BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf ·...

24
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutans 1. Definisi Streptococcus mutans Streptococcus mutans merupakan kokus Gram positif, nonmotil, mikroorganisme fakultatif anaerob yang dapat memetabolisme karbohidrat dan dianggap sebagai agen pembentuk karies gigi (Dewangga 2013). Bakteri ini tersebar luas di alam dan beberapa diantaranya merupakan flora normal yang terdapat dalam tubuh manusia. Pada pengkulturan bakteri Streptococcus mutans membentuk rantai panjang dan mempunyai metabolisme anaerob, namun mereka juga hidup dalam fakultatif anaerob. Bakteri Streptococcus mutans pada media solid berbentuk kasar, runcing, dan berkoloni mukoid. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu 18°C-40°C. Bakteri gram positif memiliki ciri-ciri yaitu struktur dinding selnya tebal (15-80 nm) dan berlapis tunggal. Bakteri Streptococcus mutans biasanya ditemukan dirongga gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri paling kondusif menyebabkan karies gigi. Bakteri Streptococcus mutans bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam, asidodurik, mampu tinggal pada lingkungan asam, dan menghasilkan suatu polisakarida yang lengket disebut dextran (Adrianto 2012). Gambar 1. Bakteri Streptococcus mutans (Molek et al. 2018).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Streptococcus mutans

1. Definisi Streptococcus mutans

Streptococcus mutans merupakan kokus Gram positif, nonmotil,

mikroorganisme fakultatif anaerob yang dapat memetabolisme karbohidrat dan

dianggap sebagai agen pembentuk karies gigi (Dewangga 2013). Bakteri ini

tersebar luas di alam dan beberapa diantaranya merupakan flora normal yang

terdapat dalam tubuh manusia. Pada pengkulturan bakteri Streptococcus mutans

membentuk rantai panjang dan mempunyai metabolisme anaerob, namun mereka

juga hidup dalam fakultatif anaerob. Bakteri Streptococcus mutans pada media

solid berbentuk kasar, runcing, dan berkoloni mukoid. Bakteri ini tumbuh secara

optimal pada suhu 18°C-40°C. Bakteri gram positif memiliki ciri-ciri yaitu

struktur dinding selnya tebal (15-80 nm) dan berlapis tunggal. Bakteri

Streptococcus mutans biasanya ditemukan dirongga gigi manusia yang luka dan

menjadi bakteri paling kondusif menyebabkan karies gigi. Bakteri Streptococcus

mutans bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam, asidodurik, mampu tinggal

pada lingkungan asam, dan menghasilkan suatu polisakarida yang lengket disebut

dextran (Adrianto 2012).

Gambar 1. Bakteri Streptococcus mutans (Molek et al. 2018).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

7

2. Klasifikasi Streptococcus mutans

Kingdom : Monera

Divisio : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Lactobacilalles

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus mutans (Warna 2011)

Klasifikasi merupakan informasi utama mengenai bakteri yang digunakan

dalam proses penelitian.

3. Morfologi dan Habitat Streptococcus mutans

Secara khas bakteri Streptococcus mutans berbentuk bulat yang

membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya dengan diameter

sel 0,5-0,7 µm (Adrianto 2012). Streptococcus mutans merupakan bakteri yang

tidak bergerak dan tidak membentuk spora (Dewangga 2013). Bakteri ini tumbuh

optimal pada suhu sekitar 18°C-40°C dan termasuk Streptococcus hemolitik tipe alfa.

Hemolitik tipe alfa berfungsi sebagai antimikroba. Bakteri ini dapat hidup pada pH

yang rendah. Streptococcus mutans membutuhkan waktu 6-24 bulan dalam

pembentukan karies gigi. Bakteri ini pertama kali diisolasi oleh Clark pada tahun

