BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Masa Nifas a. Pengertian Nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai segera setelah plasenta dan selaput janin lahir dan berakhir ketika organ reproduksi wanita secara perlahan mengalami perubahan seperti pada kondisi sebelum hamil, kurang lebih 6 minggu atau 42 hari masa nifas, keadaan kembalinya organ reproduksi tersebut disebut dengan involusi (Prawirohardjo, 2005; Maritalia, 2012; Varney, 2008). b. Tahapan Masa Nifas Menurut Maritalia (2012) masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : 1) Puerperium Dini Masa pemulihan awal dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Ibu postpartum pervaginam tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan untuk mobilisasi dini. 2) Puerperium Intermediate Masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara berangsur-angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Masa Nifas

a. Pengertian

Nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai segera setelah

plasenta dan selaput janin lahir dan berakhir ketika organ reproduksi

wanita secara perlahan mengalami perubahan seperti pada kondisi

sebelum hamil, kurang lebih 6 minggu atau 42 hari masa nifas,

keadaan kembalinya organ reproduksi tersebut disebut dengan involusi

(Prawirohardjo, 2005; Maritalia, 2012; Varney, 2008).

b. Tahapan Masa Nifas

Menurut Maritalia (2012) masa nifas dibagi menjadi tiga tahap,

yaitu :

1) Puerperium Dini

Masa pemulihan awal dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri

dan berjalan-jalan. Ibu postpartum pervaginam tanpa komplikasi

dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan untuk mobilisasi

dini.

2) Puerperium Intermediate

Masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara

berangsur-angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Keadaan ini berlangsung selama kurang lebih enam minggu atau

42 hari.

3) Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam

keadaan sempurna, terutama bila ibu selama hamil atau waktu

hamil mengalamai komplikasi. Waktu remote puerperium berbeda

tiap ibu, tergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami

selama hamil atau bersalin.

c. Perubahan Pada Masa Nifas

1) Involusi Korpus Uteri

Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran

desisua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta

yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan

pada lokasi uterus, proses involusi uterus berlangsung cepat,

dengan kecepatan 1 cm per hari; dengan demikian, pada hari ke-10

uterus tidak lagi dapat diraba di atas simpisis pubis (Varney, 2008;

Dunstall, 2007).

Organ ini mencapai ukuran seperti semula seperti sebelum

hamil dalam waktu sekitar 4 minggu. Uterus segera setelah

melahirkan mempunyai berat sekitar 1000 gram, akibat involusi

uteri 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, pada akhir

minggu kedua turun menjadi sekitar 300 gram dan telah turun

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

masuk ke pelvis sejati, dan segera setelah itu (4 minggu pasca

persalinan) menjadi 100 gram atau kurang (Cunningham, 2013).

2) Lokia

Lokia merupakan sekret yang berasal dari kavum uteri

(Maritalia, 2012). Menurut Coad dan Dunstall (2007) lokia

dibedakan menjadi :

(a) Lokia Rubra (Merah)

Berwarna merah menetap selama sekitar 3 hari. Merupakan

desidua dan darah dari perlekatan plasenta, mula-mula steril,

kemudian uterus mulai terkolonisasi oleh flora vagina.

(b) Lokia Serosa (Merah Muda/Coklat)

Memiliki bau khas agak manis, mengandung leukosit,

mukus, sel epitel vagina, desidua nekrotik, dan bakteri

nonpatologis. Menurut Varney (2008) lokia serosa mulai

terjadi sebagai bentuk pucat dari lokia rubra dan berhenti

sekitar tujuh hingga delapan hari kemudian dengan warna

merah muda, kunimg, atau putih hingga transisi menjadi lokia

alba.

(c) Lokia Alba (Putih)

Sebagian besar cairan serosa dan leukosit, ditambah

sebagian mukus serviks dan mikroorganisme. Varney (2008)

menjelaskan bahwa lokia alba mulai terjadi setelah hari

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

kesepuluh pescapartum dan hilang sekitar periode dua hingga

empat minggu.

