BAB I,II,III KTI.docx

50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam merupakan salah satu masalah yang kerap dijumpai dalam mengasuh dan membesarkan anak. Ibu berperan penting dalam merawat anak demam, pengetahuan ibu diperlukan agar tindakan yang diberikan benar yaitu bagaimana ibu menentukan anak demam dan menurunkan suhu tubuh anak, sertakapan ibu mambawa ke petugas kesehatan. Kurangnya informasi dan pengetahuan dapat membuat tindakan ibu menjadi keliru. Kesalahan yang sering terjadi di lingkungan kita seperti anak demam justru diselimuti dengan selimut tebal. Ibu perlu mengetahui bahwa pada usia di bawah lima tahun daya tahan tubuh anak memang merendah sehingga rentan sekali terkena infeksi penyebab demam. Tingginya suhu tubuh juga tidak dapat dijadikan indikasi bahwa penyakit yang diderita anak semua parah. Sebab pada saat itu tubuh sedang berusaha melakukan perlawanan terhadap penyakit akibat infeksi, dengan demikian demam dapat reda dengan sendirinya dalam 1–2 hari dan tidak selalu butuh pengobatan. Segeralah

Transcript of BAB I,II,III KTI.docx

Page 1: BAB I,II,III KTI.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demam merupakan salah satu masalah yang kerap dijumpai dalam

mengasuh dan membesarkan anak. Ibu berperan penting dalam merawat

anak demam, pengetahuan ibu diperlukan agar tindakan yang diberikan benar

yaitu bagaimana ibu menentukan anak demam dan menurunkan suhu tubuh

anak, sertakapan ibu mambawa ke petugas kesehatan. Kurangnya informasi

dan pengetahuan dapat membuat tindakan ibu menjadi keliru. Kesalahan yang

sering terjadi di lingkungan kita seperti anak demam justru diselimuti dengan

selimut tebal. Ibu perlu mengetahui bahwa pada usia di bawah lima tahun daya

tahan tubuh anak memang merendah sehingga rentan sekali terkena infeksi

penyebab demam. Tingginya suhu tubuh juga tidak dapat dijadikan indikasi

bahwa penyakit yang diderita anak semua parah. Sebab pada saat itu tubuh

sedang berusaha melakukan perlawanan terhadap penyakit akibat infeksi,

dengan demikian demam dapat reda dengan sendirinya dalam 1–2 hari dan

tidak selalu butuh pengobatan. Segeralah melakukan pengukuran dengan

termometer setiap kali anak demam (Harlond, 2005).

Demam biasanya menunjukkan bahwa anak terkena infeksi. Tingginya

demam tidak menunjukkan seberapa sakitnya. Pilek biasa atau infeksi virus

ringan lainnya kadang-kadang dapat menyebabkan demam yang agak tinggi

tapi biasanya tidak menunjukkan masalah serius, sedangkan infeksi yang serius

mungkin tidak menyebabkan demam atau bahkan shu tubuh yang rendah yang

1

Page 2: BAB I,II,III KTI.docx

2

tidak biasa, terutama pada bayi kecil. Kadang-kadang demam disebabkan oleh

hal selain infeksi (Harold, 2005)

Panas tinggi atau demam bisa terjadi pada semua tingkatan umur manusia

dari bayi hingga yang lanjut usia sekalipun. Demam pada dasarnya bukanlah

suatu penyakit, tapi merupakan tanda dan gejala suatu penyakit. Yaitu, proses

alamiah yang timbul akibat perlawanan tubuh terhadap masuknya bibit penyakit.

Namum, demam pada bayi dan balita merupakan salah satu kasus yang tidak

dapat diabaikan begitu saja. Dibutuhkan perlakuan dan penanganan yang tepat.

Karena itu diharapkan orang tua khususnya ibu mendapat pengetahuan dan

gambaran-gambaran dengan baik ketika anak mengalami demam. Sehingga

tidak terjadi kepanikan, melainkan sikap yang tepat dan tindakan atau

pertolongan pertama yang segera dilakukan untuk mencegah akibat yang lebih

buruk (Widjaja, 2001).

Data terakhir yang diperoleh angka kesakitan bayi dan balita menunjukkan

bahwa dari 5732 penduduk jiwa. 49,1% bayiumur kurang dari 1 tahun (49,0%

bayi laki-laki, 49,2% bayi perempuan), dan 54,8% balita umur 1-4 tahun (55,7%

balita laki-laki, 54,0% balita perempuan). Di antara anak umur 0-4 tahun tersebut

ditemukan prevalensi panas sebesar 33,4%, batuk 28,7%, batuk dan nafas

cepat 17,0% dan diare 3,5%.

