BAB II TINJAUAN PUSTAKA...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pengertian Evaluasi Evaluasi sangat...

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pengertian Evaluasi Evaluasi sangat diperlukan, mengingat perkembangan peradaban manusia menuntut manusia untuk terus berkreasi, dalam bentuk aktivitas-aktivitas yang terorganisir. Satu kegiatan, baik di bidang pemerintah yang menyangkut tugas-tugas pemerintah dalam menjalankan fungsinya melayani masyarakat, maupun di bidang swasta yang menghasilkan produk, atau memberikan layanan jasa pada konsumen perlu melakukan evalusi, untuk melihat sejauh mana program-program yang dijalankanya mencapai sasaran, atau bagaimana program tersebut berjalan, juga menentukan relevansi, efesiensi, efektivitas dan dampak kegiatan-kegiatan suatu program sesuai dengan program yang akan dicapai secara sistematik dan obyektif. Dalam pengertian ini evaluasi dilihat sebagai suatu proses untuk menyempurnakan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program dan pengambilan keputusan di masa depan dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan. Evaluasi biasanya dilakukan dengan menetapkan efek kegiatan (tujuan jangka menengah) dan dampak kegiatan (tujuan jangka panjang) terhadap kelompok masyarakat sasaran yang biasanya dikelompokkan berdasarkan golongan, pendapatnya penting suatu 11

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pengertian Evaluasi Evaluasi sangat...

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.1. Pengertian Evaluasi

    Evaluasi sangat diperlukan, mengingat

    perkembangan peradaban manusia menuntut manusia

    untuk terus berkreasi, dalam bentuk aktivitas-aktivitas

    yang terorganisir. Satu kegiatan, baik di bidang

    pemerintah yang menyangkut tugas-tugas pemerintah

    dalam menjalankan fungsinya melayani masyarakat,

    maupun di bidang swasta yang menghasilkan produk,

    atau memberikan layanan jasa pada konsumen perlu

    melakukan evalusi, untuk melihat sejauh mana

    program-program yang dijalankanya mencapai sasaran,

    atau bagaimana program tersebut berjalan, juga

    menentukan relevansi, efesiensi, efektivitas dan

    dampak kegiatan-kegiatan suatu program sesuai

    dengan program yang akan dicapai secara sistematik

    dan obyektif. Dalam pengertian ini evaluasi dilihat

    sebagai suatu proses untuk menyempurnakan

    kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, membantu

    perencanaan, penyusunan program dan pengambilan

    keputusan di masa depan dalam kegiatan yang

    berkaitan dengan pembangunan.

    Evaluasi biasanya dilakukan dengan menetapkan

    efek kegiatan (tujuan jangka menengah) dan dampak

    kegiatan (tujuan jangka panjang) terhadap kelompok

    masyarakat sasaran yang biasanya dikelompokkan

    berdasarkan golongan, pendapatnya penting suatu

    11

  • evaluasi, sebagai bagian dari pelaksanaan perencanaan

    yang meyeluruh.

    Evaluasi dimaksudkan untuk mengusahakan

    pelaksanaan berjalan sesuai dengan rencana yang

    dibuat sebelumnya, sehingga apabila terjadi

    penyimpangan, penyimpangan tersebut dapat diketahui

    sebelumnya guna melakukan tindakan korektif.

    Untuk mencapai pengawasan yang optimal, di

    dalam mengevalasi sebaiknya membangun sistem

    pengawasan (monitoring) yang dikoordinasikan secara

    berkelanjutan dan periodik serta didukung oleh sistem

    pelaporan yang dikuasai dan dilaksanakan oleh pihak-

    pihak yang terkait, keberadaan sistem ini terutama

    ditunjukan untuk mengetahui bagaimana tingkat

    keberhasilan atau kegagalan suatu program kegiatan

    untuk pengambilan tindakan penyesuaian (pemecahan

    masalah).

    Menurut Suharsimi Arikunto (2004), evaluasi

    adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi

    tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya

    informasi tersebut digunakan untuk menentukan

    alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.

    Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah

    menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi

    pihak decision maker untuk menentukan kebijakan

    yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah

    dilakukan.

    Evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses

    pengambilan keputusan dengan menggunakan

    informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil

  • belajar, baik yang menggunakan instrumen tes

    maupun non tes (Zainul dan Nasution, 2001).

