BAB III AKTIVITAS NAFKAH PETANI KARET DI DESA MADANGrepository.unj.ac.id/2290/8/BAB III.pdfKemudian...
Transcript of BAB III AKTIVITAS NAFKAH PETANI KARET DI DESA MADANGrepository.unj.ac.id/2290/8/BAB III.pdfKemudian...
BAB III
AKTIVITAS NAFKAH PETANI KARET DI DESA MADANG
III.1. Pengantar
Bab ini menjabarkan aktivitas nafkah petani karet di desa Madang. Pada sub
bab pertama akan mendeskripsikan mengenai dinamika pembangunan di desa
Madang. Pembangunan desa sudah dicanangkan oleh pemerintah sejak otonomi
daerah. Pembangunan ini tentunya melalui beberapa proses yang panjang karena
pembangunan harus dilakukan dengan perencanaan yang matang. Mengingat
banyak perubahan yang timbul dari pembangunan itu sendiri, jika masyarakat tidak
mengikuti pembangunan maka masyarakat tersebut akan terus tertinggal sehingga
harus ada kesiapan dari masyarakat sekitar untuk menerima agar tidak terjadi shock
culture. Pembangunan desa bisa dikatakan berhasil apabila kondisi sosial, geografis,
ekonomi dan aspek lainnya mengalami perubahan kearah yang lebih baik dan maju.
Dalam pembangunan biasanya tidak selalu berjalan mulus, ada beberapa kondisi
dan masalah yang menghambat dalam proses pembangunan.
Sub bab kedua akan dipaparkan perubahan yang disebabkan dari pelaksanaan
pembangunan. Hal ini berkaitan dengan perubahan-perubahan yang dihadapi oleh
masyarakat sekitar akibat pembangunan. Perubahan ini akan dikaji berdasarkan
aspek sosial dan ekonomi masyarakatnya. Selain itu, akan dipaparkan juga alih
fungsi lahan yang disebabkan oleh pembangunan saluran irigasi di desa Madang.
Kemudian sub bab lainnya, mendeskripsikan aktivitas nafkah keluarga petani
karet. Aktivitas nafkah ini akan dijelaskan melalui beberapa penggolongan, yaitu
berdasarkan modal alami, modal sosial, peluang kerja, dan konsumsi rumahtangga
petani.
III.2. Dinamika Pembangunan di Desa Madang
Pembangunan merupakan suatu proses reorganisasi dan pembaharuan seluruh
sistem dan aktivitas ekonomi serta sosial dalam mensejahterakan kehidupan
masyarakat. Kesehjateraan ditandai dengan kemakmuran, yaitu meningkatnya
pendapatan. Keberhasilan pembangunan juga diukur dari besarnya kemauan dan
kemampuan untuk mandiri, yaitu adanya kemauan masyarakat untuk menciptakan,
melestarikan, dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan1. Sehingga
pembangunan secara langsung mengubah beberapa aspek kehidupan dan yang
terpenting adalah membuat masyarakat desa itu sendiri menjadi lebih sejahtera.
Pembangunan yang sudah direncanakan akan berjalan dan sukses jika terdapat
kerjasama baik dari pemerintah maupun masyarakat desa itu sendiri.
Berdasarkan Permendes No. 5 Tahun 2015, yang mengatur penggunaan dana baik
yang diperoleh dari pemerintah maupun dari anggaran dan penghasilan dari desa itu
sendiri. Pembangunan pedesaan merupakan seluruh pembangunan yang berlangsung
di desa dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, serta dilaksanakan secara
terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong dengan tujuan
1 Ernawati Purwaningsih, 2008, Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa, Jurnal Jantra, 3
(6), (Bogor ; IPB), hlm. 443 – 452.
meningkatkan kesehjateraan masyarakat desa berdasarkan kemampuan dan potensi
sumber daya alam (SDA) melalui peningkatan kualitas hidup, keterampilan dan
prakarsa masyarakat. Sedangkan UU No, 6 Pasal 1 angkan 8 Tahun 2014
mendefinisikan pembangunan desa sebagai upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan sebesar-besarnya kesehjateraan masyarakat desa.
Tabel III.1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Madang Tahun 2017
No Rencana Pembangunan Keterangan
1. Meningkatkan kualitas SDM :
a. Peningkatan akses pendidikan
b. Peningkatan kualitas kesehatan
- Sudah terlaksana
- Dalam proses
pelaksanaan
perbaikan sarana
2. Struktur ekonomi :
a. Pemanfaatan lahan usaha
b. Merubah pola pertanian yang tradisional
ke pola yang lebih baik (intensif) agar
dapat memaksimalkan hasil
c. Membangun infrastruktur
d. Peningkatan kapasitas masyarakat
e. Membuka akses permodalan
- Sedang terlaksana
- Sedang terlaksana
- Dalam proses
pelaksanaan
perbaikan sarana
- Belum terlaksana
- Sedang proses
perencanaan Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Madang Tahun 2017
Tujuan pembangunan di desa bertujuan untuk kearah kemajuan dan lebih
memudahkan dalam melakukan aktivitas sehari-hari masyarakat yang bertempat
tinggal di desa tersebut. Pembangunannya bisa dilakukan dengan mengadakan
infrastruktur desa dan bisa juga pembangunan dengan sumber daya manusianya yang
dalam hal ini masyarakatnya. Pembangunan baru bisa dikatakan berhasil apabila bisa
memberikan perubahan kepada masyarakat baik itu dalam aspek sosial, ekonomi dan
bidang lainnya. Pembangunan infrastruktur di desa Madang sebenarnya sudah
direncanakan dari tahun 1990, tetapi baru terealisasi pada tahun 2009 sampai
sekarang. Pembangunannya dimulai dengan perbaikan jalan raya berupa aspal yang
dilaksanakan pada tahun 2009, penyedian aliran listrik pada tahun 2011 yang
alirannya secara bertahap. Selanjutnya pembangunan saluran irigasi yang mulai dan
masih dilaksanakan pada tahun 2017 sampai dengan sekarang. Khusus pada
pembangunan saluran irigasi yang masih berlangsung saat ini yang memberikan
pengaruh bagi kehidupan ekonomi rumahtangga petani.
III.2.1 Pembangunan Saluran Irigasi
Irigasi merupakan komponen penting bagi kegiatan pertanian di Indonesia yang
sebagian besar berada di wilayah pedesaan. Pada dasarnya pembangunan irigasi
pedesaan secara partisipatif bertujuan untuk2:
Menyediakan air irigasi untuk keperluan pertanian di pedesaan sepanjang
tahun dengan cara memanen hujan dan aliran permukaan dan
mendistribusikannya secara merata.
