BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Fenomena Anak Sulit ... · 37 jenis pangan saat dikonsumsi, padahal...
-
Upload
truonghanh -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Fenomena Anak Sulit ... · 37 jenis pangan saat dikonsumsi, padahal...
34
BAB III
IDENTIFIKASI DATA
A. Fenomena Anak Sulit Mengkonsumsi Sayuran
1. Tinjauan Umum Sayuran
Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan
yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar
atau setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut
sebagai sayur-sayuran atau sayur-mayur.
Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya,
sementara yang lainnya harus diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus
atau diuapkan, digoreng, dan seterusnya. Kandungan zat gizi alami dalam sayuran
hijau sangat banyak, selain kaya dengan vitamin A dan C, sayuran hijau juga
mengandung berbagai unsur mineral seperti zat kapur, zat besi, magnesium dan
fosfor. Sayuran yang berwarna hijau tua merupakan sumber karotenoid (pigmen
dalam tanaman yang terdapat pada tumbuhan) terbaik dan tergolong penting untuk
memerangi radikal bebas.
Pro-vitamin A dalam sayuran diketahui berguna untuk pertumbuhan
tulang, mata, rambut dan kulit anak-anak, disamping bermanfaat juga untuk
mengganti sel-sel tubuh, mengganti selaput lendir mata, dan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap infeksi. Pro-vitamin A hanyalah salah satu dari sekian
banyak zat-zat berguna yang terdapat dalam sayuran, dimana semua vitamin dan
mineral tersebut sangat diperlukan agar anak dapat tumbuh dengan baik. Peran
35
orang tua sangat diperlukan untuk membuat anak mau memakan makanan bergizi
tersebut, namun seringkali orang tua dihadapkan pada masalah yang memang
telah terjadi sejak dulu.
2. Fenomena Sulit Mengkonsumsi Sayuran di Indonesia
Fenomena anak tidak suka makan sayur di Indonesia adalah masalah
klasik yang sejak lama belum terungkap secara benar, yang menimbulkan
berbagai opini dan pendapat spekulatif yang tidak sepenuhnya benar. Keadaan
anak yang tidak mau makan sayur harus diamati secara teliti dan cermat.
Secara nasional kekurangan asupan gizi pada anak masih tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010 pada subjek
rumah tangga dan anggota rumah tangga mewakili 33 provinsi yang tersebar di
441 kabupaten/kota di seluruh Indonesia dalam Riskesdas 2010 dipilih
berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik
(BPS).
Tabel 3.1
Persentase Anak menurut Jenis Makanan serta Rata-rata (Median) Konsumsi Makanan
dan Kelompok Usia
(Sumber: Jurnal Gizi dan Pangan, 2013)
36
Tabel 3.2
Persentase Anak menurut Jenis Minuman serta Rata-rata (Median) Konsumsi Minuman
Anak dan Kelompok Usia
(Sumber: Jurnal Gizi dan Pangan, 2013)
Tabel 3.3
Distribusi Anak dilihat dari Tipe Sarapan dan Rata-rata (Median) Konsumsi Pangan Anak
dan Kelompok
(Sumber: Jurnal Gizi dan Pangan, 2013)
Tabel diatas menggambarkan tipe asupan gizi makanan subjek anak
Indonesia berdasarkan konsep gizi seimbang menghasilkan data bahwa anak usia
3—5 tahun meliputi pangan sumber karbohidrat, protein, dan minuman (36.2%);
anak usia 6—12 tahun meliputi pangan sumber karbohidrat, protein, dan minuman
(34.4%). Tipe sarapan lengkap yang terdiri dari pangan sumber karbohidrat,
protein, sayur, buah, dan minuman hanya dikonsumsi oleh 0.5% anak usia 3—5
tahun dan 0.6% anak usia 6—12 tahun.
Masih ditemukannya subjek yang memiliki kontribusi energi dan zat gizi
yang rendah dapat disebabkan karena rendahnya sumber karbohidrat dan ragam
37
jenis pangan saat dikonsumsi, padahal zat gizi yang cukup hanya bisa dipenuhi
dari makanan yang beragam terutama sayur atau buah-buahan.
3. Penyebab dan Dampak Kurang Konsumsi Sayuran
Dari hasil penelitian dan pengalaman klinis1, didapatkan sekitar 30% anak
yang mengalami gangguan proses makan di mulut yang selanjutnya akan
mengakibatkan gangguan mengunyah dan menelan. Tampilan klinis yang terjadi
adalah mengalami kesulitan dalam makan bahan makanan yang berserat atau
bertekstur kasar seperti sayur atau daging sapi (empal). Analisa kejadian ini
berkembang bahwa apakah anak memang “tidak mau” makan sayur atau memang
“tidak bisa” makan sayur. Informasi diatas memang belum begitu banyak
diketahui para orang tua, tapi ada baiknya orang tua mengetahui penyebab anak
tidak mau makan sayur berdasarkan observasi sehari-hari. Berikut beberapa
penyebab anak-anak menyisihkan sayuran pada piring makan mereka:
a. Faktor fisik yakni terganggunya organ pencernaan anak atau bida
karena infeksi dalam tubuh anak
b. Faktor Psikis yakni yang berkaitan dengan psikologi anak. Seperti
beberapa hal dibawah ini:
1) Bosan dengan menu makan ataupun penyajian makanan.
