BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Deskripsi...

31
10 BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Deskripsi Komposisi Komposisi ini dibagi menjadi tiga bagian, bagian pertama bercerita tentang sebuah awal perjalanan penulis Yogyakarta-Jakarta timbul rasa kekhawatiran, bagian kedua bercerita tentang ketakutan penulis ketika di tengah perjalanan, bagian ketiga bercerita tentang kelegaan penulis selepas melewati ketakutan tersebut. Bagian pertama dimulai dengan perasaan penulis senang dan bersemangat ketika awal perjalanan dari Yogyakarta menuju kota asal yaitu Jakarta mengendarai mobil untuk bisa pulang berlibur sebentar bertemu orang tua, sanak saudara dan teman-teman. Perjalanan yang diawali dengan bersemangat tiba-tiba lalu lintas sedikit ramai membuat perasaan seketika menjadi cemas dan akhirnya ada timbul rasa kekhawatiran yang mulai penulis hadapi. Bagian kedua adalah ketakukan penulis yang muncul ketika di perjalanan letaknya perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kala itu menjelang tengah malam kondisi jalanan sangat sepi, ditengah belantara hutan-hutan, jalanan yang berkelok-kelok, hanya penulis seorang diri disertai turun hujan berkabut yang membuat suasana semakin mencekam, seolah-olah penulis dibawa masuk ke dunia lain. Dan ketika melewati sebuah jembatan tiba-tiba radio pun berubah lagunya dari sebelumnya musik lagu Pop menjadi lagu Lingsir Wengi yang membuat penulis kaget serta merinding. Bagian ketiga adalah menceritakan kelegaan penulis ketika setelah melewati daerah yang sepi, seram, dan menakutkan. Kelegaan tersebut karena sudah ada banyak beberapa rumah penduduk serta jalanan mulai ada kendaraan yang berlalu lalang. Perasaan senang untuk berpacu ke tempat asal penulis pun muncul lagi seperti perasaan pada awal mula ketika penulis hendak berangkat.

Transcript of BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Deskripsi...

10

BAB III

ANALISIS KOMPOSISI

A. Deskripsi Komposisi

Komposisi ini dibagi menjadi tiga bagian, bagian pertama bercerita

tentang sebuah awal perjalanan penulis Yogyakarta-Jakarta timbul rasa

kekhawatiran, bagian kedua bercerita tentang ketakutan penulis ketika di

tengah perjalanan, bagian ketiga bercerita tentang kelegaan penulis selepas

melewati ketakutan tersebut.

Bagian pertama dimulai dengan perasaan penulis senang dan

bersemangat ketika awal perjalanan dari Yogyakarta menuju kota asal yaitu

Jakarta mengendarai mobil untuk bisa pulang berlibur sebentar bertemu orang

tua, sanak saudara dan teman-teman. Perjalanan yang diawali dengan

bersemangat tiba-tiba lalu lintas sedikit ramai membuat perasaan seketika

menjadi cemas dan akhirnya ada timbul rasa kekhawatiran yang mulai penulis

hadapi.

Bagian kedua adalah ketakukan penulis yang muncul ketika di

perjalanan letaknya perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kala itu

menjelang tengah malam kondisi jalanan sangat sepi, ditengah belantara

hutan-hutan, jalanan yang berkelok-kelok, hanya penulis seorang diri disertai

turun hujan berkabut yang membuat suasana semakin mencekam, seolah-olah

penulis dibawa masuk ke dunia lain. Dan ketika melewati sebuah jembatan

tiba-tiba radio pun berubah lagunya dari sebelumnya musik lagu Pop menjadi

lagu Lingsir Wengi yang membuat penulis kaget serta merinding.

Bagian ketiga adalah menceritakan kelegaan penulis ketika setelah

melewati daerah yang sepi, seram, dan menakutkan. Kelegaan tersebut karena

sudah ada banyak beberapa rumah penduduk serta jalanan mulai ada

kendaraan yang berlalu lalang. Perasaan senang untuk berpacu ke tempat asal

penulis pun muncul lagi seperti perasaan pada awal mula ketika penulis

hendak berangkat.

11

B. Analisis Komposisi

1. Senang

Pada bagian pertama ini merupakan awal dari penulis ketika hendak

berangkat menuju tempat asal penulis dilandasi dengan perasaan senang.