1924 yang memiliki kecenderungan berbentuk kokus dengan formasi rantai

panjang apabila ditanam dalam medium yang diperkaya seperti Brain Heart

Infusion (BHI) Borth, sedangkan berbentuk rantai pendek bila ditanam dalam

media agar (Ernawati 2015). Nama Streptococcus mutans ini karena perubahan

bentuk morfologi coccal ke cocco-bacilli. Habitat utama bakteri Streptococcus

mutans adalah permukaan gigi, dekat gusi, atau pada lesi karies gigi. Lingkungan

yang menguntungkan bakteri Streptococcus mutans dapat mengakibatkan

populasi meningkat dan menjadi patogen. Streptococcus mutans juga dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, diet, sukrosa, topikal aplikasi flour,

penggunaan antibiotik, obat kumur yang mengandung antiseptik, dan keadaan

kebersihan oral atau daerah rongga mulut (Miftahendrawati 2014).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

8

Bakteri Streptococcus mutans menghasilkan molekul yang berperan

sebagai enzim dalam proses fermentasi karbohidrat, yaitu glukosiltranferase,

dextranase, dan frukosiltransferase. Setiap enzim tersebut akan memecah sukrosa

untuk pembentukan glukan, dextran, dan fruktan. Glukan berpengaruh terhadap

pembentukan koloni Streptococcus mutans pada permukaan gigi. Metabolisme

sukrosa ekstraseluler oleh Streptococcus mutans yang memproduksi dextran.

Streptococcus mutans mensintesis lebih banyak dextran yang tidak larut dalam air,

sehingga lebih baik dalam pembentukan plak karena organisme ini tidak

mempunyai reseptor dextran dipermukaan selnya. Fruktan atau levan merupakan

polimer fruktosa yang disintesis dari kelompok fruktosil melalui ikatan

fructofuranoside, ikatan ini yang paling dominan. Fruktan berfungsi pada

perlekatan dan peningkatan koloni bakteri yang berkaitan dengan pembentukan

plak (Ernawati 2015).

4. Definisi antimikroba

Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang

merugikan manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang

bersifat menghambat pertumbuhan mikroba yang dikenal sebagai aktivitas

bakteriostatik. Antimikroba yang bersifat membunuh mikroba dapat dikenal

sebagai aktivitas bakterisid. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas

antimikroba in vitro yaitu pH lingkungan, komponen medium, stabilitas obat,

ukuran inokulum, lama inkubasi, dan aktivitas metabolik mikroorganisme

(Suriawira 2005).

5. Mekanisme kerja antimikroba

Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa penghambatan mikroba oleh

antibakteri. Menurut Suriawira (2005) mekanisme kerja antibakteri dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

5.1 Antimikroba penghambat metabolisme sel mikroba. Antimikroba

yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid trimetoprim, asam p-

aminosalisilat (PAS), dan sulfon. Mekanisme kerja diperoleh dari efek

bekteriostatik. Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya

dengan mensintesis sendiri asam folat dari asam amino benzoat (PABA). Apabila

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

9

sufonamid dan sulfon menang bersaing dengan PABA, maka terbentuk analog

asam folat yang nonfungsional. Akibatnya, kehidupan mikroba akan terganggu. P-

aminosalisilat merupakan analog PABA dan bekerja dengan menghambat sintesis

asam folat. Sulfonamid tidak efektif terhadap bakteri tertentu dan sebaliknya p-

aminosalisilat tidak efektif terhadap bakteri yang sensitif terhadap sulfonamid.

5.2 Antimikroba penghambat sintesis dinding sel mikroba. Obat yang

termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin, sefalosporin, basitrasin, dan

sikloserin. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks

polimer mukopeptida. Obat-obat tersebut berfungsi untuk menghambat reaksi dari

pembentukan sintesis dinding sel. Oleh karena itu, tekanan osmotik dalam sel

kuman lebih tinggi daripada diluar sel sehingga kerusakan dinsing sel kuman akan

menyebabkan lisis. Hal ini merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman yang

peka (Suriawira 2005).

5.3 Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba.

Polimiksin sebagai senyawa amonium kuaterner dapat merusak membran sel

setelah bereaksi dengan fosfat pada membran sel. Polimiksin tidak efektif

terhadap kuman gram positif karena jumlah fosfor bakteri ini rendah. Bakteri

gram negatif menjadi resisten terhadap polimiksin karena jumlah forfor menurun.

