BAB III METODE PENELITIAN...Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Kedu Kecamatan Kedu Kabupaten...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN...Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Kedu Kecamatan Kedu Kabupaten...
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada Bab III ini akan membahas tentang setting penelitian, karakteristik subjek
penelitian, Variabel penelitian,jenis penelitian,Desain penelitian,rencana tindakan,teknik
dan instrumen pengumpulan data,secara lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut:
3.1 Setting dan Jenis Penelitian
3.1.1 Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Kedu Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung
pada peserta didik kelas IV semester genap tahun ajaran 2015/2016. Lokasi sekolah
sangat mudah dijangkau karena letaknya berada di daerah pemukiman penduduk dan
dekat dengan jalan raya. Denah sekolah juga luas sehingga memungkinkan siswa untuk
bebas bermain dan melakukan kegiatan sekolah upacara bendera, berolahraga, senam,
pramuka, dan kegiatan sekolah lainnya.
b. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada semester genap Tahun Ajaran 2015/2016 di SD Negeri 2
Kedu Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung mulai bulan Februari sampai bulan Mei
2016.Bulan februari peneliti mulai mengadakan persiapan yaitu: menyusun proposal
penelitian. Perencanaan lain terkait dengan penelitian dilakukan peneliti pada bulan
Maret seperti menyusun instrumen dan uji validitas soal yang dilakukan pada minggu
ke-4 bulan Maret.Pada bulan April minggu ke -2 penelti melakukan penelitian tindakan
kelas siklus 1.Pada bulan April minggu ke-4 akan dilakukan penelitian tindakan kelas
siklus II. Rincian alokasi waktu dalam penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.
22
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Febuari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan proposal
2. Perencanaan Siklus I
3. Pelaksanaan Siklus I
4. Perencanaan Siklus II
5. Pelaksanaan Siklus II
6. Laporan
Berdasarkan tabel 3.1 peneliti tindak kelas dilaksanakan 4 bulan yaitu dari bulan
Febuari sampai dengan mei 2016. Kegiatan pada bulan febuari penyusunan proposal,
instrumen penelitian dan RPP yang digunakan dalam peneliti. Perencanaan siklus I
dilakukan peneliti pada bulan Maret minggu ke 1,2,3 dan 4, dalam kegiatan ini meliputi
persiapan RPP, lembar kerja siswa ,instrumen, penyusunan asesmen, dan media
pembelajaran. Pelaksanaan siklus 1 dilakukan pada bulan Maret minggu ke 4 dilanjutkan
dengan pelaksanaan siklus II dilakukan pada bulan April minggu ke 1,2. Pada bulan April
mingu ke -2 sampai bulan Mei kegiatan pelaporan yang meliputi kegiatan mengolah data
hasil penelitian, menyusun laporan penelitian, konsultasi laporan serta persiapan ujian.
3.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian Tindakan Kelas ini adalah semua siswa kelas 4 di SD Negeri 2 Kedu
pada semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 30 siswa.Terdiri dari 17 laki-laki
dan 13 perempuan.Semua siswa kelas 4 ini memiliki latar belakang yang beragam.Mereka
berasal dari orang tua yang berbeda mata pencahariannya. Perbedaan ini membuat tingkat
belajar siswa beragam pula. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan bekerja sama
23
dengan guru kelas 4, Pak Djanuar Arifin S.Pd. Dengan karakteristik siswa yang cenderung
kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran.
3.2 Jenis dan Desain Penelitian
Pada sub judul jenis dan desain penelitian ini akan diuraikan menjadi dua sub judul
yaitu jenis penelitian dan desain penelitian.Jenis penelitian akan membahas mengenai jenis
penelitian yang akan dilakukan, sementara desain penelitian menekankan pada model
penelitian yang akan di jadikan acuan oleh peneliti di dalam melaksanakan tindakan
penelitian.
3.2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah PTK kolaboratif, dimana
penelitian melakukan penelitian melalui kerja sama antara penelitian dengan guru kelas 4
di SD Negeri 2 Kedu Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung. Sebagai awal peneliti
menyiapkan materi, menyusun RPP, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
untuk mengajar, kemudian guru kelas yang mengajarkan pada saat pelaksanaan penelitian .
Untuk observasi dapat dilakukan oleh guru yang lain/ teman.
Proses penelitian PTK berbentuk siklus yang akan dilakukan dalam 2 siklus. Tiap
siklus terdiri dari dua kali pertemuan tatap muka atau dua kali pertemuan dan tiap kali tatap
muka masing-masing 35 menit. Setiap siklus memuat satu Kompetensi Dasar (KD) dan
dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Oleh karena itu, siklus II materi ajarnya berbeda
dari materi ajar siklus I.
3.2.2 Desain Penelitian
Desain penelitian tindakan kelas yang digunakan penulis didalam penelitian ini
menggunakan desain model menurut Kemmis dan Metaggart. Model ini merupakan
pengembangan dari konsep yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin.Hanya saja, komponen
tindakan ( acting) dan pengamatan (observing) dijadikan sebagai satu kesatuan.Hal ini
disebabkan oleh adannya kenyataaan bahwa antara penerapan dua komponen tersebut
24
merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan.Maksudnya, kedua kegiatan harus
dilakukan dalam satu waktu.
Model Kemmis dan Mctaggart terdiri dari empat komponen, yaitu
perencanaan(planning),tindakan(acting),pengamatan(observing)dan
refleksi(reflecting).Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus.Siklus
ini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari keempat komponen tersebut.Untuk
pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus sangat tergantung kepada permasalahan yang
perlu diselesaikan.
Gambar 3.2
PTK Model Spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa penelitian dilaksanakan minimal dalam 2 siklus,
setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan dan observasi serta refleksi.
a. Perencanaan ( planning) meupakan kegiatan menyusun rancangan tindakan.