Berdasarkan studi pendahuluan berupa wawancara dari ibu yang

mempunyai anak balita di Desa Klego dari kebanyakan ibu belum dapat

memahami tentang perawatan demam pada anak. Berdasarkan uraian di atas

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Tingkat

Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Demam Pada Anak di Wilayah Kerja

Puskesmas Klego I Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

Page 3: BAB I,II,III KTI.docx

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka didapatkan perumusan

masalah sebagai berikut : “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

Perawatan Demam Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Klego I Kecamatan

Klego Kabupaten Boyolali”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang

perawatan demam pada anak di wilayah kerja Puskesmas Klego I

Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk dapat mengetahui karakteristik ibu di wilayah Puskesmas Klego I

Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

b. Untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan

yang harus dilakukan jika anak demam.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Manfaat penelitian bagi masyarakat khususnya ibu-ibu, yaitu untuk

memberikan informasi tentang demam pada anak.

2. Bagi Pihak Institusi Pendidikan

Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai

perawatan demam yang terjadi pada anak.

Page 4: BAB I,II,III KTI.docx

4

3. Bagi Peneliti

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang

perawatan demam pada anak di wilayah kerja Puskesmas Klego I

Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

4. Bagi Peneliti Lainnya

Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang

lengkap di tempat lain.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rohana (2007) yang berjudul “Hubungan

Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Ketika

Menghadapi Anak Demam Pada Ibu di Ruang Anak RSUD R.A Kartini

Jepara”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan

rancangan deskripptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Subyek

ini adalah ibu yang anaknya mengalami demam yang sedang dirawat di

ruang anak Rumah Sakit Umum Kartini Jepara. Jumlah responden sebanyak

40 orang, pengambilan sampel dengan teknik Quota Sampling. Hasil

penelitian untuk pendidikan dengan analisis Chi Square memperoleh

koefisien 42,530 dengan p < 0,05 (0,0005 < 0,05), maka Ho ditolak, artinya

terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan Ibu

dalam menghadapi anak demam. Hasil penelitian untuk tingkat pengetahuan

dengan analisis Chi Square memperoleh koefisien 21,395 dengan p < 0,05

(0,002<0,05), maka Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan tingkat kecemasan Ibu dalam menghadapi anak

demam.

Page 5: BAB I,II,III KTI.docx

5

2. Penelitian yang dilakukan oleh Diyana Puspita Sari (2007) yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Tuberkulosis Dengan Sikap

Ibu Terhadap Penatalaksanaan Tuberkulosis Pada Anak Toddler di Balai

Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta”. Jenis penelitian yang

digunakan adalah deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional.

Subyek penelitiannya adalah semua ibu yang mempunyai anak usia toddler

9 dan menderita tuberculosis di BBKPM Surakarta. Jumlah responden 51

orang, pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Pengujian

hipotesis penelitian menggunakan uji Rank Spearman, dengan hasil

terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang penyakit

tuberkulosis dengan sikap ibu dalam penatalaksanaan penyakit

tuberkulosis. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada judul yaitu

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Demam Pada Anak

Wilayah Kerja Puskesmas Klego I Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

Sampel yaitu ibu yang mempunyai anak di Desa Klego Kabupaten Boyolali.

Jumlah sampel 50 responden, pengambilan sampel dengan menggunakan

metode Proportional Random Sampling.

Page 6: BAB I,II,III KTI.docx

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengetahuan

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang alam, dan

sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab “what”,

melainkan akan menjawab pertanyaan “why” dan “how”, misalnya mengapa

air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia

bernafas, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan

sesuatu itu. Perlu dibedakan di sini antara pengetahuan dan keyakinan,

walaupun keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat (Notoatmodjo,

2003).

Sedangkan menurut Fauzi (2009), pengetahuan (knowledge) adalah

hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”,

misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang

dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman

langsung maupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan diperoleh

dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau

responden terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal : tentang

penyakit (penyebab, cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi,

6

Page 7: BAB I,II,III KTI.docx

7

pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

2. Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 6,

yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu hanya diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu

bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah

tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh

gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau

mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-

pertanyaan misalnya: apa tanda-tanda anak kurang gizi, apa penyebab

penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan sarang

nyamuk), dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus

dapat mengintepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit

demam berdarah, bukan hanya sekadar menyebutkan 3M (mengubur,

menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa

harus menutup, menguras, dan sebagainya, tempat-tempat

penampungan air tersebut.