Tonalitas yang dipakai yaitu D Mayor. Karakter dari tonalitas D Mayor

yaitu bersukacita dan dapat juga untuk lagu untuk liburan. Motif pertama

dimulai pada piano sebagai pengantar awal dari sebuah perjalanan ini.

Tabel 3.1 Analisis sruktur The Fear I. Allegro Con Anima

Introduksi Birama 1-10

Bagian A Birama 11-35

Bagian B Birama 36-58

Bagian A Birama 59-84

Bagian C (Andante) Birama 85-105

Bagian D (Grave) Birama 106-144

Komposisi bagian pertama ini menggunakan sukat ¾ dimainkan dengan

tempo allegro con Anima menggunakan tonalitas D Mayor. Bagian

Introduksi pada birama 1-10 dengan progresi akor I-V-VI-V-IV.

Introduksi dimulai dengan iringan piano terlebih dahulu kemudian

disambung nada lintas pada birama 9-10 oleh biola.

Gambar 3.1. Motif melodi pada introduksi

Pada gambar diatas Birama 1-6 merupakan motif melodi awal perjalanan

penulis ketika hendak berangkat menuju kota asal.

12

Gambar 3.2. Introduksi “Senang”

Pada gambar diatas ini birama 7-10 merupakan lanjutan dari motif pada

birama 1-6.

Gambar 3.3. Melodi utama berada di cello

Pada gambar diatas ini cello memainkan motif pada lagu tersebut

sedangkan biola memainkan nada panjang.

Birama 12-14 pada piano untuk menimbulkan efek suasana riang. (birama

11-14)

Gambar 3.4. Melodi utama masih tetap berada di cello

13

Pada gambar diatas ini cello masih tetap memainkan motif lagu biola

mengisidengan nada panjang serta piano mengiringi. (birama 15-19)

Gambar 3.5. Melodi utama pada biola

Pada gambar diatas melodi utama dimainkan pada biola, cello memainkan

arpeggio chord. Birama 21&23 pada piano untuk menggambarkan suasana

riang. (birama 20-23)

Gambar 3.6. Melodi utama masih berada di biola

Pada gambar diatas ini sambungan melodi pada biola dari birama

sebelumnya, cello masih memainkan arpeggio chord, sedangkan piano

mengiringi dengan block chord. (birama 24-27)

14

Gambar 3.7. Melodi utama pada biola & piano

Pada gambar diatas ini biola & piano unison memainkan melodi utama

sedangkan cello dimainkan dengan contrary motion. (birama 28-31)

Gambar 3.8. Melodi utama pada biola & piano

Pada gambar diatas ini biola & piano unison memainkan melodi utama

sedangkan cello contrary motion.

Ritardando menggambarkan suasana penulis ketika tiba-tiba berhenti di

perjalanan karena ramai lalu-lintas. (birama 32-35)

Bagian B

Gambar 3.9. Melodi utama pada piano (bagian B)

15

Pada gambar diatas merupakan imitasi melodi dari motif sebelumnya

ditandai dengan accelerando yang menggambarkan suasana penulis

setelah berhenti karena ramai lalu-lintas. (birama 36-39)

Gambar 3.10. Melodi pada piano (bagian B)

Pada gambar diatas merupakan 1 frase dengan bagian sebelumnya. (birama

40-43)

Gambar 3.11. Repetisi melodi pada cello (bagian B)

Pada gambar diatas merupakan repetisi melodi yang dimainkan di cello.

(birama 44-47)

Gambar 3.12. Repetisi melodi pada cello (bagian B)

Pada gambar diatas merupakan lanjutan melodi dari sebelumnya. (birama

48-51)

Gambar 3.13. Repetisi melodi pada biola (bagian B)

Pada gambar diatas merupakan repetisi melodi yang dimainkan di biola

(birama 52-55)

Gambar 3.14. Repetisi melodi pada biola (bagian B)

16

Pada gambar diatas merupakan lanjutan dari melodi sebelumnya (birama

56-58). Ritardando menggambarkan suasana penulis ketika diperjalanan

tiba-tiba berhenti karena ramainya lalu-lintas.

