BAB III DATA DAN INFORMASI - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/I0211052_bab3.pdf ·...
Transcript of BAB III DATA DAN INFORMASI - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/I0211052_bab3.pdf ·...
Data dan Informasi | III.1
BAB III
DATA DAN INFORMASI
A. TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA
1. Sejarah dan Kondisi Fisik
a. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
DI Yogyakarta merupakan daerah otonomi setingkat dengan
provinsi. Provinsi DI Yogyakarta memiliki ibukota bernama
Yogyakarta. DI Yogyakarta, khususnya kota Yogyakarta merupakan
kota yang memiliki sejarah yang panjang, terbentuk sejak masa
kerajaan sampai saat ini memiliki daerah otonomi khusus di Indonesia
selain Aceh dan DKI Jakarta. Kota ini dikenal sebagai kota perjuangan,
wisata, budaya dan pendidikan. Daerah ini merupakan satu-satunya
dimana pemimpin provinsi yang terpilih merupakan Raja dari Keraton
Yogyakarta. Pada awalnya nama Yogyakarta atau dalam bahasa Jawa
bernama Ngyogyakarta, adalah nama yang diberikan oleh Paku
Buwono II (Raja Mataram Tahun 1719-1722) sebagai pengganti nama
pesanggrahan Gartitawati.
Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran
Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman
kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Yogyakarta pernah menjadi
pusat dari kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta,
Kadipaten Pakualaman dan pusat pemerintahan RI.
Peninggalan sejarah yang begitu bermacam-macam tersebut
membuat kebudayaan Yogyakarta salah satu yang banyak. Banyak
peninggalan yang berasal dari zaman kerajaan sampai kolonial yang
pernah datang ke Yogyakarta. Hal ini menjadi salah satu daya tarik dari
potensi wisata dari budaya tradisional yang ada.
Data dan Informasi | III.2
b. Kondisi Geografi
Secara geografi, Yogyakarta terletak pada lintang 7’33’ LS,
8’15’LS dan pada bujur 110’5’BT, 110’48’BT.
Gambar 3.1 Peta Yogyakarta Sumber. Google.com. 2015
Batas-batas provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi:
Barat laut dan utara : Magelang
Selatan : Samudra Hindia
Timur laut : Klaten
Barat : Purworejo
Provinsi DIY terdiri dari lima daerah tingkat II yaitu, Kotamadya
Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten
Gunung Kidul, dan Kabupaten Sleman.
c. Kondisi Topografi
Kota yogyakarta berada pada ketinggian 81-124m dpl. Dengan
kemiringan 1-2% dari utara ke selatan. Titik nol kota Yogyakarta
berada pada persimpangan kantor pos besar.
d. Kondisi Klimatoogi
Seperti provinsi lainnya di Indonesia, provinsi DIY beriklim tropis.
Kondisi klimatologi yaitu :
Data dan Informasi | III.3
• Terdapat dua angin muson, muson tenggara yang biasanya
membuat musim panas (April – September) dan Barat laut yang
biasanya membuat musim Hujan (Oktober – Maret)
• Suhu rata – rata 26,7o
• Kelembaban 32,2%
• Kecepatan angin rata-rata 100km/hari
• Intensitas penyinaran matahari 45%
• Curah Hujan 2000-3500mm
2. Penduduk
Berdasarkan hasil estimasi jumlah penduduk dari SP2010, jumlah
penduduk DIY tahun 2012 tercatat 3.514.762 jiwa, dengan persentase
jumlah penduduk laki-laki 49,43 persen dan penduduk perempuan 50,57
persen. Menurut daerah, persentase penduduk kota mencapai 66,37 persen
dan penduduk desa mencapai 33,63 persen. Pertumbuhan penduduk pada
tahun 201 2 terhadap tahun 2010 mencapai 0,82 persen, menurun
dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya, yakni 0,86 persen.
Dengan luas wilayah 3.185,80 km2, kepadatan penduduk di DIY tercatat
1.103 jiwa per km2. Kepadatan tertinggi terjadi di Kota Yogyakarta yakni
1 2.123 jiwa per km2 dengan luas wilayah hanya sekitar satu persen dari
luas DIY. Sedangkan Kabupaten Gunungkidul yang memiliki wilayah
terluas mencapai 46,63 persen memiliki kepadatan penduduk terendah
yang dihuni rata-rata 461 jiwa per km2. Menurut angka proyeksi Penduduk
2000-2025, komposisi penduduk DI. Yogyakarta menurut kelompok umur
didominasi oleh kelompok usia dewasa yaitu umur 30-34 tahun sebesar
10,36 persen. Kelompok umur 0-24 tahun tercatat 32,74 persen, kelompok
umur 25-59 tahun 53,88persen, dan lanjut usia yaitu umur 60 tahun ke atas
sebesar 1 3,38 persen. Besarnya proporsi mereka yang berusia lanjut
mengisyaratkan tingginya usia harapan hidup penduduk DIY.
