BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. ASI...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. ASI...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. ASI Eksklusif
a. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI eksklusif
adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi,
dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka
waktu setidaknya selama 6 bulan (Roesli, 2000, p.3).
b. Proses Pembentukan ASI
ASI diproduksi atas hasil kerja sama antara hormon dan
reflek (Roesli, 2000, p.18). Proses pembentukan ASI dimulai saat
kehamilan, terjadi perubahan pada hormon yang berfungsi menyiapkan
jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Pada masa kehamilan
payudara akan membesarkan sacara cepat karena pengaruh kadar
hormon ibu yang tinggi yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen akan
menambah pertumbuhan duktus-duktus dan saluran-saluran
penampung progesteron akan merangsang pertumbuhan tonus-tonus
alveoli (Markum, 1999). Kerena proses pembuatan ASI sudah dimulai
9
saat umur kehamilan 5 bulan maka saat itulahh terbentuk cairan dari
payudara yang disebut kolostrum.
Segera setelah persalinan, dengan lepasnya plasenta kadar
estrogen dan progesteronturun sedangkan prolaktin ini memegang
peranan untuk membuat kolostrum (Roesli, 2000, p.18).
ASI diproduksi oleh kelenjar atau mammae alveoli yang
disalurkan melalui saluran susu ke sinus lactiferous yang terdapat di
daerah yang berwarna gelap /coklat tua disekitar puting susu (Roesli,
2000, p.18). Saat bayi mulai menghisap akan terjadi reflek-reflek yang
menyebabkan ASI keluar dengan jumlah waktu yang tepat.
1) Reflek yang terjadi pada ibu
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 reflek yang
masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air
susu (Roesli, 2000, p.19-20) yaitu :
a) Reflek Prolaktin atau reflek pembentukan ASI
Kelenjar hipofisa atau anterior menghasilkan hormon
prolaktin yanga akan merangsang kelenjar payudara untuk
memproduksi ASI (Roesli, 2000, p.19). Ketika bayi mulai
menyusu, ujung saraf sensorik yang terdapat pada puting susu
terangsang dan menyebabkan kelenjar hipofisa memproduksi
prolaktin. Prolaktin ini lalu dialirkan oleh darah ke kelenjar
susu untuk memproduksi ASI. Jadi semakin sering menyusu
semakin banyak prolaltin yang lepas dari hipofisa serta
10
semakin banyak ASI yang diproduksi oleh sel kelenjar susu.
Efek lain dari prolaktin juga penting adalah menekan fungsi
ovarium sehingga pada ibu menyusui eksklusif akan
memperlambat kembalinya fungsi kesuburan haid, dengan kata
lain menjarangkan kehamilan. (Roesli, 2000, p.19).
b) Reflek Oksitosin (Let Down reflek) atau pengaliran kepuasan
ASI
Rangsangan yang ditimbulkan bayi pada waktu
menyusui akan sampai kebagian belakang kelenjar hipofisa dan
merangsang keluarnya hormon oksitosin. Oksitosin masuk
kedalam darah menuju payudara, ia akan memacu sel-sel
miopitel yang mengelilingi alveoli dan mengerutkan duktus
memerah. ASI keluar dari alveoli, duktus menuju ke papila
mammae dan keluar lewat puting susu (Roesli, 2000, p.19).
Bayi tidak akan mendapat ASI cukup bila hanya
mengandalkan reflek ini, ASI tidak akan bisa keluar dari
gudang susu atau sinus lactiferous (Roesli, 2000, p.20).
Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin, Keadaan
ini menyababkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap.
Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu sudah berkeinginan
menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika refleks oksitosin
tidak berkerja dengan baik, maka bayi akan mengalami
kesulitan untuk mendapatka ASI. Payudara seolah-olah telah
11
terhenti memproduksi ASI, padahal payudar tetap
menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.Efek penting
oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi
setelah melahirkan. Hal ini membantu mengurangi perdarahan,
walaupun kadang mengakibatkan nyeri. (Roesli dan Yohmi,
2008, p.21)
2) Reflek yang terjadi pada bayi
a) Reflek mencari (Rooting reflek)
Payudara ibu menempel pada pipi atau daerah
sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan
reflek mencari pada bayi. Begitu payudara didekatkan bayi
akan mencari puting susu untuk menyusu.
b) Reflek menghisap (Sucking reflek)
Terjadi bila bayi pertama kali mengalami pengisian
mulutnya sampai ke langit-langit keras dan punggung lidah
dengan puting susu (Markum, 1999). Pada reflek ini
melibatkan rahang, lidah dan pipi yang memungkinkan gusi
memerah areola dan mendorong susu kedalam mulut.
c) Reflek menelan (Swallowing reflek)
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan
disusul dengan menghisap yang ditimbulkan oleh otao-otot
pipi, sehingga pengeluaran air susu ini akan menimbulkan
mekanisme menelan pada bayi.
12
c. Komposisi ASI
ASI memiliki komposisi yang berbeda-beda dari hari ke hari.
1) Kolostrum.
Kolostrum merupakan cairan pertama yang berwarna
kekuning-kuningan (lebih kuning dibandingkan susu matur).
Cairan ini dari kelenjar payudara dan keluar pada hari kesatu
sampai hari keempat-tujuh dengan komposisi yang selalu berubah
dari hari kehari. Kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali
lebih banyak dibandingkan ASI matur. Selain itu, kolostrum dapat
berfungsi sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan zat
yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan
mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan
yang akan datang, volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.
(Roeli, 2000, p.25)
2) ASI Transisi (Peralihan).
ASI transisi diproduksi pada hari ke-4 sampai 7. hari ke-
10 sampai 14. Pada masa ini kadar protein berkurang, sedangkan
kadar karbohidrat dan lemak serta volumenya semakin meningkat.
(Roesli, 2000, p.25)
3) ASI Mature.
ASI mature merupakan ASI yang diproduksi sejak hari
ke-14 dan seterusnya dengan komposisi yang relatif konstan. Pada
13
ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini
merupakan makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi
sampai umur enam bulan (Roesli, 2001, p.26).
d. Komposisi Zat Gizi Dalam ASI
Menurut Hendarto dan Pringgadini (2008, p.47-52) komposisi zat gizi
dalam ASI adalah sebagai berikut :
1) Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidart utama dalam ASI dan berfungsi
sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktisa yang
terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang
ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Namun demikian angka
kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa
(intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI.
Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik
dibanding laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat
dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat
terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan).
Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.
2) Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisnya
berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam
ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam
ASI lebih banyak terdiri darii protein whey yanh lebih mudah diserap
14
oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak menagndung
protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein
casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang
mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu,
beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat
di protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini
merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan alergi.
3) Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu
sapi dan sus formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. ASI
mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang
dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak
jenuh. Seperti kita ketahui konsumsi asam lemak jenuh dalam jumlah
banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh
darah.
4) Vitamin
Dalam ASI terkandung beberapa vitamin yaitu , vitamin K
yang dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai
faktor pembekuan. Vitamin D, seperti halnya vitamin K, ASI hanya
mengandung sedikit vitamin D. Tapi dapat diatasi dengan menjemur
bayi pada sinar matahari pagi yang akan mencegah bayi menderita
penyakit tulang karena kekurangan vitamin D. Vitamin E, salah satu
15
fungsi vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah.
Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama
pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin A, selain berfungsi
untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung
pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Selain itu hampir
semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat,
vitamin C, tardapat dalam ASI.
5) Mineral
Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu
dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula
dipengaruhi oleh status gizi ibu. Mineral dalam ASI mempunyai
kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan
dengan mineral yang terdapat dalam susu sapi.
e. Volume ASI
Menurut Prasetyo (2009, p.103), volume ASI dari waktu ke
waktu berubah, yaitu sebagai berikut :
1) Enam bulan pertama: 500-700 ml ASI/ 24 jam
2) Enam bulan kedua: 400-600 ml ASI/ 24 jam
3) Pada tahun kedua : 300-500ml ASI/ 24 jam
Volume ASI yang diproduksi dipengaruhi oleh kondisi psikis
seorang ibu dan makanan yang dikonsumsinya. Oleh karena itu, ibu
tidak boleh merasa stres dan gelisah secara berlebihan. Keadaan ini
16
akan berpengaruh terhadap volume ASI pada minggu-minggu pertama
menyusui bayi. (Muchtadi, 1996, p.31)
f. Aspek Imunologik Air Susu Ibu
Imunoglobulin adalah suatu golongan protein yang
mempunyai daya zat anti terhadap infeksi. Di dalam tubuh manusia
terdapat 5 macam imunoglobulin.