Gambar 3.15. Motif melodi bagian A pada cello

Motif melodi pada bagian A dimainkan pada cello dengan menggunakan

contrary motion. Accelerando menggambarkan suasana penulis ketika

setelah dihadapkan kemacetan lalu lintas. (birama 59-62)

Gambar 3.16. Motif melodi bagian A pada cello

Pada gambar diatas cello kembali memainkan motif bagian A dengan

contrary motion, biola mempertahankan nada panjang sedangkan piano

mengiringi lagu. (birama 63-66)

17

Gambar 3.17. Melodi utama pada biola

Pada gambar diatas biola memainkan motif melodi utama bagian A, cello

memainkan arpeggio chord, piano dengan teknik arpeggio dan block

chord. Pada bagian ini menggambarkan suasana ketika penulis dalam

perjalanan mulai timbul rasa tenang meski ada rasa kegelisahan. (birama

68-71)

Gambar 3.18. Melodi utama pada biola

Pada gambar diatas biola masih memainkan motif melodi utama lanjutan

dari sebelumnya, cello dengan arpeggio chord, dan piano mengiringi

dengan teknik arpeggio dan block chord. (birama 72-75)

18

Gambar 3.19. Melodi utama ada pada biola & piano

Pada gambar diatas motif melodi utama bagian A dimainkan oleh biola

dan piano, sedangkan cello memainkan paralel terts dibawah melodi

utama. (birama 76-79)

Gambar 3.20. Melodi utama tetap pada biola & piano

Pada gambar diatas biola dan piano masih tetap melanjutkan memainkan

melodi utama sedangkan cello mempertebal pada nada bawah.

Fermata digunakan untuk mengakhiri bagian A pada lagu “Senang”, dan

menggunakan dinamika pianissisimo digunakan untuk menciptakan

berakhirnya suasana senang pada penulis. (birama 80-84)

19

Bagian C

Gambar 3.21. Motif antiseden melodi bagian C pada cello

Pada gambar diatas ini adalah motif melodi bagian C yang dimainkan pada

cello. Motif antiseden ini dimulai dari birama 85-92. (birama 85-88)

Gambar 3.22. Motif melodi bagian C pada cello

Pada gambar diatas merupakan motif satu-kesatuan dengan birama

sebelumnya yaitu birama 85. (birama 89-92)

20

Gambar 3.23. Motif konsekuen melodi bagian C pada biola

Pada gambar diatas merupakan motif konsekuen melodi bagian C pada

biola. Motif konsekuen tersebut berakhir sampai pada birama 104. (birama

93-97)

Gambar 3.24. Contrary motion pada biola & cello

Pada gambar diatas biola dan cello melakukan contrary motion, yang

menggambarkan suasana pada penulis dari rasa cemas menuju rasa

kekhawatiran. (birama 98-100)

21

Gambar 3.25. Akhir dari bagian C pada piano

Pada gambar diatas menggambarkan akhir dari bagian C yang

mensituasikan suasana kecemasan penulis ketika di perjalanan pada saat

itu. (birama 101-104)

Bagian D

22

Gambar 3.26. Motif introduksi bagian D

Pada gambar diatas ini merupakan motif awal bagian D dengan tempo

grave. Bagian ini menggambarkan perasaan khawatir penulis ketika sudah

mulai lelah melangkah di perjalanan dengan situasi dan kondisi sudah sepi.

(birama 105-112)

23

Gambar 3.27. Repetisi motif bagian D

Pada gambar diatas ini masih merupakan bagian repetisi pada bagian D

yang menggambarkan rasa khawatir pada penulis. (birama113-119)

Gambar 3.28. Penggunaan pentatonik Jawa

24

Pada gambar diatas menggunakan pentatonik Jawa untuk mengingatkan

suasana penulis yang masih berada didaerah Jawa Tengah ketika malam

hari yang sudah semakin sepi kendaraan yang melintas. (birama120-124)

Gambar 3.29. Pengulangan kembali motif bagian D

Pada gambar diatas merupakan pengulangan dari bagian D yang

menggambarkan rasa khawatir pada penulis ketika sedang dijalan

mengingat jalanan yang sepi karena jam menunjukan hampir tengah

malam. (birama 125-131)

25

Gambar 3.30. Penggunaan tangga nada pelog pada piano

Pada gambar diatas menggambarkan suasana ketika penulis diingatkan

kalau saat ini masih berada di Jawa Tengah. Pada biola dan cello diberi

nada disonan dengan tujuan mengekspresikan perasaan penulis yang

sedang gelisah saat jalan sepi dan gelap tanpa adanya penerangan lampu

jalan.

Gambar 3.31. Pergerakan melodi naik turun di piano

Pada gambar diatas menggambarkan suasana dari yang sebelumnya keruh

karena gelisah menjadi sedikit tenang hingga akhirnya sebentar lagi

memasuki wilayah perhutanan diperbatasan yang mencekam.

