BAB I,II,III KTI.docx
-
Upload
riza-seferagic -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of BAB I,II,III KTI.docx
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Demam merupakan salah satu masalah yang kerap dijumpai dalam
mengasuh dan membesarkan anak. Ibu berperan penting dalam merawat
anak demam, pengetahuan ibu diperlukan agar tindakan yang diberikan benar
yaitu bagaimana ibu menentukan anak demam dan menurunkan suhu tubuh
anak, sertakapan ibu mambawa ke petugas kesehatan. Kurangnya informasi
dan pengetahuan dapat membuat tindakan ibu menjadi keliru. Kesalahan yang
sering terjadi di lingkungan kita seperti anak demam justru diselimuti dengan
selimut tebal. Ibu perlu mengetahui bahwa pada usia di bawah lima tahun daya
tahan tubuh anak memang merendah sehingga rentan sekali terkena infeksi
penyebab demam. Tingginya suhu tubuh juga tidak dapat dijadikan indikasi
bahwa penyakit yang diderita anak semua parah. Sebab pada saat itu tubuh
sedang berusaha melakukan perlawanan terhadap penyakit akibat infeksi,
dengan demikian demam dapat reda dengan sendirinya dalam 1–2 hari dan
tidak selalu butuh pengobatan. Segeralah melakukan pengukuran dengan
termometer setiap kali anak demam (Harlond, 2005).
Demam biasanya menunjukkan bahwa anak terkena infeksi. Tingginya
demam tidak menunjukkan seberapa sakitnya. Pilek biasa atau infeksi virus
ringan lainnya kadang-kadang dapat menyebabkan demam yang agak tinggi
tapi biasanya tidak menunjukkan masalah serius, sedangkan infeksi yang serius
mungkin tidak menyebabkan demam atau bahkan shu tubuh yang rendah yang
1
2
tidak biasa, terutama pada bayi kecil. Kadang-kadang demam disebabkan oleh
hal selain infeksi (Harold, 2005)
Panas tinggi atau demam bisa terjadi pada semua tingkatan umur manusia
dari bayi hingga yang lanjut usia sekalipun. Demam pada dasarnya bukanlah
suatu penyakit, tapi merupakan tanda dan gejala suatu penyakit. Yaitu, proses
alamiah yang timbul akibat perlawanan tubuh terhadap masuknya bibit penyakit.
Namum, demam pada bayi dan balita merupakan salah satu kasus yang tidak
dapat diabaikan begitu saja. Dibutuhkan perlakuan dan penanganan yang tepat.
Karena itu diharapkan orang tua khususnya ibu mendapat pengetahuan dan
gambaran-gambaran dengan baik ketika anak mengalami demam. Sehingga
tidak terjadi kepanikan, melainkan sikap yang tepat dan tindakan atau
pertolongan pertama yang segera dilakukan untuk mencegah akibat yang lebih
buruk (Widjaja, 2001).
Data terakhir yang diperoleh angka kesakitan bayi dan balita menunjukkan
bahwa dari 5732 penduduk jiwa. 49,1% bayiumur kurang dari 1 tahun (49,0%
bayi laki-laki, 49,2% bayi perempuan), dan 54,8% balita umur 1-4 tahun (55,7%
balita laki-laki, 54,0% balita perempuan). Di antara anak umur 0-4 tahun tersebut
ditemukan prevalensi panas sebesar 33,4%, batuk 28,7%, batuk dan nafas
cepat 17,0% dan diare 3,5%.
Berdasarkan studi pendahuluan berupa wawancara dari ibu yang
mempunyai anak balita di Desa Klego dari kebanyakan ibu belum dapat
memahami tentang perawatan demam pada anak. Berdasarkan uraian di atas
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Demam Pada Anak di Wilayah Kerja
Puskesmas Klego I Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka didapatkan perumusan
masalah sebagai berikut : “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Perawatan Demam Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Klego I Kecamatan
Klego Kabupaten Boyolali”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang
perawatan demam pada anak di wilayah kerja Puskesmas Klego I
Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk dapat mengetahui karakteristik ibu di wilayah Puskesmas Klego I
Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.
b. Untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan
yang harus dilakukan jika anak demam.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat khususnya ibu-ibu, yaitu untuk
memberikan informasi tentang demam pada anak.
2. Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai
perawatan demam yang terjadi pada anak.
4
3. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang
perawatan demam pada anak di wilayah kerja Puskesmas Klego I
Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.
4. Bagi Peneliti Lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang
lengkap di tempat lain.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rohana (2007) yang berjudul “Hubungan
Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Ketika
Menghadapi Anak Demam Pada Ibu di Ruang Anak RSUD R.A Kartini
Jepara”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan
rancangan deskripptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Subyek
ini adalah ibu yang anaknya mengalami demam yang sedang dirawat di
ruang anak Rumah Sakit Umum Kartini Jepara. Jumlah responden sebanyak
40 orang, pengambilan sampel dengan teknik Quota Sampling. Hasil
penelitian untuk pendidikan dengan analisis Chi Square memperoleh
koefisien 42,530 dengan p < 0,05 (0,0005 < 0,05), maka Ho ditolak, artinya
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan Ibu
dalam menghadapi anak demam. Hasil penelitian untuk tingkat pengetahuan
dengan analisis Chi Square memperoleh koefisien 21,395 dengan p < 0,05
(0,002<0,05), maka Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan tingkat kecemasan Ibu dalam menghadapi anak
demam.
5
2. Penelitian yang dilakukan oleh Diyana Puspita Sari (2007) yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Tuberkulosis Dengan Sikap
Ibu Terhadap Penatalaksanaan Tuberkulosis Pada Anak Toddler di Balai
Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta”. Jenis penelitian yang
digunakan adalah deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional.
Subyek penelitiannya adalah semua ibu yang mempunyai anak usia toddler
9 dan menderita tuberculosis di BBKPM Surakarta. Jumlah responden 51
orang, pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Pengujian
hipotesis penelitian menggunakan uji Rank Spearman, dengan hasil
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang penyakit
tuberkulosis dengan sikap ibu dalam penatalaksanaan penyakit
tuberkulosis. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada judul yaitu
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Demam Pada Anak
Wilayah Kerja Puskesmas Klego I Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.
Sampel yaitu ibu yang mempunyai anak di Desa Klego Kabupaten Boyolali.
Jumlah sampel 50 responden, pengambilan sampel dengan menggunakan
metode Proportional Random Sampling.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengetahuan
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang alam, dan
sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab “what”,
melainkan akan menjawab pertanyaan “why” dan “how”, misalnya mengapa
air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia
bernafas, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan
sesuatu itu. Perlu dibedakan di sini antara pengetahuan dan keyakinan,
walaupun keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat (Notoatmodjo,
2003).
Sedangkan menurut Fauzi (2009), pengetahuan (knowledge) adalah
hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”,
misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman
langsung maupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan diperoleh
dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau
responden terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal : tentang
penyakit (penyebab, cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi,
6
7
pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
2. Tingkatan pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 6,
yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu hanya diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu
bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah
tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh
gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau
mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-
pertanyaan misalnya: apa tanda-tanda anak kurang gizi, apa penyebab
penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan sarang
nyamuk), dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus
dapat mengintepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit
demam berdarah, bukan hanya sekadar menyebutkan 3M (mengubur,
menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa
harus menutup, menguras, dan sebagainya, tempat-tempat
penampungan air tersebut.
8
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah
paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat
perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja,
orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat
proposal penelitian di mana saja, dan seterusnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat digram
(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya dapat
membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa,
dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan
sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau
9
meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang
telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulan tentang
artikel yang telah dibaca.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau peralihan terhadap suatu objek tertentu.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak
menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut
keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya.