1) Imunoglobulin G.
IgG sudah terbentuk pada kehamilan bulan ketiga, dapat
menembus plasenta pada waktu bayi lahir kadarnya sudah sama
dengan kadar IgD ibunya. Fungsi dari pada IgG ini ialah anti
bakteri, anti jamur, anti virus dan anti toksik.
2) Imunoglobulin M.
IgM mulai dibentuk pada kehamilan minggu ke-14 dan
mencapai kadar seperti orang dewasa pada umur 1-2 tahun. Fungsi
dari pada IgM ini ialah untuk aglutinasi.
3) Imunoglobulin A.
IgA sudah dibentuk pula oleh janin tetapi jumlahnya
masih sangat sedikit. Ada 2 macam IgA ialah serum (di dalam
darah) dan IgA sekresi (berasal dari sel mokosa) yang selanjutnya
disebut SigA. IgA serum mencapai kadar seperti pada orang
dewasa pada usia 12 tahun, sedangkan SigA sudah mencapai
puncaknya pada usia 1 tahun.
4) Imunoglobulin D.
17
IgD belum banyak diketahui, baik pembentukannya
maupun fungsinya. Imunoglobulin D (IgD) diproduksi dalam
jumlah yang sangat kecil yaitu 0-8 mg/dl. Pada umumnya dapat
bekerja dengan bantuan imunoglobulin lainnya (Raihanuri,
http://percikcahaya.blogspot.com/2010/09/imunoglobulin.html).
5) Imunoglobulin E.
IgE belum diketahui tetapi diduga berfungsi seperti anti
alergik.Perpindahan Immunoglobulin dari Ibu ke Bayi. Terdapat
bukti yang nyata bahwa ada hubungan yang erat antara
imunoglobulin ibu dan anak, baik pada manusia maupun pada
binatang menyusui (mamalia). Selama janin masih didalam
kandungan, janin telah mendapat imunoglobulin dari pada ibunya
melalui plasenta, terutama
imunoglobulin G, oleh karena itulah janin tidak pernah sakit
(infeksi) selama didalam kandungan (Sunoto, 2001, p.17).
Selain imunoglobulin, ASI mengandung pula faktor-faktor
kekebalan seperti berikut ini:
a) Faktor Bifidus
Faktor bifidus dalam ASI berupa senyawa protein-
polisakarida merupakan media paling baik untuk pertumbuhan
bakteri Lactobacillus bifidus yang berperan mengasamkan
lingkungan saluran pencernaan sehingga bakteri patogen dan
parasit tidak bisa hidup dan berkembang biak. Adanya faktor
18
bifidus tersebut akan memberi ciri khas pada kotoran bayi
berusia seminggu yang mendapat ASI. Sementara pada kotoran
bayi yang diberi susu formula, kotorannya sudah seperti orang
dewasa.
(Worthington,Robertshttp://mbakdloh.wordpress.com/2010/01/
03/imunisasi-pertama-utama/)
b) Faktor Laktoferin
Laktoferin bersifat bakteriostatik (Menghambat
pertumbuhan bakteri). Efek ini dicapai dengan mengikat besi
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri
patogen (misalnya Staphylococcus dan E. Coli). Kadar
laktoferin dalam ASI adalah 1-6mg/ml dan tertinggi pada
kolostrum (Munasir dan Kurniati, 2008, p.73-74).
c) Faktor Laktospirosidase
Merupakan enzim yang terdapat dalam ASI dan
bersama-sama dengan peroksidase hydrogen dan ion tiosinat
membantu membunuh streptokokus (Pudjiadi, 2003, p.15).
d) Faktor Anti Stafilokokus
Faktor tersebut merupakan asam lemak yang
melindungi bayi terhadap penyerbuan stafilokokus (Pudjiadi,
2003, p.15).
e) Faktor sel neutrofil
19
Neutrofil yang terdapat di dalam ASI mengandung
sIgA yang dianggap sebagai alat transpor IgA dari ibu ke bayi.
