BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/21766/6/T_SEJ_1303157_Chapter3.pdf · Sejumlah alasan...
Transcript of BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/21766/6/T_SEJ_1303157_Chapter3.pdf · Sejumlah alasan...
40 Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan hal yang utama dalam sebuah penelitian.
Metode penelitian digunakan agar peniliti mampu memecahkan masalah yang
ditelitinya. Pada bab ini, penulis menjabarkan komponen-komponen
metodologi penelitian yang meliputi: lokasi penelitian, subjek penelitian,
metode penelitian, intrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data
dan prosedur penelitian. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:
3.1 Lokasi Penelitian
Tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah di SMA
Angkasa Lanud Sulaiman yang beralamat di Jalan Terusan Kopo, KM. 10,
Kabupaten Bandung. SMA Angkasa Lanud Sulaiman berada Kompleks
Pangkalan Angkatan Udara Lanud Sulaiman. Didukung oleh beberapa Tenaga
Pendidik dan Kependidikan yang profesional, sarana dan prasarana yang
relevan sehingga cocok untuk dijadikan sebagai tempat penelitian. Dasar
petimbangan dijadikannya SMA Angkasa Lanud Sulaiman sebagai lokasi
penelitian adalah sebagai berikut :
1. SMA Angkasa Lanud Sulaiman merupakan sekolah menengah atas
yang berada didalam Kompleks Pangkalan Udara (AU) Lanud
Sulaiaman. Sekolah ini bernaung dibawah Yayasan Ardhya Gharini
Badan Pengurus Cabang Lanud Sulaiman yang merupakan Yayasan di
bawah TNI Angkatan Udara (AU). Dengan keberadaannya di kompleks
TNI AU nampaknya ada kekhasan dalam budaya sekolah yang
bersinggungan dengan pendidikan karakter.
2. SMA Angkasa Lanud Sulaiman merupakan bekas tempat peneliti
bertugas, sehingga akan mempermudah melakukan penelitian, dalam
41
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengurusan persuratan izin observasi, akses dalam mendapatkan
dokumen-dokumen yang penting untuk digunakan dalam penelitian,
seperti dokumen profil sekolah, dokumen pembelajaran. Tingkat
perkenalan dengan beberapa informan pula sudah terjalin cukup lama,
sehingga tidak canggung lagi ketika melakukan wawancara ataupun
penggalian data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.
3.2 Subjek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini, yakni peserta didik kelas X
Ilmu-ilmu Sosial (IIS) 1, XI Ilmu-ilmu Sosial (IIS) 1. Dengan dasar
pertimbangan, kelas tersebut diterapkan pendidikan karakter dalam
pembelajaran sejarah, pada mata pelajaran Sejarah Indonesia dan Sejarah
Peminatan Ilmu-ilmu sosial. Serta ingin diketahui bagaimana perbedaan antara
pemerolehan nilai karakter pada siswa kelas X dibandingkan dengan siswa
kelas XI. Guru Mata Pelajaran Sejarah yakni Bapak Ghofir dengan dasar
bahwa ia merupakan Guru Mata pelajaran Sejarah yang berasal dari Kesatuan
Militer Lanud Sulaiman serta telah menerapkan pendidikan karakter dalam
pembelajaran sejarah, sekaligus menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah
urusan Kesiswaan. Kepala Sekolah yakni Bapak H. Wijayanto Hidayat, M.Pd,
karena Kepala Sekolah ini berasal dari Kesatuan Militer Lanud Sulaiman yang
bertanggung jawab penuh atas berjalannya visi dan misi sekolah. Sementara
itu, Pembina Ekstrakulikuler karena aktor dalam menjalankan pendidikan
karakter di luar kelas ialah pembina ekstrakulikuler ini. Hal tersebut di atas
menjadi acuan bagi peneliti untuk menentukan subjek penelitian di atas pada
penelitian mengenai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah Pada
Sekolah di Lingkungan Militer.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Nasution (1989:
5) mengatakan bahwa penelitian kualitatif pada haikatnya mengamati perilaku
keseharian orang dalam lingkungan hidupnya. Pendekatan terhadap yang
diteliti dilakukan secara berkelanjutan dan berintegrasi dengan mereka tanpa
ada batas atau sekat-sekat, berusaha memahami bahasa, dan tafsiran mereka
42
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tentang dunia sekitarnya. Keterkaitan dengan pembelajaran sejarah, penelitian
kualitatif menjadi kategori yang didefiniskan secara longgar dari model
penelitian yang semuanya menghasilkan data verbal, visual, data yang ada di
sekitar lokasi penelitian. Data diambil dalam bentuk narasi deskriptif (catatan
lapangan, rekaman, dan catatan tertulis lainnya), yang terkait dengan
pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di SMA Angkasa.
