BAB I.II,II.IV,ok.docx

58
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memaksimalkan teoritis yang dilaksanakan di tempat pendidikan atau kampus, maka diadakan praktek kerja lapangan di P.T. MURTI INDAH SENTOSA untuk merealisasikan dengan karyawan di lapangan, karena teori tanpa praktek akan terjadi penerawangan dan juga sebaliknya praktek tanpa teori bagaikan orang buta yang sedang berjalan. kedudukan mahasiswa tidak akan lepas dari perkembangan teknologi yang semakin canggih, dari waktu ke waktu telah mengalami perkembangan yang semakin pesat di semua bidang dan kita di tuntut untuk mengikuti perkembangan tersebut. termasuk perkembangan alat kedokteran. Dan hal ini untuk mengetahui perkembangan terakhir alat kedokteran yang baru, modern dan tercanggih di kelasnya sehingga tercetak SDM yang ahli dan terampil di dalam pemamfatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dengan adanya perkembangan alat kedokteran ini maka dapat memberikan kemudahan bagi tenaga medis dalam mendiaknosa dan terapi terhadap suatu penyalit dengan secara deail. 1

Transcript of BAB I.II,II.IV,ok.docx

Page 1: BAB I.II,II.IV,ok.docx

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk memaksimalkan teoritis yang dilaksanakan di tempat pendidikan

atau kampus, maka diadakan praktek kerja lapangan di P.T. MURTI INDAH

SENTOSA untuk merealisasikan dengan karyawan di lapangan, karena teori

tanpa praktek akan terjadi penerawangan dan juga sebaliknya praktek tanpa

teori bagaikan orang buta yang sedang berjalan.

kedudukan mahasiswa tidak akan lepas dari perkembangan teknologi

yang semakin canggih, dari waktu ke waktu telah mengalami perkembangan

yang semakin pesat di semua bidang dan kita di tuntut untuk mengikuti

perkembangan tersebut. termasuk perkembangan alat kedokteran. Dan hal ini

untuk mengetahui perkembangan terakhir alat kedokteran yang baru, modern

dan tercanggih di kelasnya sehingga tercetak SDM yang ahli dan terampil di

dalam pemamfatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Dengan adanya perkembangan alat kedokteran ini maka dapat

memberikan kemudahan bagi tenaga medis dalam mendiaknosa dan terapi

terhadap suatu penyalit dengan secara deail.

Untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dalam biddang kedokteran

tersebut, di butuhkan manusia-manusia pembangunan yang terampil dan

tanggap terhadap kemajuan teknologi, sehingga sasarana pembangunan

nasional seperti yang digariskan dalm garis-garis besar haluan Negara dapat

segera terwujud yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

1

Page 2: BAB I.II,II.IV,ok.docx

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan dari kerja lapangan ini adalah :

1. Mengetahui system kerja clinac sebagai alat kedokteran yang memanfaatkan

radiasi sebagai pengion, hingga mampu mematikan sel-sel kanker, melalui

proses pengendalian besaran dosis yang diberikan.

2. mengkaji radiasi yang keluar dari system alat clinac

1.3 Batasan masalah

1. Tidak mengkaji permasalahan kerusakan alat clinic

2. Dari system kinerja alat clinic hanya cara kerja alat saja yang saya jelaskan

dan tidak secara perhitungan teori.

3. tidak di jelaskan bagaimana cara instalasi alat clinic.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, maksud tujuan dan batasan masalah

BAB II : PT. MURTI INDAH SENTOSA

Bab ini berisikan sejarak perusahaan, struktur organisasi, dan Standard

Operating Prosedur.

BAB III : LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan teori dari radiotherapy, sinar x dan radiasi

BAB IV: DATA DAN ANALISA

Bab ini berisikan uraian data dari analisa dari alat clinic seperti

radiotherapy dan paparan radiasi

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisaikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat dari hasil

penelitian

2

Page 3: BAB I.II,II.IV,ok.docx

BAB IIP.T. MURTI INDAH SENTOSA

1.1 Sejarah dan Keadaan Umun PT. Murti Indah Sentosa

Dalam hal ini malayani dan meningkatka derajat kesehatan masyarakat,

maka dalam bidang kedokterran dibutuhkan perlatan dalam untuk memberikan

terapi pengobatan, diagnostic(pemeriksaan) agar dapat memberikan pelayanan

kepada madayarakat secara semaksiamal mungki. Sehingga PT. MURTI INDAH

SENTOSA terpanggil memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk

perdagangan dan perbaikan peralatan kedokteran. yang berdiri pada tanggal 3

november 1982 oleh IR. atik sutisna yang sekaligus sebagai direktur utama PT.

MURTI INDAH SENTOSA.

Karena meningakatnya kualitas dan kuantitas dan peralatan kedoktran

serata diiringi dengan jumlah karyawan yang bertambah besar, maka di perlukan

gedung perkantoran yang besar sehingga pada tahun 1983 pindah kedaerah

pulomas dan pada tahunn 1985 pimdah lagi kedaerah tanah abang di geduugn

perkantoran FAKHRUDIN No. 11-13. dan sekaran PT. MURTI INDAH SENTOSA

sudah pempunyai kedung perkantoran sendiri di wisma murti yang beralamatkan

jl. Sultan iskandar muda kav.29 arteri pondok pinang kebayoran lama Jakarta

selatan.

PT. MURTI INDAH SENTOSA di bawah bendera TOSHIBA yang merupakan

produsen peralatan kedokteran yang di perdagangkan oleh PT. MURTI INDAH

SENOSA selaku supplier , Karen seiring dengan semakin komplek berbagai

penyakit yang perlu penanganan sedini mungkin untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat semaksismal mungkin pula, maka dibutuhkan peralatan

sesuai dengan keperluan nya baik diagnostic maupun terapi sertah untuk

menmbah perbendaharaan pralatan kedokteran sehingga dilakukan kerja sam

dengan berbagai produsen lain berbagai merk guna memenuhi permintaan

dunia medis.

3

Page 4: BAB I.II,II.IV,ok.docx

Melalui perusahaan inilah sudah banyak peralatan kedokteran berbagai

merk dari negra-negara produsen telah di supply dan untuk mempermidah

pelayanan PT. MURTI INDAH SENTOSA membuka cabang dikota-kota besar pulau

jawa seperti semarang, bandung, dan Surabaya.

1.2 Struktur Organisasi PT. Murti Indah Sentosa

Dalam penyusunan struktur organisasi perusahaan adanya pertimbangan

adanya kesamaan factor tugas yang digabung dalam suatu kelompok kerja,

sehingga fungsi dan tugas dapat menunjang, di samping itu juga dasar pemikiran

berupa :

1. Struktur organisasi hanya terdiri dari tinggkat management yang sederhana, agar

operasional kerja terjalin sedemikian rupa sehingga garis komando dan garis

komunitas vertical menjadi singkat dan tegas.

2. beberapa fungsi karena penentuan prioritas akan diisi oleh tenaga yang

berkemampuan secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan, tetapi fungsi

tersebut sejak awal sudah di tetapkan dan disertakan dalam orrganisasi

perusahaan.

3. pertimbangan efesiensi berperan lebih dinamis, karenanya dinamisasi struktur

organisasi peusahaan tetap terpelihara dan pengambilan keputusan mudah

untuk dilaksanakan secara tepat dan efektif.

