BAB III IDENTIFIKASI DATA · upacara-upacara tradisional yang amat khas diadakan oleh lingkungan...
Transcript of BAB III IDENTIFIKASI DATA · upacara-upacara tradisional yang amat khas diadakan oleh lingkungan...
47
BAB III
IDENTIFIKASI DATA
A. Data Fisik Sanggar Tari
Solo merupakan kota penuh nuansa sejarah dan budaya, memilki tradisi
Jawa yang dibanggakan masyakatnya. Sebuah tempat yang akan membuat Anda
terkesima dengan beragam atraksi warisan budaya Jawa kuno. Sebagai salah satu
kota terbesar di Jawa Tengah, Solo adalah kota sejuta pesona yang sarat dengan
beragam warisan budaya yang tersebar di seantero kota. Di kota ini terdapat
kompleks istana keraton Jawa yang luas dan megah, yakni Keraton
Mangkunegaran. Keraton Mangkunegaran punya sejarah ratusan tahun lamanya,
dan sesungguhnya berasal dari akar yang sama dengan Keraton Kasunan. Letak
kompleks keraton ini pun berada ditengah jantung Kota Solo. Keraton
Mangkunegaran terbuka untuk umum setiap hari, dan pada hari-hari tertentu
upacara-upacara tradisional yang amat khas diadakan oleh lingkungan keraton. Di
Keraton Mangkunegaran pun terdapat salah satu sanggar tari Jawa klasik dan
modern, Sanggar Tari Soeryo Soemirat. Awalnya sanggar tari ini hanya
mengampu tarian klasik saja, namun seiring berjalannya waktu, sanggar tari ini
berkembang dan memiliki anak sanggar tari modern yang bernama Sanggar Tari
Kinarya Soeryo Soemirat.
Berdirinya Sanggar Tari Soeryo Soemirat berawal dari sebuah ide yang
dikeluarkan oleh Alm. GPH.RG.Herwasto Kusumo, yang merupakan adik
48
kandung dari Sri Paduka Mangkunagoro IX dan juga beliau mengawali kariernya
dalam dunia seni. Pendiri dari Sanggar Tari Soeryo Soemirat sendiri selain Alm.
GPH.RG Herwasto Kusumo, juga dibantu oleh rekan-rekan sejawatnya yang
tertarik akan seni tari mencoba untuk membentuk sebuah sanggar tari yang
tepatnya pada Hari Jumat, 2 Oktober 1982 dengan cendro sengkolo “Astaning
Taksaka Gapuraning Radityo” (1891-1982) di Pura Mangkunegaran. “Tujuan
awal Soeryo Soemirat sebenarnya menjadi tempat mencetak penari istana, tapi
kemudian di sadari ada tujuan yang lebih besar lagi, yakni melestarikan budaya”,
Kata Alm. GPH.RG Herwasto Kusumo saat itu. Sanggar tari ini berdiri atas restu
Almarhum KGPAA. Mangkunagoro VIII. Kemudian pencetus berdirinya Sanggar
Tari Soeryo Soemirat adalah sebagai berikut :
1. Alm. GPH.R. Herwasto Kusumo
2. G.R.Ay. Retno Astrini
3. Drs. Kurniadi Arif
4. Drs. Joko Budi Santoso
5. Wisnu Wicaksono
6. Wahyu Nugroho, S.H
7. Suryani Handayani, S.E
Sanggar Tari Soeryo Soemirat sendiri didalamnya ada 2 bagian yaitu Tari
Klasik Jawa Solo dan saat ini Tari Modern/Kreasi. Sanggar Tari Soeryo Soemirat
megutamakan Tari Jawa Klasik Solo, sedangkan untuk tarian modern/ kreasi
mereka memiliki sanggar sendiri yang dinamakan Sanggar Tari Kinarya Soeryo
Soemirat. Kedua sanggar tari ini memiliki keunggulan tersendiri dimana mereka
49
menonjolkan kelebihan masing masing di bidang pelestraian budaya melalui
tarian, baik klasik atau modern. Sanggar Tari Soeryo Soemirat untuk saat ini
dipimpin oleh Bapak Jonet Sri Kuncara, S.Kar., M.Sn. selaku Ketua Umum
sekaligus guru tari di Sanggar Tari Soeryo Soemirat. Beliau selain mengabdi pada
Sanggar Tari Soeryo Soemirat, juga mengajar tari sebagai dosen di Kampus
Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI) jurusan Seni Tari. Sanggar Tari Soeryo
Soemirat berada di lokasi Istana Pura Mangkunegaran Surakarta yang beralamat
di Jalan Ronggowarsito No.141 Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.