Selanjutnya, penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Metode
penelitian menggunakan studi kasus untuk mendapatkan pertanyaan penelitan
“mengapa” dan “bagaimana”. Metode penelitian studi kasus memilih suatu
kejadian atau gejala untuk diteliti. Menurut Yin (2014, hlm. 1) tipe studi pada
penelitian ini menggunakan tipe eksplanatoris, yaitu kajian atas suatu kasus
khusus untuk memperoleh kaitan-kaitan, yakni pendidikan karakter di tingkat
persekolah yang di dalamnya terdapat komponen pengintegrasian dalam mata
pelajaran, habituasi dalam budaya sekolah, integrasi dalam kegiatan
ekstrakulikuler, dan habituasi keseharian di rumah. Selain itu, kaitan dengan
pembelajaran sejarah yang memiliki konsep ruang, waktu, manusia,
perubahan, dan kesinambungan, dikaitkan pula dengan lingkungan sekolah di
dalam kawasan militer Lanud Sulaiman yang memiliki moto “Swa Bhuwana
Paksa” yang artinya Sayap Tanah Airku.
Penelitian studi kasus in dimaksudkan untuk mempelajari secara
intensif tentang latar belakang masalah, keadaan dan posisi suatu peristiwa
yang sedang berlangsung saat ini, yaitu pendidikan karakter dalam
pembelajaran sejarah, serta interaksi unit lingkungan sosial, budaya, pedagogis
di kawasan militer. Penelitian kualitatif dalam tesis ini meliputi pengumpulan,
penganalisisan dan penginterpretasian dalam rangka untuk memperoleh
wawasan kasus tertentu tentang pendidikan karakter dalam pembelajaran
sejarah di sekolah lingkungan militer. Pada kasus ini ialah SMA Angkasa
Lanud Sulaiman Kabupaten Bandung.
Stake mengemukakan bahwa (dalam Denzin dan Lincoln, 2009, hlm.
299) sebagai sebuah penelitian, studi kasus ditentukan oleh minat pada kasus-
kasus individual, bukan ditentukan oleh metode-metode penelitian yang
digunakan.
43
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menggunakan metode studi kasus maka tujuan penelitian ini adalah
mengeksplorasi faktor-faktor kognitif, afektif, psikomotis, sosial, budaya,
ekonomi, yang mempengaruhi pendidikan karakter dalam pembelajaran
sejarah di sekolah lingkungan militer, dalam hal ini SMA Angkasa Lanud
Sulaiman Kabupaten Bandung. Penelitian ini bukanlah penelitian intervensi
terhadap subjek penelitian. Proses penelitian bersifat fleksibel dan kontekstual
berkembang sebagai respon terhadap realitas hidup yang ditemui di lapangan
(Grant & Fine, 1992; Spradley, 1980; Creswell, 1994). Dalam perspektif
ontologis nature of the phenomena atau entitas atau kenyataan sosial menjadi
sangat penting artinya dalam melakukan proses penelitian studi kasus. Dalam
pandangan Creswell (1994, hlm 20) peneliti kualitatif utamanya sangat
concern terhadap proses dibandingkan outcomes atau produk.
Penelitian studi kasus secara sistematis melakukan deskripsi, analisis,
dan intepretasi dengan menghayati interaksi dan persepsi subyek yang diteliti
bukan persepsi atau angan-angan peneliti (Creswell, 1994 : 142). Perilaku dan
praktik sosial budaya dalam segala bentuk interaksi, komunikasi, aturan,
moralitas, sistem keyakinan dideskripsikan sebagaimana adanya dalam
kehidupan keseharian.