Page 8: BAB I,II,III KTI.docx

8

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah

paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat

perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja,

orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat

proposal penelitian di mana saja, dan seterusnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai

pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat digram

(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya dapat

membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa,

dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan

sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau

Page 9: BAB I,II,III KTI.docx

9

meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang

telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulan tentang

artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau peralihan terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak

menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut

keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya.

3. Dasar-dasar pengetahuan

Dasar-dasar pengetahuan menurut Sarwono (2006) ialah sebagai

berikut :

a. Penalaran

Yang dimaksud dengan penalaran ialah kegiatan berpikir menurut

pola tertentu, menurut logika tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan

pengetahuan.

b. Logika (cara penarikan kesimpulan)

Ciri kedua ialah logika atau cara penarikan kesimpulan. Yang

dimaksud dengan logika sebagaimana didefinisikan oleh William S.S

ialah “pengkajian untuk berpikir secara sahih (valid).

4. Sumber pengetahuan

Sumber pengetahuan dalam dunia ini berawal dari sikap manusia yang

meragukan setiap gejala yang ada di alam semesta ini. Manusia tidak mau

Page 10: BAB I,II,III KTI.docx

10

menerima saja hal-hal yang ada termasuk nasib dirinya sendiri (Sarwono,

2006).

5. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan dapat

dikelompokkan menjadi dua yakni :

a. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau

metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non

ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada

periode ini antara lain meliputi :

1) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradapan. Cara coba-coba ini

dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Metode ini telah banyak

jasanya, terutama dalam meletakkan dasar-dasar menemukan teori-

teori dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Hal ini juga

merupakan pencerminan dan upaya memperoleh pengetahuan,

walaupun pada taraf yang masih primitif.

2) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

sengaja oleh orang yang bersangkutan.

Page 11: BAB I,II,III KTI.docx

11

3) Cara kekuasaan dan otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai

mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip

inilah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang

yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dulu menguji atau

membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun

berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang

yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang

dikemukakannya adalah sudah benar.

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat

digunakan untuk memperoleh pengetahuan.

5) Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran.

6) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran atau dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus

diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang

bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau

tidak.

Page 12: BAB I,II,III KTI.docx

12

7) Kebenaran secara Intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran

atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar

dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang

rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang

hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

8) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik

melalui induksi maupun deduksi.

a) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai

dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat

umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan

kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman

empiris yang ditangkap oleh indra.

b) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum ke khusus. Di sini terlihat proses berpikir

berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai

pengetahuan yang khusus.

Page 13: BAB I,II,III KTI.docx

13

b. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian.

6. Pengukuran pengetahuan

Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur berdasarkan jenis

penelitiannya, kuantitatif atau kualitataif :

a. Penelitian kuantitatif

Penelitian kuantitatif pada umumnya akan mencari jawab atas

fenomena, yang menyangkut berapa banyak, berapa sering, berapa

lama, dan sebagainya, maka biasanya menggunakan metode

wawancara dan angket (self administered) :

1) Wawancara tertutup atau wawancara terbuka, dengan menggunakan

instrument (alat pengukur/pengumpul data) kuesioner. Wawancara

tertutup adalah suatu wawancara dimana jawaban responden atas

pertanyaan yang diajukan telah tersedia dalam opsi jawaban,

responden tinggal memilih jawaban mana yang mereka anggap

paling benar atau paling tepat. Sedangkan wawancara terbuka,

dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka,

sedangkan responden boleh menjawab apa saja sesuai dengan

pendapat atau pengetahuan responden sendiri.

2) Angket tertutup atau terbuka. Seperti halnya wawancara, angket juga

dalam bentuk tertutup dan terbuka. Instrumen atau alat ukurnya

seperti wawancara, hanya jawaban responden disampaikan lewat

Page 14: BAB I,II,III KTI.docx

14

tulisan. Metode pengukuran melalui angket ini sering disebut “self

administered” atau metode mengisi sendiri.