Sanggar Tari Soeryo Soemirat ini selain mendapat dukungan dari pihak
Istana Mangkunegaran, juga berdiri dan terlaksana atas dukungan penuh dari
Pemerintah Surakarta serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Sehingga mereka
dapat terus mengembangkan Sanggar Tari Soeryo Soemirat ini di Jaman modern
seperti sekarang ini. Namun sayangnya keberadaan Sanggar Tari Soeryo Soemirat
ini susah di temukan karena berada di dalam Istana Mangkunegaran, dimana tidak
semua orang tahu bahwa ada sanggar tari klasik dan modern yang bisa kita
pelajari ilmunya untuk menambah pengetahuan budaya kita di jaman sekarang.
Berikut adalah jadwal latihan dari Sanggar Tari Soeryo Soemirat,
1. Untuk Hari Senin – Sabtu, pukul 15.00-17.00 WIB di Pura Prangwedanan
Istana Mangkunegaran Surakarta dilaksanakan latihan untuk Tari Klasik Jawa
Solo usia Dewasa dan Remaja.
2. Untuk Hari Selasa dan Jumat, pukul 16.00-18.00 WIB di Pendopo Ageng Pura
Istana Mangkunegaran Surakarta dilaksanakan latihan Tari Kreasi/ Modern
juga Klasik untuk usia anak-anak.
50
Ada tingkatan dalam latihan tari di Sanggar Soeryo Soemirat. Setiap
pertama masuk, penari akan diajarkan tari dasar seperti tarian gembira, kipas, dan
pang pung. Selanjutnya setiap empat bulan sekali, pelatih akan melakukan
evaluasi terhadap siswa-siswa yang belajar di Sanggar Soeryo Soemirat. Dalam
proses evaluasi itu, penari yang sudah menguasai tarian dasar akan diajarkan
tarian yang lebih rumit seperti Tari Kidang, Tari Kupu, atau Golek Sri Rejeki,
hingga akhirnya menreka bisa menguasai tarian yang gerakannya tergolong sangat
rumit seperti contohnya Tari Srimpi, tari Bedhaya Ketawang, Tari Gambyong,
dan lain-lain.
Untuk fasilitas, Sanggar Soeryo Soemirat memiliki seperangkat alat
gamelan yang digunakan sebagai musik pengiring dari Tari Klasik Jawa Solo.
Sanggar Tari Soeryo Soemirat juga memiliki grup karawitan sendiri yang
dipimpin oleh Bapak Dedeh Wahyudi Sutrisna, dimana beliau selalu mengiringi
Sanggar Tari Soeryo Soemirat di setiap event ataupun pesta perayaan dan upacara
adat yang terlaksana selama ini.
Untuk dana dalam mengikuti event-event Sanggar Soeryo Soemirat sendiri
dibantu oleh pihak Pemerintah Kota Surakarta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
serta akan mencari dana sponsor untuk membiayai event-event yang sanggar ikuti.
Terutama untuk event-event berskala Internasional, Sanggar Tari Soeryo Soemirat
akan mencari dana sponsor untuk menutup pembiayaan tersebut. Para Penari yang
aktif biasanya akan terus diikut sertakan dalam setiap event bahkan event
Internasional sekalipun.
