinic hanya cara kerja alat saja yang saya jelaskan
dan tidak secara perhitungan teori.
3. tidak di jelaskan bagaimana cara instalasi alat clinic.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, maksud tujuan dan batasan masalah
BAB II : PT. MURTI INDAH SENTOSA
Bab ini berisikan sejarak perusahaan, struktur organisasi, dan Standard
Operating Prosedur.
BAB III : LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan teori dari radiotherapy, sinar x dan radiasi
BAB IV: DATA DAN ANALISA
Bab ini berisikan uraian data dari analisa dari alat clinic seperti
radiotherapy dan paparan radiasi
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisaikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat dari hasil
penelitian
2
BAB IIP.T. MURTI INDAH SENTOSA
1.1 Sejarah dan Keadaan Umun PT. Murti Indah Sentosa
Dalam hal ini malayani dan meningkatka derajat kesehatan masyarakat,
maka dalam bidang kedokterran dibutuhkan perlatan dalam untuk memberikan
terapi pengobatan, diagnostic(pemeriksaan) agar dapat memberikan pelayanan
kepada madayarakat secara semaksiamal mungki. Sehingga PT. MURTI INDAH
SENTOSA terpanggil memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk
perdagangan dan perbaikan peralatan kedokteran. yang berdiri pada tanggal 3
november 1982 oleh IR. atik sutisna yang sekaligus sebagai direktur utama PT.
MURTI INDAH SENTOSA.
Karena meningakatnya kualitas dan kuantitas dan peralatan kedoktran
serata diiringi dengan jumlah karyawan yang bertambah besar, maka di perlukan
gedung perkantoran yang besar sehingga pada tahun 1983 pindah kedaerah
pulomas dan pada tahunn 1985 pimdah lagi kedaerah tanah abang di geduugn
perkantoran FAKHRUDIN No. 11-13. dan sekaran PT. MURTI INDAH SENTOSA
sudah pempunyai kedung perkantoran sendiri di wisma murti yang beralamatkan
jl. Sultan iskandar muda kav.29 arteri pondok pinang kebayoran lama Jakarta
selatan.
PT. MURTI INDAH SENTOSA di bawah bendera TOSHIBA yang merupakan
produsen peralatan kedokteran yang di perdagangkan oleh PT. MURTI INDAH
SENOSA selaku supplier , Karen seiring dengan semakin komplek berbagai
penyakit yang perlu penanganan sedini mungkin untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat semaksismal mungkin pula, maka dibutuhkan peralatan
sesuai dengan keperluan nya baik diagnostic maupun terapi sertah untuk
menmbah perbendaharaan pralatan kedokteran sehingga dilakukan kerja sam
dengan berbagai produsen lain berbagai merk guna memenuhi permintaan
dunia medis.
3
Melalui perusahaan inilah sudah banyak peralatan kedokteran berbagai
merk dari negra-negara produsen telah di supply dan untuk mempermidah
pelayanan PT. MURTI INDAH SENTOSA membuka cabang dikota-kota besar pulau
jawa seperti semarang, bandung, dan Surabaya.
1.2 Struktur Organisasi PT. Murti Indah Sentosa
Dalam penyusunan struktur organisasi perusahaan adanya pertimbangan
adanya kesamaan factor tugas yang digabung dalam suatu kelompok kerja,
sehingga fungsi dan tugas dapat menunjang, di samping itu juga dasar pemikiran
berupa :
1. Struktur organisasi hanya terdiri dari tinggkat management yang sederhana, agar
operasional kerja terjalin sedemikian rupa sehingga garis komando dan garis
komunitas vertical menjadi singkat dan tegas.
2. beberapa fungsi karena penentuan prioritas akan diisi oleh tenaga yang
berkemampuan secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan, tetapi fungsi
tersebut sejak awal sudah di tetapkan dan disertakan dalam orrganisasi
perusahaan.
3. pertimbangan efesiensi berperan lebih dinamis, karenanya dinamisasi struktur
organisasi peusahaan tetap terpelihara dan pengambilan keputusan mudah
untuk dilaksanakan secara tepat dan efektif.
Gambar 2.1 : Struktur organisasi PT. MURTI INDAH SENTOSA
4
PRESIDE DIREKTUR
SUPPORT DEPARTEMENTDEVELOPMENT DEPARTEMENT
OPERASIONAL DEPARTEMENT
Presiden Direktur PT. MURTI INDAH SENTOSA adalah Ir. ATIEK SUTISNA yang
membawahi tiga department yang terdiri dari :
a. Operasional Departement, yang berfunsi :
memasarkan dan melakukan pemasangan (instalasi)
Pemeliharaan dan perbaikan terhadap seluruh produk yangf di supli PT. MURTI
INDAH SENTOSA yang berupa peralatan kedokteran berupa nbaik untuk terapi
maupun daknostik.
b. Support Departement
Yang berfunsi untuk masalah administrasi dan keuangan perusahaan secara
keseluruhan.
c. Development Departement
Yang bertugas manangani sumber daya manusia dan pengembangan karirnya.
5
STRUCTUR SUPPORTING DEPARTEMENT
Gambar 2.2 : Struktur Organisasi Support Departement
6
SUPPORT DEPARTEMENT
ACCONTING DIVISION
FINANCE DIVISION WERE HOUSE DIVISION
EQUITMENT INVENTORY
SPARE PART INVENTORY
EXPORT IMPORT & BANK
ACCONT RECEIVABLE
ACCONT PAYBLE
DEVELOPMENT DEPARTEMENT
PEOPLE RELATION DEPARTEMENT
GENERAL AFFAIR DIVISION
PERSONEL
GENERAL AFFAIR
BUILDING TRAFFIC
Gambar 2.3 : Struktur Organisasi Operasional Departement
7
OPERASIONAL DEPARTEMENT
BRANCH COORNINATOR
PROJECT SALES DIVISION
MILITARY PROJECT
GOVERNMENT PROJECT
PRIVATE PROJECT
RETAIL SALES DIVISION
RADIOLOGY
OBOY INTERNIST
CARDIOLOGY NEOROLOGY
CSSD - LASER
REHABILITATION HYDROTHERAPHY
DENTAL
CONSUMABLE
SURGARY OPERATING THEATHER
SERVICE DIVISION
USG & CT SCAN
X-RAY & RADIOTHERAPHY
MRI & NON IMAGING
SALES SUPPORT DIVISION
PRODUCT SPECIALIST
APLICATION SPECIALIST
Tempat PKL penulis adalah pada service division yang meupakan bagian dari
garis komando dari garis organisasi opereson department. Service division
bertugas melayani pelayanan purna jual kepada komsumen, baik untuj unstalasi
pemasangan, pemeliharaan maupun perbaikan alat, yang mempunayi tiga seksi
yaitu:
Seksi I menangani peralatan CT Scan dan USG
seksi II menangani peralatan x-ray dan radioteerapi
seksi III menangani peralatan MRI dan Non Imaging
2.3 Kepegawaian
Dalam pengolahan karyawan perusahaan menjadi dua status kepegawaian, yaitu
:
1. Karyawan tetap, karyawan yang sudah lama bekerja.
2. Karyawan tidak tetap, karyawan baru yang masih dalam masa percobaan selama
3 bulan, PT. MURTI INDAH SENTOSA dalam hal menangani penerimaan karyawan
baru kepegawaian dilaksanakan langsung oleh perusahaan, sebelum di teriam
menjadi karyawan, maka :
a. Pelamar harus mengikuti tes terlebih dahulu yang di berikan oleh perusahaan.