b. Kualitatif

Pada umunya penelitian kualitatif bertujuan untuk menjawab

bagaimana suatu fenomena itu terjadi, atau mengapa terjadi. Misalnya

penelitian kesehatan tentang demam berdarah di suatu komunitas

tertentu. Penelitian kuantitatif mencari jawaban seberapa besar kasus

demam berdarah tersebut, dan berapa sering demam berdarah ini

menyerang penduduk di komunitas ini. Sedangkan penelitian kualitatif

akan mencari jawaban mengapa di komunitas ini sering terjadi kasus

demam berdarah, dan mengapa masyarakat tidak mau melakukan 3M,

dan seterusnya. Metode-metode pengukuran pengetahuan dalam

metode penelitian kualitatif ini antara lain :

1) Wawancara mendalam

Mengukur variabel pengetahuan dengan menggunakan metode

wawancara mendalam, adalah peneliti mengajukan suatu pertanyaan

sebagai pembuka, yang akhirnya memancing jawaban yang

sebanyak-banyaknya dari responden. Jawaban responden akan

diikuti pertanyaan yang lain, terus menerus, sehingga diperoleh

informasi atau jawaban responden sebanyak-banyaknya dan sejelas-

jelasnya.

2) Diskusi Kelompok Terfokus (DKT)

Diskusi kelompok terfokus atau “focus group discussion” dalam

menggali informasi dari beberapa orang responden sekaligus dalam

kelompok. Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yang akan

Page 15: BAB I,II,III KTI.docx

15

memperoleh jawaban yang berbeda-beda dari semua responden

dalam kelompok tersebut. Jumlah kelompok dalam diskusi kelompok

terfokus seyogyanya tidak terlalu banyak, tetapi juga tidak terlalu

sedikit, antara 6-10 orang (Notoatmodjo, 2010).

B. Demam

1. Pengertian

Demam merupakan reaksi universal dari binatang berdarah panas

terhadap rangsang tertentu. Fenomena ini merupakan upaya adaptasi dan

pertahanan diri. Dari penelitian yang telah banyak dilakukan, dapat diketahui

bahwa demam dapat membantu mekanisme pertahanan tubuh melawan

infeksi virus dan bakteri. Demam juga merupakan salah satu reaksi

hipersensitifitas pada penggunaan obat-obatan seperti penisilin,

sulfonamide, INH, PAS, nitrofurantoin, kinidin, propilthiourasil, antihistamin,

barbital, ibuprofen, salisilat, metildopa (Sartono, 2005).

Menurut Suriadi dan Yuliani (2010), demam adalah meningkatnya

temperatur suhu tubuh secara abnormal (di atas 38,9oC). Tipe demam yang

mungkin kita jumpai antara lain :

a. Demam septik

Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada

malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari.

Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang

tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam

septik.

Page 16: BAB I,II,III KTI.docx

16

b. Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai

suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat

mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat

demam septik.

c. Demam intermiten

Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam

dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali

disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua

serangan demam disebut kuartana.

d. Demam kontinyu

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.

Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut

hiperpireksia.

e. Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti

oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang

kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit

tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien

dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu

sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing,

malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan

suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan

demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit

Page 17: BAB I,II,III KTI.docx

17

yang self-limiting seperti influenza atau penyakit virus sejenis lainnya.

Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi

bakterial.

2. Etiologi

Menurut Suriadi dan Yuliani (2010), penyebab demam yang sering

adalah infeksi saluran nafas atas, otitis media, sinusitis, bronchiolitis,

pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingivostomatitis, gastroenteritis, infeksi

saluran kemih, pyelonefritis, meningitis, bakteremia, reaksi imun, neoplasma,

osteomyelitis. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh

keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga

pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak,

koma).

3. Manifestasi Klinis

Menurut Suriadi dan Yuliani (2010) tanda dan gejala dari demam

antara lain :

a. Badan panas bila disentuh (38,90C – 40,60C)

b. Demam

c. Menggigil

d. Berkeringat

e. Resah dan gelisah

f. Tidak ada nafsu makan

g. Nadi dan pernafasan cepat

Demam terjadi karena kenaikan suhu tetap di dalam badan yang

ditunjukkan dengan kenaikan suhu badan melebihi daripada suhu biasa.

Lainnya ditentukan melalui pengukuran suhu badan pada tampak ukuran

Page 18: BAB I,II,III KTI.docx

18

yang disyorkan. Pengesahan kenaikan suhu badan ini boleh ditentukan

dengan menggunakan jangka suhu. Ketika demam, suhu yang diukur pada

bagian mulut akan menunjukkan bacaan melebihi 37,80C (1000F) dan suhu

dubur pula melebihi 38,90C (1010F) atau 370C (98,60F) apabila ditempel di

celah ketiak (Schwart, 2005).

Menurut Widjaya (2001) ada banyak sekali faktor yang dapat

menyebabkan anak mengalami demam. Biasanya setiap penyebab demam

menimbulkan gejala yang berbeda-beda. Namun, pada umumnya demam

yang diderita oleh anak diikuti dengan perubahan sifat atau sikap, misalnya

menurunnya gairah bermain, lesu, pandangan mata meredup, rewel,

cengeng atau sering menangis, dan cenderung bermalas-malasan.

4. Patofisiologi

Exogeneous dan virogens (seperti : bakteri, virus, kompleks antigen-

antibody) akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti : makrofag, sel

PMN/Polimorfonuclear) yang memproduksi endogenous pyrogen (Eps).

Interleukin 1 sebagai prototypical ER Eps (endogenous pyrogen)

menyebabkan endotelium hipotalamus meningkatkan prostaglandin dan

neurotransmiter, kemudian beraksi dengan neuron preoptik di hipotalamus

anterior dengan memproduksi peningkatan ”set point”. Mekanisme tubuh

secara fisiologi mengalami vasokontriksi perifer, mengigil, dan perilaku ingin

berpakaian yang tebal-tebal atau ingin diselimuti dan minum air hangat.

Demam sering kali dikaitkan dengan adanya gangguan pada ”set point”

hipotalamus oleh karena infeksi, alergi, endotoxin atau tumor (Suriadi dan

Yuliani, 2010).

Page 19: BAB I,II,III KTI.docx

19

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk diagnosa febris menurut Suriadi dan

Yuliani (2010) meliputi :

a. Pemeriksaan fisik secara menyeluruh : tekanan darah, nadi, respirasi,

suhu, kelembaban, mukosa, tugor kulit, warna kulit.

b. Pemeriksaan laboratorium : haemoglobin, eritrosit, lekosit, trombosit,

hematokrit, limfosit, monosit, segmen, dan golongan darah.

c. Sero imunologi

Digunakan pada pasien demam yang belum terdiagnosis. Diperlukan 2

spesimen darah untuk memudahkan interprestasi filterserologik yang

ditemukan kenaikan hiterserologik sebesar 4x atau lebih mempunyai arti

yang sangat besar untuk menentukan penyebab penyakit.

d. Mikrobiologi

Pengambilan darah hanya secara aseptik ± 10 ml, yang kemudian

dilarutkan dalam medium yang menumbuhkan kuman aerob dan

anaerob.

e. Hemato kimia klinik

Untuk membedakan pasien terjangkit virus atau bakteri.

f. Biopsi

Untuk menentukan penyebab demam yang belum terdiagnosis.

6. Penatalaksanaan Demam

Menurut Julia (2000) penatalaksanaan demam pada anak dapat

dilakukan secara fisik atau obat-obatan. Secara fisik antara lain bukanlah

pakaian, memperhatikan aliran udara di dalam ruangan, jalan nafas harus

terbuka, berikan cairan yang adekuat 115 – 125 ml kg/BB, minum yang

Page 20: BAB I,II,III KTI.docx

20

sebanyak-banyaknya, kompres dengan air hangat, tidak dianjurkan dengan

alkohol. Secara obat-obatan yaitu dengan memberikan obat antipiretik,

antipiretik mencegah pembentukan prostaglandin dengan menghambat

enzim cyclooxygenase sehingga set point hipotalamus direndahkan kembali

menjadi normal, yang mana perintah memproduksi panas di atas normal dan

mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.

Menurut Widjaja (2001) menurunkan atau tepatnya mengendalikan

dan mengontrol demam pada anak dapat dilakukan dengan cara-cara

sebagai berikut :

a. Antipiretik

Pemberian obat penurun panas atau parasetamol dapat

membantu menurunkan demam. Obat penurun panas harus diberikan

sesuai dengan dosis yang dianjurkan, yang biasanya tertera pada

kemasan.

b. Lakukan dengan mengompres

Mengompres dilakukan agar demam tidak meningkat menjadi

makin tinggi. Caraya kain harus dibasahi dengan air hangat terlebih

dahulu, usahakan kondisinya sedang-sedang saja, tak terlampau basah.

Setelah dibasahi, letakkan kain di kening, lipatan paha, atau lipatan

tangan. Dilakukan sampai handuk atau kain tidak terasa hangat lagi.

c. Memberikan minum lebih banyak daripada biasanya

Demam biasanya diikuti pula dengan terjadinya penguapan cairan

dalam tubuh. Untuk mengganti cairan yang hilang, berikanlah minum air

putih lebih banyak dari biasanya.

Page 21: BAB I,II,III KTI.docx

21

d. Istirahat yang cukup

Istirahat yang cukup dan tidak melakukan banyak aktivitas akan

mempercepat penurunan demam dan meningkatkan kebugaran pada

anak. Untuk menghilangkan kejenuhan anak, ajaklah bermain-main di

tempat tidur atau ajak bicara hal-hal yang menyenangkan.

e. Jagalah kesegaran udara di kamarnya

Udara yang segar dimaksud di sini adalah kondisi kamar yang

dimiliki sirkulasi udara bagus, sejuk dan tidak pengap. Jangan biarkan

kondisi kamar panas karena dapat mengakibatkan demamnya menjadi

semakin tinggi.

f. Kurangi pakaian sebanyak mungkin

Tindakan ini memang dapat dilakukan dan terbukti kebenarannya.

Sebab, mengurangi jumlah pakaian yang dikenakannya dapat membuat

tubuh anak berkontak langsung dengan udara sekitar yang suhunya

lebih rendah daripada suhu badannya.

Page 22: BAB I,II,III KTI.docx

22

C. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

D. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

E. Hipotesis

Terdapat gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan demam

pada anak di wilayah kerja Puskesmas Klego I Kecamatan Klego Kabupaten

Boyolali.

Demam pada anak

Perawatan demam pada anak

Pengetahuan Penanganan demam

Pengetahuan :1. Baik 2. Cukup3. Kurang

Penatalaksanaan demam :

1. Antipiretik 2. Kompres hangat3. Anjurkan minum

air lebih banyak 4. Istirahat cukup5. Menjaga

kesegaran udara 6. Mengurangi

pakaian tebal Faktor yang

mempengaruhi pengetahuan :

1. Status sosial 2. Status

ekonomi3. Status

pendidikan

Page 23: BAB I,II,III KTI.docx

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Penelitian deskriptif

adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat

gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif. Dalam penelitian ini

dimaksudkan mendapatkan gambaran untuk mengetahui sejauhmana tingkat

pengetahuan ibu tentang perawatan demam pada anak di wilayah kerja

Puskesmas Klego I (Notoatmojo, 2003).

Menggunakan kuesioner sebagai pengumpulan data penelitian karena

untuk diketahui hubungan antara variabel-variabel yang teliti. Pendekatan waktu

yang digunakan adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan demam

pada anak, dikumpulkan pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2002).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Bulan April sampai Mei 2012.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Klego I Desa Klego,

Kecamatan Klego, Boyolali.

23

Page 24: BAB I,II,III KTI.docx

24

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2010).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang

mempunyai anak usia 1-4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Klego I Desa

Klego, Kecamatan Klego, Populasi dalam penelitian ini adalah 102 orang tua

yang memiliki anak usia 1-4 tahun.

2. Sampel

a. Tehnik Pengambilan Data

1) Definisi Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2010).

2) Besar Sampel

Untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini

menggunakan rumus tertentu. Mengadopsi rumus pengambilan

sampel menurut Sarwono (2006 : 120) yaitu :

n= N1+N (d) ²

Dari rumusan tersebut, maka penghitungan sampel dapat

dihitung sebagai berikut :

n= 1021+102(0,1) ²

Page 25: BAB I,II,III KTI.docx

25

n= 1021+1 ;02

n= 1022,02

n=50orang

Keterangan :

N = jumlah populasi

n = jumlah sampel

d = derajat kebebasan (0,1)

3) Jumlah sampel

Dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas maka

sampel dari penelitian ini berjumlah 50 sampel dengan tingkat

kepercayaan 10% dan derajat kebebasan 0,1.

b. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

Sampel penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai anak

usia 1-4 tahun yang mengalami demam dan berobat di Puskesmas

Klego I Kabupaten Boyolali dan memenuhi kriteria yaitu :

1) Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi merupakan criteria atau ciri-ciri yang perlu

dipenuhi oleh setiap anggota yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah ibu yang

mempunyai anak usia 1-4 tahun yang mengalami demam dan

berobat di Puskesmas Klego I Kabupaten Boyolali yang bersedia

menjadi responden, warga Klego mampu berkomunikasi dengan

baik.

