Bab III Revisi (Acc b.april)

36
46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 1 SMP Negeri 8 Kediri tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa antara 30-35 siswa. 2. Setting Penelitian Penelitian ini akan dilaksanankan di SMP Negeri 8 Kediri, dengan mempertimbangkan SMP tersebut sebagai tempat peneliti melaksanakan PPL 2. B. Prosedur Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK berkembang di Indonesia pada tahun 1990-an. Ebbut (1985) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan studi sistematis yang dilakukan oleh guru dalam memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. Ahli lain, Carr dan Kemmis (1992) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai bentuk penyelidikan yang dilakukan oleh

description

revisikuu

Transcript of Bab III Revisi (Acc b.april)

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek dan Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 1 SMP

Negeri 8 Kediri tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa antara 30-

35 siswa.

2. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanankan di SMP Negeri 8 Kediri, dengan

mempertimbangkan SMP tersebut sebagai tempat peneliti melaksanakan

PPL 2.

B. Prosedur Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK

berkembang di Indonesia pada tahun 1990-an. Ebbut (1985) menyatakan

bahwa penelitian tindakan kelas merupakan studi sistematis yang dilakukan

oleh guru dalam memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan

melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. Ahli lain,

Carr dan Kemmis (1992) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas

sebagai bentuk penyelidikan yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa,

kepala sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk

meningkatkan pertanggungjawaban dari (a) praktik sosial atau pendidikan

yang mereka geluti (b) pemahaman yang lebih baik terhadap praktik yang

mereka geluti, dan (c) situasi dan lembaga tempat praktik itu dilakukan.

Baik Ebbut maupun Carr dan kemmis secara eksplisit menyatakan bahwa

PTK merupakan penelitian partisipatoris artinya peneliti terlibat langsung

dalam kegiatan dimana penelitian itu dilakukan. Bila peneliti tersebut adalah

guru maka ketika melakukan PTK maka guru harus berpartisipasi langsung

dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut.

47

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini merupakan upaya untuk

mengkaji apa yang telah terjadi dan dihasilkan atau belum tuntas pada

langkah upaya sebelumnya. Hasil refleksi digunakan untuk mengambil

langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian. Dengan kata

lain refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan

terhadap pencapaian tujuan tindakan pembelajaran.

Bila guru dapat melakukan PTK secara berkelanjutan dan ada rasa

ingin melakukannya maka beberapa manfaat yang akan diperoleh seperti :

1. Guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran menjadi efektif.

2. Guru juga dapat belajar secara lebih sistematis dari pengalamannya

sendiri dan dapat meningkatkan wawasan serta pemahamannya tentang

sisiwa dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran (dilihat dari

sudut pandang siswa bukan dari sudut pandang guru semata).

3. PTK tidak membuat guru meninggalkan tugasnya sehari-hari sebagai

pengajar di kelas. Guru tetap melakukan kegiatan pembelajaran seperti

biasa namun pada saat bersamaan dan secara terintegrasi guru

melaksanakan kegiatan penelitian yaitu mengumpulkan data,

melakukan observasi, membuat catatan dan mengevaluasi. Dengan

demikian PTK tidak mengganggu kelancaran proses pembelajaran.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki atau

meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan sedangkan

tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti dikalangan

guru (Mukhlis, 2000: 5).

Adapun rancangan penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan

pada penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan McTaggart.

Pada model Kemmis dan McTaggart (Depdiknas, 2004: 2), pelaksanaan

tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi empat langkah

yaitu :

1. Perencanaan tindakan (Planning)

Mengembangkan perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk

memperbaiki situasi yang terjadi.

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

?

SIKLUS I

SIKLUS II

48

2. Pelaksanaan tindakan (Action)

Melakukan tindakan untuk menjelaskan rencana

3. Observasi atau pengamatan (observation)

Mengamati dampak dari situasi yang disampaikan dalam konteks

kejadian.

