BAB III TINJAUAN KASUS A....
Transcript of BAB III TINJAUAN KASUS A....
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di ruang VIII Graha Irawan.
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Tn. A; Umur : 21 th; jenis kelamin : laki – laki; Agama :
Katolik; Pendidikan : SD; Suku / Bangsa : Cina / Indonesia; Alamat :
Gajah Timur Dalam IV/2 Semarang; Tanggal Masuk : 20 Juni 2005;
No. CM 031910, Pekerjaan : -; Dx Medik : Skizofrenia Paranoid.
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. I; Umur : 55 th; Agama : Katolik; Alamat : Gajah Timur
Dalam IV/2 Semarang; Pekerjaan : Swasta; Hubungan dengan klien :
Ibu Kandung.
2. Alasan Masuk
Klien marah – marah dan mau memukul kepala mamanya dengan batu.
3. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya sudah masuk / pernah dirawat di RSJ dan sudah 3 tahun
berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga
klien ada yang mengalami sakit seperti ini yaitu ayahnya.
Dan kurang lebih 3 bulan sejak keluar dari RSJ, penderita sering marah –
marah tanpa sebab, sering melamun, sulit tidur, sering keluyuran.
4. Faktor Presipitasi
Klien minum obat tak teratur.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital TD : 120/80 mmHg RR : 20 x / menit
N : 80 x / menit S : 36,5° C
b. Tinggi badan : 165 cm, berat badan : 48 kg
c. Keadaan Fisik
1) Kepala : mesocephal, rambut hitam bersih
2) Mata : konjungtiva tak anemis
3) Hidung : bersih tak ada polip
4) Telinga : bersih tak ada serumen
5) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
6) Dada : bentuk dada, tidak ada luka
7) Extremitas : tangan : ada luka lecet, otot tegang dan kaku
Kaki : bersisik
6. Psikososial
a. Genogram
58 th 55 th
21 th
Keterangan :
Klien adalah anak ke – 5 dari 5 bersaudara, kakak pertama sampai
keempat sudah menikah. Di dalam keluarga ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa seperti klien yaitu ayahnya. Di dalam keluarga
Ibu klien yang berperan besar dalam pengambilan keputusan
b. Konsep Diri
1) Gambaran Diri
Klien mengatakan “Saya senang terhadap anggota tubuh saya
karena semua adalah karunia Tuhan”.
2) Identitas Diri
Klien mengatakan “Saya adalah anak terakhir dari 5 bersaudara”.
3) Peran
Klien berperan dalam keluarga membantu pekerjaan rumah
mamanya.
4) Ideal Diri
Klien tidak dianggap remeh dan tidak di musuhi oleh kakaknya
yang nomor 1.
5) Harga Diri
Klien merasa kecewa dengan kakaknya yang nomor 2, 3 dan 4
karena telah meremehkannya dan sering memarahinya.
c. Hubungan Sosial
Orang yang terdekat dengan klien adalah bapaknya. Dan semenjak
bapaknya dibawa ke RSJ, klien merasa tidak ada yang
memperhatikannya lagi. Klien marah – marah di rumah karena
mamanya banyak omong (cerewet).
d. Spiritual
Klien mengatakan “Saya beragama Katolik dan Saya pergi ke gereja
setiap hari Minggu”.
7. Status Mental
a. Penampilan
Rambut klien tersisir rapi, berpakaian juga rapi tidak awut – awutan.
b. Pembicaraan
Klien mau menjawab semua pertanyaan sesuai dengan pertanyaan.