Penelitian studi kasus fokus pada masyarakat sekolah, memilih
informan yang diketahui memiliki pandangan yang luas dan mendalam
terhadap aktivitas masyarakat sekolah yang diteliti. Menekankan pada makna
bagaimana masyarakat make sense kehidupannya, pengalaman, dan struktur
dunianya sendiri (Creswell, 1994, hlm. 145). Pengidentifikasian dan pemilihan
informan yang tepat akan memperkuat akses sumber data yang relevan.
Penelitian studi kasus mengkaji dan menyajikan pengalaman-
pengalaman terbaik (best practice) tentang interaksi, relasi, dan situasi sosial
budaya, praktek sosial budaya, organisasi sekolah, pendidikan nilai di
pembelajaran sejarah, pendidikan di sekolah.Dalam penelitian ini peneliti
terlibat mulai dari observasi, perencanaan, sampai pada pelaksanaan di
lapangan terhadap pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di SMA
Angkasa Lanud Sulaiman.
44
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.4 Intrumen Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrument, berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data, dan
membuat kesimpulan atas temuannya (Lincoln & Guba, 1985, hlm. 39, 194).
Sejumlah alasan mengapa manusia sebagai alat pengumpul data (Lincoln dan
Guba, 1985, hlm. 193), yaitu:
1) Responsivenes; Manusia dapat merasakan dan memberikan tanggapan
terhadap petunjuk-petunjuk baik perorangan maupun lingkungan.
2) Holistic emphasi; Holistik dalam lingkungan sekeliling, akan memerlukan
manusia sebagai instrumen yang mampu menangkap gejala lingkungan
alamiah yang menyeluruh.
3) Adaptability; Daya guna manusia untuk menyesuaikan diri sangat
tinggi sehingga dapat mengumpulkan informasi mengenai banyak aspek
pada berbagai tingkatan secara simultan.
4) Knowledge base expansion; Berkemampuan menjalankan fungsi
secara simultan dalam ranah pengetahuan proposisional dan dalam
pengetahuan yang dikumpulkan berdasarkan pengalaman.
5) Processual immediacy; Kemampuan manusia sebagai instrumen untuk
memproses data segera setelah terkumpul, dan dapat segera
mengembangkannya
6) Opportunities to explore typical or idiosyncratic response; Mempunyai
kemampuan untuk menyelidiki jawaban-jawaban sumber data dan
informasi sampai pada tingkat pemahaman yang lebih tinggi.
7) Opportunities for clarification and summarization; Mempunyai
kemampuan yang unik dalam menyimpulkan data serta meminta
perbaikan dan penjelasaan secara langsung dari sumber informasi.
Adapun menurut Nasution (2003, hlm. 55-56), peneliti sebagai alat
penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
45
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Peneliti sebagai alat, peka, dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus
dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian.
2) Peneliti sebagai alat, dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan angka ragam data sekaligus.
3) Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan.
4) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, dipahami dengan
merasakan dan menyelaminya berdasarkan penghayatan.
5) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
6) Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera
menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan,
perubahan, perbaikan atau penolakan.
7) Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang lain dari pada yang lain
dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman
mengenai aspek yang diselidiki.
Lincoln dan Guba (1985, hlm. 199) menyatakan bahwa “...the
human-as-instrument is inclined toward methods that are extensions of
normal human activities: looking, listening, speaking, reading, and the like”.
Dari pernyataan ini semakin jelas bahwa keunggulan manusia sebagai
instrumen dalam penelitian naturalistik karena alat ini dapat melihat,
mendengar, membaca, merasa, dan sebagainya yang biasa dilakukan manusia
umumnya. Hal itu dilakukan dengan pengamatan berperan serta (observasi
partisipatoris), wawancara mendalam (deep interview), pengumpulan
dokumen, foto dan sebagainya. Keseluruhan metode itu pada dasarnya
menyangkut hubungan peneliti dengan subjek penelitian.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
46
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mendapatkan jawaban penelitian yang menenuhi standar data yang di
tetapkan.