b. Apabila pelamar dinyatakan lulus, mka status menjadi karyawan tidak tetap
selama tiga bulan, sebagai masa percobaa.
c. Pihak perusahaan menginginkan karyawan bekerja selama-lamanya, dalam hal
ini tergantung loyalitas dan dedikasi karyawan terhadap perusahaan, dan juga
perusahaan bisa menginginkan sebaliknya.
8
2.4 Tunjangan Kesejahteraan Pegawai
berdasarkan status kepegawaian karyawan, misalnya saja beberapa contoh
tunjamgan berikut ini :
1. Tunjangan hari raya di berikan kepada semua karyawan, di bedakan berdasarkan
status karyawan, sesuai dengan masa kerja.
2. Tunjangan transport diberikan kepada semua karyawan.
3. Tunjangan kesehatan di berikan kepada karyawan yang berstatus karyawan
tetap.
2.5 Disiplin Kerja
PT. MURTI INDAH SENTOSA telah meraih kesuksesan dan terus maju mengikuti
perkembangan teknologi. hal ini dapat tercapai karna kerja keras dan disiplin
kerja yang di tetapkan perusahaan, peraturan itu diantaranya :
1. Waktu kerja perusahaan di tetapkan sebagai berikut :
a. Hari Senin s/d jum’at : jam 08.15 – 17.15
b. Hari Sabtu & Minggu : Libur
2. Karyawan / Karyawati wajib mencatat kehadiran kerjanya pada timer recorder
atau daftar hadir yang disediakan perusahaan, baik waktu masuk maupun waktu
pulang kerja.
9
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Radioteraphy
Pesawat Radioteraphy Linear Accerelator atau disebut juga LINAC, mulai
diperkenalkan sejak tahun 1960-an. Oncology adalah bidang ilmu kedokteran
yang memanfaatkan sumber radiasi bagi pelayanan kesehatan masyarakat, salah
satu departemen didalam Rumah Sakit yang menangani pemanfaatan ini adalah
Radioteraphy yakni memanfaatkan sifat radiasi sebagai pengion, hingga mampu
mematikan sel-sel kanker, melalui proses pengendalian besaran dosis yang
diberikan.
Alat pembangkit sinar radiasi ini biasa disebut dengan LINAC ( Linear
Accerelator ), pesawat ini tidak akan memancarkan radiasi kecuali bila diaktifkan.
LINAC, adalah sebuah alat pembangkit sinar radiasi yang mampu menghasilkan
besaran-besaran energi radiasi berupa photon atau sinar X dan energi radiasi
berupa elektron. Besarnya energi radiasi yang dipancarkan dalam orde Mega
Volt atau Mega elektron Volt (MV/MeV).
Besarnya out put radiasi yang dihasilkan sangat rentan terhadap bahaya
kecelakaan radiasi, terutama kesalahan mendasar yang timbul pada saat
installasi, akan berakibat fatal baik yang disinari, yang menyinari ataupun orang
lain yang kebetulan berada disekitar alat sedang beroperasi. Untuk itu perlu
memahami beberapa hal yang diperhatikan pada saat proses pemasangan, mulai
dari pra install, install dan post-install, sehubungan dengan kondisi tersebut
diatas maka perlu diadakan sebuah perencanaan dalam rangka mencegah
terjadinya bahaya radiasi yang akan timbul.
10
3.2 Sinar X-ray
3.2.1 Pengertian sinar X
Sinar x adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang listrik, radio, inframerah panas, cahaya, sinar gamma , sinar kosmik
dan sinar ultraviolet tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek.
Penggunaan sinar x adalah sesuatu yang penting untuk diagnosa gigi geligi serta
jaringan sekitarnya dan pemakaian yang paling banyak pada diagnostic imaging
system. Perbedaan antara sinar dengan sinar elektromagnetik lainnya terletak
pada panjang gelombang dimana panjang gelombang pada sinar x lebih pendek
yaitu :
1 A=1/100.000 .000cm ¿10−8cm
Lebih pendek panjang gelombang dan lebih besar fekwensinya maka energi yang
berikan lebih banyak. Energi pada sinar x memberikan kemampuan untuk
penetrasi khususnya gigi, tulang dan jaringan disekitar gigi. Efek dari radiasi
elektromagnetik dalam kehidupan, bervariasi tergantung panjang gelombang,
Gelombang TV dan radio dimana berada di atsmosfir tidak mempunyai efek pada
jaringan manusia. Microwave dengan energi radiasi yang rendah dapat
menghasilkan energi panas dalam jaringan organik yang juga bekerja pada
microwave ovens. Elektromagnetik dengan energi yang sangat rendah dapat
menyebabkan ionisasi seperti yang ada pada MRI (magnetic resonance imaging)
untuk diagnostik. Kemampuan sinar x menghasilkan gambar mengindikasikan
sinar x dapat menembus kulit, jaringan dan tulang.
3.2.2 SIFAT-SIFAT SINAR X
Sinar x mempunyai beberapa sifat fisik yaitu daya tembus, pertebaran,
penyerapan, efek fotografik, fluoresensi, ionisasi dan efek biologik, selain itu,
sinar x tidak dapat dilihat dengan mata, bergerak lurus yang mana kecepatannya
sama dengan kecepatan cahaya, tidak dapat difraksikan dengan lensa atas
prisma tetapi dapat difraksikan dengan kisi kristal. Dapat diserap oleh timah
11
hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda padat,
mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi.
a. Daya tembus
Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus
yang sangat besar seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung
( besarnya KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah
berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya.
b. Pertebaran
Apabila berkas sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar
tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi
hambur) pada bahan atau zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara
menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini maka diantara subjek
dengan diletakkan timah hitam (grid) yang tipis.
c. Penyerapan
Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom
atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat
atomnya makin besar penyerapannya.
d. Fluoresensi
Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink
sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :
1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar x saja.
2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun
radiasi sinar x sudah dimatikan (after – glow).
3. Ionisasi
Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat
menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.
f. Efek biologi
Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
12
biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi. Kesimpulan, sinar x
dihasilkan dengan konversi energi listrik menjadi radiasi, tidak
terlihatpenjalarannya berupa garis lurus, dapat menembus jaringan lunak dan
kerasn sertan mempunyai efek fotografis dengan menghasilkan gambar yang
dapat dilihat.
