BAB II TINJAUAN TEORI -...
Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI -...
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Teknik Menyusui yang Benar
a. Pengertian
Beberapa pengertian menyusui dari beberapa sumber, antara lain:
1) Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam
pemberian makanan yang bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan
yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi (Anggraini, 2010).
2) Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi,
mengasuh bayi dengan penambahan makanan pelengkap pada
paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan
psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun – tahun
berikutnya (Varney, 2004).
b. Pembentukan Air Susu
Beberapa reflek yang berperan sebagai pembentukan dan
pengeluaran air susu (Anggraini, 2009), antara lain :
1) Reflek Prolaktin
Setelah seorang ibu melahirkan dan terlepasnya plasenta, fungsi
korpus loteum berkurang maka estrogen dan progesteronpun
berkurang. Dengan adanya hisapan bayi pada puting susu dan
10
areola akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik, rangsangan
ini dilanjtukan ke hipotalamus, hipotalamus akan menekan
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin
namun sebaliknya akan merangsang faktor-faktor tersebut
merangsang hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon
prolaktin. Hormon prolaktin akan merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat susu.
2) Reflek Let Down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan yang
berasal dari isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise
anterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran
darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat
menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadilah proses
involusi. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan merangsang
kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar
dari alveoli dan masuk kesistem duktulus yang untuk selanjutnya
mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
c. Mekanisme Menyusui
Untuk mendapatkan keberhasilan dalam menyusui
dibutuhkan 3 reflek intrinsik (Anggraini, 2009), antara lain :
1) Reflek mencari (Rooting Reflek)
Payudara yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada
11
bayi sehingga menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting
susu dan kemudian puting susu ditarik masuk kedalam mulut.
2) Reflek Menghisap
Teknik menyusui yang baik adalah seluruh areola payudara
sedapat mungkin semuanya masuk kedalam mulut bayi, tetapi hal
ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang mempunyai areola
yang besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya
menekan sinus laktiferus. Tidak dibenarkan bila rahang bayi hanya
menekan puting susu saja karena dapat menimbulkan puting susu
lecet.
3) Reflek Menelan
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan
gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga
pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan
mekanisme masuk ke lambung.
d. Posisi yang Benar dalam menyusui
Dalam menyusui yang benar ada beberapa macam posisi
menyusui (Sulistyowati, 2009), antara lain :
1) Posisi berbaring miring
Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau
bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada
ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi sesar. Yang harus
diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi
12
agar tidak tertutupi oleh payudara ibu. Oleh karena itu, ibu harus
selalu didampingi oleh orang lain ketika menyusui.
2) Posisi duduk
Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada
punggung ibu, dalam posisinya agak tegak lurus (900) terhadap
pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila
diatas tempat tidur atau dilantai, atau duduk dikursi.
e. Langkah-langkah menyusui yang benar
Berberapa langkah yang benar dalam menyusui bayi,
(Suradi dan Hesti, 2011), antara lain :
1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai
manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting
susu.
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
a) Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan ibu.
13
c) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang
satu di depan.
d) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya
saja.
4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek)
dengan cara:
a) Menyentuh pipi dengan puting susu, atau
b) Menyentuh sisi mulut bayi.
5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi.
a) Usahakan sebagian besar areola dimasukkan ke mulut bayi,
susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang
terletak dibawah areola.
b) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang
atau disangga lagi.
14
6) Melepas isapan bayi
Setelah menyusu pada satu payudara sampai terasa kosong,
sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas
isapan bayi :
a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut atau,
b) Dagu bayi ditekan kebawah.
7) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum
terkosongkan (yang dihisap terakhir).
8) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering
dengan sendirinya.
9) Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setelah
menyusui. Cara menyendawakan bayi :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau,
b) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan.
f. Langkah-langkah menyusui bayi kembar
Dalam menyusui bayi kembar terdapat beberapa posisi
untuk mencapai keberhasilan (Suradi dan Hegar, 2010), antara lain :
15
1) Double Football
Bayi dipegang seperti cara memegang bola disisi kanan dan kiri
tubuh ibu. Tangan ibu menopang kepala bayi dengan berbaring
dibawah tangan ibu. Banyak ibu menggunakan cara ini sampai
mereka benar-benar berpengalaman.
