BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdfkonstruksi untuk menjawab pertanyaan berapa besar...

34
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasaran dan tujuannya tersebut telah digariskan dengan jelas (Soehato,1999). Dalam proses mencapai hasil akhir kegiatan proyek tersebut telah ditentukan batasan batasan yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut dikenal dengan istilah tiga kendala (triple constrain). Jadi proyek harus dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran serta mutu yang telah ditentukan. Agar suatu proyek dapat berhasil perlu diperhatikan faktor- faktor spesifik yang penting yang disebut sebagai ciri ciri umum manajemen proyek, sebagai berikut (Dipohusodo,1996) 1. Tujuan, sasaran, harapan harapan, dan strategi proyek hendaknya dinyatakan secara jelas dan terperinci sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap individu dan satuan organisasi yang terlibat. 2. Diperlukan Rencana Kerja, Jadwal, dan Anggaran Belanja yang realistis. 3. Diperlukan peran dan tanggung jawab di antara semua satuan organisasi dan individu yang terlibat didalamnya. 4. Diperlukan mekanisme untuk memonitor, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pada berbagai strata organisasi. 5. Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi manajemen, yang digunakan sebagai pedoman di dalam peningkatan produktivitas proyek. 6. Sesuai dengan sifat dinamisnya suatu proyek, apabila diperlukan Tim Proyek atau satuan organisasi proyek dapat dimungkinkan untuk melakukan kegiatan - kegiatan yang harus bergerak diluar kerangka

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdfkonstruksi untuk menjawab pertanyaan berapa besar...

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Proyek

Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung

dalam jangka waktu terbatas, dengan sumber daya tertentu dan dimaksudkan

untuk melaksanakan tugas yang sasaran dan tujuannya tersebut telah digariskan

dengan jelas (Soehato,1999). Dalam proses mencapai hasil akhir kegiatan proyek

tersebut telah ditentukan batasan – batasan yaitu besar biaya (anggaran) yang

dialokasikan, jadwal dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut

dikenal dengan istilah tiga kendala (triple constrain). Jadi proyek harus

dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan dengan biaya yang tidak

melebihi anggaran serta mutu yang telah ditentukan. Agar suatu proyek dapat

berhasil perlu diperhatikan faktor- faktor spesifik yang penting yang disebut

sebagai ciri – ciri umum manajemen proyek, sebagai berikut (Dipohusodo,1996)

1. Tujuan, sasaran, harapan – harapan, dan strategi proyek hendaknya

dinyatakan secara jelas dan terperinci sedemikian rupa sehingga dapat

dipakai untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap individu dan

satuan organisasi yang terlibat.

2. Diperlukan Rencana Kerja, Jadwal, dan Anggaran Belanja yang

realistis.

3. Diperlukan peran dan tanggung jawab di antara semua satuan

organisasi dan individu yang terlibat didalamnya.

4. Diperlukan mekanisme untuk memonitor, mengendalikan,

mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab pada berbagai strata organisasi.

5. Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat

memberikan umpan balik bagi manajemen, yang digunakan sebagai

pedoman di dalam peningkatan produktivitas proyek.

6. Sesuai dengan sifat dinamisnya suatu proyek, apabila diperlukan Tim

Proyek atau satuan organisasi proyek dapat dimungkinkan untuk

melakukan kegiatan - kegiatan yang harus bergerak diluar kerangka

6

organisasi tradisional atau rutin, akan tetapi dengan tetap berorientasi

pada tercapainya produktivitas.

7. Diperlukan pengertian dan pemahaman mengenai tata cara dan dasar –

dasar peraturan birokrasi, dan pengetahuan tentang cara–cara

mengatasi kendala birokrasi.

2.2 Manajemen Proyek

Dalam melaksanakan suatu manajemen dikenal kegiatan-kegiatan

manajemen yang merupakan langkah-langkah pokok dalam melaksanakan fungsi

manajemen yang baik untuk mencapai sasaran organisasi atau perusahaan yang

telah ditentukan. Langkah-langkah itu dikenal dengan fungsi-fungsi manajemen,

yaitu (Soeharto, 1997) :

1. Merencanakan (Planning)

2. Mengorganisasi (Organizing)

3. Mengisi jabatan (Staffing)

4. Mengarahakan (Directing)

5. Mengendalikan (Controling)

Berdasarkan fungsi-fugsi manajemen diatas, maka fungi perencanaan dan

pengendalian merupakan dua fungsi utama dalam melaksanakan manajemen,

karena kedua fungsi tersebut sangat berkaitan satu dengan yang lainnya.

2.3 Rencana Anggaran Biaya

Rencana anggaran biaya adalah proses perhitungan volume pekerjaan,

harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan terjadi pada suatu

konstruksi. Karena rencana anggaran biaya yang dibuat sebelum dimulainya

pembangunan proyek, maka jumlah ongkos yang diperoleh ialah taksiran biaya

bukan biaya sebenarnya atau actual cost.

Kegiatan estimasi/penaksiran adalah suatu proses utama dalam proyek

konstruksi untuk menjawab pertanyaan berapa besar dana yang harus disediakan

untuk sebuah bangunan. Penyiapan dana dalam proyek konstruksi dibutuhkan

dalam jumlah yang besar. Apabila terjadi ketidaktepatan dalam penyediaan dana,

maka akan menimbulkan dampak pada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

Kegiatan estimasi merupakan dasar untuk membuat sistem pembiayaan dan

7

jadwal pelaksanaan konstruksi untuk meramalkan kejadian pada proses

pelaksanaan serta memberi nilai pada masing-masing kejadian tersebut.

Kegiatan estimasi dilakukan dengan terlebih dahulu mempelajari gambar

rencana dan spesifikasi. Berdasarkan gambar rencana dapat diketahui kebutuhan

material yang nantinya akan digunakan. Perhitungan kebutuhan dapat dilakukan

secara teliti dan kemudian ditentukan harganya. Tahap-tahap yang harus

dilakukan untuk menyusun anggaran biaya adalah sebagai berikut:

a) Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan

pasar menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinyu.

b) Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku di

daerah lokasi proyek dan atau upah pada umumnya jika pekerja

didatangkan dari luar daerah lokasi proyek.

c) Melakukan perhitungan analisis bahan dan upah dengan

menggunakan analisis yang diyakini baik oleh si pembuat anggaran.

d) Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan

memanfaatkan hasil analisa satuan pekerjaan dan daftar kuantitas

pekerjaan.

e) Membuat rekapitulasi.

Adapun bagan tahap-tahap penyusunan rencana anggaran biaya (RAB) yang

sudah dijelaskan sebelumya dapat dilihat pada gambar 2.1

DAFTAR HARGA

SATUAN BAHAN

DAFTAR HARGA

SATUAN UPAH

DAFTAR HARGA

SATUAN BAHAN DANUPAH

DAFTAR VOLUME & HARGA

SATUAN PEKERJAAN

REKAPITULASI

Gambar 2.1 Tahap penyusunan rencana anggaran biaya (RAB),Sumber : Ervianto (2002)

8

2.4 Rencana Anggaran Pelaksanaan

Rencana Anggaran Pelaksanaa (RAP) adalah salah satu dokumen sebagai

kelengkapan yang dibutuhkan dalam suatu operasional pelaksanaan proyek,

sebagai acuan/pedoman operasional pelaksanaan proyek. Khususnya dalam

pengelolahan yang berhubungan dengan hasil usaha proyek yaitu sebagai

pedoman dalam mencapai pendapatan proyek dan mengendalikan biaya proyek,

sehingga target minimal yang direncanakan dapat tercapai dan diperlukan sebagai

acuan untuk menyusun rencana cash-flow proyek.