Meningkatkan luas areal tanam/panen dan produktivitas lahan
Mengurangi intensitas dan volume banjir akibat air yang berlebih pada musim
hujan.
2 Sawiyo, 2006, : “Irigasi Pedesaan Partisipatif” . Balai Penelitian Agrokumat dan Hidrologi. Diakses
melalui http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/agritek/klimat03.pdf. Tanggal 16 Juli 2018.
Desa Madang terdapat sungai yang cukup besar yaitu sungai Lakitan, tetapi hanya
dusun satu dan dusun dua yang merupakan wilayah terdekat dengan sungai Lakitan.
Selain sungai juga terdapat banyak rawa dan letaknya pun cukup jauh dari
pemukiman sehingga dalam sistem pengairan pun kurang membantu bagi pertanian
petani. Sehingga air sungai ini banyak dimanfaatkan petani untuk keperluan lain
disaat musim kemarau.
“selain sungai lakitan ada banyak rawa sebenarnya. Cuman, letaknya jauh di dalam
hutan. Jarang yang kesana. Ke rawa paling 3 bulan sekali buat manen inkan yang ada di
rawa itu. Kalo sungai Lakitan kan dusun yang dekat cuman dusun satu dan dua. Jadi yang
lebih ngerasain manfaat airnya ya yang petani sekitar yang punya lahan di seberang sungai.
Lahan pertaniannya tetap aman dari yang namanya kering”3.
Pembangunan saluran irigasi di desa Madang dilakukan untuk membantu
pertanian para petani. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun
2004, dimana yang dimaksud irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan
pembuangan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi
permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak.
Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi bagi
pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada merupakan prioritas utama
penyediaan sumber daya air di atas semua kebutuhan. Pembangunan saluran irigasi di
desa Madang pun menjadi perlu dilakukan dengan menggusur lahan perkebunan karet
millik beberapa petani yang dilalui. Luas lahan yang digunakan untuk saluran irigasi
adalah 36 m. Saluran irigasi ini berguna untuk menampung air hujan yang berlebihan
3 Wawancara dengan Bpk. Darmawan
ketika musim hujan, sehingga pada saat musim kemarau petani karet di desa Madang
tidak mengalami kesulitan air. Seperti yang dijelaskan oleh Bpk. Kabib berikut ini :
“irigasi yang dibuat di sini cukup besar. Luasnya 36 m, dengan bagian dalamnya 18 m dan
pinggirnya kiri dan kanan itu masing-masing 9 m. Tujuannya supaya membantu pertanian
milik petani, khususnya yang jaraknya cukup jauh dari sungai Lakitan”4.
Pembangunan saluran irigasi ini yang bermula dari sungai induk Lakitan yang ada
di Kecamatan Selangit. Pembangunan saluran irigasi ini sesuai dengan titik kordinat
yang telah ditentukan oleh pelaksana agar debit air yang dihasilkan bagus. Sebanyak
25 km lahan di desa Madang yang dilalui oleh kordinatnya. Pada awalnya
pembangunan saluran irigasi induk di desa Madang pernah tertunda. Hal ini
dikarenakan banyak petani yang tidak terima lahannya digusur, karena para petani
hanya mendapatkan ganti rugi berupa jumlah tanaman karet yang terpaksa ditebang
sedangkan lahan tersebut merupak lahan produktif. Sehingga para petani merasa
dirugikan. Tetapi pada saat ini sudah berjalan atas penjelasan pelaksana pembuatan
saluran irigasi dan kepala desa yang menyakinkan petani di desa Madang.
“lahan yang dilalui oleh saluran irigasi sekitar 25 km. Otomatis banyak lahan yang
dilaluikan. Lahan yang dilalui itu dikasih ganti ruginya sesuai dengan kesepakatan”. Bapak
Kabib”5.
“tadinya saluran irigasinya bakalan gak terlaksana. Karena petani karetnya banyak
yang menentang. Mereka ngerasa rugi, soalnya yang diganti itu hanya tanaman karet yang
kena sedangkan lahannya enggak. Lahan di desa Madangkan produktif semua jadi mereka
ngerasa rugi aja. Cuman beberapa kali coba ngeyakinin petani yang lahannya kena. Akhirnya
pembangunannya tetap berjalan”6.
III.3. Perubahan Pembangunan pada Kehidupan Petani
Pembangunan desa akan membuat proses pengkotaan desa atau melengkapi
desa dengan kualitas sarana dan prasarana setara dengan kota. Tetapi melengkapi
4 Wawancara dengan Bpk. Kabib (Kadus Desa Madang)
5 Ibid.
6 Wawancara dengan Bpk. Indra Gunawan (Kepala Desa Madang)
desa dengan fasilitas kota harus dibatasi hanya pada hal-hal yang secara sosiologis
bisa diterima masyarakat. Bukan hal yang tepat jika di desa dibangun mall, studio
film, pusat bisnis, dan lain sebagainya yang bersifat hedonis. Fasilitas kota yang
selayaknya dikembangkan di desa adalah fasilitas komunikasi dan informasi, sarana
kesehatan, pendidikan, dan beberapa hal lain dengan pembatasan tertentu agar tidak
merusak kultur pembangunan setempat. Serta tentu saja membangun sentra
pengembangan ekonomi setempat, misalnya sentra kerajinan, pertanian, dengan
teknologi tepat guna dan tepat masyarakat, atau pengolahn bahan mentah.
Pembangunan sentra ekonomi di daerah harus pula diimbangi dengan kebijakan
perdagangan atau perlindungan harga bagi hasil produksi desa. Hal ini penting
mengingat salah satu alasan klasik migrasi adalah rendahnya penghasilan sektor
ekonomi desa7.
Perubahan terjadi sebagai ciri dinamis dalam kehidupan masyarakat. Menyangkut
perubahan struktur, dapat dipastikan hanya masyarakat yang masih mengenal sistem
kasta, hindu-indialah yang masih menutup kemungkinan individu komunitasnya
dalam hal mobilitas sosial vertikal atau berubah dalam hal struktur masyarakat.
Komunitas dan masyarakat selalu mengalami perubahan dan akan tetap menjadi ciri
dinamis kehidupan masyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan. Perubahan yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat mengisi relung dimanika kehidupan
bermasyarakat maupun bernegara. Demikian juga dengan konversi lahan pertanian
7 Muhammad Zid dan Ahmad Tarmiji Alkhudri, 2016, “Sosiologi Pedesaan”, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada. Hlm. 125
yang dapat diibaratkan sebagai suatu perubahan sosial yang terjadi pada suatu
masyarakat seiring dengan perubahan waktu dan ruang8.