Kabupaten/Kota
Regency/City
Luas/Area
(Km2)
Kepadatan Penduduk/The Population Density
(jiwa/km2)
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Kulonprogo 586,27 656 658 661 663 666 670
Data dan Informasi | III.4
Bantul 506,85 1.722 1.748 1.774 1.798 1.818 1.831
Gunungkidul 1.485,36 455 455 455 455 456 461
Sleman 574,82 1.801 1.835 1.870 1.902 1.926 1.939
Yogyakarta 32,50 12.056 12.024 11.990 11.958 11.958 12.123
DIY 3.185,80 1.054 1.065 1.076 1.085 1.095 1.103
Tabel 3.1 Kepadatan Penduduk Yogyakarta Sumber : Estimasi Penduduk berdasarkan SP 2010
3. Fasilitas Transportasi di Yogyakarta
Yogyakarta sebagai ibukota provinsi sekaligus kota besar
merupakan simpul transportasi yang penting dan besar pula kaitannya
dengan mobilitas penduduk. Fasilitas transportasi yang ada harus mampu
mengakomodasi pergerakan penduduk maupun orang – orang yang
memiliki kepentingan di kota ini. Kota ini terhubung dengan kota – kota
linnya melalui transportasi darat dan udara. Pelabuhan udara sebagai
prasarana transportasi udara yaitu Adisucipto International Airport yang
terletak disebelah timur kota yang secara geografis masuk dalam wilayah
kabupaten Sleman. Saat ini dengan pasar yang semakin meningkat, demi
pengembangan transportasi udara yang semakin maju, dilakukan
pengembangan pelabuhan udara baru yang dalam rencananya akan
dibangun di kawasan kulonprogo. Angkutan darat berupa bus difasilitasi
dengan keberadaan terminal penumpang Giwangan yang terletak didaerah
selatan kotaYogyakarta. Selain bus antar kota, Yogyakarta juga telah
menerapkan sistem BRT yaitu Bus Trans Jogja yang telah memiliki
beberapa koridor demi melayani transportasi publik di kota Yogyakarta ini
sendiri. Selain bus, angkutan kereta menjadi salah satu moda transportasi
yang terdapat di Yogyakarta. Selain melayani kereta jarak jauh, dalam
beberapa tahun terakhir, terdapat fasilitas kereta lokal yang melayani kota –
kota sekitar Yogyakarta seperti Kutoarjo – Yogyakarta – Klaten dan Solo.
Di Yogyakarta sendiri, terdapat beberapa stasiun pemberhentian yang aktif
seperti Stasiun Yogyakarta yang terletak di pusat kota dan kawasan
Malioboro, Stasiun Lempuyangan yang terletak tidak jauh dari Stasiun
Yogyakarta dan Stasiun Maguwo yang terletak di dekat Bandara Adi
Sucipto.
Data dan Informasi | III.5
B. TINJAUAN STASIUN BESAR YOGYAKARTA SEBAGAI OBJEK
RANCANG BANGUN
a. Profil Stasiun Kereta Api Yogyakarta
Stasiun Yogyakarta dikenal sebagai salah satu tempat pemberhentian
kereta tertua di Indonesia yang ter- letak ditengah kota Yogyakarta, dekat
dengan objek wisata serta pusat belanja kawasan Malioboro. Stasiun yang
mulai di operasikan sejak tanggal 2 Mei 1887 ini merupakan stasiun kereta api
kedua di kota Yogyakarta setelah Stasiun Lempuyangan yang telah
dioperasikan 15 tahun lebih awal. Jalur kereta api di kota Yogyakarta pada
awalnya dibangun untuk kebutuhan pengangkutan hasil bumi dari daerah Jawa
Tengah dan sekitarnya yang menghubungkan kota-kota Yogyakarta — Solo —
Semarang. Baru tahun 1905, Stasiun Yogyakarta mulai melayani kereta
penumpang. Stasiun Yogyakarta saat ini sudah menjadi stasiun besar dengan
enam jalur kereta yang melayani kereta kelas bisnis dan eksekutif untuk
berbagai kota tujuan di Pulau Jawa.
Stasiun kereta api ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi
wilayah Kota Yogyakarta dan sekitarnya, karena merupakan pemberhentian
utama kereta api yang melayani kereta eksekutif, bisnis dan beberapa kereta
ekonomi. Stasiun ini menjadi pintu masuk di pusat kota Yogyakarta
dikarenakan letaknya dipusat kota membuat peranan stasiun ini sangatlah
penting dimana melayani kepentingan wisata, ekonomi, ataupun budaya.
Gambar 3.2 Bangunan eksisting Stasiun Kereta Yogyakarta. (Sumber: http://heritage.kereta-api.co.id/, 2015)
Stasiun Tugu Yogyakarta ini juga memiliki jadwal kereta lokal yang
melayani kota – kota sekitar seperti, Kutoarjo, Purworejo, Klaten, Solo, Sragen
Data dan Informasi | III.6
dan Madiun. Kereta lokal ini menjadi salah satu moda transportasi andalan
masyarakat di kota – kota tersebut. Kereta ini menjadi salah satu potensi
pengembangan stasiun dan moda transportasi kedepan dimana dengan
pengembangan ini akan memberi dampak pada kota – kota sekitar.
Batas-batas wilayah Stasiun Yogyakarta:
Utara : Jalan Wongsordirjan, Jalan Suryonegaran, Hunian dan Perhotelan
Barat : Hunian warga, Samsat Kota Yogyakarta
Selatan : Jalan Pasar Kembang, Hunian dan Perhotelan
Timur : Jalan Margo Utumo dan Jalan Malioboro
Gambar 3.3 Stasiun Kereta Yogyakarta. (Sumber: google earth, 2015)
b. Data Non Fisik Stasiun Yogyakarta
1. Struktur Organisasi
Berikut merupakan bagan struktur organisasi dari stasiun kereta api
Skema 3.1 Struktur Organisasi Sumber. Analisis Saktian. 2015
Data dan Informasi | III.7
2. Visi dan Misi PT. KAI
Gambar 3.4 Lambang PT. KAI. (Sumber: Annual Report PT.KAI, 2014)
1. Visi
Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada
pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.
2. Misi
Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha
penunjangnya, melalui praktik bisnis dan model organisasi terbaik
untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan
kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama : Keselamatan,
Ketepatan waktu, Pelayanan, dan Kenyamanan.