Menu makan saat bayi (>6 bulan) yang itu-itu saja akan membuat
anak bosan dan malas makan, apalagi cara penyajian makanan yang
campur aduk antara lauk pauk seperti makanan yang diblender jadi
satu.
38
2) Memakan cemilan padat kalori menjelang jam makan.
Makanan seperti permen, minuman ringan, coklat, hingga snack
ber-MSG yang dimakan anak-anak sebelum jam makan seringkali
membuat anak merasa kenyang.
3) Minum susu terlalu banyak.
Orangtua cenderung kurang sabar memberikan makanan kasar, atau
orang tua sering takut anaknya kelaparan, sehingga makanan
diganti dengan susu. Fakta menyebutkan setelah anak berusia satu
tahun, kehadiran susu dalam menu sehari-hari bukanlah hal wajib
karena secara gizi, susu hanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium
dan fosfor.
4) Terpengaruh kebiasaan orang tuanya.
Anak suka meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga
lainnya, terutama orang tuanya. Perilaku orang tua memilih-milih
makanan atau menyukai junk food, akan sangat mudah ditiru oleh
anak. Perilaku lainnya seperti kebiasaan mengiming-imingi jajanan
pada anak yang rewel, membuat anak lebih memilih makanan-
makanan yang memang lebih terasa lezat di lidah tersebut.
5) Munculnya sikap negativistik.
Pada usia >2 tahun, Sikap negativistik merupakan fase normal
yangg dilalui tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari
tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk
“independen”. Orang tua yang kurang memahami hal ini merasa
39
khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, sehingga dengan
keras memaksa anaknya makan. Hal ini dapat berujung pada
penolakan terhadap makanan tertentu, bahkan kadang sampai anak
beranjak dewasa.
6) Pengenalan sayuran pada anak yang sangat rendah/kurang.
Orang tua yang terlalu sibuk, seringkali melupakan pentingnya
proses pengenalan berbagai hal baru pada anak. Kurangnya
wawasan orang tua di era teknologi informasi sekarang ini sudah
tidak bisa lagi menjadi alasan kurangnya pengenalan makanan-
makanan bergizi pada anak.
Di lain pihak orang tua dipenuhi rasa cemas dan takut anak menjadi
kurang gizi mengingat sayur adalah salah satu sumber vitamin dan mineral yang
sangat baik. Jika anak kekurangan vitamin dan mineraltentunya akan mengalami
masalah bagi pertumbuhanya. Dalam keadaan normal anak usia di atas 2 tahun
seharusnya terjadi peningkatan berat badan 2 kilogram dalam setahun.
Nama Penyakit
Kekurangan/
Defiseiensi
Gejala dan Tanda Klinis
1
Buta Senja
(xeroftalmia)
Vitamin A Mata kabur atau buta
2 Beri-beri Vitamin B1
Badan bengkak, tampak rewel,
gelisah, pembesaran jantung kanan
40
3 Ariboflavinosis Vitamin B2
Retak pada sudut mulut, lidah
merah jambu dan licin
4 Defisiensi B6 Vitamin B6
Cengeng, mudah kaget, kejang,
anemia (kurang darah), luka di
mulut
5 Defisiensi Niasin Niasin
Gejala 3 D (dermatitis /gangguan
kulit, diare, deementia), Nafsu
makan menurun, sakit di lidah dan
mulut, insominia, diare, rasa
bingung.
6
Defisiensi Asam
Folat
Vasam Folat Anemia, diare
7 Defisiensi B12 Vitamin B12
Anemia, sel darah membesar, lidah
halus dan mengkilap, rasa mual,
muntah, diare, konstipasi
8 Defisiensi C Vitamin C
Cengeng, mudah mara, nyeri
tungkai bawah, pseudoparalisis
(lemah) tungkai bawah, perdarahan
kulit
9 Defisiensi Fosfor Vitamin D
Pembekakan persendian tulang,
deformitas tulang, pertumbuhan
gigi melambat, hipotoni, anemia
41
10 Defisiensi Lodium Vitamin K
Perdarahan, berak darah,
perdarahan hidung dsb
Tabel 3.4
Penyakit Akibat Kekurangan Vitamin
(Sumber: Laporan Depkes 2012)
Nama Penyakit
Kekurangan/
Defiseiensi
Gejala dan Tanda Klinis
1
Anemia Defisiensi
Besi
Zat besi Pucat, lemah, rewel
2 Defisiensi Seng Seng
Mudah terserang penyakit,
pertumbuhan lambat, nafsu makan
berkurang, dermatitis
3 Defisiensi Tembaga Tembaga
Pertumbuhan otak terganggu,
rambut jarana dan mudah patah,
kerusakan pembuluh darah nadi,
kelainan tulang
4 Hipokalemi Kalium Lemah otot, gangguan jantung
5 Defisiensi Klor Klor Rasa lemah, cengeng
6 Defisiensi Fluor Fluor
Resiko karies dentis (kerusakan
gigi)
7 Defisiensi Krom Krom Pertumbuhan kurang, sindroma
42
like diabetes melitus
8 Hipomagnesemia Magnesium Defisiensi hormon paratiroid
9 Defisiensi Fosfor Fosfor Nafsu makan menurun, lemas
10 Defisiensi Lodium Lodium
Pembesaran kelenjar gondok,
gangguan fungsI mental,
perkembangan fisik
Tabel 3.5
Penyakit Akibat Kekurangan Mineral dan Elektrolit
(Sumber: Laporan Depkes 2012)
Tabel diatas menunjukan macam-macam penyakit sebagai dampak dari
kekurangan vitamin dan mineral. Padahal vitamin dan mineral dikenal sebagai
mikronutrients, merupakan salah satu komponen yang penting dari nutrisi. Tanpa
komponen tersebut, akan banyak anak-anak yang mengalami cacat lahir,
kebutaan, dan mengalami ketidakmampuan untuk belajar dengan baik.
