BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI...

15
8 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Rusdiyanto (2010) menjelaskan tentang analisis kinerja dengan pendekatan balance scorecard pada PDAM kabupaten Semarang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil pengukuran untuk perspektif keuangan, yaitu Current Ratio, Profit Margin, Operating Ratio, diperoleh hasil bahwa kinerja perusahaan bias dikatakan baik, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hasil pengukuran kinerja perspektif pelanggan terhadap tingkat pemerolehan pelanggan, tingkat retensi pelanggan, tingkat profitabilitas pelanggan, serta tingkat kepuasan pelanggan menunjukkan tingkat kinerja yang baik dan hanya retensi pelanggan yang mengalami penurunan. Hasil pengukuran perspektif internal bisnis, yaitu inovasi perusahaan dan layanan purna jual, secara keseluruhan kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang baik. Hasil pengukuran perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, mengenai produktifitas karyawan dan retensi karyawan dapat dikatakan cukup. Sementara tingkat kepuasan karyawan juga menunjukkan hasil yang cukup baik, meskipun ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Hasil pengujian validitas pada tingkat kepuasan karyawan dapat dismpulkan bahwa dari keenam karakteristik pengukuran, yaitu kebijakan perusahaan, motivasi bekerja, akses informasi dan komunikasi, kondisi fisik perusahaan, kepemimpinan dan beban kerja dengan gajimenunjukkan hasil valid. Sementara hasil pengujian terhadap uji reliabilitas juga menunjukkan hasil yang cukup reliable.

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI...

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA

    A. Penelitian Terdahulu

    Rusdiyanto (2010) menjelaskan tentang analisis kinerja dengan pendekatan

    balance scorecard pada PDAM kabupaten Semarang. Hasil penelitian tersebut

    menunjukkan hasil pengukuran untuk perspektif keuangan, yaitu Current Ratio,

    Profit Margin, Operating Ratio, diperoleh hasil bahwa kinerja perusahaan bias

    dikatakan baik, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hasil pengukuran

    kinerja perspektif pelanggan terhadap tingkat pemerolehan pelanggan, tingkat

    retensi pelanggan, tingkat profitabilitas pelanggan, serta tingkat kepuasan

    pelanggan menunjukkan tingkat kinerja yang baik dan hanya retensi pelanggan

    yang mengalami penurunan. Hasil pengukuran perspektif internal bisnis, yaitu

    inovasi perusahaan dan layanan purna jual, secara keseluruhan kinerja perusahaan

    menunjukkan hasil yang baik. Hasil pengukuran perspektif pembelajaran dan

    pertumbuhan, mengenai produktifitas karyawan dan retensi karyawan dapat

    dikatakan cukup. Sementara tingkat kepuasan karyawan juga menunjukkan hasil

    yang cukup baik, meskipun ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Hasil

    pengujian validitas pada tingkat kepuasan karyawan dapat dismpulkan bahwa dari

    keenam karakteristik pengukuran, yaitu kebijakan perusahaan, motivasi bekerja,

    akses informasi dan komunikasi, kondisi fisik perusahaan, kepemimpinan dan

    beban kerja dengan gajimenunjukkan hasil valid. Sementara hasil pengujian

    terhadap uji reliabilitas juga menunjukkan hasil yang cukup reliable.

  • 9

    Yasa (2011) menjelaskan tentang pengukuran kinerja dengan konsep

    balance scorecard pada rumah sakit umum Parama Sidhi Singaraja. Hasil penelitian

    tersebut menunjukkan hasil pengukuran untuk perspektif keuangan dilihat dari segi

