BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu · Permendiknas Nomor 13 tahun 2007, tentang Standar...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu · Permendiknas Nomor 13 tahun 2007, tentang Standar...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Supervisi Klinis
(Purwanto, 2004:76)menjelaskan bahwa supervisi
adalah bantuan dari para pemimpin sekolah, yang
tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru
dan personil sekolah lainnya di dalam mencapai
tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan,
bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan
keahlian dan kecakapan guru-guru, serta bimbingan
dalam usaha pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan
dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat
pelajaran dan metode pembelajaran yang lebih baik,
cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase
seluruh proses pengajaran dan sebagainya.
Pemahaman umum bahwa peranan utama dari
supervisi adalah ditujukan kepada perbaikan
pengajaran. Franseth Jane dalam Piet A.Sahertian,
berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat memberi
bantuan terhadap program pendidikan melalui
bermacam-macam cara sehingga kualitas kehidupan
akan diperbaiki olehnya.
Senada dengan hal tersebut John J Bolla
menyatakan supervisi klinis adalah supervisi yang
difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui
siklus yang sistematis mulai tahap perencanaan,
pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap
penampilan pembelajaran guru dengan tujuan untuk
8
memperbaiki proses pembelajaran(John Bolla dalam
Mukhtar dan Iskandar, 2009:60).
Purwanto juga menjelaskan Richard Waller
memberikan definisi tentang supervisi klinis sebagai
berikut:
Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus
yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan,
dan analisis intelektual yang intensif terhadap
penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan
untuk mengadakan modifikasi yang rasional.
Cogan dalam Wiles dan Lovell (1993:68) yang
dikutip oleh Wahyudi (2009:17) mengemukakan bahwa
supervisi klinis adalah sbb:
Supervisi klinis dirancang untuk meningkatkan
performance guru kelas. Dimana diperlukan data dari
Kepala Sekolah mengenai kejadian di kelas. Analisis dari peristiwa di kelas dan hubungan antara guru dan
supervisor merupakan program, prosedur, dan
strategi yang dirancang untuk meningkatkan
pembelajaran siswa dengan cara meningkatkan
perilaku guru kelas.
(Clinical Supervision may there fore by define as the rational and practice designed to improve the teachers classroom performance. Its takes its
principal data from the events of the classroom. The analysis of these data and the relation ships between teacher and supervision from the basis of the program, procedures, and strategies designed to the improve the student learning by improving teachers classroom behavior)
Menurut Richard Weller dalam (Jerry
H.Makawimbang, 2013:26) menyatakan bahwa
supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang
difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui
sarana siklus yang sistematis dalam perencanaan,
pengamatan, serta analisis yang intelektual dan intensif
9
mengenai penampilan mengajar yang nyata, di dalam
mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.
Sahertian (2008:37) menyatakan bahwa supervisi
klinis merupakan pembelajaran aktivitas yang sangat
kompleks yang memerlukan pengamatan dan analisis
secara hati-hati, serta dikembangkan lebih
menghendaki cara kesejawatan daripada cara otoriter.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu
proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu
pengembangan profesional guru, khususnya dalam
penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan
analisis data secara objektif sebagai pegangan untuk
perubahan tingkah laku mengajar tersebut.
Permendiknas Nomor 13 tahun 2007, tentang
Standar Kepala Sekolah/ Madrasah, menegaskan 5
kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah
yaitu kompetensi kepribadian, kewirausahaan,
manajerial, supervisi dan sosial. Salah satu kompetensi
kepala sekolah yang sangat penting yang berkaitan
dengan mutu pembelajaran adalah supervisi klinis.
Tiga hal yang penting dalam supervisi klinis adalah:
1. Tahap pertemuan awal, yaitu dilakukan
sebelum melaksanakan observasi kelas yang
disebut juga sebagai pra observasi klinis
merupakan kesepakatan kontrak kerja
antara supervisor dan guru.