4. Refleksi (Reflection)

Merefleksikan dampak tersebut sebagai dasar pelaksanaan dan

seterusnya sehingga terbentuk sebuah siklus.

Bila siklus I belum mencapai indikator yang ditargetkan maka

dilanjutkan dengan siklus kedua yaitu perbaikan rencana, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Siklus berikutnya selalu dimulai dengan

perbaikan tindakan dari siklus sebelumnya. Sebelum masuk pada siklus 1

dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada

gambar berikut.

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Taggart

(Sumber: Arikunto, 2010:17)Sesuai dengan siklus yang tergambar diatas, dalam penelitian tindakan

kelas ini ada dua siklus yang harus dilakukan oleh peneliti untuk mencapai

ketuntasan seperti yang diharapkan. Siklus pertama dilaksanakan

49

berdasarkan hasil observasi pertama. Jika dalam siklus pertama ketuntasan

dapat dicapai dengan sempurna, maka siklus kedua tidak perlu

dilaksanakan. Namun jika siklus pertama belum mencapai ketuntasan, siklus

kedua dilaksanakan seperti pertama hanya saja lebih ditekankan dimana

letak permasalahan yang membuat siklus pertama mengalami kegagalan.

Langkah–langkah penelitian menurut Kemmis dan Mc Taggart antara lain:

1. Refleksi awal, merupakan kegiatan penjajagan yang dimanfaatkan

untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan

dengan tema penelitian. Berdasarkan hasil refleksi awal dapat

dilakukan menfokuskan masalah yang selanjutnya dirumuskan

menjadi masalah penelitian. Setelah rumusan masalah selesai

dilakukan, selanjutnya perlu dirumuskan kerangka konseptual dari

penelitian meliputi merencanaan tujuan dan rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat

pembelajaran.

2. Penyusunan perencanaan, berdasarkan pada hasil penjajagan refleksi

awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan

dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah

perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari

permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan

bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai kondisi nyata yang

ada.

3. Pelaksanaan tindakan, menyangkut apa yang dilakukan peneliti

sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang

dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan

pada PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik

dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja

dan hasil program optimal.

4. Observasi (pengamatan), observasi dalam PTK dapat disejajarkan

dengan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam penelitian

ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang

50

dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi

digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.

5. Refleksi, merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi, terhadap

semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindaka. Dalam

kegiatan ini, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan

hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang

terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan yang lainnya

dengan teori atau penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui

refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan

tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK

yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu

berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.

Dari langkah 1 sampai 4 tersebut di atas merupakan suatu rangkaian

kegiatan pembelajaran dalam satu siklus.

2. Langkah – Langkah Penelitian

a. Perencanaan

Hal-hal yang harus dilaksanakan peneliti sebelum

melaksanakan penelitian tindakan kelas yaitu :

1) Observasi kelas yang akan diteliti, meliputi : sarana dan sumber

acuan yang digunakan, model yang digunakan guru dan hasil

belajar siswa pada materi-materi sebelumnya. Berdasarkan hasil

observasi akan dianalisis mengenai masalah yang terjadi dan

selanjutnya akan dibuat perencanaan tindakan untuk mengatasi

masalah tersebut.

2) Menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana

pembelajaran dengan setting penerapan kolaborasi Model

Pembelajaran Problem Posing dengan Kooperatif Tipe Snowball

Throwing, bahan pengajaran yang akan diberikan kepada siswa,

menyiapkan media pembelajaran, bahan tugas untuk siswa, dan

alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui tingkat

51

pemahaman siswa terhadap pokok bahasan faktorisasi bentuk

aljabar.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Siklus I

a) Perencanaan Tindakan

Perencanaan yang dilakukan peneliti, yaitu :

(1) Mengidentifikasi masalah berdasarkan obserasi awal.

(2) Menyusun silabus.

(3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dengan kolaborasi Model Pembelajaran Problem Posing

dengan Kooperatif Tipe Snowball Throwing.

(4) Menyusun Lembar Kerja Siswa.