3.2.3 PEMBUATAN SINAR X
Untuk pembuatan sinar X diperlukan sebuah tabung rontgen hampa udara di
mana terdapat elektron – elektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada
suatu sasaran (target). Dari proses tersebut di atas terjadi suatu keadaan di
mana energi elektron sebagian besar di rubah menjadi panas ( 99% ) dan
sebagian kecil (1 %) menjadi sinar x. Suatu tabung pesawat rontgen mempunyai
beberapa persyaratan yaiatu:
1. Mempunyai sumber electron
2. Gaya yang mempercepat gaya electron
3. Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
4. Alat pemusat berkas electron ( focusing cup )
5. Penghenti gerakan electron
1. Sumber Elektron
Sebagian sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen pada katode di dalam
tabung pesawat rontgen. Pemanasan filament dilakukan dengan suatu
transformator khusus.
2.. Gaya yang mempercepat gerakan electron Gaya tersebut bergantung pada
tegangan yang dipasang pada tabung rontgen
3. Lintasan elektron yang bebas dalam hampa udara
Lintasan ini terjadi dalam ruang yang praktis hampa udara di antara katoda
dan anoda
4. Alat pemusat berkas elektron
13
Alat ini menyebabkan elektron – elektron tidak bergerak terpencar – pencar
tetapi terarah ke bidang focus ( focal spot )
5. Penghenti gerakan elektron
Penghentian gerakan elektron dapat dibedakan atas keeping Wolfarm yang
ada pada anoda yang diam dan piring Wolfarm di atas tangkai molybdenum
pada tabung rontgen anoda berputar. Wolfarm adalah bahan focus yang
mempunyai titik lebur tinggi mencapai 34000C dan no atom 74.
3.2.4 PROSES TERJADINYA SINAR X
Proses terjadinya sinar x adalah sebagai berikut :
a. Katoda (filament) dipanaskan (besar dari 20.0000C) sampai menyala dengan
mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.
b. Karena panas electron-elektron dari katoda (filamen) terlepas.
c. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektronelektron
gerakannya dipercepat menuju anoda yang berpusat di focusing
cup.
d. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada target (sasaran) sehingga
terbentuk panas (99%) den sinar x (1%)
e. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar x, sehingga sinar x
yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.
f. Panas yang tinggi pada target (sasaran) akibat benturan electron dihilangkan
dengan radiator pendingin. Ringkasan terjadinya sinar x Melalui generator yang
membuat aliran listrik dengan potensial tinggi, logam pijar molybdenum
memijar, pada saat tertentu logam pijar tersebut menghasilkan awan elektron
(logam pijar molybdenum disebut sebagai filamen) pada suhu tertentu serta saat
tertentu pula electron-elektron tertarik ke anoda (anoda adalah unsur radioaktif
barium platinum sianida atau tungsten carbide). Dengan kata lain bila anoda
dibombardir oleh electron, akan timbul pancaran sinar radiasi roentgen atau
sinar x, keadaan ini terjadi di dalam tabung vakum Coolidge.
14
Tabung sinar x terdiri dari tabung gelas hampa udara, elektroda positif disebut
anoda dan elektroda positif disebut katoda. Katoda dibalut dengan filament, bila
diberi arus beberapa mA bisa melepaskan elektron. Dengan memberi tegangan
tinggi antara anoda dan katoda maka elektron katoda ditarik ke anoda. Arus
elektron ini dikonsentrasikan dalam satu berkas dengan bantuan sebuah silinder
(focusing cup). Antikatoda menempel pada anoda dibuat dari logam dengan titik
permukaan lebih tinggi, berbentuk cekungan seperti mangkuk. Waktu elektron
dengan kecepatan tinggi di dalam berkas tersebut menumbuk antikatoda,
terjadilah sinar x. Makin tinggi nomor atom katoda maka makin tinggi kecepatan
elektron, akan makin besar daya tembus sinar x yang terjadi. Antikatoda
umumnya dibuat dari tungsten, sebab elemen ini nomor atomnya tinggi dan titik
leburnya juga tinggi (34000C) hanya sebagian kecil energi elektron yang berubah
menjadi sinar x kurang dari 1% pada tegangan 100 kV dan sebagian besar
berubah menjadi panas waktu menumbuk antikatoda. Panas yang tinggi pada
tabung didinginkan dengan menggunakan pendingin minyak emersi / air.
15
Gambar ini menunjukkan proses terjadinya sinar x melalui ilustrasi berikut ini:
Gambar 3.1 : Komponen tabung dental sinar x
Gambar 3.2 : Ilustrasi tabung sinar x, pembentukan kabut electron pada katoda sebagai sirkuit filament. Penyinaran switch terbuka
16
3.3 Radiasi
Radiasi adalah pemancaran/pengeluaran dan perambatan energi menembus
ruang atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel
radiasi terdiri dari atom atau subatom dimana mempunyai massa dan bergerak,
menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan energi kinetik. Beberapa
contoh dari partikel radiasi adalah electron, beta, alpha, photon & neutron.
Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber radiasi
alamiah contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia
yang terdapat pada lapisan kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atsmosfir akibat
terjadinya pergeseran lintasan perputaran bola bumi. Sedangan sumber radiasi
buatan contohnya radiasi sinar x, radiasi sinar alfa, radiasi sinar beta , radiasi
sinar gamma.
17
BAB IV
DATA DAN ANALISA
4.1 LINAC
Pesawat Radioteraphy Linear Accerelator atau disebut juga LINAC, mulai
diperkenalkan sejak tahun 1960-an. Oncology adalah bidang ilmu kedokteran
yang memanfaatkan sumber radiasi bagi pelayanan kesehatan masyarakat, salah
satu departemen didalam Rumah Sakit yang menangani pemanfaatan ini adalah
Radioteraphy yakni memanfaatkan sifat radiasi sebagai pengion, hingga mampu
mematikan sel-sel kanker, melalui proses pengendalian besaran dosis yang
diberikan.
Alat pembangkit sinar radiasi ini biasa disebut dengan LINAC ( Linear
Accerelator ), pesawat ini tidak akan memancarkan radiasi kecuali bila diaktifkan.
LINAC, adalah sebuah alat pembangkit sinar radiasi yang mampu menghasilkan
besaran-besaran energi radiasi berupa photon atau sinar X dan energi radiasi
berupa elektron. Besarnya energi radiasi yang dipancarkan dalam orde Mega
Volt atau Mega elektron Volt (MV/MeV).
Besarnya out put radiasi yang dihasilkan sangat rentan terhadap bahaya
kecelakaan radiasi, terutama kesalahan mendasar yang timbul pada saat
installasi, akan berakibat fatal baik yang disinari, yang menyinari ataupun orang
lain yang kebetulan berada disekitar alat sedang beroperasi. Untuk itu perlu
memahami beberapa hal yang diperhatikan pada saat proses pemasangan, mulai
dari pra install, install dan post-install, sehubungan dengan kondisi tersebut
diatas maka perlu diadakan sebuah perencanaan dalam rangka mencegah
terjadinya bahaya radiasi yang akan timbul.
