BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang...

45
35 BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL ISTIQLAL II 1995 : SENI RUPA MODERN INDONESIA BERNAFASKAN ISLAM Kegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, merupakan Festival yang berusaha menampilkan segi dan sisi kehidupan kebudayaan dan kesenian Islam Indonesia secara kontekstual. Tidak aneh, jika usaha menampilkan kebudayaan Islam Indonesia tersebut, mengambil inspirasi dari sebutan atau sisi lain dari kebudayaan Indonesia yang beranekaragam tersebut. Pilihan pun diambil dengan judul: Pameran Kebudayaan Indonesia yang Bernafaskan Islam’. Bisa dikata, inilah tonggak penting bagaimana kebudayaan Islam di bumi nusantara secara fisik ditampilkan dalam suatu pameran Festival. Selaku Presid en saat itu, tanggapan ini kemudian dijelaskan oleh Soeharto, pada saat pembukaan pameran Festival Istiqlal I 1991, dalam pidatonya tersebut Soeharto mengatakan: ”Dalam festival ini akan kita tampilkan berbagai ragam kegiatan penjelmaan cipta karya dan cipta seni yang ditandai oleh ciri khas ke- Islaman. Kedatangan Islam di Indonesia memang membawa dampak dalam berbagai bidang kehidupan yang masih membekas sampai saat ini, seperti gaya arsitektur, dalam pola dan motif hiasan, dalam karya kesastraan dan berbagai cipta karya dan cipta seni lainnya. Bahkan, dalam adat istiadat masyarakat kita pengaruh Islam juga sangat kuat. Hal ini jelas terungkap, misalnya dalam peribahasa yang berlaku di ranah Minang: Adat bersendi syara dan syara’ bersendi Kitabullah.” (Soeharto :1993). Namun, usaha menggelar acara seperti Festival Istiqlal tersebut, ternyata bukan saja menampilkan aspek kebudayaan Islam di bumi nusantara saja. Ditengarai masalah ini kemudian berkait dengan usaha pemerintah saat itu, untuk mempromosikan aspek wisata Indonesia secara turistik. Lebih gamblang pernyataan ini, dijelaskan lagi oleh Soeharto: ”Melalui Festival Istiqlal ini penampilan kebudayaan kita yang bernafaskan Islam itu, kita laksanakan dan kita kaitkan dengan Tahun Kunjungan Indonesia 1991. Dengan demikian, festival ini lebih merupakan paparan kebudayaan khas kaum muslimin Indonesia, baik bagi bangsa Indonesia sendiri maupun bagi bangsa-bangsa lainnya. Tujuan yang ingin kita capai adalah timbulnya kesadaran akan jatidiri khas umat Islam Indonesia, terpeliharanya saling pengertian antara berbagai umat beragama serta makin kukuhnya persahabatan antara bangsa-bangsa.” (Soeharto :1993).

Transcript of BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang...

Page 1: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

35

BAB III

FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL ISTIQLAL II 1995 :

SENI RUPA MODERN INDONESIA BERNAFASKAN ISLAM

Kegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden

Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, merupakan Festival yang berusaha menampilkan

segi dan sisi kehidupan kebudayaan dan kesenian Islam Indonesia secara kontekstual.

Tidak aneh, jika usaha menampilkan kebudayaan Islam Indonesia tersebut, mengambil

inspirasi dari sebutan atau sisi lain dari kebudayaan Indonesia yang beranekaragam

tersebut. Pilihan pun diambil dengan judul: Pameran Kebudayaan Indonesia yang

Bernafaskan Islam’. Bisa dikata, inilah tonggak penting bagaimana kebudayaan Islam di

bumi nusantara secara fisik ditampilkan dalam suatu pameran Festival. Selaku Presiden

saat itu, tanggapan ini kemudian dijelaskan oleh Soeharto, pada saat pembukaan pameran

Festival Istiqlal I 1991, dalam pidatonya tersebut Soeharto mengatakan:

”Dalam festival ini akan kita tampilkan berbagai ragam kegiatan penjelmaan cipta karya dan cipta seni yang ditandai oleh ciri khas ke-Islaman. Kedatangan Islam di Indonesia memang membawa dampak dalam berbagai bidang kehidupan yang masih membekas sampai saat ini, seperti gaya arsitektur, dalam pola dan motif hiasan, dalam karya kesastraan dan berbagai cipta karya dan cipta seni lainnya. Bahkan, dalam adat istiadat masyarakat kita pengaruh Islam juga sangat kuat. Hal ini jelas terungkap, misalnya dalam peribahasa yang berlaku di ranah Minang: Adat bersendi syara dan syara’ bersendi Kitabullah.” (Soeharto :1993).

Namun, usaha menggelar acara seperti Festival Istiqlal tersebut, ternyata bukan saja

menampilkan aspek kebudayaan Islam di bumi nusantara saja. Ditengarai masalah ini

kemudian berkait dengan usaha pemerintah saat itu, untuk mempromosikan aspek wisata

Indonesia secara turistik. Lebih gamblang pernyataan ini, dijelaskan lagi oleh Soeharto:

”Melalui Festival Istiqlal ini penampilan kebudayaan kita yang bernafaskan Islam itu, kita laksanakan dan kita kaitkan dengan Tahun Kunjungan Indonesia 1991. Dengan demikian, festival ini lebih merupakan paparan kebudayaan khas kaum muslimin Indonesia, baik bagi bangsa Indonesia sendiri maupun bagi bangsa-bangsa lainnya. Tujuan yang ingin kita capai adalah timbulnya kesadaran akan jatidiri khas umat Islam Indonesia, terpeliharanya saling pengertian antara berbagai umat beragama serta makin kukuhnya persahabatan antara bangsa-bangsa.” (Soeharto :1993).

Page 2: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

36

Bagi Soeharto sendiri, momen seperti Festival Istiqlal bisa dijadikan refleksi

bagaimana, seharusnya kita memaknai kebudayaan Islam dalam konteks Indonesia.

Setidaknya ada dua faktor unsur penting yang berkait di dalamnya, paparan ini kemudian

terumuskan kembali dalam pidatonya sebagai berikut:

1. Unsur pertama adalah roh Islami, yang bertumpu pada jiwa tauhid serta pesan

perdamaian, rahmat dan persaudaraan seluruh insan. Islam sebagai agama yang

ditujukan pada kemanusiaan sebagai satu umat, mengajarkan asas-asas yang

berlaku universal. Sehingga memberikan cukup peluang bagi setiap lingkungan

sosial dan budaya untuk menerimanya dengan penyesuaian tanpa menimbulkan

perubahan pada asas-asasnya. Al-Qur’an pun menegaskan, bahwa manusia

diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar mereka saling berkenalan.

Kesatuan manusia dan kebhinekaan budaya memang merupakan ciri khas dunia

manusia. Karena itu, kesatuan sebagai umat hendaknya membuat manusia saling

memperhatikan kesejahteraan sesamanya. Sebagai pendukung berbagai ragam

budaya, manusia haruslah berusaha saling mengenal dan saling memahami, serta

saling menghormati. Semuanya itu, pada gilirannya akan memperkaya peri

kehidupan manusia yang beradab. Kiranya tidak terlalu menyimpang jika kondisi

kemanusiaan tadi kita rangkum dalam semboyan ”Bhineka Tunggal Ika”, karena

kebhinekaan budaya umat manusia ditegaskan serentak dengan tunggalnya

kemanusiaan.

2. Unsur kedua adalah semangat keindonesiaan, yaitu semangat kekeluargaan dan

toleransi dari suatu masyarakat majemuk, yang menganut berbagi agama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam semangat kekeluargaan dan

toleransi ini, kaum muslimin menghargai agama serta kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa yang dianut oleh Saudara-saudaranya se-Bangsa.

Perpaduan kedua unsur tadi, antara yang universal dan yang nasional.,

menimbulkan kepribadian tersendiri dan menyebabkan kebudayaan kaum

Page 3: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

37

muslimin Indonesia mempunyai ciri khasnya sendiri yang layak ditampilkan

(Soeharto :1993).

Upaya untuk mengenalkan bahwa Festival Istiqlal tersebut, bukanlah milik

pemerintah atau negara tetapi untuk seluruh masyarakat Indonesia dipaparkan juga oleh

Soeharto berikut ini:

”Festival seperti ini merupakan festival yang pertama kali kita selenggarakan di Tanah Air kita. Festival ini bukanlah festival negara ataupun festival pemerintah, tetapi festival masyarakat sendiri. Kesemarakan festival ini bergantung kepada dukungan umat Islam Indonesia khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.” (Soeharto :1993).

3.1 Konsep Festival Istiqlal I 1991

Peristiwa Festival Istiqlal sesungguhnya bukan hanya sekedar masalah peristiwa

pameran kesenian biasa. Lingkup ini tidak bisa dilepaskan melalui pengaruh sosiologis

dan konteks kultural yang turut serta mempengaruhinya. Secara sosiologis, kita tahu pada

masa 90-an pula isu mengenai gempuran globalisasi dan bagaimana tuntutan bangsa

Indonesia menghadapi tantangan akhir abad-20, yang diyakini mempunyai kendala

masalah sosial, ekonomi dan politik diramalkan semakin besar bahkan kompleks.

Perhatian ini kemudian tertuang dalam latar belakang bagaimana Festival Istiqlal I itu

digagas:

”Menjelang akhir abad 20 bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan-tantangan yang semakin besar. Di tengah gejolak iklim sosial, sosial, politik, dan ekonomi yang serba cepat dan penuh perubahan, bangsa Indonesia semakin dituntut untuk berbagai unsur utama: kreativitas, imajinasi, kerja keras, dan semangat pantang menyerah. Sikap dan kemampuan seperti itu tentu tidak bisa hadir begitu saja, melainkan harus ditumbuhkan secara bertahap dan terencana.

Dalam hal ini bangsa Indonesia patut bersyukur karena telah memiliki pegangan yang jelas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Program Pembangunan yang dilaksanakan secara berkelanjutan telah menampakkan hasil dan berbagai perubahan, baik material maupun non-material.

Page 4: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

38

Proses perubahan itu juga telah meningkatkan berbagai kemampuan bangsa Indonesia, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, ini nampak dengan semakin meratanya tingkat pendidikan ke segala lapisan masyarakat.