RAP disusun untuk memenuhi kebutuhan internal kontraktor berdasarkan

volume real dan harga pasar yang mekanisme penyusunannya sama seperti

penyusunan RAB. RAP proyek yang dibuat meliputi seluruh biaya yang

dipelukan untuk merealisasikan konstruksi yang direncanakan, disusun dengan

memperhitungakan beberapa hal, yaitu :

a. Pengalaman atau referensi dari realisasi pengelolaan proyek–proyek yang

lalu.

b. Hasil observasi ulang atas data sumber daya yang diperlukan (bahan,

alat, dan tenaga kerja), biaya transportasi dan lokasi/ median kerja

proyek.

c. Kebijaksanaan perusahaan.

d. Kesepakatan atau komitmen manajer proyek dengan direksi perusahaan

2.5 Perencanaan Waktu Proyek

Penjadwalan menentukan kapan aktivitas-aktivitas dimulai, ditunda dan

diselesaikan, sehingga pemiayaan dan pemakaian sumber daya akan disesuaikan

waktunya menurut kebutuhan yang ditentukan. Semua kegiatan dalam suatu

proyek selanjutnya dihubungkan berdasarkan hubungan yang logis, sehingga

membentuk suati jaringan pekeejaan (network diagram) yang berisi lintasan-

lintasan peristiwa dan kegiatan.

9

2.5.1 Metode Bagan Balok (Bar Chart)

Metode bagan balok diperkenalkan oleh HL Gantt pada tahun 1917

dianggap belum pernah ada prosedur yang sistematis dan analitis dalam aspek

perencanaan dan pengendalian proyek. Bagan balok disusun dengan maksud

mengidentifikasikan unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan

yang terdiri dari waktu mulai, dan waktu penyelesaian (Soeharto,1999). Dewasa

ini metode bagan balok masih digunakan secara luas, baik berdiri sendiri maupun

dikombinasikan dengan metode lain, misalnya digunakan bersama-sama kurva-S

sebagai alat pengendali.

Bagan balok tersusun pada koordinat X dan Y. Pada sumbu tegak Y,

dicatat pekerjaan atau elemen atau paket kerja dari hasil penguraian lingkup suatu

proyek, dan digambar sebagai balok. Sedangkan pada sumbu horizontal X, tertulis

satuan waktu, misalnya hari, minggu, atau bulan. Disini waktu mulai dan waktu

akhir masing-masing pekerjaan adalah ujung kiri dan kanan dari balok-balok yang

bersangkutan. Pada waktu membuat bagan balok telah diperhatikan urutan

kegiatan, meskipun belum terlihat hubungan ketergantungan antara satu dengan

yang lain.Pada bagan balok terdapat beberapa keterangan yang minimal harus

dimiliki :

1. Jenis kegiatan

Jenis kegiatan diletakkan sejajar sumbu vertical yang menjelaskan

urutan-urutan pekerjaan.

2. Durasi (Waktu)

Durasi atau rencana waktu kegiatan, diletakkan sejajar sumbu

horizontal dan digambarkan dengan garis tabel.

Contoh bagan balok (Bar Chart) terdapat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Contoh Bar ChartSumber : Soeharto (1999)

1 2 3 4 5 6 7 81 Pekerjaan Persiapan2 Pekerjaan Galian3 Pekerjaan Pondasi

4 Pekerjaan Beton Bertulang5 Pekerjaan Pasangan

6 Pekerjaan Kayu7 Pekerjaan Atap

No Jenis KegiatanMinggu

10

Dari penelitian dan pengalaman pada industri konstruksi, terlihat bagan

balok mudah dibuat dan dikerjakan. Metode ini sangat berguna sebagai alat

perencanaan dan komunikasi. Meskipun memiliki segi-segi keuntungan tersebut,

namun penggunaan bagan balok terbatas karena beberapa hal berikut :

1. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara

satu kegiatan dengan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui

dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan suatu kegiatan terhadap

jadwal seluruh proyek.

2. Sulit melakukan perbaikan, karena umumnya harus dilakukan dengan

membuat bagan baru.

3. Untuk proyek besar dan kompleks, penggunaan bagan balok akan

mengalami kesulitan. Hal ini karena dengan menyusun sedemikian

besar jumlah kegiatan memiliki keterkaitan tersendiri antar kegiatan.

2.5.2 Jaringan Kerja (Network)

Metode jaringan kerja adalah suatu metode penjadwalan kegiatan-kegiatan

dengan menghubungkan kegiatan-kegiatan tersebut dalam suatu rangkaian.

Jaringan kerja dipandang sebagai penyempurnaan metode bagan balok, karena

metode jaringan kerja memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut :

1. Mampu menunjukkan urutan kegiatan proyek yang memiliki banyak

komponen dengan hubungan ketergantungan yang kompleks.

2. Memperlihatkan kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis.

Metode jaringan kerja merupakan metode penjadwalan kegiatan dengan

menghubungkan kegiatan-kegiatan tersebut dalam suatu rangkaian. Metode

jaringan kerja sering digambarkan dengan menggunakan anak panah dan

lingkaran atau kotak.

Metode jaringan kerja diperkenalkan pada akhir decade 1950-an, oleh

suatu tim insinyur dan ahli matematika dari perusahaan Du-Pont bekerjasama

dengan Rand Cooperation, dalam usaha mengembangkan suatu sistem control

manajemen. Sistem ini dimaksudkan untuk merencanakan atau mengendalikan

sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks

dalam masalah desain eingeneering, konstruksi dan pemeliharaan. System tersebut

11

dikenal dengan Metode Jalur Kritis (Critical Path Method-CPM) (Soeharto,

1999). CPM memakai teknik penyajian dengan memakai diagram anak panah,

lingkaran, serta kaidah-kaidah dasar logika ketergantungan. CPM menggunakan

satu angka estimasi dan dalam prakteknya lebih banyak digunakan oleh kalangan

industry atau proyek-proyek engineering konstruksi.

Selanjutnya diperkenalkan pula konsep dasar Precedence Diagram

Method (PDM) oleh J.W.Fondhal dari Universitas Stanford-USA pada awal

dekade 1960-an. Kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh perusahaan IBM

dalam rangka penggunaan komputer untuk memproses hitungan-hitungan yang

berkaitan dengan metode PDM. Bila CPM digambarkan sebagai kegiatan pada

anak panah atau Activity on Arrow (AOA), maka PDM adalah kegiatan pada node

Activity on Node (AON). Disini kegiatan dituliskan dalam node yang umumnya

berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan

antara kegiata yang bersangkutan. Dengan demikian, dummy dalam CPM

merupakan tanda yang penting untuk menunjukkan hubungan ketergantungan,

didalam PDM tidak diperlukan. Metode PDM menghasilkan jaringan kerja yang

lebih sederhana dibandingkan CPM (Soeharto, 1999).

2.5.3 Metode Diagram Preseden / Precedence Diagram Method (PDM)

Metode Diagram Preseden / Precedence Diagram Method (PDM)

merupakan penyempurnaan dari CPM, karena pada prinsipnya CPM hanya

menggunakan satu jenis hubungan aktivitas yaitu hubungan akhir awal dan sebuah

kegiatan dapat dimulai apabila kegiatan yang mendahuluinya selesai. Metode

preseden diagram adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON (Activity

off Node).

Kegiatan dan peristiwa pada metode preseden diagram ditulis dalam node

yang berbentuk kotak segiempat. Kotak-kotak tersebut menandai suatu kegiatan,

dimana harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Sedangkan

peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node memiliki dua peristiwa

yaitu awal dan akhir.