Pada penelitian ini, peneliti berada pada posisi pengamat dan
pengumpul data. Data dikumpulkan melalui enam sumber, yaitu: dokumen,
rekaman arsip, wawancara, catatan lapangan, observasi, dan perangkat-
perangkat fisik (Yin, 2014, hlm. 101). Pengamatan dan pengumpulan data
bersifat alami (natural). Adapun masing-masing pengumpulan data dapat
dijabarkan sebagai berikut:
3.5.1 Dokumen
Menurut Yin (2014, hlm. 104), dokumen penting untuk
mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain. Data dokumen
berupa; surat, memorandum, pengumuman resmi, agenda, kesimpulan
pertemuan, laporan peristiwa tertulis, dokumen admnistratif (proposal,
laporan kemajuan), penelitian pada situs yang sama, kliping di media
massa. Secara rinci manfaat dokumen adalah sebagai berikut :
a) Dokumen membantu penverifikasian ejaan dan judul atau nama yang
benar dari organisasi-organisasi yang telah disinggung, misalkan
dalam wawancara
b) Dokumen dapat menambah rincian spesifik lainnya guna mendukung
informasi dari sumber-sumber lain
c) Dokumen memberikan inferensi yang dapat menjadi rambu-rambu dari
penelitian selanjutnyanya atau terdahulu.
Sementara itu, Lincon dan Guba, (1984, hlm. 276-277)
mengatakan bahwa dokumentasi dan catatan digunakan sebagai
pengumpulan data didasarkan pada beberapa hal yakni:
a) Dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena
mudah diperoleh dan relative lebih murah.
47
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Merupakan informasi yang mantap baik dalam pengertian
merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang
tanpa melalui perubahan didalamnya.
c) Dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang kaya.
d) Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal, yang
menggambarkan kenyataan formal.
Tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan
non kreatif, tidak memberikan reaksi dan respon atau pelakuan peneliti.
3.5.2 Rekaman Arsip
Menurut Yin (2014, hlm 106) mengemukakan bahwa pengumpulan
data dengan arsip merupakan suatu tehnik yang digunakan dan mencari
data mengenai rekaman keorganisasian (seperti bagan dan anggaran
organisasi), peta dan bagan karakteristik geografis suatu tempat, daftar
nama, rekaman pribadi (buku harian, kalemder, daftar nomor telepon).
Umumnya rekaman arsip dihasilkan untuk tujuan spesifik dan audiens
yang spesifik pula. Kondisi-kondisi ini harus dihargai sepenuhnya agar
kegunaan dari rekaman arsip dapat diinterpretasikan secara tepat.
3.5.3 Wawancara
Untuk melakukan penelitian ini peneliti akan melakukan
wawancara dengan berbagai pihak di antaranya dengan kepala sekolah
untuk memperoleh gambaran, militer profesional dan kepemimpinan
sebagai kepala sekolah, hubungan hirarkis dan instruktif Yayasan Ardhya
Garini Lanud Sulaiman dengan Sekolah. Selanjutnya, wawancara juga
dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan (Wakasek Kesiswaan)
guna memperoleh data mengenai aspek yang sistem dengan pendidikan
sejarah memanfaatkan lingkungan sekolah di lingkungan militer dan
pemahaman siswa tentang pengembangan karakter dalam pembelajaran
sejarah.Kemudian tentang persoalan siswa-siswi dalam hal prestasi, sikap
48
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan tingkah laku. Kemudian kepada guru sejarah mengenai pelaksanaan
proses pembelajaran sejarah, kondisi siswa dalam pembelajaran sejarah.
Untuk mencari data mengenai pemahaman siswa tentang sejarah,
peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa, bagaimana pemahaman
mereka setelah memanfaatkan lingkungan sekolah dalam pengembangan
pendidikan karakter. Informasi yang diperoleh akan diolah dan
dikonfirmasikan melalui tahap member-chek. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh masukan mengenai kesesuaian data tersebut dengan informan
penelitian.
3.5.4 Catatan Lapangan
Secara umum, data ini berupa tulisan peneliti pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung serta sikap peserta didik dari awal sampai akhir.
