BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep HIV / AIDS sistem ...repository.sari-mutiara.ac.id/423/4/CHAPTER...
Transcript of BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep HIV / AIDS sistem ...repository.sari-mutiara.ac.id/423/4/CHAPTER...
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep HIV / AIDS
1. Definisi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh kita
untuk melawan segala penyakit yang datang (Suzana, dkk,
2013).Suryoprajogo (2009), menyatakan bahwa HIV menyerang tubuh
manusia dengan cara membunuh atau merusak sel-sel yang berperan
dalam system kekebalan tubuh sehingga kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi menurun drastis.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala
gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus) yang ditandai dengan gejala menurunnya sistem kekebalan
tubuh.Penderita AIDS mudah diserang infeksi oportunistik (infeksi yang
disebabkan oleh kuman yang pada keadaan sistem kekebalan tubuh normal
tidak terjadi) dan kanker dan biasanya berakhir dengan kematian (Djuanda,
2009).
Sunaryati (2014), mengemukakan AIDS adalah penyakit infeksi yang
menular.AIDS dapat menyerang sel darah putih yang dinamakan T-
Lymphocytes, perlawanan tubuh dari serangan infeksi ketika terjadi
kerusakan T-cell yang signifikan, seseorang tidak dapat melawan sebagian
besar kuman yang masuk kedalam tubuhnya.Akibatnya tubuh mulai
ditulari infeksi yang luar biasa dan menetap disana.Infeksi tersebut
terkadang menyerang orang dengan system kekebalan (pertahanan) yang
normal, tetapi tidak pernah berkembang.AIDS juga ditujuakan untuk
tahapan infeksi HIV yang paling parah dan serius sehinggamengakibatkan
kematian. Kematian penderita bukan semata-mata disebabkan oleh virus,
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
9
tetapi penderita meninggal dapat juga disebabkan oleh penyakit lain yang
sebenarnya bisa ditolak jika system kekebalan tubuh tidak rusak.
2. Etiologi HIV / AIDS
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL
II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency
Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang
ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit
T.Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV dan saat ini telah diketahui
dua tipe yaitu tipe HIV-1 dan HIV-2. Infeksi yang terjadi sebagian besar
disebabkan oleh HIV-1, sedangkan HIV-2 benyak terdapat di Afrika Barat.
Gambaran klinis dari HIV-1 dan HIV-2 relatif sama, hanya infeksi oleh
HIV-1 jauh lebih mudah ditularkan dan masa inkubasi sejak mulai infeksi
sampai timbulnya penyakit lebih pendek (Martono, 2006).
3. Tanda dan Gejala
Nugroho (2014), menyatakan adapun gejala yang timbul dan bisa segera
kita kenali dari serangan AIDS antara lain :
a. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang
lamanya 1-2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti Flu.
b. Fase supresi imun Simtomatik (3 Tahun) pasien akan mengalami
demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare,
neuropati, keletihan ruam kulit, Lympanodenopathy, pertambahan
kognitif dan lesi oral.
c. Fase infeksi Human Immunodifecincy Virus (HIV) menjadi AIDS
(bervariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan
terdapat gejala infeksi opurtunistik yang paling umum adalah
pneumocystic carinii (PCC) pneumonia interstisial yang disebabkan
suatu protozoa, infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis,
cytomegalovirus, mikrobacterial, dan atipikal.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
10
d. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh selama lebih
dari 3 bulan.
e. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala diketahui
oleh pemeriksa kadarHuman Immunodeficiency Virus (HIV) dalam
darah akan diperoleh hasil positif.
4. Cara penularan HIV / AIDS
Chris (2013), menyatakanbahwa HIV hidup di semua cairan tubuh tetapi
hanya bisa menular melalui cairan tubuh tertentu yaitu :
a. Darah.
b. Air mani (cairan, bukan sperma).
c. Cairan vagina.
d. Air susu ibu (ASI).
Kegiatan yang dapat menularkan HIV adalah :
a. Hubungan Seks tidak aman / tanpa kondom.
b. Penggunaan jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril secara
bergantian.
c. Tindakan medis yang memakai peralatan yang tidak steril, misalnya,
peralatan dokter gigi.
d. Penerimaan transfuse darah yang mengandung HIV.
e. Ibu HIV-Positif pada bayinya, waktu dalam kandungan, ketika
melahirkan atau menyusui.
