BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.ta.uns.ac.id · kemudian di sadari ada tujuan yang lebih besar...

23
47 BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Fisik Sanggar Tari Solo merupakan kota penuh nuansa sejarah dan budaya, memilki tradisi Jawa yang dibanggakan masyakatnya. Sebuah tempat yang akan membuat Anda terkesima dengan beragam atraksi warisan budaya Jawa kuno. Sebagai salah satu kota terbesar di Jawa Tengah, Solo adalah kota sejuta pesona yang sarat dengan beragam warisan budaya yang tersebar di seantero kota. Di kota ini terdapat kompleks istana keraton Jawa yang luas dan megah, yakni Keraton Mangkunegaran. Keraton Mangkunegaran punya sejarah ratusan tahun lamanya, dan sesungguhnya berasal dari akar yang sama dengan Keraton Kasunan. Letak kompleks keraton ini pun berada ditengah jantung Kota Solo. Keraton Mangkunegaran terbuka untuk umum setiap hari, dan pada hari-hari tertentu upacara-upacara tradisional yang amat khas diadakan oleh lingkungan keraton. Di Keraton Mangkunegaran pun terdapat salah satu sanggar tari Jawa klasik dan modern, Sanggar Tari Soeryo Soemirat. Awalnya sanggar tari ini hanya mengampu tarian klasik saja, namun seiring berjalannya waktu, sanggar tari ini berkembang dan memiliki anak sanggar tari modern yang bernama Sanggar Tari Kinarya Soeryo Soemirat. Berdirinya Sanggar Tari Soeryo Soemirat berawal dari sebuah ide yang dikeluarkan oleh Alm. GPH.RG.Herwasto Kusumo, yang merupakan adik

Transcript of BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.ta.uns.ac.id · kemudian di sadari ada tujuan yang lebih besar...

47

BAB III

IDENTIFIKASI DATA

A. Data Fisik Sanggar Tari

Solo merupakan kota penuh nuansa sejarah dan budaya, memilki tradisi

Jawa yang dibanggakan masyakatnya. Sebuah tempat yang akan membuat Anda

terkesima dengan beragam atraksi warisan budaya Jawa kuno. Sebagai salah satu

kota terbesar di Jawa Tengah, Solo adalah kota sejuta pesona yang sarat dengan

beragam warisan budaya yang tersebar di seantero kota. Di kota ini terdapat

kompleks istana keraton Jawa yang luas dan megah, yakni Keraton

Mangkunegaran. Keraton Mangkunegaran punya sejarah ratusan tahun lamanya,

dan sesungguhnya berasal dari akar yang sama dengan Keraton Kasunan. Letak

kompleks keraton ini pun berada ditengah jantung Kota Solo. Keraton

Mangkunegaran terbuka untuk umum setiap hari, dan pada hari-hari tertentu

upacara-upacara tradisional yang amat khas diadakan oleh lingkungan keraton. Di

Keraton Mangkunegaran pun terdapat salah satu sanggar tari Jawa klasik dan

modern, Sanggar Tari Soeryo Soemirat. Awalnya sanggar tari ini hanya

mengampu tarian klasik saja, namun seiring berjalannya waktu, sanggar tari ini

berkembang dan memiliki anak sanggar tari modern yang bernama Sanggar Tari

Kinarya Soeryo Soemirat.

Berdirinya Sanggar Tari Soeryo Soemirat berawal dari sebuah ide yang

dikeluarkan oleh Alm. GPH.RG.Herwasto Kusumo, yang merupakan adik

48

kandung dari Sri Paduka Mangkunagoro IX dan juga beliau mengawali kariernya

dalam dunia seni. Pendiri dari Sanggar Tari Soeryo Soemirat sendiri selain Alm.