Catatan lapangan merupakan catatan yang berupa coretan seperlunya yang
sangat dipersingkat, memiliki kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi
pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram,
diagram dan lainnya. Kemudian catatan ini baru diubah ke dakam catatan
yang lengkap dan dinamakan catatan lapangan setelah peneliti tiba di
rumah (Moleong, 2014, hlm. 208). Dalam penelitian kualitatif,
“jantungnya” adalah catatan lapangan (Moleong, 2014, hlm. 209) hal ini
dikarenakan catatan lapangan berfungsi untuk nantinya dianalisis. Selain
itu, dari catatan lapangan ditemukan konsep, hipotesis kerja, hingga teori
yang berasal dari data konkret dan bukan ditopang oleh yang berasal dari
ingatan.
Senada dengan hal di atas, Creswell (2012, hlm. 216)
mengemukakan bahwa catatan lapangan atau Field Notes adalah data yang
berupa kata-kata yang direkam oleh peneliti selama observasi dalam
penelitian kualitatif. Dalam catatan lapangan, terdapat keterangan, mulai
dari: jenis observasi, kapan observasi dilakukan, subjek yang diobservasi,
tempat observasi, bagian deskriptif hingga bagian reflektif (Moleong,
2014, hlm. 210; Creswell, 2012, hlm. 216).
49
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.5.5 Observasi
Observasi merupakan teknik yang baik untuk penelitian kualitatif.
Patton (dalam Nasution, 1988, hlm. 59-60) mengemukakan beberapa
manfaat dari teknik observasi dalam mengumpulkan data :
a) Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami
konteks data dalam keseluruhan situasi.
b) Pengalman langsung memungkinkan peneliti menggunakan
pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep
atau pandangan sebelumnya.
c) Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak
diamati oleh orang lain, khususnya orang yang berada dalam
lingkungan itu, karena telah dianggap biasa, dank arena itu
tidak akan terungkap dalam wawancara.
d) Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan
terungkap oleh responden dalam wawancara keran bersifat
sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan lembaga.
e) Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden
sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih
komprehensif.
f) Dalam lapangan penelitian tidak hanya dapat mengadakan
pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi.
3.5.6 Perangkat – perangkat Fisik
Perangkat fisik yaitu peralatan teknologi, alat atau instrumen serta
beberapa bukti fisik lainnya. Perangkat ini dikumpulkan sebagai bagian
dari kunjungan lapangan. Bilamana perangkat tersebut relevan dapat
menjadi komponen penting dalam keseluruhan kasus yang diteliti. Dari hal
tersebut peneliti dapat menelaah studi kasus dan mengembangkan
persepktif lebih luas mengenai semua aplikasi di kelas, terlepas dari mâna
yang dapat diobservasi secara langsung dalam jangka pendek
50
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.5.7 Triangulasi
Menurut Mathinson dalam Sugiyono (2013, hlm. 332),
dikemukakan bahwa “the value of triangulation lies in providing evidence-
wether convergent, inconsistent of contracdictory”. Nilai dan teknik
pengumpulan data dengan tiangulasi adalah untuk mengetahui data yang
diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi, oleh
karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan
data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Pada dasarnya ketika peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi, maka sesungguhnya peneliti mengumpulkan data yang
sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data sebagai sumber data (Sugiyono,
2013, hlm. 241)
Triangulasi terbagi menjadi dua jenis, yakni triangulasi teknik dan
triangulasi sumber (Sugiyono, 2013, hlm. 331). Triangulasi teknik
merupakan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk menguji
kredibilitas data. Misalnya peneliti ingin mengetahui informasi tentang
kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pendidikan karakter dalam
pembelajaran sẹarah, maka solusinya adalah peneliti melakukan observasi
dengan melihat pembelajarannya secara langsung di dalam kelas,
mewawancarai guru dan peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran
sẹarah di dalam kelas, dan menganalisis dokumentasi yang penulis
dapatkan.
51
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1
Triangulasi Teknik
Sumber:
(Sugiyono, 2013, hlm. 331).
Selanjutnya triangulasi sumber, yaitu untuk mendapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Hal ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 3.2
Triangulasi Sumber
Sumber:
(Sugiyono, 2013, hlm. 331).
Dari gambar di atas, bisa dijelaskan bahwa peneliti dalam mencari
sumber informasi dengan menggunakan teknik wawancara terhadap
beberapa sumber. Peneliti menggunakan observasi partisipasif, wawancara
mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data.