Bangsa Indonesia yang berjumlah 180 juta jiwa terdiri dari banyak suku dan beberapa keyakinan, sehingga tidak mengherankan jika ia sering dilihat sebagai masyarakat majemuk. Namun, apabila diingat bahwa 89 % dari seluruh penduduk Indonesia adalah muslim, mau tidak mau muncul pertanyaan: Bagaimana meningkatkan kualitas bangsa ini melalui etik Islam? Pertanyaan demikian adalah wajar, dan lebih berupa gagasan kultural karena menghubungkan pola perilaku bangsa dengan salah satu sumber keyakinannya yang terbesar. Seperti diketahui, kebudayaan tidak lain adalah cara hidup manusia.” (Katalog Pameran Kebudayaan Indonesia Yang bernafaskan Islam, Festival Istiqlal I 1991, hal.2)

Di sisi lain bagi Pontjo Sutowo sendiri yang menjadi ketua umum badan pelaksana

Festival Istiqlal I 1991, ia menyatakan bahwa masalah kebudayaan tidak kalah

pentingnya dengan masalah kemakmuran dan ekonomi suatu bangsa, masalahnya terletak

pada persoalan bagaimana meningkatkan kualitas dan martabat manusia. Pontjo Sutowo

kemudian menulis:

”Pada masa kini dan masa-masa yang akan datang, isu tentang kualitas dan martabat manusia semakin penting. Setelah berhasil melewati tahap-tahap yang sulit dalam upaya meningkatkan kemakmuran dan swasembada pangan. Prioritas berikutnya tak pelak lagi adalah adalah pada manusia itu sendiri. Ini bukan berarti bahwa upaya meningkatkan kemakmuran lalu dihentikkan, atau pada masa-masa sebelumnya nilai-nilai kemanusiaan tidak dikembangkan. Keduanya tetap berjalan bersama, hanya titik beratnya berbeda. Pembanguan jangka panjang tahap kedua mencanangkan pentingnya peningkatan kualitas dan martabat manusia. Berbicara tentang manusia berarti berbicara tentang gagasan-gagasannya, impian dan harapan, perilaku dan karya-karyanya, singkatnya kebudayaannya. Jadi upaya meningkatkan kualitas dan martabat manusia tidak bisa lain mesti ditandasi oleh pemahaman terhadap kebudayaannya. Dalam kaitan ini suatu festival kebudayaan menjadi penting dan berfungsi sebagai refleksi yang pada gilirannya dapat menjadi inspirasi dan titik tolak bagi langkah peningkatan.” (Pontjo Sutowo: 1991).

Page 5: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

39

Penandasan lain tentang Festival Istiqlal 1991 yang dimaknai sebagai peristiwa

kebudayaan dan kesenian Islam, dicoba dikemukakan lagi oleh Fuad Hassan. Sebagai

seorang yang menjabat menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia pada saat itu, Fuad

Hassan berkomentar:

”Pengolahan unsur kebudayaan yang bernafaskan Islam itu dalam berbagai kebudayaan daerah menghasilkan berbagai bentuk hasil kebudayaan yang berbeda-beda pula. Banyak dari hasil pengolahan itu bahkan merupakan puncak -puncak dari kebudayaan daerah. Dengan demikian, sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, puncak-puncak kebudayaan daerah yang seperti itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan nasional kita. Karena itu saya harapkan agar Festival Istiqlal 1991 ini akan merupakan salah satu tonggak bersejarah dalam usaha kita semua lebih meningkatkan lagi perkembangan kebudayaan nasional. ” (Fuad Hassan: 1991).

Di sisi lain, komentar berbeda tentang Festival Istiqlal pertama tahun 1991 ini,

dikemukakan juga oleh Munawir Sjadzali, sebagai menteri agama. Munawir Sjadzali

menulis:

”Sebagaimana kita ketahui bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki tradisi budaya yang beragam. Namun demikian, budaya juga memiliki fungsi integratif yang dapat mempertalikan keragaman itu dalam satu kesatuan. Oleh karena itu, melalui Festival Kebudayaan Indonesia yang bersumber dari nilai-nilai agama Islam dapat diharapkan terjadi proses pemahaman, baik pemahaman umat Islam terhadap hasil budayanya, maupun saling pemahaman antar umat beragama.” (Munawir Sadjali: 1991).

Pada masanya tahun 1991 Festival Istiqlal bukan saja peristiwa yang memfokuskan

diri terhadap masalah kebudayaan Islam di Indonesia. Secara ekonomis pertimbangan ini

juga dilakukan dalam upaya promosi pemerintah Indonesia, dalam bidang pariwisata.

Karena di tahun tersebutlah Indonesia juga mengagendakan ’Tahun Kunjungan Indonesia

1991’/Visit Indonesian Year 1991. Masalah-masalah ini kemudian ditegaskan oleh

Soesilo Soedarman, sebagai menteri pariwisata pos dan telekomunikasi:

”Menyadari hal itu, Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi bersama-sama dengan instansi terkait dan dunia usaha serta anggota masyarakat lainnya berupaya untuk meningkatkan dan melestarikan seni budaya nasional yang terbentuk dari puncak-puncak seni budaya tradisional masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, Festival Istiqlal 1991 yang akan menggelar seni budaya bangsa Indonesia yang bersumber dan

Page 6: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

40

bernafaskan tradisi keagamaan dan nilai-nilai yang diamalkan di dalam agama Islam ini saya sambut dengan gembira, terutama dalam kaitannya sebagai salah satu peristiwa utama dalam Tahun Kunjungan Indonesia 1991. Melalui Festival Istiqlal 1991 ini diharapkan umat Islam Indonesia khususnya, seluruh masyarakat Indonesia dan dunia pada umumnya dapat lebih mengenal serta menghayati nilai-nilai agama Islam yang tersirat pada setiap materi yang diperagakan, yang pada gilirannya akan dapat lebih memperkokoh keimanan dan semangat pengabdian kita kepada agama, nusa dan bangsa, serta terbentuknya jati diri bangsa yang dipayungi oleh semangat persatuan dan kesatuan. ” (Soesilo Soedarman: 1991).

Rupanya, Festival Istiqlal diselenggarakan bukan hanya sekadar menampilkan hasil

kebudayaan dan kesenian Islam nusantara saja. Akan tetapi harapannya kian meluas ke

masalah yang sangat sulit sekali dirumuskan misalnya pada pokok masalah ’identitas

Islam’. Pada pokok ini Munawir Sjadzali memberikan tanggapan:

”Saat ini kita sering mendengar tentang proses globalisasi yang sedang berlangsung, yang mau tidak mau melibatkan kita, baik sebagai umat Islam maupun sebagai bangsa Indonesia. Sebagai umat dan sebagai bangsa, tentu saja kita tidak ingin tenggelam dalam arus globalisasi itu kehilangan identitas diri. Di sinilah terlibat betapa pentingnya pembicaraan tentang kaitan antara tradisi dan inovasi. Ungkapan ’berpegang dengan cara-cara lama yang baik dan mengambil cara-cara baru yang lebih baik’. Memberikan panduan kepada kita di tengah-tengah dunia yang seolah-olah makin sempit, yang ditandai oleh saling keterpengaruhan dan saling ketergantungan yang makin ketat dan menonjol.” (Munawir Sadjali: 1991).

Dalam arus global ternyata globalisasi juga memberikan dampak bagaimana situasi

identitas diri bisa terbelah. Dalam Festival Istiqlal I 1991, apa yang dikemukakan oleh

Munawir Sjadzali di atas, tersirat refleksi kekhawatiran itu tersirat ada. Dengan demikian

bisa saja terjadi, masalah Festival Istiqlal juga semacam pergulatan identitas diri (Islam)

dengan arus global yang tengah dihadapi. Masalah identitas bukan saja masalah ’jati-diri’

yang seolah-olah diandaikan tetap, melainkan konsep identitas merupakan problematika

yang sangat kompleks. Menyambut persoalan demikian, pengkaji cultural stidies dan

kritikus budaya terkemuka Stuart Hall, sering berkomentar terhadap masalah konsep

identitas tersebut, bahwa konsep identitas bukanlah konsep esensialis akan tetapi

Page 7: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

41

persoalan strategi dan bagaimana seseorang menetapkan sebuah posisi (Stuart Hall:

2000:17).

Tidak lain adalah pelukis A.D Pirous dengan beberapa rekannya di Bandung, yang

pertama kali mengangankan proyek mushaf sebagai bagian dari festival seni Islam yang

mereka rencanakan untuk diadakan pada Oktober 1991 di Masjid Istiqlal Jakarta, dalam

rangka Tahun Kunjungan Wisata Indonesia. Rencana penyelenggaraan Festival Istiqlal

I991 muncul dari hasil diskusi dengan Menteri Pariwisata, Menteri Agama, Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan, serta dilaksanakan oleh Pontjo Sutowo, pengusaha yang

dikenal dekat dengan Soeharto berasal dari Jakarta (Kenneth M. George: 2003).

Seperti apa yang dikemukakan oleh A.D Pirous, bahwa suasana politik tahun 1990-

an sangat tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan festival semacam itu. Oleh

karena itu bagi Pirous, pemerintah, maupun para sponsor sangat tidak menduga bahwa

Festival yang diselenggarakan sebulan penuh ini akan sukses dan menyerap lebih kurang

6,5 juta pengunjung. Ketika pada 1995 diadakan Festival Istiqlal II dalam rangka

perayaaan kemerdekaan RI ke-50, banyak kaum elit Jakarta datang untuk memberi

dukungan atau melibatkan diri dalam pameran itu (Kenneth M. George: 2003).

Bisa dirumuskan bahwa poin-poin besar yang hendak dirangkai pada Festival

Istiqal I 1991, diantaranya ialah:

1. Festival Istqilal I 1991, diselenggarakan pada akhir awal 90 saat bangsa

Indonesia dan umat muslim akan mengalami masa globalisasi di abad 21. Untuk

itu Festival Istiqlal I 1991, mencuatkan persoalan identitas Islam, berikut

persoalan tradisi dan inovasi dalam era globalisasi.

2. Festival Istiqlal I 1991, ketika pertama kalinya digelar tahun 1991, maksud yang

paling konseptual yaitu Festival Istiqlal berupaya menampilkan hasil-hasil

kebudayaan Islam dan kesenian Islam dengan berbagai corak dan ekspresinya di

seluruh Nusantara.

Page 8: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

42

3. Festival Istiqlal I 1991 diselenggarakan oleh pemerintah saat itu, untuk

mempromosikan aspek wisata Indonesia secara turistik, karena mengambil

momentum ’Tahun Kunjungan Indonesia 1991’/Visit Indonesian Year 1991.

Setidaknya dari ketiga pokok isu tersebut Festival Istiqlal I 1991, kemudian

diselenggarakan.

3.2 Konsep Festival Istiqlal II 1995

Pada pokoknya pelaksanaan Festival Istiqlal II 1995, merupakan rantai kelanjutan

pada konsep Festival Istiqlal yang pertama tahun 1991. Disebut pokok dan rantai

kelanjutan karena konsep dan landasan-landasan yang diacu dan digunakannya tetap

masih mengandalkan formulasi gagasan awal pada Festival Istiqlal I, terutama yang

dibentuk oleh tim 7. Namun, sedikit banyak tentu saja ada penambahan disana-sini

meliputi susunan acara, konsep pameran dan para peserta yang diundang untuk terlibat.

Sebab dalam Festival yang ke II 1995 ini, para peserta pameran mengalami peningkatan,

lebih kurang 200 seniman yang diundang baik yang berada dalam lingkup nasional

maupun internasional.

Pokok-pokok yang diangkat pada konsep Festival Istiqlal II 1995 ialah:

1. Pendalaman yang berkesinambungan dalam memahami materi pemikiran budaya

Islam yang berkembang di Indonesia secara filosofis dan konseptual.

