BAB III METODE PENELITIAN 3.1 3 -...

25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di sebagian wilayah kabupaten Bone Bolango, sementara untuk pengolahan data akan dilakukan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian UNG. Pelaksanaan penelitian ini selama kurang lebih 3 bulan yang dimulai bulan Maret - Mei 2012. 3.2 Alat dan Bahan Altimeter, alat tulis menulis, clinometer, kompas, parang, kalkulator, GPS (global positioning system), komputer PC dan perangkat lunak SIG (software Arc View 9.3). Sementara bahan yang digunakan berupa: peta rupa bumi, peta geologi, peta jenis tanah, peta landfrom peta administrasi, peta lereng, Peta penggunaan lahan, peta dasar rupa bumi berskala 1 : 50.000 update tahun 2006 yang diterbitkan oleh Bakosurtanal dan peta unit lahan Kabupaten Bone Bolango Skala 1: 50.000, yang diterbitkan Lembaga penelitian tanah bogor Tahun 2008. 3.3 Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survey dengan tingkatan semi - detail. Tahapannya sebagai berikut: 3.3.1 Persiapan Pada tahap ini, dilakukan studi literatur dan pengumpulan alat maupun bahan yang diperlukan, serta pengurusan perizinan dan administrasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini, disamping itu juga dilakukan orientasi medan untuk mengetahui gambaran daerah penelitian secara umum. 3.3.2 Pengumpulan data Pengumpulan data Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data yang terdiri atas :

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN 3.1 3 -...

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di sebagian wilayah kabupaten Bone Bolango,

sementara untuk pengolahan data akan dilakukan di Laboratorium Agroteknologi

Fakultas Pertanian UNG. Pelaksanaan penelitian ini selama kurang lebih 3 bulan

yang dimulai bulan Maret - Mei 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Altimeter, alat tulis menulis, clinometer, kompas, parang, kalkulator, GPS

(global positioning system), komputer PC dan perangkat lunak SIG (software Arc

View 9.3). Sementara bahan yang digunakan berupa: peta rupa bumi, peta geologi,

peta jenis tanah, peta landfrom peta administrasi, peta lereng, Peta penggunaan lahan,

peta dasar rupa bumi berskala 1 : 50.000 update tahun 2006 yang diterbitkan oleh

Bakosurtanal dan peta unit lahan Kabupaten Bone Bolango Skala 1: 50.000, yang

diterbitkan Lembaga penelitian tanah bogor Tahun 2008.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survey dengan

tingkatan semi - detail. Tahapannya sebagai berikut:

3.3.1 Persiapan

Pada tahap ini, dilakukan studi literatur dan pengumpulan alat maupun bahan

yang diperlukan, serta pengurusan perizinan dan administrasi lain yang berkaitan

dengan penelitian ini, disamping itu juga dilakukan orientasi medan untuk

mengetahui gambaran daerah penelitian secara umum.

3.3.2 Pengumpulan data

Pengumpulan data Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data yang terdiri atas :

a. Data tanah, yang diperoleh dari data Badan dan Riset Lingkungan Hidup

Kabupaten Bone Bolango atau Satuan Kerja Pemerintah daerah yang terkait dan

akan disesuaikan di lapang.

b. Data Iklim, yang diperoleh dari stasiun klimatologi dan stasiun iklim yang ada di

sekitar daerah penelitian.

c. Data sosial ekonomi, terdiri atas :

Data primer, yang diperoleh dari wawancara langsung dari petani kunci (1 atau 2

petani) yang tinggal di daerah penelitian, berupa data produksi, biaya dan

pendapatan.

Data sekunder, yang diperoleh dari kantor camat/desa serta instansi terkait seperti

BPS, berupa data kependudukan.

3.4 Analisa data

Kegiatan pada tahap analisa data ini terdiri dari dua tahapan yang saling terkait,

yaitu :

3.4.1 Analisa data lapangan

Kegiatan ini diawali dengan melakukan penyeragaman skala peta terhadap peta -

peta yang belum sama skala petanya, selanjutnya peta - peta tadi ditumpang tindihkan

(overlay) untuk mempeoleh peta unit lahan. Kemudian data lapang setiap unit lahan

itu dicocokan (matching) dengan persyaratan penggunaan lahan setiap tipe

pemanfaatan lahan dalam hal ini Cabai, sehingga diperoleh kelas - kelas kesesuian

lahan untuk setiap tipe pemanfaatan lahan dalam bentuk peta kesesuian lahan.

3.4.2 Analisis Sistem Informasi Giografi

Pengumpulan data spasial dan data atribut serta persiapan pemasukan data

menempati posisi kunci, dalam pekerjaan ini dipengaruhi kualitas data juga dan

ditentukan oleh kombinasi serta analisis dalam perangkat lunak/keras dengan

kemapuan menggunakan operatosr GIS. Untuk memulai penggunaan Software Arc

View, yang diawali dengan program dari start menu ;

Klik start

Pilih Program

Pilih Esri pemilihan pembuatan proyek baru akan membuka Arc View dengan isi

proyek. Isi proyek ini terdiri dari View, tabel, grafik, layout, dan script.

Kemudian klik view yang berfungsi untuk mempersiapkan data spasial dari peta

yang akan di buat atau di olah. Dari view ini dapat dilakukan input data digitasi

atau pengolahan (editing) data spasial.