HIV tidak dapat menular melalui antara lain :
a. Bersentuhan , berciuman, bersalaman dan berpelukan.
b. Peralatan makan dan minum.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
11
c. Penggunaan kamar mandi, berenang di kolam renang.
d. Gigitan nyamuk, tinggal serumah bersama ODHA.
5. Klasifikasi HIV/AIDS
Tabel 2.1Klarifikasi HIV/AIDS
Kelas Kriteria
Stadium klinis 1 1. Asimtomatik
Asimtomatik total CD4 : >500/ml 2. Limfadenopati generalisata persisten
Stadium klinis II sakit ringan 1. Penurunan berat badan 10 %
Total CD4 : 200-499 /ml 2. Ispa berulang
3. Herpes Zoster
4. Kelitis angularis
Stadium klinis III sakit sedang 1. Penurunan berat badan >10 %
2. Kandidiasis oral
3. TB paru
4. Limfadenopati generalisata
Stadium klinis IV sakit berat 1. HIV wasting syndrome
(AIDS) total CD4 : <200/ml 2. Pneumonia pneumosistis
3. Herpes simpleks >1 bln
4. Kandidiasis esophagus
5. TB ekstra paru
6. Sarkoma Kaposi
7. Retinitis CMV
8. Toksoplasmosis
9. Ensefalopati HIV
10.Meningitis kriptokus
11.Infeksi mykobakterium
non TB iseminata
Sumber : WHO 2006 Klasifikasi HIV / AIDS
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
12
Berdasarkan klasifikasi data diatas, makin kronis suatu penyakit terutama
pada pasien HIV / AIDS dapat mengganggu kemampuan untuk terlibat
dalam aktivitas yang menunjang perasaan berharga atau berhasil, makin
besar pengaruhnya pada peningkatan Harga diri. Penyakit HIV/AIDS
yang mengubah pola hidup dapat juga menurunkan perasaan nilai
diri.Sedangkan harga diri pada pasien HIV/AIDS adalah rasa ingin di
hormati, diterima, kompoten, dan bernilai.Orang dengan harga diri
rendah, sering merasa tidak dicintai dan sering mengalami depresi dan
ansietas.Ketidakmampuan untuk memenuhi harapan orang tua, harga diri
pada orang dewasa mencakup ketidak berhasilan dalam pekerjaan, dan
kegagalan dalam hubungan.
6. Pemeriksaan Laboratorium HIV / AIDS
Human Immunodefeciency Virus dapat di isolasi dari cairan-cairan yang
berperan dalam penularan AIDS seperti darah, semen dan cairan serviks
atau vagina.Diagnosa adanya infeksi dengan HIV ditegakkan di
laboratoruim dengan ditemukannya antibodi yang khusus terhadap virus
tersebut.
a. Untuk pemeriksaan pertama biasanya digunakan Rapid Tes untuk
melakukan uji tapis. Saat ini tes yang cukup sensitif dan juga
memiliki spesifitas yang tinggi. Hasil yang positif akan diperiksa
ulang dengan menggunakan tes yang memiliki prinsip dasar tes yang
berbeda untuk meminimalkan adanya hasil positif palsu yaitu
ELISA. Rapid Tes hasilnya bisa dilihat dalam waktu kurang lebih 20
menit.
b. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA), bereaksi terhadap
adanya antibodi dalam serum dengan memperlihatkan warna yang
lebih jelas apabila terdeteksi jumlah virus yang lebih besar. Biasanya
hasil uji ELISA mungkin masih akan negatif 6 sampai 12 minggu
setela pasien terinfeksi. Karena hasil positif palsu dapatmenimbulkan
dampak psikologis yang besar, maka hasil uji ELISA yang positif
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
13
diulang dan apabila keduanya positif maka dilakukan uji yang lebih
spesifik yaitu Western Blot.
c. Western Blot merupakan elektroporesis gel poliakrilamid yang
digunakan untuk mendeteksi rantai protein yang spesifik terhadap
DNA. Jika tidak ada rantai protein yang ditemukan berarti tes
negatif. Sedangkan bila hampir atau semua rantai protein ditemukan
berarti western blot positif. Tes ini harus diulangi lagi setelah 2
minggu dengan sampel yang sama. Jika western blot tetap tidak bisa
disimpulkan maka tes western blot harus diulangi lagi setelah 6
bulan. Jika tes tetap negatif maka pasien dianggap HIV negatif.
d. Polymerase Chain Reaction (PCR) Untuk DNA dan RNA virus HIV
sangat sensitif dan spesifik untuk infeksi HIV. Tes ini sering
digunakan bila tes yang lain tidak jelas. (Nursalam, 2007).