3. Dasar-dasar pengetahuan
Dasar-dasar pengetahuan menurut Sarwono (2006) ialah sebagai
berikut :
a. Penalaran
Yang dimaksud dengan penalaran ialah kegiatan berpikir menurut
pola tertentu, menurut logika tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan
pengetahuan.
b. Logika (cara penarikan kesimpulan)
Ciri kedua ialah logika atau cara penarikan kesimpulan. Yang
dimaksud dengan logika sebagaimana didefinisikan oleh William S.S
ialah “pengkajian untuk berpikir secara sahih (valid).
4. Sumber pengetahuan
Sumber pengetahuan dalam dunia ini berawal dari sikap manusia yang
meragukan setiap gejala yang ada di alam semesta ini. Manusia tidak mau
10
menerima saja hal-hal yang ada termasuk nasib dirinya sendiri (Sarwono,
2006).
5. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan dapat
dikelompokkan menjadi dua yakni :
a. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non
ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada
periode ini antara lain meliputi :
1) Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradapan. Cara coba-coba ini
dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Metode ini telah banyak
jasanya, terutama dalam meletakkan dasar-dasar menemukan teori-
teori dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Hal ini juga
merupakan pencerminan dan upaya memperoleh pengetahuan,
walaupun pada taraf yang masih primitif.
2) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
sengaja oleh orang yang bersangkutan.
11
3) Cara kekuasaan dan otoritas
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai
mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip
inilah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang
yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dulu menguji atau
membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun
berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang
yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang
dikemukakannya adalah sudah benar.
4) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat
digunakan untuk memperoleh pengetahuan.
5) Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran.
6) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran atau dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang
bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau
tidak.
12
7) Kebenaran secara Intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali
melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran
atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar
dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang
rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang
hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
8) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,
cara berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah
mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik
melalui induksi maupun deduksi.
a) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat
umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman
empiris yang ditangkap oleh indra.
b) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Di sini terlihat proses berpikir
berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai
pengetahuan yang khusus.
13
b. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian.
6. Pengukuran pengetahuan
Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur berdasarkan jenis
penelitiannya, kuantitatif atau kualitataif :
a. Penelitian kuantitatif
Penelitian kuantitatif pada umumnya akan mencari jawab atas
fenomena, yang menyangkut berapa banyak, berapa sering, berapa
lama, dan sebagainya, maka biasanya menggunakan metode
wawancara dan angket (self administered) :
1) Wawancara tertutup atau wawancara terbuka, dengan menggunakan
instrument (alat pengukur/pengumpul data) kuesioner. Wawancara
tertutup adalah suatu wawancara dimana jawaban responden atas
pertanyaan yang diajukan telah tersedia dalam opsi jawaban,
responden tinggal memilih jawaban mana yang mereka anggap
paling benar atau paling tepat. Sedangkan wawancara terbuka,
dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka,
sedangkan responden boleh menjawab apa saja sesuai dengan
pendapat atau pengetahuan responden sendiri.
2) Angket tertutup atau terbuka. Seperti halnya wawancara, angket juga
dalam bentuk tertutup dan terbuka. Instrumen atau alat ukurnya
seperti wawancara, hanya jawaban responden disampaikan lewat
14
tulisan. Metode pengukuran melalui angket ini sering disebut “self
administered” atau metode mengisi sendiri.
b. Kualitatif
Pada umunya penelitian kualitatif bertujuan untuk menjawab
bagaimana suatu fenomena itu terjadi, atau mengapa terjadi. Misalnya
penelitian kesehatan tentang demam berdarah di suatu komunitas
tertentu. Penelitian kuantitatif mencari jawaban seberapa besar kasus
demam berdarah tersebut, dan berapa sering demam berdarah ini
menyerang penduduk di komunitas ini. Sedangkan penelitian kualitatif
akan mencari jawaban mengapa di komunitas ini sering terjadi kasus
demam berdarah, dan mengapa masyarakat tidak mau melakukan 3M,
dan seterusnya. Metode-metode pengukuran pengetahuan dalam
metode penelitian kualitatif ini antara lain :
1) Wawancara mendalam
Mengukur variabel pengetahuan dengan menggunakan metode
wawancara mendalam, adalah peneliti mengajukan suatu pertanyaan
sebagai pembuka, yang akhirnya memancing jawaban yang
sebanyak-banyaknya dari responden. Jawaban responden akan
diikuti pertanyaan yang lain, terus menerus, sehingga diperoleh
informasi atau jawaban responden sebanyak-banyaknya dan sejelas-
jelasnya.
