BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kajian Pustaka...BAB II TINJAU. A. N . TEORITIS. 2.1 . Kajian ....
Transcript of BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kajian Pustaka...BAB II TINJAU. A. N . TEORITIS. 2.1 . Kajian ....
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimana seorang
perempuan membawa embrio atau fetus dalam tubuhnya.
Kehamilan manusia umumnya terjadi selama 40 minggu
antara masa terakhir menstruasi hingga kelahiran (38
minggu dari proses pembuahan (Sulistyawati dan Ari,
2009).
Di dalam banyak kalangan masyarakat, definisi
medis serta legal kehamilan manusia dibagi dalam periode
triwulan, Hal tersebut sebagai cara untuk memudahkan
tahapan berbeda pada perkembangan janin. Pada saat
masa triwulan pertama memiliki resiko tertinggi mengalami
keguguran (kematian alami embrio ataupun janin),
sementara pada waktu triwulan kedua, perkembangan janin
bisa dimonitor serta didiagnosa. Pada triwulan ketiga,
menandakan awal viabilitas (kondisi janin) yang itu berarti
janin bisa tetap hidup jika terjadi kelahiran awal alami
ataupun kelahiran yang dipaksakan. Dikarenakan
kemungkinan viabilitas janin yang sudah berkembang,
10
definisi budaya serta legal dari hidup sering menganggap
janin pada triwulan ketiga adalah sebuah pribadi hidup baru
(Sulistyawati dan Ari, 2009).
Umumnya, kehamilan terjadi dengan ditandai siklus
menstruasi/haid yang terlambat. Bila seorang wanita yang
sudah melakukan hubungan intim mendapati dirinya tidak
mendapatkan haid pada waktu seperti biasanya, maka
wanita bisa memperkirakan kalau dirinya hamil. Oleh karena
itu, seorang wanita hendaknya selalu memeriksa siklus
menstruasi mereka, agar pemeriksaan kehamilan bisa
dilakukan sedini mungkin untuk menghindari adanya
gangguan pada kehamilan. Selama masa kehamilan,
seorang wanita diharuskan untuk lebih berhati-hati dalam
memilih makanan yang akan dikonsumsi dan menjauhi
aktifitas yang dapat membahayakan janin yang ada dalam
kandungan (Sulistyawati dan Ari, 2009).
2.1.1.1 Tanda-tanda Kehamilan
Ada banyak pertanda yang menyertai kehamilan,
diantaranya sebagai berikut, (Sulistyawati dan Ari, 2009) :
1. Payudara bengkak dan lembut
2. Perubahan bentuk tubuh
3. Buang air kecil makin sering dan konstipasi
11
4. Mudah lelah
5. Mual (Morning Sickness)
6. Terlambat haid
7. Perubahaan mood
8. Munculnya bercak darah atau flek
9. Kram perut
10. Pusing dan sakit kepala
11. Sering meludah (hipersaliva)
12. Naiknya temperatur basal tubuh
13. Sakit punggung
14. Ngidam atau menolak makanan tertentu
15. Sensitif pada bau
16. Gejala Pre Menstrual Syndrome (PMS)
2.1.1.2 Asupan Gizi Ibu Hamil
Dalam masa perawatan kehamilan, ibu yang sedang
hamil harus selalu memperhatikan asupan gizi dari
makanan yang dimakannya setiap hari. Asupan gizi yang
sangat dibutuhkan terutama bagi sang ibu hamil ialah
banyak memakan makanan yang mengandung asam folat
sangat berguna karena dapat melindungi janin dari
gangguan syaraf.
12
Sedangkan zat besi merupakan salah satu komponen
utama pembentuk hemoglobin dalam tubuh berfungsi
mengangkut oksigen dalam darah. Semasa dalam masa
hamil, terjadi peningkatan suplai darah buat memberikan
nutrisi pada janin. Zat besi bisa didapat dari mengkonsumsi
daging, kacang, telur, sayuran serta buah-buahan.
Sementara itu, kalium juga memiliki peran dalam
perkembangan janin. Kalium bertugas mengatur kekuatan
tulang sang ibu hamil serta baik bagi pertumbuhan tulang
sang bayi.
2.1.1.3 Kebutuhan Energi dan Pertambahan Berat Badan
Rata-rata pertambahan berat badan dalam trimester
kedua dan ketiga harus mencapai rata-rata 0,4 kg/minggu
untuk wanita dengan berat badan normal, lebih kecil (0,3
kg/minggu) untuk wanita dengan berat badan berlebih, dan
lebih besar (0,5 kg/minggu) untuk wanita dengan berat
badan kurang.