    Current Ratio, ROI, Profit Margin, Operating Ratio mengalami beberapa

    peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2011, namun Current Ratio mengalami

    penurunan dari tahun sebelumnya. Hasil pengukuran untuk perspektif pelanggan,

    dilihat dari tingkat perolehan pelanggan, tingkat retensi pelanggan, tingkat

    kepuasan pelanggan, dan propabilitas pelanggan menunjukkan tingkat kinerja yang

    kurang baik dari tahun 2010 sampai tahun 2011. Hasil pengukuran untuk perspektif

    internal bisnis yaitu inovasi, layanan purna jual dan menggunakan standar

    pelayanan rumah sakit menunjukkan beberapa peningkatan dan sesuai standar

    namun perlunya adanya inovasi. Hasil pengukuran untuk perspektif pembelajaran

    dan pertumbuhan dilihat dari retensi karyawan, kepuasan karyawan, produktifitas

    karyawan menunjukkan kinerja yang mulai meningkat dari tahun 2010 sampai

    tahun 2011.

    Kristianingsih (2011) menganalisis tentang kinerja perusahaan dengan

    metode balanced scorecard(studi kasus padaa rumah sakit umum daerah tugurejo

    semarang. hasil penelitiannya sebagai berikut, diperoleh pada tahun 2009 dan 2010

    secara rata-rata kinerja pada perspektif keuangan kurang baik karena masih adanya

    keborosan dalam penggunaan anggaran, sedangkan kinerja pada perspektif

    pelanggan, perspektif proses internal bisnis serta perspektif pembelajaran dan

    pertumbuhan secara keseluruhan sudah cukup baik.

  • 10

    Keterkaitan antara peneliti ini dengan peneliti terdahulu adalah sama-sama

    menggunakan metode balance scorecard, dan mengkaji segala aspek dalam balance

    scorecard dari aspek perspektif pembelajaran dan pertumbuhan perspektif bisnis

    internal, perspektif pelanggan dan perspektif keuangan. Namun adapun juga

    perbedaannya yaitu diantaranya tahun pengerjaannya, data yang digunakan dan

    tempat penelitiannya. Penelitian ini dilakukan di RSUD Kanjuruhan Malang

    dengan menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan, jumlah pasien,

    jumlah karyawan yang detraining, dan daftar absensi karyawan tahun 2010 sampai

    2012. Sedangkan perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu Yasa (2012)

    penelitian ini dilakukan dirumah sakit umum Parama Sidhi Singaraja dengan

    menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2010 dan 2011,

    wawancara dan kuesioner. Rusdiyanto (2010) penelitian ini dilakukan di PDAM

    kabupaten Semarang dengan menggunakan data laporan keuangan tahun 2006

    sampai 2008, selain laporan keuangan juga menggunakan kuisioner dengan dua

    responden yaitu karyawan dan pelanggan. Kristianingsih (2011) penelitian ini

    dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang dengan menggunakan data sekunder

    berupa laporan keuangan tahun 2009 dan 2010 dan juga menggunakan kuisioner.

    Landasan Teori

    1) Pengukuran Kinerja

    Terdapat beberapa pandangan para pakar tentang pengertian pengukuran

    kinerja dan manajemen kinerja. Manajemen merupakan suatu proses perencanaan,

    pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi pekerjaan anggota organisasi dan

    menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan

  • 11

    organisasi yang dinyatakan dengan jelas. Terdapat pula pendapat yang menyatakan

    manajemen sebagai suatu proses untuk membuat aktivitas terselesaikan secara

    efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisiensi menunjukan antara

    input dan output dengan mencari sumber daya minimum, sedangkan efektif

    menunjukan makna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan

    demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses penggunaan sumber

    daya organisasi dengan menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi

    secara efisien dan efektif.

    Sementara itu, pengertian performance sering diartikan sebagai kinerja, hasil kerja

    atau prestasi kerja. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan. Kinerja adalah

    tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kinerja merupakan

    hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi,

    kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi ekonomi.

    Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian

    kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan

    sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam

    menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan

    jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan

    terpuaskan).

    2) Tujuan dalam Pengukuran Kinerja

    Bersifat Development penilai harus menyelesaikan :

    a. Prestasi riil yang dicapai individu

    b. Kelemahan-kelamahan individu yang menghambat kinerja

  • 12

    c. Prestasi-prestasi yang dikembangkan.