2) Diskusi Kelompok Terfokus (DKT)
Diskusi kelompok terfokus atau “focus group discussion” dalam
menggali informasi dari beberapa orang responden sekaligus dalam
kelompok. Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yang akan
15
memperoleh jawaban yang berbeda-beda dari semua responden
dalam kelompok tersebut. Jumlah kelompok dalam diskusi kelompok
terfokus seyogyanya tidak terlalu banyak, tetapi juga tidak terlalu
sedikit, antara 6-10 orang (Notoatmodjo, 2010).
B. Demam
1. Pengertian
Demam merupakan reaksi universal dari binatang berdarah panas
terhadap rangsang tertentu. Fenomena ini merupakan upaya adaptasi dan
pertahanan diri. Dari penelitian yang telah banyak dilakukan, dapat diketahui
bahwa demam dapat membantu mekanisme pertahanan tubuh melawan
infeksi virus dan bakteri. Demam juga merupakan salah satu reaksi
hipersensitifitas pada penggunaan obat-obatan seperti penisilin,
sulfonamide, INH, PAS, nitrofurantoin, kinidin, propilthiourasil, antihistamin,
barbital, ibuprofen, salisilat, metildopa (Sartono, 2005).
Menurut Suriadi dan Yuliani (2010), demam adalah meningkatnya
temperatur suhu tubuh secara abnormal (di atas 38,9oC). Tipe demam yang
mungkin kita jumpai antara lain :
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam
septik.
16
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing,
malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan
suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan
demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit
17
yang self-limiting seperti influenza atau penyakit virus sejenis lainnya.
Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi
bakterial.
2. Etiologi
Menurut Suriadi dan Yuliani (2010), penyebab demam yang sering
adalah infeksi saluran nafas atas, otitis media, sinusitis, bronchiolitis,
pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingivostomatitis, gastroenteritis, infeksi
saluran kemih, pyelonefritis, meningitis, bakteremia, reaksi imun, neoplasma,
osteomyelitis. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh
keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga
pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak,
koma).
3. Manifestasi Klinis
Menurut Suriadi dan Yuliani (2010) tanda dan gejala dari demam
antara lain :
a. Badan panas bila disentuh (38,90C – 40,60C)
b. Demam
c. Menggigil
d. Berkeringat
e. Resah dan gelisah
f. Tidak ada nafsu makan
g. Nadi dan pernafasan cepat
Demam terjadi karena kenaikan suhu tetap di dalam badan yang
ditunjukkan dengan kenaikan suhu badan melebihi daripada suhu biasa.
Lainnya ditentukan melalui pengukuran suhu badan pada tampak ukuran
18
yang disyorkan. Pengesahan kenaikan suhu badan ini boleh ditentukan
dengan menggunakan jangka suhu. Ketika demam, suhu yang diukur pada
bagian mulut akan menunjukkan bacaan melebihi 37,80C (1000F) dan suhu
dubur pula melebihi 38,90C (1010F) atau 370C (98,60F) apabila ditempel di
celah ketiak (Schwart, 2005).
Menurut Widjaya (2001) ada banyak sekali faktor yang dapat
menyebabkan anak mengalami demam. Biasanya setiap penyebab demam
menimbulkan gejala yang berbeda-beda. Namun, pada umumnya demam
yang diderita oleh anak diikuti dengan perubahan sifat atau sikap, misalnya
menurunnya gairah bermain, lesu, pandangan mata meredup, rewel,
cengeng atau sering menangis, dan cenderung bermalas-malasan.
4. Patofisiologi
Exogeneous dan virogens (seperti : bakteri, virus, kompleks antigen-
antibody) akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti : makrofag, sel
PMN/Polimorfonuclear) yang memproduksi endogenous pyrogen (Eps).