2) Double Cradle
Bayi dipegang seperti menyusui bayi tunggal, dimana ke-2 badan
bayi menyilang diatas perut ibu. Posisi ini biasa digunakan pada
ibu yang sudah berpangalaman dan bayi dapat mengontrol
kepalanya dengan baik.
3) Kombinasi Football dan Cradle (posisi sejajar)
Bayi pertama dipegang dengan cara football, sedangkan bayi yang
lain dipegang posisi cradle. Posisi ini biasa digunakan oleh ibu
dengan bayi triplet atau lebih, sehingga bayi terbiasa dan
mendapat asupan ASI yang cukup.
g. Tanda bayi menyusu dengan benar
Beberapa tanda bayi dalam menyusui dengan menggunakan
teknik menyusui yang benar (Bahiyatun, 2009).
1) Bayi tampak tenang.
2) Badan bayi menempel pada perut ibu
3) Mulut bayi terbuka lebar
4) Dagu menempel pada payudara ibu
5) Sebagian besar areola payudara masuk kedalam mulut bayi
16
6) Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan
7) Puting susu ibu tidak terasa nyeri
8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9) Kepala tidak menengadah.
h. Tanda bayi cukup ASI
Beberapa tanda bayi cukup ASI (Sulistyawati, 2009), antara lain :
1) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih
sampai kuning muda
2) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”
3) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur
cukup. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam
4) Payudara ibu merasa lembut dan kosong setiap kali selesai
menyusui
5) Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali selesai
menyusui
6) Bayi bertambah berat badannya.
i. Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya bayi disusui secara on demand karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila
bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,
kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
17
kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan
jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2
minggu kemudian (Suradi dan Hesti, 2011).
j. Masalah - masalah dalam pemberian ASI
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan
karena timbulnya beberapa masalah (Anggraini, 2010), antara lain :
1) Puting susu lecet
a) Penyebab
(1) Kesalahan dalam teknik menyusui yang benar
(2) Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim,dll untuk
mencuci puting susu
(3) Mungkin saja terjadi pada bayi yang frenulum lingue (tali
lidah yang pendek), sehingga menyebabkan bayi sulit
menghisap sehingga hisapannya hanya pada puting susu
(4) Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui
kurang hati-hati.
2) Payudara bengkak
a) Penyebab
Pembengkakan ini terjadi karena ASI tidak disusui secara
adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus
yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Pembengkakan bisa terjadi pada hari ketiga dan keempat
sesudah melahirkan.
18
b) Pencegahan
(1) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir
(2) Susukan bayi tanpa dijadwal
(3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi
ASI melebihi kebutuhan bayi.
(4) Melakukan perawatan payudara
3) Saluran susu tersumbat (obstruvtive duct)
Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus laktiferus,
dengan penyebabnya adalah :
a) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui
b) Pemakaian BH yang terlalu ketat
c) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul
tidak segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan.
4) Mastitis
Hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan oleh:
a) Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat
b) Puting lecet yang memudahkan masuknya kuman dan terjadi
payudara bengkak
c) BH yang terlalu ketat
d) Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah
terinfeksi.
19
5) Abses payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini
dikarenakan meluasnya peradangan payudara. Payudara tampak
merah mengkilap dan terdapat nanah sehingga perlu insisi untuk
mengeluarkannya.
6) Kelainan anatomis pada puting susu (puting tenggelam/datar)
Pada puting tenggelam kelainan dapat diatasi dengan perawatan
payudara dan perasat Hoffman secara teratur. Jika puting masih
tidak bisa diatasi maka untuk mengeluarkan ASI dapat dilakukan
dengan tangan/pompa kemudian dapat diberikan dengan
sendok/pipet.
2. Nifas
a. Pengertian
Beberapa pengertian masa nifas, antara lain:
Nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama
masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu (Bahiyatun, 2009).