Budaya Perusahaan:
Gambar 3.5 Nilai Utama PT. KAI. (Sumber: Annual Report PT.KAI, 2014)
1. Integritas
Data dan Informasi | III.8
Kami insan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) bertindak konsisten
sesuai dengan nilai-nilai kebijakan organisasi dan kode etik
perusahaan. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk
menyesuaikan diri dengan kebijakan dan etika tersebut dan bertindak
secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya.
2. Profesional
Kami insan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki kemampuan
dan penguasaan dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan
pekerjaan, mampu menguasai untuk menggunakan, mengembangkan,
membagikan pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan kepada
orang lain.
3. Keselamatan
Kami insan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki sifat tanpa
kompromi dan konsisten dalam menjalankan atau menciptakan sistem
atau proses kerja yang mempunyai potensi resiko yang rendah
terhadap terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari
kemungkinan terjadinya kerugian.
4. Inovasi
Kami insan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) selalu
menumbuhkembangkan gagasan baru, melakukan tindakan perbaikan
yang berkelanjutan dan menciptakan lingkungan kondusif untuk
berkreasi sehingga memberikan nilai tambah bagi stakeholder.
5. Pelayanan Prima
Kami insan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) akan memberikan
pelayanan yang terbaik yang sesuai dengan standar mutu yang
memuaskan dan sesuai harapan atau melebihi harapan pelanggan
dengan memenuhi 6A unsur pokok: Ability (Kemampuan), Attitude
(Sikap), Appearance (Penampilan), Attention (Perhatian), Action
(Tindakan), dan Accountability (Tanggung jawab).1
1 Annual Report PT.KAI, 2014
Data dan Informasi | III.9
c. Klasifikasi Stasiun Besar Yogyakarta
Berdasarkan buku “Jalan dan Kereta Api” oleh Ir. Imam Subarkah
mengenai klasifikasi stasiun, Stasiun Besar Tugu Yogyakarta ini dapat
diklasifikasikan sebagai :
a. Menurut besarnya, stasiun ini termasuk stasiun besar dimana
intensitas kereta api yang berhenti cukup padat dengan potensi
penumpang yang selalu meningkat.
b. Menurut tujuannya, stasiun ini termasuk stasiun kereta penumpang
ataupun stasiun barang. Hal ini dikarenakan stasiun ini melayani
pemberhentian penumpang ataupun barang yang dikirimkan lewat
jasa kereta api.
c. Menurut letaknya, stasiun ini dapat diklasifikasikan sebagai stasiun
menerus, namun pada kenyataanya, kereta ini juga menjadi
pemberhentian akhir beberapa kereta api.
d. Menurut bentuknya, stasiun ini termasuk stasiun paralel dimana
gedungnya sejajar dengan jalur rel.
e. Menurut kontruksinya, stasiun ini termasuk stasiun yang terletak
diatas tanah atau ground level station.
f. Menurut segi fasilitasnya, stasiun ini termasuk stasiun jarak jauh
dikarenakan melayani perjalanan penumpang jarak jauh antar kota
dan provinsi di pulau Jawa.
d. Jumlah Penumpang Kereta Api
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor DAOP 6 Yogyakarta,
Perkembangan jumlah volume penumpang yang berangkat melalui
Stasiun Yogyakarta ini juga setiap tahunnya mengalami peningkatan yang
cukup signifikan pada tahun 2014 dimana pada tahun sebelumnya
menurun dikarenakan perbaikan fasilitas oleh PT. KAI.
KELAS KA 2009 2010 2011 2012 2013 2014
EKSEKUTIF 465,900 474,152 433,336 462,669 519,616 528,425
BISNIS 471,962 475,404 444,314 377,922 378,913 365,536
EKONOMI - 4,068 23,609 142,196 196,290 274,070
LOKAL AC 733,968 759,231 882,970 778,090 495,427 712,980
Data dan Informasi | III.10
JUMLAH 1,671,830 1,712,855 1,784,229 1,760,877 1,590,246 1,881,011
Tabel 3.2 Jumlah volume penumpang Stasiun Yogyakarta tahun 2009 - 2014 (Sumber: DAOP 6 Yogyakarta, 2015)
Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada waktu tertentu terdapat
penumpukan penumpang yang berada di ruang tunggu di dalam area
stasiun, sehingga banyak penumpang yang menggunakan sisi peron
sebagai area menunggu kereta datang. Maka, respon yang dapat diberikan
adalah memperluas area ruang tunggu penumpang.