Interleukin 1 sebagai prototypical ER Eps (endogenous pyrogen)
menyebabkan endotelium hipotalamus meningkatkan prostaglandin dan
neurotransmiter, kemudian beraksi dengan neuron preoptik di hipotalamus
anterior dengan memproduksi peningkatan ”set point”. Mekanisme tubuh
secara fisiologi mengalami vasokontriksi perifer, mengigil, dan perilaku ingin
berpakaian yang tebal-tebal atau ingin diselimuti dan minum air hangat.
Demam sering kali dikaitkan dengan adanya gangguan pada ”set point”
hipotalamus oleh karena infeksi, alergi, endotoxin atau tumor (Suriadi dan
Yuliani, 2010).
19
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk diagnosa febris menurut Suriadi dan
Yuliani (2010) meliputi :
a. Pemeriksaan fisik secara menyeluruh : tekanan darah, nadi, respirasi,
suhu, kelembaban, mukosa, tugor kulit, warna kulit.
b. Pemeriksaan laboratorium : haemoglobin, eritrosit, lekosit, trombosit,
hematokrit, limfosit, monosit, segmen, dan golongan darah.
c. Sero imunologi
Digunakan pada pasien demam yang belum terdiagnosis. Diperlukan 2
spesimen darah untuk memudahkan interprestasi filterserologik yang
ditemukan kenaikan hiterserologik sebesar 4x atau lebih mempunyai arti
yang sangat besar untuk menentukan penyebab penyakit.
d. Mikrobiologi
Pengambilan darah hanya secara aseptik ± 10 ml, yang kemudian
dilarutkan dalam medium yang menumbuhkan kuman aerob dan
anaerob.
e. Hemato kimia klinik
Untuk membedakan pasien terjangkit virus atau bakteri.
f. Biopsi
Untuk menentukan penyebab demam yang belum terdiagnosis.
6. Penatalaksanaan Demam
Menurut Julia (2000) penatalaksanaan demam pada anak dapat
dilakukan secara fisik atau obat-obatan. Secara fisik antara lain bukanlah
pakaian, memperhatikan aliran udara di dalam ruangan, jalan nafas harus
terbuka, berikan cairan yang adekuat 115 – 125 ml kg/BB, minum yang
20
sebanyak-banyaknya, kompres dengan air hangat, tidak dianjurkan dengan
alkohol. Secara obat-obatan yaitu dengan memberikan obat antipiretik,
antipiretik mencegah pembentukan prostaglandin dengan menghambat
enzim cyclooxygenase sehingga set point hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal, yang mana perintah memproduksi panas di atas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
Menurut Widjaja (2001) menurunkan atau tepatnya mengendalikan
dan mengontrol demam pada anak dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut :
a. Antipiretik
Pemberian obat penurun panas atau parasetamol dapat
membantu menurunkan demam. Obat penurun panas harus diberikan
sesuai dengan dosis yang dianjurkan, yang biasanya tertera pada
kemasan.
b. Lakukan dengan mengompres
Mengompres dilakukan agar demam tidak meningkat menjadi
makin tinggi. Caraya kain harus dibasahi dengan air hangat terlebih
dahulu, usahakan kondisinya sedang-sedang saja, tak terlampau basah.
Setelah dibasahi, letakkan kain di kening, lipatan paha, atau lipatan
tangan. Dilakukan sampai handuk atau kain tidak terasa hangat lagi.
c. Memberikan minum lebih banyak daripada biasanya
Demam biasanya diikuti pula dengan terjadinya penguapan cairan
dalam tubuh. Untuk mengganti cairan yang hilang, berikanlah minum air
putih lebih banyak dari biasanya.