3) Sistem Perkemihan

Trauma pada kandung kencing selama proses persalinan

menyebabkan edema dan hyperemia kandung kencing. Perubahan

pada kandung kemih dapat menyebabkan peningkatan resiko

infeksi saluran kencing pada masa nifas. Apabila uterus teraba

tinggi atau bergeser ke salah satu sisi setelah pasien berkemih,

dapat dicurigai pasien mengalami retensi urin karena kandung

kemih yang penuh akan mendorong uterus (Dunstall, 2007).

4) Sistem Pencernaan dan Defekasi

Masalah pencernaan pada masa nifas dipengaruhi oleh tonus

dan tekanan pada sfingter esophagus bawah yang berkurang akibat

rasa nyeri saat melahirkan. Keadaan tersebut dapat diperparah

dengan adanya haemoroid. Masalah sistem pencernaan pada masa

nifas menjadi lebih rumit ketika terdapat trauma perineum

sehingga ibu nifas takut membuka/ melemaskan anusnya, menjadi

semakin kompleks dengan adanya atoni usus, otot abdomen yang

lemah, asupan makanan yang tidak teratur, dan dehidrasi berat

setelah melahirkan (Dunstall, 2007).

5) Perubahan Psikologis

Setelah melahirkan, seorang wanita mengalami perubahan

besar baik fisik maupun psikologisnya. Tidak mengherankan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

apabila seorang wanita setelah melahirkan mengalami perubahan

perilaku dan merasa sedikit kerepotan. Masa ini adalah masa

rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran, pada saat

yang sama ibu baru mungkin akan merasa frustasi karena merasa

tidak kompeten dan tidak mampu mengontrol situasi. Dalam

keadaan semacam ini perlu adanya dukungan dan bimbingan bagi

seorang ibu baru untuk melewati masa ini agar tidak berlanjut

menjadi postpartum blues. Oleh karena itu, peran Bidan sangat

besar dalam memahami respons psikologis ibu untuk membantu

mereka melalui masa ini dengan sehat (Varney, 2008).

d. Asuhan Nifas Normal

Selama periode awal pasca melahirkan tenaga kesehatan harus

memberikan evaluasi puerperium awal pada wanita sedikitnya sekali

sehari. Pemberian asuhan pada masa ini mejadi sangat penting karena

memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan

psikologis bagi ibu dan bayi, pencegahan dan diagnosa dini serta

pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu ke tenaga ahli bila

diperlukan, mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta

memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam

situasi keluarga dan budaya yang khusus, imunisasi ibu terhadap

tetanus, mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang

pemberian makan anak serta peningkatan hubungan yang baik antara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

ibu dan anak (Sulistyawati, 2009). Pemeriksaan selama periode pasca

melahirkan awal ini meliputi :

1) Pengkajian tanda-tanda vital termasuk kecenderungan selama

periode setelah melahirkan.

2) Pemeriksaan payudara, termasuk menunjukkan adanya kolostrum

dan penatalaksanaan putting susu pada wanita menyusui.

3) Auksultasi jantung dan paru-paru, sesuai indikasi keluhan ibu, atau

perubahan nyata pada penampilan atau tanda-tanda vital.

4) Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, diastasis, kandung

kemih.

5) Evaluasi nyeri tekan sudut kosto-vertebra (costo-vertebral angle,

CVA) jika diindikasikan oleh keluhan maternal atau tanda-tanda

klinis

6) Pengkajian perineum terhadap memar, edema, hematoma,

penyembuhan setiap jahitan, inflamasi, supurasi.

7) Pemeriksaan tipe, kuantitas, dan bau lokia

8) Pemeriksaan anus terhadap adanya haemoroid

9) Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya varikosa, edema, nyeri

tekan atau panas pada betis, adanya tanda-tanda human, refleks.

(Varney, 2008).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2. Penyulit atau Komplikasi Masa Nifas

a. Perdarahan Postpartum/ Postpartum Haemorrhage (PPH)

Definisi perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi

500 ml setelah bayi lahir, perdarahan postpartum merupakan

perdarahan yang massif yang berasal dari implantasi plasenta,

robekan jalan lahir dan jaringan sekitarnya yang merupakan salah

satu penyebab kematian ibu disamping perdarahan karena hamil

ektopik dan abortus (Prawirohardjo, 2009).