Tabel (table) merupakan data atribut dari data spasial. Data atribut ini digunakan

sebagai dasar analisis dari data spasial tersebut.

Grafik (chart) merupakan alat penyaji data yang efektif. Dengan mengguakan

grafik ini, Arc View dapat di gunakan sebagai alat analisis yang baik terhadap

fenomena.

Layout (layout) merupakan tempat untuk mengatur tata letakan dan rancangan

dari peta akhir penambahan berbagai simbol. Label, dan atribut peta lain dapat di

lakukan pada layout.

Script (scirpt) adalah makro dalam Arc View dengan makro ini kemampuan Arc

View dapat di perluas untuk membuat program aplikasi yang nantinya dapat di

add ins pada Arc View.

Arc View dapat menerima berbagai macam sumber data yang selanjutnya akan di

olah sumber sumber data lain adalah data yang berasal dari :

- Citra satelit dengan format BSQ, BIL, BIP

- Data raster dengan format BMP, JPG, TIFF

- Data cerdas

- Data tabular dari info acr info, dbase

a. Input

Input data spsial sering di sebut dengan di gitasi. Untuk memulai di gitasi haus

dibuat sebuah theme baru, theme hendaklah di isi dengan coverage yang sejenis

misalkan untuk medigitasi coverage jalan, dipilih fiture line untuk coverage area.

Dipilih tipe feature piligon; sedangkan converage titik seperti kota, gunung, dan lain

lain di pilih tipe fiture point

b. Overlay

Overley merupakan proses penggabungan peta peta dalam Arc View teknil

overley dimulai dengan new view pada jendela Arc View kemudian di lanjutkan

dengan add theme (peta) yang akan dioverley misalnya dalam membuat peta satuan

lahan suatu lahan suatu wilayah, dibutuhkan peta landform, peta topografi, dan peta

penggunaan lahan suatu wilayah, dapat mula overley pada program Arc View dengan

cara

- Klik file

- Klik ekstansions

- Tandai geoprocessing wizard

- Klik view dan klik geoprocessing wizard

- Klik intersect two themes

- Klik next

- Pilih peta yang akan di overley misalnya peta lereng dan bentuk lahan

- Klik finish

c. Layout

Layout adalah sebuah proses menata dan merancang letak letak propeti peta,

seperti judul, legenda, orentasi, label, dan lain - lain. Mengedit judul dengan cara

mengklik satu kali pada objek judul yang akan di edit dalam layout peta. Resolusi

grid layout belum tentu terletak pada tempat yang sesuai. Untuk menyesuaikan dan

menta letak objek tersebut, obyek perlu di geser atau di ubah ukurannya sesuai

dengan posisi atau ukuran semestinya. Ukuran grid secara dafault dalam jendela

layout 0.225, baik grid vertikal atau grid horisontal. Untuk melengkapi informasi peta

perlu di berikan berbagai macam keterangan keterangan berupa atribut peta yang

belum tersedia pada tamplate seperti nama tahun pembuatan nama - nama tempat dan

sekitar lokasi peta dan lain lain.

(a) Peta Pengamatan Lapang Produk Digital

RASTER SPASIAL NON - PASIAL

POSISIS TOPOLOGI ATRBUT (b) DATABASE GEOGRAFIK

(c)

RASTER SPASIAL NON - PASIAL

CITRA ANALOG TABEL/GRAFIK

Gambar 1. Prosedur Kerja Arc View 3.3

Keterangan Gambar 1 (Sistem infromasi Giografi Lab pengindraan jauh IPB

Bogor tahun 2000) di atas yaitu : (a) Skema Pemasukan data, (b) Konsep bank data

giografi dan (c) Pembuatan keluaran data dalam SIG.

Pada akhir dapat dicetak melalui perangkat cetak printer. Layout harus berada

pada posisi yang sesuai dengan ukuran kertas cetaknya. Untuk mencetak layout

dilakukan dengan cara berikut; Pertama, Aktifkan layout yang akan di cetak dan

dihidupkan printer, selanjutnya selanjutnya pilih file - pilih print - klik oke layout

akan tercetak dengan sendirinya.

Pengumpulan data spasial dan data atribut serta persiapan pemasukan data

menempati posisi kunci, dalam pekerjaan ini dan sangat dipengaruhi data sataun

lahan dan Kriteria Kesusaian lahan Tanaman cabai, dengan kombinasi analisis dalam

perangkat lunak/ keras dengan kemapuan operatosr GIS. Dalam melakukan analisi

Kesesuaian lahan tanaman cabai penting mengetahui karakteristik persyaratan

tumbuh tanaman cabai seprti yang di maksud sebagai berikut Tabel 1.

TERMINAL DIGITAISER FILE SCANE PITA

ANALISIS DATA DAN PEMODELAN

PENYAJIAN

DAN HASIL

CrA’s Printer Ploter PitaDiskeT Citra/Foto

INPUT DATA PENGGALIAN

PERBAIKAN

3.4.3 Analisa Data Sosial Ekonomi

Sebelum penentuan kelas kesesuaian lahan untuk setiap tipe pemanfaatan lahan

di peroleh, diawali dengan pendeskripsian situasi yang ada (present situation) yang

berkaitan dengan tipe pemanfaatan lahan seperti kondisi fisik lingkungan, keadaan

penduduk, system pertanian yang ada, ukuran pertanian dan pendapatan dari bidang

pertanian. Kemudian setelah di peroleh kelas kesesuaian lahan dilanjutkan dengan

pendeskripsian setiap tipe pemanfaatan lahan yang ada dan yang direkomendasikan.