Pada tahun 1980–an desa Madang adalah desa dengan sistem pertanian berladang
sekaligus membuat perkebunan karet. Ladang dan tanaman karet menjadi bagian
yang sangat penting dan sektor utama dalam menunjang perekonomian rumah tangga
petani di desa Madang. Namun, pada tahun 2010 akibat harga getah karet yang
mengalami penurunan membuat beberapa rumah tangga petani tidak lagi
berkonsentrasi pada tanaman karet dan saat ini sedang beralih ke perkebunan kelapa
sawit. Sistem berladang masih bertahan, dan saat ini masih ada beberapa petani yang
berladang tetapi fokus ladang rumah tangga petani ke tanaman kelapa sawit. seperti
yang ditegaskan oleh bapak Kowi berikut :
“Dimulai tahun 2010 itu harga getah udah mulai turun, yang tadinya dari karet ini bisa
buat nyekolahin anak, buat makan, dan kebutuhan yang lainnya masih tercukupi. Tapi
semenjak turun nyampe sekarang kalo mau bergantung dengan karet tok, gak cukup.
Makanya kan banyak yang merantau keluarganya buat nambah uang buat biaya-biaya
hidup”9.
Penurunan harga getah karet di pasaran dan adanya pembangunan saluran
irigasi yang sedang proses pelaksanaan menuntun petani karet untuk memikirkan cara
yang akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena sumber
pendapatannya menjadi berkurang dengan cara mengubah strategi nafkah
rumahtangganya. Pembangunan saluran irigasi dibuat dengan tujuan membantu
sistem pengairan pertanian maupun perkebunan di waktu musim kemarau.
Pembangunan infrastruktur khususnya jalan raya yang sangat membantu aktivitas
8 Martua sihaloho,2004, Tesis :” Konversi lahan pertanian dan perubahan struktur agrarian”, Bogor :
IPB. Hlm.111. 9 Wawancara dengan Bpk. Kowi
petani dalam ativitasnya, dengan membuat jalan dan memperbaiki dengan aspal
secara bertahap, artinya dilakukan tidak serentak untuk semua dusun. Saat ini,
meskipun sudah disediakan jalan masih ada beberapa tempat yang jalannya kembali
rusah dan bolong.
“Tahun 2009 dimulai dengan perbaikan jalan, dulukan jalannya masih jelek, cuman
tanah biasa, kalo yang kegenang lumpur paling ditimbun pake batu kerikil. Nah, baru
kemaren 2009 dimulai perbaikannya jalannya, jalan-jalan udah mulai diaspal cuman belum
semua dusun, dusun yang belum diaspal tuh dusun 2, 3, dan 4. Tahun 2016 kemaren baru
diaspal semua. Tapi ya walaupun udah diaspal masih tetep ada jalan yang bolong dan
aspalnya ilang, jadi agak susah kalo dilewatin apalagi kalo hujan terus”10
Pembangunan yang saat ini masih dilakukan adalah pembangunan pengairan
saluran irigasi. Pembangunan ini menurut aparat desa bertujuan memudahkan
masyarakat dalam hal pengairan bagi usaha pertanian, namun pembangunan ini
memberikan dampak bagi sumber nafkah masyarakat setempat. Dimana lahan yang
dijadikan sebagai sumber nafkah menjadi berkurang bahkan hilang sehingga keluarga
petani tidak memiliki tanah lagi. Hal ini tentunya membuat masyarakat setempat
untuk mencari sumber nafkah yang lain di luar dari lahan pertanian karet.
“Sekarang karena lahannya makin dikit, harga murah. Jadi banyak yang kerja di luar.
Kerja ke batam, curup, Bengkulu. Buat bantu keluarganya di sini”11
.
Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan tidak hanya meningkatkan dan
membuat masyarakat desa menjadi lebih sejahtera dan maju tetapi juga berimplikasi
pada perekonomian rumahtangga sekitar. Selain itu, hal ini juga mendorong keluarga
petani untuk tidak bergantung lagi dengan perkebunan karet atau mengubah alih
fungsi lahan yang semula perkebunan karet menjadi kelapa sawit. Pembangunan
untuk rakyat dan masyarakat kita dewasa ini tidak hanya dapat diharapkan dari uang
10
Wawancara dengan Bpk. Indra Gunawan (Kepala Desa Madang) 11
Ibid.
belaka, melainkan dari manusianya pula, yaitu dari sikap dan jiwa orang yang mesti
mengerjakan dan dipekerjakan dengan uang itu12
. Untuk lebih jelasnya pembangunan
yang sudah dilakukan di desa Madang dan manfaatnya disajikan dalam tabel III.2.
III. 4. Modal yang Mempengaruhi Strategi Nafkah Petani Karet di Desa
Madang
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya petani karet di desa Madang memanfaatkan modal-
modal yang dimilikinya. Tentu saja pemanfaatan modal ini, ada beberapa yang
manfaatnya tidak langsung bisa dirasakan oleh petani. Berbagai sumber nafkah akan
dipilih oleh petani, yang berdasarkan tingkat rasionalitas petani itu sendiri, melalui
berbagai keputusan yang sudah dikalkulasikan untung-ruginya.
Tabel III. 2
Pembangunan Desa dan Manfaatnya
No Jenis Pembangunan Kondisi Sebelum Kondisi Sesudah
1 Jalan Raya (aspal) Jalanan yang licin,
becek, dan sulit
untuk dilewati.
Selain itu, banyak
jalan yang bolong.
Memudahkan akses
jalan penduduk
sekitar.
2 Pengadaan Listrik Belum ada
penerangan baik itu
di jalan maupun di
rumah warga.
Penerangan (tetapi
belum ada
penerangan di jalan
raya). Masyarakat
12
Sutan sjahrir, 1982, “sosiallisme Indonesia pembangunan”, Jakarta : Lembaga penunjang
pembangunan nasional (lappenas). Hlm. 242
Masyarakat masih
minim teknologi.
sudah mengenal
teknologi meskipun
belum semuanya.
Memudahkan
masayarakat
mengakses informasi
melalui televise.
3 Pengadaan saluran irigasi Kekurangan air pada
musim kemarau
Membantu ketika
musim kemarau. Sumber : Diolah dari observasi dan wawancara, 2018
Beberapa modal yang dimanfaatkan oleh semua petani adalah modal alam dan
modal sosial, hal ini dikarenakan hampir semua petani memiliki modal tersebut.
lahan misalnya, hampir semua penduduk memiliki lahan sendiri walaupun luasnya
berbeda-beda. Modal ini pun dapat di peroleh melalui warisan ataupun jual-beli.