18
4.1.1 Cara Kerja Clinac
Gambar 4.1. Sistem kerja alat CLINAC.
1. Console; yakni berupa sistem komputer yang mempunyai software yang
berfungsi sebagai pengendali dalam pembangkitan radiasi dengan besaran-
besaran out putnya dapat dipilih pada bagian ini serta mengontrol sistem
mekanisme untuk menentukan gerakan-gerakan gantry dan meja pasiennya
(Patient couch) dan sebagainya.
2. Modulator, yaitu bagian yang berupa kabinet berisi sistem pendistribusian
daya baik berupa tegangan listrik atau sistem frekwensi tinggi berfungsi
untuk memodulasi dan sinkronisasi akselerasi elektron pada akselerator,
supaya didapatkan suatu sistem akselerasi yang optimum.
3. Drive Stand dan Gantry, yaitu berupa sistem mekanisme pasif dan aktif,
sistem pasif adalah sitem penyangga bagian yang bergerak atau drive stand,
19
pada bagian ini dilengkapi dengan beberapa sistem penunjang pergerakan-
pergerakan, penguatan frekwensi untuk disuplay ke bagian Gantry, termasuk
juga proses sistem suplay air sebagai pendingin mesin. Sedang sistem aktif
adalah bagian yang bergerak atau gantry yang mampu bergerak berputar 360
arah bolak balik tegak lurus terhadap lantai dengan maksud agar mampu
mengarahkan berkas sinar kepada pasien dari segala arah, yang tentunya
dibantu juga oleh kemampuan pergerakan table. Didalam Gantry ini terdapat
system pembangkit sinar disebut dengan Electron Gun, Pemercepat Berkas
Elektron atau Accelerator dan penentu bentuk berkas yang dihasilkan atau
disebut dengan sistem kolimasi dan dilengkapi dengan multi leaf colimator,
selain itu juga sistem transduser yang mendeteksi dan mengontrol
(memberikan feed back pada sistem) besaran dosis radiasi yang keluar.
4. Meja Pasien (Patient Couch), bagian ini berfungsi untuk memposisikan pasien
ketika bagian mana yang akan disinar dan mengatur jarak objek terhadap
sumber radiasi, maka dirancang sedemikian rupa sehingga mampu melakukan
pergerakan-pergerakan maju, mundur serta berputar secara horisontal terhadap
lantai dengan titik tumpu yang sudah ditentukan.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa LINAC Atau sebut juga CLINAC
adalah “Brand Name” dari alat pembangkit sinar radiasi untuk keperluan
radioteraphy merk VARIAN. Sinar radiasi yang dihasilkan dalam orde Megavolt,
yang merupakan hasil akselerasi berkas radiasi dari sumbernya.
Besarnya energi yang dihasilkan tergantung dari besarnya akselerasi berkas
itu sendiri. Berkas elektron dibangkitkan Electron Gun dipancarkan kedalam
Accelerator untuk diakselerasi sehingga energi radiasi itu sendiri memiliki
penguatan, besarnya akselerasi juga ditentukan oleh Enegy Switch untuk
mendapatkan besaran-besaran energi tertentu yang diharapkan, berkas tersebut
selanjutnya diputar sebesar 270 oleh Bending Magnet yang dibentuk oleh
Steering Coil untuk mendapatkan pancaran berkas yang optimum, berkas yang
dipancarkan dibentuk menjadi berkas yang menyebar dengan bantuan Focal Spot
dan disaring oleh Flatening Filter untuk membentuk berkas yang rata pada
permukaannya. Besaran dosis (dose rate) dari berkas tersebut oleh Ion Chamber
20
diinformasikan kedalam system sebagai feed back yang berfungsi untuk
memonitor besaran dosis yang keluar. Luas lapangan dari berkas yang
dipancarkan diatur oleh Assymetric Jaws atau bisa juga dengan tambahan Multi
Leaf Collimator.
Secara garis besar proses pembentukan radiasi terbagi dalam dua kelompok
Clinac, yaitu model Low Energy (LE) dan High Energy (HE).
a. Low Energy ( LE ).
Energy radiasi hanya berupa photon saja, besarnya 4 dan 6 Mv. Tata letak tabung
dan proses pembangkitan untuk jelasnya dapat dilihat dari gambar berikut :
Gambar 4.2 : Model Clinac low energy.
Keterangan Gambar
1. Electron Gun, berfungsi menyuntik sejumlah elektron kedalam akselerator.
2. Standing Wave Accelerator, berfungsi melakukan proses akselerasi elektron,
untuk menghasilkan pancaran radiasi berenergi tinggi.
3. Magnetron, berfungsi menghasilkan high power microwave yang berfungsi
untuk memodulasi elektron didalam akselerator pada proses percepatannya.
4. 4-Port Circulator, berfungsi untuk menjaga Magnetron terhadap refleksi
microwave dari akselerator.
21
5. Photon Field Flattener, mengubah pancaran elektron menjadi pancaran
photon, dan menjadikan pancaran yang homogen pada tiap sisi permukaan
sinar di kedalaman tertentu.
6. Asymmetric Jaws, terdiri dalam 4 (empat) penahan radiasi (Jaws) yang
masing-masing bekerja sendiri untuk melakukan kolimasi terhadap sinar.
7. Ion Chamber, Terbuat dari dua lapisan chamber yang terpisah, tahan terhadap
pengaruh panas dan tekanan yang berfungsi untuk memonitor besaran radiasi
yang dihasilkan.
Type-type yang termasuk low energy diantaranya CLINAC 600C, CLINAC 600C/D, CLINAC
6EX dan UNIQUE
b. High Energy ( HE )
Sistem ini mampu menghasilkan besaran energi radiasi photon mulai dari 4 MV
hingga 25 MV dan Energi Radiasi Elektron mulai dari 4 MeV hingga 22 MeV .
Besar energi masing-masing dapat dipilih berdasarkan besaran yang sudah
ditentukan. Model ini diantaranya Tata letak tabung dan proses pembangkitannya
dapat dilihat dari gambar berikut :
Gambar 4.3 : Model Clinac High Energy ( HE ).
22
Keterangan gambar :
1. Asymmetric Jaws, terdiri dalam 4 (empat) penahan radiasi (Jaws) yang
masing-masing bekerja sendiri untuk melakukan kolimasi terhadap sinar.
2. Ion Chamber, Terbuat dari dua lapisan chamber yang terpisah, tahan
terhadap pengaruh panas dan tekanan yang berfungsi untuk memonitor
besaran radiasi yang dihasilkan.
3. 10 port Carrousel, beberapa macam pemilihan scatering foil untuk berkas
elektron dan field flatener untuk berkas photon.