Etiologi terjadinya perdarahan postpartum adalah salah satu dari

empat faktor, yaitu :

1) Tone (gangguan kontraksi uterus)

2) Tissue (Sisa produk Konsepsi)

3) Trauma (trauma jalan lahir)

4) Thrombin (gangguan fungsi koagulasi)

(Krisnadi dkk, 2012).

Sebagai patokan setelah persalinan selesai maka keadaan dikatakan

aman apabila kesadaran dan tanda-tandavital ibu baik, kontraksi

uterus baik, dan tidak terdapat perdarahan aktif/ merembes dari

vagina selama masa tersebut (Prawirohardjo, 2009).

Tanda gejala perdarahan postpartum meliputi perdarahan eksternal

yang jelas tanda gejala syok dan anemia. Penegakan diagnosa

penyebab perdarahan postpartum dapat dilihat dalam tabel dibawah

ini.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Tabel 2.1 Penilaian Klinik Untuk Menentukan Penyebab PPH

Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis

Kerja

1) Uterus tidak

berkontraksi dan

lembek

2) Perdarahan segera

setelah anak lahir

Syok, bekuan darah

pada serviks atau

posisi telentang akan

menghambat aliran

darah keluar

Atonia

uteri

1) Darah segar

mengalir segera

setalah bayi lahir

2) Uterus berkontraksi,

keras

3) Plasenta lengkap

1) Pucat

2) Lemah

3) Mengiggil

Robekan

jalan lahir

1) Plasenta belum lahir

setelah 30 menit

2) Perdarahan segera

3) Uterus berkontraksi

dan keras

1) Tali pusat putus

akibat traksi

berlebihan

2) Inversion uteri

akibat tarikan

3) Perdarahan

lanjutan

Retensio

plasenta

1) Plasenta atau

sebagian tidak

lengkap

2) Perdarahan segera

Uterus berkontraksi

tetapi tinggi fundus

tidak berkurang

Retensio

sisa

plasenta

1) Uterus tidak teraba

2) Lumen vagina terisi

masa

3) Tampak tali pusta

(bila plasenta belum

lahir)

1) Neurogenik syok

2) Pucat dan limbung

Inversion

uteri

1) Sub involusi uterus

2) Nyeri tekan perut

bawah dan pada

uterus

3) Perdarahan

sekunder

1) Anemia

2) Demam

Endometr

itis atau

sisa

fragmen

plasenta

Sumber : Marni (2012)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

3. Retensio Sisa Plasenta

a. Definisi

Bagian plasenta yang masih menempel pada dinding uterus

mengakibatkan kontraksi uterus tidak adekuat sehingga pembuluh

darah yang terbuka pada dinding uterus tidak dapat

berkontriksi/terjepit dengan sempurna, sehingga dapat menyebabkan

terjadinya perdarahan (Maritalia, 2012).

b. Etiologi

Menurut Chuningham (2006) mengungkapkan etiologi terjadinya

retensio sisa plasenta, diantaranya :

1) Manajemen Aktif Kala III yang Kurang Benar

Kesalahan dalam penatalaksanaan persalinan kala tiga

sering dikarenakan upaya untuk mempercepat pelahiran plasenta

selain upaya untuk mengeluarkannya secara manual. Pemijatan dan

penekanan pada uterus yang sudah berkontraksi dengan baik dapat

menyebabkan terganggunya mekanisme pelepasan plasenta secara

fisiologis, hal ini dapat menyebabkan pemisahan plasenta tidak

sempurna sehingga dapat menyebabkan tertinggalnya sisa plasenta

dan pengeluaran darah meningkat (Cunningham, 2006).

Bahaya pelepasan sebagian plasenta adalah bagian plasenta

masih menyatu dengan uterus, dan uterus tidak mampu

berkontraksi cukup kuat untuk meligasi dan membuat kolaps

pembuluh yang dialiri darah, yang terjalin melalui serat otot dalam

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

area tempat pelepasan telah terjadi (Varney, 2008). Sedangkan

pada tempat implanasi plasenta yang terpenting untuk proses

hemostatis adalah kontraksi dan retraksi miometrium untuk

menekan pembuluh darah dan lumennya (Cunningham, 2006).