Bicara klien keras dan agak kurang jelas / pelat.
c. Aktivitas Motorik
Klien sering mondar – mandir, jalannya dengan menyeret sandal.
d. Alam Perasaan
Klien merasa resah dan tidak kerasan di rumah sakit jiwa karena tidak
seperti di rumah, ingin apa – apa langsung dikasih.
e. Afek
Afek klien sesuai dengan keadaan klien terbukti dengan saat
menceritakan kebencian kepada kakanya klien memandang tajam dan
bersuara keras.
f. Interaksi Selama Wawancara
Klien menatap tajam, namun klien menunjukkan sikap kooperatif
terbukti dengan saat ditanya, klien menjawab sesuai pertanyaan.
g. Persepsi
Jenis halusinasi dengar klien saat sendiri mendengar suara setan cowok
menyuruhnya untuk marah – marah.
h. Proses Pikir
Saat ditanya klien menjawan sesuai pertanyaan tapi kadang melamun
seperti memikirkan sesuatu.
i. Isi Pikir
Klien mempunyai anggapan bahwa “orang yang disekitarnya adalah
temannya”.
j. Tingkat Kesadaran
Klien merasa bingung dan kacau dengan dirinya dan lingkungannya.
k. Memori
Berdasarkan wawancara saat ditanya, klien menjawab sesuai
kenyataan. Ini terbukti dengan anak ke berapa ? klien menjawab anak
terakhir dari lima bersaudara.
l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Saat ditanya kapan berada di Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang ?
Kemarin siang hari Senin.
m. Kemampuan Penilaian
Klien dapat mengambil keputusan terbukti dengan pertanyaan “cuci
tangan dulu atau makan”, cuci tangan dulu jawab klien.
n. Daya Tilik Diri
Klien sadar kalau dirawat di rumah sakit jiwa terbukti dengan
pernyataan klien “Karena Saya Stress”.
8. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
Klien makan 3 x sehari dan memakan makanan dengan sendok, minum
5 – 6 gelas sehari.
b. BAB / BAK
Klien dapat BAB / BAK sendiri pada tempatnya dan dapat merapikan
kembali.
c. Mandi
Klien mandi 2 x sehari dan bila merasa panas langsung mandi.
d. Berpakaian
Klien selalu minta untuk ganti pakaiannya tiap hari dan
mengenakannya dengan benar.
e. Istirahat dan Tidur
Klien tidur pada tempat tidur dan mulai tidur jam 13.00 sampai 16.00
WIB, malam jam 20.00 sampai 04.00 WIB.
f. Penggunaan Obat
Klien selalu minum obat yang diberikan setelah makan.
g. Pemeliharaan Kesehatan
Klien ingin pulang dan tinggal d rumah untuk istirahat dan dirawat
oleh mamanya.
h. Aktivitas di dalam rumah
“Saya membantu mama mencuci piring sendiri di rumah”
i. Aktivitas di luar rumah
“Saya tidak bekerja dan saya sering main di tetangga”.
9. Mekanisme Koping
Apabila klien mempunyai masalah, klien lebih suka cerita dengan
bapaknya atau kakanya yang nomor satu. Klien tidak pernah memendam
masalahnya sendiri. Dan klien mengatakan “Saya paling tidak suka
diremehkan dan dimarahi oleh orang lain”.
10. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Hubungan klien dengan kakanya nomor 2, 3 dan 4 tidak baik karena klien
sering dimarahi dan dianggap tidak bisa apa – apa.
11. Pengetahuan
Klien merasa selama ini dia cukup sabar dalam menghadapi masalah tetapi
kalau dimarahi terus menerus, klien paling tak tahan.
12. Aspek Medis
a. Diagnosa Medis : Schyzophrenia Paranoid
b. Terapi Medis : CPZ 1 x 100 mg, THP 1 x 2 mg
13. Data Fokus
a. Klien marah – marah sama temannya karena temannya lihat dia sedang
makan
b. Klien bicara sendiri
c. Klien mondar – mandir
d. Klien tersenyum sendiri
e. Wajah klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam
14. Pengelompokan Data
DS : -
DO : - Klien marah – marah sama temannya karena temannya lihat
dia sedang makan
- Klien bicara sendiri
- Klien mondar – mandir
- Klien tersenyum sendiri
- Wajah klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam
15. Analisa Data
Pengkajian tanggal 23 Juni 2005 jam 16.00 WIB
1. S :
O : - Klien marah – marah sama temannya karena temannya lihat
dia sedang makan
- Klien mondar – mandir
- Wajah klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam
P : Marah agresif
2. S :
O : - Klien bicara sendiri
- Klien tersenyum sendiri
P : Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar
Pengkajian tanggal 23 Juni 2005 jam 16.30 WIB
1. S : Klien mengatakan “Saya mendengar suara setan cowok yang
menyuruh saya memukul ibu saya”
O : - Wajah klien tegang
- Pandangan matanya tajam
P : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
16. Masalah Keperawatan
1) Marah agresif
2) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3) Perubahan persesi sensori : halusinasi dengar
B. Diagnosa Keperawatan
17. Pohon Masalah
1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan marah
agresif
2. Gangguan ekspresi marah : agresif berhubungan dengan halusinasi
Marah Agresif
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
C. Fokus Intervensi
Perencanaan Tanggal
No.Dx
Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Intervensi TTD
23 Juni ‘05 1 Resiko Mencederai
diri sendiri, orang
lain dan lingkungan
berhubungan dengan
marah agresif
TUM : Klien tidak
mencederai diri
sendiri dan orang lain
dengan melakukan
marah agresif.