Kegiatan ini dilakukan untuk mempersiapkan pelaksanakan penelitian. Perencanaan
dilaksanakan oleh peneliti sebelum tahap pelaksanaan tindakan diterapkan. Kegiatan
dalam tahap ini seperti : penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, pembuatan
25
instrumen pengamatan, pembuatan lembar kerja siswa, menyiapkan media
pembelajaran, dan penyusunan asesmen.
b. Pelaksanaan tindakan (acting), yaitu implementasi atau penerapan isis rancangan.
Hal yang perlu diingat pada tahap 2 ini pelaksanaan harus sesuai dengan apa yang
sudah dirumuskan dalam rancangan. Dalam penelitian ini tindakan yang diterapkan
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan membentuk kecil
dan guru kelas sebagai pelaksanaan tindakan.
c. Observasi ( observing), yaitu kegiatan mengamati dampak atas tindakan yang
dilakukan. Kegiatan observasi dilakukan saat tindakan diterapkan dalam kels,
sehingga tindakan dan pengamatan berlangsung dalam waktu yang sama. Dalam
tindakan guru kelas sebagai peksanaan tindakan dan kegiatan pengamatan dilakukan
oleh guru lain. Kegiatan ini dilakukan dengan cara pengamatan terhadap apa yang
terjadi ketika tindakan berlangsung.
d. Refleksi ( reflecting), yaitu kegiatan evaluasi tentang perubahan yang terjadi atau
hasil yang diperoleh atas data yang terhimpun sebagai dampak yang telah dirancang.
Dalam kegiatan ini, setelah guru pelaksana selesai melakukan tindakan kemudian
berhadapan dengan peneliti, pengamat dan subjek peneliti ( dalam hal ini siswa yang
diajar) untuk bersama-sama mendiskusikan implementasi tindakan. Pada refleksi ini
adanya perbaikan tindakan dalam bentuk replainning dapat dilakukan untuk
memperbaiki kekurangan pertamuan berikutnya sedangkan kelebihan tetap
dipertahankan.
3.3 Variabel Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu harus menentukan variabel yang
akan diteliti. Variabel penelitian berfungsi untuk pembeda d.alam hubungan antara
variabel yang satu dengan yang lainnya. Peneliti ini menggunakan dua variabel yaitu:
a. Variabel bebas ( X)
Sugiyono ( 2010: 39) mendefinisikan variabel bebas ( independen) adalah
merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
26
atau timbulnya variable dependen (terikat). Yang menjadi variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
b. Variabel terikat ( Y)
Sugiyono ( 2010: 39) mendefinisikan variable terikat ( dependen ) merupakan
variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable
bebas. Dalam penelitian ini, variable terikatnya adalah hasil belajar .
c. Hubungan antar variable
Variabel X mempengaruhi variabel Y. Model pembelajaran kooperatif tipe Make
A Match mempengaruhi partisipasi dan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 2
Kedu.
3.4 Rencana Pelaksanaan Tindakan
Rencana pelaksanaan tindakan yang digunakan dalam penelitian ini sesuai
dengan model PTK dari Kemmis dan Mc. Taggart. Tahapanya meliputi rencana
tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Penelitian
dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 3 kali pertemuan yang terdiri dari 2
pertemuan tatap muka dan I pertemuan evaluasi. Rencana pelaksanaan tindakan
diuraikan sebagai berikut.
3.4.1 Rencana Tindakan Siklus I
Rencana tindakan pada siklus I terdiri atas tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan tindakan, tahap observasi,dan tahap refleksi. Rencana tindakan
siklus 1 yang dilakukan di kelas 4 SD Negeri 2 Kedu akan diuraikan sebagai
berikut.
27
1. Tahap perencanaan (planning)
Dalam tahap perencanaan siklus I yang dilakukan peneliti yaitu menetapkan
seluruh perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan proses
dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match. Langkah-langkah dalam tahap perencanaan, yaitu: (1) membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan KD 7.1
menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya ( dorongan dan tarikan ) dapat
mengubah gerak suatu benda. (2) membuat materi yang sesuai, (3)
mempersiapkan sumber media pembelajaran pembelajaran yang sesuai dengan
materi pembelajaran dan fasilitas yang diperlukan, (4) menyusun lembar
kegiatan kelompok ( LKS ), (5) menyusun lembar observasi guru dan lembar
observasi siswa secara individu maupun kelompok,dan, (6) menyusun alat
evaluasi untuk mengetahui hasil belajar IPA.
2. Tahap pelaksanaan tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas. Pada tahap ini dilakukan dengan
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah
direncanakan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Make A
Match. Pelaksanaan tindakan skenario pembelajaran berlangsung selama enam kali
35 menit atau tiga kali pertemuan.
Pertemuan pertama dalam kegiatan pembelajaran terdiri atas kegiatan awal, inti,
dan penutup. Kegiatan awal meliputi kegiatan memberikan apersepsi dan motivasi
terkait dengan materi yang akan dipelajarai, menyampaikan tujuan pembelajaran
sesuai dengan materi yang akan dipelajari yaitu tentang menyimpulkan hasil
percobaan bahwa gaya ( dorongan dan tarikan ) dapat mengubah gerak suatu
benda. Kegiatan inti yang dilakukan siswa meliputi (1) Siswa menyebutkan
pengertian gaya yang mempengaruhi gerak (2) Siswa maju ke depan kelas untuk
melakukan kegiatan yang menunjukkan bahwa gaya dapat mengubah gerak dan
bentuk suatu benda dengan mempraktekan menendang bola, menarik tali bendera
28
saat upacara, mendorong meja atau kursi.(3) Siswa dibagi dalam kelompok besar
(4) Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai model pembelajaran Make A
Match (5) Masing-masing siswa menerima kartu baik berupa kartu soal atau kartu
jawaban.(6) Setiap siswa mencari pasangannya sesuai dengan kartu yang
diperolehnya dalam waktu sekitar 20 detik ( model Make A Match) (7) Bagi siswa
yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu maju ke depan dan
menempelkan kartunnya, jika benar akan diberi poin( 8) Setelah waktu habis guru
membahas pasangan kartu mana yang tepat antara kartu soal dan kartu
jawaban.(9) Kartu yang sudah terjawab pasangannya dan benar jawabannya maka
kartu tidak digunakan lagi dalam permainan.(10) Kemudian kartu dikocok lagi dan
begitu seterusnya.Kegiatan penutup meliputi siswa dengan dibimbing guru
membuat kesimpulan ,siswa bersama guru melakukan kegiatan refleksi, guru
menyampaikan materi pembelajaran untuk pertemuan berikutnya, guru mengakhiri
pembelajaran.