7. Kebijakan dan Upaya Penanggulangan HIV / AIDS
Infeksi HIV/AIDS merupakan suatu penyakit dengan perjalanan yang
panjang.Sistem imunitas menurun secara progresif sehingga muncul
infeksi – infeksi opportunistik yang dapat muncul secara bersamaan pula
dan berakhir pada kematian.Sementara itu hingga saat ini belum
ditemukan obat maupun vaksin yang efektif. Pengobatan HIV/AIDS
dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu :
a. Pengobatan suportif yaitu pengobatan untuk meningkatkan keadaan
umum penderita. Pengobatan ini terdiri dari pemberian gizi yang
baik, obat sintomatik, vitamin dan dukungan psikososial agar
penderita dapat melakukan aktivitas seperti semula/seoptimal
mungkin.
b. Pengobatan infeksi oportunistik Yaitu pengobatan yang ditujukan
untuk infeksi oportunistik dan dilakukan secara empiris.
c. Pengobatan antiretroviral Saat ini telah ditemukan beberapa obat
antiretroviral (ARV) yang dapat menghambat perkembangan HIV.
ARV bekerja langsung menghambat enzim reverse transcriptase atau
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
14
penghambat kerja enzim protease. Pengobatan ARV terbukti
bermanfaat memperbaiki kualitas hidup, menjadikan infeksi
oportinistik menjadi lebih jarang ditemukan dan lebih mudah diatasi
sehingga menekan morbiditas dan mortalitas dini, tetapi ARV belum
dapat menyembuhkan atau membunuh virus. Kendala dalam
pemberian ARV antara lain kesukaran Odha untuk minum obat
secara teratur, adanya efek samping obat, harga yang relative mahal
dan timbulnya resistensi HIV terhadap obat ARV.Karena belum
ditemukan obat yang efektif maka pencegahan penularan menjadi
sangat penting. Dalam hal ini pendidikan kesehatan dan peningkatan
pengetahuan yang benar mengenal patofisiologi HIV dan cara
penularannya menjadi sangat penting untuk diketahui oleh setiap
orang terutama mengenal fakta penyebaran penyakit pada kelompok
risiko rendah (bukan hanya pada kelompok yang berisiko tinggi) dan
prilaku yang dapat membantu mencegah penyebaran HIV.
B. Konsep Diri
1. Definisi Konsep Diri
Konsep diri didefenisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart, 2007).
Fitts (1999, dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa konsep
dirimerupakan aspek penting dalam diri seseorang, karna konsep diri
seseorangmerupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam
berinteraksi dalamlingkungan. Menjelaskan konsep diri secara
fenomenologis, dan ketikaindividu mempersepsikan dirinya, bereaksi
terhadap dirinya memberiakanarti dan penilaian serta membentuk abstraksi
tentang dirinya, berarti menunjukan kesadaran diri (self awarenees) dan
kemampuan untuk keluardari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti
yang dilakukan terhadapdunia di luar dirinya.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
15
Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya
juga didasarkan bagaimana orang lain memandangnya konsep diri sebagai
cara memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual. Istilah konsep diri di rancukan dengan
istilah lainnya, ada yang menyebut konsep diri itu diri, ada yang menyebut
nilai diri, da nada pula yang menyebut penerimaan diri.Akan tetapi, ada
pula yang membedakan istilah harga diri dengan konsep diri, dengan
memandang konsep diri merupakan bagian dari harga diri dan harga diri
merupakan konsep diri yang bersifat umum (Muhith, 2014).
2. Rentang Respon Konsep Diri
Respon individu terhadap konsep diri, berfungsi sepanjang rentang respon
dari adaptif sampai maladaptif.
Skema 2.1
Rentang respon konsep diri
Konsep diri positif Respon maladaptif
Aktualisasi diri Harga Diri rendah Depersonalisasi
Sumber : Stuart & Sunden (1995, dalam muhith, 2014)
a. Aktualisasi diri adalah pertanyaan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat
diterima.