TUK 1 :
Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab perilaku
kekerasan setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 1
x pertemuan
1. Klien
mengungkapkan
perasaannya
2. Klien dapat
mengungkapkan
penyebab
perasaan
jengkel/kesal
(dari diri sendiri,
lingkungan atau
orang lain)
1.2. Bantu klien untuk
mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel / kesal
1.1. Beri kesempatan kepada
klien untuk mengungkap
kan perasaannya.
TUK 2 :
Klien dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda perilaku
kekerasan setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 1
x pertemuan
2.1. Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya
saat marah /
jengkel.
2.1.1. Anjurkan klien
mengungkapkan
perasaannya pada saat
jengkel / kesal
2.1.2. Observasi tanda-tanda
perilaku kekerasan pada
klien
2.2. Klien dapat
menyimpulkan
tanda – tanda
jengkel / kesal
yang dialami
2.2.1. Simpulkan bersama klien
tanda-tanda jengkel /
kesal yang dialami klien
TUK 3 :
Klien dapat
mengidentifikasi
perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
setelah dilakukan 3.2. Klien dapat
3.1. Klien dapat
mengungkap
kan perilaku
kekerasan yang
biasa dilakukan
3.1.1. Anjurkan klien untuk
mengungkapkan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan klien
3.1.2. Bantu klien bermain
peran sesuai dengan
tindakan keperawatan
selama 1 x pertemuan
bermain peran
dengan perilaku
kekerasan yang
biasa dilakukan
3.3. Klien dapat
mengetahui
cara yang biasa
dapat
menyelesaikan
masalah / tidak
perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
3.1.3. Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai
TUK 4 :
Klien dapat
mengidentifikasi
akibat perilaku
kekerasan setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 1
x pertemuan
4.1. Klien dapat
menjelaskan
akibat dari cara
yang digunakan
4.1.1. Bicarakan akibat /
kerugian dari cara yang
dilakukan klien
4.1.2. Bersama klien
menyimpulkan akibat
cara yang digunakan oleh
klien
4.1.3. Tanyakan kepada klien
apakah ia ingin
mempelajari cara yang
sehat
TUK 5 :
Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan
5.1. Klien dapat
melakukan cara
berespon
terhadap marah
secara
konstruktif
5.1.1. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
5.1.2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat
5.1.3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :
a. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal / kasur, olah raga atau melakukan pekerjaan yang memerlukan tenaga
b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal / tersinggung / jengkel (saya kesal anda berkata
seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya)
c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan managemen perilaku kekerasan
d. Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa / ibadah lain ; meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu kepada Tuhan tentang kekesalan / kejengkelan
TUK 6 :
Klien dapat
mendemonstrasi kan
6.1. Klien dapatmendemonstrasi kan cara mengontrol
6.1.1. Bantu klien memilih cara
yang tepat untuk klien
6.1.2. Bantu klien
cara mengontrol
perilaku kekerasan
setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 x pertemuan
perilaku kekerasan :
- Fisik : tarik nafas dalam,olah raga, pukul kasur dan bantal
6.1.3. Bantu klien menstimulasi
cara tersebut (role play)
- Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti
- Spiritual : sembahyang, berdoa atauberibadah lain.