51
1. Daftar Nama Pengurus, Pengajar Tari dan Staf Sanggar Tari Soeryo
Soemirat
a. Jonet Sri Kuncoro, S.Kar., M.Sn.
b. Sutrisno, S.Sn.
c. Purwanto, S.Sn.
d. Esty Andrini, S.Sn., M.Si.
e. Saryanti, S.Sos., M.Si.
f. Erni Mulyanti, S.Sn.
g. Kurniati, S.Sn.
h. Lestari, S.Sn
i. Sri Suwanti
j. Dona Ginanjar, S.Sn
k. Tatik, S.Sn
l. Aloysia Neneng Yulianti, S.Sn
m. Ningtyas, S.Sn
n. Juliah
o. Ricky
p. Kristanto, S.Pd.
2. Prestasi Sanggar Tari
Beberapa karya besar yang sudah lahir dari Sanggar Tari Soeryo Soemirat
telah dipamerkan dalam beberapa ajang event besar berskala nasional maupun
internasional. Salah satu event yang pernah diikuti oleh Sanggar Tari Soeryo
Soemirat adalah keikutsertaanya dalam Program Dinas Kebudayaan dan
52
Pariwisata Suarakrta yaitu “Misi Kesenian” yang dilakukan road show ke
berbagai belahan dunia demi memperkenalkan tarian tradisional Jawa. Negara-
Negara yang menjadi tujuan Sanggar tari Soeryo Soemirat adalah Negara Jepang,
Perancis, Wina, Morocco, Moscow, Malaysia, Inggris, dan Juga Singapura.
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tahun yang berbeda. Selain itu dana dari
kegiatan “Misi Kesenian” ini berasal dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Gambar 1: Bersama GPH.RG. Herwasto Kusumo dalam Acara “Misi Kesenian” yang
dilaksanakan di Wina, Austria tahun 2004.
Sumber : Dok.Soeryo Soemirat
Gambar 2 : Para Penari Bedhaya Soeryo Soemirat dari Sanggar Tari Soeryo Soemirat pada saat
Acara “Misi Kesenian” di Perancis tahun 2005.
Sumber: Dok.Soeryo Soemirat
53
Selain itu, Sanggar Tari Soeryo Soemirat juga ikut serta dalam beberapa
pementasan luar biasa yang dilakukan berbagai daerah, yaitu,
a. Ajang penutupan Acara Miss World di Bali tahun 2013
Gambar 3 : Logo Miss World Indonesia di Bali tahun 2013
Sumber : www.visitindonesia.com
Gambar 4 : Kedua penari dari Sanggar Soeryo Soemirat berfoto bersama salah satu finalis
Miss World tahun 2013 di Nusa Dua, Bali.
Sumber : Dok. Soeryo Soemirat
b. PORSENI pada tahun 2014, yang dilakukan di Semarang oleh beberapa
penari dari Sanggar Soeryo Soemirat. Kegiatan tersebut mendapat dukungan
penuh dari pihak Pemerintah Kota Surakarta, sehingga dalam
54
penyelenggaraanya Sanggar Tari Soeryo Soemirat tidak mengeluarkan
pendanaan untuk acara ini.
c. Mengikuti ajang Festival Wayang Bocah yang diselenggarakan di Kota
Semarang pada tahun 2012.
d. Pagelaran Tari Ramayana yang rutin dilaksanakan setiap bulan di Taman
Balekambang Surakarta. Beberapa sanggar tari yang ada di Kota Solo juga
ikut serta dalam penyelenggaran acara tersebut.
e. Sanggar Tari Soeryo Soemirat selalu tiap tahunnya menjadi tuan rumah bagi
terselenggaranya program pertukaran pelajar dari Kementrian Kebudayaan
Indonesia, BSBI (Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia) dimana Sanggar Tari
Soeryo Soemirat sebagai perwakilan Kota Solo untuk memberikan wadah
bagi peserta BSBI memahami Kebudayaan Jawa, khususnya Kebudayaan
Surakarta. Program ini telah berlangsung selama 7 tahun berturut-turut.
Dimulai pada tahun 2006 hingga sekarang sudah ada 7 angkatan alumni
BSBI.
