Bab i,II,III Tri Kti
Click here to load reader
Transcript of Bab i,II,III Tri Kti
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencernaan makanan merupakan proses pengolahan makanan di dalam
saluran cerna untuk mengubah makanan menjadi bentuk akhir yang lebih mudah
dicerna dan diabsorpsi oleh dinding saluran cerna. Gangguan pada saluran cerna
merupakan masalah yang paling sering ditemukan pada fasilitas pelayanan
kesehatan dan dapat berdampak pada status gizi seseorang.Kebiasaan makan dan
gaya hidup berperan menimbulkan masalah tersebut.
Konstipasi adalah suatu penurunan defekasi yang tidak normal pada
seseorang disertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau
keluarnya feses yang sangat kering dan keras (Wilkinson,2006).
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem
pencernaan dimana seorang manusia mengalami pengerasan feses atau tinja yang
berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan
kesakitan yang hebat pada penderitanya (http:id.wikipidia.org/wiki/konstipasi).
Setiap tahunnya kira-kira lebih dari 2,5 juta orang pergi ke dokter karena
masalah konstipasi (http://id.wikipedia.org).
Menurut situs National Institute on Aging, AS, konstipasi adalah suatu
gejala, bukan penyakit. Konstipasi didefinisikan sebagai frekuensi buang air besar
1
kurang dari normal dengan waktu yang lama serta kesulitan dan rasa sakit dalam
mengeluarkan tinja (http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews).
Dari hasil ”National health interview” di Amerika Serikat di temukan lebih
dari 4,5 juta penduduk mempunyai keluhan sering konstipasi. penderita yang
mengeluh konstipasi ini kebanyakan adalah wanita,anank-anak dan orang dewasa
diatas 65 tahun.Konstipasi menyebabkan 2,5 juta penderita berkunjung ke dokter
setiap tahunnya.
Di Cina di survey yang dilakukan pada orang berusia kurang dari 60 tahun
dibeberapa kota menunjukan kejadian konstipasi kronis sebesar 15-20%.Studi
ajak dilakukan pada dewasa usia 18-70 tahun di Beijing di temukan 6,07%
penderita konstipasi.
Di Indonesia prevalensi konstipasi sebesar 3.857.327 jiwa (friedman dan
grendell, 2003).
Dari data rumah sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta,dari 2397
pasiencolonoscopy pada tahun 1998-2005,sebanyak 9% atau 216 orang yang
mengalami konstipasi,yakni129 wanita dan 87 pria(http:/bataviase.co.id.2009)
Menurut dr Siti Setiati SpPD KGer dari Subbagian Geriatri Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUP dr Cipto
Mangunkusumo, survei yang dilakukan di poliklinik usia lanjut RSCM tahun
2003 pada 127 pasien geriatri mendapatkan angka kekerapan konstipasi sebesar
12,6 persen (http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews)
2
Berdasarkan hasil riset puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2001,rata-rata
konsumsi serat penduduk Indonesia adalah 10,5 gram/hari.angka ini menunjukan
bahwa penduduk indonesia baru memenuhi kebutuhan sebesar sekitar 2/3 dari
kebutuhan ideal rata-rata 30 gram /hari.Pada hal para pakar menyarankan
konsumsi sayur dan buah sebagai makanan sumber tinggi serat.namun kebiasaan
masih sulit di ubah karena menyangkut faktor kesibukan,kebiasaan dan kesukaan
akan makanan tertentu (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).
Berdasarkan surve awal yang didapatkan melalui wawancara yang
dilakukan terhadap 7 orang mahasiswi hanya 2 orang yang mengerti tentang
konstipasi.Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
pengetahuan mahasiswi tingkat 1 Akper tentang konstipasi di asrama putri
STIKes Rumah Sakit Haji Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut: Bagaimana Pengetahuan Mahasiswi Tingkat 1 Akper tentang
konstipasi di asrama putri STIKes Rumah Sakit Haji Medan.
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1tujuan umum
Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswi tingkat 1 Akper tentang
konstipasi diasrama putri di STIKes Rumah Sakit Haji Medan.
3
1.4 Manfaat Penelitia
1.4.1 Bagi tempat penelitian.
Dapat memberikan informasi dan masukan tentang kontipasi.
1.4.2 Bagi Peneliti
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang
konstipasi.
1.4.3 Bagi Responden.
Dapat memberikan informasi tentang kontipasi.
1.4.4 Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai data dasar untuk penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan pengetahuan mahasiswa tentang
kontipasi.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Defenisi
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab
pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan adalah hasil tahu dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo, 2004).