6.1.6. Susun jadwal melakukan
cara yang telah dipelajari
mengidentifikasi cara
tersebut
6.1.4. Beri reinforcement positif
atas ke berhasilan klien
menstimulasi cara tersebut
6.1.5. Anjurkan klien
menggunakan cara yang
telah dipelajari saat
jengkel / marah
TUK 7 :
Klien mendapat
dukungan keluarga
dalam mengontrol
perilaku kekerasan
setelah dilakukan
7.1. Keluarga klien
dapat :
- Menyebutkan
cara merawat
klien dengan
perilaku
7.1.1. Identifikasi kemampuan
keluarga dalam merawat
kien dari sikap apa yang
telah dilakukan keluarga
terhadap klien selama ini
7.1.2. Jelaskan peran serta
tindakan keperawatan
selama 1 x pertemuan
kekerasan
- Mengungkapka
n rasa puas
dalam merawat
klien
keluarga dalam merawat
klien
7.1.3. Jelaskan cara-cara
merawat klien :
- Terkait dengan cara
merawat klien secara
konstruktif
- Sikap tenang, bicara
tenang dan jelas
- Membantu klien mengenal
penyebab marah
7.1.4. Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara
merawat klien
7.1.5. Bantu keluarga
mengungkapkan
perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
TUK 8 :
Klien dapat
menggunakan obat
dengan benar (sesuai
program pengobatan)
setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 x pertemuan
8.1. Klien dapat
menyebutkan
obat – obat
yang diminum
dan
kegunaannya
(jenis, waktu,
dosis dan efek)
8.1.1. Jelaskan jenis – jenis
obat yang diminum klien
8.1.2. Diskusikan manfaat
minum obat dan kerugian
berhenti minum obat
tanpa seijin dokter
8.1.3. Jelaskan prinsip benar
obat (baca nama yang
tertera pada botol obat,
dosis obat, waktu dan
cara minum)
8.1.4. Jelaskan manfaat mnum
obat dan efek obat yang
perlu diperhatikan
8.2. Klien dapat
minum obat
sesuai program
pengobatan
8.2.1 Anjurkan klien minta
obat dan minum obat
tepat waktu
8.2.2 Anjurkan klien
melaporkan pada perawat
/ dokter jika merasakan
efek yang tidak
menyenangkan
8.2.3 Beri pujian jika klien
minum obat dengan
benar.
23 Juni ’05 2 Gangguan Ekspresi,
marah, agresif
berhubungan dengan
halusinasi
Klien tidak marah
agresif
TUM :
TUK 1 :
Klien dapat mengenali
halusinasi
1.1. Klien dapat
menyebutkan
waktu, isi,
frekuensi
timbulnya
halusinasi
2.1.1. Adakan kontak sering dan
singkat secara bertahap
2.1.2. Observasi tingkah laku
klien terkait dengan
halusinasinya : bicara dan
tertawa tanpa stimulus,
memandang ke kiri / ke
kanan / ke depan seolah –
olah ada teman bicara
1.2. Klien dapat
mengungkapka
n perasaan
terhadap
halusinasinya
2.1.3. Bantu klien mengenal
halusinasinya
a. Jika menemukan klien
yang sedang halusinasi,
tanyakan apakah ada
suara yang didengar
b. Jika klien menjawab ada,
lanjutkan : apa yang
dikatakan
c. Katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri tidak
mendengarnya (dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh/ menghakimi)
d. Katakan bahwa klien lain
juga ada seperti klien
e. Katakan bahwa perawat
akan membantu klien
2.1.4. Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang
menimbulkan
halusinasi
b. Waktu & frekuensi
terjadinya halusinasi
(pagi, siang, sore dan
malam hari atau jika
sendiri, jengkel /
sedih)
2.1.5. Diskusikan dengan klien
apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi (marah /
takut, senang, sedih) beri
kesempatan
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 2 : 2.1. Klien dapat 2.1.1. Identifikasi bersama
Klien dapat
mengontrol
halusinasinya
menyebutkan
tindakan yang
biasanya
dilakukan untuk
mengendalikan
halusinasinya
2.2. Klien dapat
menyebutkan
cara baru
2.3. Klien dapat
memilih cara
mengatasi
halusinasi seperti
yang telah
didiskusikan
dengan klien
2.1.3. Diskusikan cara baru
untuk memutus /
mengontrol timbulnya
halusinasi :
klien cara tindakan yang
dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah,
menyibukkan diri dan
lain - lain)
2.1.2. Diskusikan manfaat cara
yang dilakukan klien,
jika bermanfaat beri
pujian
a. Katakan “Saya tidak
mau dengar kamu”
(pada saat halusinasi
terjadi)
b. Menemui orang lain
(perawat / teman /
anggota keluarga)
untuk bercakap –
cakap atau
mengatakan
halusinasi yang
terdengar.