3.6.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah bersifat kualitatif yang
dilakukan sejak tahap orientasi lapangan, seperti dikatakan Miles dan
Observasi
Wawancara
mendalam
Dokumentasi
Sumber data
sama
52
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Huberman (1992, hlm. 40) bahwa”… the ideal model for data collection and
analysis is one that interweaves them from the beginning”. Yang artinya,
model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara
bergantian berlangsung sejak awal. Pada tahap ini, peneliti melakukan upaya
untuk bekerja dengan data, yakni melakukan proses penyeleksian, kemudian
mensintesiskan hingga menemukan pola. Selain itu pada tahap analisis ini
dilakukan pemberian makna akan fakta-fakta yang terkumpul sehingga data
tersebut dapat „bercerita‟.
Senada dengan Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2014, hlm.
248) mengemukakan bahwa:
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian itu dan secara terus
menerus mulai dari tahap pengumpulan data sampai akhir. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini tidak akan memberikan makna yang berarti
apabila tidak dianalisis lebih lanjut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Miles & Huberman (1992, hlm. 20) bahwa: “Analisa data kualitatif
merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus menerus”.
Dengan demikian analisis yang dimaksud merupakan kegiatan
lanjutan dari langkah pengumpulan data, dalam hal ini peneliti mencoba
memberikan penafsiran terhadap keseluruhan temuan hasil penelitian yang di
dasarkan pada kerangka teoritik yang menyangkut dengan pendidikan
karakter dalam pembelajaran sejarah. Penafsiran yang dilakukan tujuannya
untuk mendapatkan sebuah gambaran permasalahan dalam penelitian
kemudian mempunyai pemahaman dari hasil analisis dengan berbagai
penjelasan, perbandingan/komparatif, sebab akibat serta deskriptif.
Menurut Miles & Huberman (1992, hlm. 20) mengumukakan
bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
53
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan
concluting: drawing/verification.
Gambar 3.3
Analisis Data Model Interaktif
Sumber:
Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2013, hlm. 338
3.6.1 Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data (data reduction) merupakan langkah awal dalam
menganalisa data. Kegiatan yang bertujuan untuk mempermudah
pemahaman terhadap data yang telah terkumpul. Kumpulan data hasil
kerja lapangan direduksi dengan cara merangkum, mengklasifikasi dan
mengkategorikan sesuai fokus dan aspek-aspek pokok permasalahan
penelitian. Reduksi data dapat dibantu dengan berbagai peralatan dengan
memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Kemudian dalam mereduksi
data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan
utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, jika
peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang
dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang
harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Reduksi
data merupakan suatu proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam
melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain
Data
collection
Data
reduction
Data
display
Conclusion:
drawing/verification
54
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dipandang ahli. Melalui reduksi data, maka wawasan peneliti akan
berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai
temuan dan pengembangan teori yang signifikan
Proses reduksi data dalam penelitian ini dapat peneliti uraikan
sebagai berikut: pertama, peneliti merangkum hasil catatan lapangan
selama proses penelitian berlangsung di SMA Lanud Sulaiman yang masih
bersifat mentah/kasar ke dalam bentuk yang lebih mudah dipaham seperti
mentranskrip hasil wawancara dengan informan dari alat perekam ke
dalam teks. Kedua, peneliti mendeskripsikan terlebih dahulu hasil
dokumentasi berupa foto-foto proses pembelajaran sejarah ke dalam
bentuk kata-kata sesuai apa adanya di lapangan. Ketiga, peneliti membuat
kalimat dalam bentuk deskripsi dan membuang data yang peneliti anggap
tidak perlu. Selanjutnya, peneliti memfokuskan tiga jenis data
dokumentasi, observasi, dan wawancara pada empat kategori berdasarkan
tujuan penelitian antara lain:
1) Proses pengembangan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah
di SMA Angkasa Lanud Sulaiman.
2) Hasil pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di SMA
Angkasa Lanud Sulaiman.
3) Tanggapan siswa mengenai pendidikan karakter di SMA Angkasa
Lanud Sulaiman.