Kenaikan berat badan yang berlebihan dikaitkan
dengan bayi besar, sehingga meningkatkan resiko
komplikasi pada persalinan, dan harus ditangani dengan
memberikan anjuran gizi. Pengurangan makanan tidak
direkomendasikan. Untuk kondisi seperti ini rendahnya
13
pertambahan berat badan menimbulkan risiko bayi berat
lahir rendah (BBLR), dengan berbagai kemungkinan
implikasi jangka panjang terhadap kesehatan. Kebutuhan
energy ekstra pada masa kehamilan diperkirakan mencapai
310 MJ (77.000 kkal). Laju metabolik ibu ikut menyesuaikan
dengan peningkatan ini, untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan energi.
Banyak ibu hamil menghemat energi dengan
mengurangi aktivitasnya, dan hanya sedikit meningkatkan
asupan makannya.
2.1.1.4 Kebutuhan Zat Besi
Peningkatan volume darah memerlukan tambahan
zat besi. Zat besi dapat diperoleh dari :
Cadangan tubuh (sampai dengan 50% ibu hamil
mungkin memiliki sedikit cadangan atau tidak sama
sekali).
Berhentinya menstruasi
Peningkatan absorpsi besi dari saluran cerna
Suplemen besi
Asupan makanan
2.1.1.5 Kebutuhan Kalsium
14
Kebutuhan kalsium meningkat pada trimester
terakhir kehamilan. Kalsium diperoleh dari :
Remodelling tulang, yang difasilitasi oleh estrogen,
prolaktin, dan peningkatan kadar vitamin D aktif.
Peningkatan absorpsi.
Kadar vitamin D haruslah adekuat; dianjurkan untuk
mengkonsumsi suplemen vitamin D untuk mencapai
asupan sebesar 10 µg/hari, terutama jika kehamilan
terjadi pada musim dingin, atau jika kulit sering
tertutup karena factor budaya.
Pada kehamilan remaja, kebutuhan ekstra harus
dipenuhi dengan cara peningkatan asupan makanan kaya
gizi seperti susu dan produk olahannya, kacang-kacangan,
biji polong-polongan kering (pulse), roti, dan ikan kalengan.
Kalsium juga penting untuk mempertahankan tekanan darah
agar tetap normal selama kehamilan
2.1.1.6 Nutrisi Lain
PUFA rantai panjang diperlukan untuk
perkembangan otak dan retina. Sumbernya ialah ikan
berlemak; sebagain dapat disintesis dari asam α-linolenat,
yang diperoleh dari minyak (kedelai, biji rapa (rapeseed),
15
dan kacang kenari (walnut), sayuran hijau, dan daging dari
hewan yang diberi makan rumput.
Kebutuhan protein dan vitamin B (kecuali folat)
meningkatkan seiring dengan kebutuhan energi. Oleh
karena itu, ibu hamil yang memenuhi selera makannya,
dengan mengkonsumsi diet seimbang, semestinya dapat
memenuhi kebutuhan gizinya.
Memahami pemenuhan nutrisi bagi ibu hamil bisa
dilihat dari segi kebudayaan. Artinya bahwa segala sesuatu
yang dikonsumsi manusia sangat dipengaruhi oleh latar
belakang budayanya apa yang disukai dan apa yang tidak
disukai, kepercayaan-kepercayaan terhadap apa yang
dapat dimakan dan apa yang tidak dapat dimakan, dan
keyakinan-keyakinan dalam hal yang berhubungan dengan
keadaan kesehatan dan penanggalan ritual.
Aturan budaya yang menetapkan jaminan kebutuhan
biologis manusia yang mana dalam penelitian ini budaya
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan makan ibu hamil yang
diintepretasikan melalui kebiasaan dan kepercayaan
mereka dalam mengkonsumsi makanan-makanan tertentu.
Makanan-makanan tersebut pada umumnya telah menjadi
bagian dari tradisi masyarakat yang telah dipahami dan
diteruskan oleh orang tua berdasarkan pengalaman-
16
pengalaman selama proses kehamilan mereka ke generasi
selanjutnya (Malinowski, 1944).
2.1.2 Antenatal Care
2.1.2.1 Pengertian Antenatal Care
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah
pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan
mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba,
1998). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan
ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia
merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah
untuk mencegah adanya komplikasi obsterti bila mungkin
dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai
(Saifuddin,dkk.,2002). Pemeriksaan kehamilan atau ANC
merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental
serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post
partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga
mental (Wiknjosastro, 2005).
2.1.2.2 Tujuan Antenatal Care.
17
Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan
fisik dan mentalnya, serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga
keadaan mereka pada saat postpartum sehat dan normal,
tidak hanya fisik akan tetapi juga mental
(Wiknjosastro,2005).
