BAB III Analisis Kandungan Kurkuminoid..._2
-
Upload
hasyyati-ramadhania -
Category
Documents
-
view
75 -
download
4
Transcript of BAB III Analisis Kandungan Kurkuminoid..._2
45
ANALISIS KANDUNGAN KURKUMINOID EKSTRAK TEMU MANGGA
(Curcuma mangga).
The Analisys of Curcuminoid Content of Temu Mango Extract (Curcuma
mangga)
Abstrak
Temu mangga (Curcuma mangga) merupakan tanaman obat yang
berkhasiat sebagai antioksidan karena mengandung kurkuminoid. Kandungan
kimia dan bioaktif temu mangga belum banyak diteliti dan infomasi ilmiah
lainnya masih terbatas sekali. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa
kurkuminoid ekstrak temu mangga dan turunan kurkuminoid. Senyawa
kurkuminoid diisolasi dengan menggabungkan ekstrak air dan etanol (1:1),
sedangkan untuk menganalisis turunannya yang ada dalam kurkuminoid
digunakan Kromatografi Cair Kinerja tinggi (KCKT). Hasil uji fitokimia terhadap
rimpang temu mangga, diperoleh alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin. Hasil
ektrasi yang dilakukan, diperoleh kurkuminoid sebanyak 1,84% dari rendemen
rimpang temu mangga. Sedangkan analisis kuantitatif kurkuminoid ekstrak
menunjukkan konsentrasi dari masing-masing fraksi kurkuminoid sebagai berikut:
kurkumin 6,2%, demetoksi-kurkumin 2,3%, dan bis-demetoksi kurkumin 3,0%.
Abstract
Temu mangga (Curcuma mangga) is a powerful medicinal plants as
antioxidants because it contains curcuminoids. The constituents of bioactive
chemical from temu mangga had not been widely researched and other scientific
information is still limited. This study aimed to isolate compounds extract
curcuminoids of temu mango and derivatives curcuminoids. The curcuminoids
compounds were isolated by combine of the water and ethanol extracts (1:1),
while curcuminoid derivative fractions were analyzed using High Performance
Liquid Chromatography (HPLC). The results of phytochemical from rhizome
temu mango are alkaloids, flavonoids, tannins and saponins. The results showed
as 1.84% curcuminoids from randemen of rhizomes temu mango. The quantitative
analysis showed the concentration of curcuminoids extracts from the curcuminoid
consist of curcumine (6.2%), demetoxi-curcumine (2.3%) and bis-demetoxi
curcumine (3.0%)
Key words: Temu mango (Curcuma mango), antioxidants, curcuminoids, HPLC
46
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang penting untuk digali dan
dikembangkan, seperti tanaman obat yang berpotensi sebagai obat untuk
mencegah penyakit yang terkait dengan sirkulasi darah. Salah satu tumbuhan yang
telah diketahu memiliki sifat antioksidan adalah yang berasal dari anggota famili
zingiberaceae, yang di Indonesia dikenal sebagai kunyit atau temu-temuan.
Bebarapa spesies dari tumbuhan ini diketahui memiliki senyawa bersifat
antioksidan seperti kurkumin yang terdapat pada kunyit (Curcuma longa), gliserol
yang terdapat pada jahe (Zingiber officinale) dan temu putih (Curcuma zeodaria).
Temu mangga (Curcuma mangga) adalah salah satu jenis temu-temuan
yang belum banyak dimanfaatkan sebagai ramuan tradisional. Ciri khas tanaman
ini adalah umbinya berwarna kuning dan memiliki bau yang khas seperti mangga.
Kecenderungan kuat untuk kembali ke pengobatan yang menerapkan konsep back
to nature. Temu mangga mempunyai prospek ke depan yang dapat dikembangkan
sebagai bahan baku obat dan mempunyai daya jual tinggi. Karena
keanekaragaman jenis temu-temuan ini, maka temu mangga dapat digunakan
sebagai obat tradisional, fitoterapi, dan farmaseutik sebagai usaha mandiri dalam
bidang bahan baku obat.