Gambar 5 : Logo Indonesian Arts and Culture Scholarship (IACS)
Sumber : www.facebook.com/iacs.bsbi
f. Event besar lain yang diselenggarakan oleh Sanggar Tari Soeryo Soemirat
adalah salah satunya “Mangkunegaran Performing Arts” yang dilaksanakan
55
pada Bulan September 2014. Pengisi acara dalam pementasan tersebut adalah
dari siswa-siswa Sanggar Tari Soeryo Soemirat dan beberapa siswa
Pertukaran Pelajar Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) tahun 2014
yang sedang belajar selama 3 bulan di Sanggar Tari Soeryo Soemirat.
Gambar 6 : Pamflet acara Mangkunegaran Performing Arts 2014
Sumber : Dok.Soeryo Soemirat
g. Event besar lainnya adalah pementasan Wayang Orang Seribu Bintang
(WOSBI) yang di sponsori oleh Djarum Foundation dan beberapa perusahaan
besar lainnya di Studio RRI Surakarta yang mengangkat judul
“Mustakaweni”. Dimana event ini terlaksana pada Bulan November 2014
lalu. Event ini adalah salah satu event terbesar yang diikuti oleh Sanggar Tari
Soeryo Soemirat selama 2014 ini.
56
Gambar 7 : Pamflet acara WOSBI 2014
Sumber : Dok.Soeryo Soemirat
Sebagai wadah yang menampung bakat dan kemampuan dari generasi
muda di bidang seni tari, Sanggar tari Soeryo Soemirat memiliki tujuan
menanamkan rasa cinta dan kepedulian terhadap nilai kebudayaan, melahirkan
generasi penerus kesenian, mendidik, membina, membimbing anak-anak maupun
remaja dalam menyalurkan bakat dan kreatifitas mereka sebagai proses
pembelajaran melalui seni tari. Namun sangat disayangkan bahwa Sanggar Tari
Soeryo Soemirat ini belum pernah melakukan promosi mengenai sanggar tari ini
sendiri secara personal kepada khalayak umum. Kegiatan promosi dilakukan
hanya pada saat terjadi event yang akan dilaksanakan saja. Oleh sebab itu penulis
berharap dapat membuat sebuah rancangan “Coffee-Table Book” yang nanti dapat
57
digunakan oleh pihak Sanggar Tari Soeryo Soemirat sebagai media promosi
sanggar mereka.
A. Identifikasi Data Penerbit
1. Lestude ( Lembaga Studi Desain )
Peradaban terbuka global telah menjadi isu penting di pelbagai negara
terutama menginjak awal abad ke-21. Isu tersebut diprediksi akan menciptakan
blok-blok perdagangan, globalisasi permodalan, kebebasan pasar yang lebih
canggih, disamping juga pemajemukan budaya, pembauran budaya, maupun
perlawanan budaya; baik di dalam negeri, kawasan regional, maupun
internasional. Kondisi tersebut diduga sebagai penyebab terciptanya kondisi
‘dunia tanpa batas’ (bordeless world) yang membuat lepas bebas arus informasi
dan budaya dari satu negara ke negara lain.
Desain merupakan tanda perkembangan sebuah budaya. Merupakan
pemecahan masalah dalam yang memadukan teknologi dan estetika. Bruce Archer
mengutarakan bahwa desain adalah salah satu bentuk kebutuhan badani dan
rohani manusia yang dijabarkan melalui pelbagai bidang pengalaman, keahlian
58
dan pengetahuannya yang mencerminkan perhatian pada apresiasi dan adaptasi
terhadap sekelilingnya. Walaupun dunia desain tak berbatas, tetapi ada batasan
wilayah profesi yang berlaku secara internasional, yaitu Desain Produk Industri
(Industrial Design), Desain Grafis (Graphic Design), Desain Interior (Interior
Design), dan Desain Tekstil (Textile Design). Sedangkan bidang profesi lainnya
seperti Arsitektur (Building Design) dan Rancang Bangun (Engineering Design)
dan lain sebagainya masih tetap sebagai bagian desain dalam arti yang luas.