Sedangkan pada modal sosial, terlihat pada antar petani yang menjaga baik
hubungannya. Selain itu, sebagian besar penduduk di desa Madang adalah kerabat
atau berasal dari satu keturunan, sehingga ikatan sosialnya pun lebih intim. Modal
sosial ini sangat dirasakan oleh petani hasilnya ketika petani tersebut mengadakan
kegiatan besar seperti hajatan dan sejenisnya, yaitu pengurangan biaya atau ongkos
yang harus dikeluarkan oleh petani. Sedangkan pada modal fisik, dapat dirasakan
petani melalui tersedianya pengaspalan jalan yang memudahkan dalam aktivitas
mencari nafkah. Modal manusia dan finasial tidak dimiliki oleh semua petani karet,
hanya rumahtangga petani tertentu saja yang memiliki. Kehidupan keluarga petani
akan lebih sejahtera jika memiliki semua modal tersebut. Selain berdasarkan modal,
petani juga memanfaatkan sumber nafkah lain bersadarkan klasifikasi Frank Ellis,
sebagian besar rumahtangga petani menggunakan dua sumber nafkah yaitu sektor
pertanian dan sektor pertanian luar. Sedangkan sektor di luar pertanian hanya bisa
diakses oleh keluarga petani yang memiliki pendidikan dan keahlian khusus.
Pemanfaatan modal dan sumber dan sumber nafkah yang digunakan petani ketika
sebelum terjadinya pembangunan dan sesudah terjadinya pembangunan akan
ditampilkan dalam tabel III.3.
III.5. Modal sebagai Aktivitas Memenuhi Kebutuhan Hidup Rumahtangga
Petani Karet
Berdasarkan profil sosial ekonomi desa Madang, terdapat empat sumberdaya
yang penting bagi rumah tangga penduduk desa Madang, yaitu : modal alami, modal
sosial, peluang kerja, dan pengaturan konsumsi dalam rumahtangga petani. Proses
pemanfaatan tanaman karet di desa Madang dilakukan secara tradisional dan
menggunakan alat yang sangat sederhana.
Skema III. 1
Penggunaan Modal
Modal / Asset
Fisik Alam Manusia Finansial Sosial
Bangunan
desa, jalan
raya, irigasi
Lahan
dan SDA
yang
tersedia
Keahlian
di luar
agraris
1. tabungan
2. investasi
Hubungan
dengan
antar
petani/
tetangga
Sumber : diolah dari observasi dan wawancara, 2018
Getah sebagai hasil dari pemanfaatan tanaman karet didapat dari sadapan pada
pohon tanaman karet. Alat yang digunakan dalam pemahatan itu berupa pat yang
terbuat dari besi dan diberi pegangan dengan bahan kayu, seperti pada gambar III.1.
Setelah sadapan dilakukan getah dari tanaman karet akan keluar mengikuti garis
sadapan pada tanaman karet.
Gambar III. 1
Pisau Sadap Karet
Tabel III.3
Perbedaan Penggunanaan Strategi Nafkah berdasarkan Pemanfaatan Modal
Modal/Asset Sebelum Pembangunan Sesudah / Proses Pembangunan
Alam - Perkebunan karet masih
sangat membantu dalam
memenuhi kebutuhan hidup.
- Sulit menuju lahan
perkebunan karet karena
harus melewati jalan yang
rusak dan licin pada musim
hujan.
- Sudah tidak terlalu
bergantung pada tanaman
karet semata. Pemanfaatan
semua SDA yang tersedia.
- Pemanfaatan lahan kosong
untuk menanam tanaman
sela guna mengurangi
pengeluaran untuk
konsumsi.
- Akses / jalan menuju ke
perkebunan karet lebih
mudah di jangkau
Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018
Sumber : diolah dari observasi dan wawancara, 20018
Agar getah karet masuk ke dalam mangkuk penampungan, dibuatkan alat
penyalurnya, biasanya alat ini berasal dari besi yang berbentuk segitiga, tetapi
kebanyakan petani karet di desa Madang menggunakan daun yang ditempelkan pada
pohon karet di bawah bekas pahatan. Setelah itu, getah akan jatuh pada sebuah wadah
atau mangkuk yang diambil dari batok kelapa kemudian akan mengeras dan tidak
cair.
Gambar III. 2
Wadah Penampungan Getah
Sosial - Hubungan yang dibangun
dengan antar tetangga
memberikan keuntungan
dengan pengurangan jumlah
pengeluaran melalui
kegiatan gotong royong dan
kegiatan lainnya seperti
menitipkan anak ketika
akan melakukan aktivitas
nafkah.
- Hubungan yang dibangun
dengan antar tetangga
memberikan keuntungan
dengan pengurangan jumlah
pengeluaran melalui
kegiatan gotong royong dan
kegiatan lainnya seperti
menitipkan anak ketika akan
melakukan aktivitas nafkah.
Manusia - Anak yang sudah
menamatkan pendidikannya,
akan membantu orang
tuanya memahat karet.
- Hampir semua remaja
dianjurkan menikah diusia
muda oleh orang tuanya .
- Anak yang sudah
menamatkan pendidikannya
bekerja pada sektor lain di
luar agraris, dengan cara
pergi merantau
(pengurangan tenaga kerja
produktif pada sektor
agraris).
- Pengurangan angka
pernikahan pada remaja.
Finansial - Finansial petani tercukupi
karena perkebunan karet
masih bisa memenuhi
kebuhtuhan hidup dan
menabung.
- Pengeluaran lebih sedikit.
- Pengeluaran lebih banyak
karena seiring
perkembangan teknologi,
seperti kebutuhan akan
smartphone
Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018
Penyadapan ini dilakukan rutin setiap hari sampai lima atau enam hari agar getah
yang terkumpul dalam wadah menjadi penuh. Setelah itu pada hari kelima atau enam,
petani akan mengumpulkan dan memasak getah karet tersebut agar menyatu. Petani
akan menyusun dan mengumpulkan getah yang sudah penuh dalam wadah ke dalam
bak, yang terbuat dari papan berbentuk persegi panjang atau segi empat.
Pengumpulan getah ini dipisahkan antara getah yang sudah mengeras dengan getah
yang masih cair. getah yang dimasukan ke dalam bak adalah getah yang sudah padat
dan mengeras, selanjutnya getah dibekukan dengan air cuka yang dicampurkan
dengan getah yang masih cair dengan cara menyiram getah padat yang terdapat dalam
bak. Setelah lima menit getah karet akan masak dan menyatu dengan bentuk yang
sesuai dengan wadah bak.
Gambar III. 3
Ember dan Wadah Pencetak Getah Karet
sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018
III.5.1. Modal Alam sebagai Modal Utama Rumahtangga
Modal alami dalam hal ini mencakup tanah, air, dan sumber daya lainnya yang
digunakan oleh penduduk sekitar dan generasinya untuk kelangsungan hidupnya.