Senyawa aktif yang terkandung dalam temu mangga adalah kurkuminoid,
yang berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan telah banyak diteliti pada
beberapa spesies kurkuma. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Quiles et
al. (2002); Tonnessen & Karlsen (1985) menunjukan bahwa, kunyit mengandung
kurkuminoid yang terdiri atas kurkumin, dimetoksi-kurkumin dan bis-demetoksi
kurkumin. Hasil yang sama dilakukan juga oleh Kiso et al. (1983), bahwa temu
lawak (Curcuma xanthorrhiza) mengandung senyawa desmetoksi-kurkumin dan
bisdesmetoksi-kurkumin. Senyawa-senyawa tersebut diketahui sebagai senyawa
aktif yang dapat dapat digunakan untuk mengeliminasi radikal hidroksi, radikal
superoksida, nitrogen dioksid dan nitrogen monooksida, serta mencegah turunan
dari radikal superoksid (Quiles et al. 2002; Rao 1995; Ruby & Lokesh 1995;
Sreejayan & Rao 1997). Selain itu, kurkuminoid terutama fraksi kurkumin
47
diketahui berpotensi dalam menghambat proses oksidasi LDL dan peroksidasi
plasmatik yang berperan penting dalam patogenesis penyakit (Quiles et al. 2002).
Berbagai macam zat aktif lainnya yang terkandung di dalam temu mangga,
sampai saat ini belum banyak diteliti dan informasinya masih terbatas sekali.
Kurkumin dan flavonoid selama ini telah digunakan sebagai obat kanker baik di
bidang medis maupun obat tradisional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tedjo
dkk. (2005) menunjukan bahwa, senyawa ekstrak etanol dari temu mangga,
memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan butil hidroksi
anisol (BHA). Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi
ekstrak kurkuminoid temu mangga serta turunannya. Hasil yang diperoleh,
diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat dan
komponen-komponen yang terdapat di dalam kurkuminoid ekstrak temu mangga.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan: tiga kg rimpang temu mangga, asam sulfat pekat,
asam klorida, etanol absolut, pereaksi Mayer, Dragendorf dan Wagner, natrium
hidroksi, feri klorida, standar kurkumin, standar flavonoid (quersetin), metanol,
aseton nitril, amil alkohol, kloroform, dan akuades.
Alat yang digunakan antara lain spektrofotometer, Kromatografi Cair
Kinerja tinggi (KCKT) dengan Beckman Diode Array Detector (model 168),
kolom LC-18 supelcosil (150 mm x 4,6 mm dan 5 µm. Supelco), erlenmeyer,
vakum evaporator, tabung reaksi, gelas ukur dan alat gelas lainnya.
Metode Penelitian
Persiapan Serbuk (simplisia).
Sebanyak tiga (3) kg rimpang temu mangga yang berumur sekitar satu
tahun, dicuci dan diiris tipis lalu dikeringkan dan dihaluskan untuk dibuat serbuk.
48
Analisis Fitokimia.
Sebagian serbuk rimpang temu mangga diuji secara kualitatf yang meliputi
uji alkaloid, uji saponin, uji steroid, uji flavonoid, uji tanin dan uji kuinon. Sisanya
(simplisia) digunakan untuk mengisolasi kurkuminoid.
Uji Alkaloid. Serbuk ditambahkan 10 ml kloroform dan beberapa tetes
amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan H2SO4 2 M. Fraksi
H2SO4 diambil, kemudian ditambahkan pereaksi Mayer, Dragendorf dan Wagner.
Jika uji terdapat endapan putih dengan pereaksi Mayer, endapan merah dengan
pereaksi Drangendorf dan endapan jingga dengan pereaksi Wagner, maka uji
dinyatakan positif.
Uji Saponin. Dua gram serbuk ditambah air secukupnya dan dipanaskan
selama 5 menit. Lalu didinginkan dan dikocok kuat. Adanya saponin ditandai
dengan timbulnya busa yang stabil selama 10 menit.
Uji Steroid/Triterpenoid. Dua gram serbuk ditambahkan etanol lalu
dipanaskan dan disaring. Filtrat diuapkan kemudian ditambahkan eter ke dalam
pipet dan diuji dengan pereaksi Lieberman Burchad (asam asetat anhidrat – asam
sulfat pekat). Warna merah ungu yang terbentuk menunjukan positif mengandung
triterpenoid dan warna hijau menunjukan positif kandungan steroid.