a. Profile LeStuDe
Lembaga Studi Desain atau LeStuDe merupakan lembaga independen
yang bergerak dalam usaha pengembangan desain dari sisi keilmuan dan
kekaryaan desain. Sebagai sebuah lembaga studi, LeStuDe mengembangkan
4 bidang kegiatan yang semuanya mengarah pada pengembangan keilmuan
dan kekaryaan desain; yaitu :
1) Divisi Pendidikan
2) Divisi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
3) Divisi Publikasi
4) Divisi Kreatif
b. Tujuan LeStuDe
1) Meningkatkan apreasi masyarakat pada dunia desain.
2) Meningkatkan nilai/value desainer & karya desain di mata masyarakat.
3) Meningkatkan peranan desain pada berbagai aspek kehidupan di
masyarakat.
c. Kegiatan LeStuDe
59
1) Pendidikan desain melalui pelatihan, workshop, short course, diskusi dll.
2) Pelaksanaan Penelitian dan pengabdian masyarakat dalam bidang desain.
3) Penerbitan new letter, komik, majalah, jurnal dan buku desain.
4) Pengadaan perpustakaan, Research & Development.
5) Sosialisasi/campaign/promosi.
d. Alamat LeStuDe
Jl. Melati No. 7 (belakang RS. Kasih Ibu ) Purwosari Solo 57142
0271 731656 // 7037775 // 0818251635
B. Kompetitor
Perkembangan Coffee-Table Book mengenai pengarsipan seni tari dan
pertunjukan budaya masih sangat minin di Indonesia, terlebih di Kota Solo. Hal
ini dikarenakan peminat untuk belajar tari berkurang serta tidak adanya wadah
bagi mereka untuk mengumpulkan data budaya yang ada.. Namun di kalangan
Internasional masih ada beberapa Coffee-Table Book yang berisi tentang
pertunjukkan budaya maupun seni tari. Dalam sebuah penelitian studi kasus, maka
diperlukan data-data lain yang dapat dijadikan komparasi atau pembanding dari
obyek utama. Data-data komparasi dimaksudkan untuk mencari kelemahan dan
kelebihan dari obyek utama. Yang menjadi obyek komparasi disini adalah Coffee
Table Book Wayang Potehi Gudo: Seni Pertunjukan Peranakan Tionghoa di
Indonesia dan Coffee Table Book Geliat seni pertunjukan BALI.
60
1. Coffee Table Book Wayang Potehi Gudo: Seni Pertunjukan Peranakan
Tionghoa di Indonesia
Setiap komunitas selalu memiliki budaya. Budaya tersebut
dikembangkan berdasarkan pengalaman hidup mereka dengan alam dan
sesamanya. Budaya tersebut akan terus berkembang secara dinamis. Budaya
akan selalu diperbaharui berdasarkan pengalaman hidup komunitas tersebut.
Termasuk apabila komunitas tersebut harus berpindah tempat tinggal. Itulah
sebabnya tidak heran apabila sekelompok komunitas yang karena suatu hal
harus meninggalkan tempat asalnya masih membawa berbagai budaya yang
sudah menjadi bagian dari cara hidup mereka. Contohnya adalah komunitas
Tionghoa yang ada di Jawa.
Komunitas Tionghoa yang bermigrasi ke Jawa membawa serta
budayanya. Salah satu budaya tersebut adalah seni pertunjukan wayang, yang
dikenal dengan nama Wayang Potehi. Wayang Potehi awalnya pertunjukan
wayang Potehi hanya dilakukan di klenteng-klenteng sebagai bagian dari
ritual pemujaan. Komunitas Tionghoa di Jawa melakukan ritual pemujaan
kepada para dewa dan arwah leluhur dengan salah satunya pertunjukan
wayang. Wayang Potehi menggunakan cerita-cerita kepahlawanan Tiongkok
masa lalu. Tiga cerita yang sering dipentaskan adalah cerita tentang Sie Jin
Kwi, Sampek Engtai dan Sam Kok.
