Bab II Uap Arday
-
date post
22-Jun-2015 -
Category
Documents
-
view
39 -
download
2
Transcript of Bab II Uap Arday
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan
pengertian keluarga yaitu :
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan
dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap
keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan
yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi
anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah
keluarga dapat mempengaruhi sistem keluarga tersebut dan
mempengaruhi komunitas setempat, bahkan komunitas global. Menurut
departemen kesehatan (1988), Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang
berkumpul dan tinggal disatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga sebagai
dua atau lebih individu yang bergabing karena hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga,
melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Menurut friedman
(1998), definisi keluatga adalah dua atau lebih individu yang tergabung
8
9
karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan
pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian
dari keluarga.
Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah dua orang atau lebih
yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materill yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara
anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
(Sudiharto.2007:22).
Menurut WHO (1969) keluarga adalah anggota rumah tangga
yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
(Wahit Iqbal Mubarak.2009:68).
2. Struktur Keluarga
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak, saudara, sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan disusun melalui jalur
ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara, sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan di susun melalui jalur
garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu.
10
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga Kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pemberian
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan suami atau istri. ( Efendi ferry,
2009:181 ).
3. Tipe Keluarga
Menurut Friedman (1986,dalam Ali. 2009:6-7) membagi tipe
keluarga seperti berikut ini:
a. Nuclear family (keluarga inti).
Terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi
tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak
keluarga lainnya.
b. Extended family (keluarga besar).
Satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang
tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.
c. Single parent family.
Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup
bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.
d. Nuclear dyad.
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal
dalam satu rumah yang sama.
11
e. Blended family.
Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang
masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil
perkawinan terdahulu.
f. Three generation family.
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek,
bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
g. The single adult living alone.
Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang
hidup dalam rumahnya.
h. Middle age atau elderly couple.
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.
4. Peran keluarga
a. Peran keluarga
Peran adalah seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
satuan tertentu. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing
masing yaitu:
1) Ayah, sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik,
pelindung/pengayom, dan pemberi rasa aman kepada anggota
keluarga.
2) Ibu, sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-
anak, pelindung keluarga, dan juga sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga.
12
3) Anak, berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.(H.Zaidin
Ali,2009:10-11)
b. Peran Perawat Keluarga
Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga
dalam menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan
kesehatan keluarga, diantaranya sebagai berikut:
1) Pendidik
2) Koordinator
3) Pelaksna
4) Pengawas kesehatan
5) Konsultan
6) Kolaborasi
7) Fasilitator
8) Penemu kasus
9) Modifikasi lingkungan (Sri Setyowati, 2008:43-45).
5. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedmann (1986) (dalam Arita
Murwani, 2009:170-172) dibagi menjadi 5 fungsi dasar yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak
pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi
13
afektif, anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang
positif.
b. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah proses mengembangkan dan
perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi
social dan berperan dalam lingkungan sosial (Friedman,1966).
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan
makan, minum, pakaian/sandang dan tempat perlindungan.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga adalah untuk
mencegah terjadinyagangguan kesehatan dan merawat anggota
keluarga yang sakit.
Tugas kesehatan keluarga adalah:
1) Mengenal masalah kesehatan.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan/menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas
kesehatan masyarakat.
14
6. Perkembangan Keluarga
Menurut Mubarak (2009:86-91), daur atau siklus kehidupan
keluarga terdiri dari delapan tahap perkembangan yang mempunyai
tugas dan resiko tertentu pada tiap tahap perkembangannya.
1) Tahap 1 : pasangan baru nikah (keluarga baru)
Tugas perkembangan keluarga pada hubungan harmonis
dengan saudara dan kerabat, dan merencanakan keluarga
(termasuk merencanakan jumlah anak yang diinginkan).
2) Tahap 2 : menanti kelahiran (child bearing family), anak tertua
adalah bayi berusia kurang dari 1 bulan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menyiapkan anggota keluarga baru (bayi dalam keluarga),
membagi waktu untuk individu, pasangan dan keluarga.
3) Tahap 3 : keluarga dengan anak prasekolah, anak tertua 2,5 tahun
sampai dengan 6 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menyatukan kebutuhan masing-masing anggota keluarga, antara
lain ruang atau kamar pribadi dan keamanan, mensosialisasikan
anak-anak, menyatukan keinginan anak-anak yang berbeda, dan
memepertahankan hubungan yang “sehat” dalam keluarga.
4) Tahap 4 : keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7
tahun sampai 12 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mensosialisasikan anak-anak termasuk membantu anak-anak
15
mencapai prestasi yang baik di sekolah, membantu anak-anak
membina hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan dan memenuhi kebutuhan
kesehatan masing-masing anggota keluarga.