Selanjutnya setiap tipe pemanfaatan lahan dilakukan analisa usahatani, dimana

analisis usahatani yang digunakan adalah analisa parsial. Komponen - komponen

usahatani menurut Soekartawi (1995) yaitu :

1) Biaya usahatani merupakan total pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu

usahatani. Biaya itu sendiri terdiri atas biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang

relatif tetap jumlahnya karena tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi,

contohnya sewa tanah, pajak, iuran irigasi dan biaya tidak tetap (variable cost)

yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi, contohnya biaya

sarana produksi. Biaya total (total cost) dapat di hitung dengan persamaan : TC =

FC + VC, Dimana TC adalah Total Cost, FC adalah fixed cost, VC adalah

Variable cost.

2) Penerimaan usahatani merupakan perkalihan antara produksi yang di peroleh

dengan harga jual. Total penerimaan (total revenue) dapat di hitung dengan

persamaan :

TR = Yi. Py,

Dimana TR adalah Total Revenue, Y adalah produksi yang di peroleh dalam

suatu usahatani ke - i, Py adalah harga Y.

3) Laba kotor usahatani merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan (total

revenue) dengan biaya tidak tetap (variable cost). Laba kotor (gross margin)

dapat di hitung dengan persamaan :

GM = TR kurang FC

Dimana GM adalah Gross Margin,TR adalah total revenue, FC adalah Variable

Cost.

4) Pendaptan bersih petani merupakan hasil pengurangan antara laba kotor (gross

margin) dengan biaya tetap (fised cost) pendapatan bersih petani (net farm

income) dapat dihitung dengan persamaan :

NFI = GM – FC,

Dimana NFI adalah Net farm Income, GM adalah gross margin, Fc adalah fised

cost. Untuk melihat apakah usaha ini menguntungkan atau merugikan, maka di

gunakan analisa R/C ratio secara financial. Persamaannya sebagai berikut :

a = R/C dimana R = Py. Y, C = FC + VC

jika nilai R/C > 1.10 maka usahatani itu menguntungkan, jika nilai R/C = 1,10

maka usahatani itu tidak untung dan juga tidak rugi sedangkan R/C < 1,10 maka

usahatani itu merugi. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk peta kelas

kesesuian dalam bersama informasi sosial ekonomi untuk setiap tipe

pemanfaatan lahan tanaman semusim.

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Sumberdaya Alam

4.1.1 Letak dan Luas

Letak daerah Kabupaten Bone Bolango secara geografis berbatasan langsung

dengan Kabupaten Bolaang mongondow (Sulawesi Utara) dan Kecamatan Atinggola

di sebelah Utara. Sementara di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Boolang

Mongondow, di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Gorontalo dan di sebelah

barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Luas area

Kabupaten Bone Bolango sebesar 1.984,58Km² atau 16,24% dari total luas wilayah

Bone Bolango dengan luas paling besar adalah Kecamatan Suwawa Timur seluas

489,20 Km² atau mencapai 24% dari luas Kabupaten Bone Bolango. Sementara untuk

luas daerah terkecil adalah Kecamatan Bulango selatan dengan 9,87 Km² atau 0,50%

dari Kabupaten Bone Bolango (BPS Kabupaten Bone Bolango, 2011).

Gambar 2. Peta Administrasi Daerah Kabupaten Bone Bolango.

Gambar 2. Peta Administrasi Daerah Kabupaten Bone Bolango

Peta administrasi daerah ini hasil digitasi yang bersumber dari peta rupa Bumi

Indonesia yang Berskala 1 : 50.000 Update Tahun 2006 yang diterbitkan Oleh

BAKORSULTANAL.

4.1.2 Iklim

Data iklim yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan data bersumber dari

Stasiun Meteorologi dan Geofisika Jalaludin Gorontalo, di Kecamatan Tibawa

Kabupaten Gorontalo Karena daerah penelitian tidak memiliki stasiun meteorologi ,

untuk mengukur suhu, kelembaban, lama penyinaran matahari, dan kecepatan angin.

a. Curah Hujan

Curah hujan di daerah penelitian selama kurun waktu 12 tahun (1995 2008)

menunjukkan bahwa curah hujan bulanan rata-rata berkisar antara 104,6 mm. dengan

curah hujan yang terendah 57 mm, yang terjadi pada bulan sepetember dan rata-rata

curah hujan tertinggi 132,5 mm terjadi pada bulan januari. Berdasarkan data tersebut,

maka daerah penelitian termasuk dalam zone Agroklimat E₁ menurut Oldeman

(1977), sebab memiliki 5 bulan basah (>200 mm), dan bulan kering (< 100 mm), 7

bulan. Penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Rata-rata Curah hujan bulanan (mm) 4 Stasiun penangkar hujan

selama 12 tahun (1995 - 2008); Sumber data Balai Sungai Wilayah VII

Sulawesi.