Supaya pertunjukan wayang Potehi bisa dinikmati oleh masyarakat
Jawa, maka pertunjukan wayang Potehi menggunakan Bahasa Indonesia
61
bercampur Bahasa Jawa. Namun demikian untuk suluk masih menggunakan
Bahasa Hokian.
Diyakini Wayang Potehi masuk ke Jawa pada tahun 1880-an. Namun
sejak tahun 1967, pementasan Wayang Potehi menjadi semakin jarang.
Khususnya di kota-kota besar, seperti Jakarta, Solo dan Surabaya. ‘Larangan’
pemerintah terhadap budaya Cina menjadikan pagelaran wayang Potehi juga
terkena dampak. Syukurlah, di sebuah kota kecamatan di Jawa Timur,
tepatnya di Gudo, pementasan wayang Potehi ini masih terus bisa dilestarikan.
Ketika era Gus Dur, budaya Cina diijinkan untuk ditampilkan kembali
di muka umum. Sayangnya, jumlah dalang wayang Potehi telah banyak
berkurang. Hanya tinggal segelintir orang saja yang masih bisa mendalang
Potehi. Itupun rata-rata usianya telah renta. Sedangkan kaum muda peranakan
Tionghoa, pada umumnya telah tidak peduli kepada kesenian ini.
Pilihan format coffee table book adalah tepat. Format ini
memungkinkan gambar-gambar/foto-foto bisa ditampilkan dengan leluasa.
62
Dengan tampilnya foto-foto yang sangat indah ini diharapkan minat dari
kalangan muda terpelajar, khususnya kaum muda peranakan Tionghoa
menjadi tergugah.
Seperti diakui oleh penulisnya, buku ini adalah sebuah penelitian
awal. Masih banyak ikhwal Wayang Potehi yang belum tergali. Namun
penulis harus berkejaran dengan waktu, karena para narasumber sudah pada
renta. Bahkan beberapa sudah tak lagi bisa diwawancarai karena sudah
menghadap sang Khalik, seperti Dalang Thio Tiong Gie dari Semarang yang
wafat baru-baru ini.
2. Coffee Table Book Geliat seni pertunjukan BALI
Buku ini menyajikan tentang sebuah gambaran umum tentang
perubahan dan pembaharuan seni pertunjukan Bali dari dalam kurun waktu
kurang lebih selama tiga dekade terakhir ini, dari awal tahun 1980 sampai
dengan tahun 2010 Dengan menjadikan sejumlah genre-genre seni
pertunjukan seperti : Pedalangan, Tari, Karawitan, dan Drama terutama di
kelompok seni balih-balihan. Sebagai dasar pijak, penulis mengharapkan buku
ini mampu menyajikan realita kehidupan seni pertunjukan Bali yang selama
ini belum banyak di ungkap. Selain itu,didalam buku ini kebanyakan
mengenai seni budaya Bali yang selama ini yang lebih banyak menyajikan
tentang kreatifitas para seniman bali dari masa lampau dengan menampilkan
unsur-unsur eksotik, keunikan , serta peranan seni di dalam kehidupan
masyarakat Bali. Semua ulasan ini belum memberikan tentang gambaran
secara utuh atas keberadaan seni pertunjukan di Bali.