    Sedangkan menurut Novia dalam Pengertian

    Evaluasi Dalam Pengajaran tahun 2013, kegiatan

    evaluasi merupakan proses yang sistematis. Evaluasi

    merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan

    seara berkesinambungan.Evaluasi bukan hanya

    merupakan kegiatn akhir atau penutup dan suatu

    program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang

    dilakukan pada permulaan, selama program

    berlangsung, dan pada akhir program setelah program

    itu dianggap selesai.

    Kegiatan evaluasi memerlukan berbagai informasi

    data yang menyangkut objek yang sedang di

    evaluasi.Dalam kegiatan pengajaran, data yang

    dimaksud mungkin berupa prilaku dan penampilan

    siswa selama mengkuti pelajaran, hasil ulangan atau

    tugas pekerjaan rumah, nilai akhir semester, nilai ujian

    semeseter, dan sebagainya.Berdasarkan data itulah

    selanjutnya diambil sutatu keputusan sesuai denga

    tujuan maksud dari evaluasi yang sedang

    dilaksanakan.Perlu dikemukakan bahwa ketepatan

    keputusan evaluasi sangat tergantung pada kesahihan

    objetivitas data yang digunakan dalam pengambilan

    keputusan.

    Pengertian evaluasi menurut Charles O. Jones

    dalam Aprilia (2009) adalah “evaluation is an activity

    which can contribute greatly to the understanding and

    improvement of policy development and

    implementation” (evaluasi adalah kegiatan yang dapat

    menyumbangkan pengertian yang besar nilainya dan

  • dapat pula membantu penyempurnaan pelaksanaan

    kebijakan beserta perkembangannya). Pengertian

    tersebut menjelaskan bahwa kegiatan evaluasi dapat

    mengetahui apakah pelaksanaan suatu program sudah

    sesuai dengan tujuan utama, yang selanjutnya kegiatan

    evaluasi tersebut dapat menjadi tolak ukur apakah

    suatu kebijakan atau kegiatan dapat dikatakan layak

    diteruskan, perlu diperbaiki atau dihentikan

    kegiatannya.

    Menurut PP No. 39 Tahun 2006, Evaluasi adalah

    rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan

    (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap

    rencana dan standar.

    Menurut Ernest R. Alexander dalam Aminudin

    (2007), metode evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi

    lima yaitu:

    1) Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian dengan membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi sesudahnya.

    2) Actual versus planned performance comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada (actual) dengan ketetapan perencanaan yang ada (planned)

    3) Experintal (controlled) model, metode yang mengkaji suatu obyek penelitian dengan melakukan percobaan yang terkendali untuk mengetahui kondisi yang diteliti.

    4) Quasi experimental models, merupakan metode yang mengkaji suatu obyek penelitian dengan melakukan percobaan tanpa melakukan pengontrolan/pengendalian terhadap kondisi yang diteliti.

  • 5) Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian yang hanya berdasarkan pada penilaian biaya terhadap suatu rencana.

    1.2. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

    a. SNP dan SPM

    Untuk dapat memenuhi Standar Nasional

    Pendidikan diperlukan sumber daya yang besar untuk

    memenuhi berbagai kebutuhan termasuk pemenuhan

    standar sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga

    kependidikan, proses, pembiayaan dan keperluan

    penting lainnya.

    Sebagian sekolah/madrasah belum mampu

    memenuhi SNP. Hal ini tercermin pada rendanya

    jumlah SD yang telah terakreditasi (yakni, baru

    mencapai 65,4%) dan jumlah ini diperkirakan akan

    naik mencapai 70,0% pada akhir tahun ini. Sementara

    SMP yang telah terakreditasi kini baru mencapai 61,0%

    dan diperkirakan akan meningkat menjadi 66,6% pada

    akhir tahun nanti.

    Mengingat pemenuhan standar nasional

    pendidikan masih dirasakan sulit bagi banyak

    sekolah/madrasah, maka Standar Pelayanan Minimal

    (SPM) dirancang sebagai tahapan awal untuk mencapai

    SNP dan standar lainnya.

    Standar Pelayanan Minimal bidang pendidikan

    yang selanjutnya disebut SPM adalah jenis dan tingkat

    pelayanan pendidikan minimal yang harus disediakan

    oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara

    satuan atau program pendidikan, pemerintah provinsi,

    dan pemerintah kabupaten/kota sebagaimana diatur

    dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

  • tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara

    Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

    Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

    Standar pelayanan minimal pendidikan dasar

    adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar

    melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan

    pemerintah kabupaten/kota.SPM mengatur jenis dan

    mutu layanan pendidikan yang disediakan oleh

    pemerintah kabupaten/kota dan

    sekolah/madrasah.SPM juga merupakan pelaksanaan

    disentralisasi penyelenggaraan kewenangan di bidang

    pendidikan dasar.