(5) Menyusun soal evaluasi tiap RPP.

(6) Menyusun lembar observasi kegiatan guru dan siswa.

b) Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah

melaksanakan rencana pembelajaran, yaitu :

(1) Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin

dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa

belajar.

(2) Guru menyajikan informasi baik secara ceramah atau

tanya jawab selanjutnya memberi contoh cara

pembuatan soal dari informasi yang diberikan Guru

memberikan suatu masalah pada materi yang diajarkan.

(3) Guru memberikan latihan soal secukupnya

(4) Guru membentuk kelompok belajar heterogen yang

terdiri dari 4-5 siswa tiap kelompok.

(5) Guru membimbing kelompok-kelompok yang

mengalami kesulitan dalam membuat soal berdasarkan

informasi yang diberikan guru.

52

(6) Guru membimbing siswa dalam melempar kertas yang

telah dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke

siswa yang lain selama ± 5 menit..

(7) Kelompok yang mendapat satu bola diberikan

kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis

dalam kertas berbentuk bola tersebut.

(8) Guru memberikan penghargaan kepada siswa atau

kelompok yang telah menyelesaikan tugas yang

diberikan dengan baik

(9) Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

telah dipelajari dengan cara masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil pekerjaannya

(10) Guru memberikan evaluasi akhir pembelajaran.

(11) Guru memberikan tugas rumah secara individu sebagai

penguatan

c) Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini dilakukan pemantauan

proses pembelajaran yang dilaksanakan guru setempat

dengan teman sejawat peneliti. Yang diamati yaitu keaktifan

siswa selama proses pembelajaran dan juga aktifitas guru

melalui lembar observasi. Selain itu keadaan dan situasi kelas

yang menyenangkan akan membantu dalam proses penelitian

ini. Penataan tempat duduk dalam membagi kelompok tiap

tim pun sangat membantu sekali. Setiap anak dalam satu tim

diharapkan harus sudah memiliki buku pegangan untuk

penunjang pelajaran.

d) Refleksi

Hasil observasi dijadikan sebagai acuan dalam

mengambil solusi untuk perbaikan dan penyusunan rencana

tindakan pada siklus berikutnya.

53

Pembelajaran akan dilanjutkan pada siklus berikutnya

jika hasil belajar siswa secara klasikal kurang dari 75% dari

siswa tuntas belajar, yaitu dengan nilai lebih besar atau sama

dengan 75% sesuai dengan ketentuan dari sekolah. Data

siklus akan berhenti atau pembelajaran berhasil jika hasil

belajar siswa secar klasikal lebih besar dari 75% siswa tuntas

belajar dengan nilai lebih besar atau sama dengan 75% sesuai

dengan ketentuan dari sekolah.

2) Siklus II

Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II dimaksudkan

sebagai perbaikan dari siklus I. tahapan pada siklus II sama

dengan siklus I yatu perencanaan, pemberian tindakan, observasi

(pengamatan), dan refleksi. Jika dievaluasi pada akhir siklus tidak

terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika,

dilaksanakan siklus III, sklus IV dan seterusnya yang tahap-

tahapnya seperti siklus I dan II. Siklus berhenti jika tujuan

penelitian sudah tercapai yaitu jika hasil belajar siswa kelas VIII

SMPN 8 Kediri dengan penerapan kolaborasi Model

Pembelajaran Problem Posing dengan Kooperatif Tipe Snowball

Throwing telah meningkat.

C. Instrumen Pengumpulan Data

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus

ada alat ukur yang baik. Alat ukur penelitian disebut instrumen penelitian.

Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah (Arikunto, 2010:203). Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah

variabel–variabel penelitian yang ditetapkan oleh peneliti. Dari variabel-

variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya

ditentukan indikatornya. Dari indikator kemudian dijabarkan menjadi butir-

54

butir pertanyaan atau pernyataan. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-

masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,

tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Observasi Kemampuan Guru

Lembar observasi kemampuan guru digunakan untuk mengetahui data

tentang kemampuan guru terhadap penerapan model pembelajaran serta

dalam mengelola model pembelajaran , terutama kemampuan guru

dalam membangun dengan kolaborasi model pembelajaran Problem

Posing dengan Kooperatif Tipe Snowball Throwing pada subpokok

faktorisasi bentuk aljabar di kelas VIII SMP Negeri 8 Kediri. Lembar

observasi kemampuan guru memuat aspek sebagai berikut:

Tabel 3.1

Rencana Pengembangan Instrumen Observasi Kemampuan Guru

No

.Variabel

Model

PembelajaranDefinisi Operasional Indikator Item

1. Pendahuluan

a. Guru menyampaikan

keterkaitan antara

materi yang akan

dibahas dengan materi

sebelumnya

- Pemberian

apersepsi

1

- Kooperatif b. Guru memotivasi siswa

untuk melakukan

- Pemberian

motivasi

1

55

proses belajar

- Koopeartif

c. Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai oleh

siswa

- Penyampaian

tujuan

pembelajaran1

2. Inti - Problem

Posing

- Kooperatif

- Snowball

Throwing

a. Memberikan penjelasan

materi

- Menyajikan

materi 1

- Penjelasan

model

pembelajaran

1

- Problem

Posing

- Memberi

permasalahan

soal

1

- Kooperatif - Membagi

kelompok

secara

heterogen

1

- Problem

Posing

- Snowball

Throwing

- Membimbing

siswa dalam

membuat

pertanyaan/soal

1

- Snowball

Throwing

- Melempar bola

soal1

- Kooperatif - Membimbing

dalam kegiatan

diskusi

kelompok

1

- Problem - Mempresentasik 1

56

Posing

- Snowball

Throwing

an hasil diskusi

- Snowball

Throwing

- Kooperatif

- Mengevaluasi

materi hasil

diskusi

1

- Kooperatif - Memberikan

penghargaan1

- Memberikan

soal tes evaluasi1

3. Penutup

- Problem

Posing

- Snowball

Throwing

a. Memberikan

penyimpulan materi

yang telah dipelajari

- Menyampaikan

kesimpulan 1

- Menutup

pelajaran1

Instrumen observasi kegiatan guru ini akan diberikan kepada seorang

pengamat. Dimana pengamat itu adalah teman sejawat dengan

pertimbangan teman sejawat lebih mengerti dengan model

pembelajaran Problem Posing dan kooperatif tipe Snowball Throwing.

Pengamatan dilakukan setiap 5 menit sekali dengan cara menuliskan

penilaian atas aspek yang muncul dengan memberi tanda cek (√) pada

kolom yang sesuai selama kegiatan berlangsung.

4. Lembar Aktivitas Siswa

Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk mendapatkan data

tentang keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran serta membantu

proses pengumpulan data hasil eksperimen yang meliputi aspek–aspek :

Tabel 3.2

57

Rencana Pengembangan Instrumen Observasi Aktivitas Siswa

No VariabelDefinisi

Operasional

Model

PembelajaranAspek yang diamati

Menit

ke -

Jumlah

Item

1 Kedisplinan

Tindakan

yang

menunjukkan

perilaku

tertib dan

patuh pada

berbagai

ketentuan dan

peraturan

- Kooperatif Siswa hadir tepat

waktu

Keselur

uhan

menit

pengam

atan

5

Siswa menjawab

salam dan berdoa

bersama

- Problem

Posing

- Snowball

Throwing

- Kooperatif

Siswa

memperhatikan

semua penjelasan

guru

- Kooperatif

Siswa

berkelompok

sesuai dengan

kelompok yang

telah ditentukan

Siswa selalu

menaati semua

tata tertib yang

dibuat guru

2 Keaktifan

Giat bekerja,

giat berusaha,

dan mampu

bereaksi dan

beaksi

- Snowball

Throwing

Siswa bertanya

jika kurang

memahami

penjelasan dari

guru

Keselur

uhan

menit

pengam

atan

3

- Snowball

Throwing

Siswa dalam

melemparan soal

58

Siswa

mengerjakan soal

evaluasi

- Problem

Posing

- Snowball

Throwing

Siswa dalam

membuat

kesimpulan

kegiatan

pembelajaran

- Problem

Posing

Siswa menerima

umpan balik dari

guru

3Rasa Ingin

Tahu

Sikap dan

tindakan

yang selalu

berupaya

untuk

mengetahui

lebih

mendalam

dan meluas

dari sesuatu

yang

dipelajarinya,

dilihatnya,

dan

didengarnya.