Gambar 2.1 : Struktur organisasi PT. MURTI INDAH SENTOSA

4

PRESIDE DIREKTUR

SUPPORT DEPARTEMENTDEVELOPMENT DEPARTEMENT

OPERASIONAL DEPARTEMENT

Page 5: BAB I.II,II.IV,ok.docx

Presiden Direktur PT. MURTI INDAH SENTOSA adalah Ir. ATIEK SUTISNA yang

membawahi tiga department yang terdiri dari :

a. Operasional Departement, yang berfunsi :

memasarkan dan melakukan pemasangan (instalasi)

Pemeliharaan dan perbaikan terhadap seluruh produk yangf di supli PT. MURTI

INDAH SENTOSA yang berupa peralatan kedokteran berupa nbaik untuk terapi

maupun daknostik.

b. Support Departement

Yang berfunsi untuk masalah administrasi dan keuangan perusahaan secara

keseluruhan.

c. Development Departement

Yang bertugas manangani sumber daya manusia dan pengembangan karirnya.

5

Page 6: BAB I.II,II.IV,ok.docx

STRUCTUR SUPPORTING DEPARTEMENT

Gambar 2.2 : Struktur Organisasi Support Departement

6

SUPPORT DEPARTEMENT

ACCONTING DIVISION

FINANCE DIVISION WERE HOUSE DIVISION

EQUITMENT INVENTORY

SPARE PART INVENTORY

EXPORT IMPORT & BANK

ACCONT RECEIVABLE

ACCONT PAYBLE

DEVELOPMENT DEPARTEMENT

PEOPLE RELATION DEPARTEMENT

GENERAL AFFAIR DIVISION

PERSONEL

GENERAL AFFAIR

BUILDING TRAFFIC

Page 7: BAB I.II,II.IV,ok.docx

Gambar 2.3 : Struktur Organisasi Operasional Departement

7

OPERASIONAL DEPARTEMENT

BRANCH COORNINATOR

PROJECT SALES DIVISION

MILITARY PROJECT

GOVERNMENT PROJECT

PRIVATE PROJECT

RETAIL SALES DIVISION

RADIOLOGY

OBOY INTERNIST

CARDIOLOGY NEOROLOGY

CSSD - LASER

REHABILITATION HYDROTHERAPHY

DENTAL

CONSUMABLE

SURGARY OPERATING THEATHER

SERVICE DIVISION

USG & CT SCAN

X-RAY & RADIOTHERAPHY

MRI & NON IMAGING

SALES SUPPORT DIVISION

PRODUCT SPECIALIST

APLICATION SPECIALIST

Page 8: BAB I.II,II.IV,ok.docx

Tempat PKL penulis adalah pada service division yang meupakan bagian dari

garis komando dari garis organisasi opereson department. Service division

bertugas melayani pelayanan purna jual kepada komsumen, baik untuj unstalasi

pemasangan, pemeliharaan maupun perbaikan alat, yang mempunayi tiga seksi

yaitu:

Seksi I menangani peralatan CT Scan dan USG

seksi II menangani peralatan x-ray dan radioteerapi

seksi III menangani peralatan MRI dan Non Imaging

2.3 Kepegawaian

Dalam pengolahan karyawan perusahaan menjadi dua status kepegawaian, yaitu

:

1. Karyawan tetap, karyawan yang sudah lama bekerja.

2. Karyawan tidak tetap, karyawan baru yang masih dalam masa percobaan selama

3 bulan, PT. MURTI INDAH SENTOSA dalam hal menangani penerimaan karyawan

baru kepegawaian dilaksanakan langsung oleh perusahaan, sebelum di teriam

menjadi karyawan, maka :

a. Pelamar harus mengikuti tes terlebih dahulu yang di berikan oleh perusahaan.

b. Apabila pelamar dinyatakan lulus, mka status menjadi karyawan tidak tetap

selama tiga bulan, sebagai masa percobaa.

c. Pihak perusahaan menginginkan karyawan bekerja selama-lamanya, dalam hal

ini tergantung loyalitas dan dedikasi karyawan terhadap perusahaan, dan juga

perusahaan bisa menginginkan sebaliknya.

8

Page 9: BAB I.II,II.IV,ok.docx

2.4 Tunjangan Kesejahteraan Pegawai

berdasarkan status kepegawaian karyawan, misalnya saja beberapa contoh

tunjamgan berikut ini :

1. Tunjangan hari raya di berikan kepada semua karyawan, di bedakan berdasarkan

status karyawan, sesuai dengan masa kerja.

2. Tunjangan transport diberikan kepada semua karyawan.

3. Tunjangan kesehatan di berikan kepada karyawan yang berstatus karyawan

tetap.

2.5 Disiplin Kerja

PT. MURTI INDAH SENTOSA telah meraih kesuksesan dan terus maju mengikuti

perkembangan teknologi. hal ini dapat tercapai karna kerja keras dan disiplin

kerja yang di tetapkan perusahaan, peraturan itu diantaranya :

1. Waktu kerja perusahaan di tetapkan sebagai berikut :

a. Hari Senin s/d jum’at : jam 08.15 – 17.15

b. Hari Sabtu & Minggu : Libur

2. Karyawan / Karyawati wajib mencatat kehadiran kerjanya pada timer recorder

atau daftar hadir yang disediakan perusahaan, baik waktu masuk maupun waktu

pulang kerja.

9

Page 10: BAB I.II,II.IV,ok.docx

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Radioteraphy

Pesawat Radioteraphy Linear Accerelator atau disebut juga LINAC, mulai

diperkenalkan sejak tahun 1960-an. Oncology adalah bidang ilmu kedokteran

yang memanfaatkan sumber radiasi bagi pelayanan kesehatan masyarakat, salah

satu departemen didalam Rumah Sakit yang menangani pemanfaatan ini adalah

Radioteraphy yakni memanfaatkan sifat radiasi sebagai pengion, hingga mampu

mematikan sel-sel kanker, melalui proses pengendalian besaran dosis yang

diberikan.

Alat pembangkit sinar radiasi ini biasa disebut dengan LINAC ( Linear

Accerelator ), pesawat ini tidak akan memancarkan radiasi kecuali bila diaktifkan.

LINAC, adalah sebuah alat pembangkit sinar radiasi yang mampu menghasilkan

besaran-besaran energi radiasi berupa photon atau sinar X dan energi radiasi

berupa elektron. Besarnya energi radiasi yang dipancarkan dalam orde Mega

Volt atau Mega elektron Volt (MV/MeV).

Besarnya out put radiasi yang dihasilkan sangat rentan terhadap bahaya

kecelakaan radiasi, terutama kesalahan mendasar yang timbul pada saat

installasi, akan berakibat fatal baik yang disinari, yang menyinari ataupun orang

lain yang kebetulan berada disekitar alat sedang beroperasi. Untuk itu perlu

memahami beberapa hal yang diperhatikan pada saat proses pemasangan, mulai

dari pra install, install dan post-install, sehubungan dengan kondisi tersebut

diatas maka perlu diadakan sebuah perencanaan dalam rangka mencegah

terjadinya bahaya radiasi yang akan timbul.

10

Page 11: BAB I.II,II.IV,ok.docx

3.2 Sinar X-ray

3.2.1 Pengertian sinar X

Sinar x adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan

gelombang listrik, radio, inframerah panas, cahaya, sinar gamma , sinar kosmik

dan sinar ultraviolet tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek.