GPH.RG Herwasto Kusumo, juga dibantu oleh rekan-rekan sejawatnya yang

tertarik akan seni tari mencoba untuk membentuk sebuah sanggar tari yang

tepatnya pada Hari Jumat, 2 Oktober 1982 dengan cendro sengkolo “Astaning

Taksaka Gapuraning Radityo” (1891-1982) di Pura Mangkunegaran. “Tujuan

awal Soeryo Soemirat sebenarnya menjadi tempat mencetak penari istana, tapi

kemudian di sadari ada tujuan yang lebih besar lagi, yakni melestarikan budaya”,

Kata Alm. GPH.RG Herwasto Kusumo saat itu. Sanggar tari ini berdiri atas restu

Almarhum KGPAA. Mangkunagoro VIII. Kemudian pencetus berdirinya Sanggar

Tari Soeryo Soemirat adalah sebagai berikut :

1. Alm. GPH.R. Herwasto Kusumo

2. G.R.Ay. Retno Astrini

3. Drs. Kurniadi Arif

4. Drs. Joko Budi Santoso

5. Wisnu Wicaksono

6. Wahyu Nugroho, S.H

7. Suryani Handayani, S.E

Sanggar Tari Soeryo Soemirat sendiri didalamnya ada 2 bagian yaitu Tari

Klasik Jawa Solo dan saat ini Tari Modern/Kreasi. Sanggar Tari Soeryo Soemirat

megutamakan Tari Jawa Klasik Solo, sedangkan untuk tarian modern/ kreasi

mereka memiliki sanggar sendiri yang dinamakan Sanggar Tari Kinarya Soeryo

Soemirat. Kedua sanggar tari ini memiliki keunggulan tersendiri dimana mereka

49

menonjolkan kelebihan masing masing di bidang pelestraian budaya melalui

tarian, baik klasik atau modern. Sanggar Tari Soeryo Soemirat untuk saat ini

dipimpin oleh Bapak Jonet Sri Kuncara, S.Kar., M.Sn. selaku Ketua Umum

sekaligus guru tari di Sanggar Tari Soeryo Soemirat. Beliau selain mengabdi pada

Sanggar Tari Soeryo Soemirat, juga mengajar tari sebagai dosen di Kampus

Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI) jurusan Seni Tari. Sanggar Tari Soeryo

Soemirat berada di lokasi Istana Pura Mangkunegaran Surakarta yang beralamat

di Jalan Ronggowarsito No.141 Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.

Sanggar Tari Soeryo Soemirat ini selain mendapat dukungan dari pihak

Istana Mangkunegaran, juga berdiri dan terlaksana atas dukungan penuh dari

Pemerintah Surakarta serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Sehingga mereka

dapat terus mengembangkan Sanggar Tari Soeryo Soemirat ini di Jaman modern

seperti sekarang ini. Namun sayangnya keberadaan Sanggar Tari Soeryo Soemirat

ini susah di temukan karena berada di dalam Istana Mangkunegaran, dimana tidak

semua orang tahu bahwa ada sanggar tari klasik dan modern yang bisa kita

pelajari ilmunya untuk menambah pengetahuan budaya kita di jaman sekarang.

Berikut adalah jadwal latihan dari Sanggar Tari Soeryo Soemirat,

1. Untuk Hari Senin – Sabtu, pukul 15.00-17.00 WIB di Pura Prangwedanan

Istana Mangkunegaran Surakarta dilaksanakan latihan untuk Tari Klasik Jawa

Solo usia Dewasa dan Remaja.

2. Untuk Hari Selasa dan Jumat, pukul 16.00-18.00 WIB di Pendopo Ageng Pura

Istana Mangkunegaran Surakarta dilaksanakan latihan Tari Kreasi/ Modern

juga Klasik untuk usia anak-anak.

50

Ada tingkatan dalam latihan tari di Sanggar Soeryo Soemirat. Setiap

pertama masuk, penari akan diajarkan tari dasar seperti tarian gembira, kipas, dan

pang pung. Selanjutnya setiap empat bulan sekali, pelatih akan melakukan

evaluasi terhadap siswa-siswa yang belajar di Sanggar Soeryo Soemirat. Dalam

proses evaluasi itu, penari yang sudah menguasai tarian dasar akan diajarkan

tarian yang lebih rumit seperti Tari Kidang, Tari Kupu, atau Golek Sri Rejeki,

hingga akhirnya menreka bisa menguasai tarian yang gerakannya tergolong sangat

rumit seperti contohnya Tari Srimpi, tari Bedhaya Ketawang, Tari Gambyong,

dan lain-lain.