2. Tahap observasi mengajar, adalah tahap
observasi pengajaran secara sistematis dan
obyektif. Observasi ditujukan pada guru
10
dalam bertindak dan kegiatan-kegiatan kelas
sebagai hasil tindakan guru. Waktu dan
tempat observasi mengajar sesuai dengan
kesepakatan bersama antara supervisor dan
guru pada waktu pertemuan awal.
3. Tahap pertemuan balikan, adalah tahap
setelah melaksanakan observasi pengajaran,
dengan terlebih dahulu dilakukan analisis
terhadap hasil observasi. Tujuan utama
pertemuan balikan adalah menindak lanjuti
apa saja yang dilihat oleh supervisor, sebagai
observer, terhdap proses belajar mengajar.
2.1.1 Ciri-ciri supervisi klinis
1. Pembimbingan yang diberikan oleh
supervisor kepada guru/calon guru besifat
bantuan, bukan perintah atau instruksi.
2. Jenis ketrampilan yang akan disupervisi
oleh supevisor diusulksn oleh guru, dengan
terlebih dahulu diadakan kesepakatan.
3. Pelaksanaan dilakukan secara terisolasi
agar mudah dikontrol dan diobservasi.
4. Instrumen disepakati bersama antara
supervisor dan guru.
5. Umpan balik kegiatan mengajar guru
diberikan dengan segera dan obyektif.
6. Sungguhpun supervisor telah menganalisa
dan menginterprestasikan data yang
direkam oleh instrumen observasi, tapi
11
guru terlebih dahulu dimnta menganalisis
penampilannya.
7. Supervisor lebih banyak mendengarkan
dan bertanya daripada memerintahkan/
mengarahkan.
2.1.2 Prinsip-prinsip Supervisi Klinis
Acheson dan Gall dalam (Makawimbang,
2013:32) mengemukakan 3 prinsip dalam supervisi
klinis, yaitu: (a) Terpusat pada guru, (b) Hubungan
guru dengan supervisor lebih interaktif, (c) Demokratik
ketimbang otoritatif.
a) Prinsip terpusat pada guru ini menekankan pada
prakarsa dan tanggungjawab dalam meningkatkan / mengembangkan ketrampilan mengajar dan
menganalisis serta mencari cara-cara meningkatkan
ketrampilan mengajar disesuaikan dengan
kebutuhan guru yang bersangkutan.
b) Prinsip ini menekankan antara supervisor dan guru pada hakekatnya sederajat dan saling membantu
dalam meningkatkan kemampuan dan sikap
profesionalnya.
c) Prinsip ini menekankan kedua belah pihak harus bersifat terbuka, artinya masing-masing pihak,
supervisor dan guru berhak mengemukakan
pendapat secara bebas, namun kedua pihak
berkewajiban mengkaji dan mempertimbangkan
pendapat pihak lain untuk mencapai kesepakatan.
2.1.3 Tujuan Supervisi Klinis
Dalam Sahertian (2008:37) menyatakan bahwa
tujuan supervisi klinis adalah membantu memodifikas
pola-pola pengajaran yang tidak atau kurang efektif
untuk meningkatkan pengajaran guru di kelas.
Tujuan ini dirinci lagi kedalam tujuan yang lebih
spesifik, sebagai berikut:
12
a) Menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap guru, mengenai pengajaran yang dilaksanakannya.
b) Mendiagnosis dan membantu memecahakan
masalah-masalah pemgajaran.
c) Membantu guru mengembangkan ketrampilannya
menggunakan strategi pengajaran. d) Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi
jabatan dan keputusan lainnya.
e) Membantu guru mengembangkan satu sikap positif
terhadap pengembangan profesional yang
berkesinambungan.