Usia dua tahun pertumbuhan dan perkembangan anak membutuhkan gizi
cukup yang dipengaruhi oleh faktor internal berupa genetik dan faktor eksternal
berupa asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Berdasarkan data WHO
2011, prevalensi anak gizi kurang di Indonesia mencapai 13% dan untuk angka
kematian akibat gizi buruk mencapai 54%. Menurut data Riskesdas tahun 2010,
prevalensi kasus gizi kurang pada anak di propinsi Jawa Tengah sebesar 17,9%
dan untuk gizi buruk mencapai angka 4,9%. Salah satu penyebab gizi kurang pada
anak adalah praktik pemberian makanan pada anak yang tidak tepat. Berdasarkan
43
data WHO 2010, 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak
tepat dan 90% diantaranya terjadi di negara berkembang.
B. Analisis Situasi
Pemberian makanan pada anak dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan
sikap ibu serta adanya dukungan keluarga dan lingkungan. Pengetahuan dan sikap
ibu akan mempengaruhi asupan makanan yang ada di dalam keluarga terutama
anak.
Pendidikan gizi pada orang tua atau keluarga yang mempunyai anak dapat
merubah perilaku dari keluarga terutama dalam pemberian makan. Pemberian
asupan makan yang tepat akan banyak dipengaruhi oleh keluarga sehingga dapat
mempengaruhi asupan makan dan status gizi anak. Pemberian makanan yang
tepat meliputi pemberian makan utama dan camilan pada anak. Sikap ibu
mengenai makanan pada anak akan mempengaruhi praktik ibu dalam pemberian
makan anaknya. Sikap ibu dalam pemberian makan pada anak dapat mempunyai
risiko 2,7 kali terhadap praktik ibu, dibandingkan dengan pengetahuan ibu yang
tidak mempengaruhi perilaku.
No
Umur
Subjek
(Bulan)
Perilaku Ibu
1 20 Anak tidak suka mengkonsumsi sayur sehingga ibu akan
menyuapi anak dengan tambahan lauk dan kuah sayur. Ibu
44
tidak mau mencoba menyuapi anak dengan sayur, dengan
alasan anak anak tidak suka. Ibu tidak mencoba
memperkenalkan sayur pada anak, dengan anggapan anak akan
suka sayur bila sudah besar.
2 12
Anak terbiasa diberikan makanan camilan sebelum
mengonsumsi makanan utama, sehingga anak tidak terlalu
banyak menghabiskan makanan utamanya. Hal ini dilakukan
agar anak terpancing mengonsumsi makanan utama, walau
terkadang makanan utama sering tidak habis dikarenakan anak
sudah kenyang karena telah mengonsumsi makanan jajajanan.
3 12
Anak terbiasa mengonsumsi bakwan setiap harinya. Hal ini
dikarenakan anak hanya mau mengonsumsi sayur dalam bentuk
bakwan. Namun sayur yang digunakan di dalam bakwan hanya
berupa kubis dan wortel. Ibu tidak mencoba modifikasi
makanan lain dikarenakan ibu beranggapan ribet bila hanya
mempersiapkan makanan untuk anak saja sedangkan tugas 11
rumah yang harus ibu lakukan cukup banyakk. Sehingga
menurut ibu, bakwan merupakan pemilihan yang praktis.
4 16
Anak lebih suka mengonsumsi makanan camilan sehingga anak
susah untuk makan utama. Ibu hanya menyuapi anak tidak
lebih dari 3-4 sendok. Selebihnya anak diberikan makan
krupuk, biskuit, roti yang biasa di jual di warung, Ibu tidak
45
pernah memaksa anak untuk makan dikarenakan anak suka
untuk memberontak sehingga ibu akan menunggu anak untuk
minta makan.
5 15
Ibu hanya memberikan makan bila anak meminta, hal ini
dikarenakan ibu menganggap bila anak tidak meminta makan
berarti anak tidak lapar. Selain itu ibu hanya masak di pagi hari
saja namun untuk dimakan dari pagi hingga malam. Ibu
memberikan makan anak sesuai dengan saran dari tetangga
dikarenakan disekitar rumah mengatakan bahwa anak balita
lebih suka mengonsumsi camilan dibandingkan mengonsumsi
makanan utama. Sehingga ibu tidak melarang anak dalam
memilih makanan yang diinginkan. Pemilihan makanan jajanan
anak biasanya dilakukan sesuai dengan keinginan anak seperti
coklat dan biskuit yang biasa di jual di warung.
6 19
Anak susah untuk makan meskipun ibu sudah berusaha
membujuk anak untuk makan. Ibu sudah berusaha menyuapi
anak agar anak dapat menghabiskan makanannya. Anak
cenderung suka membeli camilan di warung dikarenakan
tetangga rumah yang juga mempunyai anak seumuran suka
mengajaknya untuk membeli jajanan di warung.