Untuk fasilitas, Sanggar Soeryo Soemirat memiliki seperangkat alat

gamelan yang digunakan sebagai musik pengiring dari Tari Klasik Jawa Solo.

Sanggar Tari Soeryo Soemirat juga memiliki grup karawitan sendiri yang

dipimpin oleh Bapak Dedeh Wahyudi Sutrisna, dimana beliau selalu mengiringi

Sanggar Tari Soeryo Soemirat di setiap event ataupun pesta perayaan dan upacara

adat yang terlaksana selama ini.

Untuk dana dalam mengikuti event-event Sanggar Soeryo Soemirat sendiri

dibantu oleh pihak Pemerintah Kota Surakarta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

serta akan mencari dana sponsor untuk membiayai event-event yang sanggar ikuti.

Terutama untuk event-event berskala Internasional, Sanggar Tari Soeryo Soemirat

akan mencari dana sponsor untuk menutup pembiayaan tersebut. Para Penari yang

aktif biasanya akan terus diikut sertakan dalam setiap event bahkan event

Internasional sekalipun.

51

1. Daftar Nama Pengurus, Pengajar Tari dan Staf Sanggar Tari Soeryo

Soemirat

a. Jonet Sri Kuncoro, S.Kar., M.Sn.

b. Sutrisno, S.Sn.

c. Purwanto, S.Sn.

d. Esty Andrini, S.Sn., M.Si.

e. Saryanti, S.Sos., M.Si.

f. Erni Mulyanti, S.Sn.

g. Kurniati, S.Sn.

h. Lestari, S.Sn

i. Sri Suwanti

j. Dona Ginanjar, S.Sn

k. Tatik, S.Sn

l. Aloysia Neneng Yulianti, S.Sn

m. Ningtyas, S.Sn

n. Juliah

o. Ricky

p. Kristanto, S.Pd.

2. Prestasi Sanggar Tari

Beberapa karya besar yang sudah lahir dari Sanggar Tari Soeryo Soemirat

telah dipamerkan dalam beberapa ajang event besar berskala nasional maupun

internasional. Salah satu event yang pernah diikuti oleh Sanggar Tari Soeryo

Soemirat adalah keikutsertaanya dalam Program Dinas Kebudayaan dan

52

Pariwisata Suarakrta yaitu “Misi Kesenian” yang dilakukan road show ke

berbagai belahan dunia demi memperkenalkan tarian tradisional Jawa. Negara-

Negara yang menjadi tujuan Sanggar tari Soeryo Soemirat adalah Negara Jepang,

Perancis, Wina, Morocco, Moscow, Malaysia, Inggris, dan Juga Singapura.

Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tahun yang berbeda. Selain itu dana dari

kegiatan “Misi Kesenian” ini berasal dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 1: Bersama GPH.RG. Herwasto Kusumo dalam Acara “Misi Kesenian” yang

dilaksanakan di Wina, Austria tahun 2004.

Sumber : Dok.Soeryo Soemirat

Gambar 2 : Para Penari Bedhaya Soeryo Soemirat dari Sanggar Tari Soeryo Soemirat pada saat

Acara “Misi Kesenian” di Perancis tahun 2005.

Sumber: Dok.Soeryo Soemirat

53

Selain itu, Sanggar Tari Soeryo Soemirat juga ikut serta dalam beberapa

pementasan luar biasa yang dilakukan berbagai daerah, yaitu,

a. Ajang penutupan Acara Miss World di Bali tahun 2013

Gambar 3 : Logo Miss World Indonesia di Bali tahun 2013

Sumber : www.visitindonesia.com

Gambar 4 : Kedua penari dari Sanggar Soeryo Soemirat berfoto bersama salah satu finalis

Miss World tahun 2013 di Nusa Dua, Bali.

Sumber : Dok. Soeryo Soemirat

b. PORSENI pada tahun 2014, yang dilakukan di Semarang oleh beberapa

penari dari Sanggar Soeryo Soemirat. Kegiatan tersebut mendapat dukungan

penuh dari pihak Pemerintah Kota Surakarta, sehingga dalam

54

penyelenggaraanya Sanggar Tari Soeryo Soemirat tidak mengeluarkan

pendanaan untuk acara ini.

c. Mengikuti ajang Festival Wayang Bocah yang diselenggarakan di Kota

Semarang pada tahun 2012.

d. Pagelaran Tari Ramayana yang rutin dilaksanakan setiap bulan di Taman

Balekambang Surakarta. Beberapa sanggar tari yang ada di Kota Solo juga

ikut serta dalam penyelenggaran acara tersebut.

e. Sanggar Tari Soeryo Soemirat selalu tiap tahunnya menjadi tuan rumah bagi

terselenggaranya program pertukaran pelajar dari Kementrian Kebudayaan

Indonesia, BSBI (Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia) dimana Sanggar Tari

Soeryo Soemirat sebagai perwakilan Kota Solo untuk memberikan wadah

bagi peserta BSBI memahami Kebudayaan Jawa, khususnya Kebudayaan

Surakarta. Program ini telah berlangsung selama 7 tahun berturut-turut.

Dimulai pada tahun 2006 hingga sekarang sudah ada 7 angkatan alumni

BSBI.

Gambar 5 : Logo Indonesian Arts and Culture Scholarship (IACS)

Sumber : www.facebook.com/iacs.bsbi

f. Event besar lain yang diselenggarakan oleh Sanggar Tari Soeryo Soemirat

adalah salah satunya “Mangkunegaran Performing Arts” yang dilaksanakan

55

pada Bulan September 2014. Pengisi acara dalam pementasan tersebut adalah

dari siswa-siswa Sanggar Tari Soeryo Soemirat dan beberapa siswa

Pertukaran Pelajar Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) tahun 2014

yang sedang belajar selama 3 bulan di Sanggar Tari Soeryo Soemirat.

Gambar 6 : Pamflet acara Mangkunegaran Performing Arts 2014

Sumber : Dok.Soeryo Soemirat

g. Event besar lainnya adalah pementasan Wayang Orang Seribu Bintang

(WOSBI) yang di sponsori oleh Djarum Foundation dan beberapa perusahaan

besar lainnya di Studio RRI Surakarta yang mengangkat judul

“Mustakaweni”. Dimana event ini terlaksana pada Bulan November 2014

lalu. Event ini adalah salah satu event terbesar yang diikuti oleh Sanggar Tari

Soeryo Soemirat selama 2014 ini.

56

Gambar 7 : Pamflet acara WOSBI 2014

Sumber : Dok.Soeryo Soemirat

Sebagai wadah yang menampung bakat dan kemampuan dari generasi

muda di bidang seni tari, Sanggar tari Soeryo Soemirat memiliki tujuan

menanamkan rasa cinta dan kepedulian terhadap nilai kebudayaan, melahirkan

generasi penerus kesenian, mendidik, membina, membimbing anak-anak maupun

remaja dalam menyalurkan bakat dan kreatifitas mereka sebagai proses

pembelajaran melalui seni tari. Namun sangat disayangkan bahwa Sanggar Tari

Soeryo Soemirat ini belum pernah melakukan promosi mengenai sanggar tari ini

sendiri secara personal kepada khalayak umum. Kegiatan promosi dilakukan

hanya pada saat terjadi event yang akan dilaksanakan saja. Oleh sebab itu penulis

berharap dapat membuat sebuah rancangan “Coffee-Table Book” yang nanti dapat

57

digunakan oleh pihak Sanggar Tari Soeryo Soemirat sebagai media promosi

sanggar mereka.

A. Identifikasi Data Penerbit

1. Lestude ( Lembaga Studi Desain )

Peradaban terbuka global telah menjadi isu penting di pelbagai negara

terutama menginjak awal abad ke-21. Isu tersebut diprediksi akan menciptakan

blok-blok perdagangan, globalisasi permodalan, kebebasan pasar yang lebih

canggih, disamping juga pemajemukan budaya, pembauran budaya, maupun

perlawanan budaya; baik di dalam negeri, kawasan regional, maupun

internasional. Kondisi tersebut diduga sebagai penyebab terciptanya kondisi

‘dunia tanpa batas’ (bordeless world) yang membuat lepas bebas arus informasi

dan budaya dari satu negara ke negara lain.