2) Abnormalitas Plasenta

Perlekatan plasenta yang tidak normal dapat menyebabkan

plasenta yang tertinggal. Saifuddin (2009) mengungkapkan

beberapa jenis perlekatan plasenta yang abnormal yaitu, plasenta

adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta, dan

plasenta inkarserata.

3) Lobus Suksenturiatus (Plasenta Suksenturiata)

Lobus suksenturiatus (plasenta suksenturiata) adalah lobus

tambahan dari jaringan plasenta yang terletak dalam selaput

ketuban kantong janin dengan pembuluh darah yang menuju

plasenta utama (lihat gambar 2.1). Lobus tambahan ini

kemungkinan akan tertinggal dalam uterus setelah plasenta utama

berhasil dilahirkan. Dalam pemeriksaan kelengkapan plasenta, jika

ditemukan terdapat lubang pada selput ketuban dengan pembuluh

darah terdapat di dalamnya, maka bagian yang tertinggal adalah

lobus ekstra, dan bukan kepingan selaput ketuban (Widyastuti,

2012).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Gambar 2.1: Plasenta Suksenturiata

c. Patofisiologi

Masa setelah lahirnya bayi adalah masa yang berpotensi

menimbulkan bahaya. Segera setalah bayi lahir uterus menciut secara

drastis. Uterus mengalami retraksi mencolok dan perdarahan dari

tempat perlekatan plasenta dibatasi. Pemisahan plasenta diawali dari

kontraksi dan retraksi miometrium sehingga menyebabkan dinding

uterus semakin tebal dan mengurangi ukuran area plasenta. Karena

area plasenta menjadi lebih kecil, sedangkan plasenta tidak elastis

seperti uterus sehingga tidak dapat berkontraksi dan retraksi, maka

plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus. Pada tahap ini

sebagian darah janin dari sirkulasi plasenta dapat masuk ke tubuh ibu.

Pada area pemisahan, terbentuk bekuan darah retroplasenta. Berat

bekuan ini menambah tekanan pada plasenta selanjutnya membantu

pelepasan plasenta. Kontraksi selanjutnya akan melepaskan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

keseluruhan plasenta dari uterus, serta mengeluarkannya bersama

dengan selaput ketuban dan bekuan retroplasenta. Dengan terlepasnya

plasenta, arteri dan vena yang mengangkut dari dan ke plasenta

terputus secara tiba-tiba. Di tempat implantasi plasenta, yang paling

penting untuk proses hemostasis adalah kontraksi dan retraksi

miometrium untuk menekan pembuluh dan menutup lumennya.

Namun pada keadaan tertentu, terhambatnya proses kontraksi dan

retraksi miometrium diakibatkan oleh menejemen kala III yang

kurang tepat, abnormalitas plasenta atau malformasi plasenta

sehingga menyebabkan tertinggalnya potongan plasenta. Potongan

plasenta atau bekuan darah yang melekat akan menghambat kontraksi

dan retraksi miometrium yang efektif sehingga hemostasis di tempat

plasenta dapat terganggu sehingga terjadi perdarahan. Perdarahan

yang terjadi pada masa ini terjadi sangat cepat dan menyebabkan

syok hipovolemik. Dalam memastikan kelengkapan plasenta bidan

bertanggung jawab dalah hal itu, apabila ada keraguan, mungkin

sebagian plasenta dan selaput ketuban tertinggal di dalam uterus

(Dunstall, 2007; Cunningham, 2006, Widyastuti, 2012). (Bagan

terlampir).