7 15 Ibu hanya memberikan lauk ayam goreng pada anak, karena
anak hanya mau makan bila ada lauk ayam. Ibu pernah
46
mencoba memperkenalkan anak dengan lauk lain, tapi anak
susah untuk menerimanya. Sehingga ibu lebih suka
memberikan anak makanan dengan lauk ayam dikarenakan ibu
menganggap anak dapat makan dengan lahap.
8 14
Ibu terbiasa membeli makan di warung untuk lauk, hal ini
dikarenakan jumlah anak yang banyak di rumah sehingga ibu
malas untuk masak dalam jumlah banyak. Anak susah makan,
hanya mau makan 5-6 sendok makan saja.Sehingga ibu akan
membujuk anak agar dapat makan dengan jajanan yang ada di
warung seperti coklat atau kue. Bila anak sudah kenyang
dengan jajanan, anak biasa tidak makan siang dan ibu tidak
mempermasalahkannya dikarenakan ibu menganggap anak
sudah kenyang.
9 15
Ibu membiasakan anak untuk makan dengan lauk yang
seadanya seperti tahu atau tempe goreng, selain itu ibu
menambahkan sayur bayam walau anak hanya mau makan 2
suap saja. Anak susah makan sayur selain sayur bayam.
10 16
Anak lebih suka mengkonsumsi mie goreng dengan telur
goreng. Anak tidak suka mengkonsumsi makan sayur. Anak
mau makan nasi namun hanya habis 5-6 sendok saja. Ibu
mengikuti keinginan anak untuk makan mie goreng
dikarenakan anak dapat menghabiskan makanannya.
47
11 20
Ibu suka membujuk anak untuk makan dengan membelikannya
camilan di warung seperti coklat atau makanan ringan. Apabila
anak sudah mengkonsumsi camilan, anak tidak menghabiskan
makanan utamanya. Namun bila ibu tidak membelikan
camilan, anak tidak mau makan.
12 18
Ibu tidak dapat membeli lauk yang cukup dalam keluarga
sehingga tidak ada lauk yang khusus untuk anak. Ibu akan
menyuapi anak dengan krupuk, bakwan atau kue yang ada di
warung bila anak masih lapar.
Tabel 3.6
Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemberian Makan Anak
(Sumber: Laporan Penelitian 2002)
Hasil wawancara pada 12 ibu yang mempunyai anak usia 12-24 bulan di
wilayah kerja Puskesmas menunjukkan ibu masih berperilaku kurang dalam
memberikan makan pada anak mereka.
Sikap ibu mengenai pemberian makanan pada anak merupakan faktor yang
menentukan seseorang untuk berperilaku memberikan makanan yang tepat untuk
anak. Makanan yang tepat buat anak diberikan agar anak dapat memenuhi
kebutuhan gizinya. Sikap ibu yang yang di dapat dari interaksi sosial seperti
lingkungan, dapat dengan mudah mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan
makanan di rumah. Kebiasaan makan yang diajarkan ibu kepada anak akan
mempengaruhi pola makan anak sehingga anak dapat memutuskan makanan yang
dikonsumsinya. Data di Indonesia menunjukkan 13% baduta mengalami
48
keterlambatan perkembangan dikarenakan pendapatan yang kurang membuat
keluarga tidak dapat membeli makanan yang dapat dimakan seluruh anggota
keluarga. Namun status ekonomi pada keluarga kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak (31,5%). Status ekonomi pada keluarga akan berpengaruh
terhadap sikap ibu dalam pemberian makanan yang tepat pada keluarga khususnya
anak.
Pada wawancara mendalam yang dilakukan, sikap ibu dalam memberikan
makanan masih banyak dipengaruhi oleh keinginan anak mereka. Jika balita tidak
mau makan makanan keluarga dan lebih memilih makanan camilan, maka ibu
menganggap hal tersebut merupakan hal biasa. Hal ini juga di dukung dengan
sikap ibu dalam memilih makanan camilan buat anak, pembelian camilan seperti
makanan ringan, coklat atau krupuk dianggap dapat menggantikan posisi makanan
utama karena anak akan merasa kenyang.
C. Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Perancangan cergam dan flashcard Olin suka Sayur-sayuran ini akan
dipublikasikan dan diterbitkan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan disebarkan ke
beberapa PAUD di Surakarta sebagai bentuk kampanye mengenai pengenalan
manfaat serta dampak dari kurangnya mengkonsumsi sayuran bagi anak usia pra-
sekolah. Berikut adalah data dari Dinas Kesehatan Surakarta:
49
1. Logo
Gambar 3.1 Logo Dinas Kesehatan Kota Surakarta
(Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surakarta)
2. Visi dan Misi
Dalam melaksanakan kegiatannya, Dinas Kesehatan Surakarta mempunyai
visi dan misi. Visi Dinas Kesehata Surakarta adalah "Terwujudnya budaya
perilaku hidup bersih dan sehat serta mutu pelayanan untuk menyangsong Solo
Sehat 2010", sedangkan misinya adalah:
a. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
b. Memberikan kontribusi nyata dalam perberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan
c. Memelihara dan meningkatkan pelayaan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatn individu, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
e. Meningkatkan mutu pelayanan menuju Surakarta Sehat.