Peran neutrofil ASI lebih ditujukan pada pertahanan jaringan
payudara ibu agar tidak terjadi infeksi pada permulaan laktasi
(Munasir dan Kurniati, 2008, p.73).
f) Sel Limfosit T dan Makrofag
Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang
dapat menghancurkan kapsul bakteri E.Coli dan mentransfer
kekebalan seluler dari ibu ke bayi. Sel makromag berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada saluran
cerna. (Munasir dan Kurniati, 2008, p.72,75).
g) Lisozim
Lisozim dapat menghancurkan dinding sel bakteri
yang terdapat pada selaput lendir saluran cerna. Kadar lisozim
dalam ASI adalah 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun
kedua menyusui, bahkan sampai penyapihan. Dibanding
dengan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak
lisozim per satuan volume yang sama (Munasir dan Kurniati,
2008, p.73).
h) Sitokin
Sitokin meningkatkan jumlah antibodi IgA kelenjar
ASI. Sitokin yang berperan dalam sistim imun di dalam ASI
adalah IL-I (interleukin) yang berfungsi mengaktifkan sel
20
limfosit T. Sel makrofag juga menghasilkan TNF-α dan
interleukin 6 (IL-6) yang mengaktifkan sel limfosit B sehingga
antibodi IgA meningkat (Munasir dan Kurniati, 2008, p.73).
g. Manfaat Pemberian ASI Ekslusif Bagi Bayi.
Menurut Roesli (2001, p.31), manfaat pemberian ASI sangat
banyak antara lain:
1) Sebagai Nutrisi Terbaik.
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan
bayi pada masa pertumbuhannya. ASI adalah makanan yang
paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Denagn
melaksanakan tata laksana menyusui yang tepat dan benar,
produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal
bagi bayi normal sampai bayi dengan usia 6 bulan, Meningkatkan
daya tahan tubuh.
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat zat
kekebalan dan daya tahan dari ibunya melalui plasenta. Tapi kadar
zat tersebut akan cepat menurun setelah kelahiran bayi. Sedangkan
kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendir menjadi
lambat, Selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh.
Kesenjangan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI sebab
ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang
21
dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus
dan jamur.
2) Tidak Mudah Tercemar
ASI steril dan tidak mudah tercemar, sedangka susu
formula mudah dan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu
kurang mengetahui cara pembutan susu formula yang baik dan
benar.
3) Melindungi Bayi dari Infeksi
ASI mengandung berbagai antibodi terhadap penyakit
yang disebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit yang menyerang
manusia.
4) Mudah Dicerna
ASI mudah dicerna, sedangkan susu sapi sulit dicerna
karena tidak mengandung enzim pencernaan.
5) Menghindarkan Bayi dari Alergi
Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita
lebih banyak masalah alergi, misal asma dan alergi.
h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ibu memberikan ASI
kepada bayi antara lain:
1) Perubahan Sosial Budaya.
a) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainya.
22
b) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang
memberikan susu botol.
c) Kepercayaan ibu pada mitos, padahal mitos adalah sesuatu
yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. (Khasanah, 2011,
p.153)
2) Faktor Psikologis
a) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
b) Tekanan batin.
3) Faktor fisik Ibu
Masalah payudara ibu, Puting susu datar atau masuk ke dalam,
nyeri puting, puting lecet, payudara bengkak. (Khasanah, 2011,
p.157-163)
4) Dukungan Suami
Respon suami yang diberikan pada istri dalam bentuk perhatian
material dan finansial. (Dagun, 2002)
5) Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang
mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian
ASI (Roesli, 2004).
6) Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI
Penerangan justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang
menganjurkan penggantian ASI dari susu kaleng (Soetjiningsih,
1997, p.17)
23
i. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Ekslusif
Berdasarkan beberapa penelitian, terdadapat berbagai
macam faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif
antara lain :
1) Umur
Menurut Siswono tahun 2004 seseorang yang menjalani
hidup dapat diasumsikan bahwa semakin tua umurnya, maka
pengalaman juga semakin banyak, pengetahuannya semakin luas,
keahlian semakin mendalam, dan kearifannya semakin mantap
dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Umur ibu dapat
menentukan kesehatan maternal yang berkaitan dengan kondisi
kehamilan , persalinan, nifas serta cara mengasuh dan menyusui
bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun disebut usia reproduktif tidak sehat serta masih belum
matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam
menghadapi kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh dan
menyusui bayinya (kaitannya dengan pemberian ASI Eksklusif).
Umur 20-35 tahun disebut usia reproduksi sehat. Usia reproduksi
sehat merupakan suatu kondisi dimana organ reproduksi telah siap
atau matang untuk menjalankan proses reproduksi kaitannya dalam
pemberian ASI Ekslusif atau laktasi serta didukung dengan
kematangan psikis atau mental. Usia reproduksi sehat juga
dikatakan sebagai masa dewasa sehinnga mampu untuk menelaah
24
suatu masalah, dan sudah siap dalam hal jasmani dan sosial dalam
mengahadapi kehamilan, persalinan, nifas sreta cara mengasuh dan
menyusui bayi kaitannya dengan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan.
2) Pendidikan ibu
Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan manusia, usaha mengatur pengetahuan semula yang
ada pada seorang individu itu. Pendidikan menjadi tolak ukur yang
penting dan dapat menentukan status ekonomi, status sosial dan
perubahan-perubahan lainnya. Pendidikan ibu menpengaruhi pola
pikir ibu untuk menentukan tindakannya baik yang menguntungkan
ataupun tidak. Diharapkan pola pikir dengan keadan yang ada,
misalnya saja pada seseorang berpendidikan tinggi dan
berepengartahuan luas akan lebih bisa menerima alasan untuk
memebrrikan ASI Eksklusif karena pola pikirnya yang lebih
realistis dibandingkan yang berpendidikan rendah (Yoga, 2005).
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang setiap hari
dilakukan responden dan mendapat upah dari pekerjaannya itu. Ibu
yang memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya sampai
berumur 6 bulan saat ini masih rendah yaitu kurang dari 2%,
jumlah total ibu melahirkan, itu antara lain terjadi karena
banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah. Jika ibu
25
segera bekerja hal ini mungkin menghambat pemberian ASI
Ekslkusif (Suradi, 2004). Bekerja bukan alasan untuk
menghentikan pemberian ASI Eksklusif selama paling sedikit 4
bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan. Dengan adanya cuti hamil
selama 3 bulan juga dapat membantu ibu untuk dapat memberikan
ASI Ekslusif, ditambah dengan pengetahuan yang benar tentang
menyusui, perlengkapan memerah ASI yang baik, dan dukungan
lingkungan kerja seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan
ASI secara Eksklusif (Roesli, 2000, p.38).
4) Sosial Budaya dan Status Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penelaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehinnga sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
5) Pengetahuan
Pengetahuan adalah kebisaan, keahlian, keterampilan
pemahaman atau pengertian yang diperoleh dari pengalaman,
latihan atau melalui proses belajar (Notoadmodjo, 2003). Dari
pengalaman penelitian telah terbukti bahwa perilaku seseorang
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
26
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003).
Dengan adanya pengetahuan yang cukup diharapkan informasi
tentang kesehatan dan perilakunya akan lebih mudah berubah dan
diterima. Jadi jika pengetahuan ibu menyusui tentang ASI
Eksklusif kurang, kemungkinan besar akan mengganggu atau
menghambat dalam proses menyusui ibu sendiri (Suradi, 2004).
2. Diare
a. Definisi Diare
Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang
air besar lebih dari biasanya (3 kali dalam sehari), namun tak
selamanya mencret dikatakan diare. Misalnya pada bayi yang yang
kurang dari sebulan, yang bisa buang air hingga lima kali sehari dan
fesesnya lunak. (Masri, 2004, p.1)
Selain itu beliau juga menjelaskan bahwa diare merupakan
mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang
merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun banyaknya cairan yang
dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi yang dapat
berakibat kematian.