4. Achromatic 3-field Bending Magnet, bekerja mengendalikan berkas berputar
270 yang berfungsi untuk meminimalisasi energi yang terbuang saat berkas
di belokan 90 kearah pasien.
5. Real Time Beam Control Steering System, pengendali pemilihan scatering foil
dan field flatener.
6. Focal Spot Size, titik fokus berkas radiasi.
7. Energy Switch, mengendalikan akselerasi elektron pada saat memilih “low”
dan “high” energi.
8. Electron Gun, berfungsi menyuntik sejumlah elektron kedalam akserelator.
4.2 PAPARAN RADIASI
Paparan Radiasi adalah Proses pengukuran radiasi dilakukan ketika system
mulai dapat memancarkan radiasi saat proses instalasi dilakukan, hal ini berguna
untuk mengidentifikasi sementara sisi luar ruangan mana yang perlu mendapat
pengawasan karena pada proses instalasi akan sering dilakukan “Beam On” dalam
rangka uji coba. Apabila terjadi kebocoran radiasi, maka dalam tahap instalasi ini
harus segera diperbaiki.
Selanjutnya paparan radiasi dilakukan setelah unit siap dioperasikan yang
hasilnya dilaporkan kepada BAPETEN sebagai bagian dari persyaratan
mengajukan izin operasi.
23
4.2.1 Pengukuran Laju Paparan Sekeliling Ruangan radioteraphy.
Pengukuran dilakukan diluar ruangan treatment atau dibalik
tabir/dinding yang membatasi antara ruangan treatment (ruangan mesin)
dengan ruang yang memungkinkan orang lain berada diseitarnya seperti
ruang kontrol operator atau bagian luar sekeliling ruangan treatment.
Pengukuran-pengukuran tidak hanya dilakukan pada bagian garis besar bagian
luar sekeliling ruangan treatment, tapi lebih terperinci lagi harus dilakukan pada
bagian-bagian yang memungkinkan terjadinya kebocoran, seperti pada daerah
pintu keluar dan lubang-lubang yang menghubungkan bagian dalam ruangan
keluar.
4.2.2 Peralatan Kerja Radioteraphy
Dalam hal peralatan kerja untuk proteksi radiasi, maka disediakan antara lain :
1. 5 (lima) buah Survey Meter / Radiation Alert dengan jenis pengukuran
paparan searah, dan setiap tahunnya dikalibrasi Batan, sama halnya dengan
Survey Meter Baby Line, maka Radiation Alert ini juga diukur dengan alat-
alat, bahan penyinar dan cara yang sama pula dengan hasil dapat dilihat pada
lampiran.
Gambar 4.4 survey meter
24
2. 7 (tujuh) buah Film Badge yang digunakan Pekerja Radiasi sehari-hari,
sehingga setiap satu bulan sekali besar radiasi terakumulasi pekerja radiasi
dapat dikontrol.
Gambar 4.5 : Film Badge
3. Tanda Radiasi yang disediakan berupa beberapa stiker Tanda Radiasi, ada
pula tanda radiasi berupa warning lamp yang akan menyala apabila terjadi
treatment didalam ruangan.
4. (empat) buah monitor radiasi perorangan(pocket dosimetry) yang digunakan
untuk pemonitoran radiasi secara langsung radiasi yang diterima oleh pekerja
radiasi
Gambar 4.6 : Pocket dosimetry
25
5. Lead Apron, yang berguna untuk menahan radiasi perorangan, menjaga dari
kemungkinan-kemungkinan terjadi kebocoran radiasi pada saat pertama kali
uji coba expose dan untuk digunakan dalam keadaan darurat.
Gambar 4.7 : Lead Apron
4.2.3 Proteksi Radiasi dan Keselamatan Radiasi.
Proteksi Radiasi dan Keselamatan Radiasi adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan yaitu tentang
proteksi radiasi, perlu diketahui oleh setiap pekerja radiasi terhadap
kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion, sementara
kegiatan yang memerlukan pemakaian sumber radiasi pengion masih tetap
dapat dilaksanakan. Akibat negatif ini disebut Somatik apabila diderita oleh
orang yang terkena radiasi, dan disebut akibat genetik apabila dialami oleh
keturunannya. Untuk itu program ALARA harus menjadi prinsip dalam
menjalankannya maka untuk itu perlu memahami prinsip dasar proteksi radiasi.
Prinsip Dasar Proteksi Radiasi.
Efek yang terjadi akibat radiasi ini dibagi dalam dua jenis, yakni Efek
Stokastik dan Efek Non- Stokastik. Efek Stokastik adalah akibat dimana
kemungkinan terjadinya efek tersebut merupakan fungsi dari dosis radiasi yang
diterima oleh seseorang tanpa suatu nilai ambang, sedangkan Efek Non-Stokastik
adalah akibat dimana tingkat keparahan dari akibat radiasi ini tergantung pada
dosis radiasi yang diterima , oleh karena itu diperlukan suatu nilai ambang atau
26
nilai batas dosis tertentu yang di-equivalent-kan. Dalam Proteksi Radiasi, efek
keturunan adalah efek stokastik. Masalah utama dalam proteksi radiasi pada
penerimaan dosis rendah adalah penyakit kanker yang merupakan resiko
somatik stokastik pada dosis rendah. Beberapa efek somatik non stokastik
bersifat khas untuk jaringan biologi tertentu, misalnya katarak pada lensa mata,
kerusakan non malignan pada kulit, kerusakan sel pada sumsum tulang merah
yang mengakibatkan kelainan darah dan kerusakan sel kelamin yang
mengakibatkan kemandulan. Agar akibat non stokastik tidak terjadi, diperlukan
adanya nilai batas dosis seluruh jaringan tubuh. Untuk semua perubahan ini
tingkat keparahannya tergantung pada dosis yang diterima, oleh karena mungkin
terdapat nilai dosis ambang, dimana dibawah nilai ini tidak terlihat adanya akibat
yang merugikan.
Tujuan keselamatan radiasi adalah membatasi peluang terjadinya akibat
Stokastik atau resiko akibat pemanfaatan radiasi yang dapat diterima oleh
masyarakat dan mencegah terjadinya akibat non-stokastik atau dari radiasi yang
membahayakan seseorang. Untuk itu 3 (tiga) prinsip dasar proteksi radiasi harus
dipahami oleh setiap pekerja radiasi untuk mengurangi bahaya radiasi eksterna
yaitu : Jarak, Waktu dan Shelding/Perlindungan.
a. Faktor Jarak.
Pengaturan jarak adalah salah satu cara untuk melindungi seseorang dari
bahaya radiasi eksterna. Semakin besar Jarak, laju dosis juga semakin berkurang.
Hubungan laju dosis untuk sumber titik dan jarak dari sumber dirumuskan
sebagai berikut :
D = k/d2
D = Laju Dosis
d = Jarak dari sumber
k = Nilai konstanta untuk sumber radioaktif.