Kotak-kotak segiempat dalam metode preseden diagram menjadi ruangan-

ruangan kecil yang memberikan keterangan spesifik dari kegiatan dan peristiwa

12

yang bersangkutan dan dinamakan atribut. Beberapa atribut yang sering

dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan, identitas kegiatan (nomor

dan nama), dan terkadang pula dicantumkan progress pelaksanaan kegiatan yang

dapat mempermudah dalam memonitor. Denah yang lazim pada node PDM dapat

dilihat pada Gambar 2.3.

Nomor Urut

ID Durasi

Tgl. Mulai Tgl. Selesai

ID dan Nama Kegiatan

Tgl. Mulai : ES/LS Durasi

Tgl. Selesai : EF/LF Total Float

Progress penyelesaian %

Gambar 2.3 Denah yang lazim pada node PDM

Sumber : Soeharto (1999)

Keterangan :

ES : waktu mulai paling awal suatu kegiatan (Earliest Start Time). Bila

waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam hari, maka

waktu ini adalah hari paling awal kegiatan dimulai.

EF : waktu selesai paling awal suatu kegiatan (Earliest Finish Time).

Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan

terdahulu merupakan ES kegiatan berikutnya.

LS : waktu paling akhir kegiatan boleh mulai (Latest Allowable Start

Time), yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa

memperlambat proyek secara keseluruhan.

LF : waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (Latest Allowable

Finish Time) tanpa memperlambat penyelesaian proyek.

ID : nomor identitas kegiatan pada jaringan kerja.

Durasi : kurun waktu penyelesaian kegiatan. Dinyatakan dalam satuan

waktu seperti jam, hari, atau minggu.

13

Total Float : tenggang waktu total

Progress Penyelesaian : presentase kemajuan proyek

2.6 Pengertian Modal Kerja

Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini dan makin banyaknya

perusahaan-perusahaan yang berkembang hingga sukses dibidangnya, maka faktor

modal kerja mempunyai peranan penting dalam perusahaan. Masalah modal kerja

dalam perusahaan merupakan permasalahan yang tidak akan pernah berakhir.

Setiap perusahaan baik itu perusahaan besar maupun perusahan kecil akan selalu

memerlukan modal kerja yang dipergunakan untuk membiayai operasinya sehari-

hari, misalnya untuk pembelian bahan baku, pembayaran gaji karyawan,

pembayaran upah buruh, serta biaya-biaya lainnya. Melalui hasil penjualan

produksinya perusahaan mengharapkan akan kembalinya modal kerja yang telah

dikeluarkan dalam waktu yang pendek, sebab uang tersebut akan dipergunakan

lagi untuk membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian maka

dana tersebut akan terus berputar setiap periodenya selama perusahaan masih

beroperasi.

Munawir S. (1979 : 114) mengemukakan tiga konsep modal kerja yang

umum dipergunakan yaitu :

1. Konsep kwantitatif

Konsep ini menitik-beratkan pada kwantum perusahaan yang diperlukan

untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya

yang bersifat rutin, atau menunjukan jumlah dana yang tersedia untuk

operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja

adalah aktiva lancar (Gross Working Capital)

2. Konsep kwalitatif

Konsep kwalitatif menitik-beratkan pada kwalitas modal kerja, dalam

konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan modal kerja terhadap

hutang jangka pendek (Net Working Capital), yaitu jumlah aktiva lancar

yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari pemilik

perusahaan. Definisi ini bersifat kwalitatif karenamenunjukkan

tersedianyan aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya

14

(hutang jangka pendek) dan menunjukan pula margin of protectionnya

atau tingkat keamanan bagi para kreditor jangka pendek, serta menjamin

kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan

memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva

lancarnya.

3. Konsep fungsionalis

Konsep ini menitik-beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka

menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan seluruhnya

akan digunakan untuk meghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok

perusahaan, tetapi tidak semua dana dipergunakan untuk menghasilkan

laba pada periode ini (current income) ada sebagian dana yang

dipergunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang

akan datang.

Berdasarkan bebrapa pengertian yang telah ditemukan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pada dasarnya modal kerja adalah seluruh harta lancar

yang terdiri dari kas, piutang dan persediaan yang dapat digerakkan pada

satu periode tertentu untuk menunjang operasi perusahaan selama

perusahaan masih memerlukannya.

2.6.1 Pentingnya Modal Kerja

Modal kerja erat kaitannya dengan operasi perusahaan sehari-hari.

Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi

tergantung pada type atau sifat aktiva lancar yang dimiliki seperti kas, efek,

piutang, dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam artian

harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan

sehari-hari.

Manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah:

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya

nilai dari aktiva lancar.

2. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajiban-

kewajiban finansial atau hutang tepat pada waktunya.

15

3. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-

bahaya atau kesulitan keuangan persahaan yang terjadi.

4. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberi syarat kredit yang

lebih menguntungkan bagi pelanggan.

5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih

efisien, karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa.

Modal kerja yang diperlukan dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu:

1. Besar kecilnya kegiatan usaha perusahaan, dimana semakin besar

kegiatan perusahaan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.

2. Kebijaksanaan yang ditetapkan oleh perusahaan, misalnya pembelian

bahan tunai kredit, penjualan barang atau jasa tunai atau kredit.

3. Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan

perusahaan.

4. Tingkat suku bunga yang berlaku.

5. Persediaan barang-barang di pasar.

2.6.2 Sumber Modal Kerja

Pada dasarnya modal kerja bersifat fleksibel, berarti bahwa modal kerja

dapat dengan mudah diperbesar atau diperkecil, sesuai dengan kebutuhan

perusahaan. Tetapi besar kecilnya modal kerja juga tergantung dari sumber modal

kerja itu sendiri. Menurut Farid Djahidin (1985) modal kerja perusahaan dapat

bersumber dari:

1. Hasil kegiatan/Usaha Pokok.

Yang dimaksudkan disini adalah laba bersih yang diperoleh dari usaha

atau operasi perusahaan sehari-hari ditambah dengan penyusutan atau

amortisasi, sepanjang laba bersih dan penyusutan ini tidak diambil

oleh pemilik. Penyusutan atau amortisasi ini dimaksudkan sebagai

sumber modal kerja karena penyusutan dibebankan pada perhitungan

rugi laba bersih, tapi tidak ada pengeluaran kas (penggunaan modal

kerja)

16

2. Penjualan Aktiva Lancar.

Salah satu komponen aktiva lancar yang dapat dijual atau dijadikan

uang kas adalah surat-surat berharga (investasi jangka pendek) dengan

penjualan surat berharga ini berarti akan terjadi pergeseran/perubahan

modal kerja dari surat menjadi uang kas. Penjualan surat berharga ini

mempunyai tiga kemungkinan yang akan menyebabkan perubahan

dari modal kerja yaitu:

- Kalau penjualan itu mendatangkan keuntungan berarti akan

menambah modal kerja.

- Kalau penjualan itu mendatangkan kerugian berarti akan

mengurangi modal kerja.

- Kalau penjualan itu tidak untung atau tidak rugi berarti modal

kerja tidak mengalami perubahan.

3. Penjualan Aktiva Tak Lancar.

Walaupun aktiva dan investasi jangka panjang bukan merupakan

kompenen modal kerja, tetapi kalau terhadap aktiva-aktiva tetap dan

investasi jangka panjang yang tak terpakai lagi dijual berarti akan

menambah modal kerja.