b. Temperatur udara, Lama Penyinaran, Kelembaban dan Kecepatan Angin

rata-rata temperatur udara, lama penyinaran, dan kelembaban bulanan daerah

penelitian selama 5 tahun (2007 - 2011) berasal dari Meteorologi dan Geofisika

Jalaludin Gorontalo. rata-rata temperatur daerah penelitian di Kabupaten Bone

Bolango tahun 2007 - 2011 menunjukan nilai rata-rata bulanan tertinggi sebesar

27,70 ⁰C (Mei) dan terendah sebesar 27.3 ⁰C, (Desember). Sementara nilai rata-rata

selama 5 tahun sebesar 27,5 ⁰C (2007 - 2011). Variasi temperatur suhu di Daerah

penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ;

Gambar 4. Rata-rata Temperatur (⁰C) Stasiun Meteorologi dan Geofisika Jalaludin

Gorontalo (2007 - 2011);

Sementara lama penyinaran di Daerah penelitian ditunjukan pada Gambar 5.

memiliki nilai rata-rata lama penyinaran selama 5 tahun sebesar 60,71 ⁰C (2007 -

2011) dengan nilai rata-rata bulanan terendah sebesar 54,68 ⁰C (Desember) dan

tertinggi sebesar 67,94 ⁰C (September), Lama penyinaran dan temperatur di Daerah

penelitian menunjukan hubungan antara rendahnya nilai temperatur yang terjadi pada

bulan desember yang sama rendahnya atau kurangnya lama penyinaran di daerah

penelitian yang ditunjukan pada bulan desember. Temperatur dan lama penyinaran

sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis yang berperan menyediakan nutrisi

makanan untuk disuplai ke seluruh bagian tanaman.

Gambar 5. Rata-rata Lama Penyinaran (%) Stasiun Meteorologi dan Geofisika

Jalaludin Gorontalo (2007 - 2011).

Gambar 6 dan 7 menyajikan informasi rata-rata kecepatan angin dan kelembaban

selama 2007 - 2011 di daerah penelitian di Kabupaten Bone Bolango.

Gambar 6. Rata-rata Kelembaban (%) Stasiun Meteorologi dan Geofisika Jalaludin

Gorontalo (2007 - 2011).

Gambar 6. Menunjukan nilai rata-rata kelembaban (2007 - 2011) berkisar

86.98% (Maret) sampai dengan 74.98% (September), yang memiliki nilai rata-rata

tahunan sebesar 81.32%. Sementara rata-rata kecepatan angin di daerah penelitian

berkisar 1,4 Km/jam yang terjadi pada bulan (April, Juni, dan Desember) dan 3

Km/jam (Agustus), dengan nilai rata-rata selama 5 tahun (2007 - 2011) sebesar 1,83

Km/jam.

Gambar 7. Rata-rata Kecepatan Angin Km/jam Stasiun Meteorologi dan Geofisika

Jalaludin Gorontalo (2007 - 2011);

4.1.3 Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan

tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh

faktor–faktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya

evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari

permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk

vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi). Beda

antara intersepsi dan tranapirasi adalah pada proses intersepsi air yang diuapkan

kembali ke atmosfer tersebut adalah air hujan yang tertampung sementara pada

permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi, sedangkan transpirasi adalah

penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui tajuk vegetasi sebagai hasil

proses fisiologi vegetasi (De Vries and van Duin dalam Ward, 1967).

Perhitungan evapotranspirasi dilakukan dengan cara menggunakan persamaan

software cropwat 8.0 yang hasilnya ditunjukan pada Tabel 2. Dalam perhitungan nilai

evapotranspirasi itu berkisar sebesar 98 mm/bulan pada bulan juni dan sebesar

sebesar 1138,85 mm/tahun pada bulan mei. Sementara rata-rata nilai evapotranspirasi

tahunan sebesar 111.57 mm/tahunan. berikut Tabel 2 hasil perhitungan

evapotransprasi yang dihitung menggunakan software cropwat 8.0.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Nilai Evapotranspirasi Daerah Penelitian.

Bulan

Temperatur

(oC)

Kelembaban

Relatif (%)

Kecepatan

Angin

(km/hari)

Panjang

Penyinara

n (jam)

Radiasi

(Mj/m/h

ari)

Evapotr

anspiras

i (ETo);

(mm/bul

an)

M

aks Min

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Augustus

September

Oktober

November

Desember

23.6

23.4

23.5

23.8

23.9

23.5

23

22.8

22.6

23.3

23.5

3.3

31.8

31.8

32.4

32.8

32.8

31.9

31.4

31.7

32.7

33.4

33

2.2

82

80

83

82

81

82

79

77

73

79

81

83

2

2

2

2

2

2

2

3

3

2

2

2

5.4

5.7

5.7

6

6.2

5.4

5.8

6.2

6.6

6.7

6.7

5

17.1

18.2

18.4

18.4

17.7

16

16.7

18.2

19.5

19.7

19.2

16.3

109.41

104.16

118.65

114.52

113.23

98.12

103.56

112.07

116.39

125.36

118.55

104.85

rata-rata 3.4 2.3 80 2 6 18 111.5725

4.1.4 Hidrologi

Hidrologi merupakan suatu aspek penting dalam kegiatan pertanian di daerah

penelitian. Berdasarkan aspek hidrologi, terdapat kurang lebih 27 sungai yang berada

dalam kawasan Daerah aliran sungai (DAS) Bone Bolango. Sungai terpanjang dalam

DAS ini adalah sungai Bone sepanjang 90 km, sementara sungai terpendek adalah

sungai Tongodaa yang hanya sepanjang 2,75 km di wilayah Kecamatan Bone Pantai

(Tabel 3). Kondisi hidrologi seperti ini menyebabkan ada daerah yang cukup airnya

untuk bertani, tetapi ada daerah lain yang kekurangan air (defisite).