Desain merupakan tanda perkembangan sebuah budaya. Merupakan

pemecahan masalah dalam yang memadukan teknologi dan estetika. Bruce Archer

mengutarakan bahwa desain adalah salah satu bentuk kebutuhan badani dan

rohani manusia yang dijabarkan melalui pelbagai bidang pengalaman, keahlian

58

dan pengetahuannya yang mencerminkan perhatian pada apresiasi dan adaptasi

terhadap sekelilingnya. Walaupun dunia desain tak berbatas, tetapi ada batasan

wilayah profesi yang berlaku secara internasional, yaitu Desain Produk Industri

(Industrial Design), Desain Grafis (Graphic Design), Desain Interior (Interior

Design), dan Desain Tekstil (Textile Design). Sedangkan bidang profesi lainnya

seperti Arsitektur (Building Design) dan Rancang Bangun (Engineering Design)

dan lain sebagainya masih tetap sebagai bagian desain dalam arti yang luas.

a. Profile LeStuDe

Lembaga Studi Desain atau LeStuDe merupakan lembaga independen

yang bergerak dalam usaha pengembangan desain dari sisi keilmuan dan

kekaryaan desain. Sebagai sebuah lembaga studi, LeStuDe mengembangkan

4 bidang kegiatan yang semuanya mengarah pada pengembangan keilmuan

dan kekaryaan desain; yaitu :

1) Divisi Pendidikan

2) Divisi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

3) Divisi Publikasi

4) Divisi Kreatif

b. Tujuan LeStuDe

1) Meningkatkan apreasi masyarakat pada dunia desain.

2) Meningkatkan nilai/value desainer & karya desain di mata masyarakat.

3) Meningkatkan peranan desain pada berbagai aspek kehidupan di

masyarakat.

c. Kegiatan LeStuDe

59

1) Pendidikan desain melalui pelatihan, workshop, short course, diskusi dll.

2) Pelaksanaan Penelitian dan pengabdian masyarakat dalam bidang desain.

3) Penerbitan new letter, komik, majalah, jurnal dan buku desain.

4) Pengadaan perpustakaan, Research & Development.

5) Sosialisasi/campaign/promosi.

d. Alamat LeStuDe

Jl. Melati No. 7 (belakang RS. Kasih Ibu ) Purwosari Solo 57142

0271 731656 // 7037775 // 0818251635

[email protected]

B. Kompetitor

Perkembangan Coffee-Table Book mengenai pengarsipan seni tari dan

pertunjukan budaya masih sangat minin di Indonesia, terlebih di Kota Solo. Hal

ini dikarenakan peminat untuk belajar tari berkurang serta tidak adanya wadah

bagi mereka untuk mengumpulkan data budaya yang ada.. Namun di kalangan

Internasional masih ada beberapa Coffee-Table Book yang berisi tentang

pertunjukkan budaya maupun seni tari. Dalam sebuah penelitian studi kasus, maka

diperlukan data-data lain yang dapat dijadikan komparasi atau pembanding dari

obyek utama. Data-data komparasi dimaksudkan untuk mencari kelemahan dan

kelebihan dari obyek utama. Yang menjadi obyek komparasi disini adalah Coffee

Table Book Wayang Potehi Gudo: Seni Pertunjukan Peranakan Tionghoa di

Indonesia dan Coffee Table Book Geliat seni pertunjukan BALI.

60

1. Coffee Table Book Wayang Potehi Gudo: Seni Pertunjukan Peranakan

Tionghoa di Indonesia

Setiap komunitas selalu memiliki budaya. Budaya tersebut

dikembangkan berdasarkan pengalaman hidup mereka dengan alam dan

sesamanya. Budaya tersebut akan terus berkembang secara dinamis. Budaya

akan selalu diperbaharui berdasarkan pengalaman hidup komunitas tersebut.

Termasuk apabila komunitas tersebut harus berpindah tempat tinggal. Itulah

sebabnya tidak heran apabila sekelompok komunitas yang karena suatu hal

harus meninggalkan tempat asalnya masih membawa berbagai budaya yang

sudah menjadi bagian dari cara hidup mereka. Contohnya adalah komunitas

Tionghoa yang ada di Jawa.