e. Jadwal Kegiatan
1) Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ)
No. KA
Nama KA Tujuan Kelas Tiba Berangkat
131 Mutiara Selatan
Bandung Hall (BD)
Bisnis AC 00.15 00.30
132 Mutiara Selatan
Surabaya Gubeng (SGU)
Bisnis AC 00.33 00.48
44 BIMA Malang (ML) via Surabaya Gubeng (SGU)
Eksekutif 00.46 01.05
100 Malabar Malang (ML) Eksekutif, Bisnis AC, Ekonomi AC
01.27 01.35
42 Gajayana Malang (ML) Eksekutif 01.44 02.00 82 Lodaya
Malam Solo Balapan (SLO)
Eksekutif, Bisnis AC
02.58 03.04
138 Senja Utama Yk
Yogyakarta Tugu (YK)
Bisnis AC 03.16 -
50 Turangga Surabaya Gubeng (SGU)
Eksekutif 03.25 03.32
8 Argo Lawu Solo Balapan (SLO)
Eksekutif 03.45 03.52
103 Malioboro Malam
Yogyakarta Tugu (YK)
Eksekutif, Ekonomi AC
03.57 -
54 Taksaka Malam
Yogyakarta Tugu (YK)
Eksekutif 04.20 -
162 Bogowonto Lempuyangan (LPN)
Ekonomi AC 05.47 05.51
134 Senja Utama Solo
Solo Balapan (SLO)
Bisnis AC 05.57 06.05
84 Sancaka Pagi Surabaya Gubeng (SGU)
Eksekutif, Bisnis AC
- 06.45
135 Fajar Utama Yk
Pasar Senen (PSE) Bisnis AC - 07.00
102 Malioboro Pagi
Malang (ML) Eksekutif, Ekonomi AC
- 07.30
51 Taksaka Siang
Gambir (GMR) Eksekutif - 08.00
79 Lodaya Pagi Bandung Hall (BD)
Eksekutif, Bisnis AC
08.02 08.08
Data dan Informasi | III.11
7 Argo Lawu Gambir (GMR) Eksekutif 08.52 08.57 161 Bogowonto Pasar Senen (PSE) Ekonomi AC 09.04 09.08 5 Argo Wilis Bandung Hall
(BD) Eksekutif 11.15 11.25
83 Sancaka Pagi Yogyakarta Tugu (YK)
Eksekutif, Bisnis AC
12.55 -
136 Fajar Utama Yk
Yogyakarta Tugu (YK)
Bisnis AC 14.40 -
164 Gajah Wong Lempuyangan (LPN)
Ekonomi AC 14.55 15.01
80 Lodaya Pagi Solo Balapan (SLO)
Eksekutif, Bisnis AC
15.12 15.20
10 Argo Dwipangga
Solo Balapan (SLO)
Eksekutif 15.35 15.42
101 Malioboro Pagi
Yogyakarta Tugu (YK)
Eksekutif, Ekonomi AC
15.40 -
6 Argo Wilis Surabaya Gubeng (SGU)
Eksekutif 15.56 16.02
52 Taksaka Siang
Yogyakarta Tugu (YK)
Eksekutif 16.32 -
86 Sancaka Sore Surabaya Gubeng (SGU)
Eksekutif, Bisnis AC
- 16.30
137 Senja Utama Yk
Pasar Senen (PSE) Bisnis AC - 17.45
163 Gajah Wong Pasar Senen (PSE) Ekonomi AC 18.04 18.08 133 Senja Utama
Solo Pasar Senen (PSE) Bisnis AC 18.26 18.35
53 Taksaka Malam
Gambir (GMR) Eksekutif - 20.00
81 Lodaya Malam
Bandung Hall (BD)
Eksekutif, Bisnis AC
20.02 20.08
41 Gajayana Gambir (GMR) Eksekutif 20.18 20.35 104 Malioboro
Malam Malang (ML) Eksekutif, Ekonomi
AC - 20.45
9 Argo Dwipangga
Gambir (GMR) Eksekutif 20.52 20.57
49 Turangga Bandung Hall (BD)
Eksekutif 21.22 21.28
43 BIMA Gambir (GMR) Eksekutif 21.45 22.00 85 Sancaka Sore Yogyakarta Tugu
(YK) Eksekutif, Bisnis AC
22.32 -
99 Malabar Bandung Hall (BD)
Eksekutif, Bisnis AC, Ekonomi AC
23.25 23.32
Tabel 3.3 Jadwal Kereta Jarak Jauh Stasiun Yogyakarta 2015
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Yogyakarta
2) Kereta Lokal No.
KA
Nama
KA
Kelas Tujuan Tiba Berangkat
169 Joglo Ekonomi AC Yogyakarta Tugu
(YK)
07.20 -
170 Joglo Ekonomi AC Solo Balapan (SLO) - 08.15
145F Sidomukti Bisnis AC Yogyakarta Tugu (YK)
11.02 -
Data dan Informasi | III.12
146F Sidomukti Bisnis AC Solo Balapan (SLO) - 11.45
Tabel 3.4 Jadwal Kereta Lokal Per 1 Juni 2015 Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Yogyakarta
3) Komuter berbasis KRDE/KRDI No. KA
Nama KA Tujuan Tiba Berangkat
271A Prameks Prembun (PRB) - 04.30
272 Prameks II Solo Balapan (SLO) - 05.30
273A Prameks Prembun (PRB) 06.31 06.35
274A Prameks II Solo Balapan (SLO) 07.27 07.35
275 Prameks II Yogyakarta Tugu (YK) 08.32 -
276 Prameks II Solo Balapan (SLO) - 09.10
253 Madiun Jaya Ekspres Yogyakarta Tugu (YK) 09.45 -
278A Prameks Solo Balapan (SLO) 09.56 09.59
277 Prameks Yogyakarta Tugu (YK) 10.40 -
280 Prameks Solo Balapan (SLO) - 11.05
279 Prameks II Yogyakarta Tugu (YK) 11.58 -
282 Prameks II Solo Balapan (SLO) - 12.15
256 Madiun Jaya Ekspres Solo Balapan (SLO) - 13.00
281 Prameks Yogyakarta Tugu (YK) 13.26 -
284 Prameks Solo Balapan (SLO) - 13.50
283 Prameks Yogyakarta Tugu (YK) 14.16 -
286 Prameks Solo Balapan (SLO) - 14.45
285 Prameks II Yogyakarta Tugu (YK) 15.17 -
255 Madiun Jaya Ekspres Yogyakarta Tugu (YK) 16.15 -
254 Madiun Jaya Ekspres Madiun (MN) - 16.35
287A Prameks Prembun (PRB) 17.23 17.25
288 Prameks II Solo Balapan (SLO) - 18.00
289 Prameks Yogyakarta Tugu (YK) 18.15 -
290A Prameks Solo Balapan (SLO) 20.23 20.25
291 Prameks II Yogyakarta Tugu (YK) 21.11 -
Tabel 3.5 Jadwal Komuter Berbasis KRDI Per 1 Juni 2015
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Yogyakarta
f. Pelaku Kegiatan
Pelaku kegiatan di Stasiun Yogyakarta terdiri dari :
1. Pengelola
2. Penumpang
Penumpang berangkat
Penumpang datang
3. Pengantar dan penjemput
4. Pedagang kios
5. Pengelola stasiun
Data dan Informasi | III.13
6. Petugas kereta api
7. Petugas keamanan
g. Pola Kegiatan Pengguna
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pola kegiatan oleh
pengguna pada Stasiun Yogyakarta, yaitu :
1. Calon penumpang : datang, berorientasi, bertanya, melihat signage,
membeli tiket kereta api, memanfaatkan fasilitas stasiun, menunggu
kereta api.