4) Keunggulan dan kelemahan pendidikan karakter di SMA Angkasa
Lanud Sulaiman.
3.6.2 Penyajian Data (Data Display)
Display data (data display) yaitu, menyajikan data secara jelas dan
singkat untuk memudahkan memahami gambaran terhadap aspek-aspek
yang diteliti, baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian.
Penyajian data dalam bentuk deskripsi dan interpretasi sesuai data yang
diperoleh. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiono, 2013: 341).
55
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam hal ini Miles and Huberman (1992: 104) menyatakan…”the most
frequent from of display data for qualitative research data in the has been
narrative tex”. Akan tetapi yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Dalam prakteknya asumsi peneliti tidak semudah ilustrasi
yang diberikan, karena fenomena sosial bersifat kompleks dan dinamis,
maka saat memasuki lapangan dan berlangsung lama akan mengalami
perkembangan data. Untuk itu asumsi yang dirumuskan harus selalu
didukung oleh data yang dikumpulkan di lapangan secara terus menerus.
3.6.3 Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusing: Drawing/Verification)
Kemudian langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut
Miles and Huberman (1992, hlm. 109) adalah penarikan verifikasi dan
kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak dimukan bukti-bukti yang kuat
dalam mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal , didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsistenan saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang kemudian merupakan suatu
kesimpulan yang kredibel. Sementara itu, Sugiyono (2013, hlm. 335)
menyatakan bahwa analisis telah mulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus
sampai penulisan penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi
penelitian selanjutnya. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data
lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan
pengumpulan data. In fact, data analysis in qualitative research is an on
going activity that occurs through out the investigative process rather than
afer process. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung
selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan
data.
Selanjutnya analisis data yang dilakukan secara bertahap, data
diperoleh selama proses pembelajaran sejarah melalui observasi dan
56
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wawancara dianalisis. Nasution (2003, hlm. 126) menyatakan analisis data
telah dimulai sejak merumuskan serta menjelaskan masalah, sebelum
terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan
selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data, dalam
kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses
pengumpulan data sampai selesai dalam pengumpulan data. Analisis data
kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.
Berdasarkan yang dirumuskan data tersebut, selanjutnya dicarikan
data lagi secara berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan apakah
hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang
dikumpulkan secara berulang-ulang dengan tehnik triangulasi, ternyata
hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Menurut Nasution (2003, hlm. 89) analisis telah mulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan
berlangsung terus sampai penulisan penelitian. Analisis data menjadi
pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang
grounded”. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih
difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan
data. In fact, data analysis in qualitative research is an on going activity
that occurs through out the investigative process rather than afer process
(Sugiyono, 2006, hlm. 275). Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif
berlangsung selama proses pengumpulan data sampai selesai pengumpulan
data. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang bermacam-macam,
dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Data yang
diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak
data kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada
57
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
polanya yang jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam
melakukan analisis.
Seperti dinyatakan oleh Miles and Huberman (1992, hlm. 2), bahwa
” The most serious and central difficulty in the use of qualitative data is
that methods of analysis are not well formulate”. Yang paling serius dan
sulit dalam analisis data kualitatif karena metode analisis belum
dirumuskan baik. Menurut Nasution (2003, hlm. 126), menyatakan bahwa:
Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja
keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan
intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti
untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari
metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahkan
yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.
Kemudian analisis data kualitatif, menurut Bogdan dan Bikllen
(1982, hlm. 157) menyatakan bahwa “data analysis is the process of
systematically searching and arranging the interview transcripts,
fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own
understanding of them and enable you to present what you have
discovered to others”. Analisis data adalah proses pencarian dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami,
dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data merupakan hal yang penting dalam proses penelitian
kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep
dalam data sehingga hipotesis dapat dikembagkan dan dievaluasi. Analisis
data dilakukan dengan mengorganisirkan data, menjabarkannya ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang
dapat diceritakan kepada orang lain.
Berdasarkan hal tersebut, analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
58
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisirkan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun
orang lain. Adapun data yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari:
1) Wawancara. Data ini penulis peroleh dari hasil wawancara terhadap
peserta didik, guru, kepala sekolah dalam bentuk rekaman. Selanjutnya
hasil rekaman tersebut dipindahkan ke dalam bentuk teks untuk
memudahkan peneliti dalam menganalisisnya guna keperluan
penelitian ini.