    3) Manfaat Pengukuran Kinerja

    a) Untuk Mengevaluasi, yakni untuk mengevaluasi seberapa baik suatu

    organisasi berkinerja.

    b) Untuk Mengendalikan, manajer memiliki kebutuhan untuk memastikan

    bahwa bawahan mereka telah melakukan pekerjaan mereka secara benar.

    Organisasi pun menciptakan sistem pengukuran yang menentukan tindakan

    tertentu apa yang harus dilakukan oleh karyawan. Setelah itu, mereka pun

    mengevaluasi apakah sang karyawan betul-betul telah melakukan apa yang

    telah ditugaskan kepada mereka dan membandingkannya dengan standar

    kinerja.

    c) Untuk Menganggarkan, anggaran adalah perangkat mentah untuk

    meningkatkan kinerja. Kinerja yang buruk tidak selalu berubah menjadi

    baik ketika dilakukan pemotongan anggaran sebagai tindakan disipliner.

    Terkadang penaikan anggaran lah yang menjadi jawaban untuk peningkatan

    kinerja.

    d) Untuk Memotivasi, para karyawan perlu diberikan target yang signifikan

    untuk mereka raih dan lalu menggunakan ukuran kinerja termasuk target

    antara untuk memfokuskan energi para karyawan dan memberikan perasaan

    telah mencapai sesuatu. Target kinerja juga bisa mendorong munculnya

    kreativitas dalam mengembangkan cara-cara yang lebih baik untuk

    mencapai suatu tujuan.

  • 13

    e) Untuk Merayakan, organisasi perlu memperingati prestasi-prestasi yang

    mereka raih, karena ritual semacam peringatan ini bisa mengikat orang-

    orang yang ada di dalam tim, memberikan mereka perasaan terikat.

    Perayaan merupakan aktivitas yang mengeksplisitkan pengakuan atas

    prestasi dan pencapaian.

    f) Untuk Bisa Belajar, pembelajaran merupakan suatu hal yang dibutuhkan

    oleh organisasi untuk bisa terus berkembang. Pembelajaran ini bisa didapat

    dengan mengevaluasi kinerja sendiri, semisal degan mengidentifikasi apa-

    apa saja yang berhasil dan yang tidak. Dengan mengevaluasi hal ini,

    organisasi akan bisa pelajari alasan di balik kinerja baik dan buruk.

    g) Untuk Mengembangkan, organisasi harus belajar tentang apa-apa yang

    harus dilakukan secara berbeda untuk memperbaiki kinerja. Oleh karenanya

    organisasi membutuhkan umpan balik untuk menilai kesesuaian rencana

    dan arahan serta target sehingga bisa didapatkan pengertian mana-mana saja

    perihal yang perlu diperbaiki dan dikembangkan.

    Untuk mengukur kinerja, dapat digunakan beberapa ukuran kinerja. Beberapa

    ukuran kinerja yang meliputi; kuantitas kerja, kualitas kerja pengetahuan tentang

    pekerjaan, kemampuan mengemukakan pendapat, pengambilan keputusan,

    perencanaan kerja dan daerah organisasi kerja. Ukuran prestasi yang lebih

    sederhana terdapat tiga kriteria untuk mengukur kinerja, pertama; kuantitas kerja,

    yaitu jumlah yang harus dikerjakan, kedua, kualitas kerja, yaitu mutu yang

    dihasilkan, dan ketiga, ketepatan waktu, yaitu kesesuaiannya dengan waktu yang

    telah ditetapkan.

  • 14

    3) Penilaian Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Balanced Scorercard

    Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam

    perusahaan. Selain digunakan untuk nilai keberhasilan perusahaan, pengukuran

    kinerja juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem imbalan

    dalam perusahaan, misalnya untuk menentukan tingkat gaji karyawan maupun

    reward yang layak.