Uji Flavonoid. Dua gram sampel ditambahkan air secukupnya lalu
dipanaskan selam 5 menit, kemudian ditambahkan serbuk Mg, 0,2 ml asam
klorida pekat dan beberapa tetes amil alkohol, larutan dikocok dan dibiarkan
terpisah. Adanya flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah coklat
pada lapisan amil alkohol.
Uji Tanin. Dua gram serbuk ditambahkan air secukupnya dan dipanaskan
selama 5 menit. Filtrat ditambahkan feri klorida 1%, bila membentuk warna biru
tua atau hijau kehitaman menunjukan positif mengandung tanin.
Uji Kuinon. Dua gram serbuk ditambahkan air, kemudian didihkan selama
5 menit. Setelah dingindi saring lalu filtrat ditambahkan natrium hidroksi 15% ,
bila berwarna merah positif mengandung kuinon.
Secara kuantitatif dilakukan juga terhadap pengukuran kadar air, kadar abu
dan kadar lemak dengan menggunakan metode gravimetri. Sedangkan untuk
pengukuran flavonoid dan kurkuminoid diggunakan spektrofotometri. Pengukuran
49
jumlah protein, karbohidrat dan lemak yang terdapat dalam rimpang temu mangga
digunakan metode tritimetri. Semua metode dalam percobaan ini menggunakan
metode standar Indonesia (MSI).
Isolasi Kurkuminoid. Serbuk dimaserasi dengan air hangat 80o C, lalu
disaring sehingga diperoleh ekstrak air dan residu. Ekstrak air diuapkan dengan
menggunakan vakum evaporator selama 2 jam pada suhu 600C. Sisa residu
diekstrak kembali dengan menggunakan etanol absolut dan dipanaskan selama 2
jam pada suhu 600C, kemudian disaring lalu diuapkan dengan menggunakan
vakum evaporator kembali sehingga diperoleh ekstrak alkohol. Kedua ekstrak (air
dan alkohol) dicampur dengan perbandingan 1:1 dan diresuspensikan kembali
sehingga diperoleh ekstrak kurkuminoid (Quiles et al. 2002).
Fraksi kurkuminoid Ekstrak Temu Mangga Diidentifikasi dengan
menggunakan Kromatografi Cair Kinerja tinggi (KCKT). Kromatografi cair
yang digunakan dengan Beckman Diode Array Detector (model 168), kolom LC-
18 supelcosil (150 mmx4,6 mm dan 5 µm. supelco), fase gerak menggunakan
metanol:asam asetat: asetonitril pada panjang gelombang (λ) 425 mm, suhu kolom
300C dan laju alir adalah 1 ml/menit. Sebanyak 5 μmol/ml kurkuminoid ekstrak
temu mangga, dinjeksikan pada kolom KCKT (Quiles et al. 2002)
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini, yaitu jumlah kurkuminoid
ekstrak temu mangga dan fraksi kurkuminoid ekstrak temu mangga.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, terutama untuk data
fitokimia dan kuantitatif dari temu mangga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Fitokimia terhadap Serbuk Temu mangga (Curcuma mangga)
Temu mangga mengandung berbagai macam senyawa kimia. Berdasarkan
hasil analisis fitokimia terhadap rimpang temu mangga, ternyata temu mangga
mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder. Metabolit sekunder tersebut
50
seperti terlihat pada Tabel 2. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa metabolit
sekunder yang terkandung dalam temu mangga berupa alkaloid, flavonoid, tanin
dan saponin tetapi tidak mengandung steroid, triterpenoid maupun kuinon.
Tabel 2 Hasil analisis fitokimia kandungan ekstrak temu mangga
No Jenis analisa Hasil
1
2
3
4
5 6
7
Alkoloid - Mayer
-Wagner
-Dragondorf Flavonoid
Steroid
Triterpenoid
Kuinon Tanin
Saponin
+++
+++
+++ +++
-
-
- ++
+++ Keterangan: +++ kandungan senyawa kimia tinggi; ++ kandungan senyawa kimia cukup tinggi;
- tidak mengandung senyawa kimia
Alkaloid merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada
tanaman kurang lebih 20%, strukturnya mengandung lebih dari 15 atom nitrogen.