    SPM difokuskan pada upaya untuk memastikan

    bahwa setiap sekolah/madrasah dapat

    menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik.

    SPM Pendidikan Dasar mengatur mengenai:

    1) Apa yang harus tersedia di sekolah/madrasah

    seperti guru, kepala sekolah/madrasah, tenaga

    kependidikan, sarana-prasarana, media, buku, dan

    sebagainya.

    2) Apa yang harus terjadi di sekolah/madrasah,

    misalnya guru harus menyiapkan RPP, kepala

    sekolah/madrasah melakukan supervisi akademik,

    pemenuhan jam belajar, dan sebagainya.

    b. Indikator Pemenuhan SPM

    Dalam Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010

    Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar

    di Kabupaten/Kota, terdapat 13 indikator pemenuhan

    SPM yang merupakan tanggung jawab

  • sekolah/madrasah, dan 14 indikator pemenuhan SPM

    yang merupakan tanggungjawab kabupaten/kota.

    Indikator Pencapaian Standar Pelayanan Minimal

    Pendidikan Dasar oleh Sekolah/Madrasah terdiri dari

    yang dipaparkan berikut.

    1) Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah

    ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup

    mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA,

    dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap

    peserta didik;

    2) Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang

    sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah

    mencakup semua mata pelajaran dengan

    perbandingan satu set untuk setiap perserta didik;

    3) Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan

    bahan yang terdiri dari model kerangka manusia,

    model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh

    peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan

    poster/carta IPA;

    4) Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan

    dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs

    memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku

    referensi;

    5) Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di

    satuan pendidikan, termasuk merencanakan

    pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai

    hasil pembelajaran, membimbing atau melatih

    peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan;

    6) Satuan pendidikan menyelenggarakan proses

    pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan

    kegiatan tatap muka sebagai berikut

  • a) Kelas I - II : 18 jam per minggu;

    b) Kelas III : 24 jam per minggu;

    c) Kelas IV - VI : 27 jam per minggu; atau

    d) Kelas VII - IX : 27 jam per minggu;

    7) Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat

    satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang

    berlaku;

    8) Setiap guru menerapkan Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan

    silabus untuk setiap mata pelajaran yang

    diampunya;

    9) Setiap guru mengembangkan dan menerapkan

    program penilaian untuk membantu meningkatkan

    kemampuan belajar peserta didik;

    10) Kepala sekolah/madrasah melakukan supervisi

    kelas dan memberikan umpan balik kepada guru

    dua kali dalam setiap semester;

    11) Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi

    mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta

    didik kepada kepala sekolah/madrasah pada akhir

    semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar

    peserta didik;

    12) Kepala sekolah/madrasah menyampaikan laporan

    hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan

    Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN)

    kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan

    rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan

    Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama di

    kabupaten/kota pada setiap akhir semester; dan

  • 13) Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-

    prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah

    (MBS/M).

    Indikator Pencapaian Standar Pelayanan Minimal

    Pendidikan Dasar oleh Pemerintah Kabupaten/Kota

    dan Kemenag Kabupaten/Kota dapat mengambil

    bentuk sebagai berikut.

    1) Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang

    terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3

    km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dan

    kelompok permukiman permanen di daerah

    terpencil;

    2) Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan

    belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan

    untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk

    setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang

    kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang

    cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan

    tulis;

    3) Di setiap SMP/MTs tersedia ruang laboratorium IPA

    yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup

    untuk 36 peserta didik dan minimal satu set

    peralatan praktik IPA untuk demonstrasi dan

    eksperimen peserta didik;

    4) Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang

    guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk

    setiap orang guru, kepala sekolah/madrasah dan

    staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs

    tersedia ruang kepala sekolah/madrasah yang

    terpisah dan ruang guru.