Oleh karena itu, diare tidak boleh dianggap sepele, keadaan
ini harus dihadapi dengan serius mengingat cairan yang banyak keluar
dari tubuh, sedangkan tubuh manusia pada umumnya 60% terdiri dari
27
air. Sebab itu bila seorang menderita diare berat, maka dalam waktu
singkat saja tubuh penderita sudah kelihatan sangat kurus.
Sedangkan diare menurut Prabu (2002, p.57) merupakan
simtom, jadi bukan penyakit sama halnya dengan demam panas, bukan
suatu penyakit tapi merupakan gejala dari suatu penyakit tertentu,
contoh : malaria, radang paru-paru, influinza, dan lain-lain.
Ada dua jenis diare menurut lama hari terjadinya yaitu diare
akut dan diare kronik. Diare akut adalah diare yang terjadi secara
mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat serta
berlangsung antara 3-5 hari. Sedangkan diare kronik adalah diare yang
berlanjut lebih dari 2 minggu, disertai kehilangan berat badan atau
tidak bertambahnya berat badan.
b. Faktor penyebab diare
1) Faktor Infeksi
a) Infeksi enternal, infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enternal
yaitu sebagai berikut :
(1) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
(2) Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adeno-virus, Rotavirus dan lain-lain.
28
(3) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giandia
lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
b) Infeksi parenteral adalah infeksi di luar alat pencernaan
makanan seperti : otitis media akut (OMA),
tonsilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun. Infeksi parenteral merupakan
infeksi di luar usus yang memacu aktivitas saraf parasimpatis
sehingga dapat mempengaruhi saluran cerna berupa
peningkatan sekresi sehingga terjadi diare. Beberapa infeksi
yang sering disertai diare adalah infeksi saluran nafas, infeksi
saluran kemih, campak dan lain-lain. Infeksi saluran nafas
dapat disebabkan oleh virus dari saluran napas atas, dapat juga
oleh bakteri yang ikut makanan atau minuman, atau udara
pernapasan. Pada campak, diare terjadi selama fase akut
campak dan selama 2-3 bulan sesudahnya karena daya tahan
terhadap infeksi menurun.
(http://dokterkecil.wordpress.com/2008/10/18/diare-
parenteral/)
2) Faktor Malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransia laktosa,
maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransia glukosa,
29
fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting
dan tersering (intoleransi laktosa).
b) Malabsorbsi lemak.
c) Malabsorbsi protein.
3) Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4) Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi
pada anak yang lebih besar) (Ngastiyah, 2005, p.224).
c. Patogenesis Diare
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare adalah :
1) Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi sehinnga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
ronnga usus. Isi ronnga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehinnga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal toksin) pada dinding
usu akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam
ronnga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi ronnga usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanana sehingga timbul diare.
30
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula
(Ngastiyah, 2005).
d. Gejala dan Tanda
Beberapa gejala dan tanda diare antara lain :
1) Gejala umum
a) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.
b) Muntah, biasanya menyertai diarepada gastroenteritis akut.
c) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.
d) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,
apatis, bahkan gelisah.
2) Gejala spesifik
a) Vibro cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan
berbau amis.
b) Disentrifrom : tinja berlendir dan berdarah. (Widoyono, 2005,
p.149)
e. Pencegahan Penyakit Diare
Menurut Masri (2004, p.4), cara mencegah diare pada bayi
yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah memberikan ASI
sebagai makanan yang paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan
diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga
pertumbuhan bayi sampai umur 4-6 bulan.
31
ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain, susu formula
atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja tanpa
cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,
menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan
menyebabkan diare. ASI mempunyai khasiat mencegah secara
imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.
Menurut Widoyono, 2005, p.151, Harold, 2005, p.35 dan
Herry, 2005, p.278, Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi
kesehatan, antara lain :
1) Menggunakan air bersih, tanda-tanda air bersih adalah ‘3 tidak’,
yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
2) Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan
sebagian besar kuman penyakit.
3) Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan,
sesudaah makan dan sesudah buang air besar (BAB).
4) Mencuci buah sebelum memakannya.