27
Hubungan persamaan tersebut dapat disebut juga hukum kuadrat terbalik , dan
dapat ditulis :
D d2 = k
Karena k adalah konstanta untuk sumber tertentu, jika sumber tidak berubah,
persamaan dapat ditulis :
D1 d12 = D2 d2
2
Dengan : D1 = laju dosis pada jarak d1 dari sumber.
D2 = laju dosis pada jarak d2 dari sumber.
Suatu sumber radiasi dianggap sebagai Sumber Titik apabila jarak dari sumber
paling sedikit 10 kali dimensi sumber. Pada Proteksi Radiasi, jarak sering dipakai
untuk mengurangi paparan radiasi, misalnya dengan menggunakan Tang Panjang
(Long Tong).
Contoh:
1. Laju dosis pada jarak 2 meter dari sumber Gamma ialah 125 Sv/jam
Pada jarak berapa sumber Gamma tersebut akan memberikan laju dosis sebesar 5
Sv/jam ?
Jawab : Diketehui D1 = 125 Sv/jam.
d1 = 2 meter.
D2 = 5 Sv/jam.
Rumus : D1d1 = D2 d2
125 Sv/jam x 22 m = 5Sv/jam x d2 m
d2 = (125 x 4)/5
d = V100
d = 10 m
maka besar laju dosis 5 Sv/jam terdapat pada jarak 10 meter.
Dengan dilakukan pengukuran terlebih dahulu besaran dosis pada jarak tertentu
dari titik sumber radiasi, seperti contoh diatas seperti sedang melakukan exposure
28
pasien. Maka akan diperoleh jarak-jarak aman (daerah aman) dari radiasi yang
menjadi “warning” bagi petugas radiasi untuk memberi tahukan orang-orang
bukan pekerja radiasi yang kebetulan berada disekitarnya. Adapun untuk tingkat
keamanan radiasi terhadap pasien karena jarak yang sangat dekat dengan sumber
radiasi, maka ini akan diperhitungkan dengan cara lain.
b. Faktor Shielding.
Pemasangan Shielding atau Perisai pada sumber radiasi merupakan cara praktis
untuk mengurangi laju dosis. Dengan metoda ini laju dosis dapat dikurangi,
sementara pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik pada jarak tidak terlalu jauh
dari sumber. Untuk keperluan-keperluan tertentu, bahan dan tebal tertentu harus
diperhitungkan. Adapun tebal dan jenis bahan perisai tergantung pada :
1. Jenis dan energi radiasi.
2. Aktifitas sumber.
3. Laju dosis yang dapat diterima setelah radiasi melewati perisai.
Sebagai contoh partiker Alfa () memiliki daya jangkau yang pendek di udara
(beberapa cm) dan mudah diserap sehingga tidak memerlukan perisai, partikel
Beta () energi rendah; misalnya Tritium-3 ( energi maksimum 0,019 MeV)
mudah diserap dan tidak memerlukan perisai. Sedang partikel Beta energi tinggi;
misalnya Phospor-32 (energi maksimum 1,7 MeV) memiliki daya tembus relatif
tinggi. Apabila partikel Beta yang dipancarkan oleh Phospor-32 ini berinteraksi
dengan perisai; khususnya yang memiliki nomor atom besar akan dihasilkan
radiasi Bremstahlung. Karena alasan tersebut maka perisai partikel Beta disusun
dari bahan dengan nomor atom rendah; misalnya perspeks, sehingga akan
mengurangi intensitas partikel Beta dan meminimisasi terjadinya radiasi
Bremstahlung. Walaupun begitu tambahan perisai untuk melindungi dari radiasi
Bremstahlung perlu dipasang. Dalam hal ini Perspeks yang dikelilingi oleh
Timbal direkomendasikan. Perlu diperhatikan untuk tidak memandang remeh
bahaya sumber radiasi Beta yang tidak berperisai, karena dapat memberikan dosis
tinggi (khususnya pada tangan dan jari) apabila dipegang secara langsung. Hal ini
29
sangat penting bagi pekerja yang sedang menangani Vial dan alat semprot
(syringes) yang mengandung sumber radiasi Beta.
Sinar X dan sinar Gamma memiliki daya tembus yang jauh lebih besar
dibandingkan partikel Alfa dan partikel Beta. Perisai bermassa atom berat;
misalnya beton, besi dan timbal diperlukan untuk mengatenuasi dan mengurangi
laju dosis sampai pada tingkat yang aman. Faktor atenuasi tergantung pada bahan
perisai, tebal dan energi foton yang menumbuk bahan.
Perisai Neutron lebih kompleks karena berkaitan dengan jangkauan energi yang
lebar dan terjadinya reaksi inti. Reaksi yang muncul pada interaksi Neutron
dengan bahan perisai ialah:
1. Hamburan Elastik.
2. Hamburan Tak Elastik.
3. Tangkapan Neutron.
Gambar di bawah ini melukiskan daya tembus berbagai radiasi dalam bahan
Sifat-sifat daya tembus radiasi pengion.
Gambar 4.8 : sifat radiasi terhadap bahan
Berikut ini menguraikan bahan perisai yang direkomendasikan untuk menahan
berbagai jenis radiasi pengion
Tabel4.1 Bahan Perisai Yang Direkomendasikan
30
Jenis Radiasi Bahan Yang
Direkomendasikan
Partikel Alfa Tidak Ada
Partikel Beta Energi
Rendah
Tidak ada
Partikel Beta Energi
Tinggi
Perspeks dikelilingi
timbal
Sinar-X dan sinar
Gamma
Beton, besi dan timbal
Neutron Beton, air, polyetelin,
lilin parafin dikombinasi
dengan boron.
Didalam perhitungan factor pelindung yang menjadi pedoman adalah bahwa laju
paparan radiasi akan berkurang setelah melewati bahan pelindung, semakin tebal
dan tinggi densitas sebuah pelindung maka semakin besar pengurangan laju
paparan radiasi. Sebagai contoh untuk laju paparan sinar X atau Gamma setelah
melewati pelindung maka dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :
Dt = Do.e- t
Ket:
1. Do = Laju dosis tanpa penahan.
2. Dt = Laju dosis sebelum ditahan.
3. = Koefisien absorbsi linier, yaitu fungsi penahan yang bersangkutan
dan energi sumber radiasi, dimensinya = panjang – 1.
4. t = Tebal penahan, dimensi panjang + 1.
Untuk mempermudah perhitungan bahan penahan radiasi tertentu sering
digunakan HVL(half life layer)/HVT(half life thickness) yaitu tebal bahan yang
diperlukan untuk mengurangi intensitas radiasi menjadi setengah dari intensitas
sebelum dilemahkan oleh pelindung. Maka dari rumus diatas dapat dinyatakan
bahwa :
31
t = HVL
dan
Dt = ½ Do = Do e- t
= Do e- (HVL)
maka :
e- (HVL) = ½
- (HVL) = ln ½
sehingga :
= 0.693/HVT atau HVT = 0.693/
Dt = Do (1/2)t/HVT
Konsep HVL ini sangat berguna untuk menghitung secara cepat tebal bahan yang
diperlukan.