2.1.4 Fungsi Kepala Sekolah
Fungsi kepala sekolah mempunyai wewenang
guna mengelola sumber daya yang ada dan
bertanggungjawab dalam meningkatkan proses dan
hasil pendidikan di sekolah. (Thoha, 2006:9)
menyatakan bahwa manajemen merupakan jenis
pemikiran yang klinis dari kepemimpinan di dalam
usahanya mencapai tujuan organisasi. Dengan
demikian kepala sekolah sebagai seorang pemimpin
yang dibatasi oleh tatakrama birokrasi dapat berperan
sebagai manufer, sehingga fungsi-fungsi seperti
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan
pengendalian merupakan fungsi pokok yang tidak
terpisahkan dalam setiap pembahasan mengenai
manajemen. Dengan kuasa dan wewenang tersebut,
seorang kepala sekolah berfungsi sebagai:
(1)Edukasi,(2) Manager, (3) Administrator, (4)Supervisi,
(5)Leader, (6)Inovator, (7) Motivator di sekolah yang
dipimpinnya.
1. Sebagai edukasi adalah kemampuan kepala
sekolah dalam membimbing guru, membimbing karyawan, membimbing siswa, membimbing staf,
mengikuti perkembangan IPTEK, memberi contoh
mengajar yang baik.
13
2. Sebagai manager adalah kemampuan menyusun program, menyusun organisasi / personalia,
menggerakan staf, guru dan karyawan,
mengoptimalkan sumber daya sekolah.
3. Sebagai administrator adalah kemampuan
mengelola administrasi KBM dan BK, mengelola administrasi kesiswaan, mengelola administrasi
ketenagaan, mengelola administrasi keuangan,
mengelola administrasi sarana / prasarana,
mengelola administrasi persuratan.
4. Sebagai supervisor adalah kemampuan menyusun
program supervisi, melaksanakan program supervisor, menggunakan hasil supervisi.
5. Sebagai leader / pemimpin adalah memiliki
kepribadian yang kuat, memahami kondisi anak
buah dengan baik, memiliki visi dan memahami
misi sekolah, memiliki kemampuan mengambil
keputusan, memiliki kemampuan berkomunikasi. 6. Sebagai inovator adalah kemampuan mencari/
menentukan gagasan baru untuk pembaharuan
sekolah, kemampuan melakukan pembaharuan di
sekolah.
7. Sebagai motivator adalah kemampuan mengatur lingkungan kerja (fisik), mengatur suasana kerja
(non fisik), kemampuan menerapkan prinsip
penghargaan dan hukuman.
2.1.5 Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Konsep kepala sekolah sebagai supervisor
menunjukkan adanya perbaikan pengajaran pada
sekolah yang dipimpinnya, perbaikan ini tampak
setelah dilakukan sentuhan supervisor berupa bantuan
mengatasi guru dalam mengajar. Menurut
Faturrahman dan Suryana (2011:30) menyatakan
”Kepala sekolah memahami program dan strategi
pengajaran. Sehingga mampu memberi bantuan kepada
guru yang mengalami kesulitan menyusun program
dan strategi pengajarannya.”
Hasil penelitian Lipham (1981) berkaitan dengan
kinerja kepala sekolah menyatakan:
14
When the value of individuals within the school are reasonably uniform, the values are translated into
meaningfull organizational goals, and there is a
commitment to achieveing the goals, the succesfull
school result. (Jika nilai individu - indvidu yang ada
di sekolah adalah seragam, dan nilai tersebut dimanifestasikan pada tujuan – tujuan sekolah yang
bermakna, dan terdapat suatu tanggung jawab
dalam mencapai tujuan tersebut yang memberi
dampak terhadap keberhasilan sekolah).
Kepala sekolah dalam kedudukannya sebagai
supervisor berkewajiban membina para guru agar
menjadi pendidik dan pengajar yang baik. Bagi guru
yang sudah baik agar dapat mempertahankan kuali-
tasnya, dan bagi guru yang belum baik dapat
dikembangkan menjadi lebih baik. Hal-hal yang perlu
dikembangkan oleh kepala sekolah sebagai supervisor
adalah (Pidarta, 2009):
(1) kepribadian guru; (2) peningkatan profesi se-cara
kontinu; (3) proses pembelajaran; (4) pengua-saan
materi pelajaran; (5) keragaman kemampuan guru; (6) keragaman daerah; (7) kemampuan guru dalam
bekerja sama dengan masyarakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah yang memiliki kemampuan yang cukup
dapat mengatasi prosedur pengembangan kurikulum
yang merespon perubahan – perubahan yang terjadi.