Tabel 3. Nama-nama Sungai Besar dan Kecil di Daerah Kabupaten Bone Bolango Nama sungai Panjang (km) Kecamatan yang Dilalui

Bone

Bolango

Tamboo

Inengo

Kiki

Molotabu

Aladi

Bututonuo

Oluhuta

Olele

Tolotio

Butalo

Bilungala

Tongokiki

Tongodaa

Uabanga Raya

Tombulilato

Ombulo

Mamunga

Daa Mopuya Daa

Mopuya Kiki

Tapambudu Bone

Monano

Topidaa

SogitaDaa

Sogita Kiki

Taludaa

90,0 0

40,00

3,50

10,25

5,00

5,50

5,00

7,25

3,75

4,00

6,25

11,50

15,00

6,50

2,75

7,75

20,00

3,50

7,00

5,00

3,50

3,25

9,50

3,50

6,50

5,50

18,00

Suwawa, Botupingge

Tapa, Bulango, Tilongkabila

Kabila Bone

Kabila Bone

Kabila Bone

Kabila Bone

Kabila Bone

Kabila Bone

Kabila Bone

Bone Pantai

Bone Pantai

Bone Pantai

Bone Pantai

Bone Pantai

Bone Pantai

Bone Pantai, Bone

Bone Raya

Bone Raya

Bone Raya

Bone Raya

Bone Raya

Bone Raya,

Bone

Bone

Bone

Bone

Bone

Sumber : Peta Rupabumi Indonesia, 1993

4.1.5 Geologi dan Bahan Induk

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Kotamobagu, Sulawesi, skala 1:250.000,

(Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1997) formasi geologi Kabupaten

Bone Bolango dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) formasi, yaitu: aluvium endapan

pantai (Qal), aluvium endapan danau (Qvl), Molasa Selebes (Qts), Batuan Gunung

Api Pinogu (TQpv), Diorit Bone (Tmb), Batuan Gunung Api Bilungala (Tmbv), dan

Anggota Batugamping Formasi Tapadaka (Tmtl).

1) Aluvium Endapan Pantai (Qal) merupakan endapan sungai dan marin, yang

menempati lahan dengan ketinggian <50 m dpl. Bahan aluvium berupa endapan

pasir, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal. Bahan ini membentuk landform

aluvial (jalur aliran Sungai Bone).

2) Endapan Danau (Qpl), merupakan bahan hasil pengendapan Danau setempat

mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Batu pasir berbutir halus sampai kasar

serta kerikil dijumpai disejumlah tempat. Bahan ini membentuk landform dataran

aluvial koluvial. Jenis vegetasi dan penggunaan lahan berupa sawah irigasi dan

sebagian tegalan. Satuan formasi ini terdapat di sekitar Ibukota Kecamatan Tapa

dan Kabila.

3) Molasa Selebes (Qts), merupakan endapan pasca orogen yang terbentuk di

cekungan - cekungan kecil, terdiri atas konglomerat, breksi, serta Batu pasir.

Konglomerat dan breksi tersusun oleh aneka bahan berupa kepingan andesit,

basalt, granit, granodiorit, batugamping, Batu pasir maupun kuarsa. Di lapangan

ditemukan bahan andesitik yang bertekstur kasar. Bahan ini

membentuk landform dataran volkan tua dengan relief berombak sampai

bergelombang.

4) Batuan Gunung api Pinogu (TQpv), merupakan bahan hasil letusan Gunung api

berupa tuf, tuf lapili, breksi dan lava. Breksi Gunung api di Pegunungan Bone,

Gunung Mongadalia dan Pusian bersusun andesit piroksin dan dasit. Tuf dan tuf

lapili di sekitar Sungai Bone bersusunan dasitan. Lava berwarna kelabu muda

hingga kelabu tua, pejal, umumnya bersusunan andesit piroksin. Membentuk

landform perbukitan dan pegunungan volkan tua. Satuan ini terdapat di sebelah

kiri dan kanan Sungai Bone memanjang ke arah timur Kabupaten Bone Bolango.

5) Diorit Bone (Tmb), merupakan batuan terobosan yang menerobos Batuan

Gunung api Bilungala maupun formasi Tinombo. Tersusun dari diorit kuarsa,

diorit, granodiorit, dan granit. Diorit kuat ditemukan Sungai Taludaa, dengan

keragaman diorit, granodiorit dan granit. Granit banyak di temukan di daerah

Sungai Bone. Batuan granit yang di temukan di Kabupaten Bone Bolango

memiliki sisipan batukapur yang mengisi bagian retakan - retakannya, proses ini

terjadi pada lingkungan marin, sehingga membentuk tanah yang memiliki reaksi

tanah agak masam sampai netral. Terdapat di bagian utara Kabupaten Bone

Bolango memanjang ke timur.