  • 5) Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk

    setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru

    untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah

    khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan

    pendidikan;

    6) Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru

    untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah

    khusus tersedia satu orang guru untuk setiap

    rumpun mata pelajaran;

    7) Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang

    memenuhi kualifikasi akademik 51 atau D-IV dan 2

    (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat

    pendidik;

    8) Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi

    akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh

    di antaranya (35% dan keseluruhan guru) telah

    memiliki sertifikat pendidik; untuk daerah khusus

    masing-masing sebanyak 40% dan 20%;

    9) Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi

    akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki

    sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk

    mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia,

    dan Bahasa Inggris;

    10) Di setiap kabupaten/kota semua kepala SD/MI

    berkualifikasi akademik S1 atau D IV dan telah

    memiliki sertifikat pendidik;

    11) Di setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs

    berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah

    memiliki sertifikat pendidik;

  • 12) Di setiap kabupaten/kota semua pengawas

    sekolah/madrasah memiliki kualifikasi akademik S-

    1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

    13) Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan

    melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan

    pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan

    proses pembelajaran yang elektif; dan

    14) Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan

    dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap

    kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk

    melakukan supervisi dan pembinaan.

    c. Tanggung Jawab Pendanaan SPM

    Tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota dan

    Kementenian Agama sekaitan dengan pendanaan SPM

    mencakup yang berikut.

    1) Investasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana;

    2) Investasi untuk meningkatkan kualifikasi dan

    kompetensi sumber daya manusia;

    3) Operasional personil gaji dan tunjangan guru dan

    tenaga kependidikan;

    4) Operasional non-personel

    5) Sumberdana: DAU, DAK, hibah, APBN (untuk

    madrasah).

    Tanggung jawab Sekolah/Madrasah:

    1) Investasi dan pemeliharaan (minor) prasarana dan

    peralatan sekolah/madrasah, pengadaan buku, dan

    pelatihan guru;

    2) Operasional: biaya untuk bahan habis lab, hahan

    dan media pembelajaran, dan sebagainya.

    3) Sumber dana BOS.

    d. Implemeritasi SPM

  • Berikut adalah langkah-langkah yang perlu

    diambil dalam upaya memenuhi SPM.

    1) Kumpulkan data dan lakukan analisis apakah di

    setiap sekolah/madrasah tersedia hal-hal berikut

    sesuai SPM:

    • Sarana dan prasana: ruang kelas, ruang guru,

    ruang kepala sekolah, laboratorium IPA

    (untuk SMP/MTs);

    • Sumber daya manusia (guru, tenaga

    kependidikan). Lihat sumberdaya ini dan segi

    jumlah, kualifikasi, dan kompetensi (sertifikat

    pendidik);

    • Kunjungan pengawas sekali dalam sebulan

    sesuai ketentuan; dan cek juga ketentuan-

    ketentuan lainnya.

    2) Tindakan untuk memenuhi kekurangan menjadi

    tanggung jawab pemerintah/Kemenag

    kabupaten/kota. Pendataan dilakukan di setiap

    sekolah/madrasah guna memperoleh informasi

    mengenai pencapaian indikator-indikator SPM.

    Selanjutnya pemerintah kabupaten/kota

    melakukan agregasi dan analisis data dan semua

    sekolah/madrasah, menghitung gap dan

    menghitung kebutuhan biaya investasi dari

    operasional untuk pemenuhan SPM.

    3) Kumpulkan data dan lakukan analisis apakah

    hal-hal berikut tersedia/terlaksana sesuai SPM:

    • Sekolah/madrasah menyusun dan

    menerapkan KTSP;

  • • Guru membuat RPP berdasarkan silabus mata

    pelajaran yang disusun oleh

    sekolah/madrasah;

    • Siswa menempuh pembelajaran dengan jam

    tatap muka yang memadai;

    • Tersedia buku pegangan dan buku pengayaan

    dalam jumlah yang memadai;

    • Kepala sekolah/madrasah melakukan

    supervisi akademik, dan sebagainya.

    4) Tindakan untuk memenuhi kekurangan tersebut

    merupakan tanggung jawab sekolah/madrasah. Untuk menerapkan SPM di tingkat

    sekolah/madrasah maka kepala sekolah/madrasah

    harus melakukan pengumpulan data dan

    menganalisisnya apakah indikator-indikator SPM telah

    terpenuhi; misalnya terkait dengan penerapan KTSP

    pemenuhan RPP, pengukuran jam tatap muka, dan

    sebagainya. Setelah ditemukan adanya gap

    (kesenjangannya) maka sekolah/madrasah harus

    memprogramkan langkah perbaikan untuk memenuhi

    indikator tersebut.

    Agar dapat melaksanakan pemenuhan SMP

    Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kantor Kemenag

    Kabupaten/Kota harus memiliki kapasitas sebagai

    berikut.