2. Eks-penumpang : turun dari kereta, berorientasi, bertanya, melihat
signage, menunggu dijemput, memanfaatkan fasilitas stasiun, keluar
dari area stasiun.
3. Pengantar : datang, parkir, masuk stasiun bersama calon penumpang,
memanfaatkan fasilitas stasiun (seperti toilet, musholla), menunggu
kereta, pulang.
4. Penjemput : datang, parkir, masuk ke stasiun, menunggu kereta,
menjemput pengguna kereta api yang dituju, memanfaatkan fasilitas
stasiun, pulang.
5. Pedagang Kios : datang, parkir, masuk stasiun, berjualan,
memanfaatkan fasilitas stasiun, pulang.
6. Pengelola stasiun : datang, bekerja, memanfaatkan fasilitas stasiun,
beristirahat, pulang.
7. Petugas kereta api : datang, bekerja, memanfaatkan fasilitas stasiun,
beristirahat, pulang.
8. Petugas keamanan : datang, menjaga keamanan stasiun, beristirahat,
memanfaatkan fasilitas stasiun, pulang.
h. Atribusi Pengguna pada Setting Tertentu
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, terdapat beberapa
atribusi pengguna pada setting tertentu baik yang sudah berjalan sesuai
dengan fungsi ruang, maupun yang menyimpang dari yang seharusnya,
diantaranya :
1. Calon Penumpang Kereta Api
Data dan Informasi | III.14
Calon penumpang di Stasiun Yogyakarta merupakan penumpang
yang akan menggunakan moda transportasi kereta api yang memiliki
berbagai tujuan baik kereta lokal maupun kereta jarak jauh. Calon
penumpang kereta api ini juga berasal dari berbagai moda transportasi
seperti kendaraan pribadi (motor, mobil) atau pun kendaraan umum
(becak, transjogja, taksi). Bagi pengguna kendaraan pribadi dapat
menggunakan fasilitas prakir yang telah tersedia di stasiun.
Sedangkan untuk para pengguna kendaraan umum, dapat
menggunakan area halte bus dan becak yang tersedia di sebelah pintu
selatan dari Stasiun Yogyakarta.
Gambar 3.6 Area Parkir Mobil (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
Gambar 3.7 Area Parkir Motor Selatan (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
Data dan Informasi | III.15
Gambar 3.8 Area Parkir Motor Timur (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
Terdapat dua buah pintu masuk dari Stasiun Yogyakarta, yaitu pintu
selatan (Jalan Pasar Kembang) dan pintu barat (Jalan Margo Utomo).
Saat ini pintu barat hanya dikhususkan bagi para calon penumpang
kereta jarak jauh, sedangkan bagi calon penumpang kereta lokal, telah
dialihkan ke area pintu selatan yang terletak di Jalan Pasar Kembang.
Gambar 3.9 Pintu Masuk Selatan
(Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
Gambar 3.10 Pintu Masuk Utara/Timur.
(Sumber: http://heritage.kereta-api.co.id/, 2015)
Data dan Informasi | III.16
Calon penumpang yang melewati pintu selatan sendiri, saat akan
membeli tiket harus menuju bangunan reservasi yang terletak di
sebelah barat pintu masuk selatan. Namun, saat ini antara gedung
reservasi tiket dengan pintu masuk selatan masih terpisah, sehingga
memberi ketidaknyaman apabila terdapat cuaca buruk.
Gambar 3.11 Gedung Reservasi
(Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
Bagi calon penumpang kereta api, telah dibedakan antara ruang
tunggu kereta jarak jauh dan lokal. Bagi calon penumpang kereta
lokal, area ruang tunggu yang tersedia terletak di sebelah pintu masuk
selatan yang merupakan pintu masuk bagi kereta lokal. Sedangkan
bagi calon penumpang kereta jarak jauh, dapat langsung mengakses
pada ruang tunggu yang telah disediakan diarea hall Stasiun
Yogyakarta.
Gambar 3.12 Ruang Tunggu
(Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
Data dan Informasi | III.17
Gambar 3.13 Ruang Tunggu Kereta Lokal
(Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
2. Eks-penumpang Kereta Api
Eks-penumpang merupakan pengguna moda transportasi kereta api
yang telah menggunakan kereta. Setelah sampai di Stasiun
Yogyakarta, penumpang menuju pintu keluar yang telah disediakan
oleh pihak stasiun. Pintu keluar stasiun terdapat di sebelah barat dan
sebelah selatan stasiun.
Gambar 3.14 Pintu Keluar Selatan
(Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
Terdapat dua pintu keluar yang ada dibagian selatan. Pintu keluar
pertama dapat digunakan oleh pengguna KA lokal atau pun jarak jauh.