6) Anggota Batugamping Formasi Tapadaka (Tmtl), merupakan batuan sedimen

dan endapan permukaan. Formasi ini berupa batugamping kelabu terang, pejal,

mengandung pecahan batuan gunung api hijau. Batugamping ini sebagian

membentuk lensa - lensa di dalam Formasi Tapadaka dan sebagian terlihat

berganti fasies ke arah samping menjadi Batu pasir. Satuan ini terdapat di bagian

tengah Bone Bolango.

7) Batuan Gunung api Bilungala (Tmbv), merupakan batuan hasil Gunung api

Bilungala. Batuan ini terdiri dari breksi, tuf dan lava bersusunan andesit, dasit

dan riolit. Ziolit dan kalsit banyak dijumpai pada kepingan batuan penyusun

breksi. Satuan ini terdapat di bagian utara daerah penelitian memanjang ke arah

timur dan sebagian kecil terdapat di bagian tengah areal penelitian. (Sumber :

Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Provinsi Gorontalo).

Gambar 8. Peta Geologi Daerah Kabupaten Bone Bolango

Peta Geologi hasil digitasi yang bersumber dari peta dasar merupakan Sebagai

Peta Dasar adalah Peta Rupa Bumi Indonesia yang Berskala 1 : 50.000 Update Tahun

2006 Yang diterbitkan Oleh BAKORSULTANAL. Peta Unit Lahan Kabupaten Bone

Bolango Skala 1 : 50.000, Lembaga Peneltian Tanah Bogor Tahun 2008.

4.1.6 Landform

Gambar 10 menunjukan group aluvial merupakan landform muda baik resen

maupun subresen yang terbentuk dari proses fluviasi (sungai danau), maupun

koloviasi (gravitasi), atau gabungan keduanya. Endapan bahan - bahan tersebut

bersifat berlapis - lapis (stratified), yang menunjukkan pengendapan terjadi terjadi

secara berulang - ulang dari bahan yang berbeda jenis dan ukurannya dan biasanya

bahan halus berada diatas lahan yang lebih kasar sebab gravitasi. Bahan yang

diendapkan terdiri atas endapan aluvio kolovium di atas endapan danau (lakustrin),

kadang diatas lapisan gambut.

Grup landform volkan yang terbentuk dari hasil aktivitas erosi gunung api, baik

yang masih muda (resen), maupun yang sudah agak tua (subresen). Landform ini

dicirikan oleh bentukan kerucut volkan, aliran lava atau lahar. Creater, perbukitan

volkan atau dataran yang merupakan akumulasi bahan volkan. (Puslittanak 1995)

Gambar 9. Peta Landform Daerah sebagian kabupaten Bone Bolango.

Peta landform hasil digitasi yang bersumber dari peta dasar merupakan Sebagai

Peta Dasar adalah Peta Rupa Bumi Indonesia Berskala 1 : 50.000 Update Tahun 2006

yang diterbitkan Oleh BAKORSULTANAL. Peta Unit Lahan Kabupaten Bone

Bolango Skala 1 : 50.000, Lembaga Peneltian Tanah Bogor Tahun 2008.

4.1.7 Lereng

Kondisi wilayah Kabupaten Bone Bolango sebagian besar merupakan daerah

dataran tinggi (pegunungan) yang memiliki kemiringan lereng di atas 40% tersebar di

Wilayah Kecamatan suwawa, Kabila dan Bulango utara. Sementara kemiringan

lereng antara 20% - 40%, tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bone

Bolango yang dikategorikan lereng memiliki kemiringan 1 - 20% tersebar pada

wilayah sebagian Kecamatan Kabila, Suwawa, Bulangu Utara Tapa, Batu Barani.

Gambar 10. Peta Lereng Daerah Kabupaten Bone Bolango.

Peta lereng sebagian Daerah Kabupatn Bone Bolango merupakan hasil Digitasi

dari sumber Peta Rupa Bumi Indonesia Berskala 1 : 50.000 Update Tahun 2006 Yang

diterbitkan Oleh BAKORSULTANAL. Peta Unit Lahan Kabupaten Bone Bolango

Skala 1 : 50.000, Lembaga Peneltian Tanah Bogor Tahun 2008.

Klasifikasi lereng terbagi atas beberapa kategori berdasarkan kemiringan lereng

tersebut, antara lain kelas lereng rata, datar, melendai agak curam, curam dan sangat

curam (FAO,1990)

Tabel 4. Klasifikasi Lereng berdasarkan FAO (1990) Kelas Lereng Batas Bawah Batas Atas

Rata

Datar

Melandai

Agak curam

Curam

Sangat curam

0%

0,2%

5,0%

15,0%

30,0%

0,2%

0,5%

10,0%

30,0%

60,0%

>60,0%

4.1.8 Jenis tanah.

Penilian kesuburan tanah di Daerah penelitian ditemukan jenis tanah terluas

terdapat pada wilayah kecamatan kabila, Tilongkabila, suwawa dan sekitarnya,

dengan diklasifikasikan menurut sistem Soil Taxonomy sebagai berikut :

1) Entisol, yaitu tanah yang masih menunjukkan asal bahan induk. Jadi tanah ini

masih baru, belum menunjukkan perkembangan horizon. Adapun yang termasuk

jenis tanah ini adalah tanah aluvial, regosol gunung, regosol pantai, dan lithosol.