Pertemuan Kedua dalam kegiatan pembelajaran terdiri atas kegiatan awal inti,
dan penutup. Kegiatan awal meliputi kegiatan memberikan apersepsi dan motivasi
terkait dengan materi yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran
sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Kegiatan inti yang dilakukan siswa
meliputi : (1) Siswa dapat menyebutkan macam-macam contoh tentang gaya
berupa tarikan atau dorongan. Contoh dorongan adalah menutup pintu dan
menyentil kelereng, sedangkan yang tarikan adalah membuka pintu (2) Siswa
dapat memahami bahwa gaya yang diberikan pada benda memberikan hasil yang
bermacam-macam : diam,berubah arahnya, bertambah kencang.(3)Siswa maju
kedepan kelas untuk melakukan kegiatan yang menunjukkan bahwa gaya dapat
berupa tarikan atau dorongan seperti menutup pintu dan membuka pintu.(4)Siswa
dibagi dalam kelompok besar (5)iswa memperhatikan penjelasan guru mengenai
model pembelajaran Make A Match (6) Masing-masing siswa menerima kartu baik
berupa kartu soal atau kartu jawaban (7) Setiap siswa mencari pasangannya sesuai
(8) dengan kartu yang diperolehnya dalam waktu sekitar 20 detik ( model Make A
29
Match) (9) Bagi siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu
maju kedepan dan menempelkan kartunnya, jika benar akan diberi poin. (10)
Setelah waktu habis guru membahas pasangan kartu mana yang tepat antara
kartu soal dan kartu jawaban.(11) Kartu yang sudah terjawab pasangannya dan
benar jawabannya maka kartu tidak digunakan lagi dalam permainan.(12)
Kemudian kartu dikocok lagi dan begitu seterusnya.menyampaikan materi
pembeljara. Kegiatan penutup meliputi siswa dengan bimbingan guru membuat
kesimpulan dan bersama guru melakukan kegitan refleksi, guru menyampaikan
materi pembelajaran untuk pertemuan berikutnya, guru mengakhiri pembelajaran.
Pertemuan Ketiga terdiri atas kegiatan awal, inti, dan penutup. Kegiatan awal
meliputi kegiatan memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengingatkan
kembali materi ,memberikan motivasi kepada siswa untuk mengerjakan soal
evaluasi dengan sungguh-sungguh. Kegiatan inti meliputi kegiatan siswa (1) Siswa
mendengarkan materi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi gerak benda. (2)
Siswa maju kedepan kelas untuk melakukan kegiatan yang menunjukkan faktor –
faktor yang mempengaruhi gerak benda (3) Siswa memberikan contoh yang
berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi gerak benda (4) iswa dibagi
kelompok besar(5) Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai model
pembelajaran Make A Match (6) Masing-masing siswa menerima kartu baik
berupa kartu soal atau kartu jawaban (7) Setiap siswa mencari pasangannya sesuai
dengan kartu yang diperolehnya dalam waktu sekitar 20 detik ( model Make A
Match) (8) Bagi siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu
maju ke depan dan menempelkan kartunnya, jika benar akan diberi poin. (9)
Setelah waktu habis guru membahas pasangan kartu mana yang tepat antara
kartu soal dan kartu jawaban. (10) Kartu yang sudah terjawab pasangannya dan
benar jawabannya maka kartu tidak digunakan lagi dalam permainan.(11)
Kemudian kartu dikocok lagi dan begitu seterusnya. Penutup siswa dibri
kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas dipahami, menutup
pembelajaran.
30
3. Tahap Pengamatan (Observing)
Observasi dilakukan oleh observer bersama dengan pelaksanaan tindakan
untuk mengamati kegiatan pembelajaran tehadap aktivitas guru dan aktivitas siswa
secara individu maupun kelompok dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match dalam mata pelajaran IPA.observer menggunakan
lembar observasi untuk mencatat penerapan model pembelajaran Make A Match
dalam kegiatan pembelajaran. Selain menggunakan lembar observasi bagi guru dan
siswa, proses pengamatan tindakan penelitian didokumentasikan menggunakan foto.
Hal tersebut dimaksudkan sebagai bukti nyata hasil peneliti, meliputi aktivitas guru
dan aktivitas siswa secara individu maupun kelompok selama tindakan pembelajaran
dengan model Make A Match.
4. Tahap Refleksi (Reflecting)
Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi, penulis bersama observer, guru
dan siswa melaksanakan tahap refleksi. Kegiatan refleksi dilakukan untuk mengaji
dan menganalisis hasil tindakan berdasarkan dokumentasi, lembar observasi dan tes
evaluasi yang telah dilakukan. Tahap refleksi meliputi: (1) menganalisis hasil
pengamatan yang dilakukan oleh observer, (2) menganalisis kelemahan dan
keberhasilan guru saat menerapkan model Make A Match dalam pembelajaran, (3)
menganalisis aktivitas siswa secara individu dan kelompok dalam pembelajaran, (4)
menyusun daftar permasalahan yang terjadi pada siklus I, (5) melakukan perencanaan
siklus II untuk memperbaiki model yang diterapkan pada siklus I.