Pintu keluar ini berhubungan langsung dengan tempat parkir taksi.
Data dan Informasi | III.18
Gambar 3.15 Pintu Masuk dan Keluar KA Jarak Jauh Selatan
(Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
Pintu keluar kedua merupakan pintu keluar dan pintu masuk khusus
bagi penumpang KA jarak jauh. Pintu keluar dan masuk ini
berhubungan akses dengan ruang tunggu kereta jarak jauh karena jalur
ini merupakan jalur bawah tanah yang tidak melalui peron stasiun
namun langsung mengakses ke ruang tunggu penumpang yang ada
pada bagian bangunan utama stasiun.
Gambar 3.16 Parkir Taksi
(Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
Data dan Informasi | III.19
Gambar 3.17 Parkir Becak
(Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
3. Pengantar dan Penjemput
Pengantar dan penjemput yang membawa kendaraan mengantarkan
calon penumpang pintu ke area pintu masuk yang tersedia (pintu
selatan dan barat). Bagi pengantar ataupun penjemput pada pintu
masuk sebelah barat, tidak disediakan area parkir, sehingga saat ini
pengantar atau penjemput hanya dapat melakukan aktifitas drop off
penumpang. Sedangkan pada pintu masuk selatan, pengantar atau
penjemput dapat memarkirkan kendaraan ditempat yang telah
disediakan. Tidak tersedianya area ruang tunggu yang baik bagi
pengantar dan penjemput membuat pengguna berdiri ataupun duduk
di lantai di area pintu masuk selatan.
4. Pedagang Kios
Pedagang kios merupakan salah satu pengguna di stasiun. Pedagang
kios saat ini berjualan di area yang disediakan oleh pengelola stasiun
yang terletak dekat ruang tunggu. Saat ini area kios masih terlihat
bercampur dengan area ruang tunggu, sehingga pada saat frekuensi
penumpang tinggi, terlihat berantakan.
Data dan Informasi | III.20
Gambar 3.18 Toko Stasiun (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
Selain itu terdapat juga area berjualan yang ada diluar bangunan
stasiun. Terdapat minimarket dan beberapa yang melayani jasa
angkutan kereta api. Saat ini untuk jasa angkutan kereta api seperti
motor ataupun barang barang yang besar tidak memiliki ruang
penyimpanan khusus, sehingga diletakkan didepan yang langsung
berhubungan dengan jalur pengguna kendaraan bermotor yang akan
ke pintu masuk Stasiun Besar Yogyakarta.
5. Pengelola Stasiun
Pengelola stasiun, seperti ruang kepala stasiun, ruang meeting, ruang
staff, ruang administrasi, ruang perlengkapan, ruang announcer, dan
ruang telepon antar stasiun memiliki ruangan ditengah bangunan
stasiun di lantai 1.
6. Petugas / Karyawan Kereta Api
Area Stasiun Yogyakarta merupakan induk dari DAOP 6 Yogyakarta,
sehingga disini terdapat beberapa beberapa fasilitas DAOP 6
Yogyakarta sebagai penunjang kegiatan pelayanan KAI.
7. Petugas Keamanan
Petugas keamanan yang mengatur dan menjaga keamanan tersebar di
area Stasiun Yogyakarta. Petugas keamanan berasal dari TNI, Polisi
Kereta Api dan Satpam. Petugas keamanan ini terbagi dibeberapa titik
Data dan Informasi | III.21
yaitu setiap pintu masuk dan emplasemen. Selain itu terdapat ruang
istirahat dan ruang pantau bagi petugas keamanan.
Gambar 3.19 Petugas Keamanan pada Pintu Keluar Stasiun (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
Data dan Informasi | III.22
3. Data Fisik Stasiun Besar Yogyakarta
a. Eksisting Kawasan Stasiun Yogyakarta.
Keterangan:
1 : Stasiun Besar Yogyakartaa
2 : Bengkel Kereta DAOP 6
3 : Pemutar Lokomotif
4 : Pengisi Bahan Bakar
5 : Rumah Penduduk
6 : Parkir Kendaraan
7 : Fasilitas Pengelola Kereta (Area Pengelola dan rumah
dinas)
Data dan Informasi | III.23
1. Stasiun Besar Yogyakarta
Bangunan Stasiun Yogyakarta telah ditetapkan sebagai bangunan
cagar budaya tipe B pada tahun 2007 yang ditetapkan berdasarkan
nomor penetapan, PM.07/PW.007/MKP/2007. Penetapan bangunan
tipe B ini mempengaruhi ketentuan pada pengembangan fasilitas dari
stasiun Yogyakarta.
Gambar. 3.20. Bangunan Stasiun Yogyakarta Sumber. Dokumentasi Saktian. 2015
2. Bengkel Kereta DAOP 6
Gambar. 3.21. Bangunan Bengkel DIPO Stasiun Yogyakarta Sumber. Dokumentasi Saktian. 2015
Bangunan ini merupakan salah satu fasilitas yang menempati kawasan
stasiun Yogyakarta. Dibangun bersamaan dengan bangunan utama
sejak tahun 1887 yang berfungsi sebagai bengkel kereta api.
3. Pemutar Lokomotif
Gambar. 3.22. Pemutar Lokomotif Stasiun Yogyakarta Sumber. Google earth. 2015
Data dan Informasi | III.24
Pemutar lokomotif ini berfungsi sebagai alat pemutar lokomotif kereta
api. Saat ini pemutar ini masih sering digunakan untuk memutar
lokomotif kereta.