Modal alam tidak statis ataupun penggunaannya untuk tujuan kelangsungan hidup
terbatas untuk aktivitas perkumpulan seperti mengoleksi sayuran dan berburu hewan
liar. Modal alam bisa meningkatkan ketika di bawah kontrol manusia itu sendiri yang
ingin meningkatkan produktivitasnya13
. Tanpa modal alami ini, petani karet di desa
Madang sebenarnya tetap bisa memiliki pendapatan tetapi hanya sedikit dibandingkan
dengan modal alami yang kepemilikannya petani itu sendiri. Pada petani karet modal
alaminya berupa lahan yaitu tanah, yang mencakup tingkat kesuburan tanah itu
sendiri, hal ini menandakan sumber modal alami tentunya juga di dukung oleh
pengairannya.
Modal alami ini tidak bisa langsung dirasakan oleh petani karet hasilnya
melainkan harus diolah terlebih dahulu. Pengolah lahan tentunya membutuhkan
sarana produksi pertanian. Penurunan biaya produksi pertanian merupakan pilihan
yang harus dilakukan rumahtangga petani karena biaya produksi pertanian tidak
seimbang dengan hasil produksi pertanian. Aktivitas penurunan biaya pertanian
dilakukan dengan tiga cara 14
:
13
Frank Ellis, Op cit., Hlm 32. 14
Agustina Multi Purnomo, 2006, Tesis : “Strategi Nafkah Rumahtangga Desa Sekita Hutan”.( Bogor
: IPB. Hlm. 106.
1. Pengurangan penggunaan sarana produksi pertanian yang dianggap mahal
2. Menghasilkan sendiri sarana produksi pertanian yang dapat dihasilkan
rumahtangga
3. Penggunaan modal sosial untuk mendapatkan sarana produksi pertanian
secara gratis
Sehingga pengolahannya pun sangat sederhana, karena lahan perkebunan karet ini
berasal dari hutan liar jadi petani karet di desa Madang umumnya tidak memberikan
pupuk khusus untuk tanahnya yang akan di jadikan lahan perkebunan karet.
Melainkan, pupuk alami dari daun-daunan yang membusuk. Sebenarnya ada dua
pilihan petani untuk memanfaatkan lahan tanahnya bisa dengan menanamkan
tanaman pohon karet dan tanaman kelapa sawit. Tetapi sebagian besar petani lebih
memilih tanaman pohon karet karena menurut petani tanaman kelapa sawit akarnya
akan merusak tanah dengan membuat tanah menjadi keras. Alasan lain mengapa di
desa Madang hingga saat ini lebih dominan tanaman karet adalah karena belum
terdapat terdapat bibit tanaman kelapa sawit yang ada hanya bibit tanaman karet.
Namun, saat ini kebanyakan petani lebih memilih lahannya untuk ditanami oleh
tanaman kelapa sawit, karena hasil dari tanaman ini lebih besar dan lebih cepat
dimanfaatkan dari pada tanaman karet. Pembukaan lahan ini berdasarkan pada waktu
yang dimiliki oleh petani dan musim.
Rumahtangga petani karet sesekali memberikan pupuk pada tanaman karetnya
dan membersihkan tanaman liar yang tumbuh di sekitar tanaman pohon karet. Hal ini
berbeda dibandingkan dengan petani yang lebih memilih menanam kelapa sawit,
tanaman ini harus diberikan pupuk kimia yang rutin dan dirawat, jika hal ini tidak
dilakukan tanaman kelapa sawit petani akan memerah daunnya dan tidak berbuah.
Meskipun tanaman karet merupakan pertanian utamanya tetapi menurut rumah tangga
petani pemeliharaannya sampai dengan siap dimanfaatkan getahnya tidak sulit
dibandingkan dengan tanaman kelapa sawit. Biasanya selain menanam tanaman padi
dan karet petani juga menanam tanaman sela berupa, cabe, tomat, terong, singkong,
pisang, dan kacang-kacangan serta tanaman bumbu-bumbu dapur. Umumnya petani
di desa Madang memilih untuk menanam tanaman yang biasanya ditanam dan biasa
menghasilkan dari pada tanaman baru yang masih belum pasti menghasilkan.
Gambar III.4
Perkebunan Kelapa Sawit yang Rusak Akibat tidak diberi Pupuk
Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018
Petani lebih memilih produksi pertanian untuk konsumsi sendiri atau yang bisa
dijual, seperti kacang, semangka, dan singkong. Singkong lebih banyak diolah jadi
makanan seperti keripik, getuk, dan lain-lain. Lingkungan fisik yang ada di desa
Madang menyediakan sumber daya yang dapat diambil langsung dan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga petani di desa Madang. Batu kali,
rumput, dan air merupakan sumber daya yang ada dan digunakan oleh rumahtangga
di desa Madang. Sebenarnya selain sumber daya diatas ada juga sumber daya lain
seperti pasir, tetapi pada saat ini sudah ada mesin penyedot pasir yang dimiliki oleh
individu sehingga jika petani membutuhkan pasir bisa membeli di tempat mesin
penyedotan pasir. Selain pasir, juga ada kayu bakar, tetapi kayu bakar ini bisa diambil
apabila berada pada lahan milik petani itu sendiri yang dilakukan dengan
mengumpulkan ranting-ranting yang sudah kering, karena sebagian besar kekuarga
petani karet masih menggunakan kayu bakar untuk memasak selain itu pada acara-
acara besar ibu-ibu memasak menggunakan kayu bakar. Biasanya petani
memanfaatkan batu kali untuk dirinya sendiri seperti pengurangan biaya
pembangunan rumah petani atau bisa juga dijual kepada pengepul. Pengumpulan batu
di sungai biasanya dilakukan oleh ibu-ibu rumahtangga petani yang dilakukan pada
pagi hari atau pun sore hari. Sedangkan rumput liar dimanfaatkan untuk pakan hewan
ternak, pengambilan rumput dilakukan pada sore hari yang dilakukan oleh kepala
rumah tangga petani. Sedangkan air bisa di dapat oleh keluarga petani di sungai,
biasanya hal ini dilakukan pada musim kemarau.
Selain ayam dan bebek, sapi dan kerbau merupakan hewan yang penting bagi
nafkah petani di desa Madang. Sebagian besar petani karet lebih memilih memelihara
sapi yang didapat dari memelihara sapi milik orang lain yang nantinya ada bagi hasil
bisa berupa sapi itu sendiri maupun berupa uang dan juga bisa dari membeli. Sapi
biasa dipelihara di luar pada pagi hingga sore hari jika tidak hujan dan di dalam
kandang yang terbuat dari kayu dan papan pada malam hari, kandang sapi biasa
dibuat di belakang atau samping rumah petani. Setiap hari petani akan menyambit
rumput liar untuk pakan sapi.