4. Emisi Saham dan Penerbitan Obligasi.

5. Uang Muka yang Diterima dari Pelanggan.

Pemesanan barang atau pembelian barang dari supplier secara kredit

juga merupakan modal kerja jangka pendek.

6. Apabila suatu waktu perusahaan memerlukan penambahan modal

kerja, perusahaan dapat mengeluarkan/menjual saham baru atau

obligasi (hutang) jangka panjang.

Sedangkan berkurangnya modal kerja disebabkan oleh penggunaan modal

kerja itu untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari misalnya:

a. Pembayaran biaya-biaya dalam menjalankan operasi perusahaan baik

biaya penjualan ataupun biaya umum dan administrasi.

b. Pembayaran utang jangka panjang.

c. Kerugian-kerugian yang diderita perusahaan dalam kegiatan rutin atau

insidentil.

17

d. Pembelian aktiva tetap baik karena pelunasan usaha atau pelunasan

aktiva tetap.

e. Adanya pembentukan dana yang menyebabkan perubahan posisi

aktiva lancar menjadi aktiva tak lancar.

f. Pembelian kembali saham-saham yang telah dikeluarkan.

2.6.3 Unsur Modal Kerja

Pada prinsipnya penggunaan modal kerja sangat penting karena selama

perusahaan beroperasi modal kerja akan selalu dibutuhkan. Agar

pengaturan modal kerja dapar berhasil dengan baik, pimpinan perusahaan

seharusnya megatur unsur-unsur yang ada dalam modal kerja.

Menurut Jhon Suprihanto (1987 : 28) unsur-unsur dari modal kerja adalah

:

1. Uang kas

Setiap perusahaan industri maupun jasa dalam menjalankan usahanya

selalu membutuhkan uang kas. Uang kas adalah uang yang dimiliki

atau dibawa kemana-manan baik lembran ribuan, lima ratusan atau

recehan lima puluhan, dan sebagainya. Uang kas diperlukan untuk

belanja sehari-hari atau untuk membangun toko, membeli kendaraan

angkutan dan sebagainya. Semuam itu merupakan uang kas yang

keluar, atau yang kita bayarkan. Selain uang kas yang keluar ada juga

uang kas yang masuk atau kita terima, misalnya dari hasil penjualan

barang/jasa dari hasil penagihan piutang sebagai akibat penjualan

secara kredit. Uang masuk harus lebih besar dari kas yan dkeluarkan,

karena dipakai untuk mengembangkan usaha. Kas yang masuk ada

yang terus-menerus seperti yang diperoleh dari penjualan barang dan

ada kas yang masuk hanya sekali saja seperti kalau menjual kendaraan

angkutan yang sudah tua atau aktiva tetap lainnya yang sudah tidak

tepakai. Kas keluar ada juga yang terus-menerus seperti untuk

membeli barang dagangan atau bahan baku, membayar gaji pegawai

dan ada yang sekali-kali seperti membayar bunga pinjaman. Antara

besarnya kas masuk dan keluar akan ada selisih berupa kelebihan atau

18

kekurangan, atau bisa juga terjadi keseimbangan. Keseimbangan kas

masuk dan keluar terjadi apabila terdapat kesesuaian atau pengaturan

yang baik, atau pengaturan yang sesuai antara syarat pembelian dan

syarat penjualan. Dengan pengaturan yang baik tersebut maka

pengeluaran-pengeluaran kas untuk pembayaran hutang maupun

kewajiban-kewajiban lain dpat ditutupi dari pengumpulan piutangnya.

Seandainya terjadi kekurangan kas, maka harus dicairkan dana yang

bisa berasal dari bebrapa alternatif sumber seperti setoran baru dari

pemilik, kredit bank, penjualan aktiva tetap dan lain-lain. Kelebihan

aliran kas masuk terhadap aliran kas keluar merupakan saldo kas yang

akan tertahan dalam perusahaan. Saldo ini akan dapat dipergunakan

untuk beberapa kepentingan pengembangan usaha.

2. Surat-surat berharga yang cepat dapat dijadikan uang kas

Pengaturan penanaman modal dalam surat-surat berharga

dimaksudkan agar perusahaan dapat menggunakan kelebihan dananya

atau saldo kasnya, dengan maksud untuk penjajakan likuiditas ataupun

dengan tujuan mendapatkan pendapatan dari dana yang ditanamkan

dalam surat-surat berharga tersebut. Dalam tujuan penjajakan

likuiditas, maka penanaman uang kas dalam surat-surat berharga,

merupakan investasi yang bersifat sementara, yaitu dalam hal

perusahaan yang membutuhkan uang tunai guna memenuhi

kewajiban-kewajiban yang mendesak, perusahaan dapat dengan

segera menjual kembali surat-surat berharga tersebut.

3. Piutang-piutang dagang

Piutang dagang timbul karena perusahaan menjual kredit. Penjualan

kredit dilakukan dalam rangka memperbesar volume penjualan.

Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi

menimbulkan piutang, dan kemudian pada hari jatuh pembayaran

piutang tersebut jadilah penerimaan kas. Dengan demikian piutang

merupakan unsur modal kerja yang terus berputar. Pengaturan piutang

ditujukan agar penerimaan kredit kita betul-betul dapat membayar

19

hutangnya, sehingga tidak ada jumlah hutang yang tidak tertagih

karena penerimaan kredit ini tidak membayar.

4. Persediaan barang

Persediaan barang dagangan merupakan persediaan yang selalu dalam

perputaran, yang selalu dibeli dan selalu dijual lagi tanpa mengalami

proses lebih lanjut didalam perusahaan, yang mengakibatkan

perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan. Masalah

penentuan/pengaturan dalam besarnya persediaan barang dagangan

merupakan masalahan yang urgent karena mempunyai pengaruh

langsung pada besarnya keuntungan yang akan diterima perusahaan.

Pengaturan persediaan barang dagang ini ditujukan untuk

mengusahakan agar barang yang ada dalam perusahaan tidak

berkurang dan tidak berlebih.

2.6.4 Besar Kecilnya Modal Kerja

Untuk melaksanakan suatu proyek, memerlukan modal kerja yang cukup.

Besar kecilnya modal kerja yang diperlukan dalam suatu proyek dipengaruhi oleh

beberapa hal, antara lain:

1. Persyaratan pembayaran yang diatur dalam kontrak

Semakin banyak frekuensi pembayaran oleh konsumen maka modal

kerja yang diperlukan semakin kecil, begitu juga sebaliknya bila

frekuensi pembayaran sedikit maka memerlukan modal kerja yang

besar. Misalnya sistem pembayaran dalam Turn Key (dibayar hanya

sekali pada saat proyek sudah serah terima) memerlukan modal kerja

sebesar 100% dari total biaya.

2. Kebijakan operasional (pelaksanaan kegiatan proyek)

Kebijakan operasional disini menyangkut dua aspek, yaitu aspek

penerimaan dan aspek pembiayaan.

Kebijaksanaan pelaksanaan yang tidak memikirkan aspek penerimaan dan

pembiayaan yang terjadwal baik (efisien) akan memerlukan modal kerja yang

besar. Dengan demikian pengendalian modal kerja proyek terjadi pada dua tahap

penyusunan kontrak yaitu pada tahap penyusunan kontrak dan pada tahap

pelaksanaan.

20

2.6.5 Penggunaan Modal Kerja

Untuk mengetahui seberapa besar penggunaan modal kerja yang

dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyeleasikan suatu proyek dapat dilihat pada

persamaan akuntansi. Dalam persamaan akuntansi pencatatan suatu transaksi atau

sekelompok transaksi yang sama, harus didasari oleh tanda bukti berupa

dokumen–dokumen transaksi seperti : kwitansi dan sebagainya. Dimana

pengertian transaksi adalah peristiwa–peristiwa atau kejadian–kejadian yang

bersifat keuangan yang terjadi pada suatu pekerjaan.