2. Penggalian yang terus-menerus dalam keragaman materi tata nilai Islami yang

mewujud dalam khasanah kesenian Indonesia, khususnya seni rupa Kontemporer.

3. Perluasan wawasan yang menjangkau titik temu proses kreatif antar negara,

dengan mengundang seniman muslim dari beberapa negara sebagai peserta

pameran maupun peserta seminar.

Page 9: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

43

Beberapa penjelasan dan catatan penting mengenai Festival Istiqlal II 1995 tersebut,

bisa disimak dalam komentar Arsono selaku ketua koordinator pameran atau Chief -

Coordinator:

”Festival Istiqlal, adalah upaya pengembangan orientasi sumber daya manusia dalam sebuah perhelatan akbar berupa Festival kebudayaan Indonesia yang bernafaskan Islam. Empat tahun sesudah Festival yang pertama, pada Festival Istiqlal II-1995 telah dicapai beberapa catatan penting. Pertama, pendalaman yang berkesinambungan dalam memahami materi pemikiran budaya Islam yang berkembang di Indonesia secara filosofis dan konseptual. Kedua, penggalian yang terus-menerus dalam keragaman materi tata nilai Islami yang mewujud dalam khasanah kesenian Indonesia, khususnya seni rupa Kontemporer. Ketiga, perluasan wawasan yang menjangkau titik temu proses kreatif antar negara, dengan mengundang seniman muslim dari beberapa negara sebagai peserta pameran maupun peserta seminar.” (Arsono :1995).

Penegasan bagaimana Festival Istiqlal II 1995 merupakan pijakan atau bahkan

rantai kelanjutan dari Festival yang pertama. Ditegaskan juga oleh Ponjto Sutowo, yang

tetap menjadi ketua pelaksana Festival Istiqlal baik yang pertama maupun yang kedua ini,

Pontjo Sutowo mengatakan:

”Festival Istiqlal II-1995 pada dasarnya masih berpijak kepada konsepsi Festival Istiqlal yang pertama, yakni menggali dan mengembangkan kebudayaan Indonesia yang bernafaskan Islam. Pengertian menggali dapat dijabarkan dengan upaya penelitian, pengkajian, dan pengungkapan kembali seputar pemikiran makna dan penuturan nilai dari kebudayaan Indonesia yang bernafaskan Islam. Sedangkan pengertian mengembangkan dapat diurai dengan melakukan upaya pembinaan, pematangan, dan pembaruan (ijtihad) dari hasil penggalian.” (Pontjo Sutowo :1995).

Dicatat pula pameran Festival Istiqlal II 1995, mencatat jumlah peserta dari luar

negeri bertambah. Berbeda dengan Festival yang pertama yang hanya diisi oleh karya -

karya seniman Indonesia dan Malasyia saja. Pada Festival Istiqlal II 1995, jumlah peserta

bertambah, diramaikan pula oleh para peserta lain dari luar negeri yang juga turut terlibat.

Misalnya dari negara Bangladesh, Jordania, Libanon, Mesir, Pakistan, Singapura, Sudan

dan Tunisia. Pameran yang tak ternilai ini telah menggelar 288 karya seni rupa dari 167

seniman (Pontjo Sutowo :1995).

Page 10: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

44

Perlu juga dipahami sebelumnya secara historis, bagaiamana sesungguhnya Islam

berkembang di bumi nusantara khususnya, dan umumnya di Asia Tenggara. Menurut

beberapa tarikh yang tertulis, sering disebut bahwa jalur perdagangan lewat pesisir laut

merupakan faktor penting bagaimana Islam berkembang di bumi nusantara.

Pada akhir abad ke-12, di pantai timur Sumatera terdapat negara Islam bernama

Perlak. Nama itu kemudian dijadikan Peureulak, didirikan oleh para pedagang asing dari

Mesir, Maroko, Persi dan Gujarat, yang menetap di situ sejak awal abad ke-12.

Pendirinya adalah orang Arab keturunan suku Quraisy.

Menurut beberapa catatan kemudian pedagang Arab itu kawin dengan putri pribumi

keturunan raja Perlak (Slamet Muljana :2003:130). Bagi catatan-catatan yang

menyimpulkan bahwa berkembangnya Islam karena faktor perniagaan. Hal ini

disimpulkan oleh para pedagang dari Arab yang menjalankan pelayaran beranting,

menyisir pantai dari Jeddah melalui teluk Persia ke Kambayat/Gujarat di pantai barat

India. Dengan sendirinya, hanya para pedagang di pantai Persia dan di pantai barat India

yang langsung berhubungan dengan para pedagang Arab yang telah memeluk agam

Islam. Gujarat merupakan pusat pertemuan para pedagang Arab, Persia, India, dan para

pedagang dari Malaka. Para pedagang Persia dan India mendapat pengaruh Islam lebih

dahulu daripada para pedagang Malaka. Gujarat, sebagai kota pelabuhan tempat bertemu

para pedagang Arab-Persia yang telah memeluk agama Islam dengan para pedagang

India dan para pedagang yang berasal dari Asia Tenggara, terutama para pedagang

Malaka, menjadi pusat kehidupan agama Islam dan pangkal persebarannya ke Asia

Tenggara, terutama ke Malaka, yang juga menjadi kota dagang, tempat bertemu para

pedagang dari ketiga jurusan (Slamet Muljana :2003:146).

Namun, penegasan bahwa faktor yang paling kuat berkembangnya Islam di

nusantara dengan pesat dipengaruhi oleh faktor niaga. Bagi sejarawan dan peneliti ilmu

sosial Anthony Reid asal Australia, persoalan demikian dibantahnya, dalam buku yang

berjudul ’Sejarah Modern Awal Asia Tenggara’, Reid mencoba menuliskan lain:

Page 11: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

45

”Pihak-pihak yang berpolemik mengajukan satu dari dua sudut pandang berikut ini sebagai penjelasan yang memadai tentang Islamisasi Asia Tenggara, sedemikian rupa sehingga timbul perdebatan agak keliru. Van Leur dan Schrieke, di satu sisi, menekankan perubahan pola perdagangan Samudera Hindia dari abad ke-12 sampai abad ke-16 dan menegaskan bahwa faktor-faktor politik lebih krusial dibanding faktor niaga. Val Leur dengan agak absurd menolak mengakui bahwa Islam menawarkan ’peradaban lebih tinggi’ bagi Asia Tenggara dan bersikukuh bahwa pergulatan antara Portugis dan orang Muslim mempertegas pola yang berbentuk sebelumnya di mana Islam tidak lebih daripada sekadar simbol persekutuan politik yang saling berhadapan satu dengan yang lain...sementara A.H Johns dan Fatimi di sisi lain, lebih memandang serius bukti sumber-sumber ’dari dalam’ dan membangun suatu penjelasan tandingan mengenai proses Islamisasi yang berpusat pada imam-imam Sufi yang ”cakap di bidang ilmu kebatinan dan memiliki kekuatan penyembuh, dan tidak kalah penting ...bersedia menggunakan istilah dan unsur-unsur kebudayaan pra-Islam dalam suatu semangat Islami”. (Anthony Reid :2003:23).

Antitesa ini masih memerlukan sintesa yang kokoh. Kedua penjelasan di

atas mengandung banyak kebenaran, namun masing-masing memperbincangkan

mengenal fenomena yang berbeda. Kehadiarn Islam tentu saja dibawa oleh

perdagangan dan acapkali diperkuat oleh kekuatan politik dan militer (Anthony

Reid: 2003).

Begitulah, sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa petunjuk yang

memungkinkan bagaimana Islam berkembang di Asia Tenggara, pada akhirnya

tidak bisa dilepaskan bahwa sejak dahulu kala faktor dan peran keterlibatan

kekuasaan politik dalam Islam selalu terasa.

Perlu dicatat kemudian, sebelum kegiatan Festival Istiqlal I 1991

dilaksanakan di negara Indonesia. Dibandingkan dengan Indonesia, negara

tetanggga di Asia Tenggara seperti Malasyia telah terlebih dahulu menggelar

bentuk kegiatan yang menampilkan secara insidental kebudayaan dan kesenian

dalam seni rupa. Ini terjadi pada tahun 1984, pada watu itu negara Malasyia

menyebut istilah pameran seni Islam tersebut dengan istilah ’Tamadun Islam’.

Page 12: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

46

Peristiwa ’Tamaddun Islam’ di Malasyia tersebut, diikuti oleh seniman-

seniman Malasyia. Seperti diantaranya adalah: Ismail Zain, Ponirin Anwar,

Sulaeman Esa, Syed Thajudeen, Khatijah Sanusi, Ruzaika Omar Bassaree,

Annuar Rashid, Awang Damit, Zakaria Awang, Ibrahim Hussein, Syeh Ahmad

Jamal, Fatimah Ismail, Ahmad Khalid Yusoff, Redza Piyadasa, Sharifah Fatimah,

Abdul Ghaffar Ibrahim, Syeh Salleh Mustaffa, Nik Zainal Abidin, Aza Osman,

Khalil Ibrahim, Abdul Latif Mohidin, Raja Azhar, Ismail Abdullah (Kertas Kerja

Tim 7 :1990).

3.3 Tujuan Festival Istiqlal

Memulainya dengan pengertian kebudayaan. Panitia Festival Istiqlal mencoba

memberikan pengertian kebudayaan dengan pengertian sebagai berikut:

”Kebudayaan adalah daya kemampuan manusia untuk merefleksikan pada dirinya” sesungguhnya menunjuk manusia sebagai aktor yang mampu merangkai peristiwa masa lalu, masa kini, dan kemungkinan di masa datang dalam kesinambungan yang bermakna.” (Pameran Kebudayaan Indonesia Yang bernafaskan Islam, Festival Istiqlal I 1991: 3)

Pada tingkat manusia perorangan atau individu misalnya, upaya merefleksi diri itu

sering dilakukan pada saat-saat khusus seperti pada bulan Ramadhan atau akhir tahun.

Namun, masalahnya menjadi lain apabila menyangkut persoalan bangsa dan kebangsaan.

Tersebarnya karya-karya budaya di berbagai tempat membutuhkan waktu dan usaha yang

lebih khusus untuk mengumpulkannya. Salah satu cara yang lazim dilakukan adalah

dengan suatu festival kebudayaan. Dalam festival itu, karya-karya budaya masa lalu dan

masa kini dari berbagai tempat dapat dihadirkan secara bersamaan.

Demikianlah, bertolak dari maksud untuk meningkatkan kualitas bangsa Indonesia

dan peran serta umat Islam dalam pembangunan, besar manfaatnya mengadakan suatu

festival kebudayaan dengan tema kebudayaan Indonesia bernafaskan Islam. Festival ini

diadakan dalam skala nasional dan mengambil tempat di Jakarta, dengan pusat

Page 13: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

47

penyelenggaraan di Masjid Istiqlal yang merupakan masjid nasional dan masjid terbesar

di Indonesia. Dengan pertimbangan ini, festival kebudayaan ini disebut Festival Istiqlal.