5) Tahap 5 : keluarga dengan remaja atau anak dengan anak tertua
berusia 13 sampai 20 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab yang
sejalan dengan maturitas remaja, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, dan melakukan komunikasi yang terbuka diantara
orang tua dengan anak-anak remaja.
6) Tahap 6 : keluarga dengan anak dewasa (pelepasan).
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menambah anggota keluarga dengan kehadiran anggota keluarga
yang baru melalaui pernikahan anak-anak yang telah dewasa,
menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya
proses penuaaan, termasuk timbulnya masalah-masalah kesehatan.
7) Tahap 7 : keluarga usia pertengahan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mempertahankan kontak dengan anak dan cucu, memperkuat
hubungan perkawinan dan meningkatkan usaha promosi
kesehatan.
8) Tahap 8 : keluarga usia lanjut.
16
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan
kehidupan dengan penghasilan yang berkurang, mempertahankan
hubungan perkawinan, menerima kehidupan pasangan,
mempertahankan kontak dengan masyarakat, dan menemukan arti
kehidupan.
B. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian
Artritis Gout atau artritis gout adalah suatu peradangan sendi
sebagai manifestasi dari akumulasi endapan kristal monosodium urat,
yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar
asam urat di dalam darah (hiperurisemia). Tidak semua orang dengan
hiperurisemia adalah penderita artritis pirai atau sedang menderita
artritis pirai. Akan tetapi, risiko terjadi arthritis pirai lebih besar
dengan meningkatnya konsentrasi asam urat darah.(Zairin Noor Helmi
.2012:296).
Pada orang yang normal, jumlah kadar asam urat sekitar
1000 mg dengan kecepatan metabolisme (turn over) sekitar 600
mg/hari. Kandungan normal natrium urat didalam serum <7 mg/dl.
Berdasarkan hasil penelitian laboratorium klinis, kadar asam urat
normal pada wanita 2,4-5.7 mg/dl dan untuk pria lebih tinggi yaitu
3,4-7.0 mg/dl. Pada anak-anak kadar asam urat berkisar antara 3,0-4.0
mg/dl dan setelah pubertas pada pria mencapai 5.2 mg/dl. Apabila
17
kadar asam urat melebihi kadar normal tersebut, maka dinamakan
Hiperurisemia. (Ip. Suiraoka 2012:116).
2. Anatomi Fisiologi
Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan
tulang yang bersendi diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan
licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi sejenis kantong, terbentuk
dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi
membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial untuk
“meminyaki” sendi. Bagian luar kapsul diperkuat oleh ligamen
berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat di
tempatnya dan membatasi gerakan yang dapat dilakukan.
Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai
fungsi ganda yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan
memungkinkan pergerakan sendi menjadi mulus/licin, serta sebagai
penahan beban dan peredan benturan. Agar rawan berfungsi baik,
maka diperlukan matriks rawan yang baik.
Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu:
a. Proteoglikan: yang meliputi 10% berat kering rawan sendi
mengandung 70-80% air, hal inilah yang menyebabkan tahan
terhadap tekanan dan kemungkinan rawan sendi elastis.
b. Kolagen: Komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi,
sangat tahan terhadap tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi
makin tebal, sehingga rawan sendi yang tebal kolagennya akan
18
tahan terhadap tarikan. Disamping itu matriks itu juga
mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti enzim.
¶5,http://www.scribd.com/doc/90087808/Gout/27-mei-
2014/16.00-wita
Gambar:2.1 Anatomi Tulang kakihttpdyah-purnamasari.blog.unsoed.ac.idfiles201103DIIT-PADA-ASAM-URAT-
pdf.pdf
19
3. Etiologi
Penyakit ini dikaitkan dengan adanya abnormalitas kadar
asam urat dalam serum darah dengan akumulasi endapan Kristal
monosodium urat, yang terkumpul didalam sendi. Keterkaitan antara
Gout dengan Hiperurisemia yaitu adanya produksi asam urat yang
berlebih, menurunnya eskresi asam urat melalui ginjal, atau mungkin
keduanya.
4. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis dibagi atas dua jenis yaitu Artritis Gout
Tipikal dan Artritis Gout Atipikal
a. Artritis Gout Tipikal
1) Beratnya serangan artritis menyebabkan penderita tidak bisa
berjalan, tidak dapat memakai sepatu dan mengganggu tidur.
Rasa nyeri digambarkan sebagai excruciating pain dan
mencapai puncak dalam 24 jam. Tanpa pengobatan, pada
serangan permulaan dapat sembuh dalam 3-4 hari.
2) Serangan biasanya bersifat monoartikuler.
3) Remisi sempurna antara serangan akut
4) Hiperurisemia. Biasanya berhungan dengan serangan Artritis
Gout akut, tetapi diagnosis Artritis tidak harus disertai
20
Hiperurikemia. Fluktuasi asam urat serum dapat
menpresipitasi serangan gout.
5) Faktor pencetus. Faktor pencetus adalah trauma sendi, alkohol,
obat-obatan dan tindakan pembedahan. Biasanya faktor-faktor
ini sudah diketahui penderita.
b. Artritis Gout Atipikal
Gambaran klinik yang khas seperti artritis berat,
monoartikuler dan remisi sempurna tidak ditemukan. Akan tetapi,
yang biasanya timbul beberapa tahun sesudah serangan pertama
ternyata ditemukan bersama dengan serangan akut. Jenis atipikal
ini jarang ditemukan. Dalam menghadapi kasus gout yang atipikal,
diagnosis harus dilakukan secara cermat. Untuk hal ini diagnosis
dapat dipastikan dengan melakukan punksi cairan sendi dan
selanjutnya secara mikroskopis dilihat kristal urat.
5. Patofisiologi
Kelainan Pada sendi metatarsofalangeal terjadi akibat
ditemukan penimbunan Kristal pada membrane sinovia dan tulang
rawan artikular. Pada fase lanjut , akan terjadi erosi tulang rawan ,
proliferasi sinovia, dan pembentukan panus, erosi kistik tulang serta
perubahan gout sekunder. Selanjutnya, terjadi tofus dan fibrosis serta
ankilosis pada tulang kaki
Adanya gout pada sendi kaki menimbulkan respom lokal,
sistemik, dan psikologis. Respons inflamasi lokal menyebabkan
kompresi saraf sehingga menimbulkan respon nyeri. Degenerasi
21
kartilago sendi dan respons nyeri menyebabkan hambatan mobilitas
fisik. Peningkatan metabolisme menyebabkan pemakaian energy
berlebuh sehingga klien cenderung mengalami malaise, anoreksia,
dan status nutrisi klien tidak seimbang. Pembentukan panus pada
pergelangan kaki menyebabkan masalah citra tubuh, dan prognosis
penyakit menimbulkan respons ansietas.(Arif Muttaqin.2008:396).
6. Pohon Masalah
Artritis gout pada kaki
Respons lokal
Penimbunan Kristal pada sinovia dan tulang
Erosi tulang rawan, proliferasi sinovia, pembentukan panus
Degenerasi kartilago
Multifaktor yang menyebabkan terjadinya penimbunan Kristal urat monohidrat
Respons sistemik
Peningkatan metabolism umum
Malaise, mual,
Respons psikologis
Respons inflamasi lokal
Kompresi saraf
Ansietas
Ketidakseimbangan nutrisi
22
Gambar: 2.2 Pohon masalah
7. Komplikasi
Komplikasi akibat tingginya kadar asam urat (Hiperurisemia)
a. Kencing batu
Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah akan mengendap di
ginjal dan saluran perkencingan, berupa kristal dan batu.
b. Merusak ginjal
Kadar asam urat yang tinggi akan mengendap di ginjal sehingga
merusak ginjal.
c. Penyakit jantung
Dalam kasus penyakit jantung koroner, asam urat menyerang
endotel lapisan bagian paling dalam pembuluh darah besar. Jika
endotel mengalami disfungsi atau rusak, akan menyebabkan
penyakit jantung koroner.
Pembentuka tofus pada
kaki
Perubahan
Nyeri
Hambatana mobilitas
Gangguan Konsep diri, citra diri
23
d. Stroke
Asam urat bisa menumpuk di pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah tidak lancar dan meningkatkan resiko penyakit stroke.
e. Merusak saraf
JIka tumpukan monosodium urat terletak dekat dengan saraf maka
bisa mengganggu fungsi saraf.
f. Peradangan tulang
Jika asam urat menumpuk dipersendian, lama-lam akan
membentuk tofus yang menyebabkan arthritis gout akut, sakit
rematik atau peradangan sendi bahkan bisa sampai terjadi
kepincangan.
(Vitahealth,2005 dan Kertia,2009),¶8,jtptunimus-gdl-rohmatulum-
5722-3-babii-27-05-2014-20.30
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan cairan sinovia didapatkan adanya Kristal
monosodium urat intraseluler
2) Pemeriksaan serum asam urat meningkat >7mg/dl
3) Urinalisis 24 jam didapatkan ekskresi >800 mg asam urat.
4) Urinalisis untuk mendeteksi risiko batu asam urat
5) Pemeriksaan kimia darah untuk mendeteksi fungsi ginjal, hati,
hipertrigliseridemia, tingginya LDL, dan adanya diabetes
mellitus.
b. Radiodiagnostik
24
1) Radiografi untuk mendeteksi adanya kalsifikasi sendi.
2) Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi dan
kapsul sendi. (Zairin Noor Helmi.2012:299)
9. Penatalaksanaan
Sasaran terapi gout arthritis yaitu mempertahankan kadar
asam urat dalam serum dibawah 6mg/dl dan nyeri yang diakibatkan
oleh penumpukan asam urat. Tujuan terapi yang ingin dicapai yaitu
mengurangi peradangan dan nyeri sendi yang ditimbulkan oleh
penumpukan Kristal monosodium urat monohidrat. Kristal tersebut
ditemukan pada jaringan kartilago, subkutan dan jaringan particular,
tendon, tulang, ginjal, serta beberapa tempat lainnya. Selain itu, terapi
gout juga bertujuan untuk mencegah tingkat keparahan penyakit lebih
lanjut karena penumpukan kristal dalam medulla ginjal akan
menyebabkan Chronic Urate Nephropathy serta meningkatkan risiko
terjadinya gagal ginjal. Terapi obat dilakukan dengan mengobati nyeri
yang timbul terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan
pengontrolan dan penurunan kadar asam urat dalam serum darah.
(Zairin Noor Helmi.2012:300)
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Menurut Wahit Iqbal Mubarak (2009:95-105), pengkajian
adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar
data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:
25
a. Struktur dan karakteristik keluarga
b. Sosial, ekonomi, dan budaya
c. Faktor lingkungan
d. Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga
e. Psikososial keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah:
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan,
komposisi keluarga, status imunisasi dan genogram 3 generasi.
2) Tipe keluarga
3) Suku bangsa
4) Agama
5) Status sosial ekonomi keluarga
6) Aktifitas rekreasi keluarga dan waktu luang
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum
terpenuhi dan kendalanya.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan keluarga
inti Meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayatkesehatan
masing-masing anggota keluarga dan sumber pelayanan yang
digunakan.
26
4) Riwayat keluarga sebelumnya, orang tua, dan hubungan masa
silam dengan kedua orang tua.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Meliputi: gambaran tipe tempat tinggal, denah rumah, sanitasi,
pengcahayaan, kerapian.
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal,
meliputi: tipe, keadaan, sanitasi, perusahaan, sarana sosial,
kejahatan
3) Mobilitas geografi keluarga
Menjelaskan lama keluarga tinggal di daerah ini.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
menjelas-kan perkumpulan yang diikuti.
5) Sistem pendukung keluarga, meliputi: jumlah anggota keluarga
yang sehat, fasilitas kesehatan, jaminan kesehatan yang
dimiliki.
d. Struktur keluarga
1) Pola-pola komunikasi Keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antara anggota keluarga,
termasuk pesan yang disampaikan, bahasa yang digunakan,
komunikasi secara langsung atau tidak.
2) Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan siapa pembuat keputusan dalam keluarga.
3) Struktur peran
27
Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga baik
formal maupun informal.
4) Struktur nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga
dengan kelompok atau komunitas. Apakah sesuai dengan nilai
norma yang dianut, bagaimana latar belakang budaya.
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi efektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi fungsi ekonomi
f. Stress dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek, stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
2) Stresor jangka panjang, stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor,
mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau
stresor.
4) Strategi koping yang digunakan, bila keluarga menghadapi
permasalahan.
28
5) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang dilakukan tidak beda pada pemeriksaan fisik di
klinik.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
Menurut Wahit Iqbal Mubarak (2009:102), diagnosa
keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, keluarga,
atau masyarakat, yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisis data secara cermat, memberikan
dasar untuk menetapkan tindakan dimana perawat bertanggung
jawab untuk melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga
dirumuskan berdasar data yang didapatkan pada pengkajian.
Komponen diagnosa keperawatan meliputi Problem atau masalah,
Etiologi atau penyebab, dan Sign atau tanda yang dikenal dengan
PES.
1) Problem atau masalah (P)
2) Etiology atau penyebab (E)
29
3) Sign atau tanda (S)
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut Suprajitno (2003:43-46) Tipologi diagnosis
keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang
dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat
dengan cepat.
2) Diagnosis resiko tinggi adalah msalah keperawatan yang
belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan
aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat.
3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari
keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan dignosa
keperawatan lebih dari satu. Proses skoring menggunakan skala
yang dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978) dalam kutipan
Suprajitno (2009: 45).
Tabel 2.1 Penentuan prioritas masalah dan skoring
No Kriteria Skor Bobot1
Sifat masalah 1
Tidak/kurang sehat Ancaman kesehatan Krisis/keadaan sejahtera
321
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
30
Dengan mudah Hanya sebagian Tidak dapat
210
3 Potensial masalah untuk di cegah 1
Tinggi Cukup Rendah
321
4 Menonjolnya masalah 1
Masalah berat harus segera ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu Segera ditangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:
1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
2) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan
dengan bobot.
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama
dengan jumlah bobot, yaitu 5).
1. Intervensi Keperawatan
2. Implementasi Keperawatan
Skor X Bobot Angka tertinggi
31
3. Evaluasi
4. Dokumentasi Keperawatan