2) Kriteria Eksklusi

Page 26: BAB I,II,III KTI.docx

26

Kriteria eksklusi adalah kriteria ciri-ciri anggota populasi yang

tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010 ).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang

mempunyai anak usia 1-4 tahun yang mengalami demam dan

berobat di Puskesmas Klego I Kabupaten Boyolali yang tidak

bersedia menjadi responden.

3. Tehnik Sampling Penelitian

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel.

Pengambilan sampling dilakukan dengan teknik quota sampling, yaitu

pengambilan sampel dengan cara menetapkan sejumlah anggota secara

quantum atau jatah (Notoatmodjo, 2002).

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil tehnik simple random

sampling. Simple random sampling adalah pengambilan anggota populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota

populasi (Sugiono, 2007).

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang membentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut

kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007).

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang

perawatan demam pada anak di wilayah kerja Puskesmas Klego I Kecamatan

Klego Kabupaten Boyolali.

F. Definisi Operasional

Page 27: BAB I,II,III KTI.docx

27

Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada

karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau

mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang

menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji dan

ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Sarwono, 2006).

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala

Ukur Hasil Ukur

1 Tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan demam pada anak

Kemampuan ibu dalam perawatan demam pada anak di rumah dan menjelaskan tentang penanganan demam

Kuesioner dengan penanganan demam di rumah pada anak usia 1-4 tahun dikategorikan berdasarkan kemampuan dalam menjawab 12 pertanyaan terbuka yang berbentuk pilihan gandaSkore 1 : betulSkore 0 : salah

Ordinal - Baik = nilai > 8

- Sedang = nilai ≥ 4 ≤ 8

- buruk = nilai <4

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunalan dalam pengumpulan data, peneliti

menggunakan daftar kuesioner tentang tingkat pengetahuan ibu tentang

perawatan demam pada anak usia 1-4 tahun.

G. Metode Pengumpulan Data dan Analisa Data

Metode ini menggunakan jenis daftar pertanyaan kuesioner untuk

observasi, yang merupakan langkah awal dalam mendapatkan data penelitian

Page 28: BAB I,II,III KTI.docx

28

maka tahap selanjutnya adalah analisa data. Pengumpulan data dan analisa

data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif yaitu

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi

(Sugiono, 2009)

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner berupa jawaban dari responden

diubah menjadi data kuantitatif berupa skor nilai. Kemudian data yang telah

terkumpul tersebut dilakukan pengolahan. Menurut Notoatmodjo (2010) langkah-

langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah langkah untuk meneliti apakah isian kuesioner sudah

lengkap atau belum sehingga apabila ada kekurangan dapat segera

dilengkapi.

2. Coding

Coding adalah suatu usaha memberikan kode/menandai jawaban-

jawaban responden atas pertanyaan yang ada pada kuesioner yang

nantinya akan memudahkan proses dengan komputer.

3. Entrying data

Entrying data merupakan usaha memasukkan data melalui pengolahan

komputer dengan menggunakan Microsoft Exel.

4. Tabulasi

Dilakukan untuk memasukkan data hasil penelitian ke dalam tabel

survey berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif

untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan demam pada

Page 29: BAB I,II,III KTI.docx

29

anak di rumah di sekitar wilayah kerja Puskesmas Klego I Desa Klego,

Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Hasil dari analisa data tersebut disajikan

dalam bentuk narasi dan tabel distribusi atau proporsi.

H. Jalannya Penelitian

Pengumpulan data dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Klego I

Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali dengan prosedur sebagai berikut :

1. Peneliti setelah mendapatkan persetujuan dari pembimbing I dan II, akan

mengajukan ujian proposal penelitian di Akper PKU Muhammadiyah

Surakarta.

2. Peneliti merevisi semua masukan dan arahan para penguji.

3. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari institusi kepada

wilayah kerja Puskesmas Klego I Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

4. Setelah peneliti mendapatkan surat persetujuan maka peneliti segera

mengadakan penelitian.

5. Pengumpulan Data

a. Data Primer

1) Berikan kuesioner yang disusun untuk dibaca dan dijawab oleh

responden.

2) Catat dan olah hasil pengamatan.

b. Data Sekunder

Tanyakan data lain diarsip wilayah kerja Puskesmas Klego I

Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

6. Cek kembali kelengkapan data. Apabila ada yang belum lengkap segera

melengkapi sesuai dengan kode responden.