26

Gambar 3.32. Oktaf bawah pada piano

Penggunaan oktaf bawah pada piano menggambarkan suasana penulis

yang semula tenang tiba-tiba muncul perasaan was-was pada penulis.

2. Ketakutan

Pada bagian kedua ini merupakan tujuan utama dari penulis dari tugas

akhir skripsi berjudul the fear yang berarti sebuah ketakutan. Tonalitas

yang dimainkan yaitu masih dalam tangga nada D Mayor. Motif pertama

yang digunakan untuk menghantarkan suasana rasa takut yaitu pada

instrumen piano dengan nada D2 oktaf bawah.

Tabel 3.2 Analisis struktur The Fear II. Moderato

Introduksi Birama 1-2

Bagian A Birama 3-15

Bagian B (lingsir wengi) Birama 16-23

Komposisi bagian kedua ini menggunakan sukat 4/4 dimainkan dengan

tempo moderato menggunakan tonalitas D Mayor. Bagian Introduksi pada

birama 1-2, Introduksi dimulai dengan tangan kiri oktaf bawah pada piano

kemudian biola mulai pada birama 3-4.

27

Gambar 3.33 Introduksi “Ketakutan”di piano bagian kedua

Pada gambar diatas merupakan bagian introduksi, motif introduksi yang

ada pada piano menggambarkan perasaan resah, gelisah, seram, dan takut

penulis bercampur-aduk jadi satu ketika sedang di perjalanan dengan

suasana yang mencekam ditengah hutan sendirian dan hujan rintik-rintik.

Biola memainkan glissando untuk menimbulkan efek seram yang ada pada

cerita ini. (Birama 1-4)

28

Gambar 3.34. Rasa takut yang berkepanjangan

Pada gambar diatas ini masih menggambarkan suasana rasa takut yang

dialami penulis. Rasa takut tersebut dituangkan melalui instrumen pada

motif piano yang memainkan oktaf D range bawah pada tangan kiri,

sedangkan pada tangan kanan menggunakan disonan untuk menuangkan

rasa takut disertai tegang oleh penulis. (birama 5-11)

Gambar 3.35 Pengulangan ritme dan disonan pada piano

Pada gambar diatas ini merupakan repetisi ritme yang digunakan untuk

menimbulkan rasa takut disertai penggunaan nada disonan pada tangan

kanan di piano dan fermata menggambarkan ketakutan yang

berkepanjangan. (Birama 12-15)

29

Bagian B

Gambar 3.36 Motif dari lagu lingsir wengi pada piano

Pada gambar diatas ini menggunakan motif dari lagu lingsir wengi di

piano dikarenakan menggambarkan ketika penulis sedang berada

diperjalanan melewati belantara hutan nan sepi dipenghujung perbatasan

antara Jawa Tengah dan Jawa Barat tiba-tiba dengan sendirinya kaset lagu

yang penulis putar berubah menjadi radio dengan alunan lagu lingsir

wengi tersebut. Rasa ketakukan ini merupakan puncak dari segalanya yang

penulis hadapi kala itu dan menjadikan sebuah kenangan tersendiri untuk

mendeskripsikan cerita tentang perjalanan ini dituang dalam tugas akhir

komposisi penulis. (birama 16-19)

30

Gambar 3.37 Melodi yang bersahutan pada piano, cello, dan biola

Pada gambar diatas melodi yang bersahut-sahutan menggambarkan

suasana akhir dari rasa takut berkepanjangan yang dilalui penulis ketika

sedang melintasi perbatasan Jawa Tengah menuju Jawa Barat. (birama 20-

23)

3. Kelegaan

Pada bagian ketiga ini merupakan bagian terakhir dari karya ini. Selepas

dari rasa takut yang sebelumnya penulis rasakan hingga pada akhirnya

kelegaan pun datang. Tonalitas yang digunakan dalam tangga nada E

Mayor. Pada introduksi, motif pertama yaitu dimainkan oleh piano.

Tabel 3.3 Analisis struktur “The Fear” III. Andante

introduksi Birama 1-5

Bagian A Birama 6-25

Bridge Birama 26-41

Bagian B Birama 42-59

Komposisi bagian ketiga ini menggunakan sukat 4/4 dimainkan dengan

tempo Andante menggunakan tonalitas E Mayor. Bagian Introduksi pada

birama 1-5 dengan progresi akor IV-III-II-I. Introduksi dimulai dengan

piano terlebih dahulu.