Komunitas Tionghoa yang bermigrasi ke Jawa membawa serta

budayanya. Salah satu budaya tersebut adalah seni pertunjukan wayang, yang

dikenal dengan nama Wayang Potehi. Wayang Potehi awalnya pertunjukan

wayang Potehi hanya dilakukan di klenteng-klenteng sebagai bagian dari

ritual pemujaan. Komunitas Tionghoa di Jawa melakukan ritual pemujaan

kepada para dewa dan arwah leluhur dengan salah satunya pertunjukan

wayang. Wayang Potehi menggunakan cerita-cerita kepahlawanan Tiongkok

masa lalu. Tiga cerita yang sering dipentaskan adalah cerita tentang Sie Jin

Kwi, Sampek Engtai dan Sam Kok.

Supaya pertunjukan wayang Potehi bisa dinikmati oleh masyarakat

Jawa, maka pertunjukan wayang Potehi menggunakan Bahasa Indonesia

61

bercampur Bahasa Jawa. Namun demikian untuk suluk masih menggunakan

Bahasa Hokian.

Diyakini Wayang Potehi masuk ke Jawa pada tahun 1880-an. Namun

sejak tahun 1967, pementasan Wayang Potehi menjadi semakin jarang.

Khususnya di kota-kota besar, seperti Jakarta, Solo dan Surabaya. ‘Larangan’

pemerintah terhadap budaya Cina menjadikan pagelaran wayang Potehi juga

terkena dampak. Syukurlah, di sebuah kota kecamatan di Jawa Timur,

tepatnya di Gudo, pementasan wayang Potehi ini masih terus bisa dilestarikan.

Ketika era Gus Dur, budaya Cina diijinkan untuk ditampilkan kembali

di muka umum. Sayangnya, jumlah dalang wayang Potehi telah banyak

berkurang. Hanya tinggal segelintir orang saja yang masih bisa mendalang

Potehi. Itupun rata-rata usianya telah renta. Sedangkan kaum muda peranakan

Tionghoa, pada umumnya telah tidak peduli kepada kesenian ini.

Pilihan format coffee table book adalah tepat. Format ini

memungkinkan gambar-gambar/foto-foto bisa ditampilkan dengan leluasa.

62

Dengan tampilnya foto-foto yang sangat indah ini diharapkan minat dari

kalangan muda terpelajar, khususnya kaum muda peranakan Tionghoa

menjadi tergugah.

Seperti diakui oleh penulisnya, buku ini adalah sebuah penelitian

awal. Masih banyak ikhwal Wayang Potehi yang belum tergali. Namun

penulis harus berkejaran dengan waktu, karena para narasumber sudah pada

renta. Bahkan beberapa sudah tak lagi bisa diwawancarai karena sudah

menghadap sang Khalik, seperti Dalang Thio Tiong Gie dari Semarang yang

wafat baru-baru ini.

2. Coffee Table Book Geliat seni pertunjukan BALI

Buku ini menyajikan tentang sebuah gambaran umum tentang

perubahan dan pembaharuan seni pertunjukan Bali dari dalam kurun waktu

kurang lebih selama tiga dekade terakhir ini, dari awal tahun 1980 sampai

dengan tahun 2010 Dengan menjadikan sejumlah genre-genre seni

pertunjukan seperti : Pedalangan, Tari, Karawitan, dan Drama terutama di

kelompok seni balih-balihan. Sebagai dasar pijak, penulis mengharapkan buku

ini mampu menyajikan realita kehidupan seni pertunjukan Bali yang selama

ini belum banyak di ungkap. Selain itu,didalam buku ini kebanyakan

mengenai seni budaya Bali yang selama ini yang lebih banyak menyajikan

tentang kreatifitas para seniman bali dari masa lampau dengan menampilkan

unsur-unsur eksotik, keunikan , serta peranan seni di dalam kehidupan

masyarakat Bali. Semua ulasan ini belum memberikan tentang gambaran

secara utuh atas keberadaan seni pertunjukan di Bali.