63
Di dalam seni pertunjukan bali perlu banyak pembelajaran yang
mendasar dari satu persatu tentang pertunjukan seni bali, karena dalam seni
pertunjukan bali cukup banyak pembaharuan yang terjadi karena kreatifitas
seniman bali banyak perkembangan. Baik dari segi pembaruan yang dinamis
serta sifat yang berbeda-beda. Sejak kurang lebih dari tiga puluh lima tahun
terakhir , dari awal tahun 1980 sampai dengan 2010 gerak kehidupan seni
pertunjukan Bali memperlihatkan berbagai perubahan yang cukup mendasar
serta di semarakan oleh munculnya berbagai jenis-jenis karya baru yang
menawarkan cita rasa, konsep-konsep,dan pola-pola garap yang menunjukan
adanya lompatan atau terobosan kreatif yang cukup berani dalam kreatifitas
yang tinggi.namun karya karya yang muncul di era sekarang jugan merupakan
proses daur ulang dari bentuk-bentuk karya seni yang pertunjukan yang sudah
ada. Walau pun wujud fisiknya tampak berbeda, sesungguhnya secarab
konsep artistic, struktur formal, dan prinsip estetik karya-karya tersebut masih
sangat melekat dengan genre-genre seni pertunjukan tradisional Bali dari
masa-masa sebelumnya. Realita kehidupan seni pertunjukan tradisional yang
64
“minus” karya-karya besar menujukan bahwa dewasa ini perkembangan seni
pertunjukan bali tengah kehilangan daya vital kreatifitas dan semangat dobrak
inovatif juka tidak mau di katakana mengalami masa ketenggelaman.maka
dari itu penulis mencoba menjabarkan dalam buku agar kreatifitas para
seniman bali kembali menggarap suatu seni pertunjukan yang mendobrak,dan
memiliki inovasi yang baru.
Kelebihan buku ini yaitu menjelaskan tentang perkembangan seni
pertunjukan dan mengkitik tentang perkembangan seni di masai ini.
Kekurangan buku ini adalah kurangnya tentang penjelasan tentang
hubungan dari seni pertunjukan secara keseluruhan.
D. Analisa SWOT
Analisa SWOT dimaksudkan untuk mengetahui dan mengambil
kesimpulan dari data fisik obyek perancangan maupun kompetitor, yaitu
metode untuk mencari kekuatan (strenght), kelemahan (weakness),
kesempatan (opportunity), dan ancaman (threat).
SWOT
Coffee Table
Book “ Wayang
Potehi Gudo”
Coffee Table Book
“Geliat Seni
Pertunjukkan Bali”
Coffee Table Book
“Karya-Karya Besar
Sanggar Tari Soeryo
Soemirat”
Strength
(Kekuatan)
1. Menampilkan
kesenian wayang
Potehi klasik.
1. Memberikan nilai
positif kepada
masyarakat tentang
perkembangan dan
1. Menggunakan
pertunjukan seni tari
klasik yang
mengangkat tarian
65
2. Keberadaan
wayang Potehi
sudah lama
dikenal
3. Dibantu oleh
investor cina di
seluruh Indonesia.
pelestarian kesenian
di Bali.
2. Mendapatkan
simpati penuh dari
Pemprov Bali.
3. Wilayah jangkauan
promosi pariwisata
dan ekonomi cukup
luas.
sakral.
2. Merupakan sanggar
tari yang sudah
dikenal, paling senior,
akrab, dan setiap
karyanya selalu
ditunggu-tunggu di
kalangan masyarakat.
3. Mendapatkan
simpati dari berbagai
pecinta budaya.
Weakness
(Kelemahan)
1. Hanya
menampilkan
salah satu jenis
budaya, yakni
Wayang Potehi.
2. Konsep
Wayang Potehi
kurang begitu
variatif
1. Kurangnya
penjelasan
tentang tarian
yang
ditampilkan.
2. Konsep buku
kurang
menarik.
3. Buku hanya
didistribusikan
1. Lokasi
berlangsungnya
event yang
menampilkan
tarian sakral hanya
dilakukan di satu
lokasi saja
2. Buku hanya
didistribusikan
untuk kalangan
66
dikarenakan
hanya
menampilkan
kebudayaan cina.
3. Wayang potehi
hanya digelar di
tempat tertentu.
untuk kalangan
tertentu
tertentu.
Opportunity
(Kesempatan)
1. Ketertarikan
masyarakat untuk
menikmati
pertunjukan
wayang potehi ini
lebih besar karena
sudah jarang
diselenggarakan.
2. Semakin
banyak
masyarakat yang
ingin mempelajari
kesenian Wayang
Potehi.