Misalnya :
- Untuk mengurangi laju dosis hingga setengahnya, diperlukan bahan
setebal
1 kali HVL, dan harga HVL ini sudah ditentukan oleh grafik .
- Untuk mengurangi laju dosis hingga ¼ atau ½ 2 diperlukan bahan
penahan
setebal 2 kali HVL. dan seterusnya.
BAPETEN merekomendasikan dinding ruangan rontgen setebal 25 cm tembok
atau setara dengan Pb setebal 2mm, maka apabila dilihat dari tabel HVT untuk
90 Kvp atau kita anggap saja 100 Kvp, HVT nya setebal 0,27 mm ini mampu
mengurangi laju dosis sebesar ½7,4 kali atau pelemahan 168,9 kali. Atau kalau kita
32
ambil contoh besar laju dosis sebelum melewati shielding 2 mm Pb sebesar
100mRem/Jam, maka laju dosis setelah melewati shielding tersebut menjadi :
100mRem/jam = 0,59 mRem/Jam168,9 (TVL)
Tebal 2mm Pb cukup aman untuk operator dan lingkungan diluar dinding
ruangan, karena besaran dosis itu pun telah teratenuasi oleh faktor jarak yang
rata-rata hampir 50 cm atau lebih (jarak dari sumber ke dinding). Sedangkan
untuk pasien tidak dilengkapi dengan penahan maka tingkat keamanan radiasi
akan diperhitungkan dengan faktor lain.
c. Faktor Waktu.
Semakin lama radiasi terpancar ketubuh manusia/benda maka semakin besar pula
dosis yang diserap oleh tubuh/benda tersebut karena besar dosis radiasi yang
diterima dengan laju dosis tertentu berbanding langsung dengan lamanya waktu
radiasi itu terpancar kedalam tubuh /benda, atau dirumuskan sebagai berikut :
Dt = Do . t
Dt = Dosis yang diterima
Do = Laju dosis mula-mula
t = waktu
atau dengan kata lain Dosis = Laju Dosis x Waktu
Contoh :
Seorang pekerja radiasi diizinkan menerima dosis sebesar 100 mrem dalam satu
minggu, berapa jam seminggu ia boleh bekerja dalam medan radiasi dengan laju
dosis 10 mrem/jam ?
Jawab :
Diketahui :
Dt = 100 mrem
Do = 10 mrem/jam
Ditanya : t ?
Dari rumus Dt = Do x t maka : 100mrem = 10 mrem/jam x t ; t = 10 jam.
33
Berdasarkan contoh perhitungan diatas, maka untuk pekerja radiasi diperlukan
perhitungan jam kerja dalam sehari atau seminggu yang memungkinkan
menerima dosis dibawah Nilai Batas Dosis (NBD) nya. Sedangkan untuk pasien
sendiri karena tidak ada shielding dan relatif jaraknya dekat dengan sumber, maka
diusahakan dapat diberikan radiasi sesingkat mungkin serta tidak dilakukan
radiasi yang kedua kali dalam waktu singkat. Ini biasanya diatur dalan petunjuk
pelaksanaan kerja atau manajemen kerja radiologi.
4.2.4 Pengawasan dosis.
Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, bahwa Pengawasan Dosis ini berkaitan
erat dengan tujuan keselamatan radiasi.
Pembatasan akibat stokastik dapat dicapai dengan cara mengusahakan agar semua
penyinaran dibuat serendah mungkin dengan mempertimbangkan factor ekonomi
dan sosial dalam memenuhi syarat nilai batas dosis tidak dilampaui. Adapun
pencegahan akibat non-stokastik akan tercapai dengan menetapkan nilai batas
dosis pada angka yang cukup rendah. Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala
Bapeten No. 1/Ka. BAPETEN/V-1999 mengenai sistem pembatasan dosis, dalam
hal ini pembatasan dosis untuk pekerja radiasi.Pengawasan dosis ini terbagi dalam
tiga tahap yakni;
1. Pengawasan Sebelum Masa Kerja
Yaitu tersedianya catatan dosis radiasi yang pernah diterima oleh calon
pekerja radiasi.
2. Pengawasan Selama Masa Kerja
Petugas Proteksi Radiasi berkewajiban melakukan pengukuran dosis terus
menerus selama masa kerja dan dosis setiap pekerja radiasi dipantau oleh film
badge nya masing-masing yang setiap bulannya dilaporkan kepada BPFK
untuk dibaca dan dilaporkan hasilnya kepada PPR sebagai catatan hasil
penerimaan dosis masing-masing pekerja radiasi yang kemudian dimuat
dalamm kartu dosis. Apabila seseorang telah mencapai Nilai Batas Dosis yang
telah ditentukan, maka petugas segera menyelidiki sebab- sebabnya serta
melakukan koreksi , pengukuran yang dimaksud adalah berupa pencatatan
dosis radiasi nyang diterima pekerja radiasi setiap bulannya.
34
3. Pengawasan Setelah Masa Kerja
Jika petugas radiasi memutuskan hubungan kerja atau pindah ke bagian
lain, berhak memperoleh catatan dosis radiasi yang diproleh selama bekerja
sebagai pekerja radiasi.
Adapun hasil pencatatan dosis radiasi ini disimpan pada arsip Petugas Proteksi
Radiasi untuk jangka waktu paling sedikit 30 tahun, Oleh karena itu setiap
pekerja memiliki Kartu Dosis masing-masing.
Jika terjadi kecelakaan radiasi, Petugas Proteksi Radiasi segera melakukan
penilaian penerimaan dosis radiasi dari para pekerja yang terlibat dan segera
melakukan penanggulangan kecelakaan tersebut.
4.2.5 Pengawasan Kesehatan Pekerja Radiasi
Pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi juga terdiri atas tiga tahapan yakni
1. Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pekerja Radiasi.
Pemeriksaan ini meliputi penyelidikan terhadap riwayat kesehatannya
termasuk semua penyinaran radiasi pengion dari pekerjaan sebelumnya yang
diketahui diterimanya atau dari pemeriksaan dengan pengobatan medik, dan juga
penyelidikan secara klinis atau lainnya yang diperlukan untuk menentukan
keadaan umum kesehatannya. Dilakukan pula pemeriksaan khusus pada organ
yang dianggap peka terhadap radiasi dipandang dari jenis pekerjaan yang akan
dilakukan oleh calon pekerja misalnya, pemeriksaan Haematologi, dermatologi,
opthalmologi, paru-paru, neurologi dan atau kandungan.