63

Di dalam seni pertunjukan bali perlu banyak pembelajaran yang

mendasar dari satu persatu tentang pertunjukan seni bali, karena dalam seni

pertunjukan bali cukup banyak pembaharuan yang terjadi karena kreatifitas

seniman bali banyak perkembangan. Baik dari segi pembaruan yang dinamis

serta sifat yang berbeda-beda. Sejak kurang lebih dari tiga puluh lima tahun

terakhir , dari awal tahun 1980 sampai dengan 2010 gerak kehidupan seni

pertunjukan Bali memperlihatkan berbagai perubahan yang cukup mendasar

serta di semarakan oleh munculnya berbagai jenis-jenis karya baru yang

menawarkan cita rasa, konsep-konsep,dan pola-pola garap yang menunjukan

adanya lompatan atau terobosan kreatif yang cukup berani dalam kreatifitas

yang tinggi.namun karya karya yang muncul di era sekarang jugan merupakan

proses daur ulang dari bentuk-bentuk karya seni yang pertunjukan yang sudah

ada. Walau pun wujud fisiknya tampak berbeda, sesungguhnya secarab

konsep artistic, struktur formal, dan prinsip estetik karya-karya tersebut masih

sangat melekat dengan genre-genre seni pertunjukan tradisional Bali dari

masa-masa sebelumnya. Realita kehidupan seni pertunjukan tradisional yang

64

“minus” karya-karya besar menujukan bahwa dewasa ini perkembangan seni

pertunjukan bali tengah kehilangan daya vital kreatifitas dan semangat dobrak

inovatif juka tidak mau di katakana mengalami masa ketenggelaman.maka

dari itu penulis mencoba menjabarkan dalam buku agar kreatifitas para

seniman bali kembali menggarap suatu seni pertunjukan yang mendobrak,dan

memiliki inovasi yang baru.

Kelebihan buku ini yaitu menjelaskan tentang perkembangan seni

pertunjukan dan mengkitik tentang perkembangan seni di masai ini.

Kekurangan buku ini adalah kurangnya tentang penjelasan tentang

hubungan dari seni pertunjukan secara keseluruhan.

D. Analisa SWOT

Analisa SWOT dimaksudkan untuk mengetahui dan mengambil

kesimpulan dari data fisik obyek perancangan maupun kompetitor, yaitu

metode untuk mencari kekuatan (strenght), kelemahan (weakness),

kesempatan (opportunity), dan ancaman (threat).

SWOT

Coffee Table

Book “ Wayang

Potehi Gudo”

Coffee Table Book

“Geliat Seni

Pertunjukkan Bali”

Coffee Table Book

“Karya-Karya Besar

Sanggar Tari Soeryo

Soemirat”

Strength

(Kekuatan)

1. Menampilkan

kesenian wayang

Potehi klasik.

1. Memberikan nilai

positif kepada

masyarakat tentang

perkembangan dan

1. Menggunakan

pertunjukan seni tari

klasik yang

mengangkat tarian

65

2. Keberadaan

wayang Potehi

sudah lama

dikenal

3. Dibantu oleh

investor cina di

seluruh Indonesia.

pelestarian kesenian

di Bali.

2. Mendapatkan

simpati penuh dari

Pemprov Bali.

3. Wilayah jangkauan

promosi pariwisata

dan ekonomi cukup

luas.

sakral.

2. Merupakan sanggar

tari yang sudah

dikenal, paling senior,

akrab, dan setiap

karyanya selalu

ditunggu-tunggu di

kalangan masyarakat.

3. Mendapatkan

simpati dari berbagai

pecinta budaya.

Weakness

(Kelemahan)

1. Hanya

menampilkan

salah satu jenis

budaya, yakni

Wayang Potehi.

2. Konsep

Wayang Potehi

kurang begitu

variatif

1. Kurangnya

penjelasan

tentang tarian

yang

ditampilkan.

2. Konsep buku

kurang

menarik.

3. Buku hanya

didistribusikan

1. Lokasi

berlangsungnya

event yang

menampilkan

tarian sakral hanya

dilakukan di satu

lokasi saja

2. Buku hanya

didistribusikan

untuk kalangan

66

dikarenakan

hanya

menampilkan

kebudayaan cina.

3. Wayang potehi

hanya digelar di

tempat tertentu.

untuk kalangan

tertentu

tertentu.

Opportunity

(Kesempatan)

1. Ketertarikan

masyarakat untuk

menikmati

pertunjukan

wayang potehi ini

lebih besar karena

sudah jarang

diselenggarakan.