Perubahan itu harus direspon dalam tujuan
pembelajaran dan tujuan sekolah, isi materi
pembelajaran, metode dan pendekatan dalam
pengajaran, evaluasi program pengajaran dan kegiatan
kinerja yang berkaitan dengan layanan belajar untuk
mengatasi semua permasalahan.
15
2.1.6 Ketrampilan Teknikal Kepala Sekolah
Dalam memberikan pembinaan kepada guru,
kepala sekolah haus memiliki kemampuan yang
berkaitan dengan tugas dan tanggungjawab. Jika tidak
maka akan mengurangi kredibilitas Kepala Sekolah di
mata para guru. Itulah sebabnya Soebagio (2005:203)
mengemukakan bahwa kepala sekolah sudah
seharusnya memiliki ketrampilan teknikal yaitu
pengetahuan dan kemahiran dalam kegiatan yang
menyangkut metode, proses, dan prosedur guna
mengajarkan kepada bawahan. Ketrampilan tersebut
merupakan ketrampilan khusus, sehingga kepala
sekolah dituntut mampu menggunakan alat – alat
prosedur dan teknik yang berhubungan dengan proses
pembelajaran. Ketrampilan teknikal diperlukan agar ia
mampu mengawasi dan menilai pekerjaan sesuai
dengan keahlian yang digelutinya. Contohnya pemimpin
pendidikan perlu menguasai cara-cara menyusun
renstra, membuat silabus, memahami PBM, menguasai
tehnik penilaian, dan sebagainya.
2.2 Kinerja Guru
2.2.1 Kinerja Guru
Kinerja guru berasal dari kata kinerja dan guru.
Kinerja dalam sehari-hari sering diartikan “ Sesuatu
yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan
kerja. Kinerja dapat dipergunakan untuk menunjukkan
kemampuan sesuatu organisasi atau manajemen yang
berkaitan dengan hasil atau prestasi yang dihasilkan”
(Sukari 1999:49).
16
Menurut Mangkunegara (2006:67) “Kinerja adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja guru akan baik jika guru memiliki kompetensi
dasar yakni:(1)Menguasai landasan kependidikan, (2)
Menguasai bahan pelajaran, (3)Menyusun program
pengajaran, (4)Kemampuan mengelola interaksi belajar
mengajar, (5)Kemampuan mengelola kelas,
(6)Kemampuan interaksi belajar mengajar, (7)Menilai
hasil belajar siswa, (8)Kemampuan mengenal dan
menterjemahkan kurikulum, (9)Mengenal fungsi dan
program bimbingan dan penyuluhan, (10)Memahami
prinsip- prinsip dan hasil pengajaran.
Kesimpulannya bahwa kinerja sumber daya
manusia adalah prestasi kerja atau hasil kerja (out put)
baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM
dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2.3 Kompetensi Guru
Gordon dalam Mulyasa (2007:38-39) menjelaskan
aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep
kompetensi sebagai berikut :
a. Pengetahuan (knowledge): yaitu kesadaran dalam
bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui
cara melakukanidentifikasi kebutuhan belajar, dan
bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta
didik sesuai dengan kebutuhannya. b. Pemahaman (understanding): yaitu kedalaman
kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu.
Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan
pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik
tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar
17
dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.
c. Kemampuan (skill): adalah sesuatu yang dimiliki oleh
individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang
dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru
dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana
untukmemberikan kemudahan belajar pada peserta didik.
d. Nilai(value): adalah suatu standar yang telah diyakini
dan secara psikhologis telah menyatu dalam diri
seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam
pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis,
dan lain-lainnya). e. Sikap(attitude): yaitu (senang tidak senang, suka tidak
suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang
datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis
ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gaji, dan
sebagainya.