50
3. Lokasi, kontak, dan website Dinas Kesehatan Surakarta
a. Komplek Balaikota Jl. Jendral Sudirman No. 2 Surakarta
b. Nomor Telepon. (0271) 642020,
c. Website: www.surakarta.go.id/konten/profil-dinas-kesehatan-kota-surakarta
4. Website
Gambar 3.2 Website Profil Dinas Kesehatan Kota Surakarta
(Sumber: www.surakarta.go.id/konten/profil-dinas-kesehatan-kota-surakarta. Di akses 15
Januari 2015)
D. Data Referensi
Referensi adalah sumber berupa literatur yang berfungsi sebagai contoh
serta pembanding dalam pembuatan objek perancangan. Berikut adalah data buku-
buku yang dijadikan referensi pembuatan konsep ilustrasi dan cerita cergam “Olin
Suka Makan Sayur”:
51
1. Aku Bisa Makan Sendiri
Gambar 3.3 Buku cerita “Aku Bisa Makan Sendiri” oleh Eka Wardhana
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Penulis : Nasri Alam Rifani
b. Ilustrator : Tim Ilustrator Dar! Mizan
c. Penerbit : DAR! Mizan
d. Editor : Ali Muakhir
e. Halaman : 24 halaman
f. Teks Bahasa : Indonesia, English
g. Tahun Terbit : November 2009
h. ISBN : 9789790661189
52
2. Aku Hebat dan Berbakat
Gambar 3.4 Buku cerita “Aku Hebat dan Berbakat”
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Penulis : Zhizhi Siregar
b. Ilustrator : Arrahmanrendi
c. Editor : Wicha SB dan Suryaning Wulan
d. Layouter : Omenemo Muhsinul Fajri
e. Penerbit : Bestari Kids
f. Halaman : 40 halaman
g. Tahun Terbit : 2014
h. ISBN : 978-979-063-649-1
53
3. Mengenal Sayuran
Gambar 3.5 Buku Pintar Mengenal Buah & Sayur Pertamaku
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Penulis : Kak Intan Putri
b. Penerbit : Idea World Kidz (Distributor Suka Buku)
c. Halaman : 42 halaman
d. Tahun Terbit : September - 2012
e. ISBN : 978-602-7728-07-3
4. Hantu Lucu
Gambar 3.6 Buku cerita “Hantu Lucu”
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
54
a. Penulis : A. J. Wood
b. Ukuran : 22 x 27 cm
c. Tebal : 40 halaman
d. Penerbit : Erlangga for Kids
e. ISBN : 978-979-075-729-5
E. Data Flash Card
Glenn Doman adalah pendiri The Institutes for the Achievement of Human
Potential ( IAHP ). Beliau telah mengembangkan cara untuk mengajar bayi dan
anak-anak sejak usia dini, serta telah membantu anak yang normal, sehat, dan juga
anak-anak yang menderita cedera otak atau berkebutuhan khusus. Glenn Doman
percaya bahwa mengajar anak-anak sejak usia dini dan 6 tahun pertama kehidupan
dapat sangat membantu meningkatkan IQ mereka.
Metode Glenn Doman adalah metode yang berfungsi untuk menstimulasi
otak anak dengan mengajarkan membaca, matematika, pengetahuan ensiklopedia
dan aktifitas fisik sambil bermain. Metode ini dapat diterapkan sejak bayi lahir.
Metode Glenn Doman menggunakan alat peraga yang disebut bits of
intelligence atau biasa dikenal dengan nama flashcards. Flashcards ini diajarkan
kepada anak dengan cara flashing dengan kecepatan yang sangat cepat sekali,
yaitu 1 kartu = 1 detik ; dengan total waktu kurang lebih 5 - 10 menit / hari. Dan
tujuan utama dari Metode Glenn Doman ini adalah menjadikan anak percaya diri,
dan imajinatif.
55
Dalam buku Glenn Doman yang berjudul How to Teach Your Baby Math
dan How to Teach Your Baby to Read, diungkapkan bahwa umur keemasan adlah
1-5 tahun. Usia ini adalah jenjang yang paling terbaik dalam mengajarkan
membaca, bahasa, dan menghitung. Membaca, bahasa, dan menghitung dapat
diberikan melalui media flash card. Semakin dini diberikan akan semakin cepat
anak dalam memahami materi pembelajaran.
Kartu baca atau flash card akan berfungsi dengan sangat baik hingga umur
4 tahun. Setelah itu akan mulai melambat. Karna fase umur 1-3 tahun
pertumbuhan otak anak sangat cepat. Dalam menyerap informasi yang ada, otak
anak seperti spons kering yang menyerap air, sangat cepat. Karna itulah usia balita
sangat baik dalam memberikan pembelajaran baca dan bahasa.
Glenn Doman juga menyatakan bahwa memberikan materi kepada anak
melalui media flash card harus dengan konsep bermain. Jadi orang tua dapat
bermain-main seperti tebak kata dengan anak-anak. Tim Pendidikan Nasional juga
menyatakan agar anak pra-sekolahharuslah bermain, tidak dianjurkan untuk
belajar Berikut adalah cara Bermain flashcard dalam metode Glenn Doman:
1. Persiapan
a. Memastikan ruangan cukup terang, dan tidak ada suara-suara bising yang
mengganggu.
b. Untuk melatih kecepatan, sebaiknya orang tua berlatih cara memainkan
flashcards sebelum menunjukkannya kepada anak.