Salah satu upaya pencegahan terjadinya syok pada pasien

perdarahan yaitu dilakukan pemantauan tanda-tanda syok seperti pada

tabel di bawah ini.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Tabel 2.2 Penilaian Klinik Untuk Menentukan Derajat Syok

Volume

Kehilangan

Darah

Tekanan Darah

(Sistolik)

Gejala dan

Tanda

Derajat Syok

500-1000 mL

(10-15%)

Normal Palpitasi,

takikardi,

pusing

Terkompensasi

1000-1500 mL

(15-25%)

Penurunan

ringan (80-100

mmHg)

Lemah,

takikardi,

berkeringat

Ringan

1500-2000 mL

(25-35%)

Penurunan

sedang (70-80

mmHg)

Gelisah, pucat,

oliguria

Sedang

2000-3000 mL

(35-50%)

Penurunan

tajam (50-70

mmHg)

Pingsan,

hipoksia,

anuria

Berat

Sumber : Nugroho (2012)

d. Keluhan Subyektif

Pada kasus perdarahan postpartum karena retensio sisa plasenta,

sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin dengan

keluhan perdarahan setelah beberapa hari pulang dan subinvolusi uteri

(Marni, 2012)

e. Gejala Klinis/Laboraturium

Menurut Marni (2012) diagnosis kerja retensio sisa plasenta dapat

ditegakkan dengan tanda-tanda :

1) Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang

2) Plasenta atau sebagian tidak lengkap

3) Perdarahan segera

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Penemuan secara dini kasus retensio sisa plasenta hanya

dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta

setelah dilahirkan.

f. Prognosis

Jika pada kasus retensio sisa plasenta ditemukan perdarahan yang

banyak dan pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak

lengkap, maka sisa-sisa plasenta harus dikeluarkan dari cavum uteri

walaupun pasien demam, karena semakin cepat sisa-sisa plasenta

dikeluarkan, maka perdarahan semakin cepat teratasi karena kontraksi

uterus yang semakin baik (Sastrawinata, 2005).

g. Penatalaksanaan

Menurut Marni (2012), penatalaksanaan untuk kasus perdarahan

karena retensio sisa plasenta adalah :

1) Berikan antibiotik karena perdarahan juga merupakan gejala

metritis. Antibiotika yang dapat dipilih adalah ampisilin dosis awal

1 g/IV dilanjutkan 3 x 1 g oral dikombinasi dengan metronidazole

1 g supositoria dilanjutkan 3 x 500 mg oral.

2) Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan

bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh

instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan curetase.

3) Bila kadar Hb < 8 g/dl berikan transfusi darah. Bila kadar Hb ≥ 8

g/dl berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pelaksanaan Manajemen Kebidanan

Pelaksanaan manajemen kebidanan berdasarkan 7 langkah Varney

meliputi :

a. Langkah I. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

1) Data Subyektif

a) Identitas

Data fokus pada kasus ini yang perlu ditanyakan bidan

adalah umur, pendidikan, pekerjaan pasien. Hal ini perlu

dikaji untuk mengetahui apakah pasien memiliki resiko tinggi

mengalami plasenta previa atau tidak, karena paritas tinggi

dan usia diatas 30 tahun meningkatkan resiko terjadinya

plasenta previa yang merupkan etiologi retensio sisa plasenta

(Prawirohardjo, 2009).

b) Keluhan Utama

Keluhan utama yaitu pasien dalam perawatan postpartum di

bangsal rumah sakit dengan perdarahan banyak atau pasien

datang ke rumah sakit dengan keluhan adanya perdarahan

setelah beberapa hari pulang dan subinvolusi uteri (Marni,

2012).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

c) Riwayat Kebidanan, meliputi :

(1) Riwayat Obstetri

Data fokus riwayat obstetri dalam kasus perdarahan

karena retensio sisa plasenta yaitu riwayat persalinan dan

nifas yang lalu.

Riwayat persalinan dan nifas yang perlu ditanyakan

untuk mengetahui apakah terdapat riwayat persalinan dan

nifas dengan plasenta previa atau seksio sesaria. Kedua hal

tersebut menjadi perhatian lebih karena riwayat keduanya

meningkakan resiko insidensi terjadinya plasenta akreta

yang merupakan salah satu etiologi terjadinya retensio sisa

plasenta (Varney, 2008).