c. Membuat jadwal
kegiatan sehari – hari
agar halusinasi tidak
sampai muncul
d. Meminta
keluarga/teman/pera
wat menyapa jika
tampak bicara sendiri
2.1.4. Bantu klien memilih dan
melatih cara memutus
halusinasi secara
bertahap.
2.1.5. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
telah dilatih. Evaluasi
hasilnya dan beri pujian
jika berhasil.
2.1.6. Anjurkan klien
mengikuti terapi aktifitas
kelompok orientasi
relaita, stimulasi
persepsi.
TUK 3 :
Klien dapat dukungan
dari keluarga dalam
mengontrol
halusinasinya
3.1. Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat
3.1.1. Anjurkan klien untuk
memberitahu keluarga
jika mengalami
halusinasi
3.2. Keluarga dapat
menyebutkan
pengertian,
tanda dan
tindakan untuk
3.1.2. Diskusikan dengan
keluarga (pada saat
keluarga berkunjung /
pada saat kunjungan
rumah) :
a. Gejala halusinasi
mengendalikan
halusinasi
yang dialami klien.
b. Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutus halusinasi
c. Cara merawat
anggota keluarga
yang halusinasi di
rumah, beri kegiatan,
jangan biarkan
sendiri, makan
bersama, bepergian
bersama
d. Beri informasi waktu
follow up atau kapan
perlu mendapat
bantuan : halusinasi
tidak terkontrol dan
resiko mencederai
orang lain.
TUK 4 :
Klien memanfaatkan
obat dengan baik
4.1. Klien dan
keluarga dapat
menyebutkan
manfaat, dosis
dan efek
samping obat.
4.1.1. Diskusikan dengan klien
dan keluarga tentang
dosis, frekuensi dan
manfaat obat.
4.1.2. Anjurkan klien minta
sendiri obat pada perawat
dan merasakan
manfaatnya.
4.2. Klien dapat
mendemonstrasi
kan penggunaan
obat dengan
benar
4.3. Klien dapat
informasi
tentang efek dan
efek samping
obat
4.4. Klien dapat
memahami
4.1.5. Bantu klien
menggunakan obat
4.1.3. Anjurkan klien bicara
dengan dokter tentang
manfaat dan efek
samping obat yang
dirasakan
4.1.4. Diskusikan akibat
berhenti obat-obat tanpa
konsultasi
akibat
berhentinya
obat tanpa
konsultasi
4.5. Klien dapat
menyebutkan
prinsip 5 benar
penggunaan
obat.
dengan prinsip benar.
D. Implementasi dan Evaluasi
No. Tgl / Jam
Dx TUK Implementasi Evaluasi TTD
1 23 Juni
2005
16.30
WIB
I 1, 2,
3
1. Memperkenalkan diri
pada pasien
2. Membantu klien untuk
mengungkapkan
penyebab marah
3. Mendiskusikan
bersama klien tanda
gejala marah
4. Menganjurkan klien
untuk mengungkapkan
marah
5. Memberikan
reinforcement positif
pada klien
S : Klien
mengatakan
“Penyebab saya
marah karena
kepala saya
pusing dan
mama cerewet
sehingga saya
mau memukul
kepala mama
dengan batu”.