56
c. Sebelum bermain flashcards, dianjurkan mengajak anak bermain permainan
yang lain yang membuat anak rileks, seperti membaca buku, menyusun
balok, mendengarkan musik/lagu anak, dsb.
d. Permainan ini harus bisa dinikmati oleh orang tua dan anak anda dalam
suasana yang menyenangkan. Jadi, bukan hanya anak. Namun orang tua
juga harus dalam keadaan rileks tanpa stress dan rasa terpaksa.
e. Jika sudah siap, orang tua harus menginstruksikan dengan antusias dan
wajah senang bahwa ia mempunyai kartu flashcards, dan tanyakan apakah
anak mau bermain bersama.
2. Belajar membaca
a. Orang tua berhadapan dengan anda mereka dengan jarak kira-kira 1 s.d. 1,5
meter.
b. Pastikan anak dalam keadaan rileks dan mau bermain flashcards.
c. Menyiapkan 10 kartu dari kelompok yang sama, misalnya kelompok
“buah”, ditumpuk dan dipegang dengan tangan kiri. Halaman kartu yang
bergambar berada di bagian depan menghadap ke anak anda.
d. Untuk menarik perhatian anak (untuk tahap awal), tunjukkan halaman kartu
yang bergambar dengan cara mengambil kartu yang paling belakang dan
meletakkannya ke urutan paling depan, sambil mengucapkan dengan jelas
nama gambar tersebut, misalnya “APEL”.
57
e. Kemudian baliklah gambar apel tersebut sehingga tulisan “apel” berada di
bagian depan, sambil mengucapkan “APEL”. Lakukan tindakan ini dengan
cepat, masing-masing tidak lebih dari 1 detik.
f. Jangan meminta anak anda mengikuti/mengulang apa yang anda ucapkan.
g. Setelah itu, ambil kartu kedua dari kartu yang di urutan paling belakang,
kemudian lakukan seperti langkah no. e dan f.
h. Lakukan secara berurutan sampai dengan kartu kesepuluh, dengan
kecepatan tidak lebih dari 1 detik untuk tiap-tiap gambar dan tulisan yang
ditunjukkan. Menunjukkan kartu dengan cepat ini akan memicu otak kanan
untuk bekerja menerima informasi yang ada di kartu. Jika anak anda sudah
kelihatan mengerti nama-nama gambar dan juga hubungan antara gambar
dengan tulisan, maka langkah no.5 tidak perlu lagi dilakukan, tapi langsung
menunjukkan tulisan saja dengan kecepatan 1 detik/kartu.
i. Tunjukkan rasa senang anda ketika permainan ini selesai dengan cara
memuji anak anda atau memeluk dan menciumnya.
j. Permainan bisa diteruskan dengan kelompok kartu yang lain, tetapi
sebaiknya hentikan permainan ini ketika anak masih ingin bermain. Hal ini
akan membuat anak mau bermain secara berkelanjutan.
3. Mengecek kemajuan anak
a. Untuk anak yang belum bisa berbicara
1) Pilih 2 kartu yang sudah pernah dimainkan oleh anak anda. Misalnya
kartu “apel” dan “pepaya”. Pegang kedua kartu tersebut di tangan kanan
58
dan kiri anda, kemudian tunjukkan halaman tulisan kata “apel” dan
“pepaya” di depan anak anda.
2) Mintalah anak anda mengambil salah satu nama kartu, misalnya, anda
mengatakan, “Yang mana apel ?”
3) Tunjukkan rasa senang anda dengan cara memuji ataupun memeluknya,
jika anak anda mengambil kartu yang benar.
4) Jika anak anda mengambil kartu yang salah, katakan “Ini pepaya”.
Jangan mengatakan, “Salah !”.
b. Untuk anak yang sudah bisa berbicara
1) Ambil 1 kartu yang sudah pernah dimainkan oleh anak anda. Misalnya
kartu “apel”.
2) Tunjukkan di depan anak anda, dan tanyakan, “Ini apa ?”
3) Berikan waktu beberapa saat kepada anak untuk berpikir, tapi jangan
terlalu lama (kira-kira 5 s.d. 10 detik).
4) Jika anak anda mengatakan dengan benar, tunjukkan rasa senang anda
dengan cara memuji ataupun memeluknya.
5) Jika anak anda menyebutkan nama yang salah, katakan “Ini apel”. Jangan
mengatakan, “Salah !”.
Catatan :
1. Permainan ini cukup singkat, hanya memerlukan sekitar 10 detik untuk 1 kali
permainan. Jika dilakukan dengan benar dan dalam suasana yang
59
menyenangkan, hasilnya akan sangat efektif untuk perkembangan otak kanan
dan kemampuan membaca anak anda.
2. Sebaiknya lakukan permainan flashcards ini 3 kali dalam 1 hari, pagi, siang
dan malam.
3. Jika anak anda kelihatan cepat bosan, lakukan 2 kali sehari, ataupun 1 kali
sehari. Intinya, sedapat mungkin lakukan supaya anak tetap tertarik
melakukannya secara konsisten.
4. Jika anak anda tidak memperhatikan kartu yang anda tunjukkan, kemungkinan
dia sudah mengerti informasi kartu tersebut. Jadi, gantilah dengan
seri/kelompok kartu yang lain.
5. Jika anak anda sudah kelihatan bosan dan tidak mau bermain lagi, hentikan
untuk beberapa hari.
6. Setelah itu tawarkan untuk bermain lagi. Akan lebih baik jika anda punya
seri/kelompok lain yang baru.
7. Jika anda punya dotcards, sebaiknya diberi jarak minimal sekitar 30 menit s.d.
1 jam, dan di antara waktu itu anda bermain dengan anak untuk menunjukkan
rasa kasih sayang anda. Itu saran dari Glenn Doman, penggagas pertama
permainan flachcards ini.