3.4.2 Rencana Tindakan Siklus II
Rencana tindakan pada siklus I terdiri atas tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan tindakan, tahap observasi,dan tahap refleksi. Rencana tindakan siklus II
yang dilakukan di kelas 4 SD Negeri 2 Kedu akan diuraikan sebagai berikut.
31
1. Tahap perencanaan (planning)
Dalam tahap perencanaan siklus II yang dilakukan peneliti yaitu
menetapkan seluruh perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Langkah-langkah dalam tahap
perencanaan, yaitu: (1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
sesuai dengan KD 7.2 menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya ( dorongan
dan tarikan ) dapat mengubah bentuk suatu benda. (2) membuat materi yang
sesuai, (3) mempersiapkan sumber media pembelajaran pembelajaran yang
sesuai dengan materi pembelajaran dan fasilitas yang diperlukan, (4) menyusun
lembar kegiatan kelompok ( LKS ), (5) menyusun lembar observasi guru dan
lembar observasi siswa secara individu maupun kelompok,dan, (6) menyusun
alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar IPA.
2. Tahap pelaksanaan tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas. Pada tahap ini dilakukan dengan
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah
direncanakan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Make A
Match. Pelaksanaan tindakan skenario pembelajaran berlangsung selama enam kali
35 menit atau tiga kali pertemuan.
Pertemuan pertama dalam kegiatan pembelajaran terdiri atas kegiatan awal, inti,
dan penutup. Kegiatan awal meliputi kegiatan memberikan apersepsi dan motivasi
terkait dengan materi yang akan dipelajarai, menyampaikan tujuan pembelajaran
sesuai dengan materi yang akan dipelajari yaitu tentang menyimpulkan hasil
percobaan bahwa gaya ( dorongan dan tarikan ) dapat mengubah gerak suatu
benda. Kegiatan inti yang dilakukan siswa meliputi (1) Siswa menyebutkan
pengertian gaya yang mempengaruhi gerak (2) Siswa maju ke depan kelas untuk
melakukan kegiatan yang menunjukkan bahwa gaya dapat mengubah gerak dan
bentuk suatu benda dengan mempraktekan menendang bola, menarik tali bendera
32
saat upacara, mendorong meja atau kursi.(3) Siswa dibagi dalam kelompok besar
(4) Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai model pembelajaran Make A
Match (5) Masing-masing siswa menerima kartu baik berupa kartu soal atau kartu
jawaban.(6) Setiap siswa mencari pasangannya sesuai dengan kartu yang
diperolehnya dalam waktu sekitar 20 detik ( model Make A Match) (7) Bagi siswa
yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu maju ke depan dan
menempelkan kartunnya, jika benar akan diberi poin( 8) Setelah waktu habis guru
membahas pasangan kartu mana yang tepat antara kartu soal dan kartu
jawaban.(9) Kartu yang sudah terjawab pasangannya dan benar jawabannya maka
kartu tidak digunakan lagi dalam permainan.(10) Kemudian kartu dikocok lagi dan
begitu seterusnya.Kegiatan penutup meliputi siswa dengan dibimbing guru
membuat kesimpulan ,siswa bersama guru melakukan kegiatan refleksi, guru
menyampaikan materi pembelajaran untuk pertemuan berikutnya, guru mengakhiri
pembelajaran.
Pertemuan Kedua dalam kegiatan pembelajaran terdiri atas kegiatan awal inti,
dan penutup. Kegiatan awal meliputi kegiatan memberikan apersepsi dan motivasi
terkait dengan materi yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran
sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Kegiatan inti yang dilakukan siswa
meliputi : (1) Siswa dapat menyebutkan macam-macam contoh tentang gaya
berupa tarikan atau dorongan. Contoh dorongan adalah menutup pintu dan
menyentil kelereng, sedangkan yang tarikan adalah membuka pintu (2) Siswa
dapat memahami bahwa gaya yang diberikan pada benda memberikan hasil yang
bermacam-macam : diam,berubah arahnya, bertambah kencang.(3)Siswa maju
kedepan kelas untuk melakukan kegiatan yang menunjukkan bahwa gaya dapat
berupa tarikan atau dorongan seperti menutup pintu dan membuka pintu.(4)Siswa
dibagi dalam kelompok besar (5)iswa memperhatikan penjelasan guru mengenai
model pembelajaran Make A Match (6) Masing-masing siswa menerima kartu baik
berupa kartu soal atau kartu jawaban (7) Setiap siswa mencari pasangannya sesuai
(8) dengan kartu yang diperolehnya dalam waktu sekitar 20 detik ( model Make A
33
Match) (9)Bagi siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu
maju kedepan dan menempelkan kartunnya, jika benar akan diberi poin. (10)
Setelah waktu habis guru membahas pasangan kartu mana yang tepat antara
kartu soal dan kartu jawaban.(11) Kartu yang sudah terjawab pasangannya dan
benar jawabannya maka kartu tidak digunakan lagi dalam permainan.(12)
Kemudian kartu dikocok lagi dan begitu seterusnya.menyampaikan materi
pembeljara. Kegiatan penutup meliputi siswa dengan bimbingan guru membuat
kesimpulan dan bersama guru melakukan kegitan refleksi, guru menyampaikan
materi pembelajaran untuk pertemuan berikutnya, guru mengakhiri pembelajaran.