5) Mencuci meja kerja dan peralatan dapur yang telah terkena daging
mentah, terutama unggas.
6) Memasukkan daging ke dalam lemasri es begitu sampai dirumah
dan masak sampai warna tidak merah lagi.
7) Segera masukkan sisa makanan ke dalam lemari es.
32
8) Berikan hanya ASI selama 4-6 bulan pertama, teruskan paling
sedikit untuk satu tahun pertama.
9) Memperbaiki cara penyapihan, Berika makanan sapihan yang
bersih dan bergizi mulai usia 4-6 bulan.
10) Imunisasi campak pada anak, Diare sering timbul menyertai
campak, sehingga pemberian imunisasi campak njuga dapat
mencegah diare. Oleh karena itu segera memberikan anak
imunisasi campak setelah berumur 9 bulan, Diare lebih sering
terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita
campak, hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh
penderita.
11) Menggunakan jamban yang sehat.
12) Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.
f. Derajat Dehidrasi Diare dan Penatalaksaannya
1) Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a) Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel,
masih bisa bermain seperti biyasa. Umumnya karena diarenya
tidak berat, anak masih mau makan dan minum seperti biasa.
b) Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel atau
gelisah, mata sedikit cekung, turgor kulit masuh kembali
dengan cepat jika dicubit.
33
c) Dehidrasi berat, anak apatis (kesadaran berkabut), mata
cekung, pada cubitan turgor kulit kembali lambat, nafas cepat,
anak terlihat lemah.
2) Penatalaksanaan diare berdasarkan derajat dehidrasinya :
a) Tanpa dehidrasi,dengan terapi A.
Pada keadaan ini, buang air besar terjadi 3 – 4 kali sehari atau
disebut mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih
lincah dan masih mau makan dan minum seperti biasa.
Pengobatan dapat dilakukan dirumah oleh ibu atau anggota
keluarga lainnya dengan memeberikan makanan dan minuman
yang ada dirumah seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG),
air tajin, air teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah
dengan menggunakan terapi A.
Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat dilakukan dirumah:
(1) Memberikan anak lebih banyak cairan.
(2) Memberikan makanan terus menerus.
(3) Membawa ke petugas kesehatan bila anak membaik
dalam 3 hari.
b) Dehidrasi ringan atau sedang, dengan terapi B.
Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan
sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedanag
terjadi kehilangan cairan 6 – 10% dari berat badan. Untuk
34
mengobati penyakit diare pada derajat dehidarsi ringan atau
sedang digunakan terpai B, yaitu sebagai berikut :
Pada 3 jam pertama jumlah oralit yang digunakan :
Tabel 2.1 Pemberian Oralit I
Umur < 1 tahun 1 - 4 tahun >5 tahun Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml
Setelah itu, tambahkan setiap kali mencret :
Tabel 2.2 Pemberian Oralit II
Umur < 1 tahun 1-4 tahun >5 tahun Jumlah oralit 100 ml 200 ml 400 ml
c) Dehidarsi berat, dengan terapi C
Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus
menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah,
kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi
dengan terapi C yaitu perawatn di puskesmas atau rumak sakit
untuk diinfus RL (Ringer Laktat).
d) Teruskan pemberian makan, Pemberian makanan seperti
semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan
kebituhann. Untuk bayi, ASI tetap diberikan. (Widoyono, 2005,
p.150-151)
g. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare
Kejadian diare pada bayi dapat dipengaruhi oleh beberapa fakta antara
lain :
1) Pemberian ASI Ekslusif
Pemberian ASI Ekslusif pada bayi sampai berusia 4-6 bulan,
akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam
35
penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat
kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karena itu,
dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi dapat
terlindungi dari penyakit diare (Roesli, 2001, p.20).
2) Status Gizi
Penderita gizi buruk akan mengalami penurunan produksi
antibodi terjadinya antropi pada dinding usus yang menyebabkan
berkurangnya sekresi berbagai enzim sehingga memudahkan
masuknya bibit penyakit kedalam tubuh terutama penyakit diare
(Moehji, 2003, p.13).