F. Target Cergam dan Flashcard “Olin Suka Makan Sayur”
1. Target Market
a. Segmentasi Geografi
Wilayah yang dicakup khususnya meliputi wilayah kota Surakarta.
60
b. Segmentasi Demografi
1) Umur(age) : 22-40 tahun
2) Jenis kelamin : Laki – laki dan perempuan
3) Status : Guru
4) Ekonomi : Semua kalangan
c. Segmentasi Psikografi
Anak-anak tetap membutuhkan dorongan dan bimbingan dari orang
dewasa untuk mengenalkan dan mengajarkan buku dan flashcard tersebut.
Karena penyebaran buku dan flashcard ini dikhususkan pada TK dan
Playgroup maka, guru dipilih sebagai target market.
2. Target Audience
Target audiens merupakan masyarakat yang mempunyai minat
terhadap cergam dan flashcard yaitu sebagai berikut:
a. Segmentasi Geografis : Kota Solo
b. Segmentasi Demografis
1) Umur(age) : 3-5 tahun
2) Jenis kelamin : Laki – laki dan perempuan
3) Pendidikan : Anak usia pra-sekolah.
4) Ekonomi : Semua kalangan
c. Segmentasi Psikografis
Alasan memilih kelompok umur antara 3-5 tahun adalah dikarenakan
anak-anak usia tersebut telah memiliki kecenderungan sulit mengkonsumsi
61
sayur sayuran. Selain itu, dengan disisipkannya metode flashcard atau kartu
bergambar dalam perancangan ini akan menjadi pembelajaran yang sangat
efektif dalam melatih serta meningkatkan pemahaman kata dan dan
kemampuan baca anak.
G. Analisis SWOT
Cergam dan flashcard “Olin suka makan sayur” memiliki kekuatan,
kelemahan, kesempatan dan ancaman.
Data – data diperoleh berdasarkan observasi data dan konsep yang akan
divisualisasikan ke dalam cergam dan flashcard untuk mengenalkan anak
mengenai pentingnya mengkonsumsi sayuran. Berikut adalah tabel analisis
SWOT kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dimiliki oleh
cergam dan flashcard “Olin suka makan sayur-sayuran.
Analisis SWOT Cergam & flashcard Olin Suka Makan Sayur
Strength
1. Tema cerita yang fiktif dan imajinatif dapat
mengembangkan imajinasi anak dan membuat anak
lebih antusias mengetahui isi cerita.
2. Konsep storyline yang menggambarkan dampak dari
kurangnya mengkonsumsi sayur, dapat memberikan
kesadaran pada anak untuk merubah sikap serta
perilakunya dalam mengkonsumsi sayuran.
3. Buku Cergam dilengkapi dengan flashcard yang dapat
melatih pemahaman anak terhadap kata dan melatih
serta meningkatkan kemampuan baca anak.
4. Manfaat sayuran yang ditampilkan pada flashcard
sebagai wacana edukasi untuk menambah wawasan
62
anak mengenai pentingnya mengkonsumsi sayuran.
5. Flashcard menampilkan nama sayuran dalam 2
bahasa. Yaitu bahasa Inggris dan Indonesia yang dapat
melatih kemampuan 2 bahasa (bilingual) anak sejak
dini.
Weakness
1. Penyampaian makna cerita melalui teks atau narasi
dalam buku tergolong banyak untuk anak usia 3-5
tahun.
2. Flashcard yang disediakan terbatas, hanya
bertemakan sayur-sayuran.
3. Buku hanya sebagai materi peraga pembelajaran di
sekolah, sehingga tidak diperjual belikan.
4. Tidak menonjolkan unsur budaya lokal.
Opportunity
1. Masyarakat masih membutuhkan buku sebagai media
utama yang dipercaya sebagai sumber pembelajaran
(edukasi).
2. Beberapa TK dan Playgroup di kota Surakarta telah
terbiasa dalam menggunakan media pembelajaran
dengan menggunakan buku cergam dan flashcard.
Threat
1. Buku edukasi sejenis yang menggunakan sarana media
yang lebih interaktif, yang dapat ditemukan di toko-
toko buku.
2. Tersedianya materi edukasi lain yang interaktif
berbentuk CD program komputer yang menampilkan
animasi, hal ini lebih menarik bagi anak-anak.
Tabel 3.7 Analisis SWOT
Kesimpulan :
Dari hasil analisis diatas, perancangan cergam dan flashcard “Olin
suka makan sayur” mendapatkan hasil yang bagus dalam pemasarannya.
63
Untuk itu, dengan dirancangnya Cergam dan flashcard ini diharapkan
mampu mencapai tujuan awal media ini dibuat, yaitu untuk menanamkan
kedaran anak sejak dini mengenai pentingnya mengkonsumsi sayur,
sekaligus dapat melatih kemampuan baca anak melalui perancangan
flashcard.