Tujuan dari Festival Istiqlal dihadirkan antara lain:

1. Meningkatkan kualitas dan peran serta umat Islam Indonesia dalam proses

pembangunan. Hal ini didasari oleh anggapan, bahwa kunci keberhasilan bagi

perkembangan suatu bangsa banyak tergantung pada kualitas bangsa itu sendiri.

2. Meninjau tradisi budaya masa lalu dengan kenyataan dan tantangan masa kini. Bagi

kaum muslim Indonesia, makna dari tradisi kebudayaannya sering belum terpahami. Hal

ini tentu berlawanan dengan hakekat kebudayaan yang mempunyai daya membentuk dan

meneruskan nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Festival Istiqlal, dengan

demikian merupakan wahana untuk menyambung warisan nilai dan hasil karya masa lalu

dengan kenyataan masa kini.

3. Menggali dan memperkenalkan khazanah hasil budaya Indonesia khususnya ragam

kebudayaan Islam Indonesia, ke masyarakat luas, baik nasional maupun internasional. Di

lingkungan internasional, khazanah kebudayaan Islam Indonesia kurang dikenal. Para

sejarawan dan ahli kebudayaan internasional sering menganggap kurang penting

kebudayaan Islam Indonesia. Kenyataan itu disebabkan oleh berbagai faktor, terutama

belum intensifnya studi budaya Islam di Indonesia, serta belum tersedianya informasi

yang memadai.

4. Menampilkan wajah Islam di Indonesia yang ramah, penuh toleransi antara sesamanya

maupun antar aga ma lain. Segi ini merupakan sumbangan yang sangat besar bagi

persatuan dan kesatuan bangsa dan kehidupan dunia yang lebih damai.

Page 14: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

48

3.4 Ruang Lingkup Festival Istiqlal

Ruang lingkup Festival Istiqlal ini meliputi berbagai bagian bidang-bidang yang

terpisah konsepnya. Diantaranya: penulisan mushaf Al-Qur’an, pameran seni rupa

tradisional, pameran seni rupa modern, pameran arsitektur, seni pertunjukkan, busana

muslimah, simposium dan lain sebagainya.

Disebut mushaf Al-Qur’an adalah tempat melaksanakan penulisan Kitab Al-

Qur’an dengan tulisan Indah (khat/kaligrafi) beserta hiasan/iluminasi pada lembaran-

lembaran kertas khusus. Perwujudan dari Al-Qur’an tersebut tidak dalam bentuk yang

biasa, melainkan dalam ukuran besar. Secara keseluruhan dapat mencerminkan kekayaan

budaya bangsa yang serasi dengan kaidah dan hukum penulisan Mushaf Al-Qur’an.

Penulisan Mushaf Al-Qur’an ini dilakukan di salah satu ruang di Masjid Istiqlal

dan dilaksanakan oleh suatu tim ahli yang terpilih dari berbagai bidang keahlian seperti

pentashih, alim ulama, khattat (kaligrafer) pendesain dan drafter.

Setelah Mushaf ini selesai, akan merupakan Qur’an Resmi yang mempunyai ciri

khas Indonesia yang dapat dipertanggung-jawabkan dalam segi keabsahan hukum Islam.

Dengan demikian isi kandungan Al-Qur’an yang agung turut didukung oleh perwajahan

yang estetis dan monumental. Sebagai Kitab Suci yang resmi, Mushaf Al-Qur’an Istiqlal

ini diharapkan akan menjadi acuan bagi seluruh Al-Qur’an di Indonesia. Kemudian

jangka waktu penulisan ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar tiga sampai empat

tahun.

Beberapa penjelasan dan deskripsi mengenai berbagai pameran pada Festival

Istiqlal I 1991, bisa disimak berikut ini:

Page 15: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

49

Judul Gambar: Ruang Lingkup Festival Istiqlal

Sumber: Kertas Kerja Tim 7

3.4.1 Seni Arsitektur

Memperkenalkan Arsitektur Islam Indonesia kepada khalayak Internasional

dengan menampilkan hasil karya para arsitek Islam di Indonesia dari zaman terawal

sampai saat ini.

Secara umum pameran arsitektur merupakan simulasi semirip mungk in dengan

suasana aslinya. Untuk setting dibuat suatu simulasi masjid atau bangunan Islam lainnya

selengkap mungkin. Penyajian dapat berupa foto, gambar, peta dan denah, model atau

maket, replika, artefak asli dan peralatan audio visual.

Materi pameran arsitektur ini disusun berdasarkan 4 tema, yaitu: pertama, tema

perubahan-perubahan besar yang dibawa Islam pada perkembangan arsitektur di

Page 16: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

50

Indonesia; kedua, tema perkembangan arsitektur masjid di Indonesia; ketiga, tema

arsitektur Islam di Indonesia; keempat, tema keragaman masjid di Indonesia.

Judul Gambar: Ruang Lingkup Pameran Arsitektur Indonesia

Sumber: Kertas Kerja Tim 7

3.4.2 Seni Rupa

Konsep pameran seni rupa Islam pada Festival Istiqlal I 1991, pameran seni rupa

ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu Pameran Seni Rupa Modern dan Pameran Seni Rupa

Tradisional. Pada dasarnya, pameran seni rupa modern menampilkan karya seni rupa

Islam yang diciptakan pada masa kini, meliputi lukisan, grafis, bentuk trimatra, seni khat

dan sebagainya. Pelaksanaan pameran seni rupa modern dapat berupa pameran

kelompok, pameran tunggal atau berdua, dan pameran karya seniman-seniman dari

Malasyia.

Page 17: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

51

Pameran seni rupa tradisional, menampilkan berbagai seni kerajinan yang

disajikan meliputi seeni kain (batik, tenun ikat, tenun songket, tenun palekat, sulaman),

seni kerajinan kulit, seni perhiasan, seni keramik, seni lukis kaca, seni anyamanan, seni

senjata, seni busana muslim, dan seni interior gaya Islam. Adapun teknik presentasinya

adalah dengan menampilkan karya asli, baik karya dwi matra, trimatra, maupun

gabungan antara keduanya.

Judul Gambar: Ruang Lingkup Pameran Seni Rupa Islam Indonesia Sumber: Kertas Kerja Tim 7

Page 18: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

52

3.4.3 Kitab Suci Al-Qur’an

Menyajikan Kitab Suci Al-Qur’an tulisan tangan. Kitab demikian terdapat di

berbagai daerah dengan gaya masing-masing, di Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, jawa

Tengah, Jawa Timur, Madura, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan daerah lainnya.

Dalam pameran ini disajikan dua kelompok koleksi Al-Qur’an yaitu Al-Qur’an

Mushaf kuno (koleksi utama Indonesia) dan koleksi Al-Qur’an cetakan modern (koleksi

dari negara-negara Islam).

Judul Gambar: Ruang Lingkup Mushaf Al-Qur’an Indonesia

Sumber: Kertas Kerja Tim 7

Page 19: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

53

3.4.4 Naskah, Buku dan Media Komunikasi Lainnya

Menyajikan karya tulis beserta berbagai medianya. Seluruh materi berisi tentang

sains, teknologi dan seni Islam di Indonesia. Secara umum materi pameran terdiri dari

naskah kuno, buku, media cetak dan media elektronika.

Konsep pameran Naskah pada Festival Istiqlal I 1991

Judul Gambar: Ruang Lingkup Pameran Naskah Indonesia

Sumber: Kertas Kerja Tim 7

Page 20: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

54

3.4.5 Tata Boga

Pameran sekaligus bazar seni masakan di Indonesia. Sebagaimana diketahui

masyarakat Islam menerapkan suatu ketentuan dan cara tentang makanan sesuai ajaran

Islam, hal ini nampak pada masakan sehari-hari dan yang berkaitan dengan hari-hari

besar Islam.

3.4.6 Peragaan Busana Muslimah

Peragaan Busana Muslimah ini akan menampilkan karya perancang busana denga

tema ”Menjalin Tradisi menuju Bentuk Busana Muslimah Indonesia Masa Kini”.

Penonjolan ciri ke-Indonesiaan tentunya merupakan tantangan bagi para perancang

busana. Diharapkan, dari peragaan busana ini akan meningkatkan apresiasi masyarakat

pada busana muslimah, baik dari segi ketentuan agama, sosial, etis dan estetis.

3.4.7 Seni Pertunjukan

Konsep seni pertunjukkan, menampilkan berbagai cabang seni pertunjukan yang

terdiri dari: Seni Baca Al-Qur’an, Teater, Baca Puisi, Musik, Tari, Film, Peragaan

Busana. Seni Pertunjukkan yang disajikan memiliki unsur dan semangat Islam dan

keIndonesiaan. Sehingga dari pertunjukkan ini orang dapat melihat nilai-nilai Islam

diterjemahkan melalui kemampuan local-genius (jatidiri) budaya Indonesia. Acara ini

menampilkan seni tradisional maupun modern.

Page 21: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

55

Judul Gambar: Konsep pameran Seni Pertunjukkan pada Festival Istiqlal I-1991 Sumber: Kertas kerja tim 7

Demikianlah, akan diperlihatkan pula bahwa seni Pertunjukkan Islam adalah

tradisi yang hidup dan berkembang. Hidup karena terus bermakna bagi para

pendukungnya dan bersatu dengan kegiatan mereka sehari-hari. Berkembang karena terus

bergerak dalam rangka menjawab perubahan zaman beserta masalah-masalah yang

timbul di dalamnya.

3.4.8 Forum Ilmiah

Simposium, sebagai suatu festival budaya, Festival Istiqlal I 1991 ini akan lebih

bermakna jika dibarengi dengan kegiatan reflektif yang mengkaji dan menafsirkan

pagelaran seni pertunjukkan, benda-benda pamer dan berbagai segi kebudayaan lainnya.

Kegiatan reflektif ini dimaksudkan untuk mengungkapkan perkembangan nilai-nilai

keislaman dalam kebudayaan Indonesia masa lalu, masa kini dan kemungkinan esok.

Page 22: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

56

Oleh karena itu, simposium ini mengambil tema utama: Islam Dan Kebudayaan

Indonesia: Dulu, Kini Dan Esok. Secara lebih rinci, tema utama ini dibagi menjadi tiga

subtema yaitu:

1. Ekspresi Estetik Islam di Indonesia.

2. Tradisi dan Inovasi Keislaman dalam Kebudayaan Indoensia.

3. Islam dan Masa Depan Peradaban Dunia.

Judul Gambar: Konsep simposium forum ilmiah pada Festival Istiqlal I-1991 Sumber: Kertas kerja tim 7

Dengan demikian, masing-masing subtema tersebut menampung suatu pengertian

kebudayaan yang sering dipakai: budaya dalam arti seni dipakai pada subtema. Pertama,

budaya dalam arti keseluruhan kegiatan manusia pada subtema dua, meskipun masih

dibatasi oleh batas kebangsaan. Pada subtema tiga, batas kebangsaan itu ditiadakan,

sehingga dalam hal ini dipakai istilah peradaban.