21
d. Istirahat yang cukup
Istirahat yang cukup dan tidak melakukan banyak aktivitas akan
mempercepat penurunan demam dan meningkatkan kebugaran pada
anak. Untuk menghilangkan kejenuhan anak, ajaklah bermain-main di
tempat tidur atau ajak bicara hal-hal yang menyenangkan.
e. Jagalah kesegaran udara di kamarnya
Udara yang segar dimaksud di sini adalah kondisi kamar yang
dimiliki sirkulasi udara bagus, sejuk dan tidak pengap. Jangan biarkan
kondisi kamar panas karena dapat mengakibatkan demamnya menjadi
semakin tinggi.
f. Kurangi pakaian sebanyak mungkin
Tindakan ini memang dapat dilakukan dan terbukti kebenarannya.
Sebab, mengurangi jumlah pakaian yang dikenakannya dapat membuat
tubuh anak berkontak langsung dengan udara sekitar yang suhunya
lebih rendah daripada suhu badannya.
22
C. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
D. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
E. Hipotesis
Terdapat gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan demam
pada anak di wilayah kerja Puskesmas Klego I Kecamatan Klego Kabupaten
Boyolali.
Demam pada anak
Perawatan demam pada anak
Pengetahuan Penanganan demam
Pengetahuan :1. Baik 2. Cukup3. Kurang
Penatalaksanaan demam :
1. Antipiretik 2. Kompres hangat3. Anjurkan minum
air lebih banyak 4. Istirahat cukup5. Menjaga
kesegaran udara 6. Mengurangi
pakaian tebal Faktor yang
mempengaruhi pengetahuan :
1. Status sosial 2. Status
ekonomi3. Status
pendidikan
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat
gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif. Dalam penelitian ini
dimaksudkan mendapatkan gambaran untuk mengetahui sejauhmana tingkat
pengetahuan ibu tentang perawatan demam pada anak di wilayah kerja
Puskesmas Klego I (Notoatmojo, 2003).
Menggunakan kuesioner sebagai pengumpulan data penelitian karena
untuk diketahui hubungan antara variabel-variabel yang teliti. Pendekatan waktu
yang digunakan adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan demam
pada anak, dikumpulkan pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2002).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Waktu Penelitian
Bulan April sampai Mei 2012.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Klego I Desa Klego,
Kecamatan Klego, Boyolali.
23
24
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2010).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang
mempunyai anak usia 1-4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Klego I Desa
Klego, Kecamatan Klego, Populasi dalam penelitian ini adalah 102 orang tua
yang memiliki anak usia 1-4 tahun.
2. Sampel
a. Tehnik Pengambilan Data
1) Definisi Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2010).
2) Besar Sampel
Untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini
menggunakan rumus tertentu. Mengadopsi rumus pengambilan
sampel menurut Sarwono (2006 : 120) yaitu :
n= N1+N (d) ²
Dari rumusan tersebut, maka penghitungan sampel dapat
dihitung sebagai berikut :
n= 1021+102(0,1) ²
25
n= 1021+1 ;02
n= 1022,02
n=50orang
Keterangan :
N = jumlah populasi
n = jumlah sampel
d = derajat kebebasan (0,1)
3) Jumlah sampel
Dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas maka
sampel dari penelitian ini berjumlah 50 sampel dengan tingkat
kepercayaan 10% dan derajat kebebasan 0,1.
b. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
Sampel penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai anak
usia 1-4 tahun yang mengalami demam dan berobat di Puskesmas
Klego I Kabupaten Boyolali dan memenuhi kriteria yaitu :
1) Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi merupakan criteria atau ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah ibu yang
mempunyai anak usia 1-4 tahun yang mengalami demam dan
berobat di Puskesmas Klego I Kabupaten Boyolali yang bersedia
menjadi responden, warga Klego mampu berkomunikasi dengan
baik.
2) Kriteria Eksklusi
26
Kriteria eksklusi adalah kriteria ciri-ciri anggota populasi yang
tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010 ).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang
mempunyai anak usia 1-4 tahun yang mengalami demam dan
berobat di Puskesmas Klego I Kabupaten Boyolali yang tidak
bersedia menjadi responden.
3. Tehnik Sampling Penelitian
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel.
Pengambilan sampling dilakukan dengan teknik quota sampling, yaitu
pengambilan sampel dengan cara menetapkan sejumlah anggota secara
quantum atau jatah (Notoatmodjo, 2002).