Pengolahan modal alami tidak memerlukan keterampilan atau keahlian khusus.
Modal alami bagi rumah tangga petani karet yang tidak memiliki modal lain menjadi
sumber nafkah yang utama dibandingkan dengan sumber pendapatan yang lain.
Penggunaan modal alami dapat memberi pendapatan dalam bentuk uang tunai. Uang
diperlukan untuk membeli kebutuhan rumahtangga yang tidak dapat dipenuhi oleh
hasil sumberdaya alam. Uang diperoleh dengan menukar hasil sumber daya alam
melalui proses jual beli. Pendapatan dengan uang tidak bisa di akumulasikan dengan
pasti jumlahnya karena tergantung dengan hasil perolehan dan harga di pasar.
Sehingga pendapatan rumahtangga petani tidak menentu, selain faktor diatas juga
bisa disebabkan oleh musim, seperti musim hujan akan menghambat petani
melakukan aktivitas nafkahnya seperti mengambil batu di sungai, karena jika musim
hujan batu di sungai tidak bisa diambil karena air sungai naik dan banjir, selain itu
tidak ada kayu kering yang bisa dijadikan kayu bakar.
III.5.2. Interaksi sebagai Modal Sosial Petani
Modal sosial petani berkaitan dengan hubungannya dengan antar petani dalam hal
ini adalah tetangga sekitar pemukiman petani itu sendiri. Biasanya petani mendirikan
rumah dekat dengan tetangganya, sehingga hubungan antar tetangga menjadi lebih
dekat dan menjadi jaringan sosial. Jaringan sosial merupakan hubungan antar
individu yang memiliki makna subjektif yang berhubungan atau dikaitkan dengan
sesuatu sebagai simpul dan ikatan15
. Hubungan antar tetangga ini harus tetap dijaga
bisa dalam bentuk gotong royong ataupun berkumpul bercengkrama. Kondangan atau
hajatan adalah pesta yang biasanya dilakukan oleh keluarga petani karet ketika
menikahkan anaknya atau mengkhitankan anak laki-laki. kondangan ini bisa
dijadikan sarana untuk tetap mempertahankan hubungannya dengan petani lain atau
tetangganya dengan menghadiri dan Rewang. Rewang adalah kegiatan membantu
tetangga yang sedang mengadakan hajatan biasanya dilakukan oleh anak-anak
perempuan yang sudah dewasa yang biasanya berperan memasak kue-kue, ibu-ibu
berperan membuat masakan di dapur, dan bapak-bapak dan anak laki-laki yang sudah
dewasa meminjam kursi dan meja, mengantarkan makanan yang sudah dimasak
kerumah yang masuk ke daftar undangan, menyediakan dan memasak air.
Modal sosial dibangun dengan dua cara, yaitu16
:
a. Dibangun dalam tindakan sehari-hari. Ikatan ini bisa dilakukan sebagai suatu
kebiasaan. Tindakan yang biasa dilakukan dan dianggap aneh jika tidak
dilakukan. Menyapa tetangga, memberikan makanan dan berbagi hasil panen,
membantu mengasuh anak tetangga di saat waktu luang, membantu saudara
atau tetangga yang mengadakan hajatan atau kondangan (rewang), menengok
dan membantu tetangga yang sakit atau membiarkan tetangga menonton TV
di rumah, atau sekedar berkunjung ke rumah tetangga.
15
Damsar, 2011, “Pengantar Sosiologi Pendidikan” , Jakarta :kencana prenada media group. Hlm
187 16
Agustina Multi Purnomo. Op Cit. Hlm 116
b. Dibangun dalam tindakan yang direncanakan. Ikatan ini berbeda dengan
ikatan yang dibangun berdasarkan tindakan sehari-hari melainkan
membutuhkan persiapan waktu dan modal. Persiapan waktu diperlukan jika
tindakan yang akan dilakukan melibatkan orang lain, membutuhkan uang atau
membutuhkan waktu tertentu. Kondangan atau hajatan yang dilakukan oleh
salah satu keluarga petani contohnya, kegiatan ini membutuhkan perencanaan
waktu yang tepat agar tetangga yang lain dapat membantu selain itu
membutuhkan uang yang sangat banyak.
Selain kondangan, membangun rumah juga membutuhkan perencanaan dan
uang serta melihat waktu luang tetangganya dan mengundang untuk membantu,
bantuan ini dapat berupa barang seperti, mie, telur, gula, kopi, dan beras serta
tenaga baik itu tenaga laki-laki maupun perempuan. Hal ini dilakukan agar
keluarga petani yang akan mengadakan kegiatan serupa mendapatkan balasan dari
tetangga yang dihadirinya. Tentunya kegiatan ini memberikan keuntungan bagi
keluarga petani selain menjaga hubungannya dengan tetangga tetap terjaga juga
menghemat uang yang akan dikeluarkan serta tenaga. Misalnya dalam
membangun rumah, petani cukup dengan membayar sekitar satu atau dua tukang
bangunan, selebihnya tenaga yang di dapat dari gotong royong tetangga sehingga
kegiatannya lebih cepat karena banyaknya tenaga dan mengeluarkan uang juga
lebih sedikit hanya sekedar menyediakan makanan dan minuman bagi tetangga
yang membantu. Kegiatan lainnya seperti menanam bibit kacang juga
memerlukan bantuan dari tetangga atau petani lain. Bantuannya hanya berupa
tenaga tidak disertai barang-barang lain seperti pada kegiatan kondangan dan
membangun rumah.
Skema III. 2
Sumber Modal Sosial
sumber : Temuan Penelitian, 2018
Modal sosial yang didapat oleh keluarga petani ini tidak bisa dirasakan
selamanya kalau hubungannya dengan tetangga tidak dijaga dengan baik. Modal ini
akan terus didapat jika ikatan-ikatan yang sudah dibangun antar keluarga petani tetap
terpelihara. Modal sosial ini akan hilang dengan sendirinya jika antar tetangga tidak
harmonis. Hal ini disebabkan karena adanya nilai dan norma sosial yang ada di
kumpulan pemukiman petani. Berdasarkan pada data diatas petani karet di desa
Madang menggunakan modal sosial, pada saat keluarganya tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri baik berupa barang, tenaga maupun uang, pada saat keluarga
petani tersebut akan mengadakan kegiatan yang membutuhkan bantuan orang lain
seperti kondangan atau hajatan, sepasaran (syukuran bagi keluarga petani yang baru
Pemukiman
Penduduk
Modal Sosial
Dilakukan dalam
Kegiatan Sehari-hari
Dilakukan dengan
Perencanaan
melahirkan anak), dan membangun rumah, ketika keluarga rumah tangga
mendapatkan kesulitan dan musibah yang tentunya membutuhkan tenaga orang lain
untuk membantu, digunakan untuk mengurangi pengeluaran uang yang disebabkan
uang yang dimiliki sedikit, dan ketika keluarga petani membutuhkan pekerjaan
seperti membersihkan ladang, membantu memanen kelapa sawit dan menggarap
kebon karet milik tetangga atau sodaranya.