Penggunaan sinar x adalah sesuatu yang penting untuk diagnosa gigi geligi serta

jaringan sekitarnya dan pemakaian yang paling banyak pada diagnostic imaging

system. Perbedaan antara sinar dengan sinar elektromagnetik lainnya terletak

pada panjang gelombang dimana panjang gelombang pada sinar x lebih pendek

yaitu :

1 A=1/100.000 .000cm ¿10−8cm

Lebih pendek panjang gelombang dan lebih besar fekwensinya maka energi yang

berikan lebih banyak. Energi pada sinar x memberikan kemampuan untuk

penetrasi khususnya gigi, tulang dan jaringan disekitar gigi. Efek dari radiasi

elektromagnetik dalam kehidupan, bervariasi tergantung panjang gelombang,

Gelombang TV dan radio dimana berada di atsmosfir tidak mempunyai efek pada

jaringan manusia. Microwave dengan energi radiasi yang rendah dapat

menghasilkan energi panas dalam jaringan organik yang juga bekerja pada

microwave ovens. Elektromagnetik dengan energi yang sangat rendah dapat

menyebabkan ionisasi seperti yang ada pada MRI (magnetic resonance imaging)

untuk diagnostik. Kemampuan sinar x menghasilkan gambar mengindikasikan

sinar x dapat menembus kulit, jaringan dan tulang.

3.2.2 SIFAT-SIFAT SINAR X

Sinar x mempunyai beberapa sifat fisik yaitu daya tembus, pertebaran,

penyerapan, efek fotografik, fluoresensi, ionisasi dan efek biologik, selain itu,

sinar x tidak dapat dilihat dengan mata, bergerak lurus yang mana kecepatannya

sama dengan kecepatan cahaya, tidak dapat difraksikan dengan lensa atas

prisma tetapi dapat difraksikan dengan kisi kristal. Dapat diserap oleh timah

11

Page 12: BAB I.II,II.IV,ok.docx

hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda padat,

mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi.

a. Daya tembus

Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus

yang sangat besar seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung

( besarnya KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah

berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya.

b. Pertebaran

Apabila berkas sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar

tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi

hambur) pada bahan atau zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan terjadinya

gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara

menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini maka diantara subjek

dengan diletakkan timah hitam (grid) yang tipis.

c. Penyerapan

Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom

atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat

atomnya makin besar penyerapannya.

d. Fluoresensi

Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink

sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :

1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar x saja.

2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun

radiasi sinar x sudah dimatikan (after – glow).

3. Ionisasi

Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat

menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.

f. Efek biologi

Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek

12

Page 13: BAB I.II,II.IV,ok.docx

biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi. Kesimpulan, sinar x

dihasilkan dengan konversi energi listrik menjadi radiasi, tidak

terlihatpenjalarannya berupa garis lurus, dapat menembus jaringan lunak dan

kerasn sertan mempunyai efek fotografis dengan menghasilkan gambar yang

dapat dilihat.

3.2.3 PEMBUATAN SINAR X

Untuk pembuatan sinar X diperlukan sebuah tabung rontgen hampa udara di

mana terdapat elektron – elektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada

suatu sasaran (target). Dari proses tersebut di atas terjadi suatu keadaan di

mana energi elektron sebagian besar di rubah menjadi panas ( 99% ) dan

sebagian kecil (1 %) menjadi sinar x. Suatu tabung pesawat rontgen mempunyai

beberapa persyaratan yaiatu:

1. Mempunyai sumber electron

2. Gaya yang mempercepat gaya electron

3. Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara

4. Alat pemusat berkas electron ( focusing cup )

5. Penghenti gerakan electron

1. Sumber Elektron

Sebagian sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen pada katode di dalam

tabung pesawat rontgen. Pemanasan filament dilakukan dengan suatu

transformator khusus.

2.. Gaya yang mempercepat gerakan electron Gaya tersebut bergantung pada

tegangan yang dipasang pada tabung rontgen

3. Lintasan elektron yang bebas dalam hampa udara

Lintasan ini terjadi dalam ruang yang praktis hampa udara di antara katoda

dan anoda

4. Alat pemusat berkas elektron

13

Page 14: BAB I.II,II.IV,ok.docx

Alat ini menyebabkan elektron – elektron tidak bergerak terpencar – pencar

tetapi terarah ke bidang focus ( focal spot )

5. Penghenti gerakan elektron

Penghentian gerakan elektron dapat dibedakan atas keeping Wolfarm yang

ada pada anoda yang diam dan piring Wolfarm di atas tangkai molybdenum

pada tabung rontgen anoda berputar. Wolfarm adalah bahan focus yang

mempunyai titik lebur tinggi mencapai 34000C dan no atom 74.

3.2.4 PROSES TERJADINYA SINAR X

Proses terjadinya sinar x adalah sebagai berikut :

a. Katoda (filament) dipanaskan (besar dari 20.0000C) sampai menyala dengan

mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.

b. Karena panas electron-elektron dari katoda (filamen) terlepas.

c. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektronelektron

gerakannya dipercepat menuju anoda yang berpusat di focusing

cup.

d. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada target (sasaran) sehingga

terbentuk panas (99%) den sinar x (1%)

e. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar x, sehingga sinar x

yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.

f. Panas yang tinggi pada target (sasaran) akibat benturan electron dihilangkan

dengan radiator pendingin. Ringkasan terjadinya sinar x Melalui generator yang

membuat aliran listrik dengan potensial tinggi, logam pijar molybdenum

memijar, pada saat tertentu logam pijar tersebut menghasilkan awan elektron

(logam pijar molybdenum disebut sebagai filamen) pada suhu tertentu serta saat

tertentu pula electron-elektron tertarik ke anoda (anoda adalah unsur radioaktif

barium platinum sianida atau tungsten carbide). Dengan kata lain bila anoda

dibombardir oleh electron, akan timbul pancaran sinar radiasi roentgen atau

sinar x, keadaan ini terjadi di dalam tabung vakum Coolidge.

14

Page 15: BAB I.II,II.IV,ok.docx

Tabung sinar x terdiri dari tabung gelas hampa udara, elektroda positif disebut

anoda dan elektroda positif disebut katoda. Katoda dibalut dengan filament, bila

diberi arus beberapa mA bisa melepaskan elektron. Dengan memberi tegangan

tinggi antara anoda dan katoda maka elektron katoda ditarik ke anoda. Arus

elektron ini dikonsentrasikan dalam satu berkas dengan bantuan sebuah silinder

(focusing cup). Antikatoda menempel pada anoda dibuat dari logam dengan titik

permukaan lebih tinggi, berbentuk cekungan seperti mangkuk. Waktu elektron

dengan kecepatan tinggi di dalam berkas tersebut menumbuk antikatoda,

terjadilah sinar x. Makin tinggi nomor atom katoda maka makin tinggi kecepatan

elektron, akan makin besar daya tembus sinar x yang terjadi. Antikatoda

umumnya dibuat dari tungsten, sebab elemen ini nomor atomnya tinggi dan titik

leburnya juga tinggi (34000C) hanya sebagian kecil energi elektron yang berubah

menjadi sinar x kurang dari 1% pada tegangan 100 kV dan sebagian besar

berubah menjadi panas waktu menumbuk antikatoda. Panas yang tinggi pada

tabung didinginkan dengan menggunakan pendingin minyak emersi / air.

15

Page 16: BAB I.II,II.IV,ok.docx

Gambar ini menunjukkan proses terjadinya sinar x melalui ilustrasi berikut ini:

Gambar 3.1 : Komponen tabung dental sinar x

Gambar 3.2 : Ilustrasi tabung sinar x, pembentukan kabut electron pada katoda sebagai sirkuit filament. Penyinaran switch terbuka

16

Page 17: BAB I.II,II.IV,ok.docx

3.3 Radiasi

Radiasi adalah pemancaran/pengeluaran dan perambatan energi menembus

ruang atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel

radiasi terdiri dari atom atau subatom dimana mempunyai massa dan bergerak,

menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan energi kinetik. Beberapa

contoh dari partikel radiasi adalah electron, beta, alpha, photon & neutron.

Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber radiasi

alamiah contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia

yang terdapat pada lapisan kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atsmosfir akibat

terjadinya pergeseran lintasan perputaran bola bumi. Sedangan sumber radiasi

buatan contohnya radiasi sinar x, radiasi sinar alfa, radiasi sinar beta , radiasi

sinar gamma.

17

Page 18: BAB I.II,II.IV,ok.docx

BAB IV

DATA DAN ANALISA

4.1 LINAC

Pesawat Radioteraphy Linear Accerelator atau disebut juga LINAC, mulai

diperkenalkan sejak tahun 1960-an. Oncology adalah bidang ilmu kedokteran

yang memanfaatkan sumber radiasi bagi pelayanan kesehatan masyarakat, salah

satu departemen didalam Rumah Sakit yang menangani pemanfaatan ini adalah

Radioteraphy yakni memanfaatkan sifat radiasi sebagai pengion, hingga mampu

mematikan sel-sel kanker, melalui proses pengendalian besaran dosis yang

diberikan.

Alat pembangkit sinar radiasi ini biasa disebut dengan LINAC ( Linear

Accerelator ), pesawat ini tidak akan memancarkan radiasi kecuali bila diaktifkan.

LINAC, adalah sebuah alat pembangkit sinar radiasi yang mampu menghasilkan

besaran-besaran energi radiasi berupa photon atau sinar X dan energi radiasi

berupa elektron. Besarnya energi radiasi yang dipancarkan dalam orde Mega

Volt atau Mega elektron Volt (MV/MeV).

Besarnya out put radiasi yang dihasilkan sangat rentan terhadap bahaya

kecelakaan radiasi, terutama kesalahan mendasar yang timbul pada saat

installasi, akan berakibat fatal baik yang disinari, yang menyinari ataupun orang

lain yang kebetulan berada disekitar alat sedang beroperasi. Untuk itu perlu

memahami beberapa hal yang diperhatikan pada saat proses pemasangan, mulai

dari pra install, install dan post-install, sehubungan dengan kondisi tersebut

diatas maka perlu diadakan sebuah perencanaan dalam rangka mencegah

terjadinya bahaya radiasi yang akan timbul.

18

Page 19: BAB I.II,II.IV,ok.docx

4.1.1 Cara Kerja Clinac

Gambar 4.1. Sistem kerja alat CLINAC.

1. Console; yakni berupa sistem komputer yang mempunyai software yang

berfungsi sebagai pengendali dalam pembangkitan radiasi dengan besaran-

besaran out putnya dapat dipilih pada bagian ini serta mengontrol sistem

mekanisme untuk menentukan gerakan-gerakan gantry dan meja pasiennya

(Patient couch) dan sebagainya.

2. Modulator, yaitu bagian yang berupa kabinet berisi sistem pendistribusian

daya baik berupa tegangan listrik atau sistem frekwensi tinggi berfungsi

untuk memodulasi dan sinkronisasi akselerasi elektron pada akselerator,

supaya didapatkan suatu sistem akselerasi yang optimum.

3. Drive Stand dan Gantry, yaitu berupa sistem mekanisme pasif dan aktif,

sistem pasif adalah sitem penyangga bagian yang bergerak atau drive stand,

19

Page 20: BAB I.II,II.IV,ok.docx

pada bagian ini dilengkapi dengan beberapa sistem penunjang pergerakan-

pergerakan, penguatan frekwensi untuk disuplay ke bagian Gantry, termasuk

juga proses sistem suplay air sebagai pendingin mesin. Sedang sistem aktif

adalah bagian yang bergerak atau gantry yang mampu bergerak berputar 360

arah bolak balik tegak lurus terhadap lantai dengan maksud agar mampu

mengarahkan berkas sinar kepada pasien dari segala arah, yang tentunya

dibantu juga oleh kemampuan pergerakan table. Didalam Gantry ini terdapat

system pembangkit sinar disebut dengan Electron Gun, Pemercepat Berkas

Elektron atau Accelerator dan penentu bentuk berkas yang dihasilkan atau

disebut dengan sistem kolimasi dan dilengkapi dengan multi leaf colimator,

selain itu juga sistem transduser yang mendeteksi dan mengontrol

(memberikan feed back pada sistem) besaran dosis radiasi yang keluar.

4. Meja Pasien (Patient Couch), bagian ini berfungsi untuk memposisikan pasien

ketika bagian mana yang akan disinar dan mengatur jarak objek terhadap

sumber radiasi, maka dirancang sedemikian rupa sehingga mampu melakukan

pergerakan-pergerakan maju, mundur serta berputar secara horisontal terhadap

lantai dengan titik tumpu yang sudah ditentukan.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa LINAC Atau sebut juga CLINAC

adalah “Brand Name” dari alat pembangkit sinar radiasi untuk keperluan

radioteraphy merk VARIAN. Sinar radiasi yang dihasilkan dalam orde Megavolt,

yang merupakan hasil akselerasi berkas radiasi dari sumbernya.

Besarnya energi yang dihasilkan tergantung dari besarnya akselerasi berkas

itu sendiri. Berkas elektron dibangkitkan Electron Gun dipancarkan kedalam

Accelerator untuk diakselerasi sehingga energi radiasi itu sendiri memiliki

penguatan, besarnya akselerasi juga ditentukan oleh Enegy Switch untuk

mendapatkan besaran-besaran energi tertentu yang diharapkan, berkas tersebut

selanjutnya diputar sebesar 270 oleh Bending Magnet yang dibentuk oleh

Steering Coil untuk mendapatkan pancaran berkas yang optimum, berkas yang

dipancarkan dibentuk menjadi berkas yang menyebar dengan bantuan Focal Spot

dan disaring oleh Flatening Filter untuk membentuk berkas yang rata pada

permukaannya. Besaran dosis (dose rate) dari berkas tersebut oleh Ion Chamber

20

Page 21: BAB I.II,II.IV,ok.docx

diinformasikan kedalam system sebagai feed back yang berfungsi untuk

memonitor besaran dosis yang keluar. Luas lapangan dari berkas yang

dipancarkan diatur oleh Assymetric Jaws atau bisa juga dengan tambahan Multi

Leaf Collimator.

Secara garis besar proses pembentukan radiasi terbagi dalam dua kelompok

Clinac, yaitu model Low Energy (LE) dan High Energy (HE).

a. Low Energy ( LE ).

Energy radiasi hanya berupa photon saja, besarnya 4 dan 6 Mv. Tata letak tabung

dan proses pembangkitan untuk jelasnya dapat dilihat dari gambar berikut :

Gambar 4.2 : Model Clinac low energy.

Keterangan Gambar

1. Electron Gun, berfungsi menyuntik sejumlah elektron kedalam akselerator.

2. Standing Wave Accelerator, berfungsi melakukan proses akselerasi elektron,

untuk menghasilkan pancaran radiasi berenergi tinggi.

3. Magnetron, berfungsi menghasilkan high power microwave yang berfungsi

untuk memodulasi elektron didalam akselerator pada proses percepatannya.

4. 4-Port Circulator, berfungsi untuk menjaga Magnetron terhadap refleksi

microwave dari akselerator.

21

Page 22: BAB I.II,II.IV,ok.docx

5. Photon Field Flattener, mengubah pancaran elektron menjadi pancaran

photon, dan menjadikan pancaran yang homogen pada tiap sisi permukaan

sinar di kedalaman tertentu.