4. Pengisi Bahan Bakar Loko
Gambar. 3.23. Bangunan Pengisi Bahan Bakar Stasiun Yogyakarta Sumber. Dokumentasi Saktian. 2015
Fasilitas ini berfungsi sebagai alat penghisi bahan bakar lokomotif
yang menggunakan mesin deisel. Fasilitas ini digunakan oleh
lokomotif yang ada dibawah DAOP 6 Yogyakarta.
5. Rumah Penduduk
Gambar. 3.24. Rumah Penduduk dan PKL disekitas Stasiun Sumber. Google street. 2015
saat ini, kawasan ini telah beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman
penduduk dan juga pedagang kaki lima disepanjang pinggir jalan Pasar
Kembang. Hal ini mempersempit ruang dan mengurangi nilai fungsi
ruang kawasan sebagai stasiun pelayanan transportasi kereta api.
Data dan Informasi | III.25
6. Parkir Kendaraan
Gambar. 3.25. area parkir DIPO Stasiun Yogyakarta Sumber. Dokumentasi Saktian. 2015
Terdapat dua buah area parkir, area utara yang dicapai dari arah jl.
Mangkubumi dan selatan dari jl. pasar kembang. Parkir sebelah utara
hanya dgunakan oleh para pengguna kendaraan motor, sedangkan
mobil ditempatkan pada parkir selatan, selain mobil di area ini juga
menyediakan parkir kendaraan bermotor dan juga parkir bus –bus
pariwisata yang ada di kota Yogyakarta.
7. Fasilitas Pengelola
Gambar. 3.26. Bangunan Pengelola Stasiun Yogyakarta Sumber. Dokumentasi Saktian. 2015
Ini merupakan fasilitas yang tidak ada hubugannya dengan fasilitas
pelayanan kereta, karena fasilitas ini merupakan fasilitas yang
dibawahi oleh DAOP 6.
b. Layout fasilitas Stasiun Yogyakarta
Stasiun Besar Yogyakarta merupakan stasiun yang memiliki fasilitas
seperti :
1. Fasilitas Pelayanan Penumpang
Hall
Loket tiket
Toilet umum
Data dan Informasi | III.26
Mushola
Kios
Cafe
Ruang Tunggu Peron
Parkir
Costumer Services
2. Fasilitas Administrasi
R. Kepala Stasiun
R. VIP
R. Administrasi
R. Perbendaharaan
R. Pelayanan
R. Rapat
3. Fasilitas Operasi
R. PPKA
R.Waslop
R. Pengawas Umum Kereta
R. Restorka
Data dan Informasi | III.27
Gambar 3.27 Layout Stasiun Yogyakarta
Sumber : DAOP VI Yogyakarta, PT.KAI
4. Peron Stasiun
Terdapat Sembilan jalur yang berada di Stasiun Yogyakarta,
yaitu enam jalur langsir dan tiga jalur simpan. Jalur langsir digunakan
untuk penumpang kereta, sementara jalur simpan digunakan untuk
pergantian lokomotif. Peron yang berada di Stasiun Yogyakarta
termasuk peron tinggi yang berukuran 1,2 meter dari kop rel dengan
lebar 5 – 2.8 meter. Panjang tiap peron terdiri dari
Peron 1 : 194 m (lebar peron 2.8 meter)
Peron 2 : 194 m (lebar peron 2.8 meter)
Peron 3 : 213 m (lebar peron 5 meter)
Peron 4 : 144 m (lebar peron 2.8 meter)
Peron 5 : 286 m (lebar peron 2.8 meter)
Peron 6 : 161 m (lebar peron 2.8 meter)
Peron 7 : 110 m (lebar peron 2.8 meter)
Data dan Informasi | III.28
Gambar 3.28. Peron 6 (utara) Stasiun Besar Yogyakarta (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
Gambar 3.29. Peron 3 (selatan) Stasiun Besar Yogyakarta (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015)
C. RENCANA PEMERINTAH TERKAIT STASIUN YOGYAKARTA
1. Draft TOR Revitalisasi Stasiun Yogyakarta dan Pedestrian Malioboro
Menurut TOR yang dikeluarkan oleh Bappenas pada 2010 tentang
revitalisasi Stasiun Yogyakarta dan Malioboro, revitalisasi akan dilaksanakan
pada Stasiun Besar Yogyakarta ini bertujuan untuk memanfaatkan lahan
kosong yang tersedia di kawasan stasiun yang ditujukan untuk menunjang
kegiatan transportasi publik dikawasan malioboro dan penambahan fungsi
terkait potensi yang dimiliki Yogyakarta sebagai kota destinasi pariwisata dan
ekonomi.
Peruntukan lahan pada Revitalisasi Stasiun Yogyakarta yang diajukan
adalah sebagai :
a. Pengembangan Stasiun dan Area Komersial didalamnya
b. Retail dan Ruko
c. Hotel
d. Apartemen
Data dan Informasi | III.29
e. City Park
Gambar 3.30. Rencana Peruntukan Lahan pada Revitalisasi Stasiun Yogyakarta dan Pedestrian Malioboro.
Sumber. http://www.competitionline.com/en/tenders/63993 oleh Bappenas
2. Rencana Jangka Panjang Perusahaan PT. KAI
Berdasarkan RJPP PT. KAI tahun 2014 – 2018 dimana PT. KAI memiliki
Strategi Pengembangan Usaha yaitu :
a. Pengembangan Angkutan Penumpang
Volume penumpang kereta api di Indonesia dalam kurun waktu 5
tahun terakhir (2010-2014) menunjukkan tren pertumbuhan rata-rata 8%
sejak tahun 2012 dan 2013. Pada periode tahun 2010- 2011, volume
angkutan penumpang mengalami penurunan tetapi kembali meningkat
pada periode 2011-2014 dan mencapai 279,52 juta penumpang pada tahun
2014. PT. KAI memprediksikan bahwa nantinya pada tahun 2018
penumpang yang diangkut mencapai 478,08 juta penumpang.