Pertemuan Ketiga terdiri atas kegiatan awal, inti, dan penutup. Kegiatan awal
meliputi kegiatan memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengingatkan
kembali materi ,memberikan motivasi kepada siswa untuk mengerjakan soal
evaluasi dengan sungguh-sungguh. Kegiatan inti meliputi kegiatan siswa (1) Siswa
mendengarkan materi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi gerak benda. (2)
Siswa maju kedepan kelas untuk melakukan kegiatan yang menunjukkan faktor –
faktor yang mempengaruhi gerak benda (3) Siswa memberikan contoh yang
berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi gerak benda (4) iswa dibagi
kelompok besar(5) Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai model
pembelajaran Make A Match (6) Masing-masing siswa menerima kartu baik
berupa kartu soal atau kartu jawaban (7) Setiap siswa mencari pasangannya sesuai
dengan kartu yang diperolehnya dalam waktu sekitar 20 detik ( model Make A
Match) (8) Bagi siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu
maju ke depan dan menempelkan kartunnya, jika benar akan diberi poin. (9)
Setelah waktu habis guru membahas pasangan kartu mana yang tepat antara
kartu soal dan kartu jawaban. (10) Kartu yang sudah terjawab pasangannya dan
benar jawabannya maka kartu tidak digunakan lagi dalam permainan.(11)
Kemudian kartu dikocok lagi dan begitu seterusnya. Penutup siswa dibri
kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas dipahami, menutup
pembelajaran.
34
3. Tahap Pengamatan (Observing)
Observasi dilakukan oleh observer bersama dengan pelaksanaan tindakan
untuk mengamati kegiatan pembelajaran tehadap aktivitas guru dan aktivitas siswa
secara individu maupun kelompok dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match dalam mata pelajaran IPA.observer menggunakan
lembar observasi untuk mencatat penerapan model pembelajaran Make A Match
dalam kegiatan pembelajaran. Selain menggunakan lembar observasi bagi guru dan
siswa, proses pengamatan tindakan penelitian didokumentasikan menggunakan foto.
Hal tersebut dimaksudkan sebagai bukti nyata hasil peneliti, meliputi aktivitas guru
dan aktivitas siswa secara individu maupun kelompok selama tindakan pembelajaran
dengan model Make A Match.
4. Tahap Refleksi (Reflecting)
Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi, penulis bersama observer, guru
dan siswa melaksanakan tahap refleksi. Kegiatan refleksi dilakukan untuk mengaji
dan menganalisis hasil tindakan berdasarkan dokumentasi, lembar observasi dan tes
evaluasi yang telah dilakukan. Tahap refleksi meliputi: (1) menganalisis hasil
pengamatan yang dilakukan oleh observer, (2) menganalisis kelemahan dan
keberhasilan guru saat menerapkan model Make A Match dalam pembelajaran, (3)
menganalisis aktivitas siswa secara individu dan kelompok dalam pembelajaran, (4)
menyusun daftar permasalahan yang terjadi pada siklus II untuk mengetahui apakah
pemberian tindakan pada siklus II sudah berhasil dan mengalami peningkatan.
3.5 Data dan cara pengumpulan data
Pada sub judul ini akan menguraikan mengenai teknik pengumpulan data dan
istrumen pengumpulan data. Teknik pengumpulan data akan memaparkan
mengenai cara yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data-data yang
berkaitan dengan tindakan penelitian. Sementara pada sub judul instrumen
pengumpulan data kan menjelaskan mengenai alat-alat instrumen pengumpulan
data yang digunakan dalam pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian
tindakan kelas yang dilakukan.
35
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneliti ini yaitu teknik tes
dan teknik non tes.
a. Teknik Tes
Menurut Sudjana (2011:35) Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada siswa dengan tujuan memperoleh jawaban dari
siswa baik itu dalam bentuk lisan (tes lisan), bentuk tulisan (tes tertulis) atau dalam
bentuk perbuatan ( tes tindakan).
Tes evaluasi dilaksanakan setiap akhir tindakan pembelajaran pada siklus I
maupun siklus II.Tes evaluasi dilakukan dilakukan dengan memberikan sejumlah
soal kepada subjek peneliti.Pemberian soal tes bertujuan untuk mengukur
peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA melalui model Make A Match. Selain
itupemberian soal juga dimaksudkan guru untuk memberikan penilaian terhadap
kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah dipelajarai. Dalam PTK yang
dilakukan di kelas 4 SD Negeri 2 Kedu, bentuk instrumen tes yang digunakan ebagai
alat penilaian berupa soal tes berbentuk pilihan ganda.
b. Teknik Non Tes
Dalam PTK yang dilakukan di kelas 4 SD Negeri 2 Kedu, salah satu
teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan ialah teknik nontes. Menurut
purwanto (2013:63) non tes merupakan teknik pengumpulan data yang sifatnya
mengukur penampilan diri atau aktivitas dengan memberikan respon secara objektif
dan jujur sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan.Jenis teknik non tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi.
36
a. Observasi
Non tes dalam penelitian berupa observasi atau pengamatan dan
dokumentasi.Observasi yaitu proses pengambialan data dalam penelitian ketika
peneliti melihat situasi penelitian, observasi dalam penelitian ini meliputi observasi
aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan penerapan
model Make A Match.
b. Dokumentasi
Sedangkan dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data untuk memperoleh
data awal tentang nama siswa dan nilai hasil ulangan siswa kelas 4 SD Negeri 2
Kedu serta foto-foto saat kegiatan pembelajaran dengan model Make A Match.
3.5.2 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pelaksanakan PTK adalah data yang berupa
angka ( data kuantitatif). Slameto (2015:277) menjelaskan bahwa data
kuantitatif, data dinyatakan dalam angka. Penelitian ini menggunkan analisis
kuantitatif dengan statistik deskriptif karena dari data mentah ditampilkan dalam
bentuk tabel dan diagram. Data nilai hasil belajar IPA dianalisis menggunakan
teknik analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan hasil belajar seteah
tindakan siklus I dan siklus II.
Analisis hasil belajar IPA dilakukan dengan menghitung persentase
ketuntasan belajar IPA secara klasikal dan rata-rata hasil belajar IPA. KKM yang
ditentukan oleh sekolah untuk mata pelajaran IPA yaitu > 75, sehingga dengan
membandingkan KKM dengan hasil belajar IPA dapat diketahui bahwa siswa
yang telah tuntas atau belum.