Page 23: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

57

Simposium ini terbuka untuk segenap ilmuwan, ulama, cendekiawan, budayawan

dan seniman di Indonesia yang berminat dan menaruh perhatian pada perkembangan dan

pengembangan kebudayaan Indonesia yang bernafaskan Islam. Simposium

diselenggarakan pada tanggal 21-24 Oktober 1991, bertempat di gedung Indosat, Jl.

Medan Merdeka Barat, Jakarta.

3.4.9 Ceramah

Di samping simposium, Bidang Forum Ilmiah juga akan menyelenggarakan

ceramah-ceramah ilmiah. Materi ceramah dipilih dan ditentukan berdasar tantangan yang

dihadapi oleh umat Islam dalam era-globalisasi, serta pentingnya pemecahan masalah

tersebut dalam konteks keIslaman di Indonesia. Dalam tiga kali kesempatan, rangkaian

ceramah ini akan mengungkap: masalah pendidikan, masalah peranan wanita muslim dan

masalah tafsir Al-Qur’an.

3.4.10 Sayembara

1. Sayembara Adzan tingkat anak-anak dan remaja, mencakup usia 7-12 tahun dan

12-18 tahun.

2. Sayembara Kaligrafi Islam berlaku bagi seluruh masyarakat Islam Indonesia,

mencakup seluruh kategori usia.

Page 24: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

58

Judul Gambar: Konsep acara sayembara pada Festival Istiqlal I-1991

Sumber: Kertas kerja tim 7

Dari paparan data di atas, bisa dimengerti bagaimana luasnya cakupan yang ingin

disasar oleh panitia Festival Istiqlal, dengan mengetengahkan berbagai program pameran

dari berbagai sisi tampilan kebudayaan dan kesenian Islan yang ingin ditampilkan.

3.5 Tim 7 dan Kertas kerja Tim 7

Pokok penting dari mana asal-muasal dan landasan fundamental penyelenggaraan

dan dasar-dasar konsep Festival Istiqlal baik yang pertama dan kedua itu dibuat. Ada

baiknya terlebih dahulu, kita melihat apa yang dinamakan dengan istilah tim 7 Bandung.

Page 25: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

59

Bagaimana pun juga perhatian pada persoalan tim 7 secara khusus dan tersendiri,

pada dasarnya juga perlu dilihat sebagai sistem hirarkis karena keterkaitannya sekaligus

keterhubungannya dengan masalah politik dan kekuasaan.

Istilah tim 7 merupakan keterangan bagaimana tim atau panitia perumus Festival

Istiqlal itu disebut, dan mereka terdiri dari 7 orang perumus yang membidani keahliannya

masing-masing yang diketuai oleh 1 orang. Mereka yang masuk dalam tim 7 tersebut

antara lain: A.D Pirous (ketua), Mahmud Buchori (sekertaris), Ahmad No’eman, Saini

K.M, Yusuf Affendi, Abay Subarna, dan Yustiono.

Bisa dilihat susunan panitia dibawah berikut ini, dijelaskan posisi dan tanggung jawab

masing-masing anggota:

Bagan : Penyusun Tim 7 Festival I 1991

Sumber: Kertas kerja tim 7

Page 26: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

60

A.D Pirous sebagai ketua mengerjakan dan menangani bidang seni rupa, Machmud

Buchori sebagai sekertaris menangani masalah scriptorium kemudian anggota-anggota

lainnya seperti: Achmad Noe’man menangani bidang arsitektur, Yusuf Affendi

menangani bidang seni rupa tradisional (kerajinan), Saini K.M menangani masalah seni

pertunjukan, Abay Subarna menangani bidang naskah, buku, dan sejarah seni rupa Islam

dan Yustiono sebagai penyunting kertas kerja, dan menangani bidang forum ilmiah.

Kertas kerja tim 7 merupakan suatu rancangan yang mengandung konsep-konsep

sebagai pedoman dalam tahap pelaksanaan (Kertas Kerja Tim 7: 1991). Secara garis

besar susunan kertas kerja tersebut terdiri dari dasar dan tujuan Festival yang tertulis

dalam bab pendahuluan disusul oleh usulan program dalam bab-bab berikutnya, yaitu

scriptorium, pameran, seni pertunjukkan, forum ilmiah, dan sayembara.

Setiap satuan usulan program yang terdapat dalam suatu bab, disusun berdasar pada

acuan sistematika yang sama. Sistematika itu, secara berurutan adalah:

1. Pengantar/Pendahuluan

2. Konsep umum

3. Materi dan teknik penyajian

4. Bahan dan Sarana

5. Sistem organisasi dan administrasi

Karena setiap anggota menangani bidang-bidang khusus dan spesifik dalam

menangani masalah kesenian Islam. Lalu, dalam bidang pameran seni rupa Islam

misalnya, bidang ini dikerjakan oleh beberapa anggota lain diantaranya: A.D Pirous, But

Muchtar, Amang Rahman, Yusuf Affendi, Sanento Yuliman, Yustiono, dan Lembaga

Seni Rupa Indonesia (LSRI).

Page 27: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

61

3.6 Seni Rupa Modern dalam Festival Istiqlal

Judul Gambar: Pameran Seni Rupa Modern dalam Festival Istiqlal

Sumber: Kertas Kerja Tim 7

Sebagaimana yang telah dijelaskan dimuka. Karena lingkup Festival Istiqlal itu

bermacam-macam variannya yang dijalankan, maka di sini penulis mencoba akan

mendeskripsikan secara lebih spesifik apa yang tertuang dan terumuskan dalam ketagori

seni rupa modern dalam Festival Istiqlal tersebut.

Lewat konsep yang diajukan oleh tim 7, bahwa seni rupa modern yang bernafaskan

Islam bisa dirunut lewat latar belakang historisnya melalui berberapa tahapan

perkembangan. Bentuk kegiatan yang dapat diandalkan dalam bidang seni rupa modern

yang bernafaskan keIslaman di Indonesia sejak 20 tahun terakhir ini, adalah bentuk ’Seni

Lukis Kaligrafi Arab’. Gaya seni lukis kaligrafi ini, telah dipelopori kelahirannya oleh

beberapa pelukis modern Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Kegiatan pameran yang

Page 28: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

62

dijalankan sehubungan dengan gaya seni lukis kaligrafi ini dimulai diawal tahun tujuh

puluh. Lalu menemukan pendukungnya, pada Pameran Besar Seni Lukis Kaligrafi,

sehubungan dengan pameran MTQ di Semarang pada tahun 1979 yang diikuti oleh 26

pelukis. Kertas Kerja Tim 7, Tentang Masalah Seni Rupa Modern Indonesia. Pada tahun

1979 diadakan pameran seni lukis bernafaskan Islam (Pameran Kaligrafi Nasiona l), di

Semarang. Sehubungan dengan MTQ XI. Karya yang dipamerkan sebanyak 120 buah

dari 26 seniman mencakup (lukis, grafis, keramik, ukiran dan tapestri). Sebelumnya

memang ada beberapa kegiatan yang membawa konsep gagasan nilai Islam lainnya

misalnya: pada tahun 1981, diadakan pameran lukisan kaligrafi dan Mesjid di Banda

Aceh, sehubungan MTQ ke XXI, diikuti oleh 45 seniman dengan 255 karya (lukisan

kaligrafi dan fotografi. Kemudian diadakan pula tahun 1983, pameran lukisan kaligrafi di

MTQ ke XIII, Padang, diikuti oleh 28 seniman dengan 75 karya. Pada tahun 1984

diadakan pameran lukisan kaligrafi menyambut tahun baru Hijriah 1425H , diikuti oleh 8

pelukis di Jakarta oleh Yayasan Ananda. Pada tahun 1987, pameran kaligrafi Islam

Indonesia, di Mesjid Istiqlal diikuti oleh 32 seniman.

Kemudian pada tahun 1985, untuk pertama kali 5 orang pelukis senior Indonesia

yang mendukung gaya seni lukis kaligrafi Arab ini, berkesempatan berpameran di Timur

Tengah. Pameran ini mendapat kesan pertama tentang seni lukis bernafaskan Islam untuk

pertama kali di luar negeri.

Hal ini wajar dalam masyarakat seni modern Indonesia yang berpenduduk 90%

beragama Islam. Kegiatan kesenian kreatif ini, bukan tidak mungkin dapat berkembang

menjadi salah satu ciri seni lukis modern Indonesia dalam forum Internasional. Memang,

sangat diketahui jika keanekaragaman hasil kebudayaan dan ekspresi kesenian di

Indonesia mempunyai berkah tersendiri, disamping pula menyimpan sisi problematika

yang tak mudah dirumuskan. Bagi peneliti sejarah seni Wiyoso Yudoseputro ada

kesukaran tersendiri, jika kita melihat kenyataan masalah praktik kesenian di Indonesia.

Kesulitan untuk merumuskan kenyataan ini, diakibatkan oleh kemajemukan ekspresi

kesenian setiap masing-masing daerah di nusantara.

Page 29: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

63

”Mendeskripsikan prestasi artistik yang dapat menjelaskan ekspresi dalam kesatuan gaya seni rupa Indonesia dirasakan sulit mengingat kemajemukan ekspresi sebagai landasan perkembangan seni rupa muslim di Indonesia. Tidak mudah pula mengadakan bahasan banding gaya-gaya ekspresi lokal atau daerah mengingat kompleksitas dan pluralitas kebudayaan pendukungnya. Adapun pengertian gaya seni rupa sebagi jati diri dari ekspresi estetik suatu bangsa disamping didukung oleh tradisi budaya nasionalnya, juga faktor-faktor pendukungnya lain, seperti tuntutan media dan teknik, filsafat hidup dan pranata dalam kebudayaan yang bersifat lokal, nasional atau regional”. (Wiyoso Yudoseputro :1993:111).

Gambar 3. 1

Sumber: Katalog Seni Rupa Modern Festival Istiqlal-1991

Salah satu karya seniman Sulbi asal Jepara, yang ditampilkan dalam Festival Istiqlal I-1991 Karya trimatra yang dipengaruhi nuansa etnik-tradisional

Demikianlah, dengan menampilkan serangkaian pameran besar seni rupa

bernafaskan Islam di Indonesia dalam rangka Festival Istiqlal pada tahun 1991

diharapkan dapat merangsang-suburkan mekarnya satu bentuk kesenian atau kebudayaan

yang berkarakter nasional dan mempunyai identitas Indonesia, di samping bentuk dan

gaya seni rupa lainnya.

Page 30: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

64

3.7 Konsep Pameran Seni Rupa Modern

Dalam Festival Istiqlal pertama ini, draf awal konsep kegiatan pameran seni rupa

modern yang diajukan oleh tim 7, meliputi dua konsep materi pameran yang diajukan:

1. Karya seni rupa (lukisan, grafis, patung, keramik, tapestri, ukiran) yang

diciptakan dalam nafas dan suasana Islam; umumnya kaligrafi Arab. Karya yang

dibuat baik berciri kaligrafi Arab atau Islam maupun non kaligrafi.

2. Karya seni kaligrafi Arab atau Islam murni yang diciptakan berdasarkan kaidah

khat (anatomi) sesuai fan (gaya) nya masing-masing.