“Biasanya
kalau saya
marah tangan
saya mengepal
dan mata
melotot”
O : − Klien mau
memukul
kepala
mamanya
dengan batu
− Klien saat
marah
tangannya
mengepal dan
mata melotot
A : TUK 1, 2
tercapai, klien
dapat
mengungkapkan
penyebab marah
dan tanda gejala
marah.
P : K : memberi
kan tugas / PR
untuk
mengingat
penyebab marah
dan tanda gejala
marah
P : P : Lanjutkan
TUK 3 dan 4
S : Klien
mengatakan
“Saya kalau
marah ingin
memukul mama
dan akibatnya
mama
kesakitan”.
2 24 Juni
2005
17.00
WIB
I 3, 4 1. Menanyakan tentang
tugas/PR mengingat
kembali penyebab,
tanda gejala marah.
2. Mendiskusikan tentang
cara marah pada klien
yang biasa dilakukan
3. Mendiskusikan akibat
perilaku kekerasan
yang biasa klien
lakukan
4. Memberikan
reinforcement positif
atas jawaban klien
O : Mata klien
melotot dan
pandangan mata
tajam, klien
mau menjawab
pertanyaan
A : TUK 3, 4
tercapai, klien
dapat
mengungkapkan
cara marah yang
biasa klien
lakukan dan
akibat dari
marah
P : K : memberi
tugas / PR
untuk
mengingat cara
marah yang
biasa klien
lakukan dan
akibatnya
P : lanjutkan
TUK 5, 6
S : Klien
mengatakan
“Saya akan
mencobanya
mbak Yayut”
3 25 Juni
2005
16.00
WIB
I 5, 6 1. Menanyakan tugas
mengingat cara marah
dan akibat marah
2. Mendiskusikan salah
satu cara konstruktif
dalam merespon marah
“tarik nafas dalam,
tahan dan lepaskan
lewat mulut pelan –
pelan”.
O : Klien men
demonstrasikan
cara tarik nafas
dalam secara
benar, ekspresi
wajah senang.
3. Mendorong /
memotivasi untuk
mendemonstrasikan
cara konstruktif
tersebut.
4. Memberi
reinforcement positif
klien
A : TUK 5, 6
tercapai, klien
dapat
melakukan cara
marah yang
konstruktif dan
memperagakan
di depan
perawat.
P : K : memberi
kan tugas pada
klien untuk
mencoba cara
konstruktif
tersebut dan
belajar
menerapkannya
P : lanjutkan TUK 8 yaitu klien dapat menggunakan obat dengan benar sesuai program pengobatan
S :
men
Klien
gatakan
“tidak mau
minum atau
mendengarkan
tentang obat
dengan alasan
tubuhnya
menjadi panas
dan mulut
kering”
4 27 Juni
2005
08.00
WIB
I 8 1. Menanyakan tugas
kemarin yaitu
melaksanakan latihan
nafas
2. Mendiskusikan tentang
jenis obat, efek
samping dan akibat
jika berhenti obat
tanpa ijin dokter
O : Kontak mata kurang, bicara agak keras.
A : TUK 8 yaitu
klien dapat
minum obat
sesuai program
pengobatan
belum teratasi
P : K : memberi
tugas pada
klien untuk
menemui
perawat
bertanya
tentang obat
yang diberikan
oleh klien
P : ulangi TUK
8 atau lanjutkan
Dx II
5 27 Juni
2005
09.30
WIB
II I 1. Klien dapat
menyebutkan waktu
timbulnya halusinasi
2. Klien dapat
mengungkaopkan
perasaan terhadap
halusinasinya
S : Klien
mengatakan
“Saya
mendengar
suara setan
cowok yang
menyuruh saya
memukul
mama dan
suara itu timbul
pada waktu
saya sendirian”
O : Wajah klien
tegang dan
kebingungan
A : TUK I tercapai
P : K : memberi
tugas pada
klien untuk
mengingat lagi
tentang
halusinasinya
P :
mendelegasikan
kepada perawat
ruangan tentang
intervensi yang
belum
dilaksanakan
dan
implementasi
yang sudah
dilakukan, baik
yang sudah
teratasi maupun
yang belum
teratasi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini akan diuraikan mengenai pembahasan masalah
yang terjadi di dalam kasus dan penyelesaiannya beserta perbandingan teori
dengan kenyataan yang terjadi di lapangan saat pemberian asuhan keperawatan
klien dengan gangguan ekspresi marah pada Tn. A di ruang VIII Graha Irawan
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Dari kasus yang dikelola penulis
pada Tn. A dapat dimunculkan beberapa diagnosa keperawatan yaitu : resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan marah
agresif dan gangguan ekspresi marah, agresif berhubungan dengan halusinasi.