Menurut Haryono Jusup (2011:114) Persamaan akuntansi tediri dari:

Transaksi – Jurnal - Buku besar - Neraca saldo – Laporan keuangan.

2.7 Biaya

2.7.1 Biaya Langsung (Direct Cost)

Adalah biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi/

bangunan. Biaya proyek terdiri dari :

a. Bahan/Material

Yang mempengaruhi biaya langsung mengenai bahan/material ada

beberapa hal yaitu bahan sisa/yang terbuang dan harga terbaik yang

masih memenuhi syarat bestek.

b. Upah Buruh / Man Power

Untuk upah buruh dibedakan menjadi upah harian, borongan per

unit volume, atau borong keseluruhan untuk daerah – daerah

tertentu. Selain upah perlu diperhatikan faktor – faktor kemampuan

dan kapasitas kerjanya. Perlu diketahui apakah buruh atau mandor

dapat diperoleh dari daerah di sekitar lokasi proyek atau tidak.

Kalau tidak, berarti harus didatangkan buruh dari daerah lain. Ini

menyangkut ongkos transport, penginapan, gaji ekstra dan lain

sebagainya. Undang-undang perburuhan yang berlaku juga perlu

diperhatikan.

21

c. Biaya Peralatan/Equipments

Untuk peralatan yang disewa perlu diperhatikan ongkos keluar

masuk garasi, ongkos buruh untuk menjalankan alat, bahan baku

dan biaya reparasi kecil. Untuk alat yang disewa perlu diperhatikan

bunga investasi, depresiasi, reparasi besar, pemeliharaan dan ongkos

mobilisasi.

2.7.2 Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan

konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek

tersebut (Sutjipto R, dkk, 1985). Yang termasuk dalam biaya tak

langsung adalah:

a. Overhead

Biaya overhead dapat digolongkan menjadi 2 jenis biaya, yaitu

biaya overhead proyek di lapangan dan biaya overhead proyek di

kantor. Biaya overhead proyek di lapangan terdiri dari biaya

personil lapangan, fasilitas sementara di proyek (gudang, kantor,

penerangan, pagar, komunikasi, transportasi), peralatan kecil – kecil

yang umumnya habis terbuang setelah proyek selesai, kontrol

kwalitas (tes kubus beton, baja, sondir dsb), rapat – rapat lapangan,

dan lain lain. Sedangkan biaya overhead kantor adalah biaya untuk

menjalankan suatu usaha. Termasuk di dalamnya adalah biaya sewa

kantor, dan fasilitasnya, honor pegawai kantor, ijin-ijin usaha,

prakualifikasi, referensi bank, anggota asosiasi-asosiasi, dan

sebagainya.

b. Biaya tak terduga/Contigencies

Biaya Tak Terduga (Contigencies) adalah salah satu dari biaya tak

langsung.Contigencies adalah biaya untuk kejadian-kejadian yang

mungkin biasa terjadi, ataupun tidak. Misalnya naiknya muka tanah,

banjir, longsornya tanah dan sebagainya. Pada umumnya biaya ini

diperkirakan antara ½ sampai 5% dari biaya total. Yang termasuk

dalam Contigencies adalah :

22

- Kesalahan, kealpaan pemborong dalam memasukkan beberapa

pos pekerjaan, gambar yang kurang lengkap

- Ketidakpastian yang subyektif, timbul karena interprestasi

subyektif terhadap bestek, dan fluktuasi harga material dan

upah buruh yang tidak tepat diperkirakan

- Ketidakpastian yang obyektif, yaitu ketidakpastian tentang

perlu tidaknya suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana

ketidakpastian itu ditentukan oleh obyek diluar kemampuan

manusia, misalnya: perlu tidaknya memasang Sheet pile untuk

pembuatan pondasi.

- Variasi efisiensi (Chance Variation), adalah variasi efisiensi

dari sumber-sumber daya, yaitu efisiensi dari buruh, peralatan,

dan material.

c. Keuntungan/Profit

Untuk inilah seseorang mau mengambil resiko menjadi

rekanan/kontraktor. Keuntungan tidak sama dengan gaji.

Keuntungan adalah hasil jerih payah dari keahlian, ditambah hasil

dari faktor resiko.

2.7.3 Sumber Pendanaan Proyek

Modal adalah dana yang disiapkan untuk pendanaan jangka panjang. Pada

dasarnya, secara potensial tersedia berbagai macam sumber pendanaan bagi suatu

perusahaan yang dikelompokkan sebagai berikut (Soeharto, 1999):

1. Modal sendiri

Modal sendiri atau equity capital dapat berasal dari:

a. Menerbitkan saham

Hasil penjualan dari saham yang baru diterbitkan akan merupakan dana

yang dapat dipakai untuk membiayai proyek. Harga pasar suatu saham

ditentukan oleh kinerja ekonomi perusahaan yang bersangkutan. Dalam

hal itu pembeli menjadi pemegang saham atau disebut share holder

atau stock holder.

23

b. Laba ditahan

Dana dapat pula dihimpun dari laba ditahan atau retained earning dari

perusahaan. Seringkali ini merupakan sumber yang penting untuk

pendanaan proyek.

2. Sumber dari luar/ utang

Sumber dari luar/ utang terjadi bila sejumlah uang (pinjaman pokok)

dipinjam dalam jangka waktu tertentu. Dalam pada itu kreditor

membebankan bunga dengan persentase tetap dan pembayaran kembali

utang pokok sesuai syarat perjanjian.

3. Sumber dari proyek

Sumber dari proyek berasal dari proyek sendiri yaitu biasanya berupa

uang muka dan pembayaran oleh owner yaitu sesuai dengan prestasi proyek

dan berdasarkan waktu atau termin pembayaran.

2.8 Sistem Akuntansi

Akuntansi merupakan alat yang efektif untuk membantu pimpinan

perusahaan untuk menjalankan tugas sehari–hari. Untuk memimpin suatu

perusahaan dengan baik manager pada masing–masing tingkat membutuhkan

informasi yang dapat dipercaya, berdasarkan mana mereka harus membuat

keputusan–keputusan. Salah satu sumber yang paling penting untuk mendapatkan

informasi tersebut adalah laporan–laporan dan data–data yang disediakan oleh

petugas akuntansi. Akuntansi memberikan informasi tentang data–data yang dapat

dinyatakan dalam satuan uang. Informasi ini perlu, pertama agar uang yang ada

aman, kedua agar manajemen tidak dengan sengaja menulis check kosong dan

dapat menilai kemampuan perusahaan melakukan pembayaran–pembayaran tepat

pada waktunya.

Salah satu fungsi akuntansi adalah menyajikan laporan–laporan periodik

untuk manajemen ,pemilik dan pihak–pihak diluar perusahaan. Laporan keuangan

utama yang dihasilkan dari proses akuntansi adalah neraca dan laporan rugi laba.

Selain itu fungsi dari laporan keuangan adalah :

a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.

24

b. Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap–tiap bagian, proses

atau produksi untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat

dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

c. Untuk menentukan perlu atau tidaknya digunakan kebijakan baru

untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Adapun laporan keuangan tersebut diatas yaitu :

2.8.1 Jurnal

Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan

secara kronologis (berdasarkan urutan waktu terjadinya) dengan menujukkan

rekening yang harus didebet dan dikredit beserta jumlah rupiahnya masing-

masing. Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan, sebelum dibukukan ke

buku besar, harus dicatat dahulu dalam jurnal.