6. Asymmetric Jaws, terdiri dalam 4 (empat) penahan radiasi (Jaws) yang

masing-masing bekerja sendiri untuk melakukan kolimasi terhadap sinar.

7. Ion Chamber, Terbuat dari dua lapisan chamber yang terpisah, tahan terhadap

pengaruh panas dan tekanan yang berfungsi untuk memonitor besaran radiasi

yang dihasilkan.

Type-type yang termasuk low energy diantaranya CLINAC 600C, CLINAC 600C/D, CLINAC

6EX dan UNIQUE

b. High Energy ( HE )

Sistem ini mampu menghasilkan besaran energi radiasi photon mulai dari 4 MV

hingga 25 MV dan Energi Radiasi Elektron mulai dari 4 MeV hingga 22 MeV .

Besar energi masing-masing dapat dipilih berdasarkan besaran yang sudah

ditentukan. Model ini diantaranya Tata letak tabung dan proses pembangkitannya

dapat dilihat dari gambar berikut :

Gambar 4.3 : Model Clinac High Energy ( HE ).

22

Page 23: BAB I.II,II.IV,ok.docx

Keterangan gambar :

1. Asymmetric Jaws, terdiri dalam 4 (empat) penahan radiasi (Jaws) yang

masing-masing bekerja sendiri untuk melakukan kolimasi terhadap sinar.

2. Ion Chamber, Terbuat dari dua lapisan chamber yang terpisah, tahan

terhadap pengaruh panas dan tekanan yang berfungsi untuk memonitor

besaran radiasi yang dihasilkan.

3. 10 port Carrousel, beberapa macam pemilihan scatering foil untuk berkas

elektron dan field flatener untuk berkas photon.

4. Achromatic 3-field Bending Magnet, bekerja mengendalikan berkas berputar

270 yang berfungsi untuk meminimalisasi energi yang terbuang saat berkas

di belokan 90 kearah pasien.

5. Real Time Beam Control Steering System, pengendali pemilihan scatering foil

dan field flatener.

6. Focal Spot Size, titik fokus berkas radiasi.

7. Energy Switch, mengendalikan akselerasi elektron pada saat memilih “low”

dan “high” energi.

8. Electron Gun, berfungsi menyuntik sejumlah elektron kedalam akserelator.

4.2 PAPARAN RADIASI

Paparan Radiasi adalah Proses pengukuran radiasi dilakukan ketika system

mulai dapat memancarkan radiasi saat proses instalasi dilakukan, hal ini berguna

untuk mengidentifikasi sementara sisi luar ruangan mana yang perlu mendapat

pengawasan karena pada proses instalasi akan sering dilakukan “Beam On” dalam

rangka uji coba. Apabila terjadi kebocoran radiasi, maka dalam tahap instalasi ini

harus segera diperbaiki.

Selanjutnya paparan radiasi dilakukan setelah unit siap dioperasikan yang

hasilnya dilaporkan kepada BAPETEN sebagai bagian dari persyaratan

mengajukan izin operasi.

23

Page 24: BAB I.II,II.IV,ok.docx

4.2.1 Pengukuran Laju Paparan Sekeliling Ruangan radioteraphy.

Pengukuran dilakukan diluar ruangan treatment atau dibalik

tabir/dinding yang membatasi antara ruangan treatment (ruangan mesin)

dengan ruang yang memungkinkan orang lain berada diseitarnya seperti

ruang kontrol operator atau bagian luar sekeliling ruangan treatment.

Pengukuran-pengukuran tidak hanya dilakukan pada bagian garis besar bagian

luar sekeliling ruangan treatment, tapi lebih terperinci lagi harus dilakukan pada

bagian-bagian yang memungkinkan terjadinya kebocoran, seperti pada daerah

pintu keluar dan lubang-lubang yang menghubungkan bagian dalam ruangan

keluar.

4.2.2 Peralatan Kerja Radioteraphy

Dalam hal peralatan kerja untuk proteksi radiasi, maka disediakan antara lain :

1. 5 (lima) buah Survey Meter / Radiation Alert dengan jenis pengukuran

paparan searah, dan setiap tahunnya dikalibrasi Batan, sama halnya dengan

Survey Meter Baby Line, maka Radiation Alert ini juga diukur dengan alat-

alat, bahan penyinar dan cara yang sama pula dengan hasil dapat dilihat pada

lampiran.

Gambar 4.4 survey meter

24

Page 25: BAB I.II,II.IV,ok.docx

2. 7 (tujuh) buah Film Badge yang digunakan Pekerja Radiasi sehari-hari,

sehingga setiap satu bulan sekali besar radiasi terakumulasi pekerja radiasi

dapat dikontrol.

Gambar 4.5 : Film Badge

3. Tanda Radiasi yang disediakan berupa beberapa stiker Tanda Radiasi, ada

pula tanda radiasi berupa warning lamp yang akan menyala apabila terjadi

treatment didalam ruangan.

4. (empat) buah monitor radiasi perorangan(pocket dosimetry) yang digunakan

untuk pemonitoran radiasi secara langsung radiasi yang diterima oleh pekerja

radiasi

Gambar 4.6 : Pocket dosimetry

25

Page 26: BAB I.II,II.IV,ok.docx

5. Lead Apron, yang berguna untuk menahan radiasi perorangan, menjaga dari

kemungkinan-kemungkinan terjadi kebocoran radiasi pada saat pertama kali

uji coba expose dan untuk digunakan dalam keadaan darurat.

Gambar 4.7 : Lead Apron

4.2.3 Proteksi Radiasi dan Keselamatan Radiasi.

Proteksi Radiasi dan Keselamatan Radiasi adalah suatu cabang ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan yaitu tentang

proteksi radiasi, perlu diketahui oleh setiap pekerja radiasi terhadap

kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion, sementara

kegiatan yang memerlukan pemakaian sumber radiasi pengion masih tetap

dapat dilaksanakan. Akibat negatif ini disebut Somatik apabila diderita oleh

orang yang terkena radiasi, dan disebut akibat genetik apabila dialami oleh

keturunannya. Untuk itu program ALARA harus menjadi prinsip dalam

menjalankannya maka untuk itu perlu memahami prinsip dasar proteksi radiasi.

Prinsip Dasar Proteksi Radiasi.

Efek yang terjadi akibat radiasi ini dibagi dalam dua jenis, yakni Efek

Stokastik dan Efek Non- Stokastik. Efek Stokastik adalah akibat dimana

kemungkinan terjadinya efek tersebut merupakan fungsi dari dosis radiasi yang

diterima oleh seseorang tanpa suatu nilai ambang, sedangkan Efek Non-Stokastik

adalah akibat dimana tingkat keparahan dari akibat radiasi ini tergantung pada

dosis radiasi yang diterima , oleh karena itu diperlukan suatu nilai ambang atau

26

Page 27: BAB I.II,II.IV,ok.docx

nilai batas dosis tertentu yang di-equivalent-kan. Dalam Proteksi Radiasi, efek

keturunan adalah efek stokastik. Masalah utama dalam proteksi radiasi pada

penerimaan dosis rendah adalah penyakit kanker yang merupakan resiko

somatik stokastik pada dosis rendah. Beberapa efek somatik non stokastik

bersifat khas untuk jaringan biologi tertentu, misalnya katarak pada lensa mata,

kerusakan non malignan pada kulit, kerusakan sel pada sumsum tulang merah

yang mengakibatkan kelainan darah dan kerusakan sel kelamin yang

mengakibatkan kemandulan. Agar akibat non stokastik tidak terjadi, diperlukan

adanya nilai batas dosis seluruh jaringan tubuh. Untuk semua perubahan ini

tingkat keparahannya tergantung pada dosis yang diterima, oleh karena mungkin

terdapat nilai dosis ambang, dimana dibawah nilai ini tidak terlihat adanya akibat

yang merugikan.