Tujuan Antenatal Care menurut Sondakh (2013) :
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kehamilan ibu dan tumbuh kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental, dan sosial ibu,
c. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit
atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,
termasuk riwayat penyakit secara umum, dan
pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan
yang aman dengan trauma seminimal mungkin
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
mempersiapkan ibu agar dapat memberikan Air Susu
Ibu (ASI) secara ekslusif
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam
menerima kelahiran janin agar dapat tumbuh kembang
secara normal
18
g. Mengurangi bayi lahir premature, kelajiran mati dan
kematian neonatal, dan
h. Mempersiapakan kesehatan yang optimal bagi janin.
2.1.2.3 Keuntungan Antenatal Care
Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi
hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan
rujukan kerumah sakit (Manuaba,1998).
2.1.2.4 Standar Pelayanan Antenatal Care
Menurut Depertemen Kesehatan Indonesia (2003)
mengenai antenatal care:
1. Frekuensi Antenatal Care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil
dengan petugas kesehatan yang memberi pelayanan
antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.
Menurut Depertemen Kesehatan Indonesia (2003)
dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya
standar minimal yaitu dengan pemeriksaan ANC 4 kali
selama kehamilan, sebagai berikut :
Minmal satu kali pada trimester I (0—13
minggu)
19
Minimal satu kali pada trimester II (14—28
minggu)
Minimal dua kali pada trimester III (29—36
minggu)
2. Cakupan Antenatal Care
Cakupan pelayanan Antenatal Care dapat dipantau
melalui kunjungan baru ibu hamil, kunjungan pertama
(K1) atau disebut juga akses dan pelayanan ibu hamil
sesuai standar paling sedikit empat kali dengan
distribusi sekali pada trimester I, sekali pada trimester
II, dan dua kali pada trimester III dan keempat untuk
melihat kualitas. Cakupan kunjungan ibu hamil
keempat (K4) adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan Antenatal Care empat kali
sesuai standar disatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Pemerintah menetapkan cakupan ANC > 95%
(Paranginangin, 2006)
3. Pelayanan Antenatal Care
Dalam penerapan praktek sering dipakai standar
minimal pelayanan Antenatal Care yang disebut 7T,
yaitu : (Timbang) berat badan dan tinggi badan, Ukur
(Tekanan) darah, ukur (Tinggi) fundus uteri, pemberian
imunisasi TT lengkap, pemberian tablet zat besi
20
minimum 90 tablet selama hamil, tes terhadap penyakit
seksual menular, temu wicara dan konseling dalam
rangka rujukan (Sulistyawati dan Ari, 2009).
2.1.3 Konsep Persepsi Masyarakat Lokal
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya
pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui
persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan
dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat
inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba,
perasa, dan pencium (Slameto, 2010).
Sementara itu masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka
mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai
kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang
diikat oleh kesamaan (Soekanto, 2006).
Masyarakat lokal merupakan suatu ciri masyarakat
yang masih menjaga tradisi peninggalan nenek moyangnya
baik dalam aturan hubungan antara manusia maupun
dengan alam sekitarnya yang mengutamakan keselarasan
dan keharmonisan.
Persepsi masyarakat lokal adalah kumpulan
tanggapan atau tafsiran mengenai suatu informasi yang
21
mereka dapatkan dari lingkungan melalui panca indera yang
berkaitan dengan cara hidup mereka dan masih dijaga dari
generasi ke generasi.
Makna persepsi adalah proses yang berhubungan
dengan penginderaan, seperti melihat, membau,
mendengar, merasakan, menanggapi, menyentuh,
menerima dan lain-lain. Pernyataan ini menyiratkan bahwa
persepsi itu dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu dari dalam
(interen individu) dan faktor luar (ekstren individu).
Menurut Bimo Walgito bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi yaitu:
1. Faktor individu, yang meliputi:
a. Perhatian, baik perhatian spontan maupun
perhatian tidak spontan; dinamis atau statis;
b. Sifat struktural individu; simpati atau antipati;
c. Sifat temporer individu; emosional atau stabil,
dan
d. Aktifitas yang sedang berjalan pada individu.
2. Faktor stimulus (rangsangan). Stimulus akan dapat
disadari oleh individu, bila stimulus itu cukup kuat.
Bagaimanpun besarnya perhatian dari individu,
tetapi bila stimulus tidak cukup kuat, maka stimulus
22
itu tidak akan dipersepsi oleh individu yang
bersangkutan, dan ini bergantung pada:
a. Intensitas (kekuatan) stimulus;
b. Ukuran stimulus;
c. Perubahan stimulus;
d. Ulangan dari stimulus;
e. Pertentangan atau kontras dari stimulus.