Polien bereaksi dengan struktur sterol yang terdapat pada membran sel fungus

sehingga mempengaruhi permeabilitas selektif membran tersebut. Kerusakan

membran sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel

mikriba yaitu protein, asam nukleat, dan nukleotida (Suriawira 2005).

5.4 Antimikroba penghambat sintesis protein sel mikroba. Sintesis

protein berlangsung di ribosom dengan bantuan mRNA dan tRNA. Ribosom pada

bakteri terdiri atas 30S dan 50S. Bakteri ini akan bersatu pada pangkal rantai

mRNA menjadi ribosom 70S. Untuk dapat menghambat sintesis protein perlu

adanya suatu komponen obat yang berikatan dengan ribosom 50S dan

menghambat traslokasi kompleks tRNA-peptida dari lokasi asam amino ke lokasi

peptida. Akibatnya rantai polipeptida tidak dapat diperpanjang karena lokasi asam

amino tidak dapat diterima kompleks tRNA asam amoni baru (Suriawira 2005).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

10

5.5 Antimikroba penghambat sintesis asam nukleat sel mikroba.

Suatu obat berikatan dengan enzim polimerase-RNA sehingga menghambat

sintesis RNA dan DNA girase pada bakteri yang fungsinya menata kromosom

yang sangat panjang menjadi bentuk spiral supaya dapat muat dalam sel bakteri

yang kecil (Suriawira 2005).

B. Daun Teh Hijau (Camellia sinensis L.)

1. Klasifikasi daun teh hijau

Klasifikasi tanaman teh hijau (Backer & Van den Brink 1965)

mengemukakan bahwa tanaman teh hijau dalam taksonomi tumbuhan

dikelompokkan sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Sub-kelas : Dialypetalae

Ordo : Guttiferales (Clusiales)

Famili : Camelliaceae (Theaceae)

Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis L.

2. Nama daerah dan nama asing

Tabel 1. Nama daerah (Depkes RI 1989) dan nama asing (BPOM RI 2010).

Nama Daerah Nama Asing

Teh (Jawa)

Nteh (Sunda)

Rembiga (Sasak) Kore (Bima)

Krokoh (Flores)

Rambega (Bugis)

Kapauk (Roti)

Tea (Inggris)

Pu erh cha (Cina)

Thѐ (Perancis) Teestrauch (Jerman)

Te (Italia)

Cha da (India)

Ocha (Jepang)

3. Morfologi tanaman

Tanaman teh pada umumnya ditanam di perkebunan, dapat tumbuh dengan

baik di daerah iklim hutan hujan tropis atau subtropis dan berada diketinggian

200-2300 meter diatas permukaan laut. Suhu cuaca antara 13-29,5°C dan dipanen

secara manual. Tanaman teh tergolong tanaman perdu, sistem perakaran teh

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

11

adalah akar tunggang. Bunganya putih kekuningan berdiameter 2,5-4 cm dengan 7

sampai 8 petal, berkelamin dua dan terdapat diketiak daun. Kelopak berbentuk

mangkok, berwarna hijau, benang sari membentuk lingkaran, pangkal menyatu,

melekat pada daun mahkota, pada bagian dalam lepas. Tangkai putik bercabang

tiga, panjangnya kurang lebih 1 cm dan berwarna hijau kekuningan. Daun teh

merupakan daun tunggal yang memiliki panjang 4-15 cm dan lebar 2-5 cm. Helai

daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing dan bertulang menyirip. Pangkal

daun runcing, tepi daun lancip bergerigi. Daun tua berwarna lebih gelap,

sedangkan daun muda yang berwarna hijau muda lebih dibanyak digunakan untuk

produksi teh. Daun teh mempunyai rambut-rambut pendek putih dibagian bawah

daun (Magambo & Cannel 1981).

Gambar 2. Camellia sinensis L. (Balittri 2013).

4. Kandungan kimia

Daun teh hijau mengandung beberapa zat kimia yang dapat digolongkan

menjadi empat golongan yaitu : substan fenol, substan bukan fenol, senyawa

aromatis, dan ezim-enzim (Balittri 2013).