Dari beberapa kompetensi guru di atas, dapat
disimpulkan bahwa guru harus mempunyai kompetensi
berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,
sikap dan minat untuk mendidik anak dengan sebaik-
baiknya, hal ini agar peserta didik dapat menyerap ilmu
atau informasi dengan baik.
Wina Sanjaya (2006:18) mengkategorikan ke
dalam tiga kompetensi yaitu: kompetensi pribadi,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial
kemasyarakatan. Kompetensi pribadi adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik.
Kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi sosial
adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
18
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua / wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
2.3.1 Peran dan tugas guru
Peranan guru adalah untuk menciptakan
serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang
dilakukan dalam situasi tertentu serta hubungan
dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan
perkembangan siswa yang menjadi tujuannya,
Wrightman(1977:23).
Moh Uzer Usman(1988:8) menggambarkan secara
singkat tugas seorang guru. Peran guru dalam proses
belajar mengajar, yang dikemukakan oleh Adams &
Decey, yang dikutip oleh Muh.Uzer (1999:9) sebagai
berikut :
a) Guru sebagai demonstrator.
Guru hendaknya senantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ini ilmu
yang dimilikinya, karena sangat menentukan hasil
belajar yang dicapai siswa.
b) Guru sebagai pengelola kelas. Hendaknya guru mampu mengelola kelas sebagai
lingkungan belajar serta merupakan aspek dari
lingkungan sekolah yang perlu diorganisir.
Lingkungan eksternal dan internal ini perlu diatur
dan diawasi agar kegiatan belajar terarah pada tujuan
– tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turutmenentukan sejauh mana
lingkungan tersebut menjadi lingkungan beljar yang
baik, dengan ciri bersifat menantang dan merangsang
siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan
kepuasan dalam mencapai tujuan. c) Guru sebagai mediator dan fasilitator.
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
19
media pendidikan karena media pendidikan sebagai alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses
belajar mengajar, mampu memilih dan menggunakan
serta mengusahakan media itu dengan baik. Guru
sebagai fasilitator, hendaknya mampu mengusahakan
sumber – sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar
mengajar.
d) Guru sebagai evaluator.
Tujuan dari penilaian itu adalah untuk mengetahui
penguasan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan dan keefektifan metode pengajaran untuk mengetahui
kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya.
Informasi dari hasil evaluasi merupakan umpan balik
terhadap proses belajar mengajar, yang akan
dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar selanjutnya sehingga memperoleh hasil pendidikan yang optimal.
e) Peran guru sebagai pengadministrasian.
Seorang guru harus berperan sebagai :
a) Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian
kegiatan – kegiatan pendidikan. Dalam hal ini
berarti guru turut serta memikirkan kegiatan –
kegiatan pendidikan yang direncanakan serta
nilainya.
b) Wakil masyarakat, yang berarti dalam sekolah guru sebagai anggota suatu masyarakat, guru
harus mencerminkan suasana dan
kemampuan masyarakat dalam arti yang baik.
c) Orang yang ahli dalam mata pelajaran, guru
bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang
berupa pengetahuan.
d) Penegak disiplin, guru harus menjaga agar
tercapai suatu disiplin.
e) Pelaksana administrasi pendidikan. Disamping
sebagai pengajar, gurupun bertanggung jawab akan jalannya pendidikan dan harus dapat
melaksanakan kegiatan administrasi.
f) Pemimpin generasi muda dalam
mempersiapkan diri untuk menjadi anggota
masyarakat yang dewasa. g) Penerjemah kepada masyarakat. Artinya, guru
berperan untuk menyampaikan segala
20
perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya masalah pendidikan.
f) Peran guru sebagai pribadi (self oriented), seorang
guru harus berperan sebagai berikut : a) Petugas sosial, yaitu seseorang yang harus
membantu untuk kepentingan masyarakat.
b) Pelajar dan ilmuan, yang senantiasa terus
menerus menuntut ilmu pengetahuan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
c) Orang tua, dengan mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Karena
sekolah merupakan lembaga pendidikan
kedua sesudah keluarga.
d) Pencari teladan, guru menjadi ukuran bagi
norma – norma tingkah laku. e) Pencari keamanan, guru menjadi tempat
berlindung bagi siswa – siswa untuk
memperoleh rasa aman dan puas di
dalamnya.