Tujuan keselamatan radiasi adalah membatasi peluang terjadinya akibat

Stokastik atau resiko akibat pemanfaatan radiasi yang dapat diterima oleh

masyarakat dan mencegah terjadinya akibat non-stokastik atau dari radiasi yang

membahayakan seseorang. Untuk itu 3 (tiga) prinsip dasar proteksi radiasi harus

dipahami oleh setiap pekerja radiasi untuk mengurangi bahaya radiasi eksterna

yaitu : Jarak, Waktu dan Shelding/Perlindungan.

a. Faktor Jarak.

Pengaturan jarak adalah salah satu cara untuk melindungi seseorang dari

bahaya radiasi eksterna. Semakin besar Jarak, laju dosis juga semakin berkurang.

Hubungan laju dosis untuk sumber titik dan jarak dari sumber dirumuskan

sebagai berikut :

D = k/d2

D = Laju Dosis

d = Jarak dari sumber

k = Nilai konstanta untuk sumber radioaktif.

27

Page 28: BAB I.II,II.IV,ok.docx

Hubungan persamaan tersebut dapat disebut juga hukum kuadrat terbalik , dan

dapat ditulis :

D d2 = k

Karena k adalah konstanta untuk sumber tertentu, jika sumber tidak berubah,

persamaan dapat ditulis :

D1 d12 = D2 d2

2

Dengan : D1 = laju dosis pada jarak d1 dari sumber.

D2 = laju dosis pada jarak d2 dari sumber.

Suatu sumber radiasi dianggap sebagai Sumber Titik apabila jarak dari sumber

paling sedikit 10 kali dimensi sumber. Pada Proteksi Radiasi, jarak sering dipakai

untuk mengurangi paparan radiasi, misalnya dengan menggunakan Tang Panjang

(Long Tong).

Contoh:

1. Laju dosis pada jarak 2 meter dari sumber Gamma ialah 125 Sv/jam

Pada jarak berapa sumber Gamma tersebut akan memberikan laju dosis sebesar 5

Sv/jam ?

Jawab : Diketehui D1 = 125 Sv/jam.

d1 = 2 meter.

D2 = 5 Sv/jam.

Rumus : D1d1 = D2 d2

125 Sv/jam x 22 m = 5Sv/jam x d2 m

d2 = (125 x 4)/5

d = V100

d = 10 m

maka besar laju dosis 5 Sv/jam terdapat pada jarak 10 meter.

Dengan dilakukan pengukuran terlebih dahulu besaran dosis pada jarak tertentu

dari titik sumber radiasi, seperti contoh diatas seperti sedang melakukan exposure

28

Page 29: BAB I.II,II.IV,ok.docx

pasien. Maka akan diperoleh jarak-jarak aman (daerah aman) dari radiasi yang

menjadi “warning” bagi petugas radiasi untuk memberi tahukan orang-orang

bukan pekerja radiasi yang kebetulan berada disekitarnya. Adapun untuk tingkat

keamanan radiasi terhadap pasien karena jarak yang sangat dekat dengan sumber

radiasi, maka ini akan diperhitungkan dengan cara lain.

b. Faktor Shielding.

Pemasangan Shielding atau Perisai pada sumber radiasi merupakan cara praktis

untuk mengurangi laju dosis. Dengan metoda ini laju dosis dapat dikurangi,

sementara pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik pada jarak tidak terlalu jauh

dari sumber. Untuk keperluan-keperluan tertentu, bahan dan tebal tertentu harus

diperhitungkan. Adapun tebal dan jenis bahan perisai tergantung pada :

1. Jenis dan energi radiasi.

2. Aktifitas sumber.

3. Laju dosis yang dapat diterima setelah radiasi melewati perisai.

Sebagai contoh partiker Alfa () memiliki daya jangkau yang pendek di udara

(beberapa cm) dan mudah diserap sehingga tidak memerlukan perisai, partikel

Beta () energi rendah; misalnya Tritium-3 ( energi maksimum 0,019 MeV)

mudah diserap dan tidak memerlukan perisai. Sedang partikel Beta energi tinggi;

misalnya Phospor-32 (energi maksimum 1,7 MeV) memiliki daya tembus relatif

tinggi. Apabila partikel Beta yang dipancarkan oleh Phospor-32 ini berinteraksi

dengan perisai; khususnya yang memiliki nomor atom besar akan dihasilkan

radiasi Bremstahlung. Karena alasan tersebut maka perisai partikel Beta disusun

dari bahan dengan nomor atom rendah; misalnya perspeks, sehingga akan

mengurangi intensitas partikel Beta dan meminimisasi terjadinya radiasi

Bremstahlung. Walaupun begitu tambahan perisai untuk melindungi dari radiasi

Bremstahlung perlu dipasang. Dalam hal ini Perspeks yang dikelilingi oleh

Timbal direkomendasikan. Perlu diperhatikan untuk tidak memandang remeh

bahaya sumber radiasi Beta yang tidak berperisai, karena dapat memberikan dosis

tinggi (khususnya pada tangan dan jari) apabila dipegang secara langsung. Hal ini

29

Page 30: BAB I.II,II.IV,ok.docx

sangat penting bagi pekerja yang sedang menangani Vial dan alat semprot

(syringes) yang mengandung sumber radiasi Beta.

Sinar X dan sinar Gamma memiliki daya tembus yang jauh lebih besar

dibandingkan partikel Alfa dan partikel Beta. Perisai bermassa atom berat;

misalnya beton, besi dan timbal diperlukan untuk mengatenuasi dan mengurangi

laju dosis sampai pada tingkat yang aman. Faktor atenuasi tergantung pada bahan

perisai, tebal dan energi foton yang menumbuk bahan.

Perisai Neutron lebih kompleks karena berkaitan dengan jangkauan energi yang

lebar dan terjadinya reaksi inti. Reaksi yang muncul pada interaksi Neutron

dengan bahan perisai ialah:

1. Hamburan Elastik.

2. Hamburan Tak Elastik.

3. Tangkapan Neutron.

Gambar di bawah ini melukiskan daya tembus berbagai radiasi dalam bahan

Sifat-sifat daya tembus radiasi pengion.

Gambar 4.8 : sifat radiasi terhadap bahan

Berikut ini menguraikan bahan perisai yang direkomendasikan untuk menahan

berbagai jenis radiasi pengion

Tabel4.1 Bahan Perisai Yang Direkomendasikan

30

Page 31: BAB I.II,II.IV,ok.docx

Jenis Radiasi Bahan Yang

Direkomendasikan

Partikel Alfa Tidak Ada

Partikel Beta Energi

Rendah

Tidak ada

Partikel Beta Energi

Tinggi

Perspeks dikelilingi

timbal

Sinar-X dan sinar

Gamma

Beton, besi dan timbal

Neutron Beton, air, polyetelin,

lilin parafin dikombinasi

dengan boron.

Didalam perhitungan factor pelindung yang menjadi pedoman adalah bahwa laju

paparan radiasi akan berkurang setelah melewati bahan pelindung, semakin tebal

dan tinggi densitas sebuah pelindung maka semakin besar pengurangan laju

paparan radiasi. Sebagai contoh untuk laju paparan sinar X atau Gamma setelah

melewati pelindung maka dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

Dt = Do.e- t

Ket:

1. Do = Laju dosis tanpa penahan.

2. Dt = Laju dosis sebelum ditahan.

3. = Koefisien absorbsi linier, yaitu fungsi penahan yang bersangkutan

dan energi sumber radiasi, dimensinya = panjang – 1.