Adapun uraian pembahasan dari masing – masing diagnosa keperawatan adalah
sebagai berikut :
A. Resiko mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan berhubungan
dengan marah Agresif
Pada pengkajian didapatkan data klien mengatakan “Saya marah dan
mau memukul kepala mama dengan batu”, klien mondar – mandir, wajah
klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam.
Kelliat (1996) marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai
respon kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman. Adapun kemarahan dapat menimbulkan perilaku kekerasan
yang dimanifestasikan dengan marah (dendam), jengkel, muka merah,
pandangan tajam, bawel, berdebat, tidak bermoral dan kekerasan yang
merusak lingkungan.
Tidak terdapat perbedaan / kesenjangan pada data yang terdapat pada
konsep teori dan data yang ada pada klien, karena data yang ada pada klien
sudah sesuai dengan data yang ada pada teori.
Pada diagnosa keperawatan, resiko mencederai diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan berhubungan dengan marah agresif. Intervensi yang tidak
dapat dilaksanakan adalah TUK 7 yaitu klien mendapat dukungan keluarga
dalam mengontrol marah agresif. Hal ini terjadi karena selama dilakukan
asuhan keperawatan pada tanggal 23 – 27 Juni 2005, keluarga tidak
menjenguk klien di rumah sakit.
Kelliat (1996) keluarga merupakan sistem pendukung utama yang
memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat sakit) klien. Oleh
karena itu, asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya
memulihkan keadaan klien, tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
dalam keluarga tersebut.
Mengingat begitu pentingnya keterlibatan keluarga dalam perawatan
klien di rumah sakit, maka upaya penulis adalah menginformasikan kepada
perawat ruangan tentang pentingnya peran serta keluarga. Disamping itu
penulis juga memberi support mental kepada klien agar dapat melanjutkan
hubungan peran sesuai dengan tanggung jawabnya dan klien menerimanya
yang dibuktikan dengan klien mau melakukan cara konstruktif dalam berespon
terhadap marah yang telah didiskusikan bersama penulis agar tidak melakukan
marah agresif.
Selanjutnya intervensi yang kurang dapat dilaksanakan adaah TUK 8,
yaitu klien tidak dapat menggunakan obat dengan benar sesuai dengan
program pengobatan. Hal ini terjadi karena klien tidak mau dan bersikap
menolak ketika mendiskusikan tentang obat. Klien mengatakan malas minum
obat dengan alasan setelah minum obat, tubuhnya menjadi panas dan mulut
kering.
Depkes (1983) terapi dengan obat adalah terapi dengan menggunakan
obat yang tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan
jiwa itu sendiri. Obat yang untuk mengobati pasien gangguan jiwa termasuk
dalam golongan obat psikofarmako yang berpengaruh pada jiwa / tingkah
laku.
Merujuk dari sangat pentingnya pasien dapat menggunakan obat dengan
benar sesuai program pengobatan, upaya yang telah dilakukan penulis untuk
mengatasi TUK 8 ini adalah menginformasikan dengan perawat ruangan
bahwa pada kenyataannya klien tidak mau minum obat, dan tanpa
sepengetahuan perawat, obat yang diberikan pada klien tidak mau diminum
atau dibuang.