2.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan
1. Cara tradisional dalam memperoleh pengetahuan
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum dikemukakannya metode ilmiah atau metode
penemuan secara sistematis dan logis.
a. Cara coba salah (trial and error)
Metode ini telah digunakan orang dalam waktu cukup lama untuk
memecahkan berbagai masalah. Terutama mereka yang sudah atau
belum mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.
5
b. Cara kekuasaan (otoriter)
Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat trsdisional
saja, melaikan juga terjadi pada masyarakat modren. Kebiasan seperti
ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang
mutlak.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang, demikian bunyi pepatah. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang terjadi dihadapi pada masa lalu.
d. Melalui jalan pikir
Dari sini manusia telah mampu mengunakan penalaran dalam
memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah mengunakan jalan pikirannya, baik melaui
induksi maupun deduksi (Notoatmodjo, 2005).
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara modren dalam memperoleh pengetahuan dalam dewasa ini lebih
sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini dusebut “metode penelitian ilmiah”
atau logis populer disebut metodelogi penelitian. Cara ini mula–mula
dikembangkan oleh Fracis Bacon (1561-1626) (Notoatmodjo, 2005).
3. Metode ilmiah
Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan atau pemecahan masalah. Pada dasarnya menggunakan
metode ilmiah. Metode ilmiah yang pertama kali dikenalkan oleh Jhon
Dewey adalah perpaduan proses berfikir deduktif–induktif guna
6
pemecahan suatu masalah, adapun langkah–langkah pemecahan suatu
masalah yang diantaranya adalah:
1. Merasakan adanya suatu masalah atau kesulitan, dan masalah atau
kesulitan ini mendorong perlunya pemecahan.
2. Merumuskan atau membatasi masalah/kesulitan tersebut, di dalam hal
ini diperlukan observasi untuk mengumpulkan fakta yang
berhubungan dengan masalah itu.
3. Mencoba mengajukan pemecahan masalah/kesulitan tersebut dalam
bentuk hipotesis – hipotesis
4. Merumuskan alasan – alasan dan akibat dari hipotesis yang
dirumuskan secara deduktif.
5. Menguji hipotesis – hipotesis yang diujikan dengan berdasarkan fakta
fakta yang dikumpulkan melalui penyelidikan atau penelitian
(Notoatmodjo, 2005).
2.2 Konstipasi
2.2.1 Defenisi
Konstipasi adalah suatu tindakan atau proses makluk hidup kotoran atau
tinja yang padat atau setengah padat yang berasal dari sistem percernaan
(Dianawuri, 2009).
Konstipasi adalah Suatu penurunan defekasi yang normal seseorang
disertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses
yang sangat keras dan kering ( Wilkinson, 2006).
Konstipasi adalah kesulitan atau kelambatan pasase yang menyangkut
kosistensi tinjau dan frekuensi berhajat. Konstipasi di katakan akut jika lamanya 7
1sampai 4 minggu, sedangkan di katakan kronik jika lamanya lebih dari 1 bulan
( mansjoer, 2000).
2.2.2 Secara umum penyebab konstipasi adalah sebagai berikut:
1. Kurang cairan
Kurang mengonsumsi cairan bisa menyebabkan tinja menjadi keras
sehingga sulit dikeluarkan. Minum sedikitnya 8 gelas cairan sehari.
2. Cokelat
Ada beberapa studi yang mengaitkan antara cokelat dengan terjadinya
sembelit meski pada beberapa orang konsumsi cokelat justru membantu
melancarkan BAB.
3. Kehamilan dan persalinan
Konstipasi termasuk masalah yang sering dikeluhkan ibu hamil. Biasanya
kondisi ini masih akan terus berlanjut pasca persalinan. Gangguan BAB
ini terjadi karena melemahnya otot-otot perut atau efek samping dari obat
pereda nyeri.
4. Terlalu banyak daging
Pola makan yang rendah serat dan tinggi lemak seperti daging, telur atau
keju bisa membuat proses pencernaan menjadi lebih lambat. Karena itu
penuhi pula kebutuhan tubuh akan serat dengan mengonsumsi cukup
sayuran dan buah.
8
5. Vitamin
Vitamin secara umum tidak akan menyebabkan konstipasi, tetapi beberapa
jenis komponen seperti kalsium dan zat besi bisa jadi pemicu.
6. Pereda nyeri dan antidepresan
Penelitian menunjukkan, orang yang sering mengalami sembelit
kebanyakan adalah pengguna obat pereda nyeri dalam jangka panjang.
Konstipasi juga terkait dengan antidepresan golongan serotonin reuptake
inhibitor (SSRI).