    Pihak manajemen juga dapat menggunakan pegukuran kinerja perusahaan sebagai

    alat uruk mengevaluasi pada periode yang lalu. Balance Scorecard merupakan suatu

    ukuran yang cukup komprehensif dalam mewujudkan kinerja, yang mana

    keberhasilan keuangan yang dicapai perusahaan bersifat jangka panjang.

    Balance Scorecard tidak hanya sekedar alat pengukur kinerja perusahaan akan

    tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategi secara total kepada seluruh

    tingkatan dalam organisasi. Dengan pengukuran kinerja yang komprehensif tidak

    hanya merupakan ukuran-ukuran keuangan tetapi penggabungan ukuran-ukuran

    keuangan dan non keuangan maka perusahaan dapat menjalankan bisnisnya degan

    lebih baik. Penilaian kinerja dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk:

    a) Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui

    permotivasian karyawan secara maksimum.

    b) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan

    karyawannya seperti promosi, pemberhentian dan mutasi.

    c) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan

    untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan

    karyawan.

  • 15

    d) Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan

    mereka menilai kinerja mereka.

    e) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

    BSC pertama kali dikembangkan dan digunakan pada perusahaan Analog

    Devices pada tahun 1987. Pada tahun 1992, Kaplan S Robert dan David P Norton

    mulai mempublikasikan kartu skop berimbang melalui rangkaian artikel-artikel

    jurnal dan buku The Balance Scorecard pada tahun 1996. Balance Scorecard

    memberi organisasi elemen yang dibutuhkan untuk berpundah dari paradigma

    melalui finansial menuju model baru yang mana hasil sore card menjadi titik awal

    untuk mereview, mempertanyakan, dan belajar tentang strategi yang dipunya.

    Balance scorecard akan menerjemahkan visi dan strategi kedalam serangkaian

    ukuran koheren dalam empat perspektif yang berimbang. Kita akan dengan cepat

    bisa dapatkan informasi untuk dipertimbangkan lebih dari sekedar ukuran

    Financial. Keempat kunci pengukuran adalah keuangan, pelanggan, proses bisnis

    dan pertumbuhan. (Financial, Customer, Internal Business Process dan Learning

    and Growth) semua ini harus dijabarkan dalam sebuah matriks: sasaran yang ingin

    dicapai, bagaimana dan apa yang perlu diukur, pada targetnya, dan apa tindakan

    yang perlu dilakukan untuk mencapai itu.

    Balance scorecard sebenarnya adalah sebuah sistem pengukuran kinerja.

    Pertama kali diajukan pada tahun 1992 dalam sebuah artikel di Harvard Business

    Review, sebagai perbaikan terhadap pengukuran kinerja yang hanya berpusat pada

    kinerja keuangan saja. Indikator-indikator kinerja pada metode BSC sangat

  • 16

    bergantung pada rencana strategi dan pimpinan yang menjabat pada tahun

    berlangsung.

    Balance score card mengarahkan manajemen untuk melihat suatu bisnis dari empat

    perspektif, yaitu:

    I. Financial perspective:

    Balance score card menggunakna tolak ukur kinerja keuangan, seperti laba bersih

    dan ROI (Return on Inevstment), karena tolak kuat tersebut secara umum

    digunakan dalam organisasi yang mencari keuntungan atau profit. Tolak ukur

    keuangan memberikan bahasa umum untuk menganalisis perusahaan. Orang-orang

    yang menyediakan dana untuk perusahaan, seperti lembaga keuangan dan

    pemegang saham, sangat mengandalkan tolok ukur kinerja keuangan dalam

    memutuskan hal yang berhubungan dengan dana. Tolok ukur keuangan yang

    didesain dengan baik dapat memberikan gambaran yang akuran untuk keberhasilan

    suatu organisasi.

    Tolak ukur keuangan adalah penting, akan tetapi tidak cukup untuk

    mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai (value). Tolok ukur nonkeuangan

    juga tidak memadai untuk menyatakan angka paling bawah (bottom Iine). Balance

    score card mencari suatu keseimbangan dari tolok ukur kinerja yang multiple-baik

    keuangan maupun nonkeuangan untuk mengarahkan kinerja organisasional

    terhadap keberhasilan.

    II. Customer Perspective:

    Perspektif pelanggan berfokus pada bagaimana organisasi memperhatikan

    pelanggannya agar berhasil. Mengetahui pelanggan dan harapan mereka tidaklah

  • 17

    cukup, suatu organisasi juga harus memberikan intensif kepada manajer dan

    karyawan yang dapat memnuhi harapan pelanggan. Bill Marot mengatakan “Take

    Care of iur employee Ana The tauke Care of iur Customs”. Perhatikan karyawan

    anda dan mereka akan memperhatikan pelanggan anda. Perusahaan antara lain

    menggunakan tolok ukur kinerja berikut, pada waktu mempertimbangkan

    perspektif pelanggan yaitu:

    1. Kepuasan pelanggan (customer satisfication)

    Tolok ukur kepuasan pelanggan apakah perusahaan memenuhi harapan pelanggan

    atau sebaliknya, formulir kepuasan pelanggan sering tersedia di restoran, hotel,

    bengkel kendaraan.

    2. Retensi pelanggan (customer retention)

    Tolok ukur retensi atau loyalitas pelanggan menunjukkan bagaimana baiknya

    perusahaan berusaha memperhatikan pelanggannya. Secara umum dikatakan

    bahwa dibutuhkan 5x lebih banyak untuk memperoleh seorang pelanggan baru

    daripada mempertahankan seorang pelanggan lama.

    3. Pangsa pasar (Market share)

    Pangsa pasar mengukur proporsi perusahaan dari total usaha dalam pasar tertentu.

    4. Pelanggan yang profitable

    Untuk perusahaan yang mencari profit/keuntungan, hal yang digarisbawahi

    (bottom line) adalah pelanggan yang profitable, yaitu pelanggan yang memberikan

    keuntungan kepada perusahaan. Mempunyai pelanggan yang puas dan setia dari

    pangsa pasar yang besar adalah baik, akan tetapi pencapaian tersebut tidak

    menjamin kemampuan pelanggan dalam memberi keuntungan kepada perusahaan.

  • 18

    Kepuasan pelanggan yang lebih baik mengarah pada peningkatan jumlah

    pelanggan yang profitable.

    III. Internal Business Process Perspective:

    Terdapat hubungan sebab akibat antara perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

    dengan perspektif usaha internal dan proses produksi. Karyawan yang melakukan

    pekerjaan merupakan sumber ide baru yang terbaik untuk proses usaha yang lebih

    baik. Hubungan pemasok adalah kritikal untuk keberhasilan, khususnya dalam

    usaha eceran dan perakitan manufacturing. Perusahaan tergantung pemasok

    engirimkan barang dan jasa tepat pada waktunya, dengan harga yang rendah dan

    dengan mutu yang tinggi. Perusahaan dapat berhenti berproduksi apabila terjadi

    problema dengan pemasok.

    Pelanggan menilai barang dan jasa yang diterima dapat diandalkan dan tepat

    pada waktunya. Pemasok dapat memuaskan pelanggan apabila mereka memang

    jumlah persediaan yang banyak untuk meyakinkan pelanggan bahwa barang-

    barang yang diminati tersedia di tangan. Akan tetapi biaya penanganan dan

    penyimpanan persediaan menjadi tinggal, dan kemungkinan mengalami keusangan

    persediaan. Untuk menghindari persediaan yang berlebihan, alternatif yang

    mungkin adalah membuat pemasok mengurangi throughput time. Throughput time

    adalah total waktu dari waktu pesanan diterima oleh perusahaan sampai dengan

    pelanggan menerima produk. Memperpendek trhoughput time dapat berguna

    apabila pelanggan menginginkan barang dan jasa segera mungkin.

    IV. Learning and Growth Perspective:

  • 19

    Untuk tujuan insentif, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berfokus pada

    keampuan manusia. Manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan

    kemampuan karyawan. Tolok ukur kunci untuk menilai kinerja manajer adalah

    kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan. Kepuasan

    karyawan mengakui bahwa moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki

    produktivitas, mutu, kepuasan pelanggan, dan ketanffapan terhadap situasi.

    Manajer dapat mengukur kepuasan karyawan dengan mengirim survei,

    mewawancarai karyawan, mengamati karyawan pada saat bekerja.

    4) Alasan dan Manfaat Penggunaan Balance scored Sebagai Alat Ukur Kinerja

    Perusahaan

    Dari uraian teori yang telah dibahas sebelumnya tentang pengukuran kinerja

    menggunakan Balance Scoreard, berikut merupakan alasan peneliti menggunaka

    metode SBC sekaligus merupakan manfaat dan keunggulan dari Balance

    Scorecard. Keunggulan Balanced scorecard dalam konsep pengukuran kinerja yang

    memiliki karakteristik sebagai berikut:

    a) Komprehensif : Sebelum konsep Balanced Scorecard ditemukan,

    perusahaan beranggapan bahwa perspektif keuangan adalah perspektif yang paling

    tepat untuk mengukur kinerja perusahaan. Setelah keberhasilan Balanced

    Scorecard, para eksekutif perusahaan baru menyadari output yang dihasilkan oleh

    perspektif keuangan sesungguhnya merupakan hasil dari tiga perspektif lainnya,

    yaitu pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran pertumbuhan. Dengan

    adanya perluasan pengukuran ini diharapkan manfaat yang diperoleh oleh

  • 20

    perusahaan adalah pelipatgandaan keuangan di jangka panjang dan meningkatkan

    kemampuan perusahaan untuk memasuki arena bisnis yang kompleks.

    b) Koheren : Balanced Scorecard mewajibkan personal untuk membangun

    hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran yang dihasilkan dalam

    perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik yang ditetapkan dalam perspektif

    non keuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan baik

    secara langsung maupun tidak langsung.

    c) Seimbang : Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan dalam empat

    perspektif meliputi jangka pendek dan panjang berfokus pada faktor internal dan

    eksternal. Keseimbangan dalam Balanced Scorecard juga tercermin dengan

    selarasnya scorecard personal staf dengan scorecard perusahaan sehingga setiap

    personal yang ada dalam perusahaan bertanggung jawab untuk memajukan

    perusahaan.

    d) Terukur : Dasar pemikiran bahwa setiap perspektif dapat diukur adalah

    adanya keyakinan bahwa “if we can measure it, we can manage it, if we can manage

    it, we can achieve it”. Sasaran strategik yang sulit diukur seperti pada perspektif

    pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan dengan

    menggunakan Balanced Scorecard dapat dikelola sehingga dapat diwujudkan.

    Dalam prakteknya penerapan konsep Balanced Scorecard ini tidaklah semudah

    yang diperkirakan karena penerapan konsep ini membutuhkan suatu komitmen dari

    manajemen pusat maupun karyawan yang terlibat dalam organisasi. Sebagian besar

    perusahaan atau organisasi mengalami kesulitan pendeteksian terhadap keselarasan

    aktivitas dan strategi perusahaan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh

  • 21

    organisasi dalam jangka panjang. Sasaran strategi dalam perspektif pelanggan,

    proses internal bisnis serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan sasaran

    yang tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan Balanced Scorecard sasaran di

    ketiga perspektif tersebut menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategi non-

    keuangan, sehingga kinerja keuangan dapat berlipat ganda.

    Balanced scorecard merupakan alat manajemen yang digunakan untuk

    mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja. Oleh karena

    organisasi pada dasarnya adalah institusi pencipta kekayaan, penggunaan Balanced

    Scorecard dalam pengelolaan menjanjikan peningkatan signifikan kemampuan

    organisasi dalam menciptakan kekayaan.

  • 22