Struktur alkaloid berupa cincin heterosiklik yang mengandung nitrogen dan atom
karbon. Kerangka karbon mengandung turunan dari terpenoid. Beberapa alkaloid
dibedakan atas ornitin, termasuk asam nikotinamid vitamin B (niasin), yang
merupakan prekursor dari cincin alkaloid. Pada tanaman, nitrogen sebagai gudang
alkaloid tetapi pada hewan sebagai asam urat dan urik. Akaloid terdapat di dalam
sitosol pada pH 7,2 dan disintesis dari beberapa asam amino seperti lisin, tirosin
dan triptopan. Alkaloid sebagai alat pertahan bagi tanaman untuk menghindari
predator. Alkaloid cukup toksik bagi manusia secara alami seperti strignin, atropin
bahkan dapat menyerang sistem syaraf seperti nikotin (Taiz & Zeiger 2002).
Menurut Pelletier 1983 & Bruneton 1993), berdasarkan cincin nitrogen dan
biosintesisnya maka alkaloid dibagi kedala 3 kelompok terdiri atas: 1) Alkaloid
sejati, senyawa nitrogen yang mempunyai struktur kompleks dan bersifat basa,
atom nitrogennya bagian dari heterosiklik sehingga bersifat farmakologik. 2)
Protoalkaloid, senyawa amina sederhana yang mana atom nitrogen bukan
merupakan heterosiklik, bersifat basa, contohnya serotonin. 3) Pseudo alkaloid,
51
senyawa nitrogen heterosiklik tetapi bukan merupakan turunan asam amino,
contoh isoprenoid, terpenoid.
Tanin merupakan polimer heterogenus yang menganding senyawa fenolat
dan asam galat dengan berat molekul antara 600 – 3000. Pada tanaman tanin
terikat dengan lignin, sedangkan pada hewan tanin berikatan dengan protein
kolagen di bawah kulit. Pada hewan, tanin dapat meningkatkan resistensi/
melindung dari cuaca panas, air maupun mikrobah. Tanin dapat berkondensasi
membentuk polimerisasi dengan unit flavonoid, tetapi dapat juga dihidrolisis
menjadi antasianida bila diperlakukan dengan asam kuat (Taiz & Zeiger 2002).
Saponin merupaka senyawa steroid dan glikosil terpena yang dapat larut
dalam lipid dan air. Secara normal dikenal sebagai ditergent (sabun), jika di
gosokkan ke tangan. Bila membentuk kompleks dengan sterol, saponin menjadi
toksik terutama pada sistem pencernakan dan merusak dinding pembuluh darah
bagi manusia (Taiz & Zeiger 2002).
Flavonoid merupakan produk yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan,
termasuk dalam kelompok besar polfenol. Tanaman yang banyak mengandung
polifenol tersebar luas dalam berbagai bahan makanan dan berbagai konsentrasi.
Komponen tersebut terikat atau terkonjungasi dengan senyawa gula (Taiz &
Zeiger 2002). Salah satu komponen flavonoid yang digunakan sebagai suplemen
makanan adalah fitoestrogen, fitoestrogen tersusun atas isoflavon, lignin, dan
kumestran (Ruggiero et al.2002). Berbagai sayuran dan buah-buahan yang dapat
dimakan juga mengandung mengandung sejumlah flavonoid. Konsentrasi
tertinggi flavonoid terdapat pada daun dan kulit kupasan jika dibandingkan
dengan jaringan yang di dalam. Diet yang kaya akan flavonoid dapat menurunkan
risiko penyakit arteri koronaria, kanker dan stroke. Flavonoid mempunyai
mempunyai kemampuan sebagai skavenger radikal bebas dan dan menghambat
oksidasi lipid (van Hoorn et al. 2003; Taiz & Zeiger 2002).
Selain metabolit sekunder yang terkandung pada tanaman temu mangga,
juga terdapat berbagai macam nutrisi sebagai metabolit primer lainnya, seperti
karbohidrat, protein, lemak yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia
(Tabel 3). Semua metabulit primer ini digunakan untuk kebutuhan sel tanaman itu
sendiri (Taiz & Zeiger 2002).
52
Karbohidrat merupakan makro molekul yang digunakan sebagai sumber
energi dan sebagai penyusun sel tumbuhan, seperti selulosa, lignin maupun
pektin. Sebagai sumber energi, karbohidrat akan degradasi menjadi molekul
sederhana yaitu air, adenosin trifosfat (ATP) dan karbon dioksida (CO2). Protein
merupakan
makromolekul terdiri atas rangkaian asam amino yang dihubungkan oleh ikatan
peptida. Secara umum, protein digunakan untuk pertumbuhan sel tumbuhan itu
sendiri, sebagai penyusun membran sel bersama-sama dengan lipid. Asam lemak
merupakan senyawa penyusun membran sel dan dapat berfungsi sebagai sumber
energi. Sintesis asam lemak terjadi di sitosol, sedangkan katabolisme terjadi di
dalam mitokondria.
Tabel 3 Hasil analisis kuantitatif kandungan ekstrak temu mangga
No Jenis analisis Hasil Metode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kadar air (%)
Kadar abu (%)
Kadar lemak (%)
Kadar flavonoid (mg/g)
Kadar protein (%)
Kadar karbohidrat (mg/g)
Kadar kurkumin
Rendemen air (%)
Rendemen pelarut organik (%)
15,16
7,02
6,85
1,02
4,64
16,66
5,52
1,52
2,41
Gravimetri
Gravimetri
Gravimetri
Spektrofometer
Titrimetri
Titrimetri
Spektrometri
Ekstraksi
Ekstraksi
Analisis Turunan Kurkuminoid Ekstrak Temu Mangga
Kurkuminoid ekstrak temu mangga dalam penelitian ini diperoleh sebanyak
randemen sebanyak 1,84 % dari rimpang temu mangga. Selain kurkuminoid,
ekstrak temu mangga ternyata mengandung sejumlah senyawa kimia lainnya,
seperti flavonoid (1,024 mg/g berat serbuk), alkaloid, tanin dan saponin, asam
lemak, protein dan senyawa karbohidrat.
Dalam percobaan ini, kurkuminoid diekstraksi dengan menggunakan air dan
residu hasil ektraksi diekstrak kembali dengan menggunakan etanol. Tonnesen
(1992) menyatakan bahwa kurkuminoid hasil ekstraksi dari rimpang Curcuma
longa berwarna kekuningan, dan ju mlah yang diperoleh 1-5 % dari berat kering.
53
Hasil penelitian ini diperoleh kurkuminoid ekstrak temu mangga lebih rendah
dibandingkan seperti yang diteliti oleh Tonesen (1992). Hal ini disebabkan temu
mangga yang digunakan dalam penelitian ini dalam keadaan berat basah sehingga
bilah dikeringkan bobotnya menjadi menurun. Disamping itu pelarut yang
digunakan untuk mengekstraksi kurkuminoid berbeda yaitu pelarut air dan etanol,
sedangkan Tonessan (1992) menggunakan pelarut etanol dan aseton. Selain etanol
dan aseton, kurkuminoid dapat juga diektraksi dengan menggunakan butanol,
dietil eter, benzena, metanol, etilin diklorid dan petroleum eter. Quiles et al.
(2002) mengekstraksi kurkuminoid dari Curcuma longa dengan menggunakan
metode maserasi dengan air dan atanol absolut sebagai. Sedangkan Kiso (1985)
mengisolasi kurkuminoid dengan metode soxhletasi bertingkat menggunakan
etanol 50% sebagai pelarut.
Fraksinasi turunan kurkuminoid temu mangga dipisahkan dengan metode
KCKT. Hasil fraksinasi ekstrak kurkuminoid temu mangga dan standar
kurkuminoid disajikan pada Gambar 13. Dalam percobaan ini, fraksi kurkuminoid
dipisahkan dengan menggunakan metanol:asam asetat: asetonitril. Pemilihan fase
gerak ini, karena senyawa tersebut dapat mimisahkan standar kurkuminoid.
Hasil uji frakfsinasi terhadap kurkuminoid ekstrak temu mangga, diperoleh
4 fraksi kurkumioid. Hal ini terlihat seperti gambar di bawah yang terdiri atas 4
waktu retensi dengan luas area dan ketinggian yang berbeda bila dibandingkan
dengan standar kurkuminoid yang terdiri atas 13 fraksi.
Gambar 13 Kromatogram kurkuminoid ekstrak temu mangga dan standar
kurkuminoid.
Waktu (menit)
Waktu (menit)
Sin
ya
l A
bso
rb
an
S
iny
al
Ab
sorb
an
54
Dari ke empat fraksi yang diperoleh, hanya 3 fraksi utama yang telah
teidentifikasi diantaranya kurkumin, demetoksi-kurkumin dan bis-demetoksi
kurkumin. Ke tiga fraksi tersebut memiliki waktu retensi yang relatif sama dengan
waktu retensi standard kurkuminoid. Namun mempunyai perbedaan waktu retensi
dari nmasing-masing fraksi yang peroleh. Kondisi ini menandakan bahwa tingkat
polaritas dari masing-masing fraksi yang diuji berbeda jenisnya. Luas area dan
puncak ketinggian dari ke tiga fraksi kurkuminoid, hampir sama bentuknya jika
dibandingkan dengan standard kurkuminoid. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa
waktu retensi, luas area, dan ketinggian puncak dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi dan mengidentifikasi komponen-komponen yang terdapat
di dalam sampel penelitian.
Hostettman et al. (1995) menyatakan bahwa, senyawa yang bersifat polar
dan atau mudah larut dalam air paling sesuai dipisahkan dengan menggunakan
KCKT. Tonnessen & Karlsen (1985) menyatakan bahwa kurkumin dapat
dipisahkan dengan metode KCKT, pada kolom nukleosil-NH2 dengan fase gerak
etanol 96%, pada pH alkalis dengan masa inkubasi 5 menit dan 28 jam. Menurut
Kiso (1983), pemisahan kurkumin jenis desmetoksi kurkumin dapat dipisahkan
dengan teknik kolom kromatografi pada silika gel yang menggunakan campuran
pengelusi klorofom dan metanol, fraksi kurkumin keluar sebagai fraksi awal.
Hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan, fraksi kurkuminoid
temu mangga dapat dipisahkan dengan menggunakan KCKT, dengan kolom LC-
18 supelcosil (150 mm x 4,6 mm dan 5 µm. supelco). Fase gerak yang digunakan
adalah metanol:asam asetat: asetonitril pada panjang gelombang (λ) 425 mm,
dengan suhu kolom 300C dan laju alir adalah 1 ml/menit (Tabel 4).
Tabel 4 Waktu retensi, luas area dan ketinggian puncak hasil fraksinasi
kurkuminoid
Fraksi waktu retensi(menitI) luas Area (%) puncak (%)
KTM Standar KTM Standar KTM Standar
- 2,50 2,38 1,09 0,26 0,69 0,31
- - 2,78 - 0,32 - 0,17
- - 4,86 - 0,38 - 0,29
- - 5,66 - 0,35 - 0,32
bis demetoksi kurkumin 6,83 6,88 8,11 8,95 7,18 8,50
demetoksi kurkumin 7,44 7,43 18,88 30,67 19,54 32,04
kurkumin 8,02 8,02 71,92 58,75 72,59 58,05
- - 9,54 - 0,32 - 0,32
Keterangan: KTM, kurkuminoid temu mangga
55
Konsentrasi fraksi kurkuminoid ekstrak temu mangga berbeda hasilnya
berbeda bila dibandingkan dengan Curcuma longa (Tabel 5). Perbedaan
konsentrasi fraksi kurkuminoid Curcuma mangga dan Curcuma longa, terjadi
karena jenis kurkuma yang diteliti berbeda dari peneliti sebelumnya. Perbedaan
terlihat pada demetoksi-kurkumin dan bis-demetoksi kurkumin dari temu mangga,
konsentrasinya lebih tinggi dibandingkan Curcuma longa. Namun demikian,
konsentrasi kurkumin temu mangga lebih rendah dibandingkan dengan Curcuma
longa. Dengan demikian, dapat dibuat suatu disimpulkan bahwa temu mangga
mempunyai spesifikasi yang berbeda dengan Curcuma longa, yaitu pada senyawa
demetoksi-kurkumin dan bis-demetoksi kurkumin.
Tabel 5 Jumlah persentase fraksi kurkuminoid hasil KCKT
Fraksi Kurkuminoid
Curcuma mangga Curcuma longa*
bis demetoksi kurkumin (%) 3,00 0,70
demetoksi kurkumin (%) 2,30 1,97
kurkumin (%) 6,20 7,34
Keterangan: * Quiles et al. (2002).
Penelitian yang dilakukan Quiles et al. (2002) menunjukan bahwa kurkumin
dengan dosis 2,4-9,6 umol/l, mampu menghambat peroksidasi LDL pada
makrofag dari manusia yang dilakukan secara in vitro. Kurkumin diketahui
mempunyai aktivitas antioksidan, disamping itu kurkumin mampu mengeliminasi
radikal bebas dari turunan oksigen yang memberikan respon peroksidasi lipid,
radikal hidroksi, superoksid, singlet oksigen, nitrogen dioksida (Sreejeyan et al.
1994; Reddy & Lokesh 1994; Rao 1995; Rao et al. 1995; Unnikrishnan &
Rao1997; Sreejeyan & Rao. 1997).
Struktur kimia kurkuminoid mengandung gugus fenolik yang sangat
esensial untuk scavenger superoksid, dan adanya gugus orto akan meningkatkan
aktivitas fenolik (Sreejeyan et al. 1994). Bahkan telah didemontrasikan, bahwa
kurkumin mampu menghambat turunan dari radikal superoksid (Rubby & Lokesh
1995). Sedangkan Vareed et al. (2008) menyatakan, substansi fenolik yang
terdapat pada tanaman obat mempunyai aktivitas sebagai antioksidan, antiradang,
antikangker maupun antimutagenik. Hernani & Raharjo (2002) menyatakan
bahwa polifenol merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai aktivitas
56
sebagai antioksidan, antioksidan fenolik biasanya digunakan untuk mencegah
kerusakan akibat reaksi oksidasi pada makanan, kosmetik, farmasi maupun
plastik. Sedangkan Vareed et al. (2008) menyatakan bahwa substansi fenolik yang
terdapat pada tanaman obat mempunyai aktivitas sebagai antioksidan, antiradang,
antikanker maupun antimutagenik. Jayaprakasa dkk (2005) menyatakan bahwa
gugus hidroksil dan metoksil pada cicin fenil dan subtituen 1,3 diketon memiliki
peran penting yang sangat signifikan dalam kemampuan kurkumin sebagai
antioksidan.
Secara in vitro, kurkumin dapat memperlihatkan toksisitas interinsik yang
sangat rendah terhadap sel hepatosit tikus. Suatu kenyataan bahwa, tidak adanya
toksisitas terhadap kurkumin kemungkinan besar karena struktur kurkumin
mengandung gugus keton yang dapat mengikat hidrogen internal pada sistem
aromatik. Kurkumin juga dijumpai sebagai fototoksik terhadap sel mamalia, sel
leukemia basofilik tikus yang diberikan pada konsentrasi kurang dari 1 µM.
Kecilnya dosis toksitas kurkumin menunjukkan bahwa kurkumin dapat digunakan
sebagai pengobatan awal dari suatu penyakit (Tonnesen et al. 1987). Sedangkan
menurut Kiso (1985), kurkuminoid mempunyai aroma yang khas dan tidak
bersifat toksik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan dari data hasil percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa, kurkuminoid ekstrak temu mangga hasil ekstraksi dengan
pelarut air dan etanol diperoleh randemen sebanyak 1,83% dari rimpang temu
mangga. Sedangkan hasil fraksinasi kurkuminoid diperoleh senyawa kurkumin
6,2%; demetoksi-kurkumin 2,3% dan bis-demetoksi kurkumin 3,0%. Analisis
fitokimia menghasilkan alkaloid, tannin dan saponin. Secara kuantitatif temu
mangga mengandung nutrisi seperti protein, karbohidrat dan lemak.
57
Saran
Saran yang diberikan dalam penelitian lebih lanjut adalah: masih
diperlukan metode yang tepat untuk mengkaji aktivitas kurkuminoid terhadap
aktivitas mikrobia, supaya data yang diperoleh menjadi lebih lengkap. Perlu
membandingkan hasil KCKT kurkuminoid ekstrak temu mangga dengan
kurkuminoid yang dihasilkan dari jenis temu-temuan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bruneton J. 1993. Pharmaconogy, Medical plants. Lavoiser Publishing, London.