3) Laktosa Intoleran
Intoleransi laktosa berarti bahwa tubuh tidak dapat dengan
mudah mencerna laktosa, sejenis gula alami yang ditemukan dalam
susu dan produk susu. Ketika laktosa yang tidak dicerna tadi
bergerak melalui usus besar (kolon), dapat menyebabkan gejala
tidak nyaman seperti sakit perut dan kembung. Intoleransi laktosa
terjadi ketika usus kecil tidak cukup membuat enzim yang disebut
laktase. Enzim ini dibutuhkan tubuh untuk mencerna,
laktosa.Intoleransi laktosa sering bersifat herediter (diturunkan
dalam keluarga) dan gejala biasanya mulai terjadi di masa remaja
atau saat dewasa. Dalam kasus yang jarang terjadi, bayi yang baru
lahir ada yang tidak tahan terhadap laktosa. Orang yang lahir
36
dengan intoleransi laktosa tidak dapat makan atau minum makanan
yang mengandung laktosa.
Beberapa bayi prematur mengalami intoleransi laktosa
sementara karena memang ususnya belum mampu memproduksi
laktase. Setelah bayi mulai membuat laktase, kondisi biasanya
hilang. Gejala intoleransi laktosa dapat ringan sampai berat,
tergantung pada seberapa banyak laktase yang mampu dibuat oleh
tubuh. Gejala biasanya mulai timbul 30 menit sampai 2 jam setelah
makan atau minum produk susu. Gejalanya antara lain: kembung,
Nyeri perut atau kram perut, suara gemuruh dalam perut, muntah
ataudiare.
(Kusmarjadi,http://www.drdidispog.com/2010/06/intoleransi-
laktosa.html)
h. Hubungan Pemberian ASI Secara Eksklusif dengan Kejadian Diare.
Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat
kekebalan tubuh dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut
akan cepat turun setelah kelahiran bayi, padahal dari waktu bayi lahir
sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk
kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga kemampuan bayi
membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat selanjutnya
akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan
tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI (Roesli 2001, p.20).
37
Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia
4-6 bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai
macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat
kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karena itu, dengan
adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif akan
terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh
bakteri, virus,jamur dan parasit.
Menurut Soekirman (1991) dalam (Bachtiar, 2000, p.3)
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara bayi yang mendapat ASI
eksklusif minimal 4 bulan dengan bayi yang hanya diberi susu
formula. Bayi yang diberikan susu formula biasanya mudah sakit dan
sering mengalami problema kesehatan seperti sakit diare dan lain-lain
yang memerlukan pengobatan sedangkan bayi yang diberikan ASI
biasanya jarang mendapat sakit dan kalaupun sakit biasanya ringan dan
jarang memerlukan perawatan.
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian di Filipina yang
menegaskan tentang manfaat pemberian ASI ekskusif serta dampak
negatif pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya
penyakit diare. Seorang bayi yang diberi air putih atau minuman
herbal, lainnya beresiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak
dibandingkan bayi yang diberi ASI Eksklusif (BKKBN, 2004, p.5).
38
Penelitian lagi juga menyimpulkan bila dalam dua bulan
kehidupan bayi tidak mendapat ASI eksklusif, maka bayi beresiko
meninggal 25 kali lebih besar akibat diare dibandingkan bayi yang
mendapat ASI eksklusif (Admin 2004, p.1).
39
B. Kerangka Teori
Tinjauan teori diatas merupakan penjelasan dari kerangka teori
sebagai berikut:
Sumber : Modifikasi dari Green dalam Notoatmodjo (2005), Roesli (2001)
Gambar 2.1 : Skema Kerangka Teori
1. Faktor Predisposisi
- Umur ibu
- Pendidikan ibu
- Pekerjaan ibu
- Pengetahuan ibu
2. Faktor Pemungkin
- Psikologis ibu
- Lingkungan ibu
- Sosial budaya ibu
- Status Ekonomi
3. Faktor Penguat
- Dukungan suami
- Dukungan tenaga kesehatan
- Fisik ibu
Laktosa Intoleran
Lama Pemberian ASI Eksklusif
Diare Status Gizi
40
C. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 : Skema Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Ada hubungan antara lama pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian diare.
Lama Pemberian ASI Eksklusif
Kejadian Diare