Sementara itu untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar IPA
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑋 =Ʃ𝑥
𝑁
37
Keterangan:
𝑋 = nilai rata-rata
Ʃ𝑥 = jumlah seluruh nilai yang diperoleh
𝑁 = jumlah siswa
Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
KB = 𝑁𝑠
𝑁 𝑥 100%
Keterangan:
KB = ketuntasan belajar
NS = jumlah siswa diatas KKM (nilai ≥ 75)
N = jumlah seluruh siswa
Berdasarkan nilai persentase yang diperoleh, ketuntasan belajar siswa dalam
pembelajaran IPA melalui model Make A Match dijabarkan menjadi lima kriteria.
Kriteria ketuntasan belajar sebagi berikut:
Tabel 3.2
Kriteria ketuntasan belajar
Rentang Kriteria
1% - 20% Sangat rendah
21% - 40% Rendah
41% - 60% Sedang
61% - 80% Tinggi
81% - 100% Sangat tinggi
Sementara itu untuk menghitung skor rata-rata hasil observasi aktivitas guru,
aktivitas siswa dari seluruh pertemuan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑋 =Ʃ𝑥
𝑁
38
Keterangan:
𝑋 = skor rata-rata
Ʃ𝑥 = jumlah seluruh skor yang diperoleh
𝑁 = jumlah pertemuan
Sedangkan untuk menghitung skor rata-rata hasil observasi kerja sama siswa
masing-masing siklus dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑋 =Ʃ𝑋
𝑁
Keterangan:
𝑋 = skor rata-rata kelas
Ʃ𝑋 = jumlah skor seluruh siswa
𝑁 = jumlah siswa
Rumus persentase hasil observasi aktivitas guru adalah sebagai berikut:
Persentase = 𝑆
𝑆𝑀 x 100%
Keterangan:
S = skor yang diperoleh
SM = skor maksimal
Berdasarkan skor persentase yang diperoleh, maka kriteria hasil observasi
aktivitas guru, aktivitas individu, aktivitas kelompok siswa dalam pembelajaran IPA
melalui model Make A Match dijabarkan menjadi lima kriteria. Kriteria hasil
observasi secara klasikal sebagi berikut:
39
Tabel 3.3
Kriteria Hasil Observasi Klasikal
Rentang Kriteria
1% - 20% Sangat rendah
21% - 40% Rendah
41% - 60% Sedang
61% - 80% Tinggi
81% - 100% Sangat tinggi
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah butir-butir soal
1. Butir Soal Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk
pilihan ganda dengan materi proses tentang gaya.Tes pilihan ganda merupakan tes
dimana keseluruhan informasi yang diperlukan telah tersedia dalam bentuk
pilihan yang dapat dipilih oleh siswa.( Purwanto,2013:72).Bentuk tes pilihan
ganda dipilih karena dapat memberikan penilaian terhadap siswa secara objektif ,
butir soal dalam tes objektif dapat ditulis dalam jumlah banyak sehingga
memungkinkan untuk mencakup semua daerah prestasi yang hendak diukur (
Purwanto,2013:73)
Instrumen butir soal tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan tngkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran.Soal tes ini
berbentuk pilihan ganda yang diberikan pada akhir pembelajaran tiap siklus.
Kisi-kisi instrumen penelitian siklus I disajikan pada tabel di bawah ini
40
Tabel 3.4
Kisi-kisi Tes Soal Evaluasi Siklus I
No Setandar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Nomor
Item
1. 7. Memahami gaya
dapat mengubah
gerak atau bentuk
suatu benda.
7.1Menyimpulkan hasil
percobaan bahwa gaya (
dorongan dan tarikan)
dapat mengubah gerak
suatu benda.
7.1.1
Menjelaskan
pengertian gaya
2,4,5,6
7.1.2 Menjelaskan
pengaruh gaya
terhadap gerak
benda
1,7,3
7.1.3
Menjelaskan
pengaruh gaya
terhadap arah
gerak benda
8,9,10
Jumlah Soal 10
41
Tabel 3.5
Kisi-kisi Tes Soal Evaluasi Siklus 2
No Setandar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Nomor
Item
1. 7.Memahami gaya dapat
mengubah gerak atau
bentuk suatu benda.
7.2 Menyimpulkan hasil
percobaan bahwa gaya
( dorongan dan tarikan)
dapat mengubah bentuk
suatu benda.
7.2.1
Menjelaskan
pengertian gaya
2,4,5,7,8
7.2.2
Menjelaskan
pengaruh gaya
terhadap bentuk
benda.
1,6,3,9,1
0
Jumlah Soal 10
Pada setiap jawaban bentuk tes pilihan ganda, setiap jawaban yang benar
dinilai dan diberi skor satu atau bergantung pada keinginan guru, namun pada
umumnya diberi skor satu (Sudjana, 2011:54). Setiap jawaban benar pada soal tes
evaluasi hasil belajar IPA siklus I dan siklus II diberi skor satu. Perhitungan nilai tes
evaluasi hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN 2 Kedu berpedoman pada perhitungan
dengan menggunakan rumus. Rumus untuk menghitung nilai tes evaluasi siswa
adalah sebagai berikut:
𝑥 = ∑ 𝐽𝑆
∑ 𝐽𝑆𝑀 𝑥 100
42
Keterangan:
X = nilai tes evaluasi hasil belajar IPA
∑ 𝐽𝑆 = jumlah skor
∑ 𝐽𝑆𝑀= jumlah skor maksimum
KKM yang telah ditentukan oleh sekolah pada mata pelajaran IPA kelas 4
adalah sebesar 75. Berdasarkan perbandingan antara nilai KKM dan nilai tes evaluasi
siswa sebagai hasil belajar dapat diketahui bahwa siswa sudah tuntas atau belum
tuntas. Kriteria ketuntasan belajar siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kriteria Ketuntasan Belajar
Rentang Kriteria
x< 75 Belum memenuhi KKM atau tidak tuntas
x≥ 75 Memenuhi KKM atau tuntas.
2. Observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, aktivitas individu siswa dan aktivitas
kelompok siswa dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match. Lembar
observasi diisi oleh observer dengan member tanda centang ( checklist)dalam kolom.
Jawaban dibentuk dalam model skor ( rating scale) yaitu skor 4-1 meliputi skor 1
yang menunjukkan kurang , skor 2 menunjukkan cukup, skor 3 menunjukkan baik,
dan skor 4 menunjukkan sangat baik. Adapun kisi-kisi lembar observasi aktivitas
guru pelaksanaan pembelajaran dengan model Make A Match disajikan dalam table
3.5 sebagai berikut
43
Tabel 3.7
Kisi-kisi penilaian pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran
No Aspek Indikator No
Item
1 Mengorientasikan peserta
didik terhadap masalah Melakukan apersepsi
Memberikan motivasi
Menyampaikan kompetensi
yang akan dicapai
Memperlihatkan media sebagai
masalah awal
1
2
3
4
2 Mengorganisasikan peserta
didik untuk belajar Membagi siswa kedalam
beberapa kelompok
5
3 Membimbing siswa dalam
mencari pasangan maupun
berkelompok
Membimbing siswa dalam
kegiatan diskusi
Memberi perhatian pada k
elompok atau pasangan yang
kurang memahami materi
Mengawasi dan membantu
jalannya diskusi
Merespon baik pada siswa yang
bertanya
6
7
8
9
4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya Meminta siswa yang sudah
menemukan pasangan maju
kedepan kelas untuk
mencocokan kartu soal dan
jawaban
10
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Menanyakan pendapat tentang
pasangan yang maju kedepan
cocok apa tidak.
Menyimpulkan materi
pembelajaran
Menanyakan kepada siswa
tentang pelajaran yang telah di
ikuti
Menyampaikan materi yang akan
diajarkan untuk pertemuan
berikut
Menutup pelajaran
11
12
13
14
15
Jumlah 15
44
Tabel 3.8
Kisi-kisi penilaian pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
No Aspek Indikator No
Item
1 Respon siswa terhadap
orientasi masalah Menunjukkan kesiapan dalam
pembelajaran
Menjawab dengan antusias
apersepsi dari guru
Memperhatikan materi yang
dijelaskan oleh guru
Aktifitas bertanya ketika proses
pembelajaran
1
2
3
4
2 Melakukan tugas guru
dalam kegiatan kelompok
atau mencari pasangan
Antusias mencari pasangan 5
3 Respon siswa
dalamkegiatan
pembelajaran
Ketertarikan terhadap materi yang
disajikan 6
4 Menyajikan hasil karya Mempersentasikan kartu
pasangan di depan kelas 7
5 Memberikan tanggapan
pemecahan masalah Memberikan tanggapan kepada
pasangan yang didepan
Mampu membuat kesimpulan
dari pembelajaran
Merefleksikan pembelajaran
8
9
10
Jumlah 10
Untuk menghitung rentang criteria skor aktivitas, baik guru maupun siswa
digunakan rumus Sturges ( Sugiyono, 2010 : 36 ) dengan langkah –langkah sebagai
berikut:
45
1) Menghitung rentang data
R = skor maksimal – skor minimal
Skor maksimal dihitung dengan mengalikan jumlah indikator observasi
aktivitas guru atau siswa dengan skala penilaian tertinggi dalam observasi yaitu 4,
sedangkan skor minimal diperoleh dengan mengalikan jumlah indikator observasi
aktivitas guru atau siswa dengan skala penilaian terendah yaitu 1.
2) Menghitung jumlah kelas interval
K = 1 + 3,3 log n
n merupakan jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian
3) Menghitung panjang kelas
P = Rentang : Kelas interval
Berdasarkan rumus tersebut maka untuk mengetahui kriteria skor aktivitas
guru dan siswa adalah:
1) Skor maksimal lembar observasi aktivitas guru dan siswa adalah 60, sedangkan
skor minimal adalah 15, jadi R = 60 – 15= 45
2) Jumlah siswa kelas 4 adalah 30, maka jumlah kelas interval yaitu:
K = 1+ 3,3 log 30
K = 1+ 3,3 . 1,3
K = 1+ 4,29
K= 5,29
Jadi diketahui bahwa jumlah kelas interval yaitu 5,29 dibulatkan menjadi 5.
3) Menghitung panjang kelas yaitu:
P = rentang : jumlak kelas interval
P = 45: 5 = 9
Berdasarkan langkah-langkah tersebut maka kriteria aktivitas guru dan siswa
adalah sebagai berikut:
46
Tabel 3.9
Kriteria Skor Aktivitas Guru
Berdasarkan kisi-kisi observasi aktivitas siswa dapat diketahui bahwa aspek yang
diamati yaitu 10 aspek. Untuk mengetahui kriteria skor aktivitas siswa pada
pembelajaran IPA dapat dihitung dengan menggunakan rumus Sturges seperti
langkah-langkah menghitung skor guru. Kriteria skor aktivitas siswa adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.10
Kriteria Skor Aktivitas Siswa
3.6 UJI INSTRUMEN
Uji instrument penelitian ini meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Uji
validitas dan uji reabilitas dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui valid
atau tidaknya instrumen yang digunakan. Jika istrumen sudah valid maka instrument
dapat digunakan untuk menguji tingkat keberhasilan suatu pembelajaran. Adapun uji
validitas dan reabilitas adalah sebagai berikut.
3.6.1 Uji validitas
Validitas adalah salah satu syarat tes hasil belajar yang baik. Validitas
berhubungan dengan kemampuan tes hasil belajar untuk mengukur keadaan yang
akan diukurnya ( purwanto, 2014:132). Pelaksanaan uji validitas instrument
dilakukan di kelas 5 SD Negeri 2 Kedu dengan jumlah peserta tes adalah 41 siswa.