7. Hipotiroid
Hipotiroid atau tidak aktifnya kelenjar tiroid akan memperlambat proses
metabolik tubuh dan usus. Tidak semua penderita hipotiroid akan
mengalami konstipasi namun biasanya dokter akan meminta pasien
konstipasi kronik untuk mengecek kadar tiroidnya.
8. Diabetes
Diabetes yang tidak dikendalikan bisa menyebab kerusakan saraf yang
berpengaruh pada kemampuan tubuh mencerna makanan.
9. Kurang olahraga
Gaya hidup kurang bergerak juga bisa memicu konstipasi. Lakukan
aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari.
2.2.3 Tanda dan gejala
Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang
lain, karena pola makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang
9
berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum ditemukan pada
sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:
a. Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku.
b. Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga
malas mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk.
c. Sering berdebar - debar sehingga cepat emosi yang mengakibatkan stres
sehingga rentan sakit kepala atau bahkan demam.
d. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi kurang percaya diri, tidak
bersemangat, dan tubuh terasa terbebani yang mengakibatkan kualitas dan
produktivitas kerja menurun.
e. Tinja atau feses lebih keras, lebih panas, dan berwarna lebih gelap daripada
biasanya, dan lebih sedikit daripada biasanya.
f. Pada saat buang air besar feses atau tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, tubuh
berkeringat dingin, dan kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-
nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membuang tinja
(bahkan sampai mengalami ambeien).
g. Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
h. Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan terganjal sesuatu disertai
sakit akibat bergesekan dengan tinja atau feses yang kering dan keras atau
karena mengalami ambeien atau wasir sehingga pada saat duduk terasa tidak
nyaman.
10
i. Lebih sering buang angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya.
j. Menurunnya frekwensi buang air besar, dan meningkatnya waktu buang air
besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).
2.2.4 Komplikasi
Konstipasi dapat menimbulkan beberapa penyakit :
a. Hemoroid
b. Fisura ani
c. Prolaps rectal
d. Ulkus sterkoral
e. Gangguan fungsi serebrovaskuler danjantung
(http://siswa.univpancasila.ac.id)
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Konstipasi
1. Usia
Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan control
defekasi menurun.
2. Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, bayaknya makanan yang
masuk kedalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
11
3. Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses memjadi keras,
disebabkan karena obserpasi yang meningkat.
4. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi, gerakan pristaltik akan memudahkan bahan bergerakn sepanjang
kolon.
5. Fisiologi
Keadan cemas, takut dan marah akan meningkatkan pristaltik, sehingga
menyebabkan diare.
6. Pengobatan
Beberapa jenis obat akan menyebabkan diare dan konstipasi.
7. Gaya hidup
Kebiasaan melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas
buang air besar dan kebiasaan menahan buang air besar.
8. Penyakit
Beberapa penyakit dapat menyebabkan diare dan konstipasi
(Tarwoto Watonah, 2006).
12
2.3.1 Pengobatan dan peredaan konstipasi
Setiap tahunnya kira-kira lebih dari 2,5 juta orang pergi ke dokter karena
masalah konstipasi.
Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan
cara yaitu:
a. Pengubahan pola makan menjadi lebih sehat
b. Rajin berolahraga
c. Memijat perut
d. Minum air putih sebanyaknya
e. Meminum minuman prebiotik dan probiotik
f. Membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat
jadwal buang air besar yang disebut bowel training.
Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita
obstipasi, yaitu dengan mengkonsumsi obat pencahar disebut laksatif (yang
kadang-kadang menyebabkan perut terasa melilit berlebihan, tinja berbentuk cair,
atau bahkan ketergantungan obat pencahar), penghisapan tinja atau feses dengan
alat khusus, terapi serat, dan pembedahan (walaupun pilihan ini cukup jarang
dilakukan).
Agar penderita konstipasi dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang:
a. Menahan buang air besar
b. Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas
13
c. Makan dalam porsi yang banyak
d. Meminum minuman yang berkafein dan soft drink (htt:/id.wikipidia.org
konstipasi)
2.4 Kerangka Kerja
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka penelitian
mengenai pengetahuan mahasiswa tentang konstipasi di Asrama putri di STIKes
Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2011.
Berdasarkan kerangka kerja di atas dapat dilihat bahwa objek yang diteliti
adalah pengetahuan mahasiswa tentang konstipasi di Asrama Putri STIKes
Rumah Sakit Haji Medan dengan kriteria hasil baik, cukup dan kurang.
14
MahasiswaPengetahuan tentang
Konstipasi di asrama
putri STIKes Haji
Medan
Kriteria hasil:
BaikCukup Kurang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu untuk mengetahui
gambaran pengetahuan mahasiswa tentang konstipasi di asrama putri STIKes
Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2011.