    1) Kemampuan mengumpulkan data dan informasi

    terkait pemenuhan indikator SPM (14 indikator),

    utámanya terkait dengan sumber daya manusia,

    infrastruktur, dan peralatan;

    2) Keterampilan melakukan analisis dan agregasi data

    dan seluruh sekolah/madrasah;

  • 3) Kemampuan menyusun perencanaan dan

    penganggaran berdasarkan bukti kebutuhan

    investasi;

    4) Kemampuan untuk menuangkan rencana dan

    kebutuhan anggaran dalam dokumen perencanaan

    daerah.

    Pemerintah kabupaten/kota perlu untuk

    meningkatkan kapasitasnya dalam implementasi SPM,

    terutama terkait dengan kemampuan untuk

    mengumpulkan data, menganalisis data, menyusun

    penganggaran dan memasukkannya ke dalam dokumen

    perencanaan daerah termasuk Renstra, Renja SKPD,

    RPJMD, dan sebagainya.

    Demikian juga untuk mampu melaksanakan

    pemenuhan SMP pihak sekolah/madrasah harus

    memiliki kapasitas sebagai berikut.

    1) Keterampilan mengumpulkan data dan informasi terkait

    seluruh (27) indikator SPM;

    2) Kemampuan melakukan evaluasi diri dalam hubungannya

    dengan semua ketentuan SPM di sekolah/madrasah;

    3) Keterampilan menyusun rencana dan anggaran investasi dan

    operasional sekolah/madrasah untuk memenuhi 13 indikator

    SPM;

    4) Kemampuan menyampaikan data dan informasi tentang

    tingkat pemenuhan 14 indikator SPM di sekolah/madrasah

    kepada pemerintah kabupaten/kota dan Kemenag

    kabupaten/kota.

    Untuk dapat mengimplementasikan SPM,

    sekolah/madrasah perlu memiliki keterampilan dalam

    mengumpulkan data, melakukan analisis kesenjangan,

    menghitung kebutuhan biaya, dan menuangkannya ke

    dalam rencana kerja dan anggaran sekolah/madrasah.

  • e. Prinsip-prinsip SPM

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65

    tahun 2005 ditetepkan beberapa prinsip SPM, yaitu:

    1) SPM disusun sebagai alat Pemerintah dan

    Pemerintah Daerah untuk menjamin akses dan

    mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara

    merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib

    belajar;

    2) SPM ditetapkan oleh pemerintah dan diberlakukan

    untuk seluruh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

    Daerah Kabupaten/Kota;

    3) Penerapan SPM oleh Pemerintah Daerah merupakan

    bagian dari penyelenggaraan pelayanan dasar

    nasional;

    4) SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur,

    terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggung

    jawabkan serta mempunyai batas waktu

    pencapaian;

    5) SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan,

    prioritas dan kemampuan kelembagaan dan personil

    daerah dalam bidang yang bersangkutan.

    Adapun berkaitan dengan penelitian evaluasi

    tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kecamatan

    Dempet Kabupaten Demak dalam Standar Pelayanan

    Minimal (SPM) bidang pendidikan Sekolah Dasar di

    SDN Harjowinangun 2 KecamatanDempet Kabupaten

    Demak, hal ini termasuk dalam katagori substantive

    policies yaitu kebijakan tentang apa yang akan/ingin

    dilakukan oleh pemerintah di bidang pendidikan. SPM

    bagi penyelenggara pendidikan SD dilakukan dalam

  • rangka mewujudkan pelayanan pendidikan SD yang

    berkualitas.

    Dalam mkaitannya dengan penyelenggaraan

    pendidikan SD berdasarkan Standar Pelayanan

    Minimal (SPM), faktor ukuran-ukuran dasar dan

    tujuan-tujuan kebijakan ini mencakup kejelasan SPM,

    tingkat raelitas tujuan SPM untuk dapat dicapai dan

    kemampuan SPM untuk memecahkan permasalahan

    pencapaian kualitas pelayanan pendidikan SD pada

    kelompok sasaran.

    Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan SPM

    di lembaga pendidikan tingkat SD, hal-hal yang perlu

    diperhatikan diantaranya menyangkut kompetensi dan

    ukuran staf suatu badan, tingkat pengawasan hirarkis

    terhadap keputusan-keputusan sub-unit, tingkat

    komunikasi terbuka dan lain sebagainya yang

    dijalankan dalam birokrasi lembaga pendidikan tingkat

    SD, perlunya mengkaji perilaku aparatur birokrasi

    Sekolah Dasar dalam konsistensi seleksi tenaga

    pendidikan sesuai dengan kebijakan SPM serta

    bagaimana perlakuan lembaga SD terhadap perhatian

    pada kesejahteraan para tenaga pengajar (guru) dan

    pegawai administrasi di lembaga SD tersebut dan

    keberlangsungan penyelenggaraan pelayanan

    pendidikan SD.

    f. Indikator SPM

    1) Tersedia Kurikulum;

    2) Peserta didik, perkelas/rombongan belajar antara20-

    40 orang, minimal 10 orang;

  • 3) Ketenagaan, berkualitas sesuai dengan kompetensi

    yang ditetapkan secara nasional, 90% dari jumlah

    guru SD yang diperlukan terpenuhi;

    4) Memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai

    dengan standar tenis yang ditetapkan secara

    nasional (meliputi lahan, bangunan, peralatan

    laboratorium), 95% peserta didik memiliki buku

    pelajaran yang lengkap setiap mata pelajaran, serta

    tersedianya sarana olahraga;

    5) Organisasi, meliputi struktur, personalia dan uraian

    tugas dibuat sesuai dengan kebutuhan SD/MI;

    6) Pembiayaan, meliputi anggaran pemerintah dan

    anggaran swadaya serta pengelolaannya transparan;

    7) Manajemen berbasis sekolah, tingkat kehadiran

    guru/tenaga administrasi/tenaga kependidikan

    lainnya, kehadiran peserta didik, tertib administrasi

    serta kinerja sekolah terlaksana baik dengan tingkat

    ketercapaian 90 %;

    8) Peranserta Masyarakat, meliputi adanya dukungan

    dan peserta masyarakat, perhatian orang tua

    peserta didik/tokoh masyarakat/dunia usaha.

    1.3. Kajian Penelitian Terdahulu

    1. Penelitian Marieke dan Niko (2003) dalam

    penelitiannya yang berjudul “Developing Performance

    Standar for Teacher Assement by Policy Capturing”.

    Hasil dari penelitian ini menyatakan ada suatu

    kebetulan pentingnya aspek pelayanan pendidikan

    yang bertumpu pada kemampuan guru untuk

  • membentuk perkembangan dan peningkatan

    kualitas pendidikan.

    2. Penelitian yang berjuidul “Konstribusi Manajemen

    Pembiayaan dan Iklim Sekolah Terhadap

    Peningkatan Mutu Pelayanan Sekolah”.

    Hasil penelitian ini menunjukkan pengelolaan

    manajemen yang baik akan berpengaruh positif

    terhadap mutu layanan sekolah kepada masyarakat,

    stake holder dan pemerintah.

    3. Penelitian LPPSP, kerjasama dengan USAID, dalam

    (CRC) Citizen Report Card dalam masalah kualitas

    Pelayanan Umum di Kabupaten Semarang (2007).

    Report card sendiri didasari keinginan untuk

    memperbaiki akuntabilitas pelayanan publik yang

    diberikan pemerintah kepada masyarakat sebagai

    pengguna jasa layanan, hasil penelitian tersebut

    menyebutkan bahwa keputusan terhadap perilaku

    petugas SD Negeri di Semarang mencapai 65,7%,

    Keputusan Konsumen terhadap waktu penyelesaian

    masalah baru mencapai 16%.

    1.4. Kerangka Pikir

    Penelitian ini adalah penelitian evaluasi yang

    ditujukan untuk menilai mutu pendidikan melalui

    Standar Pelayanan Minimal dalam penyelenggaraan

    pendidikan di SDN Harjowinangun Kecamatan Dempet

    Kabupaten Demak.

  • Penelitian diawalai dengan pelaksanaan observasi

    kemudian merumuskan hipotesis awal.Selanjutnya

    dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data

    melalui angket yang diisi oleh responden (Guru, Kepala

    Sekolah dan Pengawas).Berdasarkan hasil dan

    pembahasan penelitian maka dapat dirumuskan

    kesimpulan dan saran.

    Secara garis besar dapat penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :

    MUTU PENDIDIKAN

    PENELITIAN

    ANGKET

    1. Pengawas

    2. Kepala Sekolah 3. Guru

    1. Standar Isi

    2. Standar Proses

    3. Standar Kompetensi Kelulusan

    4. Standar Tendik 5. Standar Sarana & Prasarana

    6. Standar Pengelolaan

    7. Standar Pembiayaan 8. Standar Penilaian

    HASIL & PEMBAHASAN

    KESIMPULAN

    STANDAR PELAYANAN

    MINIMAL (SPM)

    OBSERVASI

  • Gambar 1. Alur Penelitian