Jurnal ini terdiri dari empat kolom yang mana pada kolom pertama

terdapat tanggal transaksi yang terjadi, kolom kedua terdapat keterangan tempat

perkiraan yang akan didebet dan diperkiraan yang akan dikredit, kolom ketiga

terdapat post reference atau nomor perkiraan, kolom keempat terdapat tempat

penjumlahan debet serta kolom kelima tempat penjumlahan kredit. Diakhir jurnal

pada kolom debet dan kredit sama–sama dijumlahkan dan hasil dari keduanya

harus sama, ini menunjukkan tidak adanya kesalahan dalam mencatat transaksi

yang terjadi. Contoh penjurnalan dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut.

Tabel 2.1 Contoh jurnal

`Tanggal Perkiraan Ref Jumlah

Debet Kredit

2010

April

1 Kas

Piutang Usaha

Perlengapan

Mesin cetak

Gedung

Modal, Budi

1

10

50

220

230

600

290,000.00

65,000.00

1,125,000.00

3,000,000.00

9,000,000.00

13,480,000.00

Sumber : Jusup (2011)

25

2.8.2 Buku Besar

Buku besar merupakan tahapan kedua dari persamaan akuntansi. Buku

besar ini berfungsi untuk mengumpulkan transaksi–transaksi yang bersifat sama.

Dalam pembahasan ini buku besar dibagi menjadi : Kas dengan no rek. 101,

Material dengan no rek. 102, Hutang Bank dengan no rek. 201, Modal dengan no

rek. 301, Pendapatan perusahaan dengan no rek. 401, Upah dengan no rek. 501,

Biaya bunga dengan no rek. 502, Overhead dengan no rek. 503, Pengembalian

uang muka dengan no rek. 504, Pengembalian Retensi dengn no rek. 505.

Pemindahan dari jurnal ke buku besar dilakukan dengan tidak mengubah bagian

yang masuk ke debet dan kredit. Untuk contoh buku besar dapat dilihat dalam

tabel 2.2 sebagai berikut.

Tabel 2.2 Contoh Buku Besar Kas

Tgl. Ket Ref Jumlah Tgl. Ket Ref Jumlah

2010 Apr.1 290,000,000.00 2010 Apr.2 60,000.00

2 2,000,000.00 6 15,000.00

3 90,000.00 10 100,000.00

30 200,000.00

Sumber : Jusup (2011)

2.8.3 Neraca Saldo

Fungsi dari neraca saldo ini adalah untuk mengetahui apakah debet sama

dengan jumlah kredit dan untuk mengetahui apakah ada kesalahan dalam posting

dan penjumlahan. Untuk contoh neraca saldo dapat dilihat dalam tabel 2.3 sebagai

berikut.

26

Tabel 2.3 Contoh Neraca Saldo

Perusahaan Percetakan “Rapih”

Neraca Saldo 30 April 2010

Debet Kredit

Kas 2,145,000.00

Perlengkapan

Asuransi dibayar di muka

Utang usaha

Utang wesel

Prive, Budi

Pendapatan percetakan

Beban advertensi

Gaji & upah pegawai

Beban macam- macam

1,475,000.00

60,000.00

-

-

50,000.00

-

15,000.00

710,000.00

300,000.00

1,700,000.00

2,8150,000.00

2,250,000.00

4,740,000.00 4,740,000.00

Sumber : Jusup (2011)

2.8.4 Neraca Lajur

Neraca lajur/kertas kerja /worksheet digunakan sebagai alat bantu dalam

menyusun laporan keuangan. Neraca lajur tidak bersifat mutlak, artinya boleh

dibuat boleh tidak. Tetapi untuk memudahkan dan menghindari kesalahan,

sebaiknya neraca lajur selalu dibuat apabila menyusun laporan keuangan. Untuk

contoh neraca lajur dapat dilihat dalam tabel 2.4 sebagai berikut.

Tabel 2.4 Contoh Neraca Lajur

Ket

Neraca

SaldoPenyesuaian

Neraca

Setelah

Disesuaikan

Laporan Laba-

RugiNeraca

Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit

`

Sumber : Jusup (2011)

27

2.8.5 Laporan Rugi Laba

Laporan rugi laba ini menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang

waktu tertentu, yang terdiri dari pendapatan, biaya, laba atau rugi. Fungsi dari

laporan rugi laba ini adalah sebagai tolak ukur keberhasilan perusahaan serta

media untuk menilai tingkat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

Untuk contoh laporan rugi laba dapat dilihat dalam tabel 2.5 sebagai berikut.

Tabel 2.5 Contoh Laporan Laba Rugi

Percetakan Rapih

Laporan Laba Rugi April 2010

Pendapatan : Pendapatan Percetakan 2,400,000.00

Pendapatan Sewa

Jumlah pendapatan

15,000.00

2,415,000.00

Beban Usaha : Beban advertensi 215,000.00

Gaji & Upah 710,000.00

Beban pemakaian perlengkapan 495,000.00

Beban macam- macam 300,000.00

Jumlah beban 1,740,000.00

Laba bersih (persediaan bahan) 675,000.00

Sumber : Jusup (2011)

2.8.6 Laporan Perubahan Modal

Setelah meyusun laporan laba rugi maka keuntungan atau kerugian yang

didapatkan oleh perusahaan akan dipindahkan kedalam laporan perubahan modal,

sehingga akan terlihat apakah modal perusahaan tersebut bertambah atau

bekurang. Laporan ini memudahkan perusahaan dalam merencanakan

peminjaman uang karena dari sini dapat dilihat seberapa besar modal yang

dimiliki perusahaan tersebut. Untuk contoh laporan rugi laba dapat dilihat dalam

tabel 2.6 sebagai berikut.

28

Tabel 2.6 Contoh Laporan Perubahan Modal

Percetakan Rapih

Laporan Perubahan Modal April 2010

Modal , 1 April 2010

Ditambah : Investasi awal 13,480,000.00

Laba Bersih 675,000.00

14,155,000.00

Dikurangi : Pengambilan prive 500,000.00

Modal 30 April 2010 13,655,000.00

Sumber : Jusup (2011)

2.8.7 Neraca

Bagian akhir dari laporan keuangan adalah neraca, dari sini dapat dilihat

seberapa besar kekayaan yang dimiliki setelah proyek selesai seperti kas,

peralatan, modal maupun hutang yang terdiri dari aktiva dan pasiva yang mana

kedua kolom ini harus seimbang. Pada pembahasan ini telah seimbang total aktiva

dan total pasiva. Untuk contoh laporan rugi laba dapat dilihat dalam tabel 2.7

sebagai berikut

Tabel 2.7 Neraca Akhir

Neraca AkhirMei-10

Aktiva PasivaKas 174.688.780,00 Hutang 0,00

Persediaan bahan 40.451.780,00 Modal Perusahaan 215.140.560,00

Total 215.140.560,00 Total 215.140.560,00

Sumber : Jusup (2011)

2.9 Aliran Kas (Cash Flow)

Aliran kas dapat dilukiskan sebagai suatu realisasi atau taksiran dari

pemasukan uang (inflow) maupun pengeluaran (outflow) yang terjadi pada suatu

investasi dalam jangka waktu tertentu. Aliran kas terbentuk dari perkiraan biaya

pertama, modal kerja, biaya operasi, biaya produksi dan revenue (Soeharto,1999).