- Problem

Posing

Siswa berani

bertanya jika

belum mengerti

tentang materi

yang telah

dipelajari Menit

ke-11

sampai

menit

ke-50

3 Siswa bertanya

tentang proses

jalannya sistem

pembelajaran

yang berlangsung

4 Kerjasama

Pekerjan

yang

biasanya

dikerjakan

- Kooperatif

Siswa mampu

dalam diskusi

kelompok

Menit

ke-50

sampai

3

59

oleh individu

tapi

dikerjakan

secara

bersama-

sama oleh

dua orang

atau lebih

dengan

tujuan agar

pekerjaan

tersebut

menjadi lebih

ringan

menit

ke-80

- Snowball

Throwing

- Problem

Posing

Siswa mampu

dalam membuat

soal

- Kooperatif

Siswa mampu

menyelesaikan

tugas kelompok

60

5Tanggung

jawab

Sikap dan

perilaku

seseorang

untuk

melaksanaka

n tugas dan

kewajibannya

, yang

seharusnya

dia lakukan,

terhadap diri

sendiri,

masyarakat,

lingkungan

(alam, sosial,

dan budaya),

negara dan

Tuhan Yang

Maha Esa

- Kooperatif

Siswa

bertanggung

jawab terhadap

hasil kelompok

Menit

ke-80

sampai

menit

ke- 90

1

Instrumen observasi kegiatan siswa diberikan kepada seorang

pengamat. Dimana pengamat itu adalah guru kelas VIII setempat

dengan pertimbangan bahwa guru lebih mengenal karakter siswa dan

pengamatan dilakukan setiap 5 menit sekali dengan cara menuliskan

penilaian atas aspek yang muncul dengan memberi tanda cek (√) pada

kolom yang sesuai selama kegiatan berlangsung.

5. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep

matematika materi Faktorisasi Bentuk Aljabar akhir putaran.

Keseluruhan soal sebanyak 4 soal dengan bobot tiap soal disesuaikan

61

dengan indikator dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan yang

diharapkan dapat dicapai siswa. Keseluruhan soal berbentuk uraian.

Bentuk soal uraian dipilih karena :

1) Mudah disiapkan dan disusun.

2) Tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berspekulasi.

3) Mampu mengukur taraf kemampuan siswa.

Kisi-kisi soal tes evaluasi sebagai berikut :

Tabel 3.3

Kisi - Kisi Pengembangan Instrument Soal EvaluasiStandar Kompete

nsi

Kompetensi Dasar

Materi Pokok

Indikator Soal

Nilai Karakter

Bentuk SoalNomor

soalPG Uraian

1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus

1.2.1 Menguraikan bentuk aljabar kedalam faktor-faktornya

Faktorisasi Bentuk Aljabar

Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya dengan hukum distributif

Rasa ingin tahu, tanggung jawab

√ 1

1.2.2 Memahami cara menguraikan aljabar bentuk x² +¿ 2xy + y² dan x² −¿ 2xy + y²

Faktorisasi Bentuk Aljabar

Menguraikan aljabar bentuk x² +¿ 2xy + y² dan x² −¿ 2xy + y²

Rasa ingin tahu, tanggung jawab

√ 2 dan 3

1.2.3 Memahami cara menguraikan aljabar bentuk selisih dua kudrat menjadi perkalian faktor

Faktorisasi Bentuk Aljabar

Menguraikan aljabar bentuk selisih dua kudrat menjadi perkalian faktor

Rasa ingin tahu, tanggung jawab

√ 4

62

Selanjutnya kisi-kisi instrumen diatas dikembangkan kedalam lembar

pengamatan. Kemudian berdasar dari kisi yang telah disusun maka

selanjunya instrumen akan divalidasi serta dicari reliabilitasnya. Untuk

lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :

a. Validitas

Validitas (kesahihan) adalah kualitas yang menunjukkan hubungan

antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar

atau tingkah laku (Purwanto, 2010: 137).