2.1.4 Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mempunyai
luas daratan 47.350,00 km2 yang terdiri dari gugusan pulau
besar dan kecil, jumlah seluruh pulau mencapai 1.192 buah,
termasuk empat pulau besar yaitu Flores, Sumba, Timor
dan Alor (FLOBAMORA). Posisi geografis Provinsi Nusa
Tenggara Timur adalah sebelah Utara berbatasan dengan
laut Flores, sebelah Selatan dengan lautan Hindia, sebelah
Timur dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste
(RDTL) dan Laut Timor dan sebelah Barat dengan Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
Kedudukan Astronomis terletak pada 800—1200
Lintang Selatan dan 11800—12500 Bujur Timur. Selanjutnya
Nusa Tenggara Timur memiliki kondisi geografis yang
bervariasi, seperti Pulau Flores, Alor, Komodo, Solor,
23
Lembata dan pulau-pulau sekitarnya di jalur utara terbentuk
secara vulkanik. Sedangkan Pulau Sumba, Sabu, Rote,
Semau, Timor dan pulau-pulau sekitarnya di selatan
merupakan daerah karang, karena terbentuk dari dasar laut
yang terangkat ke permukaan. Dengan kondisi seperti ini
maka pulau-pulau yang terletak pada jalur vulkanik dapat
dikategorikan sebagai daerah yang subur, sedangkan
daerah karang pada umumnya kurang subur.
Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Provinsi
NTT tahun 2013 jumlah penduduk di Provinsi NTT tahun
2012 sebanyak 4.899.260 jiwa yang tersebar di 21
Kabupaten/Kota dengan angka pertambahan penduduk
sebesar 105.460 jiwa jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk tahun 2011 (4.793.800 jiwa). Sementara itu
Kabupaten/Kota pada tahun 2012 yang memiliki jumlah
penduduk yang tertinggi adalah kabupaten TTS sebesar
453.386 jiwa dan terrendah di Kabupaten Sumba Tengah
sebanyak 65.606 jiwa.
Penduduk Provinsi NTT pada tahun 2012 tercatat
sebanyak 4.899.260 jiwa tersebar di 21 Kabupaten/Kota.
Namun persebaran tersebut tidak merata, sekitar 35,54%
penduduk Provinsi NTT tinggal di lima Kabupaten/Kota,
yaitu : Timor Tengah Selatan, Belu, Kota Kupang dan Timor
24
Tengah Utara. Kabupaten/Kota pada tahun 2012 yang
memiliki kepadatan tertinggi adalah Kota Kupang 2008,7
jiwa/km2 dan kepadatan penduduk yang terendah di
Kabupaten Sumba Timur 34,0 jiwa/km2.
Populasi penduduk Kabupaten TTS dari tahun ke
tahun semakin meningkat karena bertambahnya angka
kelahiran dan mobilitas perpindahan penduduk yang
semakin meningkat, jumlah penduduk di Kabupaten TTS
sesuai dengan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Timor
Tengah Selatanpada tahun 2012 yaitu 453.386 jiwa (Situs
Resmi Kab.TTS, 2011).
Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis
kelamin perempuan lebih banyak dari penduduk berjenis
kelamin laki-laki. Hal ini tercermin dari angka ratio jenis
kelamin laki-laki yang lebih kecil dari 100. Berdasarkan data
penduduk tahun 2012 ada delapan Kabupaten yang
menunjukkan angka ratio jenis kelamin laki-laki lebih besar
dibanding.perempuan (≥100), yang berarti jumlah penduduk
laki-laki di delapan Kabupaten tersebut lebih besar dari
jumlah penduduk perempuan.
Timor Tengah Selatan (TTS) merupakan salah satu
dari empat Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) yang dikenal sebagai penghasil Cendana terbesar,
25
daerah ini mempunyai luas sekitar 3.995,88 km2 dengan
kepadatan penduduk 114/km2. Struktur pemerintahnya
dibagi dalam 228 desa, 12 kelurahan, dan 32 kecamatan.
Cuaca umum wilayah TTS adalah 4 bulan bsah
(Desember—April), dan 8 bulan kering (April—November).
Kedudukan Kabupaten TTS berbatasan dengan,
sebelah utara Kabupaten TTU (Timor Tengah Utara) dan
Ambenu (Timor Leste). Sebelah selatan dengan lautan
Indonesia, sebelah timur dengan Kabupaten Belu dan
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kupang.
Nama Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan
terjemahan dari pemberian nama oleh Belanda ‘Zuid
Middenj Timor’ (ZMT).