Hernani, Rahardjo. 2002. Tanaman berkhasiat antioksidan. Surabaya: Penebar
Surabaya. hal 8-19.
Hostettmann K, Hostettmann M, dan Marston a. 1995. Cara kromatografi
Preparatif Penggunaan pada isolasi senyawa Alam. Terjemahan K.
Padmawinata, Penerbit ITB Bandung.
Kiso YY, Tohkin M, Hikino H. 1983. Antihepatotoxic principles of Curcuma
longa rhizomes. J. Med. Plant. Res. 49:185-187.
Pelletier SW. 1983. The Nature and definition of alkaloid. In Pelletier SW (Ed).
1983. Alcaloids, Chemical and Biological Perspectives. John Wiley an Son,
New York.
Quiles JL, Mesa MD, Tortosa CLR, Aguilera CM, Battio M, Gil A, and Tortosa
MCR . 2002. Curcuma longa extract suplementation reduces oxidative
stress and attenuates aortic fatty streak development in rabbits.
Arteriolscler Thromb Vasc Biol. 22: 1225-1231.
Rao MNA. 1995. Antioxidan properties of curcumin. dalam: Proceeding of the
International Symphosium on Curcumin Pharmacochemistry (ISCP) August
29-31, Yogyakarta Indonesia. Curcumin pharmacochemistry. Yogyakarta.
Rao CV et al. 1995. Chemoprevention of colon carcinogenesis by dietary
curcumin, a naturally accruing plant phenolic compound. Cancer Res.
55:259-266.
Reddy AC, Lokesh BR. 1994. Studies on the inhibitory effecs of curcumin and
ferrous iron. Mol Cell Biochem. 137:1-8.
58
Rubby AJ & Lokesh BR. 1995. Anti-tumor and antioxidant activity of natural
curcumoids. Cancer Lett. 146: 35-37.
Ruggiero RJ, Pharm DM, and Frances EL. 2002. Estrogen: Physiology,
Pharmacology, and Formulation for Replacement Therapy. In Journal of
Midwifery and Women’s Health. 47(3): 130-138.
Sreejayan N, Rao MNA. 1994. Curcuminoid as poten inhibitor of lipid
peroxidation. J. Phar. Pharmacols: 46: 1013 - 1016.
Sreejayan N, Rao MNA. 1997. Nitric oxid scavengeing by curcumoids. J. Phar.
Pharmacols 49: 105-107.
Taiz L and Zeiger E. 2002. Secondery Metabolites an Plant in Plant Physiology.
3th. Edition, Sinauer Associated, Sunderland. 286-299.
Tejo A. Sjuthi D dan Darusman LK. 2005. Aktivitas Kemoprevensi Ekstrak Temu
Mangga. Makara, Kesehatan. Vol. 9, 7-62.
Tonnesen HH, and Karlsen J. 1985. Hight Performance Liquid Chromatography
of Curcumin and related compounds. J. Of Chromatogaph. 259: 367-371.
Tonnessen HH, Vries HD, Karlsen J, Henenggouwen GB. 1987. Studies of
curcumin and Curcuminoid IX Investigation of the photobiological activity
of curcumin using bacterial indication system. J. Pharm. Sci. 76: 371-373.
Tonnessen HH, Smistad G, Agren T, an Karlsen J. 1992. Studies of curcumin and
curcuminoid. XX III: Effects of Curcumin on Liposomal Lipid
Peroksidastion.
Unnikrishnan MK, Rao MNA. 1995. Curcumin inhibits nitrogen dioxide induced
oxidation of hemoglobin. Mol Cell Biochem. 146:35-37.
Van Hoorn DEC, van Norren K, Boelens PG, Nijveldi RJ, and van Leeuwen
PAM, 2003. Biological Activitiess of Flavonoids. Science and Medicine.
Vol 9(3). 152-161
Vareed SK. Kakarala M, Ruffin MT, Crowell JA, Normolle DP, Djuric Z and
Brener DE, 2008. Phamacokinetics of Curcumin Conjugate Metabolitees in
Healthy Human Subjeccts. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev 2008; 17
(6):1411-7.