Disebut pameran kaligrafi murni, karena dalam pameran seni rupa jenis ini, akan

menampilkan kaligrafi yang khas sesuai khat (anatomi), fan (gaya) yang ada dalam dunia

seni tulis indah, seperti jenis Naskhi, Thulus, Al-Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan

Raihani. Sumber karya khat dapat diambil dari hasil mengadakan satu sayembara

kaligrafi Islam Indonesia secara nasional. Dari karya utama khattat (kaligrafer) yang

terdapat di Indonesia dan dari Malasyia dan Brunnei Darussalam karena itu bentuk

pameran dapat terdiri dari 3 macam kelompok. Pertama, hasil karya dari sayembara

kaligrafi terdiri dari karya pemenang dan sekelompok pilihan dari karya peserta. Kedua,

karya dari peserta bebas, tanpa sayembara. Mungkin dari karya juri atau khattat senior

lainnya. Ketiga, karya undangan dari khattat di Malasyia dan Brunei Darussalam.

Materi dan teknis penyajian seni rupa modern dalam Festival Istiqlal ini dibagi ke

dalam beberapa bentuk seperti:

1. Pameran kelompok yang diikuti oleh sejumlah seniman dari seluruh Indonesia

secara nasional.

2. Pameran Tunggal atau Berdua, atau Bertiga yang dipilih dan ditunjuk oleh

panitia.

3. Pameran karya seniman dari Malasyia, dengan undangan khusus.

Page 31: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

65

Pameran kelompok, adalah peserta yang diundang khusus oleh panitia, yang terdiri

dari seniman dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lain- lain. Kepada peserta

diinformasikan gagasan serta tema yang diminta, yaitu karya yang bernafaskan ’tamadun

Islam’. Undangan dikirimkan kepada kurang lebih 100 seniman, dan diharapkan dapat

diikuti kurang lebih sekitar 50 seniman. Karya terdiri dari lukisan, seni grafis, gambar,

patung, relief, keramik dan seni tapestri.

Gambar 3.2

Sumber: Katalog Seni Rupa Modern Festival Istiqlal-1991

Karya lukisan kaligrafi Ahmad Sadali pada Festival Istiqlal I-1991 Sumber: Katalog Seni Rupa Modern Festival Istiqlal-1991

Sementara konsep pameran tunggal berdua atau bertiga, mengundang beberapa

seniman senior, dengan kriteria yang berprestasi, yang otentik, khas dan masih aktif,

untuk dapat mengadakan pameran tunggal atau berdua atau bertiga. Dengan tema yang

sama, jumlah karya diusulkan sekitar 50-75 buah. Karya dipamerkan terpisah dari

pameran bersama yang 50 orang. Kemudian pamran tunggal, berdua, atau bertiga ini

dapat membuat katalognya sendiri atau disponsori oleh panitia pusat Festival Istiqlal.

Page 32: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

66

Memang dari banyaknya peserta yang diundang dalam pameran seni rupa modern

yang bernafaskan Islam tersebut, rata-rata para seniman menampilkan karya-karya seni

Islam yang berwujud pada masalah kaligrafi. Masalah dan pengaruh kuat seni lukis

kaligrafi sebagai penanda karakter seni Islam, bagi A. D Pirous disebabkan pada faktor

kebudayaan Islam pra-modern. Lebih jauh pada persoalan ini Pirous menjelaskan:

”Untuk beberapa daerah, makam -makam kuno merupakan khazanah yang kaya sekali berbagai ukiran kaligrafi yang terungkap dalam bentuk pahatan pada batu nisannya (Aceh, Gresik, Madura). Disamping itu khusus untuk daerah Jawa Barat (Cirebon), ditemukan pula suatu bentuk pengungkapannya mempunyai kaitan yang kuat sekali dengan kaligrafi, yaitu seni lukis yang teknik penggambarannya di atas kaca. Teknik ini diduga asal mulanya dari Tiongkok. Dalam bentuk lukisan kaca ini, terlihat beberapa latar belakang kebudayaan yang saling mempengaruhi dan mengisi. Karya-karyanya mencerminkan semacam sinkretisme antara pengaruh Hindu, China, Islam dan unsur asli daerah itu sendiri; yang tampil dengan dengan bentuk-bentuk tokoh wayang yang diciptakan dari susunan kaligrafi Islam dan diperkaya dengan unsur ornamen yang dipengaruhi oleh China. Tema yang demikian selain dilukis di atas kaca juga banyak dibuat dengan teknik relief dangkal di atas kayu jati”. (A.D Pirous: 1991).

Namun, hasil dari karya-karya tersebut di atas setidaknya dilakukan pada saat

penyebaran agama, atau tujuan dakwah, yang disponsori oleh pemuka-pemuka agama

saat itu (Sunan Gunung Jati, sekitar abad ke-17). Semua yang telah tadi disebutkan

merupakan bentuk-bentuk kaligrafi yang dikerjakan oleh seniman tradisional, baik berupa

seni rakyat ataupun yang sedang didukung oleh penguasa, yang dihasilkan pada masa

lalu, yang sebagian besar masih berjalan dan sebagian sudah semakin langka. (A.D

Pirous :1991).

Page 33: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

67

Gambar 3.3

Sumber: Katalog Seni Rupa Modern Festival Istiqlal-1991 Salah satu karya seniman Rusmadi dengan medium seni cetak pada Festival Istiqlal1991

Utamanya, memahami penjelasan seni rupa modern bernafaskan Islam pada

Festival Istiqlal 1991. Bagi Setiawan Sabanna dan Mamannoor peristilahan itu

mengandung pengertian sekaligus berhadapan dengan tiga dunia persoalan (Set iawan

Sabanna & Mamannoor :1991).

Pertama, seni rupa modern yang hendaknya dipahami sebagai suatu bagian

kepentingan dari konstelasi dunia seni rupa secara menyeluruh. Dalam pengertian ini,

praktik seni rupa modern Indonesia secara tidak langsung mendapa tkan pengaruh yang

kuat dari lahirnya nilai-nilai modernitas dan universalisme dalam seni rupa modern di

Barat. Kedua, Indonesia dalam bagian kepentingan yang menyangkut masalah

kebudayaan dan pola keseniannya. Secara tidak terpisahkan, bahwa kelangsungan

kegiatan praktik -praktik kesenian tradisional dan etnik Indonesia dan seni rupa modern

merupakan kenyataan yang tumbuh dan saling mempengaruhi satu sama lain. Ketiga,

adalah Islam sebagai salah satu agama dan sepak terjangnya pengaruhnya terhadap

kebudayaan Indonesia. Di sini dimengerti, secara integral bahwa pengaruh Islam pada

pola kehidupan dan kebudayaan Indonesia merupakan kenyataan konstruk sejarah dan

Page 34: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

68

kolonialisasi. Sehingga pengucapan Seni Rupa Indonesia yang bernafaskan Islam

sesungguhnya menjadi tiga kepentingan dalam satu kepaduan. Setidaknya, di seputar

itulah dasar dan pemikiran Panitia Bidang Seni Rupa Modern Festival Istiqlal 1991 ketika

memulai bekerja.

Adapun materi karya yang ditampilkan pada Festival Istiqlal I 1991, dapat dibagi ke

dala m kelompok berikut ini:

1. Seni Lukis

2. Seni Grafis

3. Seni Tapestri

4. Seni Fotografi

5. Seni Keramik

6. Seni Trimatra atau Patung

Seni lukis terdiri dari dari berbagai media, seperti kanvas, kertas, kaca, kain batik,

dan lain- lain. Corak karya yang disuguhkan meliputi kaligrafi arab. Figuratif dan non

figuratif serta kecenderungan abstrak. Media karya meliputi cat minyak, cat air, akrilik

dan gouache, pastel-crayon serta bahan-bahan lain. Seni grafis karya seni terdiri dari

berbagai teknik pengungkapan sdan teknik pengarapan. Seluruhnya adalah hasil kerja

seni mencetak, cetak tinggi, cetak dalam, cetak datar dan cetak saring. Beberapa di

antaranya mencoba penggabungan teknik. Seni tapestri ditampilkan dalam bentuk dan

teknik serta ukuran yang beragam. Bahan dasar pengolahan karya tapestri adalah benang.

Berbagai teknik pengolahan benang ini melalui jalinan, anyaman, ikat dan tenun. Selain

itu tampak adanya upaya penempelan aksesori dan berbagai bahan untuk memperkaya

bentuk dan ungkapan.

Seni fotografi merupakan satu unsur keragaman dalam perbendaharaan seni rupa

modern saat ini di Indonesia. Bahkan penggabungan karya seni fotografi ke dalam materi

seni rupa modern pada saat ini menjadi pergelaran pertama di Indonesia. Seni keramik

ditampilkan dengan keragaman bentuk dan teknik. Secara umum materi karya seni

keramik modern disuguhkan dalam bentuk kualitas unsur bahan dan teknik pembakaran

serta pewarnaan. Sementara keterangan seni patung adalah karya seni rupa tiga dimensi

Page 35: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

69

non-keramik. Karya-karya ini menampilkan keragaman bahan dan teknik. Pada segi

bahan, meliputi logam, batu, kayu, fibre dan penggabungan beberapa bahan. Beberapa

teknik umum yang digunakan dalam bentuk -bentuk perwujudan, di antarnya teknik cor,

cetak, las dan pahat.

Tabel 3.1

Sumber: Katalog Seni Rupa Modern Festival Istiqlal I 1991 (Disarikan oleh penulis)

FESTIVAL ISTIQLAL I – 1991 PAMERAN SENI RUPA MODERN No. Seniman Tempat/Lahir Pendidikan Kategori Karya Keterangan 1. Yetmon Amir Bukittinggi

9 Desember 1963

ASRI-Yogya Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

2. Dedi Suardi Bandung 19 Maret 1940

B-II ASRI-Yogya

Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

3. Abay Subarna Garut Seni Rupa ITB Sorbonne-Prancis

Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

4. Sudianto Aly Medan 15 Desember 1954

Arsitektur UNPAR

Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

5. Agoes Noegroho

Semarang 17 April 1957

FSRD-ITB Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

6. Chusnul Hadi Surabaya 16 Juni 1962

IKIP-Yogyakarta Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

7. Syaiful Adnan Saningbakar 5 Juli 1957

STSRI-Yogya Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

8. Hendra Buana Bukittinggi 10 Oktober 1963

FSRD-Yogya Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

9. M.Zainudin ZA

Jepara 16 April 1964

IKIP-Yogya Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

10. Musthofa Zain

Lamongan 13 Maret 1962

FT-UII Yogya Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

11. Abdul Ghofar Pasuruan 24 Mei 1955

ASRI-Yogya Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

12. Salamun Kaulam

Tuban 9 Juli 1954

Seni Rupa-Yogya

Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

13. Amang Rahman

Surabaya 20 November 1931

Otodidak Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

14. A.D Pirous Meulaboh 11 Maret 1933

Seni Rupa ITB School of Art and Design Rochester USA

Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

15. Samsudin Dayat

Cimahi 6 Mei 1942

Seni Rupa ITB Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

16. Ahmad Sadali (Alm)

Garut 26 Juli 1924

Seni Rupa ITB Universitas Iowa-City New York

Seni Kaligrafi Islam Subject-matter Al-Qur’an

Page 36: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

70

17. Acep Zamzam Noor

Tasikmalaya 28 Februari 1960

Seni Rupa ITB Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Objek figuratif