7. Peran guru secara psikologis, yaitu dapat dipandang
sebagai berikut :
a) Ahli psikologi pendidikan.
Guru harus melaksanakan tugasnya atas
dasar prinsip – prinsip psikologi. b) Seniman dalam hubungan antar manusia
untuk tujuan tertentu dengan menggunakan
tehnik tertentu, khususnya dalam kegiatan
pendidikan.
c) Pembentukan kelompok sebagai jalan atau
alat dalam pendidikan. d) Catalyic agent, yaitu orang yang mempunyai
pengaruh dalam menimbulkan
pembaharuan, sering pula peranan ini sebagai inovator (pembaru).
e) Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker) yang bertanggungjawab terhadap
pembinaan kesehatan mental khususnya
kesehatan mental siswa.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
dari beberapa peran guru tersebut, apabila dijalankan
dengan penuh tanggungjawab dan komitmen, maka
21
akan dapat memajukan dan meningkatkan kualitas
pendidikan.
Mulyasa (2007:54) mengatakan bahwa tugas guru
yang paling utama adalah “to facilitate of learning“
(memberi kemudahan belajar), bukan hanya
menceramahi, atau mengajar, apalagi menghajar
peserta didik. Uzer (1995:6-7) membagi tugas guru ke
dalam tiga tugas: (a) profesi, meliputi : mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai – nilai hidup,
mengajar yaitu meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan tehnologi, melatih yaitu
mengembangkan ketrampilan dan penerapannya. (b)
kemanusiaan, meliputi, sebagai orang tua bagi
siswanya, menarik simpati dan perhatian siswa dari
semua lapisan masyarakat, memotivasi siswa dan
mentransformasikan diri kepada siswa, (c)
kemasyarakatan, meliputi: mendidik dan mengajar
untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral
Pancasila, mencerdaskan bangsa indonesia.
Bila kita cermati tugas – tugas di atas, guru
selain memberi kemudahan belajar, juga memberi arti
yang begitu besar bagi dirinya sendiri, masyarakat,
bahkan bangsa dan negara. Tanggung jawab guru
dapat dijabarkan ke dalam sejumlah kompetensi yang
lebih khusus yaitu :
a) Tanggung jawab moral : bahwa setiap guru
harus mampu menghayati perilaku dan
etika yang sesuai dengan moral Pancasila
22
dan mengamalkannya dalam pergaulan
hidup sehari – hari.
b) Tanggung jawab dalam bidang pendidikan
di sekolah : guru harus menguasai cara
belajar mengajar yang efektif, mampu
mengembangkan kurikulum, silabus, dan
rencana pelaksanaan pembelajaran, serta
evaluasi hasil belajar.
c) Tanggung jawab dalam bidang
kemasyarakatan : guru harus ikut serta
mensukseskan pembangunan, yang harus
kompeten dalam membimbing, mengabdi
dan melayani masyarakat.
d) Tanggung jawab dalam bidang keilmuan :
guru harus turut serta memajukan ilmu,
terutama yang menjad spesifikasinya,
dengan melaksanakan penelitian dan
pengembangan.
Dengan memperhatikan peran, tugas, dan
tanggung jawab guru yang begitu komplek, apabila
dapat dilaksanakan dengan baik, maka prises belajar
mengajar akan tercapai sesuai dengan tujuan
pendiidkan yang diharapkan.
2.4 Penelitian yang relevan
1) Implementasi Pendekatan Klinis Dalam
Supervisi Pendidikan, Dan Tindak Lanjut
Yang Seharusnya Dilakukan oleh Anantyas
Kusuma Dewi dkk (2012) Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan
23
supervisi klinis akan terjadi hubungan
kolegial antara pengawas dan guru terjalin
dengan baik. Tanpa prasyarat tersebut
guru akan segan untuk meminta pengawas
untuk melakukan supervisi klinis terhadap
berbagai permasalahan yang dihadapi guru
dalam pembelajaran.