29

Aliran kas terdiri dari :

1. Aliran Kas Permulaan (Initial Cash Flow)

Adalah pengeluaran untuk merealisasikan gagasan sampai menjadi

kenyataan fisik, termasuk didalamnya adalah biaya pembebasan lahan,

penyiapan lahan, pembuatan bangunan sipil dan perlengkapannya,

pembayaran mesin-mesin, dan termasuk penyediaan modal kerja.

2. Aliran Kas Operasional (Operational Cash Flow)

Pada aliran kas operasional, aliran kas yang masuk diperhitungkan dari

penjualan produk, sedangkan aliran kas keluar terdiri dari biaya produksi,

pemeliharaan, dan pajak. Untuk mengurangi pendapatan kena pajak (tax

deductible), depresiasi dikurangkan dari angka pendapatan sebelum pajak,

kemudian ditambahkan kembali untuk menghitung jumlah total aliran kas

periode operasi.

3. Aliran Kas Akhir (Terminal Cash Flow)

Aliran kas akhir menunjukkan aliran kas padaakhir umur ekonomi proyek.

Aliran kas ini berasal dari pengembalian modal kerja dan penjualan aktiva

tetap yang sudah habis umur ekonomisnya. Bila terjadi penjualan barang

sisa, harus pula diperhitungkan pajak penjualannya. Aliran kas ini akan

digabung dengan aliran kas operasional sebagai aliran kas masuk dalam

rangka penentuan kelayakan investasi.

Menurut Blank dan Tarquin (1998), rumus yang dipakai untuk

menghitung cash flow adalah :

NFC = pemasukan – pegeluaran

= pendapatan – biaya operasional – pinjaman – pajak ......(Pers 2.1)

Untuk contoh laporan Cash Flow atau Aliran Kas dalam bentuk tabel

dapat dilihat dalam tabel 2.8 dan untuk diagram Cash Flow sendiri dapat dilihat

dalam gambar 2.4 sebagai berikut.

30

Tabel 2.8 Contoh Cash Flow sistem Pembayaran turnkey

No. UraianBulan

1 2 3A Kas Awal 266.885.978,25 232.115.780,47 32.524.824,73B Kas Masuk

Penerimaan Termin 0,00 0,00 745.682.300,00TOTAL (A + B) 266.885.978,25 232.115.780,47 778.207.124,73

C Kas Keluar- Biaya Material 20.083.881,55 120.760.987,72 201.060.922,90- Biaya Upah 14.686.316,24 78.829.968,02 94.154.671,63TOTAL C 34.770.197,78 199.590.955,74 295.215.594,52

D Finansial- Pinjaman 0,00 0,00 262.690.769,79- Pengembalian 0,00 0,00 262.690.769,79- Bunga Pinjaman(11% p.a)

0,00 0,00 2.407.998,72

TOTAL D 0,00 0,00 265.098.768,52

E Kas Akhir 232.115.780,47 32.524.824,73 480.583.531,48Sumber : Blank dan Tarquin (1998)

Gambar 2.4 Diagram Cash Flow Sistem Pembayaran Turn Key

Sumber : Blank dan Tarquin (1998)

Keterangan :

A = Aliran Kas Masuk Penerimaan termin

Q = Aliran Kas Keluar Kas keluar dan biaya operasional

0 1

Q3

Q2

Q1

2

A1

31

...(Pers. 2.3)

2.10 Finansial

Finansial adalah keputusan keuangan untuk mengatasi dan menyesuaikan

kondisi kas sesudah kas awal. Bila kondisi kas setelah selesai kas awal defisit

maka perlu dicarikan jalan keluar seperti memasukkan dana pinjaman dan bila

sudah surplus cukup besar dapat dipergunakan untuk mengembalikan pinjaman

(bila ada pinjaman). Tolak ukurnya jika melakukan keputusan untuk melakukan

dana pinjaman adalah tingkat/jumlah suku bunga pinjaman yang harus dibayarkan

(Asiyanto, 2010).

Untuk menghitung nilai pinjaman yang dibutuhkan adalah :

Jumlah pinjaman = Kas minimal + Besar defisit – Saldo awal – bunga…(Pers 2.2)

2.11 Bunga

Bunga (interest) adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan akibat

pemakaian uang yang dipinjam sebelumnya. Penarikan bunga pada dasarnya

merupakan kompensasi dari penurunan nilai uang selama waktu peminjam

sehingga besarnya bunga relatif sama besarnya dengan penurunan nilai uang

tersebut. Besarnya bunga adalah selisih antara jumlah uang dengan utang semula.

1. Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga (rate of interest) merupakan rasio antara bunga yang

dibebankan per periode waktu dengan jumlah uang yang dipinjam awal

periode dikalikan 100% atau:= ℎ × 100%2. Bunga Sederhana

Sistem bunga sederhana (simple interest), yaitu sistem perhitungan bunga

yang didasarkan atas besarnya pinjaman semula, dan bunga periode

sebelumnya yang belum dibayar tidak termasuk faktor pengali bunga.

Secara formula sistem bunga sederhana dapat dihitung sebagai berikut:= . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (Per s . 2 .4 )

Dimana: i = suku bunga

P = pinjaman semula

n = jumlah periode pinjaman

32

........ (Pers. 2.5)

3. Bunga Majemuk

Sistem bunga majemuk (compound interest), yaitu sistem perhitungan

bunga di mana bunga tidak hanya dihitung terhadap pinjaman awal, tetapi

perhitungan didasarkan atas besarnya utang awal periode yang

bersangkutan, dengan kata lain bunga berbunga (Giatman, 2006).

4. Kredit Rekening Koran (KRK)

Kredit Rekening Koran merupakan fasilitas kredit modal kerja yang jangka

waktu kreditnya maksimal 1 tahun. Setelah waktu kredit jatuh tempo selama

1 tahun, fasilitas ini dapat diperpanjang kembali. Kredit Rekening Koran

digunakan untuk keperluan modal kerja yang bersifat fluktuatif dan variatif

yang diberikan dalam mata uang rupiah dengan saldo boleh minus sebesar

plafond.Bunga pinjaman dihitung secara harian dari saldo debet rekening

koran debitur dan dibebankan secara otomatis oleh sistem setiap periodenya.

Penarikan dan penyetoran dapat dilakukan setiap saat dan pinjaman ini

bukan merupakan pinjaman yang bersifat angsuran. Kredit Rekening Koran

ini menguntungkan debitur. Penarikan dana pinjaman dapat dilakukan setiap

saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak bank dengan

mempergunakan cek, bilyet giro atau alat perintah pembayaran lainnya

selama baki kredit masih tersedia. Pembayaran rekening koran juga

dilakukan sewaktu-waktu dengan menyetorkan ke rekening giro debitur,

bank akan memotongnya dari rekening giro debitur tersebut. Keuntungan

yang diperoleh bagi debitur adalah debitur hanya membayar bunga sebesar

presentase tertentu dikalikan dengan kredit yang telah ditarik, sehingga

beban bunga nasabah menjadi lebih kecil dan efesien. (Giatman, 2006).

Secara formula sistem bunga yang dkenakan sebagai berikut:

Bunga = Saldo Pinjaman x % Bunga x Jumlah Hari Hutang365

33

2.12 Nilai Waktu Terhadap Uang (Time Value of Money)

Pengertian bahwa suatu rupiah saat ini akan bernilai lebih tinggi dari

waktu yang akan datang merupakan konsep dasar dalam membuat keputusan

investasi. Pada umumnya masalah finansial suatu investasi mencakup periode

waktu yang cukup lama, sehingga perlu diperhitungkan pengaruh waktu terhadap

nilai uang (Asiyanto, 2005).