Modal sosial ini sanggat membantu petani yang kesulitan terutama dalam
mendapatkan uang, tetapi melalui modal ini petani bisa mengganti pembayaran uang
dengan alat pembayaran lain. penggunaan ini sangat terlihat ketika ada salah satu
keluarga petani yang mengalami musibah contohnya ketika ada tetangga yang sakit
dan kematian. Ketika salah satu keluarganya sakit, tetangga yang lain akan datang
membesuk membawa makanan atau pun uang untuk membantu meringankan
tetangga yang sedang mengalami musibah, atau bisa juga bergantian menjaga
keluarga petani yang sedang di rawat.
“di hikak men ade wang hakket biasonyo saling nolong. Contoh, mekak dang ade keluarga
heri anak e dang di rawat di umah haket, yang lain nyingok e ngune makanan ape sen pacak
juge gitaian nyago anak e men yang ngoyong ade waktu luang”17
.
(disini jika ada orang yang sakit biasanya saling tolong-menolong. Contoh, sekarang lagi ada
keluarga bpk. Heri anaknya sedang di rawat di rumah sakit yang lainnya berkunjung untuk
menjenguk membawa makanan atau uang atau bisa juga gantiin menjaga anaknya yang
sedang sakit jika ada waktu luang).
Modal sosial ini juga digunakan bagi keluarga petani yang memiliki anak
balita, biasanya anak akan dititipkan di tetangga yang tidak bekerja dan keluarga
petani bisa menggarap perkebunan karetnya seperti yang dilakukan oleh keluarga
17
Wawancara dengan Bpk. Asmawi
Bpk Romli dan beberapa keluarga lain yang menitipkan anaknya di tetangga terdekat
atau dengan keluarga yang sering di rumah. Pada saat ada tetangga yang meninggal,
keluarga maupun tetangga terdekat adalah pihak yang bertanggung jawab untuk
mengurusnya sampai dengan tahlilan ke tujuh. Pengurusannya mulai dari
pemberitahuan kepada penduduk desa lain atau memberikan pengumuman untuk para
pelayat, memandikan (dilakukan oleh keluarga), penggalian kubur dan pelengkapnya,
sampai dengan menyolatkan. Setelah jenazah selesai di makamkan, selanjutnya
tetangga pada sore hari akan menyiapkan persiapan untuk tahlilan, misalnya ibu-ibu
dengan menyiapkan makanan yang akan disajikan nanti saat tahlilan, bapak-bapak
menyiapkan karpet atau kursi dan membuat tenda serta ada yang mengundang
tetangga lain untuk menghadiri tahlilan. Hal ini berlangsung selama 7 hari berturut-
turut, akan diadakan lagi pada peringatan 40 hari, 100 hari sampai dengan 1000 hari
setelah kematian tersebut.
Pembangunan modal ini tidak bisa dilakukan oleh salah satu anggota keluarga
saja tetapi anggota keluarga yang lain juga harus berkontribusi dalam membangun
hubungan atau modal sosial. Mulai dari anak-anak sampai dengan orang tua itu
sendiri. Bagi anak yang sudah menikah bisa berpisah dan membangun rumah sendiri
untuk kehidupan keluarga barunya atau masih tinggal bersama dengan orang tuanya.
Misalnya keluarga bpk. Asmawi yang memiliki anak perempuan yang sudah menikah
tahun 2017 tahun yang lalu, anak dan menantunya masih tinggal bersama dengan
bpk. Asmawi, untuk tuntutan perannya sama dengan orang tua. Hal ini tentunya tidak
dipermasalahkan bagi keluarga petani.
Modal ini dapat memberikan pendapatan secara langsung, baik berupa
makanan, barang maupun uang. Makanan akan didapat jika petani membuat makanan
yang lebih seperti kue, atau masakan lain seperti, sayur gori (nangka), sayur ayam
jika ada keluarag petani yang menyembeli hewan peliharaannya. Barang didapat dari
pemberian petani dari hasil panen atau hajatan atau kondangan. Misalnya hasil panen
ubi, jagung, kacang-kacangan, terong, bisa juga buah seperti jeruk dan buah pete.
Gula, beras, dan mie biasanya di berikan kepada tetangganya bagi keluarga petani
yang usai mengadakan hajatan atau kondangan.
Kepemilikan modal ini tentunya sangat membantu petani dan berperan penting
bahkan untuk mendapatakan modal alami, seperti mendapatkan rumah, lahan, bahkan
perkebunan karet sendiri melalui warisan dari orang tuanya. Modal ini sangat
menjamin kehidupan keluarga petani, tetapi tidak bisa diperkirakan berapa
pendapatan yang akan dihasilkan oleh petani dari kepemilikan modal ini. Namun hal
yang sangat dirasakan petani dari modal ini adalah pengurangan biaya yang harus
dikeluarkan oleh keluarga petani.
III.5.3. Peluang Kerja Sebagai Modal Manusia di Luar Sektor Agraris
Aktivitas nafkah dengan menggunakan peluang kerja hanya berlaku bagi
beberapa anggota keluarga. Aktivitas ini tidak hanya mengolah sumber daya alam
tetapi juga memanfaatkan sektor lain di luar sektor agraris. Pekerjaan sebagai pamong
desa, pedagang (warung biasa, pedagang sayuran, dan pedagang lauk-pauk), tukang
(penggalian sumur dan bangunan rumah), dan bekerja di perusahaan saluran irigasi
yang sedang berlangsung sampai saat ini. Pekerjaan ini tentunya memiliki
penghasilan tetap setiap bulan dibandingankan dengan mengolah lahan pertanian.
Keluarga petani karet yang memiliki anak baik perempuan maupun laki-laki yang
sudah menamatkan pendidikannya sampai dengan sekolah menengah pertama
ataupun sekolah menengah atas dan tidak melanjutkan hingga perguruan tinggi akan
pergi merantau ke kota, pekerjaannya pun menjadi buruh di beberapa perusahaan di
Jakarta, menjaga dan menjadi buruh di perkebunan kelapa sawit di Jambi, menjadi
buruh rumah tangga dan pabrik di Batam serta menjaga beberapa toko di kota Lubuk
Linggau. Pekerjaannya ini sangat membuat keluarga petani tergiur karena
penghasilan dari upah tiap bulannya tetap dibandingkan dengan sektor pertanian yang
setiap bulannya tidak bisa diperkirakan denga pasti jumlahnya dan mengizinkan
anaknya untuk pergi merantau, biasanya hal ini disebabkan oleh salah satu anak
keluarga petani yang pergi merantau dan berhasil membangun rumah, membeli tanah
dan membeli motor serta rutin mengirimkan uangnya pada keluarga di desa.