Data dan Informasi | III.30
Gambar 3.31. Proyeksi Penumpang 2015 - 2018 Sumber. Annual Report PT.KAI 2014
Berdasarkan data diatas, PT. KAI melakukan strategi seperti ada
peningkatan kualitas pelayanan pelanggan, optimalisasi tarif (pricing
strategy), penambahan rute-rute baru serta mengembangkan KA jarak
menengah dan angkutan komuter Jabodetabek dan KA Bandara untuk
meningkatkan layanan angkutan penumpang.
b. Pengembangan Angkutan Barang
Volume angkutan barang mulai mengalami pertumbuhan sejak
tahun 2011 sejalan dengan berbagai inisiatif strategis Perseroan untuk
mendorong kinerja segmen bisnis angkutan barang. Pada 2009 volume
barang yang diangkut mencapai 19,01 juta ton dan relatif stagnan pada
18,95 juta ton di tahun 2010. Tetapi sejak 2011 hingga 2013, volume
angkutan barang mulai tumbuh dan mencapai 24,71 juta ton pada tahun
2013 atau naik 12% dari tahun 2012 sebesar 22,09 juta ton. Angkutan
barang berasal dari angkutan batu bara, peti kemas, bahan bakar minyak
(BBM), semen, curah dan perkebunan, general cargo dan BHP serta
komoditas lainnya.
Dari perhitungan prognosa, angkutan barang berkontribusi sebesar
43% terhadap total pendapatan operasional Perseroan pada tahun 2013.
Sasaran strategis Perseroan telah menargetkan peningkatan kontribusi
pendapatan dari angkutan barang secara bertahap hingga mencapai 60%
Data dan Informasi | III.31
melalui investment initiatives yang sudah dilakukan studi kelayakannya,
yakni Poyek Ten dan Proyek Fifty.
c. Pengembangan Aset Properti
Untuk kepentingan pengembangan aset properti (aset non produksi),
Perseroan fokus untuk meningkatkan penguasaan aset melalui program
sertifikasi tanah dan program penyelesaian kasus-kasus besar terkait
kepemilikan aset tanah KAI. Dengan kedua program ini diharapkan aset-
aset properti Perseroan yang berstatus clean and clear semakin banyak
sehingga memberikan keleluasaan untuk pemanfaatan dan
pengembangannya.
Perseroan menetapkan tiga metode pengembangan aset properti,
yaitu:
• Pengembangan properti melalui investasi dari sumber dana internal.
• Pengembangan properti melalui sinergi dengan anak perusahaan.
• Pengembangan properti bekerja sama dengan mitra bisnis BUMN
(sinergi BUMN) dan swasta.
Dalam jangka pendek, stasiun-stasiun besar akan dikembangkan
menjadi pusat bisnis yang melayani berbagai keperluan para pengguna
(traveller) kereta api. Sedangkan stasiun-stasiun yang melayani angkutan
perkotaan seperti komuter Jabodetabek dikembangkan sebagai kawasan
park and ride, dimana penumpang dapat menitipkan kendaraan pribadinya
di lokasi parkir yang aman yang disediakan di lingkungan stasiun dan
melanjutkan perjalanannya ke tempat tujuan dengan kereta api.
Dalam jangka panjang, stasiun-stasiun besar yang memiliki area
lahan relatif luas akan dikembangkan sebagai kawasan bisnis terpadu
dengan konsep transit oriented development yang menitikberatkan
keterkaitan antara transportasi publik dengan fungsi kawasan (landuse).
Sedangkan untuk area lahan di luar kawasan operasional kereta api
direncanakan pengembangan untuk pembangunan hotel dan/atau area
komersial dalam 5 tahun ke depan.
Data dan Informasi | III.32
3. Rencana Induk Perkeretaapian Nasional
Pemerintah melalui Kementrian Perhubungan mengeluarkan rencana induk
perkeretaapian nasional yang tertera pada Peraturan Menteri Perhubungan No.
PM 43 Tahun 2011 tentang Rencana Perkeretaapian Nasional dimana pada
tahun 2030 pemerintah memiliki target untuk mewujudkan layanan
transportasi perkeretaapian yang memiliki pangsa pasar penumpang sebesar
11% - 13 % dan barang sebesar 15% - 17% dari keseluruhan layanan
transportasi nasional. Target tersebut diikuti oleh beberapa cara dan perkiraan
yang dilakukan demi memenuhi target yang dicanangkan pemerintah.
a. Prakiraan Perpindahan Penumpang Nasional
Tabel 3.6 Tabel Perkiraan Perjalanan Kereta Api
Sumber. PM 43 Tahun 2011 tentang Rencana Perkeretaapian Nasional
Berdasarkan data yang dikeluarkan bahwa dominasi perjalanan masih
terdapat di pulau Jawa. Sedangkan secara khusus perkiraan di pulau jawa
dimana di Yogyakarta memiliki perkiraan penumpang sebannyak
32.308.000 orang dan 22.490.000 barang.
b. Pemenuhan Kebutuhan Prasarana Perkeretaapian Nasional
Dalam pemenuhan kebutuhan prasarana nasional, strategi yang
dilaksanakan yaitu:
• Rencana pengembangan jaringan di pulau Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, Madura dan Batam.
• Pengembangan Teknologi dan Industri Prasarana Perkeretaapian.
• Investasi Prasarana Perkeretapian.