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistic 20 dengan
Rentang Kriteria
15 – 24 Sangat rendah
25 – 34 Rendah
35 – 44 Sedang
45 – 54 Tinggi
55– 64 Sangat tinggi
Rentang Kriteria
10 – 16 Sangat rendah
17 – 23 Rendah
24 – 30 Sedang
31 – 37 Tinggi
38– 44 Sangat tinggi
47
teknik. Corrected Item Total Corrected untuk mencari koefisien korelasinnya.
Peneliti menggunakan toleransi kesalahan sebesar 5% atau taraf kepercayaan sebesar
95% dengan jumlah siswa (N) 30 siswa, maka nilai r tabel adalah sebesar 0,355 (
sugiyono, 2010:373). Nilai rxy ditentukan dengan menghitung nilai corrected item
total correlation dengan menggunakan aplikasi IMB SPSS Statistic 20. Hasil uji
validitas yang dilakukan di kelas 5 SD Negeri 2 Kedu disajikan pada tabel 3.7
sebagai berikut .
Tabel 3.11
Hasil Uji Validitas Siklus I
Bentuk Soal Item Soal Valid Soal tidak Valid
Pilihan Ganda 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18,
20.
3, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
13, 14, 15, 16, 18,
19, 20,
1, 2, 4, 5, 12, 17,
Jumlah 20 14 6
Berdasarkan hasil uji validitas 20 item soal siklus 1 diketahui dari tabel 3.7 di atas,
terdapat 6 soal yang tdak valid. Sedangkan 14 soal lainnya terbukti valid setalh di uji
menggunakan IMB SPSS Statistic 20. Soal yang valid kemudian peneliti gunakan
sebagai soal evaluasi pada siklus 1. Hasil uji validitas instrument siklus II sebagi
berikut:
48
Tabel 3.12
Hasil Uji Validitas Siklus I1
Bentuk Soal Item Soal Valid Soal tidak Valid
Pilihan Ganda 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18,
20.
3, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
13, 14, 15, 16, 18,
20,
1, 2, 4, 5, 12, 17,19
Jumlah 20 13 7
Berdasarkan hasil uji validitas 20 item soal siklus 1 diketahui dari tabel 3.8 di atas,
terdapat 7 soal yang tdak valid. Sedangkan 13 soal lainnya terbukti valid setalh di
uji menggunakan IMB SPSS Statistic 20. Soal yang valid kemudian peneliti gunakan
sebagai soal evaluasi pada siklus II.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Sugiyono ( 2011: 121), menyatakan bahwa instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bisa digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama
akan menghasilkan data yang sama. Wardani ( 2012;346) menambahkan bahwa
semakin tinggi reliabilitas suatu tes ( hasilnya mendekati satu) maka semakin
tinggi pula keajegan atau ketepatan instrumen yang digunakan. Uji reliabilitas
dalam penelitian ini menggunakan program IMB SPSS Statistic 20 dengan teknik
Reliability Analysia untuk mengetahui nilai koefisien Alpha Cronbach.
3.6.3 Tingkat Kesukaran Soal
Untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas
dan reabilitas juga harus memperhatikan keseimbangan dari tingkat kesulitan soal
tersebut. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan
siswa dalam menjawab soal, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal.
Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah
penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar.
49
Menurut Sudjana ( 1989: 137) cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat
kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
I B / N
I= Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan
Kriteria indeks kesulitan soal adalah sebagai berikut:
O – 0,30 = soal kategori sukar
0,31 - 0,70 = soal kategori sedang
0,71 - 1,00 = soal kategori mudah
Hasil penghitungan tingkat kesukaran pada soal siklus I dapat dilihat pada
Tabel 3.13
Taraf Kesukaran Soal Siklus I
Dari tabel 3.9 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran soal pada siklus I dari 10
soal yang termasuk kategori mudah sejumlah 3 soal, yang termasuk kategori sedang
sejumlah 4 soal, dan yang termasuk kategori sukar sejumlah 3 soal. Soal pada siklus I
yang termasuk dalam kategori mudah terdiri dari nomor 1,2,3 dan yang termasuk
kategori sedang terdiri dari nomor 4,5,6,7 sedangkan soal yang termasuk kategori
sukar terdiri dari nomor 7,9,10.
No Indeks Kesukaran Jumlah Soal
1 Mudah 3
2 Sedang 4
3 Sukar 3
Jumlah 10
50
Tabel 3.14
Taraf Kesukaran Soal Siklus II
No Indeks Kesukaran Jumlah Soal
1 Mudah 2
2 Sedang 6
3 Sukar 2
Jumlah 10
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran soal pada siklus II dari
10 soal yang termasuk kategori mudah sejumlah 2 soal, yang termasuk kategori
sedang sejumlah 6 soal, dan yang termasuk kategori sukar sejumlah 2 soal. Soal
pada siklus II yang termasuk dalam kategori mudah terdiri dari nomor 7,10 dan
yang termasuk kategori sedang terdiri dari nomor, 1,2,5,6,7,8,9, sedangkan soal
yang termasuk kategori sukar terdiri dari nomor 3 dan nomor 4.
3.7 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 4 SD
N 2 Kedu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match pada mata pelajaran IPA meliputi indikator proses dan hasil dijabarkan
sebagai berikut:
3.7.1 Indikator Proses
Indikator proses merupakan indikator keberhasilan dari proses tindakan
yang dilakukan oleh guru dan siswa baik siswa secara individu maupun
kelompok dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
pada pembelajaran IPA. Aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
dapat dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan secara signifikan minimal
10%.
51
3.7.2 Indikator Hasil
Indikator hasil dalam penelitan ini yaitu hasil belajar IPA. Penerapan
model Make A Match dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar IPA apabila
siswa mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar IPA >
75 dan mengalami ketuntasan belajar klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar
IPA meningkat minimal 5 nilai dari KKM yaitu > 75 atau mengalami
ketuntasan belajar IPA klasikal > 80% dari 30 siswa ( kriteria sangat tinggi)