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil tehnik simple random
sampling. Simple random sampling adalah pengambilan anggota populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota
populasi (Sugiono, 2007).
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang membentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007).
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang
perawatan demam pada anak di wilayah kerja Puskesmas Klego I Kecamatan
Klego Kabupaten Boyolali.
F. Definisi Operasional
27
Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada
karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau
mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji dan
ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Sarwono, 2006).
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala
Ukur Hasil Ukur
1 Tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan demam pada anak
Kemampuan ibu dalam perawatan demam pada anak di rumah dan menjelaskan tentang penanganan demam
Kuesioner dengan penanganan demam di rumah pada anak usia 1-4 tahun dikategorikan berdasarkan kemampuan dalam menjawab 12 pertanyaan terbuka yang berbentuk pilihan gandaSkore 1 : betulSkore 0 : salah
Ordinal - Baik = nilai > 8
- Sedang = nilai ≥ 4 ≤ 8
- buruk = nilai <4
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunalan dalam pengumpulan data, peneliti
menggunakan daftar kuesioner tentang tingkat pengetahuan ibu tentang
perawatan demam pada anak usia 1-4 tahun.
G. Metode Pengumpulan Data dan Analisa Data
Metode ini menggunakan jenis daftar pertanyaan kuesioner untuk
observasi, yang merupakan langkah awal dalam mendapatkan data penelitian
28
maka tahap selanjutnya adalah analisa data. Pengumpulan data dan analisa
data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif yaitu
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi
(Sugiono, 2009)
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner berupa jawaban dari responden
diubah menjadi data kuantitatif berupa skor nilai. Kemudian data yang telah
terkumpul tersebut dilakukan pengolahan. Menurut Notoatmodjo (2010) langkah-
langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. Editing
Editing adalah langkah untuk meneliti apakah isian kuesioner sudah
lengkap atau belum sehingga apabila ada kekurangan dapat segera
dilengkapi.
2. Coding
Coding adalah suatu usaha memberikan kode/menandai jawaban-
jawaban responden atas pertanyaan yang ada pada kuesioner yang
nantinya akan memudahkan proses dengan komputer.
3. Entrying data
Entrying data merupakan usaha memasukkan data melalui pengolahan
komputer dengan menggunakan Microsoft Exel.
4. Tabulasi
Dilakukan untuk memasukkan data hasil penelitian ke dalam tabel
survey berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif
untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan demam pada
29
anak di rumah di sekitar wilayah kerja Puskesmas Klego I Desa Klego,
Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Hasil dari analisa data tersebut disajikan
dalam bentuk narasi dan tabel distribusi atau proporsi.
H. Jalannya Penelitian
Pengumpulan data dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Klego I
Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali dengan prosedur sebagai berikut :
1. Peneliti setelah mendapatkan persetujuan dari pembimbing I dan II, akan
mengajukan ujian proposal penelitian di Akper PKU Muhammadiyah
Surakarta.
2. Peneliti merevisi semua masukan dan arahan para penguji.
3. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari institusi kepada
wilayah kerja Puskesmas Klego I Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.
4. Setelah peneliti mendapatkan surat persetujuan maka peneliti segera
mengadakan penelitian.
5. Pengumpulan Data
a. Data Primer
1) Berikan kuesioner yang disusun untuk dibaca dan dijawab oleh
responden.
2) Catat dan olah hasil pengamatan.
b. Data Sekunder
Tanyakan data lain diarsip wilayah kerja Puskesmas Klego I
Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.
6. Cek kembali kelengkapan data. Apabila ada yang belum lengkap segera
melengkapi sesuai dengan kode responden.