2) Dokumentasi. Data ini berupa foto atau rekaman video pada saat
proses pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah sesuai apa
adanya di dalam kelas.
3) Catatan lapangan. Data ini berupa tulisan peneliti pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung serta sikap peserta didik dari awal sampai
akhir.
4) Studi kepustakaan. Data ini diperlukan guna mencari informasi
mengenai pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di SMA
Angkasa Sulaiman.
3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 Menentukan Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
studi kasus (case study) sebagai metode penelitiannya. Metode ini digunakan
karena lingkup penelitian ini yang masih kontemporer, yakni berada pada
peristiwa kini dan latar kehidupan manusia yakni proses pembelajaran di
kelas. Kasusnya spesifik karena mengangkat pendidikan karakter dan
pembelajaran sejarah, baik dalam individu (peserta didik, guru, kepala
59
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekolah, dan pembina ekstrakulikuler) maupun dalam ỏrganisasi (budaya
sekolah).
3.7.2 Identifikasi Kasus
Setelah menemukan metode studi kasus sebagai metode yang tepat
digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti mencoba untuk
mengidentifikasi kasus. Kasus yang diteliti adalah pendidikan karakter
dalam pembelajaran sejarah di sekolah lingkungan militer. Desain studi
kasus yang akan dilakukan adalah studi kasus tunggal terjalin (Yin, 2013,
hlm. 46). Ada tiga alasan mengapa mengambil tipe studi kasus tunggal
dipertimbangkan untuk diambil oleh peneliti, yaitu:
Kasus yang diangkat memiliki kontribusi untuk menguji teori dan
bahkan mengembangkannya;
Kasus unik, kasus ini memiliki keunikan tersendiri sehingga cukup
berharga untuk didokumentasikan dan dianalisis;
Kasus awalnya dianggap biasa, namun pada perkembangannya memiliki
peranan penting dalam pembentukan teori. Yin (2014, hlm. 46-49)
Tipe ini dipilih karena perhatian diberikan pada beberapa unit
analisis, yakni pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah pada
lingkungan militer (guru sejarah dari militer, kepala sekolah dari militer)
serta pembelajaran sejarah (peserta didik kelas X IIS 1 dan XI IIS 1).
3.7.3 Tahapan Penelitian
Untuk dapat dan mengumpulkan data di lapangan, maka dalam
penelitian ini dilaksanakan beberapa tahapan-tahapan antara lain:
Tahap Persiapan
Sebelum melaksanakan penelitian, ada beberapa kegiatan yang
penulis tempuh yaitu diawali dengan melakukan seminar desain penelitian,
setelah memperoleh masukan dari para dosen penguji, kemudian penulis
60
Muhammad Ilham Gilang , 2016 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SEKOLAH LINGKUNGAN MILITER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyempurnakan dan mengkonsultasikannya dengan pembimbing yang
dilanjutkan dengan perbaikan. Langkah lainnya adalah menyelesaikan
masalah administrasi berupa surat-surat izin penelitian.
Tahap Orientasi
Selanjutnya tahap ini dilakukan untuk mendapatkan informasi awal
mengenai rencana subjek penelitian tentang pembelajaran sejarah lokal
yang akan diajukan serta mempertajam masalah dan fokus penelitian,
sebelum desain penelitian disusun. Dari kegiatan orientasi ini diharapkan
dapat mempertajam fokus penelitian sehingga memungkinkan
dilakukannya penelitian selanjutnya secara lebih mendalam sebagai dasar
bagi tahap selanjutnya.
Tahap Eksplorasi
Mengacu pada pengumpulan data pada tahap orientasi, diperoleh
gambaran dan paradigma yang semakin terarah, sehingga memberikan
arah yang semakin jelas dalam melakukan tehnik pengumpulan data, baik
melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi. Pada Tahap ini
penulis mulai melakukan wawancara kepada subjek yang telah ditentukan,
di samping melakukan observasi secara langsung sehingga diperoleh data
yang lengkap.