18. Mustofa Zaim Yogyakarta 13 Maret 1962

FTT-UII Yogya Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

-

19. Hajar Pamadhi

Yogyakarta 22 Juli 1964

IKIP-Yogya Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Rajah

20. Suwarna Bantul 27 Juli 1952

FPBS IKIP-Yogya

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Objek figuratif

21. Sarnadi Adam Jakarta ASRI-Yogya Seni Lukis Umum

(non kaligrafi) Objek figuratif

22. Arby Samah 1 April 1933 ASRI-Yogya Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Figuratif (gaya cubism)

23. Irhash A.Shamad

30 Juli 1958 IAIN-Padang Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Objek figuratif dan kaligrafi (Surat Yunus)

24. Amril M.Y 24 April 1950 IKIP-Padang Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Kaligrafi (Surat Yaasin)

25. Suatmadji 25 Maret 1952 Seni Rupa ITB Bandung

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Gaya abstrak

26. Imam Muhadjir

3 Juli 1947 IKIP-Malang Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Gaya abstrak

27. Hatta Hambali

8 Agustus 1948 ASRI-Yogya Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Abstraksi (pohon)

28. Farida Srihadi 3 Juli 1942 Seni Rupa ITB Ohio University

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

abstrak

29. Srihadi Soedarsono

4 Desenber 1931

Seni Rupa ITB Ohio University

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Abstraksi kaligrafi (Alif Lam Mim)

30. Popo Iskandar 17 Desember 1927

Seni Rupa ITB Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Gaya abstrak

31. Umar 11 November 1948

Seni Rupa IKIP Bandung

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Gaya abstrak

32. Heyi Ma’mun 22 April 1952 Seni Rupa ITB Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Gaya abstrak

33. Erna Pirous 7 September 1941

Seni Rupa ITB Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Abstraksi

34. Barli Sasmitawinata

18 Maret 1921 Academic Grande de la Chaumiere, Paris

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Figuratif (gaya cubism)

35. Dede Eri Supria

29 Januari 1956 ASRI-Yogyakarta

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Gaya realism (realistik-fotografi)

36. Makhfoed 10 Mei 1942 IKIP Surabaya Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Abstraksi

37. Probo 21 Agustus 1959

SMSR - Yogyakarta

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Kaligrafi (syahadat)

38. A. Chusnan 1947 ASRI Surabaya Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Gaya abstrak

39. M. Sattar 19 November 1952

IKIP Malang Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Kaligrafi (la illaha illallahu)

40. Dwijo Sukatmo

20 Agustus 1950

ASRI Surabaya Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Gaya abstrak

41. Rusli 1916 Art Department Seni Lukis Umum Gaya abstrak

Page 37: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

71

Shantiniketan, University of Rabindranath Tagore

(non kaligrafi)

42. Mamannoor 21 Agustus 1957

Seni Rupa ITB Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Gaya abstrak

43. Suharto PR 15 Juli 19... ASRI Yogyakarta

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Landscape (realistik)

44. Agus Kamal 31 Juli 195 6 ASRI Yogyakarta

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Figuratif

45. Umi Dachlan 13 Agustus 1942

Gerrit Rietveld Kunstacademi Amesterdam

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Gaya abstrak

46. M. Pramono I.R

17 Agustus 1962

ASRI Yogyakarta

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Realistik-Fotografi

47. Wardoyo 29 April 1935 ASRI Yogyakarta

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Figuratif

48. Agus Burhan 8 April 1960 ASRI Yogyakarta

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Figuratif

49. Widayat 19 Maret 1923 ASRI Yogyakarta

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Figuratif

50. Fadjar Sidik 30 Februari ASRI Yogyakarta

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Abstrak

51. Susapto Murdowo

5 Mei 1956 IKIP Yogyakarta Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Abstrak

52. Arfial Arsad Hakim

11 Juli 1950 Seni Rupa ITB Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Landscape

53. S. Bardi 17 Agustus 1944

ASRI Yogyakarta

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Figuratif

54. Nasjah Djamin

1924 - Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Landscape

55. Lian Sahar 1933 Seni Rupa ITB Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Abstrak

56. Banu Arsana 17 Maret 1954 ISI Yogyakarta Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Kaligrafi

57. Suwaji 5 Mei 1942 ASRI Yogyakarta

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Abstrak

58. Nanna Banna 22 Februari 1942

IKIP Bandung Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Figuratif

59. Luckman Sjarifuddin K

29 Juli 1945 SMSR - Yogya Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Abstrak

60. Achmad Sopandi

15 Februari 1958

IKIP - Yogyakarta

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Abstrak

61. Ady Rosa 23 Juli 1952 Seni Rupa ITB Bandung

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Abstrak

62. Adi Munardhi 10 Desember 1946

ASRI Yogyakarta

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Abstraksi (potret ibu)

63. Guntur Siregar

3 Agustus Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (Karyawan Direktorat Pariwisata Jakarta)

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Abstrak

Page 38: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

72

64. Hassan Siregar

- Otodidak dari Alm. Wakidi

Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Landscape

65. Agung Wiwekaputra

1947 Seni Rupa ITB Seni Lukis Umum (non kaligrafi)

Landscape

66. Setiawan Sabana

10 Mei 1951 Northen illinois University, AS

Seni Grafis Abstrak

67. Mukhrizal 29 Juli 1965 Seni Rupa ITB Seni Grafis Kaligrafi 68. Wagiono 20 Mei 1949 Pratt Institute,

AS Seni Grafis Abstrak

69. Herry

Wibowo 8 Juni 1943 Frije Academie

Den Haag, Belanda

Seni Grafis Abstraksi (Buroq)

70. Ahmad Kurnia

26 Juli 1943 Seni Rupa ITB Seni Grafis Kaligrafi (Al-Qur’an)

71. Rusmadi 17 April 1946 Seni Rupa ITB Seni Grafis Cukil kayu, Abstraksi

72. Sukamto 13 Maret 1945 Akademi Seni Rupa, Rotterdam

Seni Grafis Abstraksi Cukil kau dan kolase

73. Anna Zuchriana

6 November 1966

IKJ - Jakarta Seni Grafis Abstraksi (kaligrafi Qur’an)

74. Deni Rusanto 30 Mei 1965 IKJ - Jakarta Seni Grafis Abstrak (cukilan Lino)

75. Jimmy Ivan Suhendro

1 Agustus 1968 IKJ - Jakarta Seni Grafis Figuratif (Buroq) Cetak saring

76. Bambang Arief

- Seni Rupa ITB Seni Grafis Abstrak (cetak dalam)

77. Hidayat 18 Mei 1944 IKIP Bandung Seni Grafis Abstraksi (cukil kayu)

78. Fuad Solehudin

5 Juli 1966 Seni Rupa ITB Seni Grafis Abstrak (etsa)

79. M. Watoni Soeid

29 Juli 1963 ISI Yogyakarta Seni Grafis Abstrak (cukil kayu)

80. Mukhrizal 19 Juli 1956 Seni Rupa ITB Seni Grafis Abstrak 81. Hardiyono 22 Agustus

1942 ASRI Yogyakarta

Seni Lukis Kaca -

82. Sunarto 30 Agustus 1947

Seni Rupa ITB Seni Lukis Kaca Abstrak

83. Tapip Bachtiar

20 Desember 1964

IKIP Bandung Seni Lukis Kaca Kaligrafi

84. Achmad Sjafi’i

27 Mei 1957 STM Dekorasi Jepara

Seni Lukis Kaca Figuratif wayang dan kaligrafi Qur’an

85. Suyanto 4 Januari 1956 STSRI ASRI Yogyakarta

Seni Lukis Kaca Kaligrafi Qur’an

86. Sumadi 24 April 1954 STSRI Yogya Seni Lukis Kaca Kaligrafi Qur’an 87. Subandi SR 3 Maret 1968 STSRI Yogya Seni Lukis Kaca - 88. Sumbar PS 12 Januari 1961 STMN

Purwakarta Seni Lukis Kaca -

89. Rastika Gegesik 1942 Sekolah Rakyat Gegesik

Seni Lukis Kaca Kaligrafi Qur’an

90. Soegeno Desember 1942 Seni Rupa ITB Seni Lukis Kaca Figuratif Kaca

Page 39: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

73

Toekio 91. Bambang

Ernawan - Seni Rupa ITB Seni Lukis Kaca Abstrak

92. A.N Suyanto 12 Januari 1947 ASRI Yogya Seni Lukis Batik Kaligrafi (Allah) 93. Tulus Warsito 10 Oktober

1953 ASRI Yogya Seni Lukis Batik Kaligrafi

(Bismillah) 94. Mahyar 15 November

1948 ASRI Yogya Seni Lukis Batik Figuratif

95. Koeboe Sarawan

29 Juni 1961 ISI Yogya Seni Lukis Batik -

96. Amri Yahya 29 September 1939

ASRI Yogya Seni Lukis Batik Kaligrafi (Qur’an)

97. Lengganu 31 Maret 1942 Seni Rupa ITB Tapestri Figuratif 98. Zaini Rais 17 Januari 1960 Seni Rupa ITB Tapestri Abstrak

geometris 99. Yusuf Affendi 5 Agustus 1936 Rochester

Institut of Technology, AS

Tapestri Abstrak geometris

100. Hasanudin 8 Maret 1948 Seni Rupa ITB Tapestri Abstrak geometris

101. Risman Marah

3 Mei 1951 ASRi Yogya Fotografi Figuratif

102. Sukarman 7 Juli 1946 IKIP Bandung Fotografi Landscape 103. B.Soehardjo 11 November

1920 K.W.S Jakarta Fotografi Figuratif

104. Hamid Rusli 10 November Universitas TI Surabaya

Fotografi Figuratif

105. Fendi Siregar 17 November 1949

Fakultas Publisistik Bandung

Fotografi Figuratif

106. Donny Rachmansyah

25 Juni 1958 Seni Rupa ITB Fotografi Landscape

107. Kusnadi 1 April 1921 AMS A. Sastra Timur

Fotografi Arsitektur mesjid

108. Anas Siregar 12 Agustus 1943

SMA Al-Wasliyah Medan

Fotografi Figuratif

109. Alfonzo 6 Februari 1955 Seni Rupa ITB Fotografi Abstrak geometris

110. Sjuaiban Iljas 14 Maret 1954 ATPU-Bandung Fotografi Figuratif 111. Herman

Effendi 8 Juli 1956 ASTI Bandung Fotografi Objek teater

penari 112. Ed Zoelverdi 12 Maret 1943 - Fotografi Figuratif 113. Hari

Krishnadi 25 April 1950 Fakultas Hukum

Unpad Fotografi Stil life (alam

benda) 112. Bonzan Eddy 29 Agustus

1952 Seni Rupa ITB Keramik Abstrak

113. Bambang Prasetyo

20 Mei 1950 Seni Rupa ITB Keramik Patung Keramik

114. Asmudjo Jono Irianto

26 September 1962

Seni Rupa ITB Keramik Piring Keramik

115. Indros 24 Juni 1942 ASRI Yogya Keramik - 116. M. Eksan 1 Januari 1959 IKIP Malang Keramik Patung Keramik 117. Suratman 10 November