Page 30: BAB I,II,III KTI.docx

30

I. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini dapat terinci

dalam bentuk tabel berikut :

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No KegiatanDesember Januari Februari Maret April Mei Juni

1 Pengajuan judul

2 Pembuatan dan revisi proposal

3 Ujian proposal4 Revisi

proposal penelitian dan pengurusan perijinan

5 Pengambilan data penelitian dan analisa data

6 Penyusunan laporan hasil penelitian

7 Ujian laporan hasil penelitian

J. Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2001), dalam melakukan penelitian peneliti harus

memperhatikan masalah etika penelitian ini yang meliputi :

1. Lembar persetujuan responden (informed consent)

Peneliti memberikan informasi kepada sampel penelitian tentang tujuan

dan sifat keikutsertaan dalam penelitian. Bagi yang setuju berpartisipasi

dalam penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

penelitian (informed consent).

2. Kerahasiaan (Confidientialy)

Page 31: BAB I,II,III KTI.docx

31

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dengan cara

tidak mencantumkan nama sampel penelitian dalam kuesioner. Data

penelitian disimpan dalam komputer pribadi peneliti dan kuesioner disimpan

dalam tempat yang terkunci dan pemusnahan dilakukan dengan cara

dibakar.

Page 32: BAB I,II,III KTI.docx

32

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN DEMAM PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLEGO I

KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Oleh :

YUNI WULANDARI APM. 2009.1241

AKADEMI KEPERAWATAN PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

Page 33: BAB I,II,III KTI.docx

33

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Muchamad. Metode Penelitian Kuantitatif. Semarang : Walisongo Press. 2009.

Harlond. Penyakit Anak : Diagnosa dan Perawatannya. Jakarta : Prestasi Pustaka. 2005.

Julia. LP Febris Demam. 22 Maret 2010 [diakses tanggal 25 Januari 2012] didapat dari : http://rentalhikari/2010/03/22/lp-febris-demam.

Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2002.

___________. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

___________. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2010.

Sartono. Obat dan Anak. Bandung : ITB. 2005.

Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2006.

Schwartz. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC. 2004.

Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif dan R dan D. Bandung : Alfabeta. 2007.

_______. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. 2010.

Suriadi. Yuliani. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2. Jakarta : CV Sagung Seto. 2010.

Waldan. Konsep Dasar Demam. Diakses dari : www.mailarchive.com tangga l 25 Januari 2012. 2007.

Widjaja. Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta : Kawan Pustaka. 2001.

Page 34: BAB I,II,III KTI.docx

34

KUESIONER

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN

DEMAM PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLEGO I

KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI

Petunjuk Umum Pengisian Kuesioner

1. Isilah identitas dengan lengkap dan benar !

2. Bacalah dengan seksama pertanyaan sebelum Anda menjawab !

3. Berikan tanda centang (√) pada kolom jawaban yang Anda anggap benar !

4. Pilihlah satu jawaban yang Anda anggap benar dalam setiap pertanyaan !

Identitas Responden

1. No. Responden :

2. Nama Responden :

3. Umur :

4. Pekerjaan :

No. Pernyataan JawabanYa Tidak

1. Apakah ibu tahu tentang demam ?

2. Demam adalah meningkatnya suhu tubuh melebihi

38,9oC.

3. Penanganan pertama yang ibu lakukan jika anak di

rumah mengalami demam adalah memberi obat

penurun panas dan mengompres dengan air hangat.

4. Tanda dan gejala pada anak yang mengalami demam

adalah badan panas, muka merah, tidak selera

makan, anak jadi gelisah.

5. Tujuan dari pemberian parasetamol adalah untuk

menurunkan panas.

6. Jika anak demam sebaiknya dikompres dengan air

hangat.

Page 35: BAB I,II,III KTI.docx

35

No. Pernyataan JawabanYa Tidak

7. Untuk mencegah dehidrasi akibat demam sebaiknya

minum banyak air putih 7-8 gelas per hari.

8. Jika anak mengalami demam terus menerus dan tidak

kunjung turun segera dibawa ke puskesmas/rumah

sakit.

9. Jika anak mengalami demam terus menerus bisa

mengakibatkan kejang.

10. Untuk mengontrol demam pada anak dapat dengan

cara mengurangi pakaian sebanyak mungkin dan

istirahat yang cukup.

11. Anak yang mengalami demam biasanya disertai

menggigil, tidak nafsu makan, nadi dan pernafasan

cepat.

12. Penyakit infeksi yang banyak menimbulkan demam

adalah infeksi saluran nafas akut (ISPA), DBD,

demam tifoid, malaria.