2) Inceptisol, yaitu tanah yang masih muda, baru mulai perkembangan

penampangnya. Namun, sudah ada eluvasi dan iluvasi. Golongan ini terjadi

dalam hampir semua region iklim.

3) Molisol, yaitu tanah yang memiliki ciri halus atau lunak, pH kurang dari 7,0.

Adapun yang termasuk tanah jenis ini adalah chesnut, chernozem, brunizem

(prairies), rendzina, dan sebagainya.

4) Alfisol, yaitu tanah yang tersebar didaerah beriklim lembap, kaya dengan

alumunium, besi, air, dan bahan organik. Warnanya abu - abu, horizonnya

mengandung lapisan - lapisan tanah liat (Nangoy, 2008).

Gambar 11. Peta Jenis Tanah Daerah Penilitian di Kabupaten Bone Bolango

Peta jenis tanah hasil digitasi yang bersumber dari peta dasar merupakan Sebagai

Peta Dasar adalah Peta Rupa Bumi Indonesia Berskala 1 : 50.000 Update Tahun 2006

Yang diterbitkan Oleh BAKORSULTANAL. Peta Unit Lahan Kabupaten Bone

Bolango Skala 1 : 50.000, Lembaga Peneltian Tanah Bogor Tahun 2008.

4.2 Keadaan Sumberdaya Manusia

4.2.1 Luas dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data BPS Kabupaten Bone Bolango (2010) menunjukkan kecamatan

terluas adalah Kecamatan Suwawa Timur dengan%tasi 24,65%, sementara kecamatan

dengan luas tersempit adalah Kecamatan Bulango Selatan yang hanya sebesar 0,50%

dari luas total Kabupaten ini (Tabel 7). Namun demikian, jumlah penduduk terbanyak

justru dimiliki oleh Kecamatan Kabila sebesar 14,80%. Sementara yang paling sedikit

dimiliki oleh Kecamatan Bulango Ulu yang hanya sebesar 2,54%. Dengan demikian

sebaran kepadatan penduduk tidak berkorelasi positif dengan luas wilayah. Hal ini

terlihat pada Kecamatan Suwawa Timur yang merupakan kecamatan terluas tetapi

justru kepadatan penduduknya paling sedikit. Namun kecenderungan yang lain

kepadatan penduduk relative padat pada jalur jalan protocol dikarenakan ketersediaan

sarana dan prasarana publik yang cukup tersedia.

Tabel 5. Luas dan Kepadatan Penduduk di Daerah Penelitian

Kecamatan Luas Penduduk Kepadatan

(jiwa/km2) km

2 % Jumlah %

Tapa 64,41 3,25 6.871 4,84 107

Bulango Utara 176,10 8,87 6.933 4,89 39

Bulango selatan 9,67 0,50 9.711 6,84 984

Bulango Timur 10,82 0,55 4.933 3,52 462

Bulango ulu 78,41 3,95 3.612 2,54 46

Kabila 193,45 9,75 21.004 14,8 109

Botu Pingge 47,11 2,37 5.598 3,94 119

Tilongkabila 79,74 4,02 16.569 11,68 208

Suwawa 33,51 1,69 10.688 7,53 319

Suwawa Utara 184,09 9,28 4.796 3,38 26

Suwawa Timur 489,09 24,65 6.578 4,64 13

Suwawa Tengah 64,70 3,26 5.716 4,03 88

Bone Pantai 161,82 8,15 9.776 6,89 60

Kabila Bone 143,51 7,23 9.755 6,87 68

Bone Raya 64,12 3,23 5.876 4,14 92

Bone 72,71 3,66 8.674 6,11 119

Bulawa 111,01 3,59 4.763 3,36 43

Kab. Bone Bolango 1.984,54 100,00 141.915 100,00 72

Sumber BPS Kabupaten Bone Bolango Tahun 2010

4.2.2 Jumlah Penduduk menurut Umur

Penduduk di Daerah Kabupaten Bone Bolango menurut umur yang dinilai

produktif (20 - 50), sebanyak 54.157 jiwa dari total jumlah penduduk 141.919 jiwa.

Maka yang dinilai jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango yang tidak Produktif

sebanyak 87.740 berdasarkan UU Tenaga kerja No. 13 Tahun 2003.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Daerah Penelitian Kelompok Umur

Aged Group

Penduduk (Orang)

Laki – Laki Perempuan Jumlah

0 - 4

5 - 9

10 - 14

15 - 19

20 - 24

25 - 29

30 - 34

35 - 39

7.478

8.067

7.590

6.879

5.191

5.978

5.978

5.632

7,031

7.806

7.260

6761

5.096

5.786

5.773

5.433

14.509

15.873

14.850

13.640

10.287

11.764

11.751

11.065

40 - 44

45 - 49

50 - 54

55 - 59

60 - 64

65+

4.632

3.895

3.094

2.556

1.737

2.438

4.658

3.905

3.338

2.561

2.016

3.346

9.290

7.800

6.432

5.117

3.753

5.784

Jumlah 71.145 70.770 141.915

Sumber BPS Kabupaten Bone Bolango Tahun 2010

4.2.3 Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian

Data keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kabupaten Bone

Bolango dapat dilihat melalui Tabel 9.