31

Introduksi

Gambar 3.38 Introduksi “Kelegaan” pada piano

Pada gambar diatas merupakan Introduksi pada birama 1-5. Pada birama

pertama diketukan 1 sampai 3 diberi not istirahat untuk menggambarkan

suasana penulis sedang beristirahat sebentar untung menenangkan rasa

yang sebelumnya fase ketakutan lalu perlahan mulai hilang lalu disambung

birama pertama ketukan keempat untuk memulai fase kelegaan.

32

Tempo andante seiring dengan perasaan yang tenang serta lega. Motif

pada piano ditangan kanan serta tangan kiri menggunakan arpeggio chord

dengan pedal untuk melegakan suasana.

Gambar 3.39. Motif melodi bagian A pada piano

33

Pada gambar diatas piano memainkan motif melodi yang sama dengan

Introduksi dimulai dari birama 6-9 kemudian diulang kembali motif yang

sama pada birama 10-13.

Biola pada birama 6-7 menggunakan Chromatic Scale untuk memperkuat

suasana dramatis yang sebelumnya rasa takut menjadi lega. Cello

menggunakan motif yang sama dengan piano. (birama 6-13)

Gambar 3.40. Repetisi motif melodi pada piano

Pada gambar diatas piano memainkan repetisi motif melodi bagian A.

Bagian pada gambar ini menggambarkan suasana penulis yang masih

belum yakin benar-benar lega dengan penggunakan 1/16 pada birama 17

ketukan ketiga dan keempat. (birama 14-17)

34

Gambar 3.41. Repetisi motif melodi pada piano

Pada gambar diatas merupakan pengulangan motif pada birama 6-8 serta

pengulangan motif melodi bagian A pada piano.

Biola, cello, dan piano menggunakan unison birama 21 yang berisi not

1/16 untuk menggambarkan suasana kelegaan yang membuat pada

akhirnya penulis yakin kalau ini sudah lega. (birama 18-21)

35

Gambar 3.42. Repetisi melodi kromatik pada cello

Pada gambar diatas ini merupakan repetisi dari birama sebelumnya yang

biola memainkan kromatik sekarang berpindah cello yang bermain

kromatik untuk mengangkat suasana bahwa penulis sebentar lagi ingin

memasuki wilayah Jawa Barat. (birama 22-25)

36

Bridge

Gambar 3.43. Bridge dengan melodi Sunda

Pada gambar diatas menggambarkan bahwa penulis sudah meninggalkan

Jawa Tengah dan memasuki wilayah Jawa Barat yaitu sekitar Banjar

menuju Ciamis. Penggunaan melodi Sunda untuk mengingatkan kembali

kalau penulis sudah menginjak di tanah Jawa Barat. (birama 26-31)

37

Gambar 3.44. Motif antiseden dan konsekuen

Pada gambar diatas yaitu menggunakan antiseden dan konsekuen pada

biola dan cello untuk menggambarkan suasana yang khas jika kita sedang

di Jawa Barat. (birama 32-34)

38

Gambar 3.45. Motif antiseden dan konsekuen

Pada gambar diatas ini menggunakan antiseden dan konsekuen pada biola

dan cello yang menggambarkan masih ada suasana khas daerah Sunda

pada melodi yang dimainkan. Bagian menjelang akhir diberi diminuendo

untuk memperlembut suara yang dihasilkan serta fermata untuk

mengakhiri dari bagian bridge tersebut. (birama 35-41)

Bagian B

39

Gambar 3.46. Repetisi motif melodi lagu bagian B

Pada gambar diatas merupakan penggunaan repetisi motif melodi dari lagu

bagian Allegro dengan biola dan piano memainkan unison sedangkan cello

bermain dengan contrary motion.

Bagian B ini menggambarkan rasa kembali senang ketika penulis sedang

diperjalanan mulai memasuki jalan bebas hambatan yaitu di jalan tol

Cileunyi. (birama 42-48)

40

Gambar 3.47. Repetisi motif dari bagian B

Pada gambar diatas merupakan repetisi motif melodi dari bagian Allegro

yang menggambarkan perasaan kembali senang mengingat di awal

perjalanan hendak mau berangkat menuju kota asal penulis.

Bagian menjelang ritardando serta melodi dibuat turun untuk

menggambarkan bahwa penulis sudah selesai melakukan perjalanan.

(birama 49-58)