4. t = Tebal penahan, dimensi panjang + 1.

Untuk mempermudah perhitungan bahan penahan radiasi tertentu sering

digunakan HVL(half life layer)/HVT(half life thickness) yaitu tebal bahan yang

diperlukan untuk mengurangi intensitas radiasi menjadi setengah dari intensitas

sebelum dilemahkan oleh pelindung. Maka dari rumus diatas dapat dinyatakan

bahwa :

31

Page 32: BAB I.II,II.IV,ok.docx

t = HVL

dan

Dt = ½ Do = Do e- t

= Do e- (HVL)

maka :

e- (HVL) = ½

- (HVL) = ln ½

sehingga :

= 0.693/HVT atau HVT = 0.693/

Dt = Do (1/2)t/HVT

Konsep HVL ini sangat berguna untuk menghitung secara cepat tebal bahan yang

diperlukan.

Misalnya :

- Untuk mengurangi laju dosis hingga setengahnya, diperlukan bahan

setebal

1 kali HVL, dan harga HVL ini sudah ditentukan oleh grafik .

- Untuk mengurangi laju dosis hingga ¼ atau ½ 2 diperlukan bahan

penahan

setebal 2 kali HVL. dan seterusnya.

BAPETEN merekomendasikan dinding ruangan rontgen setebal 25 cm tembok

atau setara dengan Pb setebal 2mm, maka apabila dilihat dari tabel HVT untuk

90 Kvp atau kita anggap saja 100 Kvp, HVT nya setebal 0,27 mm ini mampu

mengurangi laju dosis sebesar ½7,4 kali atau pelemahan 168,9 kali. Atau kalau kita

32

Page 33: BAB I.II,II.IV,ok.docx

ambil contoh besar laju dosis sebelum melewati shielding 2 mm Pb sebesar

100mRem/Jam, maka laju dosis setelah melewati shielding tersebut menjadi :

100mRem/jam = 0,59 mRem/Jam168,9 (TVL)

Tebal 2mm Pb cukup aman untuk operator dan lingkungan diluar dinding

ruangan, karena besaran dosis itu pun telah teratenuasi oleh faktor jarak yang

rata-rata hampir 50 cm atau lebih (jarak dari sumber ke dinding). Sedangkan

untuk pasien tidak dilengkapi dengan penahan maka tingkat keamanan radiasi

akan diperhitungkan dengan faktor lain.

c. Faktor Waktu.

Semakin lama radiasi terpancar ketubuh manusia/benda maka semakin besar pula

dosis yang diserap oleh tubuh/benda tersebut karena besar dosis radiasi yang

diterima dengan laju dosis tertentu berbanding langsung dengan lamanya waktu

radiasi itu terpancar kedalam tubuh /benda, atau dirumuskan sebagai berikut :

Dt = Do . t

Dt = Dosis yang diterima

Do = Laju dosis mula-mula

t = waktu

atau dengan kata lain Dosis = Laju Dosis x Waktu

Contoh :

Seorang pekerja radiasi diizinkan menerima dosis sebesar 100 mrem dalam satu

minggu, berapa jam seminggu ia boleh bekerja dalam medan radiasi dengan laju

dosis 10 mrem/jam ?

Jawab :

Diketahui :

Dt = 100 mrem

Do = 10 mrem/jam

Ditanya : t ?

Dari rumus Dt = Do x t maka : 100mrem = 10 mrem/jam x t ; t = 10 jam.

33

Page 34: BAB I.II,II.IV,ok.docx

Berdasarkan contoh perhitungan diatas, maka untuk pekerja radiasi diperlukan

perhitungan jam kerja dalam sehari atau seminggu yang memungkinkan

menerima dosis dibawah Nilai Batas Dosis (NBD) nya. Sedangkan untuk pasien

sendiri karena tidak ada shielding dan relatif jaraknya dekat dengan sumber, maka

diusahakan dapat diberikan radiasi sesingkat mungkin serta tidak dilakukan

radiasi yang kedua kali dalam waktu singkat. Ini biasanya diatur dalan petunjuk

pelaksanaan kerja atau manajemen kerja radiologi.

4.2.4 Pengawasan dosis.

Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, bahwa Pengawasan Dosis ini berkaitan

erat dengan tujuan keselamatan radiasi.

Pembatasan akibat stokastik dapat dicapai dengan cara mengusahakan agar semua

penyinaran dibuat serendah mungkin dengan mempertimbangkan factor ekonomi

dan sosial dalam memenuhi syarat nilai batas dosis tidak dilampaui. Adapun

pencegahan akibat non-stokastik akan tercapai dengan menetapkan nilai batas

dosis pada angka yang cukup rendah. Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala

Bapeten No. 1/Ka. BAPETEN/V-1999 mengenai sistem pembatasan dosis, dalam

hal ini pembatasan dosis untuk pekerja radiasi.Pengawasan dosis ini terbagi dalam

tiga tahap yakni;

1. Pengawasan Sebelum Masa Kerja

Yaitu tersedianya catatan dosis radiasi yang pernah diterima oleh calon

pekerja radiasi.

2. Pengawasan Selama Masa Kerja

Petugas Proteksi Radiasi berkewajiban melakukan pengukuran dosis terus

menerus selama masa kerja dan dosis setiap pekerja radiasi dipantau oleh film

badge nya masing-masing yang setiap bulannya dilaporkan kepada BPFK

untuk dibaca dan dilaporkan hasilnya kepada PPR sebagai catatan hasil

penerimaan dosis masing-masing pekerja radiasi yang kemudian dimuat

dalamm kartu dosis. Apabila seseorang telah mencapai Nilai Batas Dosis yang

telah ditentukan, maka petugas segera menyelidiki sebab- sebabnya serta

melakukan koreksi , pengukuran yang dimaksud adalah berupa pencatatan

dosis radiasi nyang diterima pekerja radiasi setiap bulannya.

34

Page 35: BAB I.II,II.IV,ok.docx

3. Pengawasan Setelah Masa Kerja

Jika petugas radiasi memutuskan hubungan kerja atau pindah ke bagian

lain, berhak memperoleh catatan dosis radiasi yang diproleh selama bekerja

sebagai pekerja radiasi.

Adapun hasil pencatatan dosis radiasi ini disimpan pada arsip Petugas Proteksi

Radiasi untuk jangka waktu paling sedikit 30 tahun, Oleh karena itu setiap

pekerja memiliki Kartu Dosis masing-masing.

Jika terjadi kecelakaan radiasi, Petugas Proteksi Radiasi segera melakukan

penilaian penerimaan dosis radiasi dari para pekerja yang terlibat dan segera

melakukan penanggulangan kecelakaan tersebut.

4.2.5 Pengawasan Kesehatan Pekerja Radiasi

Pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi juga terdiri atas tiga tahapan yakni

1. Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pekerja Radiasi.

Pemeriksaan ini meliputi penyelidikan terhadap riwayat kesehatannya

termasuk semua penyinaran radiasi pengion dari pekerjaan sebelumnya yang

diketahui diterimanya atau dari pemeriksaan dengan pengobatan medik, dan juga

penyelidikan secara klinis atau lainnya yang diperlukan untuk menentukan

keadaan umum kesehatannya. Dilakukan pula pemeriksaan khusus pada organ

yang dianggap peka terhadap radiasi dipandang dari jenis pekerjaan yang akan

dilakukan oleh calon pekerja misalnya, pemeriksaan Haematologi, dermatologi,

opthalmologi, paru-paru, neurologi dan atau kandungan.