2) Data Obyektif

a) Pemeriksaan Fisik

Pada ibu nifas dengan perdarahan karena retensio sisa

plasenta pemeriksaan fisik yang harus dilakukan meliputi

keadaan umum, kesadaran dan vital sign, serta melakukan

pemeriksaan head to toe misalnya melakukan pemeriksaan

pada conjugtiva mata serta kuku untuk mengetahui apakah

warnanya pucat atau tidak. Pemeriksaan vital sign yang

mencakup tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi, hal ini

untuk memantau keadaan umum pasien, apabila perdarahan

akibat retensio sisa plasenta terus terjadi menyebabkan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

keadaan umum pasien semakin buruk yaitu tekanan darah

sistolik < 90 mmHg, nadi > 100x/menit (Nugroho, 2012).

b) Pemeriksaan Khusus Obstetri

(1) Inspeksi

Pemeriksaan inspeksi pada pasien dengan

perdarahan postpartum karena retensio sisa plasenta

perlu diperiksa seberapa banyak perdarahan, perdarahan

masih terus berlanjut atau tidak, hal ini untuk

mengantisipasi jika perdarahan masih berlanjut segera

dilakukan penatalaksanaan selanjutnya (Saifuddin,

2006).

(2) Palpasi

Pada kasus perdarahan karena retensio sisa plasenta,

uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang

(Marni, 2012; Saifuddin, 2006).

(3) Periksa Dalam

Pada kasus retensio sisa plasenta ini, dilakukan

pemeriksaan dalam untuk mencari sisa plasenta dengan

teknik yang sama digunakan pada kasus retensio

plasenta (Saifuddin, 2006).

c) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboraturium dibutuhkan sebagai data

penunjang dalam penanganan kasus retensio sisa plasenta

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

untuk mengetahui keadaan ibu. Pemeriksaan laboraturium

meliputi pemeriksaan golongan darah sebagai antisipasi

melakukan transfusi darah ketika pasien mengalami anemia

akibat perdarahan karena retensio sisa plasenta, Hb untuk

menegakkan diagnosa apakah ibu mengalami komplikasi

anemia akibat kehilangan banyak darah, apabila kadar Hb < 8

g/dl maka diberikan transfusi darah, jika kadar Hb > 8 g/dl

berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari (Marni,

2012). Selain dilakukan pemeriksaan laboraturium juga

dilakukanj pemeriksaan penunjang yakni pemeriksaan

radiologi (USG), hal ini dapat membantu menegakkan

diagnosa adanya jendalan darah atau sisa plasenta yang masih

tertinggal di kavum uteri (Nugroho, 2012).

b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan dalam kasus ini adalah : Ny.D P2A0 umur

22 tahun postpartum hari ke satu dengan retensio sisa plasenta.

a) Data Subyektif

Data subyektif yang diperoleh adalah pasien mengatakan

uterusnya berkontraksi dan plasenta yang dilahirkan tidak

lengkap (Marni, 2012).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b) Data Obyektif

Data obyektif yang mendukung kasus ini adalah setelah

dilakukan palpasi uterus berkontraksi tetapi fundus uteri tidak

berkurang (Saifuddin, 2006). Data pendukung lainnya adalah

hasil pemeriksaan USG (Nugroho, 2012).

2) Masalah

Masalah yang sering dijumpai pada ibu nifas dengan

perdarahan karena retensio sisa plasenta adalah perasaan cemas

dan takut akibat perdarahan yang banyak dari jalan lahir

(Sulistyawati, 2009).

3) Kebutuhan

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi ibu nifas seperti diatas

dibutuhkan support secara mental dan spiritual kepada pasien dan

keluarganya serta jelaskan tentang keadaan pasien (Sulistyawati,

2009).

c. Langkah III. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial/Diagnosa

Potensial dan Antisipasi Penanganannya

Pada kasus ibu nifas dengan retensio sisa plasenta potensial

terjadi syok hipovolemik dan anemia akibat kehilangan banyak darah

akibat perdarahan yang terjadi terus menerus apabila retensio sisa

plasenta tidak segera ditangani serta tidak menutup kemungkinan

terjadinya infeksi dikarenakan sisa konsepsi yang masih tertinggal

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

didalam uetrus. Untuk mengantisipasi terjadinya diagnosa potensial

tersebut, bidan perlu mengobservasi keadaan umum dan vital sign ibu

serta pemberian asupan nutrisi (infuse intravena), jika memungkinkan

dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit, ureum,

kreatinin, pH darah dan elektrolit, faal hemostasis dan uji pembekuan

darah, namun apabila semua pemeriksaan tidak mungkin dilakukan,

setidaknya dilakukan pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan

hemoglobin dan hematokrit (Saifuddin, 2006).

d. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

Tindakan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan

ginekologi yang dilakukan pada kasus perdarahan karena retensio sisa

plasenta yakni komunikasi, resusitasi cairan, monitoring tanda-tanda

vital, serta penghentian sumber perdarahan secara simultan (Krisnadi,

2011).

e. Perencanaa Asuhan Yang Menyeluruh

Tindakan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi

yang dilakukan pada kasus perdarahan dengan retensio sisa plasenta

menurut Marni (2012) yakni :

1) Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan

bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh

instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan curetase.

2) Berikan antibiotik karena perdarahan juga merupakan gejala

metritis. Antibiotika yang dapat dipilih adalah ampisilin dosis awal

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

1 g/IV dilanjutkan 3 x 1 g oral dikombinasi dengan metronidazole

1 g supositoria dilanjutkan 3 x 500 mg oral.

3) Bila kadar Hb < 8 g/dl berikan transfusi darah. Bila kadar Hb ≥ 8

g/dl berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.

f. Pelaksanaan Langsung Asuhan Dengan Efisien Dan Aman

Pada langkah ini Bidan dan Tenaga kesehatan lain menjalankan

rencana asuhan sesuai yang sudah direncanakan dalam langkah

sebelumnya dengan efisien dan aman.

g. Evaluasi

Langkah terakhir ini merupakan tindakan untuk mengukur

sejauh mana keberhasilan asuhan yang diberikan kepada pasien dan

memeriksa apakah rencana asuhan yang dilakukan telah benar-benar

memenuhi kebutuhan klien (Sulistyawati, 2009). Dalam kasus ini

setelah dilakukan penatalaksanaan diharapkan kontraksi uterus

semakin baik dan perdarahan dapat teratasi (Sastrawinata, 2005).

2. Follow Up Catatan Perkembangan Kondisi Pasien

7 langkah Varney disarikan menjadi 4 langkah, yaitu SOAP (Subyekif,

Obyektif, Asessment, dan Planning). SOAP disarikan dari proses

pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan

kemajuan keadaan pasien.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

S = Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.

Data subyektif yang dikumpulkan pada kasus perdarahan karena

retensio sisa plasenta adalah pasien sudah dilakukaan penatalaksanaan

apa saja dan bagaimana perasaannya saat ini. Keluhan apa yang masih

dirasakan sampai saat ini.

O = Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien, hasil

laboraturium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.

Data obyektif yang dikumpulkan pertama kali pada kasus ini adalah

hasil pemeriksaan fisik seperti keadaan umum pasien, kesadaran,

tanda-tanda vital, selanjutnya hasil pemeriksaan obstetri meliputi

bagaimana perdarahannya apakah masih berlanjut atau sudah dalam

batas normal, apakah kontrkasi uterus sudah membaik. Setelah itu kita

mengumpulkan data pendukung dari pemeriksaan penunjang, seperti

misalnya hasil pemeriksaan ulang kadar Hb.

A = Asessment

Menggambarkan pendokumntasian hasil analisi dan interpretasi

data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi :

1. Diagnosa/ masalah

2. Antisipasi diagnosa/ masalah potensial

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Medis 1. Masa Nifas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/

kolaborasi dan rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.

Asessment dari kasus perdarahan karena retensio sisa plasenta

berdasarkan data subyektif dan data obyektif yang sudah dikumpulkan

adalah Ny.D P2A0 umur 22 tahun Postpartum hari kesatu dengan

retensio sisa plasenta.

P = Planning

Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah

dilakukan seperti tindakan antisipasi, tindakan segera, tindakan secara

komprehensif, penyuluhan dan dukungan, kolaborasi, evaluasi atau

follow up dari rujukan sebagai langkah 3,4,5,6 dan 7 Varney.

Penatalaksanaan pada kasus perdarahan karena retensio sisa

plasenta adalah monitoring keadaan umum pasien pre kuretase,

mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan kuretase,

mempersiapkan pasien untuk kuretase, kolaborasi dengan dokter

Sp.OG, mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan.

(Varney, 2007)