Tabel 7. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Daerah Penelitian

Lapangan Pekerjaan Utama

Porsentasi (%)

2009 2010

Pertanian, Perkebenunan, Kehutanan, dan Perikanan 41,24 36,16

Pertambangan dan Penggalian 3,17 3,47

Industry 5,17 6,18

Listrik, Gas dan Air Minum 0,09 0,32

Konstruksi 11,81 9,27

Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 11,11 11,71

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 7,19 7,93

Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa

Perusahan

1,37 2,52

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 18,85 22,44

Jumlah 100,00 100,00

Sumber BPS Kabupaten Bone Bolango Tahun 2010.

Data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2010 menunjukan mata

pencaharian warga di daerah penelitian Kabupaten Bone Bolango tersebesar

bergantung pada Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian 41,24% yang dan yang

bergerak dibidang Listrik, Gas dan Air Minum sangat rendah 0,09%. Data ini

menunjukan untuk mata pencaharian didaerah tersebut, sangat besar tergantung pada

lahan pertanian dibandingkan dengan lapangan pekerjaan lainnya.

4.3 Permasalahan di Daerah Penelitian

4.3.1 Tekanan Populasi Penduduk Terhadap Lahan

Secara umum, jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Bone Bolango

meningkat dari 126.907 jiwa ditahun 2005 menjadi 131.797 jiwa pada tahun 2009

dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,99% atau sebanyak 1.222

jiwa. Jika dirinci menurut kecamatan dalam kurun waktu lima tahun yakni dari tahun

2005 sampai tahun 2009, persebaran penduduk Kabupaten Bone Bolango

terkonsentrasi di Kecamatan Kabila dimana jumlah penduduk di kecamatan ini pada

tahun 2009 adalah 18.795 jiwa atau sebesar 14,26% dari total jumlah penduduk

Kabupaten Bone Bolango. Urutan yang kedua ditempati oleh Kecamatan

Tilongkabila dengan jumlah penduduk sebanyak 15.375 jiwa pada tahun 2009, atau

11,66% dari jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango. Salah satu penyebab dari

padatnya jumlah penduduk di kecamatan Kabila antara lain karena kecamatan ini

merupakan Kecamatan dengan menjadi perbatasan antara Kabupaten Bone Bolango

dengan Kota Gorontalo, selain itu lahan di wilayah ini sebagian besar cocok untuk

areal permukiman, kecocokan untuk permukiman dipengaruhi oleh topografi yang

cukup datar.

Adapun jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Bulango Ulu yaitu

3.046 jiwa, atau hanya sekitar 2,31% dari total jumlah penduduk. Salah satu faktor

penyebab rendahnya jumlah penduduk di kecamatan ini adalah masih kurang

bagusnya akses menuju wilayah ini selain itu belum memadainya sarana prasarana

pendukung seperti listrik. (Sumber Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone

Bolango 2011 - 2031).

Tabel 8. Populasi Penduduk di Daerah Kabupaten Bone Bolango.

Kecamatan Populasi Luas (km2) Kepadatan Penduduk

Tapa 6,575 64.41 102

Bulango Utara 6,537 176.09 37

Bulango Selatan 8,775 9.87 889

Bulango Timur 5,325 10.82 492

Bulango Ulu 3,046 78.41 39

Kabila 18,795 193.45 97

Botupingge 5,462 47.11 116

Tilongkabila 15,375 79.74 193

Suwawa 9,881 33.51 295

Suwawa Selatan 4,510 184.09 24

Suwawa Timur 5,815 489.2 12

Suwawa Tengah 5,201 64.7 80

Bone Pantai 9,331 161 82

Kabila Bone 9,176 143.51 64

Bone Raya 4,979 64.12 78

Bone 8,307 72.71 114

Bulawa 4,707 111.01 42

Jumlah/Total 131,797 1, 984.58 66

Sumber Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango

4.3.2 Kemudahan Memperoleh Kredit

Berdasarkan data hasil wawancara dengan petani (respondent), ternyata masalah

permodalan menjadi salah satu penghambat peningkatan produksi hasil pertanian,

sebab petani mendapat kesulitan dalam memperoleh kredit dari pihak kreditur dalam

hal ini pihak bank. Penyebabnya mereka sangat sulit untuk mendapatkan pinjaman

dana kredit akibat tanpa jaminan yang layak. Menghadapi permasahan tersebut maka

petani mencari alternative permodalan melalui kemitraan dengan koperasi dan juga

bantuan dari pemerintah daerah.

4.3.3 Pemasaran Hasil Pertanian

System pemasaran hasil pertanian di daerah penelitian berdasarkan hasil

wawancara dengan petani dikelompkkan kedalam dua bagian yaitu:

1) Petani menjual langsung hasil pertanian ke pasar terdekat, dalam hal ini pasar

sentral Kota Gorontalo, Pasar Kabila dan Pasar Suwawa. Sebagian besar petani

menjual hasil produksi cabai tanpa disimpan sebelumnya, akibat cabai cepat

membusuk bila hanya disimpan pada tempat yang tidak sesuai seperti gudang,

2) Petani menjual langsung kepada tengkulak atau pedangang pengumpul yang ada

di daerah tersebut, ini dilakukan sebagian petani cabai di daerah penelitian

dengan alasan agar menguarangi biaya transportasi untuk memasarkan hasil

produksi cabai.