4.1 Golongan fenol. Katekin merupakan senyawa yang paling penting

dalam daun teh hijau, yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat

menyehatkan tubuh (Balittri 2013). Teh hijau sebagian besar mengandung ikatan

biokimia yang disebut polyphenols, termasuk didalamnya flavonoid. Flavonoid

adalah suatu kelompok antioksidan yang secara ilmiah ada pada sayur-sayuran,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

12

buah-buahan, dan minuman seperti teh. Flavonoid dapat memberikan

perlindungan terhadap serangga, jamur, virus, dan bakteri. Senyawa flavonoid

mempunyai aktivitas yang dapat menguatkan dinding pembuluh darah kapiler dan

memacu pengumpulan vitamin C (Winarti 2010).

4.2 Golongan bukan fenol. Teh memiliki kandungan karbohidrat secara

keseluruhan adalah 3-5% dari berat daun kering. Karbohidrat dibagi menjadi tiga

yaitu sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Karbohidrat berperan dalam pengolahan teh

yaitu bereaksi dengan asam-asam amino dan katekin. Asam amino dalam daun teh

hijau dapat memberikan aroma pada teh terutaman teh hitam. Klorofil dan zat

warna yang terkandung dalam daun teh hijau sekitar 0,019% dari berat daun

kering, sehingga klorofil sangat berperan dalam memberikan kesan warna hijau

pada teh hijau. Adapun asam organik, resin, dan vitamin yang terkandung dalam

teh hijau, yang masing-masing berkisar 0,5-2%, 3%, dan kandungan vitamin

terdapat jenis vitamin A, B1, B2, B3, B5, C, E, dan K. Dalam pengolahan teh

hijau, asam organik akan bereaksi dengan metal alkohol membentuk senyawa

ester yang memiliki aroma yang enak. Resin berperan meningkatkan daya tahan

daun teh hijau terhadap embun beku (frost). Vitamin dapat memberikan nutrisi

yang dibutuhkan tubuh dan mampu mempetahankan kekuatan gigi agar terhindar

dari karies (Balittri 2013).

4.3 Senyawa aromatis. Senyawa aromatis merupakan salah satu sifat

sebagai penentu kualitas teh hijau, dimana pembentuk aroma teh hijau merupakan

senyawa volatile (mudah menguap). Senyawa aromatis terkadang secara alamiah

jumlahnya jauh lebih sedikit daripada yang terbentuk selama proses pengolahan

teh hijau (Balittri 2013).

4.4 Enzim-enzim. Enzim yang terkandung dalam daun teh hijau

(Camellia sinensis L.) adalah invertase, amylase, β-glukosidase, oksimetilase

protease, dan proksidase yang berperan sebagai biokatalisator pada setiap reaksi

kimia didalam tanaman (Balittri 2013).

5. Khasiat daun teh hijau

Khasiat utama daun teh hijau berasal dari senyawa polifenol yang

dikandungnya. Polifenol daun teh hijau atau sering disebut katekin terdiri dari

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

13

senyawa epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG), epigalokatekin (EGC),

epigalokatekin galat (EGCG), katekin (C), dan galokatekin (GC) yang mampu

membantu kinerja enzim superoxide dismutase (SOD) yang berfungsi

menyingkirkan radikal bebas. Khasiat dari tanaman teh mampu mengurangi resiko

kanker, tumor, stroke, mengurangi stress, mempertahankan berat tubuh ideal,

menurunkan kolesterol darah, mencegah tekanan darah tinggi, mencegah arthritis,

membunuh bakteri dan jamur, membunuh virus influenza, dan menjaga napas dari

bau tak sedap (Zaveri 2001).

6. Mekanisme daun teh hijau sebagai antibakteri S. mutans

Mekanisme kerja katekin dalam mencegah pembentukan karies melalui

dua macam cara, yaitu sebagai bakterisidal dan menghambat proses glikosilasi.

Kemampuan katekin sebagai bakterisidal adalah dengan cara mendenaturasi

protein sel bakteri. Fenol merupakan senyawa toksik yang mampu mengganggu

struktur tiga dimensi protein menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada

struktur kerangka kovalen, sehingga deret asam amino protein utuh. Namun,

aktivitas biologis bakteri rusak sehingga mengganggu kelangsungan hidupnya.