1. Ketertarikan
masyarakat
dalam
membantu
pelestarian
budaya Bali.
2. Semakin
banyak
masyarakat
yang ingin
mengetahui
cara pelestarian
budaya di Bali.
1. Ketertarikan
masyarakat dalam
menghadiri, dan
menikmati karya yang
telah diciptakan oleh
Sanggar Tari Soeryo
Soemirat.
2. Semakin banyaknya
masyarakat yang ingin
mengetahui informasi
mengenai pertunjukan
seni tari tradisional di
Solo.
67
Threat
( Ancaman)
1. Munculnya
beragam
budaya
modern yang
mulai di
hadirkan
sehingga bisa
memudarkan
lagi kesenian
potehi.
1. Banyaknya
ragam modernisasi
yang dilakukan
oleh masyarakat
pendatang di Bali,
sehingga
memudarkan
kebudayaan asli
masyarakat Bali,
1. Maraknya event
event budaya yang
menganut unsur
modern.( contohnya :
Cosplay Festival,
Korean Festival)
E. Unique Selling Prepositioning (USP)
USP (Unique Selling Preposition) adalah sesuatu hal/ kelebihan/
keunggulan dari suatu karya dimana keunggulan tersebut diekspos dan
ditonjolkan sehingga bisa menjadi satu pengingat dan menjadi ciri khas dari karya
tersebut. USP ini dapat berupa perbedaan dari buku yang sejenis atau dapat juga
sesuatu yang dimiliki oleh buku sejenis tapi tidak diolah dengan baik. USP yang
baik bisa juga menjadi positioning bagi suatu produk, karena USP biasanya
cenderung unik atau paling tidak lain daripada yang lain, sehingga lebih kuat
melekat di benak audience.
USP dari Coffee Table Book “Karya Karya Besar Sanggar Tari Klasik
Soeryo Soemirat” yaitu menyajikan betapa luas dan beragam nya jenis kesenian
tradisional yang disuguhkan diantaranya adalah seni tari tradisional, dan seni
68
sendratari yang tidak menutup kemungkinan akan merambah ke cabang seni yang
lain, yang dimana belum ada buku sejenis yang pernah terbit di Kota Solo. Selain
itu, keunggulan dari Coffee Table Book “Karya Karya Besar Sanggar Tari Klasik
Soeryo Soemirat” ini adalah disajikan dalam dua bahasa, yakni dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris. Maka, isi dari buku yang memiliki sebagian besar
target audience dari luar negeri ini akan lebih dapat tersampaikan dan dapat
diterima dengan baik. Keunggulan lain yang dimiliki buku ini adalah penyajian
yang unik dengan menampilkan dokumentasi foto dalam ukuran jumbo yang
dikemas hanya dengan buku ukuran 25 cm x 30 cm yang isinya berbagai jenis
kebudayaan asli Indonesia yang berkolaborasi dengan seni tari tradisonal dari
kebudayaan jawa, yang Penulis harap dapat menjadi mercusuar otentik dari Solo
untuk lebih dikenal oleh masyarakat dunia.
F. Positioning
Positioning merupakan sebuah langkah untuk menenmpatkan karya
tersebut dalam benak masyarakat sebagai karya yang dapat memenuhi kepuasan
audience. Positioning bertujuan untuk membentuk dan membangun citra (image)
yang positif.
Positioning dari Coffee Table Book “Karya Karya Besar Sanggar Tari
Klasik Soeryo Soemirat” ini adalah sebagai informasi, dokumentasi otentik dan
sebagai ruang pertemuan beragam seni tari tradisonal Jawa untuk kemudian
menyuarakan pelestarian kebudayaan. Melalui buku ini, Solo akan menjadi
jembatan bertemunya berbagai ragam bentuk dan jenis kesenian yang ada dalam
69
wilayah seni pertunjukan, khususnya seni tari. Maka buku ini akan menjadi wajah
baru dari Kota Solo yang akan semakin terkukuhkan sebagai Kota Budaya.