Hubungan nilai uang yang akan datang (future value-FV) terhadap nilai

sekarang (present value-PV) ditulis dengan rumus:

FV = PV ( 1 + i ) n ……………………......… (Pers. 2.6)Dimana:

FV = Nilai uang yang akan datang

PV = Nilai uang saat ini

i = Bunga(interest)

n = waktu

Dengan demikian ( 1 + i ) n adalah faktor pengali, yang disebut

compounded factor, yaitu faktor yang dipergunakan untuk menghitung future

value (FV) terhadap present value (PV). Dari rumus di atas dapat diperoleh

hubungan, dimana (1 + i) n adalah faktor pembagi, yang disebut discounted

factor, yaitu faktor yang digunakan untuk menghitung present value (PV) dari

future value (FV) yang ada. Contoh tabel untuk compounded factor dan

discounted factor dapat dilihat pada tabel 2.9

Tabel 2.9 Compounded factor dan discounted factor i=8%

Tahun ke Compounded factor ( 1 + i )n Discounted factor 1/( 1 + i )n

1 1,0800 0,9260

2 1,1660 0,8580

3 1,2600 0,7940

4 1,3600 0,7350

Dst.

Sumber: Asiyanto (2005)

34

2.12.1 Perhitungan Nilai Sekarang (Present Value)

Dalam metode ini kita menggunakan faktor diskon.Semua pengeluaran

dan penerimaan (dimana saat pengeluaran serta penerimaannya adalah dalam

waktu yang tidak bersamaan) harus diperbandingkan dengan nilai yang sebanding

dalam arti waktu. Dalam hal ini berarti kita harus mendiskonkan nilai-nilai

pengeluaran dan penerimaan tersebut ke dalam penilaian yang sebanding (sama).

Pengeluaran dilakukan pada saat mula-mula (sekarang), sedangkan penerimaan

baru akan diperoleh di masa-masa yang akan datang, padahal nilai uang sekarang

adalah tidak sama (lebih tinggi) dari nilai uang dikemudian hari. Oleh karena itu,

jumlah estimasi penerimaan itu harus kita diskonkan, kita jadikan jumlah-jumlah

nilai sekarang (penilaian yang sebanding dengan pengeluarannya).

Urutan-urutan perhitungan dalam metode ini adalah :

1. Menghitung cash flow yang diharapkan dari investasi yang akan

dilaksanakan.

2. Mencari nilai sekarang (present value) dari cash flow dengan

mengalikan tingkat diskont/discoutit rate tertentu yang ditetapkan.

3. Kemudian jumlah sekarang/present value dari cash flow selama umur

investasi dikurangi dengan nilai investasi awal akan menghasilkan Net

Present Value (NPV) .

Net Present Value dari investasi dapat diperoleh dengan menggunakan formula

sebagai berikut :

NPV = PWB – PWC ……..…….…..... (Pers. 2.7)

n

tt FPBCbPWB

0

)( .………………........ (Pers. 2.8)

n

tt FPBCcPWC

0

)( .…………..…….… (Pers. 2.9)

Di mana :

NPV = Net present value

PWB = Present Worth of Benefit

PWC = Present Worth of Cost

Cb = Cash flow benefit

Cc = Cash flow Cost

35

N = Umur investasi

FBP = Faktor bunga present

T = Periode waktu

Apabila didapat nilai NPV sebagai berikut:

NPV > 0, proyek menguntungkan

NPV < 0, proyek tidak layak diusahakan

NPV = 0, berarti netral atau berada pada break even point (BEP)

2.12.2 Benefit Cost Ratio (BCR)

Metode menghitung perbandingan antara benefit terhadap cost dalam

suatu proyek investasi. Pada proyek-proyek swasta, benefit umumnya berupa

pandapatan minus diluar biaya pertama. Misalnya untuk operasi dan produksi

sedangkan cost adalah biaya pertama. (Soeharto, 1997) Adapun rumus yang

digunakan adalah: = ( )..…….……............. (Pers. 2.11)

Dimana:

BCR = Perbandingan manfaat terhadap biaya (benefit cost ratio)

(PV)B = Present Worth of Benefit atau nilai sekarang benefit

Cf = Biaya pertama

2.12.3 Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return adalah tingkat diskon (discount rate) yang

menjadikan sama antara present value dari penerimaan cash dan present value

dari nilai atau investasi. Pada metode ini informasi yang dihasilkan berkaitan

dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang

dijelaskan dalam bentuk % periode waktu.Logika sederhananya menjelaskan

seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa

besar pula kewajiban yang harus dipenuhi. Kemampuan inilah yang disebut

dengan Internal Rate of Return (IRR), sedangkan kewajiban disebut Minimum

Atractive Rate of Return (MARR). Dengan demikian, suatu rencana investasi akan

dikatakan layak/menguntungkan jika IRR ≥ MARR.

36

…….……... (Pers. 2.10)

Nilai MARR umumna ditetapkan secara subjektif melalui suatu

pertimbangan-pertimbangan tertentu dari investasi, yaitu:

1. Suku Bunga Investasi (i)

2. Biaya lain yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan investasi

(Cc)

3. Faktor resiko investasi (α)

Dengan demikian, MARR = i + Cc + α, jika Cc dan α tidak ada atau nol,

maka MARR = i (suku bunga), sehingga MARR ≥ i (Giatman,2005)

Internal rate of return dapat dicari dengan sistem coba-coba (trial and

error) yaitu dengan mencari NPV pada discount rate/tingkat diskon yang kita

sukai atau yang diinginkan. Apabila dengan discount rate yang kita pilih

dihasilkan NPV positif (+), maka IRR yang akan dicari adalah di atas discount

rate/tingkat diskon tersebut, seterusnya kita cari dengan coba-coba sampai

menemukan discount rate yang menghasilkan NPV = 0 (nol).

Internal rate of return dapat dicari dengan menggunakan rumus :

)()(

iNPViNPV

NPVNPV

NPViNPVIRR

Dimana :

IRR = Internal Rate of Return yang akan dicari

iNPV- = suku bunga negative

iNPV+ = suku bunga positive

NPV- = Net Present Value dengan hasil negative

NPV+ = Net Present Value dengan hasil positive

Syarat rumus ini berlaku adalah NPV1 (+) dan NPV2 (-).

Untuk pengambilan keputusan kriteria IRR ini dengan cara dibandingkan

dengan Minimum Atractive Rate of Return atau dapat dibandingkan dengan biaya

Weighted Average Cost of Capital apabila

IRR > MARR , maka Investasi layak dilaksanakan.

IRR < MARR , maka Investasi tidak layak dilaksanakan.

37

Suatu cash flow investasi dihitung nilai NPV-nya pada tingkat suku bunga

berubah/variabel pada umumnya akan menghasilkan grafik NPV seperti Gambar

2.5 berikut :

Gambar 2.5Grafik NPV dengan nilai IRR tunggal

Perlu juga diketahui tidak semua cash flow menghasilkan IRR, IRR yang

dihasilkan tidak selalu satu, ada kalanya IRR dapat ditentukan lebih dari satu.

Cash flow tanpa IRR biasanya dicirikan dengan terlalu besarnya rasio antara

aspek benefit dengan aspek cost pada umumnya akan menghasilkan grafik NPV

seperti Gambar 2.6 berikut :

Gambar 2.6Grafik NPV tanpa IRR

38

Sedangkan cash flow dengan banyak IRR dicirikan net cash flownya bergantian

antara positif dan negatif, sehingga menghasilkan grafik NPV seperti Gambar 2.7

berikut :

Grafik 2.6NPV tanpa IRR

Gambar 2.7Grafik NPV dengan IRR lebih dari satu