H. Riset
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data
1) Data Primer
a) Penyebaran angket
Angket diseberkan kepada 20 orang tua balita terkait perihal konsumsi
masalah anak dalam mengkonsumsi sayur-sayuran di wilayah
surakarta dengan mengajukan daftar pertanyaan berikut:
ANGKET PERTANYAAN
Nama: Umur:
Pekerjaan: Alamat:
Ya/ Tidak
1. Apakah anak anda mengalami sulit makan ?
a.Ya b. Tidak
2. Apakah anak anda mau mengkonsumsi sayur-sayuran ?
a.Ya b. Tidak
64
3. Apakah anak anda mengetahui nama sayur-sayuran yang biasa
mereka konsumsi ?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah anda sudah mengenalkan Bahasa Inggris kepada anak
anda?
a . Sudah b. Belum
5. Apakah anda telah menanamkan manfaat sayuran pada anak anda?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah anda sudah mengenal metode Glenn Doman?
a. Sudah b. Belum
7. Sudah pernahkah anda mengajak anak anda bermain sambil belajar
menggunakan flashcard ?
a. Sudah b. Belum
NO
NAMA
RESPONDEN
PERTANYAAN
1 2 3 4 5 6 7
Y T Y T Y T S B Y T S B S B
1 Yuni Irawan
2 Astrini
Wijayanti
3 Deliana
Pradita
65
4 Desi Nursita
5 Dwi Wulan
6 Dewi Ruth
7 Fatikatul
Inayah
8 Sandra Dewi
9 Yosi Erviana
10 Pandu Satria
11 Erwin
Febrianto
12 Andri Rahmat
13 Triswanto
Susilo
14 Wulan
Roudatul
15 Anisa Rahma
16 Uswatun
Khasanah
17 Ani
Susilowati
18 Rudy
Setiawan
19 Wiwid Juliani
66
20 Chandra
Wayani
Tabel 3.8
Jawaban dari 20 Responden
No
Variabel
(Pertanyaan)
Jawaban Pertanyaan
Simpulan
Terbanyak
Presentase
Terbanyak
Ya/
Sd
h
Tidak/
Blm
Abstein
1
Apakah anak
anda
mengalami
sulit makan ?
14 6 -
Dari 20 responden
terdapat 14
memilih YA.
Jadi kesimpulannya
anak-anak
mengalami sulit
makan.
70%
2
Apakah anak
anda mau
mengkonsumsi
sayur-sayuran
?
3 17 -
Dari 20 responden
terdapat 3 memilih
YA.
Anak-anak tidak
menyukai sayur-
sayuran.
15%
67
3
Apakah anak
anda
mengetahui
nama sayur-
sayuran yang
biasa mereka
konsumsi ?
5 15 -
Dari 20 responden
terdapat 5 memilih
YA.
Anak-anal belum
mengetahui nama
sayur sayuran.
25%
4
Apakah anda
sudah
mengenalkan
manfaat
sayuran
kepada anak
anda ?
10 10 -
Dari 20 responden
terdapat 10
memilih SUDAH.
Orangtua banyak
yang belum
mengenalkan
manfaat kepada
anak mereka
50%
5
Apakah anda
telah
menanamkan
manfaat
sayuran pada
anak anda?
8 12 -
Dari 20 responden
terdapat 8 memilih
SUDAH.
Masih banyak
orang tua yang
belum
menanamkan
40%
68
manfaat sayuran
pada anak mereka.
6
Apakah anda
sudah
mengenalkan
metode belajar
menggunakan
flashcard
untuk anak
anda?
3 17 -
Dari 20 responden
terdapat 3 memilih
SUDAH.
Orang tua belum
mengetahui metode
belajar
menggunakan
flashcard.
15%
7
Sudah
pernahkah
anda mengajak
anak anda
bermain
sambil belajar
menggunakan
flashcard ?
4 16 -
Dari 20 responden
terdapat 4 memilih
YA.
Orang tua belum
pernah
menggunakan flash
card sebegai
metode bermain
sambil belaja
20%
Tabel 3.9
Rekapitulasi Angket
69
Grafik 3.1
Jawaban Ya/Sudah Tidak/Belum
Hal tersebut terbukti dari hasil pengumpulan data melalui
kuisoner, menunjukkan bahwa anak-anak prasekolah termasuk usia 3-
5 tahun, sebanyak 70% anak mengalami sulit makan, sedangkan 15%
yang menyukai sayur-sayuran. Dari pengumpulan data ini juga
terbukti hanya 25% anak sudah mengetahui nama sayur-sayuran yang
mereka konnsumsi, 50% orang tua belum mengenalkan bahasa inggris
kepada anak mereka dan hanya 15% yang mengetahui tentang metode
Gleen Doman, sedangkan yang sudah mengenalkan cara belajar
sambil bermain menggunakan flashcard pada anak mereka hanya ada
20%. Maka dari itu, perlu media informasi guna untuk memberikan
metode belajar bahasa inggris kepada anak usia dini sekaligus dapat
0 5 10 15 20
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 6
Pertanyaan 7
Tidak/Belum
Ya/Sudah
70
sebagai pengenalan nama sayur-sayuran sehingga anak dapat lebih
tertarik mengkonsusi sayyur-sayuran yang baik bagi tubuh mereka.
b) Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan terhadap laporan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013.
2) Data sekunder
Data dari internet berupa artikel pada situs berita online.
b. Sumber data
1) Literatur dari buku, artikel, jurnal, maupun internet yang mencangkup
tentang perihal obesitas pada anak dan segala resiko penyakit yang
menyertainya, serta kajian teori yang mendukung judul penelitian ini.
2) Kuisioner adalah sumber data yang digunakan dalam pencarian data dari
pihak ahli maupun target konsumen mengenai respon mereka terhadap
masalah sulitnya anak mengkonsumsi sayuran.