30
I. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini dapat terinci
dalam bentuk tabel berikut :
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
No KegiatanDesember Januari Februari Maret April Mei Juni
1 Pengajuan judul
2 Pembuatan dan revisi proposal
3 Ujian proposal4 Revisi
proposal penelitian dan pengurusan perijinan
5 Pengambilan data penelitian dan analisa data
6 Penyusunan laporan hasil penelitian
7 Ujian laporan hasil penelitian
J. Etika Penelitian
Menurut Nursalam (2001), dalam melakukan penelitian peneliti harus
memperhatikan masalah etika penelitian ini yang meliputi :
1. Lembar persetujuan responden (informed consent)
Peneliti memberikan informasi kepada sampel penelitian tentang tujuan
dan sifat keikutsertaan dalam penelitian. Bagi yang setuju berpartisipasi
dalam penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
penelitian (informed consent).
2. Kerahasiaan (Confidientialy)
31
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dengan cara
tidak mencantumkan nama sampel penelitian dalam kuesioner. Data
penelitian disimpan dalam komputer pribadi peneliti dan kuesioner disimpan
dalam tempat yang terkunci dan pemusnahan dilakukan dengan cara
dibakar.
32
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN DEMAM PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLEGO I
KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Oleh :
YUNI WULANDARI APM. 2009.1241
AKADEMI KEPERAWATAN PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
33
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Muchamad. Metode Penelitian Kuantitatif. Semarang : Walisongo Press. 2009.
Harlond. Penyakit Anak : Diagnosa dan Perawatannya. Jakarta : Prestasi Pustaka. 2005.
Julia. LP Febris Demam. 22 Maret 2010 [diakses tanggal 25 Januari 2012] didapat dari : http://rentalhikari/2010/03/22/lp-febris-demam.
Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2002.
___________. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
___________. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2010.
Sartono. Obat dan Anak. Bandung : ITB. 2005.
Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2006.
Schwartz. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC. 2004.
Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif dan R dan D. Bandung : Alfabeta. 2007.
_______. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. 2010.
Suriadi. Yuliani. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2. Jakarta : CV Sagung Seto. 2010.
Waldan. Konsep Dasar Demam. Diakses dari : www.mailarchive.com tangga l 25 Januari 2012. 2007.
Widjaja. Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta : Kawan Pustaka. 2001.
34
KUESIONER
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN
DEMAM PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLEGO I
KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI
Petunjuk Umum Pengisian Kuesioner
1. Isilah identitas dengan lengkap dan benar !
2. Bacalah dengan seksama pertanyaan sebelum Anda menjawab !
3. Berikan tanda centang (√) pada kolom jawaban yang Anda anggap benar !
4. Pilihlah satu jawaban yang Anda anggap benar dalam setiap pertanyaan !
Identitas Responden
1. No. Responden :
2. Nama Responden :
3. Umur :
4. Pekerjaan :
No. Pernyataan JawabanYa Tidak
1. Apakah ibu tahu tentang demam ?
2. Demam adalah meningkatnya suhu tubuh melebihi
38,9oC.
3. Penanganan pertama yang ibu lakukan jika anak di
rumah mengalami demam adalah memberi obat
penurun panas dan mengompres dengan air hangat.
4. Tanda dan gejala pada anak yang mengalami demam
adalah badan panas, muka merah, tidak selera
makan, anak jadi gelisah.
5. Tujuan dari pemberian parasetamol adalah untuk
menurunkan panas.
6. Jika anak demam sebaiknya dikompres dengan air
hangat.
35
No. Pernyataan JawabanYa Tidak
7. Untuk mencegah dehidrasi akibat demam sebaiknya
minum banyak air putih 7-8 gelas per hari.
8. Jika anak mengalami demam terus menerus dan tidak
kunjung turun segera dibawa ke puskesmas/rumah
sakit.
9. Jika anak mengalami demam terus menerus bisa
mengakibatkan kejang.
10. Untuk mengontrol demam pada anak dapat dengan
cara mengurangi pakaian sebanyak mungkin dan
istirahat yang cukup.
11. Anak yang mengalami demam biasanya disertai
menggigil, tidak nafsu makan, nadi dan pernafasan
cepat.
12. Penyakit infeksi yang banyak menimbulkan demam
adalah infeksi saluran nafas akut (ISPA), DBD,
demam tifoid, malaria.