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun
yang negatif dari dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya
negative dan merasa lebih rendah dari orang lain sering ditemukan
pada pasien HIV /AIDS.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
16
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-
aspek identitas masa kanak-kanak kedalaman kematangan aspek
psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
dirinya sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta
tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain terutama pada
pasien HIV/AIDS.
3. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
a. Faktor Prediposisi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang faktor ini dapat dibagi sebagai berikut :
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah serotip peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahaan struktur sosial.
b. Stresor Pencetus
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal,
yaitu :
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dari individu mengalaminya sebagai frustasi.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
17
4. Faktor-faktor Pembentuk Konsep Diri
Argyle (2000, dalam Adi, 2015) berpendapat bahwa terbentuknya konsep
diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Reaksi Dari Orang Lain
Caranya dengan mengamati pencerminan perilaku seseorang terhadap
respon orang lain, dapat dipengaruhi dari diri orang itu sendiri.
b. Perbandingan Dengan Orang Lain
Konsep diri seseorang sangat tergantung pada cara orang tersebut
membandingkan dirinya dengan orang lain.
c. Peranan Seseorang
Setiap orang pasti memiliki citra dirinya masing - masing, sebab dari
situlah orang tersebut memainkan peranannya.
d. Indentifikasi Terhadap Orang Lain
Pada dasarnya seseorang selalu ingin memiliki beberapa sifat dari
orang lain yang dikaguminya.
5. Komponen Konsep Diri
Stuart &Sunden, (1995, dalam Muhith, 2014), Konsep diri Dibagi menjadi
beberapa bagian antara lain :
a. Gambaran Diri
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
dan tidak sadar.Sikap ini mencakup presepsi dan perasaan tentang
ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa
lalu yang berkesinambungan di modifikasi dengan pengalaman baru
setiap individu.Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian.Cara
individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada
aspek psikiloginya. Citra tubuh adalah sikap, presepsi keyakinan, dan
pengetahuan individu secara sadder atau tidak sadar terhadap tubuhnya
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
18
yaitu : ukuran, bentuk, struktur fungsi, keterbatasan, makna objek yang
kontak secara terus-memerus.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang,
seperti, munculnya stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran
diri. Stresor-stresor tersebut dapat berupa:
1). Umpan Balik Interpersonal yang Negatif
Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan,
makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.
2). Standard Sosial Budaya
Hal ini berkaitan dengan kultur social budaya yang berbeda pada
setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya
tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu,
seperti adanya perasaan minder
3). Perubahan Tubuh Berkaitan
Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan
merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya
usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif
dan positif.Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati
perubahan tubuh yang ideal.
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan
tanda gejala, seperti :
a). Syok Psikologis
Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak
perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.Syok
psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas.Informasi
yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat
klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti
mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan
keseimbangan diri.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
19
b). Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan,
tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar
secara emosional klien menjadi pasif, tergantung tidak ada
motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
b. Ideal Diri
Ideal Diri adalah Presepsi individu tentang bagaimana ia harus
berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal
tertentu. Gangguan ideal diri adalah ideal diri terlalu tinggi, sukar
dicapai dan tidak realistis, ideal diri yang samar dan tidak jelas dan
cenderung menuntut. Individu cenderung menetapkan tujuan yang
sesuai dengan kemampuannya, kultur, realita, menghindari kegagalan
dan rasa cemas. Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung
respek terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-
samar atau kabur. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan
membantu individu mempertahankan kemampuannya menghadapi
konflik atau kandisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk
mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental.
Keliat, 1998, mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
ideal diri :
1). Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas
kemampuannya.
2). Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
3). Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang
realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasaan
cemas dan rendah diri.
4). Kebutuhan yang realistis.
5). Keinginan untuk menghindari kegagalan.
6). Perasaan cemas dan rendah diri.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
20
c. Peran
Peran adalah seperangkat prilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial.
Ada 5 faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan peran :
1) Kejelasan prilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran pada
pasien HIV/AIDS.
2) Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran pasien
HIV/AIDS.
3) Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan oleh
pasien HIV/AIDS.
4) Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran pada pasien
HIV/AIDS.
5) Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran
terutama pasien HIV/AIDS.
d. Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek
konsep diri sindiri sebagai satu kesatuan yang utuh.
Kepribadian yang sehat pada pasien HIV/AIDS Mempunyai ciri-ciri
konsep diri sebagai berikut :
1) Konsep diri yang positif.
2) Gambaran diri yang tepat dan positif.
3) Ideal diri yang realistis.
4) Harga diri yang tinggi.
5) Penampilan diri yang memuaskan.
6) Identitas yang jelas.
e. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
21
pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendahatauharga
diri yang tinggi. Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat
remaja dan usia lanjut.
Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami
keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah
bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima
lingkungan
6. Aspek-Aspek Konsep Diri
Berk (1999, dalam dariyo, 2007 ) bahwa konsep diri adalah gambaran diri
yang bersifat menyeluruh terhadap keberadaan diri seseorang. Konsep diri
itu bersifat multi-aspek yaitu meliputi empat aspek antara lain :
a. Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis dalam diri berkaitan dengan unsur-unsur fisik, seperti
warna kulit, bentuk, berat atau tinggi badan, raut muka, memiliki
kondisi badan yang sehat
b. Aspek Psikologis
Aspek-aspek psikologis meliputi tiga hal yaitu :
1) Kognisi (kecerdasan, minat atau bakat, kreativitas, kemamampuan
konsentrasi).
2) Afeksi (ketahanan, ketekunan dan keuletan bekerja, motivasi
berprestasi, toleransi stres).
3) Konasi (kecepatan dan ketelitian bekerja).
c. Aspek Psiko-Sosiologis
Yang dimaksud psikososiologis adalah pemahaman individu yang
masih memiliki hubungan dengan lingkungan sosialnya.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
22
d. Aspek Psikoetika dan Moral
Aspek psikoetika dan moral adalah suatu kemampuan memahami dan
melakukan perbuatan berdasarkan nilai-nilai etika dan moralitas.
C. Hasil Penelitian Terkait
Sinaga (2015), menyatakan “pembentukan konsep diri dengan orang Hiv/Aids
(ODHA) di Kota Pekanbaru dalam perseftik fenomenologi”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembentukan konsep diri
dengan orang HIV/AIDS (ODHA) di Kota Pekanbaru p. Pendekatan kualitatif
dengan desain fenomenologi dengan teknik pengumpulan data observasi,
wawancara dan dokumentasi. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 6
Partisipan terdiri dari satu pendiri yayasan, dua dengan ODHA, satu orang lain
yang bekerja dibidang kesehatan, dan dua orang terdekat dengan ODHA. Data
di transkip dan di analisis menggunakan metode miles dan huberman yang
menghasilkan wawancara bahwa ODHA mengalami perubahan yang terjadi
dalam konsep diri mereka, mereka cenderung menunjukan bentuk-bentuk
reaksi sikap dan tingkah laku yang salah. Hal ini disebabkan ketidakmampuan
ODHA menerima kenyataan dengan kondisi yang dialami.
Menurut Wahyu, dkk (2012) dalam penelitian “konsep diri dan masalah yang
dialami orang terinfeksi HIV/AIDS. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui gambaran tentang konsep diri yang mengalami HIV/AIDS.
Metode penelitian kuantitatif dengan jenis deskriptif.Data penelitian didapat
langsung dari responden dengan jumlah sampel sebanyak 39 orang. Hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang dialami ODHA
bervariasi yaitu: mudah lupa, badan terlalu kurus, warna kulit yang tidak
memuaskan, sukar mengendalikan dorongan seksual, mengalami cemas atau
khawatir menghadapi sesuatu yang baru, dan belum mampu merencanakan
masa depan.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
23
D. Kerangka Teori
Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat diketahui melalui tentang
respon diri dapat diketahui melalui tentang respon dari adaptif sampai dengan
maladaptive. Konsep diri itu sendiri terdiri dari beberapa bagian yaitu : citra
diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas.
Skema 2.2Kerangka Teori
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Sumber : Stuart stress adaptation model as related to self-consept respon
Konsep Diri :1. Gambaran Diri2. Harga Diri3. Peran Diri4. Ideal Diri5. Identitas Diri
Orang denganHIV/AIDS
(ODHA
Masyarakat
dan
keluarga
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA