BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda...

24
BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teori 1. Acute Limpoblastik Leukimia (ALL) a. Pengertian Leukemia akut merupakan suatu penyakit yang serius, berkembang dengan cepat, dan apabila tidak diterapi dapat menyebabkan kematian dalam waktu beberapa minggu atau bulan. Leukemia akut dapat mempengaruhi jalur perkembangan sel limfoid (leukemia limfoblastik akut atau acute lymphoblastic leukemia (ALL) atau jalur perkembangan sel myeloid (leukemia myeloid akut atau acute myeloid leukemia (AML) (Davey, 2011). Leukemia ditandai oleh proliferasi ganas sel darah putih abnormal (sel blas) dalam sumsum tulang (Meadow & Newell, 2009). Leukemia merupakan neoplasma ganas sel darah putih (leukosit) yang ditandai dengan bertambah banyaknya sel darah putih abnormal dalam aliran darah. Terjadinya produksi sel-sel darah putih yang masih muda dengan cepat, berlebihan, dan tidak berfungsi. Sel-sel tersebut berinfiltrasi secara progresif ke dalam jaringan tubuh, terutama pada sumsum tulang. Hasl tersebut mengakibatkan sumsum tulang rusak dan kehilangan fungsinya untuk membuat sel darah merah (eritrosit) normal, sel darah putih normal, dan platelets. Sebagai akibat dari http://repository.unimus.ac.id

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda...

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Acute Limpoblastik Leukimia (ALL)

a. Pengertian

Leukemia akut merupakan suatu penyakit yang serius,

berkembang dengan cepat, dan apabila tidak diterapi dapat

menyebabkan kematian dalam waktu beberapa minggu atau bulan.

Leukemia akut dapat mempengaruhi jalur perkembangan sel limfoid

(leukemia limfoblastik akut atau acute lymphoblastic leukemia (ALL)

atau jalur perkembangan sel myeloid (leukemia myeloid akut atau acute

myeloid leukemia (AML) (Davey, 2011). Leukemia ditandai oleh

proliferasi ganas sel darah putih abnormal (sel blas) dalam sumsum

tulang (Meadow & Newell, 2009).

Leukemia merupakan neoplasma ganas sel darah putih (leukosit)

yang ditandai dengan bertambah banyaknya sel darah putih abnormal

dalam aliran darah. Terjadinya produksi sel-sel darah putih yang masih

muda dengan cepat, berlebihan, dan tidak berfungsi. Sel-sel tersebut

berinfiltrasi secara progresif ke dalam jaringan tubuh, terutama pada

sumsum tulang. Hasl tersebut mengakibatkan sumsum tulang rusak dan

kehilangan fungsinya untuk membuat sel darah merah (eritrosit)

normal, sel darah putih normal, dan platelets. Sebagai akibat dari

http://repository.unimus.ac.id

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

kegagalan membuat sel darah merah maka dapat mengakibatkan

anemia. Kurangnya sel darah putih yang normal dapat mengakibatkan

penurunan kekebalan tubuh terhadap infeksi dan gagalnya produksi

platelets dapat mengakibatkan perdarahan yang gawat (Wijayakusuma,

2012).

b. Prevalensi

ALL lebih sering terjadi pada anak-anak, dengan insidensi yang

paling tinggi pada usia 4 tahun. Pemaparan terhadap obat sitotoksik,

radiasi, dan beberapa zat kimia seperti benzena meningkatkan

kemungkinan terjadinya leukemia akut (Davey, 2011). Leukemia

limfoblastik akut terjadi pada 85% kasus, lebih sering muncul pada

anak laki-laki dan insidensi puncak terjadi antara usia 2 sampai 5 tahun

(Meadow & Newell, 2009).

c. Etiologi

Pada sebagian besar pasien, penyebab leukemia akut tidak dapat

ditentukan, walaupun infeksi dapat berperan dalam terjadinya ALL

pada masa kanak-kanak (Davey, 2011). Menurut Wijayakusuma (2012)

leukemia limfositik akut lebih sering terjadi pada anak-anak, akan tetapi

penyebabnya belum diketahui secara pasti, kemungkinan besar faktor

pendorongnya adalah kombinasi virus genetik, faktor imunologik, tidak

tahan terhadap radiasi dan beberapa zat kimia.

http://repository.unimus.ac.id

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

d. Manifestasi klinik

Gejala yang dapat timbul pada leukemia akut, yaitu perdarahan

yang abnormal seperti mimisan, perdarahan gusi, mudah mengalami

memar, adanya bintik merah dan cokelat tua, anemia, berat badan

menurun, badan terasa tidak enak, lemah, lelah, kehilangan energi,

denyut jantung cepat, sakit pada tulang atau lambung, dan rentan

terhadap infeksi (Wijayakusuma, 2012).

e. Penatalaksanaan

Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan sumsum tulang. Sel

blas juga dapat dilihat dalam darah perifer. Anak dengan hitung jumlah

sel darah putih total kurang dari 50 X 109/L saat diagnosis memiliki

prognosis baik, sementara anak dengan jumlah lebih dari 100 X 109/L

memiliki prognosis yang lebih buruk. Terapi awal terdiri dari induksi

kemoterapi yang bertujuan mencapai remisi (didefinisikan sebagai sel

blas kurang dari 5% pada pemeriksaan sumsum tulang). Dalam satu

bulan sejak dimulai kemoterapi 95% anak akan mencapai remisi.

Leukemia meningeal merupakan komplikasi yang sering terjadi,

sehingga induksi kemoterapi harus diikuti dengan metotreksat

intratekal, kadang dengan radiasi kranial. Remisi dipertahankan dengan

siklus kemoterapi intermiten selama 2 tahun. Dengan terapi agresif

modern, 70% anak akan tetap bebas penyakit 5 tahun setelah diagnosis.

Relaps jarang terjadi sesudahnya (Meadow & Newell, 2009).

http://repository.unimus.ac.id

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

f. Kemoterapi

1) Pengertian dan Tujuan

Kemoterapi secara harfiah berarti penggunaan bahan kimia

untuk melawan, mengendalikan atau menyembuhkan penyakit.

Namun dalam maknanya yang sekarang lebih banyak digunakan

sebagai penggunaan obat untuk pengobatan kanker (Miller, 2008 ).

Kemoterapi adalah terapi anti kanker untuk membunuh sel-sel tumor

dengan mengganggu fungsi dan reproduksi seluler.

Tujuan dari kemoterapi adalah penyembuhan, pengontrolan

dan paliatif sehingga realistik, karena tujuan tersebut akan

menetapkan medikasi yang digunakan dan keagresifan rencana

pengobatan. Obat yang digunakan untuk mengobati kanker

menghambat mekanisme proliferasi sel, obat ini bersifat toksik bagi

sel tumor maupun sel normal yang berproliferasi khususnya pada

sumsum tulang, epitel gastrointestinal, dan folikel rambut (Neal,

2010).

2) Bentuk Kemoterapi

Menurut Ganiswarna (2009) pemberian kemoterapi dapat

diberikan dapat diberikan dengan satu macam atau dengan

kombinasi, sehingga dikenal tiga macam bentuk kemoterapi kanker

yaitu:

http://repository.unimus.ac.id

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

a) Monoterapi (Kemoterapi Tunggal).

Monoterapi yaitu kemoterapi yang dilakukan dengan satu macam

sitostatika. Sekarang banyak ditinggalkan, karena polikemoterapi

memberi hasil yang lebih memuaskan.

b) Polikemoterapi (kemoterapi Kombinasi).

Prinsip pemberian kemoterapi kombinasi adalah obat-

obat yang diberikan sudah diketahui memberikan hasil yang baik

bila diberikan secara tunggal, tetapi masing-masing obat bekerja

pada fase siklus sel yang berbeda, sehingga akan lebih banyak sel

kanker yang terbunuh. Dasar pemberian dua atau lebih antikanker

adalah untuk mendapatkan sinergisme tanpa menambah

toksisitas. Kemoterapi kombinasi juga dapat mencegah atau

menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini.

c) Kemoterapi Lokal.

Kemoterpi lokal digunakan untuk: pengobatan terhadap

efusi akibat kanker, pengobatan langsung intra dan peri tumor

serta pengobatan intratekal.

3) Cara Pemberian Kemoterapi

Menurut (Miller, 2008) obat kemoterapi dapat diberikan

dengan cara:

a) Oral

Obat kemoterapi diberikan secara oral, yaitu dalam bentuk tablet

atau kapsul, harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan

http://repository.unimus.ac.id

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

b) Intramuskuler

Caranya dengan menyuntikkan ke dalm otot, pastikan

untuk pindah tempat penyuntikan untuk setiap dosis, karena

tempat yang sudah pernah mengalami penusukan membutuhkan

waktu tertentu dalam penyembuhannya.

c) Intratekal

Caranya obat dimasukkan ke lapisan sub arakhnoid di

dalam otak atau disuntikkan ke dalam cairan tulang belakang.

d) Intrakavitas

Memasukkan obat ke dalam kandung kemih melalui

kateter dan atau melalui selang dada ke dal rongga pleura.

e) Intravena

Diberikan melalui kateter vena sentral atau akses vena

perifer, cara ini paling banyak digunakan.

4) Efek Samping Kemoterapi

Umumnya efek samping kemoterapi meliputi gangguan

saluran cerna, mulut, lambung dan usus menyebabkan sariawan,

mual, muntah, dan diare.

Penekanan sumsum tulang belakang memberi pengaruh

tehadap sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Pada kulit

dan rambut pemberian kemoterapi menyebabkan hiperpigmentasi

kulit, kering dan gatal, rambut rontok. Sedangkan dampak pada

bagian genetalia biasanya berpengaruh terhadap menstruasi dan

http://repository.unimus.ac.id

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

kesuburan pada wanita, dan berpengaruh terhadap spermatogenesis

dan menurunkan nafsu seksual pada pria. Akibat dari dampak yang

tidak diinginkan atau dampak yang tidak menguntungkan dari

pemberian kemoterapi, maka pasien akan mengalami gangguan fisik

atau kelelahan fisik sehingga akan lebih mudah mengalami stres atau

kecemasan (Gale & Charette, 2007).

5) Siklus Kemoterapi

Dalam pemberian kemoterapi ada yang disebut dengan istilah

“siklus kemoterapi”. Siklus kemoterapi adalah waktu yang

diperlukan untuk pemberian satu kemoterapi. Untuk satu siklus

kemoterapi sudah ditentukan masing-masing jenis kanker berapa

siklus harus diberikan dan berapa interval waktu antar siklusnya.

Sebagai contoh, kemoterapi untuk pasien ALL rawat inap dilakukan

setiap minggu sekali dengan kombinasi obat kemoterapi yang

berbeda-beda sesuai dengan diagnosa medis, stadium kanker, dan

kondisi pasien. Selain itu ada dua jenis kemoterapi pada pasien ALL,

yaitu standart risk dan high risk (Protokol Kemoterapi RSUP Dr.

Kariadi Semarang, 2017).

Jumlah pemberian kemoterapi juga sudah ditetapkan untuk

masing-masing kanker. Ada yang 4 kali, 6 kali, 12 kali, dsb. Jumlah

pemberian ini tidak boleh ditawar-tawar, misalkan hanya diberikan

satu atau dua kali saja lalu berhenti. Hukumnya dalam pemberian

kemoterapi adalah diberikan semuanya atau tidak sama sekali. Bila

http://repository.unimus.ac.id

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

diberikan hanya satu atau dua kali saja, tidak ada manfaatnya, karena

kanker tidak akan dapat disembuhkan bahkan menjadi lebih tahan

atau resisten terhadap pemberian kemoterapi berikunya, selain itu

efek sampingnya juga hebat namun tidak memberikan manfaat, juga

secara ekonomi memboroskan biaya yang tidak perlu dan hanya

membuang-buang waktu saja (Suryo, 2010).

Pasien dengan Acute Limpoblastik Leukimia (ALL) selain

mendapatkan farmakoterapi juga membutuhkan dukungan sosial dari

perawat maupun keluarga, sebagai salah satu mekanisme koping dampak

psikologis akibat progam pengobatan kemoterapi.

2. Dukungan Sosial

a. Pengertian

Cohen & Sme dalam Harnilawati (2013), dukungan sosial adalah

suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang

lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada

orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.

Friedman dalam Harnilawati(2013), dukungan sosial keluarga adalah

sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan

sosial.

Dukungan sosial menjadikan keluarga telah mengkonseptualisasi

dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan

yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat.

Dukungan sosial keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan,

http://repository.unimus.ac.id

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi,

tempat ibadah, dan praktisi kesehatan. Dukungan sosial internal antara

lain dukungan dari suami atau istri, dari keluarga kandung atau

dukungan dari anak (Friedman dalam Harnilawati, 2013).

b. Jenis dukungan sosial

Jenis dukungan sosial ada empat, yaitu (Harnilawati, 2013):

1) Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis & konkrit.

2) Dukungan Informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator

(penyebar informasi).

3) Dukungan penilaian (appraisal)

Keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai

sumber dan validator identitas keluarga

4) Dukungan emosional

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap

emosi.

c. Ciri-ciri dukungan sosial

Menurut Friedman dalam Harnilawati (2013), dukungan sosial

mempunyai cirri-ciri:

http://repository.unimus.ac.id

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

1) Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat

digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-

persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan,

ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini

dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi

persoalan yang sama atau hampir sama.

2) Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan

afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan

empati, cinta dan kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian

seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak

menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang

memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati dan

empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau

membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.

3) Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk

mempermudah seseorang dalam melakukan aktivitasnya berkaitan

dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, misalnya dengan

menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita,

menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain.

4) Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan

seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari

penderita. Penilaian ini bias positif atau negative yang mana

pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan

http://repository.unimus.ac.id

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

dukungan sosial keluarga maka penilaian yang sangat membantu

adalah penilaian yang positif.

3. Dukungan Perawat terhadap Keluarga Pasien ALL

a. Definisi

Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang paling

sering berinteraksi dengan pasien dan keluarga pasien, mempunyai

kewajiban membantu pasien mempersiapkan fisik dan mental untuk

menghadapi tindakan medis, termasuk dalam pemberian pendidikan

kesehatan. Seorang perawat diharapkan mampu memahami kondisi,

kebutuhan pasien dan keluarga. Termasuk salah satunya dalam

mengendalikan kebutuhan emosi diri pasien dan keluarga pasien

(Ibrahim, 2009). Peran perawat dalam upaya penyembuhan klien

menjadi sangat penting. Peran perawat juga diperlukan dalam

penanggulangan kecemasan dan berupaya agar pasien tidak merasa

cemas melalui asuhan keperawatan komprehensif. Perawat memiliki

berbagai peran sebagai pemberi perawatan, sebagai perawat primer,

pengambil keputusan klinik, advokat, peneliti dan pendidik (Perry &

Potter, 2013).

b. Tujuan

Saat melakukan asuhan keperawatan perawat dapat menjalankan

peran tersebut dengan melakukan asuhan keperawatan holistik salah

satunya dengan memperhatikan aspek psikososial dan spiritual pasien

dan keluarga pasien. Salah satu peran perawat sebagai pemberi

http://repository.unimus.ac.id

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

dukungan sosial dalam melakukan asuhan keperawatan pasien adalah

memberi dukungan atau suport mental dengan tujuan untuk membantu

pasien dan keluarganya mengurangi rasa cemas. Dukungan perawat

diberikan sebagai salah satu upaya mengatasi masalah psikososial dan

spiritual yang dialami pasien dan keluarganya. Dukungan perawat adalah

sikap, tindakan dan penerimaan perawat terhadap pasien melalui

pelayanan keperawatan bio-psiko-sosial-spriritual yang komprehensif

bertujuan untuk memberikan kenyamanan fisik dan psikologis. Dukungan

yang diberikan perawat kepada pasien dan keluarga pasien dalam

menghadapi masalah psikologis dapat meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan, meningkatkan keamanan dan kenyamanan (Sarafino,

2010).

c. Jenis dukungan perawat terhadap keluarga pasien ALL

Dukungan yang diberikan perawat termasuk dalam dukungan

sosial, meliputi (Sarafino, 2010):

1) Dukungan instrumental (tangible or instrumental support)

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang

dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang,

pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini

dapat mengurangi kecemasan karena individu dapat langsung

memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi.

http://repository.unimus.ac.id

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

2) Dukungan informasional (informational support)

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi,

pengetahuan, petunjuk, saran atau umpan balik tentang situasi dan

kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong

individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih

mudah.

3) Dukungan emosional (emotional support)

Bentuk dukungan ini melibatkan rasa empati, ada yang

selalu mendampingi, adanya suasana kehangatan, dan rasa

diperhatikan akan membuat individu memiliki perasaan nyaman,

yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial

sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.

4) Dukungan pada harga diri (esteem support)

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada

individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu

dan perbandingan yang positif dengan individu lain.

Dukungan sosial tersebut baik dukungan dari keluarga maupun

perawat bertujuan untuk mengurangi tingkat kecemasan pada pasien dan

orang tua pasien ALL selama mengobati pengobatan kemoterapi.

4. Kecemasan

a. Pengertian dan insiden kecemasan

Kecemasan atau ansietas adalah suatu keadaan emosional yang

tidak menyenangkan yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik

http://repository.unimus.ac.id

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

yang menegangkan serta tidak diinginkan (Craig, 2009). Kecemasan

juga merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang

mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Pedrick &

Hyman, 2012).

Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi

kecemasan menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan

proporsi ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya.

Dalam bentuknya yang ekstrim, kecemasan dapat mengganggu fungsi

individu sehari-hari (Videbeck, 2008).

Kebanyak kasus wanita lebih banyak mengalami kecemasan dari

pada pria. Setidaknya 17% individu dewasa di Amerika Serikat

menunjukkan satu gangguan ansietas atau lebih dalam satu tahun

(Videbeck, 2014). Kecemasan juga banyak ditemui pada pasien yang

menjalani pemeriksaan, investigasi atau perawatan dalam bidang

kesehatan seperti pasien kanker yang menjalani kemoterapi (Skeel &

Khleif, 2011).

b. Penyebab dan presipitasi terjadinya kecemasan

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan penyebab

dari gangguan kecemasan. Antara lain teori psikodinamik, faktor-faktor

sosial dan lingkungan, faktor-faktor kognitif dan emosional dan faktor

biologis (Pedrick & Hyman, 2012).

1) Teori psikodinamika menjelaskan bahwa gangguan kecemasan

sebagai usaha ego untuk mengendalikan munculnya impuls-impuls

http://repository.unimus.ac.id

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

yang mengancam ke kesadaran. Perasaan kecemasan adalah tanda-

tanda peringatan bahwa impuls-impuls yang mengancam mendekat

ke kesadaran. Ego menggerakkan mekanisme pertahanan diri untuk

mengalihkan impuls-impuls tersebut, yang kemudian mengarah

menjadi gangguan kecemasan lainnya (Pedrick & Hyman, 2012).

2) Faktor-faktor lingkungan dan sosial yang menyebabkan terjadinya

gangguan kecemasan didapatkan dari pemaparan terhadap

peristiwa yang mengancam atau traumatis, mengamati respon takut

pada orang lain dan kurangnya mendapat dukungan sosial.

Termasuk dalam dukungan sosial adalah dukungan perawat dan

dukungan keluarga (Smeltzer & Bare, 2010).

3) Faktor-faktor kognitif dan emosional menadi penyebab gangguan

kecemasan disebabkan konflik psikologis yang tidak terselesaikan,

prediksi berlebih tentang ketakutan, keyakinan-keyakinan yang

tidak rasional, sensitivitas yang berlebihan tentang ancaman, salah

mengartikan dari sinyal-sinyal tubuh (Pedrick & Hyman, 2012).

4) Faktor-faktor biologis menjadi penyebab gangguan kecemasan

diperoleh dari predisposisi genetik, dan ketidakseimbangan

biokimia di otak. Sebagai faktor predisposisi kondisi kesehatan

umum seperti kondisi penderita kanker sangat berhubungan

dengan penyebab kecemasan (Pedrick & Hyman, 2012).

Kecemasan pada pasien sebagai individu dapat dicetuskan oleh

adanya ancaman. Faktor-faktor presipitasi yang dapat menyebabkan

http://repository.unimus.ac.id

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

terjadinya masalah kecemasan dapat berupa ancaman terhadap

integritas biologi dan ancaman terhadap konsep diri dan harga diri

(Hawari, 2011). Ancaman terhadap integritas biologi dapat berupa

penyakit trauma fisik. Ancaman terhadap konsep diri dan harga diri

seperti: proses kehilangan, perubahan peran, perubahan hubungan,

lingkungan dan status sosial. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya kecemasan yaitu:

1) Faktor internal

a) Potensi stressor

Merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan stressor psikososial perubahan dalam kehidupan

seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi

(Smeltzer & Bare, 2010).

b) Maturitas

Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih

sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu

yang matur memiliki daya adaptasi yang lebih besar terhadap

kecemasan.

c) Pendidikan dan status ekonomi

Pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada

seseorang menyebabkan orang tersebut mudah mengalami

kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh

http://repository.unimus.ac.id

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

terhadap kemampuan berfikir rasional dan menangkap informasi

baru termasuk menguraikan masalah baru (Stuart, 2006).

d) Keadaan fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik, penyakit

kronis, penyakit keganasan akan mudah mengalami kelelahan

fisik, sehingga akan mudah mengalami kecemasan.

e) Tipe kepribadian

Tidak semua orang mengalami stressor psikososial akan

menderita gangguan kecemasan, hal ini juga tergantung pada

struktur atau tipe kepribadian seseorang. Orang yang

berkepribadian A akan lebih mudah mengalami gangguan akibat

kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Ciri-ciri orang

berkepribadian A adalah : tidak sabar ambisius menginginkan

kesempurnaan, merasa teburu-buru waktu, mudah gelisah.

Sedang orang tipe B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti

dan rutinitas (Stuart, 2006).

f) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada pada lingkungan yang asing akan

mudah mengalami kecemasan dibandingkan bila ia berada di

lingkungan yang biasa dia tempati.

http://repository.unimus.ac.id

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

g) Usia

Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata

lebih mudah mengalami gangguan kecemasan daripada orang

yang lebih tua, tetapi ada yang berpendapat sebaliknya.

h) Jenis kelamin

Gangguan kecemasan lebih sering dialami perempuan

dibandingkan dengan laki-laki.

2) Faktor eksternal

Dukungan sosial dapat mempengaruhi kemampuan koping

seseorang dalam mengatasi masalah, termasuk dalam hal

kecemasan, selain itu dukungan sosial juga membuat pasien merasa

diperhatikan dan dicintai oleh orang lain, merasa dirinya dianggap

dan dihargai, dan membuat seseorang merasa bahwa dirinya bagian

dari jaringan komunikasi oleh anggotanya. termasuk diantara

dukungan sosial meliputi dukungan keluarga dan dukungan orang

lain (termasuk perawat) yang bermakna dalam membantu pasien

mengatasi masalah (Smeltzer & Bare, 2010).

a) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga ialah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sakit.

http://repository.unimus.ac.id

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

b) Dukungan perawat

Selain dukungan keluarga, salah satu dukungan sosial

yang penting bagi orang tua pasien adalah dukungan perawat.

Peran perawat sangat penting untuk memberikan suport atau

dukungan dan penyuluhan terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada orang tua pasien.

c. Tingkat Kecemasan

Ada empat tingkat kecemasan atau ansietas menurut Videbeck

(2014), yaitu ringan, sedang, berat, dan panik:

1) Ansietas ringan

Ansietas ini adalah ansietas normal berhubungan dengan

ketegangan dalam peristiwa sehari-hari yang memotivasi individu

untuk meningkatkan kesadaran individu serta mempertajam

perasaannya. Ansietas tahap ini dipandang penting dan konstuktif.

Ditandai dengan kewaspadaan meningkat, persepsi terhadap

lingkungan meningkat. Respon fisiologis berupa napas pendek,

nadi dan tekanan darahmeningkat sedikit, gejala ringan pada

lambung, muka berkerut, serta bibir bergetar. Respon kognitif

mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada

masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang

untuk melakukan tindakan. Respon perilaku dan emosi berupa

http://repository.unimus.ac.id

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

duduk tidak tenang, tremor halus pada tangan, dan suara kadang-

kadang meninggi.

2) Ansietas sedang

Pada tahap ini lapangan persepsi individu menyempit,

seluruh indra dipusatkan pada penyebab ansietas sehingga

perhatian terhadap rangsangan dari lingkungan berkurang. Respon

fisiologis berupa sering napas pendek, nadi ekstra sistol dan

tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare atau

konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih. Respon kognitif

memusatkan perhatiannya pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan

rangsangan dari luar tidak mampu diterima. Respon perilaku dan

emosi berupa gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegang, bicara

banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman

3) Ansietas berat

Lapangan persepsi menyempit, individu berfokus pada hal-

hal yang kecil, sehingga individu tidak mampu memecahkan

masalahnya, dan terjadi gangguan fungsional. Kondisi ini

menyebabkan individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja

dan mengabaikan hal yang lain. Respon fisiologis napas pendek,

nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala,

penglihatan berkabut, serta tampak tegang. Respon kognitif tidak

mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan

http://repository.unimus.ac.id

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

atau tuntunan, serta lapang persepsi menyempit. Respon perilaku

dan emosi perasaan terancam meningkat dan komunikasi menjadi

terganggu (verbalisasi cepat).

4) Panik

Merupakan bentuk ansietas yang ekstrem, terjadi

disorganisasi dan dapat membahayakan diri. Individu tidak dapat

bertindak, agitasi atau hiperaktif, ansietas tidak dapat langsung

dilihat, tetapi dikomunikasikan melalui perilaku individu. Respon

fisiologis napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada,

pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik. Respon

kognitif gangguan realitas, tidak dapat berpikir logis, persepsi

terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan

memahami situasi. Respon perilaku dan emosi berupa agitasi,

mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan

kendali atau kontrol diri (aktivitas motorik tidak menentu),

perasaan terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang

membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Tidak

Cemas Cemas Berat Cemas

sedang

Panik

Cemas

ringan Panik

Rentang Respons Ansietas

Respons adaptif Respons maladaptif

Gambar 2.1

Rentang Respons Ansietas

Sumber Stuart & Sundeen dalam Asmadi (2008)

http://repository.unimus.ac.id

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

d. Gejala Klinis

Gejala klinis cemas tampak pada keluhan-keluhan yang sering

dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara

lain khawatir, firasat buruk, takut pada perkiraannya sendiri, mudah

tersinggung dan kadang individu yang bersangkutan merasa tegang dan

gelisah. Gejala-gejala lain yang dapat timbul adalah mudah terkejut,

takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, gangguan pola

tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan

daya ingat, serta keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot

dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas,

gangguan pencernakan gangguan perkemihan dan sakit kepala (Hawari,

2011).

Hawari (2011) menyebutkan bahwa tingkat kecemasan dapat

diukur dengan menggunakan (Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-

A) yang sudah dikembangkan oleh kelompok Psikiatri Biologi Jakarta

(KPBJ). Tingkatan kecemasan juga dapat diukur dengan menggunakan

Visual Analog Scale (VAS) dari angka 0 sampai 100. Pengukuran skala

kecemasan menggunakan Visual Analog Scale 0-100 lebih mudah

digunakan tidak membutuhkan waktu yang lama (kurang dari 5 menit)

jika dibandingkan dengan HRS-A yang membutuhkan waktu sekitar 10

menit.

http://repository.unimus.ac.id

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

B. Kerangka teori

Skema 2.1

Kerangka Teori

C. Kerangka konsep

Skema 2.2

Kerangka konsep penelitian

Faktor-faktor yangmempengaruhi

kecemasan:

Faktor Internal

Umur

Lingkungan

Tipe kepribadian

Pendidikan dan status ekonomi

Maturitas

Keadaan fisik

Jenis kelamin

Status Pekerjaan

Potensi stressor (stadium

kanker)

Faktor Eksternal

Dukungan Sosial:

Dukungan keluarga

Dukungan perawat

Tingkat kecemasan

Cemas ringan

Cemas sedang

Cemas berat

Panik

Variabel Independen Variabel Dependen

Stress

Stressor:

Kanker & kemoterapi

Kecemasan

Dukungan Perawat Tingkat Kecemasan

http://repository.unimus.ac.id

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teorirepository.unimus.ac.id/1691/4/BAB II.pdf · menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c) Kemoterapi Lokal. Kemoterpi lokal digunakan

D. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok

yang lain (Nursalam, 2008). Variabel dalam penelitian ini ada dua variabel

yaitu:

1. Variabel independen yaitu dukungan perawat terhadap orang tua pasien

anak dengan Acute Limpoblastic Leukimia (ALL)

2. Variabel dependen, yaitu tingkat kecemasan orang tua pasien Acute

Limpoblastik Leukimia (ALL) di ruang anak RSUP Dr. Kariadi Semarang

E. Hipotesa penelitian

Hipotesa yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan dukungan perawat dengan tingkat kecemasan orang tua

pasien Acute Limpoblastik Leukimia (ALL) di Ruang Anak RSUP Dr.

Kariadi Semarang

2. Tidak ada hubungan dukungan perawat dengan tingkat kecemasan orang

tua pasien Acute Limpoblastik Leukimia (ALL) di Ruang Anak RSUP Dr.

Kariadi Semarang

http://repository.unimus.ac.id