Menurut (Sarwono, 2008), masa nifas (puerperium) adalah
dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
(42 hari) setelah itu.
b. Tahapan masa nifas
Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 tahapan (Yetti Anggraini, 2010),
antara lain :
20
1) Puerperium dini (immediate puerperium)
Waktu 0-24 jam post partum, yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam telah
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium intermedial (early puerperium)
Waktu 1-7 hari post partum, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium (later puerperium)
Waktu 1-6 minggu post partum, yaitu waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa
berminggu-minggu, bulan atau tahun.
c. Perubahan psikologi masa nifas
Perubahan psikologi yang terjadi pada masa nifas dibagi
menjadi 3 tahap (Anggraini, 2010), antara lain :
1) Taking in (1-2 hari post partum)
Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada
dirinya, tubuhnya sendiri. Mengulang-ulang menceritakan
pengalaman proses bersalin yang dialami.
2) Taking hold (2-4 hari post partum)
Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan
khawatir tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat bayinya.
21
3) Letting go
Pada masa ini pada umumnya ibu sudah pulang dari RS. Ibu
mengambil tanggung jawab untuk merawat bayinya.
3. Penyuluhan Kesehatan
a. Pengertian
Menurut Azwar dalam Machfoedz (2005) penyuluhan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan
dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan
bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan.
b. Tujuan
Menurut Azwar dalam Machfoedz (2005), membagi tujuan
pendidikan kesehatan menjadi 3, antara lain :
1) Terciptanya perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu
yang bernilai di masyarakat.
2) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya
sendiri maupun kelompok.
3) Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan
kesehatan yang ada secara tepat.
22
c. Tahap Penyuluhan Kesehatan
Menurut Machfoedz (2005), mengubah perilaku seseorang
tidak mudah, maka pendidikan kesehatan harus melalui 4 tahap, antara
lain:
1) Tahap sensitisasi
Pada tahap ini memberikan informasi dan kesadaran pada
masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan
kesehatan.
2) Tahap publisitas
Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitisasi, yaitu
menjelaskan lebih lanjut jenis atau macam pelayanan kesehatan.
3) Tahap edukasi
Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah
sikap serta mengarahkan kepada perilaku yang diinginkan oleh
kegiatan tersebut.
4) Tahap motivasi
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap edukasi. Perorangan
atau masyarakat setelah mengikuti pendidikan kesehatan, benar-
benar mengubah perilaku sehari-harinya, sesuai dengan perilaku
yang dianjurkan oleh pendidikan kesehatan pada tahap ini.
d. Sasaran penyuluhan kesehatan
Menurut Machfoedz (2005), sasaran pendidikan kesehatan
di Indonesia, berdasarkan program pembangunan Indonesia, adalah :
23
1) Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.
2) Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda,
remaja,. Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok
lembaga pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi,
sekolah agama, swasta maupun negeri.
e. Metode penyuluhan kesehatan
Menurut Machfoedz (2005), metode yang digunakan pada
aplikasi pendidikan kesehatan adalah belajar-mngajar. Pada garis
besarnya metode tersebut dibagi 2 macam, antara lain :
1) Metode didaktik
Metode ini didasarkan pada cara satu atau one way method.
Pendidik aktif dan peserta didik pasif. Kelemahannya, sulit
dievaluasi keberhasilannya. Contohnya siaran radio, tulisan
dimedia cetak, tv, film.
2) Metode sokratik
Metode ini adalah metode dua arah atau two-way trafic method.
Dengan demikian peserta didik dapat aktif dan kreatif. Contohnya
diskusi kelompok, diskusi panel, role playing, demonstrasi dan
lain-lain.
f. Media pendidikan kesehatan
Menurut Machfoedz (2005), media pendidikan kesehatan
adalah alat bantu pendidikan untuk menyampaikan kesehatan karena
alat-alat tersebut dapat digunakan untuk mempermudah penerimaan
24
pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan fungsinya media
pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3, antara lain :
1) Media cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan atau
informasi kesehatan sangat bervariasi antara lain booklet, leaflet,
flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik (tulisan pada
surat kabar atau majalah), poster, foto.
2) Media elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-
pesan atau informasi kesehatan jenisnya berbeda-beda, antara lain
: televisi, radio, video dan slide.
3) Media papan (Bill board)
Papan yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi
dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media
papan diisi juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada
lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum.
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluhan
Menurut Machfoedz (2005), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi penyuluhan, antara lain:
1) Faktor Manusia
Faktor ini bisa menyangkut penyuluh maupun sasaran.