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instument yang valid

atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang

valid berarti memiliki validitas rendah. (Arikunto, 2010:211)

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang

hendak diukur (A test is valid if it measures what it purpose to measure).

Dalam bahasa indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”. (Arikunto,

2012:80)

Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu

validitas eksternal dan validitas internal.

1. Validitas eksternal

Instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari

instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain yang

mengenai variabel penelitian yang dimaksud.

2. Validitas internal

Instrumen yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-

bagian instrument dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan

kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal

apabila setiap bagian instrumen mendukung “misi” instrumen

secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variabel yang

dimaksud. (Arikunto, 2010:212-215)

Instrumen sebelum diujicobakan maka divalidasi terlebih dahulu

dengan menggunakan lembar validasi ahli kepada validator, yaitu dosen,

63

guru matematika SMP Negeri 8 Kediri, atau teman sejawat dan kemudian

akan direvisi sehingga didapatkan instrument yang valid.

Instrumen-instrumen yang telah dinyatakan valid oleh validator

selanjutnya diujicobakan secara terbatas kepada siswa. Hasil ujicoba

terbatas dianalisa dengan menggunakan rumus korelasi product moment

dengan angka kasar yaitu sebagai berikut:

Dimana :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan

X = skor-skor tiap butir soal untuk setiap siswa uji coba

Y = skor total tiap siswa uji coba

N= jumlah siswa uji coba

(sumber : Arikunto, 2012:87)

Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kriteria Validitas Instrumen Tes

Nilai r Interpretasi

0,81-1,00 Sangat Tinggi

0,61-0,80 Tinggi

0,41-0,60 Cukup

0,21-0,40 Rendah

0,00-0,20 Sangat rendah

(sumber : Arikunto, 2012 : 89)

r xy=N ∑ XY −(∑ X ) (∑ Y )

√ {N ∑ X2−(∑ X )2} {N ∑Y 2−(∑ Y )2}

64

Dari kategori tersebut diatas, dapat diketahui tingkat validasi sesuai yang

diujikan selanjutnya dalam penelitian ini instrument dikatakan valid jika

minimal berkategori cukup.

b. Reliabilitas

Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut

(instumen) dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya kapan pun alat

penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.

(Sudjana, 2012:16)

Secara garis besar ada dua jenis reliabilita, yaitu reliabilitas ekternal

dan reliabilitas internal. Seperti halnya pada pembicaraan validitas, dua

nama ini sebenarnya menunjukkan cara-cara menguji tingkat reliabilitas

instrumen. Jika ukuran atau kriteriumnya berada di luar instrumen maka

dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal. Sebaliknya jika

perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrument tersebut saja, akan

menghasilkan reliabilitas internal.

Instrumen-instrumen yang telah dinyatakan valid oleh validator

selanjutnya diujicobakan secara terbatas kepada siswa. Hasil ujicoba

terbatas dianalisa dengan menggunakan rumus alpha, yaitu sebagai

berikut:

r=( nn−1 )(1−∑ σ

i2

σt2

)Dimana :

r = koefisien reliabilitas

∑ σi2 = jumlah varians skor tiap – tiap item

σt2 = varians total

n = jumlah butir soal uraian

(Arikunto, 2003: 109)

Dimana varians dapat dicari dengan menggunakan rumus :

65

σ 2=∑ X 2−

(∑ X )2

NN

(sumber: Arikunto, 2012:122-123)