Pada diagnosa keperawatan resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan berhubungan dengan marah agresif, evaluasi akhir yang
didapat pada klien adalah klien dapat, menyebutkan penyebab marah (yaitu
kepala klien pusing dan mama cerewet sehingga saya mau memukul mama),
klien dapat menyebutkan tanda / gejala marah (tangan saya mengepal, mata
melotot), cara yang biasa dilakukan saat marah (ingin memukul mama),
mengetahui akibat dari cara marah yang biasa klien lakukan (mama
kesakitan), klien mau mempelajari tentang cara marah yang konstruktif (nafas
dalam) dan klien mau mendemonstrasikan cara marah yang konstruktif
(latihan nafas dalam secara benar).
Sedangkan, kriteria evaluasi pada konsep teori adalah klien dapat
mengidentifikasi penyebab marah, klien dapat mengidentifikasi tanda / gejala
saat marah, klien dapat mengidentifikasi cara marah yang biasa dilakukan,
klien dapat mengidentifikasi akibat dari cara marah yang biasa dilakukan,
klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan, klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol marah agresif
dan klien dapat menggunakan obat dengan benar sesuai program pengobatan.
Dari evaluasi yang didapat pada klien dan kriteria evaluasi pada konsep
teori, hal yang belum dapat dicapai adalah tidak adanya dukungan dari pihak
keluarga, karena selama dilakukan asuhan keperawatan, keluarga tidak
menjenguk klien. Dan hal yang kurang dapat dicapai dalam pelaksanaannya
adalah klien dapat menggunakan obat dengan benar, karena klien tidak mau
dan bersikap menolak saat mendiskusikan tentang program pengobatan klien.
B. Gangguan Ekspresi Marah : Agresif berhubungan dengan halusinasi
Pada pengkajian di dapatkan data klien mengatakan “Saya mendengar
suara setan cowok yang menyuruh saya memukul mama”. Ditambah data
objektif, klien bicara sendiri, klien tersenyum sendiri.
Depkes (1983) halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca
indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik.
Maramis (1990) halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang
apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar.
Tidak terdapat kesenjangan antara data pada konsep teori dengan data
yang ada pada klien, karena data yang ada pada klien sesuai dengan data yang
ada pada konsep teori.
Pada diagnosa keperawatan gangguan ekspresi marah berhubungan
dengan halusinasi, intervensi yang disusun dalam pelaksanaannya tidak semua
dilaksanakan, dan baru dilaksanakan untuk tujuan khusus yang pertama, yaitu
: Klien dapat mengenali halusinasinya. Dan upaya yang telah dilaksanakan
pada masalah keperawatan kedua ini adalah mendelegasikan pada perawat
ruangan tentang intervensi yang belum dilaksanakan dan implementasi yang
sudah dilakukan.
Sedangkan kriteria evaluasi pada konsep teori adalah klien dapat
mengenali halusinasinya, klien dapat mengontrol halusinasinya, klien dapat
dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya, klien memanfaatkan
obat dengan baik.
Dari evaluasi yang didapat pada klien dan kriteria evaluasi pada konsep
teori, hal yang belum dicapai adalah klien dapat mengontrol halusinasinya,
klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya, klien
dapat memanfaatkan obat dengan baik. Hal ini dikarenakan penulis
mempunyai keterbatasan waktu dalam menyelesaikan asuhan keperawatan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perawat dapat mengantisipasi terjadinya kemarahan dengan tindakan yang
agresif dan tidak terkontrol yang dapat membahayakan klien dan
lingkungan dengan cara menyatakan pada klien akan cara marah yang
sehat dengan menyalurkan energi seperti aspek fisik dengan tarik nafas
dalam jika sedang kesal atau memukul bantal / kasur dan jalan – jalan.
2. Perawat dapat membantu klien dalam mengungkapkan kemarahannya
dengan cara mengidentifikasi penyebab marah dan mencari
pemecahannya.
B. Saran
1. Dalam mengantisipasi terjadinya kemarahan dengan tindakan agresif
diterapkan perawat dapat menyatakan pada klien akan cara marah yang
sehat dengan menyalurkan energi marah secara fisik, verbal, sosial,
spiritual.
2. Dalam membantu klien mengungkapkan kemarahannya diharapkan
perawat mampu mencari penyebab marah yang dialami oleh klien dan
pemecahan masalahnya.