2) Pelaksanaan Supervisi Klinis Kepala
Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru
Pada SMA Negeri 2 Sambas oleh Liling Chui
Mi (2013) Hasil penelitian menunjukkan
Kinerja Guru SMA Negeri 2 Sambas
meningkat dengan semua guru memiliki
RPP, ada yang buatan sendiri, mengadopsi
dari kegiatan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP).
3) Pengaruh Supervisi Klinis dan
Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Motivasi Untuk Peningkatan Kinerja Guru
(Studi Empiris di SMPN 33 Kota Semarang)
(2012) menyimpulkan bahwa supervisi
berpengaruh positif terhadap variabel
kinerja guru, temuan ini dapat diartikan
kinerja guru akan meningkat seiring
dengan meningkatnya kegiatan supervisi.
4) Yeni Adoelu (2010) menyatakan “Penilaian
Peran Pengawas Kepala untuk Quality
Assurance di Sekolah Menengah di Ondo
State, Nigeria”. Peran kepala sekolah dalam
pengawasan tugas guru pada pelaksanaan
24
pembelajaran. Kepala sekolah memberikan
pengawasan atau supervisi untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa sebagian
kepala sekolah memberikan perhatian
penuh pada guru untuk meningkatkan
pembelajaran.
5) Stronge (2002) mengungkapkan bahwa
dalam No Child Left Behind, penilaian guru
dan evaluasi guru yang tepat merupakan
kunci utama keberhasilan dan kesuksesan
sekolah.
2.5 Kerangka Pikir Penelitian
Mengacu pada kondisi riil di SD Kanisius
Temanggung, kenyataan sebagian guru belum
memenuhi kompetensi sebagai guru. Misalnya dalam
menyusun RPP, penggunaan RPP dalam kegiatan
pembelajaran, penggunaan alat peraga / sarana
prasarana, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran
belm terlaksana secara maksimal
Melihat kenyataan tersebut, masih jauh harapan
yang diinginkan sekolah, sehingga Kepala Sekolah
bersama dengan guru ingin bersinergi menciptakan
kondisi pembelajaran di kelas secara maksimal. Dengan
supervisi klinis dan usaha – usaha yang dilakukan
untuk guru, diharapkan akan tercipta kinerja guru
yang optimal, berdedikasi dan kreatif. Langkah yang
dilakukan Kepala sekolah untuk tercapainya harapan
25
tersebut dengan melakukan supervisi klinis untuk
meningkatkan kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran, serta membangun komitmen guru untuk
bekerja lebih baik dari sebelumnya.
Kerangka berpikir diatas dapat digambarkan pada
bagan sebagai berikut :
BAGAN SUPERVISI KLINIS
Sumber: (Makawimbang,2013:39)
TAHAP PERTEMUAN
AWAL
1.Menganalisis
rencana pelajaran.
2.Menetapkan bersama
aspek-aspek yang akan
diobservasi dalam
mengajar
TAHAP OBSERVASI
MENGAJAR
1.Mencatat peristiwa
selama pengajaran
2.Catatan harus
obyektif dan selektif
TAHAP PERTEMUAN BALIKAN
1. Menganalisis hasil observasi bersama guru
2. Menganalisis perilaku mengajar
3. Bersama menetapkan aspek-aspek yang harus
dilakukan untuk membantu perkembangan
ketrampilan mengajar berikutnya
26
2.6 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir
hipotesis penelitian dari tesis yang berjudul
Pelaksanaan Supervisi Klinis Kepala Sekolah Untuk
Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Mengelola
Pembelajaran Di SD Kanisius Temanggung adalah akan
terjadi peningkatan kinerja guru dalam pengelolaan
pembelajaran di SD Kanisius Temanggung.