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen

yang dipeoleh sesuai dengan tabel berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Reliabilitas Instrumen Tes

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81<r≤1,00 Sangat Tinggi

0,61<r≤0,80 Tinggi

0,41<r≤0,60 Cukup

0,21<r≤0,40 Rendah

0,00<r≤0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2003: 75)

Dari kategori diatas, instrument dikatakan realibel jika minimal berkategori

cukup. Selanjutnya menurut Budiyono (2003: 72), hasil pengukuran yang

mempunyai indeks reliabilitas 0,70 atau lebih cukup baik nilai

kemanfaatannya dalam arti instrumennya dapat dipakai untuk melakukan

pengukuran.

D. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu model dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Analisis data dilakukan setiap

kali setelah pemberian satu siklus tindakan. Proses analisa data diharapkan

dapat memaknai, menjelaskan dan sampai pada penyimpulan. Hasil analisis

akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram.

1. Analisis lembar observasi kemampuan guru

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dianalisis menggunakan lembar

observasi pengelolaan kelas. Persentase kemampuan guru dapat

dianalisis dengan :

66

N P= JSSM

x 100 %

Keterangan :

NP : Persentase rata – rata kemampuan guru

JS : Jumlah skor kemampuan yang dilakukan

SM : Skor maksimal yang didapat dari kemampuan guru

Tabel 3.6Kemampuan Guru

% Interval Kategori

76-100 Amat Baik

51-75 Baik

26-50 Cukup Baik

Kurang dari 26 Kurang

(Arikunto, 2010:192)

Dari kategori di atas, instrumen kemampuan guru dikatakan

mampu jika minimal berkategori baik.

2. Analisis lembar observasi aktivitas siswa

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dianalisis menggunakan lembar

observasi pengelolaan kelas. Persentase aktivitas siswa dapat dianalisis

dengan :

N P= JSSM

x 100 %

Keterangan :

NP : Persentase rata – rata aktivitas siswa

JS : Jumlah skor aktivitas yang dilakukan

SM : Skor maksimal yang didapat dari aktivitas siswa

Tabel 3.7

Aktivitas Siswa

% Interval Kategori

76-100 Amat Baik

51-75 Baik

26-50 Cukup Baik

67

Kurang dari 26 Kurang

(Arikunto, 2010:192)

Dari kategori di atas, aktivitas siswa dikatakan baik jika minimal

berkategori baik.

3. Analisis tes tertulis

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar tiap siklus dilakukan dengan cara

memberikan tes. Penilaian tes terdiri dari :

a. Ketuntasan belajar secara perorangan. Berdasarkan petunjuk

pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud,

1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah

mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas

belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai

daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung

persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

KB= TTt

x 100

Keterangan :

KB : Ketuntasan Belajar

T : Jumlah skor yang diperoleh siswa

Tt : Jumlah skor total

(Trianto dalam Ali, 2010 : 81))

Tabel 3.9

Kategori Ketuntasan Hasil Belajar Individu

% Interval Kategori

85-100 Amat Baik

70-84 Baik

50-69 Cukup Baik

0-49 Kurang

68

(Purwanto dalam Yuliarni, 2011:5)

Dari kategori di atas, ketuntasan hasil belajar dikatakan berhasil

jika minimal berkategori baik.

b. Ketuntasan Belajar secara Klasikal

Ketuntasan belajar klasikal dikatakan berhasil jika prosentase

siswa tuntas belajar adalah ≥ 85% (Pagunanto, 2010:71)). Untuk

menetukan ketuntasan klasikal digunakan rumus :

P=∑ Siswa tuntas belajar

∑ Siswax100%

(Arikunto (dalam Ali, 2010 : 81)

E. Rencana Jadwal Penelitian

No KEGIATANAgustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perencanaan 

√ √ √                   

2 Proses pembelajaran        √                

3 Evaluasi        √                

4 Pengumpulan Data         √               

5 Analisis Data          √              

6 Penyusunan Hasil            √            

7 Pelaporan Hasil            √