“Di madang lebih banyak pegi kelekho keluar daerah men nak makmur idup keluarga e. banyak
yang meratau ke Jambi, Batam, Pulau Burung. Dem banyak anak wang yang pegi ke lekho
dusun. Misal e anak Halimah, Aset yang meratau ke daerah Musi yang kerjo jadi buruh harian
di perkebunan sawit yang jadi tukang manen e, mekak dem makmur idup e, la pacak mbuat
umah, meli tanah, meli motor”18
.
(di desa Madang lebih banyak yang pergi ke luar daerah kalau mau makmur hidup keluarganya.
Banyak yang merantau ke Jambi, Batam, dan Pulau Burung. Dem banyak orang yang pergi ke
luar desa. Misalnya anak Halimah, Aset yang pergi merantau ke daerah Musi yang bekerja
menjadi burh harian di perkebunan kelapa sawit yang bertugas memanenkan buah sawit,
sekarang hidupnya sudah makmur, sudah bisa membuat rumah, membeli tanah, dan membeli
motor).
18
Wawancra dengan Bpk. Akip
Pamong desa dilakukan oleh beberapa keluarga misalnya pada dusun satu desa
Madang yaitu keluarga Bpk. Darmawan dan Bpk. Asmawi. Keluarag Bpk. Darmawan
yaitu Bpk. Darmawan dan istrinya bekerja sebagai pengurus desa sedangkan pada
Bpk. Asmawi anak dan menantunya yang bekerja menjadi pengurus desa. Pekerjaan
ini pun menjadi pekerjaan utama dibandingkan mengolah lahan pertanian. Ada
beberapa keluarga juga yang membuka warung seperti keluarga Bpk. Rozali dan Bpk.
Silan. Warung ini diolah oleh semua anggota keluarga bukan hanya dilakukan oleh
salah satu anggota keluarga saja. Sedangkan pekerjaan sebagai tukang hanya bisa
dilakukan oleh anggota keluarga yang memang ada keahliannya, yang umumnya di
geluti oleh bapak-bapak, upah biasanya dihitung perhari dengan patokan harga
75.000. Nafkah yang menggunakan modal ini tentunya mendapatkan hasil yang
nyata yaitu berupa uang karena mendapatkan upah yang tetap. Pendapatan ini
biasanya digunakan oleh keluarga petani untuk menabung dan meningkatan kelas
sosialnya.
III.5.4. Pengaturan Konsumsi Sebagai Modal Finansial Rumahtangga Petani
Konsumsi berhubungan dengan biaya pengeluaran yang harus ditanggung oleh
keluarga petani itu sendiri, termasuk dalam hal ini adalah menyekolahkan anaknya
pada satuan pendidikan. Penduduk desa Madang biasanya menyekolahkan anak
sampai pada satuan pendidikan SMA namun ada beberapa penduduk juga yang
menyekolahkan anaknya sampai dengan perguruan tinggi, baik pada strata Diploma
dan Sarjana yang menempuh pendidikannya di Lubuklinggau dan luar daerah, seperti
Curup, Bengkulu, Palembang, dan pulau jawa. Tingkat pendidikan yang ditempuh
menjadi penting karena dengan ini mendapatkan penghargaan sosial dari masyarakat.
Pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan atribut serupa lainnya dipandang
sebagai kapital manusia hal ini yang menjadi faktor pendorong bahwa anggota
masyarakat yang menempuh pendidikan mendapatkan prestise dari masyarakat.
Pengakuan kepemilikan capital manusia berupa pengetahuan, keterampilan,
kemampuan, dan atribut serupa lainnya, oleh karena itu diwujudkan dalam cara yang
berbeda. Pengakuan terhadap kapital manusia yang diperoleh melalui pendidikan
formal diwujudkan dalam bentuk ijazah pendidikan19
.
Tentu saja menyekolahkan anak memberikan dampak kepada perekonomian
keluarga petani, dimana keluarga tersebut kehilangan tenaga kerja produktif dan
tentunya biaya yang dikeluarkan pun menjadi lebih besar dari pada biaya konsumsi
yang biasanya dikeluarkan oleh rumah tangga petani. Meskipun mengeluarkan biaya
yang besar namun hal ini memberikan harapan bagi keluarga petani untuk merubah
nasibnya dan meningkatkan status keluarganya.
Anak petani yang sudah menikah sebagian ada yang masih tinggal bersama orang
tuanya, baik orang tua dari pihak laki-laki maupun pihak perempuan. Tetapi, anak
yang sudah mampu membangun atau membeli rumah sendiri untuk keluarga barunya
akan tinggal terpisah dari orang tuanya. Aktivitas konsumsi ini umumnya dilakukan
oleh ibu rumah tangga, meskipun aktivitas nafkah dilakukan oleh seorang ayah atau
pihak laki-laki tetapi tetap saja yang mengolah keuangan keluarga mulai dari biaya
19
Damsar, 2011, “Pengantar Sosiologi Pendidikan” , Jakarta :kencana prenada media group. Hal 181.
yang harus dikeluarkan untuk konsumsi, keperluan sekolah anak, sampai dengan
biaya yang tak terduga dikelola oleh pihak ibu.
III.6. Kesimpulan
Pembangunan daerah tertinggal sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh
pemerintah dengan langsung memberikan dana untuk masing-masing wilayah yang
bersangkutan. Pembangunan ini tentunya harus berdasarkan pada perencanaannya
yang matang sehingga hasilnya pun bisa dirasakan dan memberikan manfaat bagi
masyarakat setempat yang bertempat tinggal. Berdasarkan pada data di atas desa
Madang merupakan salah satu wilayah yang sedang dalam tahap pembangunan agar
tidak menjadi desa tertinggal. Banyak pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
daerah, mulai dari pengadaan aliran listrik hingga pembangunan pengairan saluran
irigasi siring. Pembangunan yang dilakukan tentunya membawa dampak bagi
masyarakat sekitar, termasuk perekonomian rumah tangga penduduk sekitar. Selain
bergantung pada perkebunan karet petani juga memanfaatkan sumber lain untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga keluarganya, apalagi lahan perkebunan karet
yang menjadi sumber nafkah utama semakin berkurang. Aktivitas nafkah ini tentunya
mendukung dan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi setempat, mulai dari
pemanfaatan modal alami, modal sosial, menggunakan peluang kerja, dan pengaturan
pola konsumsi rumahtangganya.