2. Semakin

banyak

masyarakat yang

ingin mempelajari

kesenian Wayang

Potehi.

1. Ketertarikan

masyarakat

dalam

membantu

pelestarian

budaya Bali.

2. Semakin

banyak

masyarakat

yang ingin

mengetahui

cara pelestarian

budaya di Bali.

1. Ketertarikan

masyarakat dalam

menghadiri, dan

menikmati karya yang

telah diciptakan oleh

Sanggar Tari Soeryo

Soemirat.

2. Semakin banyaknya

masyarakat yang ingin

mengetahui informasi

mengenai pertunjukan

seni tari tradisional di

Solo.

67

Threat

( Ancaman)

1. Munculnya

beragam

budaya

modern yang

mulai di

hadirkan

sehingga bisa

memudarkan

lagi kesenian

potehi.

1. Banyaknya

ragam modernisasi

yang dilakukan

oleh masyarakat

pendatang di Bali,

sehingga

memudarkan

kebudayaan asli

masyarakat Bali,

1. Maraknya event

event budaya yang

menganut unsur

modern.( contohnya :

Cosplay Festival,

Korean Festival)

E. Unique Selling Prepositioning (USP)

USP (Unique Selling Preposition) adalah sesuatu hal/ kelebihan/

keunggulan dari suatu karya dimana keunggulan tersebut diekspos dan

ditonjolkan sehingga bisa menjadi satu pengingat dan menjadi ciri khas dari karya

tersebut. USP ini dapat berupa perbedaan dari buku yang sejenis atau dapat juga

sesuatu yang dimiliki oleh buku sejenis tapi tidak diolah dengan baik. USP yang

baik bisa juga menjadi positioning bagi suatu produk, karena USP biasanya

cenderung unik atau paling tidak lain daripada yang lain, sehingga lebih kuat

melekat di benak audience.

USP dari Coffee Table Book “Karya Karya Besar Sanggar Tari Klasik

Soeryo Soemirat” yaitu menyajikan betapa luas dan beragam nya jenis kesenian

tradisional yang disuguhkan diantaranya adalah seni tari tradisional, dan seni

68

sendratari yang tidak menutup kemungkinan akan merambah ke cabang seni yang

lain, yang dimana belum ada buku sejenis yang pernah terbit di Kota Solo. Selain

itu, keunggulan dari Coffee Table Book “Karya Karya Besar Sanggar Tari Klasik

Soeryo Soemirat” ini adalah disajikan dalam dua bahasa, yakni dalam Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris. Maka, isi dari buku yang memiliki sebagian besar

target audience dari luar negeri ini akan lebih dapat tersampaikan dan dapat

diterima dengan baik. Keunggulan lain yang dimiliki buku ini adalah penyajian

yang unik dengan menampilkan dokumentasi foto dalam ukuran jumbo yang

dikemas hanya dengan buku ukuran 25 cm x 30 cm yang isinya berbagai jenis

kebudayaan asli Indonesia yang berkolaborasi dengan seni tari tradisonal dari

kebudayaan jawa, yang Penulis harap dapat menjadi mercusuar otentik dari Solo

untuk lebih dikenal oleh masyarakat dunia.

F. Positioning

Positioning merupakan sebuah langkah untuk menenmpatkan karya

tersebut dalam benak masyarakat sebagai karya yang dapat memenuhi kepuasan

audience. Positioning bertujuan untuk membentuk dan membangun citra (image)

yang positif.

Positioning dari Coffee Table Book “Karya Karya Besar Sanggar Tari

Klasik Soeryo Soemirat” ini adalah sebagai informasi, dokumentasi otentik dan

sebagai ruang pertemuan beragam seni tari tradisonal Jawa untuk kemudian

menyuarakan pelestarian kebudayaan. Melalui buku ini, Solo akan menjadi

jembatan bertemunya berbagai ragam bentuk dan jenis kesenian yang ada dalam

69

wilayah seni pertunjukan, khususnya seni tari. Maka buku ini akan menjadi wajah

baru dari Kota Solo yang akan semakin terkukuhkan sebagai Kota Budaya.