Hal ini berperan disini adalah :
25
a) Kematangan
Termasuk kematangan fisik, psikis, dan sosial.
b) Pengetahuan yang diperoleh sebelumnya
Sejauh mana pengetahuan yang diperoleh baik penyuluh
maupun sasaran sangat berpengaruh pada penyuluhan. Tentu
akan lebih baik penyuluh maupun sasaran telah banyak
memperoleh pengetahuan yang sedang dipelajari.
c) Motivasi
Bila penyuluh dan sasaran sama-sama memilik motivasi yang
tinggi terhadap materi yang sedang dipelajari tentu hasilnya
lebih baik daripada sebaliknya.
2) Faktor beban tugas dan materi penyuluhan
a) Bentuk beban tugas
b) Banyaknya materi beban tugas
Bila beban tugas banyak dan kompleks tentu akan lebih berat
daripada yang materi penyuluhan yang hanya sedikit dan
sederhana.
c) Jelas
Materi yang jelas maka penyuluhan dapat dipahami dengan
baik
d) Lingkungan
Lingkungan masyarakat menentang beban tugas pendidikan
tentu akan sulit berhasil baik
26
4. Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku
baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang
berurutan), yakni :
1) Awareness (Kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2) Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3) Evaluation (Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap reponden sudah lebih
baik lagi.
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulan.
27
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-
tahap diatas (Notoadmodjo, 2007).
b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, antara lain :
1) Tahu (know)
Tahu telah diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajri sebelumnya.
2) Memahami (komprehensif)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
28
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusum formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
c. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme
yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas daripada
manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu
respon seseorang (organisme) terhadap stimulasi yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan. Blum (1986) menyatakan ada 4 faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan pada manusia yaitu genetik
(hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007)
ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun
kelompok sebagai berikut :
1) Faktor yang mempermudah (Predisposing factor) yang mencakup
pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain
yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat yang
berkaitan dengan kesehatan.
29
2) Faktor pemungkin (Enabling factor) mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana, misalnya air bersih, tempat pembuangan
sampah, dll. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat
desa, dokter dan bidan. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung
atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan.
3) Faktor pendorong (Reinforcing factor) yaitu faktor yang
memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan
adanya sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas
kesehatan.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah :
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pada umumnya, semakin
tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah untuk
mendapatkan informasi (Wawan dan Dewi, 2010).
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga (Wawan dan
Dewi, 2010).
30
3) Umur
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berpikir (Wawan dan Dewi, 2010).
4) Pengalaman
Pengetahuan dapat berasal dari pengalaman, baik dari pengalaman
pribadi maupun pengalaman yang berasal dari orang lain,
pengalaman di anggap pengetahuan yang paling benar.
5) Ekonomi (pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder,
keluarga yang status ekonomi baik akan lebih tercukupi bila
dibanding dengan keluarga yang status ekonominya rendah. Hal
ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi
pendidikan yang termasuk dalam kebutuhan sekunder.
6) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
7) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
8) Paparan Media Massa dan Informasi
Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik
sebagai alat informasi yang diterima oleh masyarakat. Sehingga
31
masyarakat yang lebih banyak mendapatkan informasi dari media
massa seperti tevisi, radio, majalah, Koran dan lainnya akan
memperoleh informasi dan pengetahuan yang lebih banyak dari
pada yang tidak pernah terpapar media sama sekali (Notoatmodjo,
2005).
32
B. Kerangka Teori
Keterangan : yang diteliti
yang tidak diteliti
Bagan 2.1 Kerangka teori
Sumber : Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Perilaku
Proses Perubahan
Predisposing factors
1.
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Tradisi
5. Nilai
Enabling factors
Ketersediaan sumber-
sumber/fasilitas
Reinforcing factors
Sikap dan perilaku
petugas
Komunikasi/
penyuluhan
Pemberdayaan
masyarakat
Training
Pendidikan kesehatan
(Promosi kesehatan)
Pengetahuan
33
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Ada perbedaan pengetahuan ibu nifas tentang teknik menyusui yang benar
sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.
Sebelum penyuluhan
tentang teknik
menyusui yang benar
Pengetahuan ibu
nifas tentang teknik
menyusui yang benar Sesudah penyuluhan
tentang teknik
menyusui yang benar