1944 ASRI Yogya Keramik Padaringan dan

kaligrafi 118. Ferry 12 Februari Seni Rupa ITB Keramik Patung Keramik

Page 40: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

74

Pharama 1961 119. Rizki Zaelani 27 Desember

1965 Seni Rupa ITB Keramik -

120. Mardiatmo 5 Oktober 1957 UNS Surakarta Keramik Patung Keramik 121. Noor Sudiyati 4 November

1962 ISI Yogya Keramik -

122. Sidarto 21 April 1940 Seni Rupa ITB Keramik Padaringan 123. Fauzan 6 Januari 1962 Seni Rupa ITB Keramik Padaringan 124. Hendrawan R 15 Januari 1959 Seni Rupa ITB Keramik - 125. Suhaeni

Barmawi 14 Desember 1938

Tajimi Design Japan

Keramik -

126. Mon Mudjiman

- ISI Yogya Trimatra Medium perunggu

127. Muria Zuhdi 20 Mei 1960 ISI Yogyakarta Trimatra Kaligrafi-Fiber 128. Herry PH 22 November

1963 ISI Yogya Trimatra Kaligrafi-Kayu

129. Sukasman 10 April 1937 ASRI Yogya Trimatra Wayang-Kulit 130. Edy Subagiyo 20 Januari 1964 ISI Yogyakarta Trimatra Kaligrafi Al-

Fatihah, medium kayu

131. Narsen Afatara

11 Juli 1950 ISI Yogya Trimatra Patung, medium fiberglass

132 Ramelan 10 November 1939

ASRI Yogya Trimatra Kaligrafi, kayu jati

133. Kuswa Budiono

5 September 1954

Seni Rupa ITB Trimatra Medium: kayu, logam, resin

134. Arsono 7 Februari 1940 Seni Rupa ITB Trimatra Medium: painted steel

135. Amrizal Salayan

8 Oktober 1958 Seni Rupa ITB Trimatra Medium: fiberglass

136. Sulbi 9 Mei 1955 Seni Rupa ITB Trimatra Medium: kayu 137. Rusnandi 13 Mei 1958 Seni Rupa ITB Trimatra - 138. Bernauli

Pulungan 17 Juni 1958 IKJ Jakarta Trimatra Medium: batu,

kayu, dan fiberglass

139. Sunaryo 15 Mei 1943 Seni Rupa ITB Trimatra Medium: kayu dan tembaga

140. Soehadji 11 September 1944

ASRI Yogya Trimatra Medium: kayu

Dalam data Festival Istiqlal I 1991 di atas, dapat dilihat sebagai catatan bagaimana

kecenderungan subject matter kaligrafi (Qur’an atau teks suci) dalam gagasan seni rupa

Islam, hampir selalu menyisip pada karya-karya lukisan, fotografi, patung, keramik dan

lain- lain. Pilihan subject matter kaligrafi dengan demikian seolah menjadi perhatian

utama.

Page 41: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

75

Gambar: 3.4 Pemikir Kebudayaan dan Juru Bicara Islam terhadap Barat Seyyed Hossein Nasr (kiri), saat Festival Istiqlal digelar.

Sumber: Arts & The Islamic Worlds, 1996, Islamic Art Foundation-London

Sementara itu, berbeda dengan Festival Istiqlal yang I 1991. Dalam Festival Istiqlal

II 1995, penyajian materi karya pameran menggunakan pendekatan yang lebih konseptual

sekaligus tematis. Meliputi tiga kelompok utama:

1. Tema kaligrafi, yaitu karya dwi-matra (dua dimensi) maupun tri-matra (tiga

dimensi) yang menghadirkan unsur kaligrafi secara mandiri maupun dilatari unsur

lain dalam kesatuan estetik dengan penampilan sebagai gaya ungkapan, media,

dan teknik.

2. Tema representasi, yakni karya dwi-matra (dua dimensi) maupun tri-matra (tiga

dimensi) yang menghadirkan wujud nyata alam dan anasirnya (antropomorfis,

zoomorfis, dan biomorfis) serta benda buatan dalam situasi, kondisi, dan peristiwa

tertentu dengan penampilan sebagai gaya pengungkapan dan berbagai media serta

teknik.

Page 42: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

76

3. Tema non-representasional, yakni karya dwi matra (dua dimensi maupun tri-

matra (tiga dimensi) yang tidak menghadirkan wujud nyata dari alam dan

anasirnya (antromorfis, zoomorfis, dan biomorfis) serta benda-benda buatan yang

mengingatkan sesuatu dengan penampilan berbagai gaya dan media, serta teknik.

Jika Festival Istiqlal pertama hanya didominasi dan lebih banyak mengundang

seniman-seniman muslim lokal Indonesia saja. Maka berbeda dengan Festival Istiqlal

yang kedua, panitia mengundang seniman yang bertaraf nasional bahkan internasional.

Seniman dari luar tersebut diantarnya mewakili negara-negara seperti: Malasyia,

Pakistan, Lebanon, Jordan, Singapura, Sudan, Palestina, Mesir, Tunisia, dan lain- lain.

Akibatnya pada Festival Istiqlal yang kedua ini, para peserta pemaran meledak menjadi

167 seniman.

Gambar: 3.5

Bill Clinton bersama Tarmizi Taher, upaya mengenalkan Islam Indonesia terhadap Barat Sumber: Arts & The Islamic Worlds, 1995, Islamic Art Foundation-London

Page 43: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

77

Gambar: 3.6

Presiden Soeharto dan Sejumlah Menteri pada era orde baru di Festival Istiqlal Sumber: Arts & The Islamic Worlds, 1996, Islamic Art Foundation-London

Tabel 3.2

Perbedaan dan Persamaan Festival Istiqlal I dan II Festival Istiqlal I 1991 Festival Istiqlal II 1995 Materi Karya seni lukis, seni grafis, seni

keramik, fotografi, tapestri, dan seni patung

seni lukis, seni grafis, seni keramik, fotografi, tapestri, performance art dan seni patung

Medium dan Teknik

cat minyak, akrilik, kanvas, water colour, kertas, ballpoint, crystal coat, silkscreen, kayu, lino, hardboard cut, kaca, batik, tapestri, tanah liat, perunggu, tembaga, fiberglass, kulit, nikel, cetak warna.

cat minyak, akrilik, kanvas, water colour, kertas, ballpoint, crystal coat, silkscreen, kayu, lino, hardboard cut, kaca, batik, tapestri, tanah liat, perunggu, tembaga, fiberglass, kulit, nikel, painted iron (patung), marble, collage, waste, duco paint, tempera, almunium, engraving, etsa, metal, colour print, montage, cetak warna.

Tema kaligrafi Qur’an dan Hadits, abstrak, figuratif, landscape, alam benda (still life), lukisan photo-realism, arabesque dan geometri.

kaligrafi Qur’an dan Hadits, abstrak, figuratif, landscape, alam benda (still life), lukisan photo-realism, arabesque dan geometri.

Peserta Nasional (lokal) Nasional-Internasional Pakistan, Mesir, Libanon, Malasyia, Singapura, Palestina, Sudan, Tunisia, Bangladesh dan Jordan.

Jumlah 140 Seniman 167 seniman

Page 44: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

78

Gambar: 3.7

Potret luar Mesjid Istiqlal Sumber: Arts & The Islamic Worlds, 1996, Islamic Art Foundation-London

Gambar: 3.8

Potret dalam Mesjid Istiqlal Sumber: Arts & The Islamic Worlds, 1996, Islamic Art Foundation-London

Page 45: BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL · PDF fileKegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, ... gaya

79

Kemudian baik Festival Istiqlal I 1991 maupun Festival Istiqlal II 1995, dasar

seleksi seniman dan karya menggunakan tiga tingkatan seleksi yang diatur oleh panitia

tim 7 diantaranya ialah (Machmud Buchori :2007):

1. Seniman yang harus muslim

2. Subject matter tentang Islam

3. Berdasar pada tradisi Islam (syari’at).

Tabel 3.3 Latar Belakang Kronologis Seni Rupa Modern Indonesia Bernafaskan Islam

Sumber: Kertas Kerja Tim 7

No Latar Belakang Kronologis Seni Rupa Modern Indonesia Bernafaskan Islam

Keterangan

1. Bentuk ’Seni Lukis Kaligrafi Arab’

Gaya seni lukis kaligrafi ini, telah dipelopori kelahirannya oleh beberapa pelukis modern Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Kegiatan pameran yang dijalankan sehubungan dengan gaya seni lukis kaligrafi ini dimulai diawal tahun tujuh puluh.

2. ’Pameran Besar Seni Lukis Kaligrafi’ MTQ ke-11 tahun 1979, di Semarang

Pameran MTQ di Semarang pada tahun 1979 yang diikuti oleh 26 pelukis. Pameran pada tahun 1979 ini diadakan pameran seni lukis bernafaskan Islam (Pameran Kaligrafi Nasional), di Semarang. Sehubungan dengan MTQ XI. Karya yang dipamerkan sebanyak 120 buah dari 26 seniman mencakup (lukis, grafis, keramik, ukiran dan tapestri).

3. ’Pameran Lukisan Kaligrafi’ pada MTQ ke-21 tahun 1981, di Aceh

pada tahun 1981, diadakan pameran lukisan kaligrafi dan Mesjid di Banda Aceh, sehubungan MTQ ke XXI, diikuti oleh 45 seniman dengan 255 karya (lukisan kaligrafi dan fotografi.

4. ’Pameran Lukisan Kaligrafi’ pada MTQ ke-13, di Padang

tahun 1983, pameran lukisan kaligrafi di MTQ ke XIII, Padang, diikuti oleh 28 seniman dengan 75 karya.

5. ’Pameran Kaligrafi’, tahun Hijriah 1425H Tahun 1984

Pada tahun 1984 diadakan pameran lukisan kaligrafi menyambut tahun baru Hijriah 1425H , diikuti oleh 8 pelukis di Jakarta oleh Yayasan Ananda

6. ’Pameran Gaya Seni Lukis Kaligrafi’ Arab, oleh 5 pelukis s enior pada tahun 1985

Kemudian pada tahun 1985, untuk pertama kali 5 orang pelukis senior Indonesia yang mendukung gaya seni lukis kaligrafi Arab ini, berkesempatan berpameran di Timur Tengah. Pameran ini mendapat kesan pertama tentang seni lukis bernafaskan Islam untuk pertama kali di luar negeri.

7. ’Pameran Kaligrafi Islam Indonesia’ Tahun 1987

Pada tahun 1987, pameran kaligrafi Islam Indonesia, di Mesjid Istiqlal diikuti oleh 32 seniman.