2. Pemeriksaan Kesehatan Selama Masa Bekerja.

Pemeriksaan ini dilakukan sedikitnya sekali dalam setahun atau lebih bergantung

dari kondisi penyinaran yang diterima oleh pekerja atau apabila keadaan

kesehatan pekerja memerlukan pemeriksaan. Pemeriksaan ini meliputi

pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus pada organ tubuh yang dianggap

peka terhadap radiasi serta mengadakan pemeriksaan lanjutan atau pemeriksaan

kesehatan yang dianggap perlu oleh dokter. Juga apabila ada pekerja yang dalam

waktu singkat telah menerima dosis lebih dari 100mSv, harus menjalani

pemeriksaan kesehatan secara intensif dan terrinci.

35

Page 36: BAB I.II,II.IV,ok.docx

3. Pemeriksaan Kesehatan Setelah Masa Kerja.

Jika pekerja radiasi akan memutuskan hubungan kerja atau dipindahkan ke bagian

lain harus diperiksa kesehatannya terlebih dahulu secara teliti dan menyeluruh

oleh dokter perusahaan atas beban perusahaan. Dokter instalasi dapat menentukan

perlunya pengawasan kesehatan setelah putusnya hubungan kerja untuk

mengawasi kesehatan orang yang bersangkutan selama dianggap perlu, atas biaya

perusahaan.

Adapun hasil pemeriksaan diatas harus dinyatakan :

- Sehat memenuhi syarat

- Sehat dan memeuhi syarat dengan kondisi tertentu

- Tidak sehat dan tidak memenuhi syarat

4.3 Kegiatan Harian

36

Page 37: BAB I.II,II.IV,ok.docx

1. Pemasangan Alat Baru

2. Survey Kerusakan alat

3. Pergantian dan Pemasangan Komponen Yang Rusak

NO TANGGAL NAMA

INSTALASI

KEGIATAN

YANG

DILAKUKAN

MERK KETERANGAN

1. 01-12-2011 - - - -

2. 02-12-2011 Rs. Sitanala Pemasangan

Alat rontgen

meliputi

(Bucky Stand,

Trafo, Kabel

Power)

toshiba Pekerjaan

pemasangan

alat rontgen

belum selesai

3. 05-12-2011 - - - -

4. 06-12-2011 PUSKESMAS.

Penjaringan

Peletakan alat

rongent

kedalam lobby

RS.

penjaringan

Toshiba Pemasanagn

alat rontgen

di hari

berikutnya

5. 07-12-2011 s/d

09-12-2011

- - - -

6. 12-12-2011 RSU. Setia

mitra

Paparan

Radiasi alat

rontgen

toshiba Keadaan alat

rontgen

normal

7. 13-12-2011 s/d

15-12-2011

- - - -

37

Page 38: BAB I.II,II.IV,ok.docx

8. 16-12-2011 PUSKESMAS .

Penjaringan

Pemindahan

alat Rontgen

dari Lobby ke

ruang x-ray

dan

pemasangan

alat rontgen

Toshiba Pemasanagan

alat rontgen

belum selesai

di lanjutkan

hari

berikutnya

9. 19-12-2011 RS. soeroso Pemasangan

Alat rontgen

meliputi (kabel

trafo, kabel

tube,dan kabel

console)

Toshiba Pemasanagan

alat rontgen

belum selesai

di lanjutkan

hari

berikutnya

10. 20-12-2011 RS. MMC Pengecekaan

alat

momography

dan

pengantian

LED

toshiba Status sudah

normal

kembali

11. 20-12-2011 RS. SOS

MEDIKA

Pemasangan

Alat rontgen

meliputi (kabel

trafo, kabel

tube,dan kabel

console)

toshiba Pemasanagan

alat rontgen

belum selesai

di lanjutkan

hari

berikutnya

12. 21-12-2011 RS. sitanala Pemasangan

Alat rontgen

meliputi

(Bucky Stand, ,

toshiba Pemasanagan

alat rontgen

belum selesai

di lanjutkan

38

Page 39: BAB I.II,II.IV,ok.docx

Kabel Power)

dan Paparan

radiasi

hari

berikutnya

13. 22-12-2011

s/d 28-12-

2011

- - - -

14. 29-12-2011 RS.

Persahabatan

Checking gas

pressure

(normal 30-32

Psi) gas SF6

pada alat

Clinac

Varian Selang gas

bocor,

sementara di

tambal

15. 30-12-2011 RS. sos medika Paparan

radiasi Alat

rontgen

toshiba Status

normal

BAB V

39

Page 40: BAB I.II,II.IV,ok.docx

PENUTUP

Puji syukur kehadiran tuhan yang maha esa, karena atas berkatnya kami dapat menyelesaikan semua kegiatan dalam praktek kerja lapangan (PKL).

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan PKL ini masih jauh dari sempurna, baik dalam pembahasan materi maupun dalam praktek kerja lapangan yang kami lakukan di PT. MURTI INDAH SENTOSA

5.1 KESIMPULAN

Setelah melakukan praktek kerja lapangan selama 1 bulan terbilang dari tanggal 1 desember2011 s/d 31 Desember 2011 di PT. MURTI INDAH SENTOSA, kami dapatmengambil beberapa kesimmpulan yang berkenaan dalam praktek kerja lapangan (PKL), sebagaii berikut :

1. Radioteraphy adalah pemanfaatkan sifat radiasi sebagai pengion, hingga

mampu mematikan sel-sel kanker, melalui proses pengendalian besaran dosis

yang diberikan.

2. Clinac adalah sebuah alat pembangkit sinar radiasi yang mampu

menghasilkan besaran-besaran energi radiasi berupa photon atau sinar X dan

energi radiasi berupa elektron. Besarnya energi radiasi yang dipancarkan

dalam orde Mega Volt atau Mega elektron Volt (MV/MeV).

3. Paparan radiasi adalah Proses pengukuran radiasi dilakukan ketika system mulai

dapat memancarkan radiasi saat proses instalasi dilakukan

5.2 Saran1. Dalam Perkembangan dunia elektronika sangat cepat, maka laporan ini

dapt bermanfaat bagi pembaca agar dapat memahami dasar rasioteraphy sehingga selanjutnya dapat terus mengikuti perkembangan alat radioteraphy yang baru.

2. Agar mahasiswa mempunyai inspirasi untuk dapat membuat alat radioterahy sendiri atau buatan Indonesia sehingga tidak menggunakan alat – alat import lagi.

DAfTAR PUSAKA

40

Page 41: BAB I.II,II.IV,ok.docx

1. C-Series Clinier Accelerator System Basices. Tahun 2000.

2. Ir. Marthen Kanginan,Fisika SMA,Penerbit Erlangga,Jakarta,1992

3. Novizal,Fisika Modern,Penerbit ISTN,2005

4. instalasi AMnual,Toshiba ScannerAsterion TSX-021B,2005-2007

5. service Manual Portable x-ray Units Technical Publicatio,SM0510R7,2002

6. Purba, Michael, Ilmu Kimia, Erlangga 1994

7. Gabriel, J.F, Fisika Kedokteran, Udayana 1988

8. Allingger, Norman, Organic Chemistry, Wort Publiser 1976

9. http://id.wikipedia.org/wiki/Sinar-X

10. http://id.wikipedia.org/wiki/Radioterapi

41