2. Pemeriksaan Kesehatan Selama Masa Bekerja.
Pemeriksaan ini dilakukan sedikitnya sekali dalam setahun atau lebih bergantung
dari kondisi penyinaran yang diterima oleh pekerja atau apabila keadaan
kesehatan pekerja memerlukan pemeriksaan. Pemeriksaan ini meliputi
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus pada organ tubuh yang dianggap
peka terhadap radiasi serta mengadakan pemeriksaan lanjutan atau pemeriksaan
kesehatan yang dianggap perlu oleh dokter. Juga apabila ada pekerja yang dalam
waktu singkat telah menerima dosis lebih dari 100mSv, harus menjalani
pemeriksaan kesehatan secara intensif dan terrinci.
35
3. Pemeriksaan Kesehatan Setelah Masa Kerja.
Jika pekerja radiasi akan memutuskan hubungan kerja atau dipindahkan ke bagian
lain harus diperiksa kesehatannya terlebih dahulu secara teliti dan menyeluruh
oleh dokter perusahaan atas beban perusahaan. Dokter instalasi dapat menentukan
perlunya pengawasan kesehatan setelah putusnya hubungan kerja untuk
mengawasi kesehatan orang yang bersangkutan selama dianggap perlu, atas biaya
perusahaan.
Adapun hasil pemeriksaan diatas harus dinyatakan :
- Sehat memenuhi syarat
- Sehat dan memeuhi syarat dengan kondisi tertentu
- Tidak sehat dan tidak memenuhi syarat
4.3 Kegiatan Harian
36
1. Pemasangan Alat Baru
2. Survey Kerusakan alat
3. Pergantian dan Pemasangan Komponen Yang Rusak
NO TANGGAL NAMA
INSTALASI
KEGIATAN
YANG
DILAKUKAN
MERK KETERANGAN
1. 01-12-2011 - - - -
2. 02-12-2011 Rs. Sitanala Pemasangan
Alat rontgen
meliputi
(Bucky Stand,
Trafo, Kabel
Power)
toshiba Pekerjaan
pemasangan
alat rontgen
belum selesai
3. 05-12-2011 - - - -
4. 06-12-2011 PUSKESMAS.
Penjaringan
Peletakan alat
rongent
kedalam lobby
RS.
penjaringan
Toshiba Pemasanagn
alat rontgen
di hari
berikutnya
5. 07-12-2011 s/d
09-12-2011
- - - -
6. 12-12-2011 RSU. Setia
mitra
Paparan
Radiasi alat
rontgen
toshiba Keadaan alat
rontgen
normal
7. 13-12-2011 s/d
15-12-2011
- - - -
37
8. 16-12-2011 PUSKESMAS .
Penjaringan
Pemindahan
alat Rontgen
dari Lobby ke
ruang x-ray
dan
pemasangan
alat rontgen
Toshiba Pemasanagan
alat rontgen
belum selesai
di lanjutkan
hari
berikutnya
9. 19-12-2011 RS. soeroso Pemasangan
Alat rontgen
meliputi (kabel
trafo, kabel
tube,dan kabel
console)
Toshiba Pemasanagan
alat rontgen
belum selesai
di lanjutkan
hari
berikutnya
10. 20-12-2011 RS. MMC Pengecekaan
alat
momography
dan
pengantian
LED
toshiba Status sudah
normal
kembali
11. 20-12-2011 RS. SOS
MEDIKA
Pemasangan
Alat rontgen
meliputi (kabel
trafo, kabel
tube,dan kabel
console)
toshiba Pemasanagan
alat rontgen
belum selesai
di lanjutkan
hari
berikutnya
12. 21-12-2011 RS. sitanala Pemasangan
Alat rontgen
meliputi
(Bucky Stand, ,
toshiba Pemasanagan
alat rontgen
belum selesai
di lanjutkan
38
Kabel Power)
dan Paparan
radiasi
hari
berikutnya
13. 22-12-2011
s/d 28-12-
2011
- - - -
14. 29-12-2011 RS.
Persahabatan
Checking gas
pressure
(normal 30-32
Psi) gas SF6
pada alat
Clinac
Varian Selang gas
bocor,
sementara di
tambal
15. 30-12-2011 RS. sos medika Paparan
radiasi Alat
rontgen
toshiba Status
normal
BAB V
39
PENUTUP
Puji syukur kehadiran tuhan yang maha esa, karena atas berkatnya kami dapat menyelesaikan semua kegiatan dalam praktek kerja lapangan (PKL).
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan PKL ini masih jauh dari sempurna, baik dalam pembahasan materi maupun dalam praktek kerja lapangan yang kami lakukan di PT. MURTI INDAH SENTOSA
5.1 KESIMPULAN
Setelah melakukan praktek kerja lapangan selama 1 bulan terbilang dari tanggal 1 desember2011 s/d 31 Desember 2011 di PT. MURTI INDAH SENTOSA, kami dapatmengambil beberapa kesimmpulan yang berkenaan dalam praktek kerja lapangan (PKL), sebagaii berikut :
1. Radioteraphy adalah pemanfaatkan sifat radiasi sebagai pengion, hingga
mampu mematikan sel-sel kanker, melalui proses pengendalian besaran dosis
yang diberikan.
2. Clinac adalah sebuah alat pembangkit sinar radiasi yang mampu
menghasilkan besaran-besaran energi radiasi berupa photon atau sinar X dan
energi radiasi berupa elektron. Besarnya energi radiasi yang dipancarkan
dalam orde Mega Volt atau Mega elektron Volt (MV/MeV).
3. Paparan radiasi adalah Proses pengukuran radiasi dilakukan ketika system mulai
dapat memancarkan radiasi saat proses instalasi dilakukan
5.2 Saran1. Dalam Perkembangan dunia elektronika sangat cepat, maka laporan ini
dapt bermanfaat bagi pembaca agar dapat memahami dasar rasioteraphy sehingga selanjutnya dapat terus mengikuti perkembangan alat radioteraphy yang baru.
2. Agar mahasiswa mempunyai inspirasi untuk dapat membuat alat radioterahy sendiri atau buatan Indonesia sehingga tidak menggunakan alat – alat import lagi.
DAfTAR PUSAKA
40
1. C-Series Clinier Accelerator System Basices. Tahun 2000.
2. Ir. Marthen Kanginan,Fisika SMA,Penerbit Erlangga,Jakarta,1992
3. Novizal,Fisika Modern,Penerbit ISTN,2005
4. instalasi AMnual,Toshiba ScannerAsterion TSX-021B,2005-2007
5. service Manual Portable x-ray Units Technical Publicatio,SM0510R7,2002
6. Purba, Michael, Ilmu Kimia, Erlangga 1994
7. Gabriel, J.F, Fisika Kedokteran, Udayana 1988
8. Allingger, Norman, Organic Chemistry, Wort Publiser 1976
9. http://id.wikipedia.org/wiki/Sinar-X
10. http://id.wikipedia.org/wiki/Radioterapi
41