3.2 Lokasi dan Waktu penelitian
3.2.1 Lokasi
Penelitian ini akan dilaksanakan di asrama putri STIKes Rumah Sakit Haji
Medan tahun 2011, karena tempat tersebut dekat dengan tempat peneliti sehingga
memudahkan peneliti untuk mengambil sampel, dan belum pernah dilakukan
penelitian dan ada masalah penelitian.
3.2.2 Waktu
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Juli 2011.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(mahasiwa), adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
tingkat I prodi D III keperawatan STIKes Rumah Sakit Haji Medan yang
berjumlah 28 orang.
15
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan dijadikan objek
penelitian. teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh.
Yaitu teknik penentuan sempel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sempel. Jadi sempel dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat I prodi D
III keperawatan STIKes Rumah Sakit Haji Medan yang berjumlah 28 orang.
3.4 Definisi Operasional
1. Pengetahuan adalah segala sesuatu informasi yang di ketahui mahasiswa
tentang konstipasi di asrama putrid STIKes Haji Medan.
2. Konstipasi adalah ganguan elimimasi yang di akibatkan adanya feses yang
kering dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi
yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stres psikologis, obat-
obatan, kurang aktivitas, dan usia.
3. Mahasiswa adalah pelajar yang sedang menimba ilmu pengetahuan pada
jenjang perguruan tinggi program D-III Keperawatan di STIKes Rumah
Sakit Haji Medan.
3.5 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mengajukan judul
kepada ketua STIKes Rumah Sakit Haji Medan, kemudian mengajukan
permohonan kepada Direktur STIKes Rumah Sakit Haji Medan untuk melakukan
studi pendahuluan dan mendapatkan data untuk menyusun proposal. Selesai
proposal kemudian peneliti membagikan kuisioner kepada responden yang akan
diteliti dengan menekankan pada masalah etika meliputi:
16
1. Informed Concent (Lembaran Persetujuan)
Lembaran persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang
mungkin terjadi sebelum dan sesudah penelitian. Jika bersedia dijadikan
responden, maka mereka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
tersebut. Jika mereka menolak untuk dijadikan responden, maka peneliti tidak
akan memaksa dan akan tetap menghormati hak-haknya.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak mencantumkan
namanya pada lembar pengumpulan data tetapi cukup dengan memberi nomor
kode masing-masing pada lembar tersebut.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan imformasi responden akan dijamin oleh peneliti, hanya
sekelompok data tertentu saja yang akan disajikan untuk dilaporkan sebagai hasil
penelitian (Hidayat, 2007).
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
disusun dan dimodifikasi oleh peneliti dangan mengacu pada kerangka kerja.
3.7 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan berupa jawaban dari setiap pertanyaan kuesioner
akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
17
1. Editing
Dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan
dan kekeliruan dalam pengumpulan data diperbaiki dan dilakukan pendataan
ulang oleh responden.
2. Coding
Data yang telah diediting dirubah kedalam bentuk angka (kode) jawaban
responden dirubah menjadi kode jawaban benar dengan nilai 2 dan jawaban
salah dengan nilai 1.
3. Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan dan analisa data serta kesimpulan data
yang telah dihitung sesuai variable yang dibutuhkan dan dimasukkan
kedalam distribusi frekuensi.
4. Skoring
Pengetahuan mahasiswi tingkat I akper tentang konstipasi, sebelumnya
menentukan kategori baik, cukup, kurang.
Aspek pengukuran variabel khususnya pengukuran variabel pengetahuan
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Skor jawaban yang benar diberi nilai 2 dengan jumlah soal sebanyak 21,
jadi jumlah skor maksimal adalah 2 X 21 = 42
b. Skor jawaban yang salah diberi nilai 1 dengan jumlah soal sebanyak 21,
jadi jumlah skor minimal adalah 1 X 21 = 21
18
Jadi, pembagian pengetahuan berdasarkan skor adalah sebagai berikut :
Keterangan : R = Range
Xmaks = Data terbesar
Xmin = Data terkecil
P = Panjang kelas
R = Xmax – Xmin
= 42 – 21
= 21
Untuk menentukan panjang kelas (P) adalah sebagai berikut :
p= Rkategori
= 7
Maka kriteria ada 3 yaitu :
1. Pengetahuan baik bila mendapat skor : 36 – 42
2. Pengetahuan cukup bila mendapat skor : 29 – 35
3. Pengetahuan kurang bila mendapat skor : 21 – 28
( Notoadmodjo, 2005).
19
p=213
=7
3.8 Penyajian Data
Hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi,
frekuensi dan persentase.
20