Sedangkan kemampuan katekin dalam menghambat proses glikosilasi adalah

dengan cara katekin akan bekerja secara kompetitif dengan guikosiltransferase

(GTFs) dalam mereduksi sakarida yang merupakan bahan dasar proses glikolasi,

sehingga pembentukan polisakarida ekstraselular terhambat oleh bakteri. Bakteri

yang terhambat glikosilasinya tidak saja menghambat kemampuan sintesis musin

namun juga rentan terhadap efek kerja sistem imun humoral dan seluler (Ayu &

Gunawan 2011).

C. Simplisia

1. Pengertian simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan, digunakan untuk

pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu

pengeringan simplisia tidak lebih dari 60°C (Kemenkes RI 2013). Simplisia segar

merupakan bahan alam dalam keadaan masih segar dan belum mengalami

pengeringan (Kemenkes RI 2013). Gunawan & Mulyani (2004) mengemukakan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

14

bahwa jenis simplisia terdiri atas simplisia nabati yaitu simplisia yang berupa

tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman dengan tingkat kehalusan

tertentu. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh atau zat-zat

berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa kimia murni. Simplisia

pelikan yaitu simplisia bahan pelikan atau mineral yang belum mengalami

pengolahan apapun atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa

kimia murni.

2. Cara pembuatan simplisia

Pembuatan simplisia dimulai dari pengumpulan bahan baku, dimana

kualitas bahan baku simplisia sangat dipengaruhi beberapa faktor antara lain umur

tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu panen, dan lingkungan tempat

tumbuh. Sortasi basah merupakan tahap pembuatan simplisia setelah

pengumpulan bahan baku, pada tahap ini kotoran atan bahan asing dibersihkan.

Pencucian merupakan tahap dimana simplisia dibersihkan dari pengotor seperti

tanah. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengalir. Tahap selanjutnya

perajangan, kemudian dilanjutkan dengan pengeringan yang bertujuan untuk

mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam

waktu yang lama, pengeringan dapat mencegah reaksi enzimatik yang dapat

merusak simplisia. Sortasi kering merupakan proses untuk memisahkan benda

asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan, tahap terakhir yaitu

pengepakan dan pemeriksaan mutu (Depkes RI 1985).

D. Ekstrak

1. Definisi ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut

diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga

memenuhi standar baku yang telah ditetapkan (Voight 1994).

2. Pengelompokan ekstrak

Berdasarkan sifat-sifatnya, ekstrak dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu :

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

15

2.1 Ekstrak cair (extractum fluidum). Ekstrak cair yang memiliki

konsistensi cair dan mudah dituang (Voight 1994).

2.2 Ekstrak encer (extractum tenue). Ekstrak yang memiliki konsistensi

madu dan mudah dituang (Voight 1994).

2.3 Ekstrak kental (extractum spissum). Ekstrak yang memiliki

konsistensi liat dalam keadaan dingin, tidak dapat dituang dengan kandungan air

mencapai 30% (Voight 1994).

2.4 Ekstrak kering (extractum siccum). Ekstrak yang memiliki

konsistensi kering dan mudah digosokkan dengan kandungan lembab tidak lebih

dari 5% (Voight 1994).

E. Ekstraksi

1. Pengertian ekstraksi

Depkes RI (1986) mengemukakan bahwa ekstraksi atau penyarian

merupakan proses penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut

dengan pelarut cair. Proses penyarian pada sel yang dindingnya masih utuh, zat

aktif yang terlarut pada cairan penyari untuk keluar dari sel harus melewati

dinding sel. Proses penyarian dipengaruhi oleh derajat kehalusan serbuk dan

perbedaan konsentrasi yang terdapat mulai dari pusat butir serbuk simplisia

sampai ke permukaan maupun pada perbedaan konsentrasi yang terdapat pada

lapisan batas.

2. Pelarut

Cairan penyari yang dapat digunakan yaitu air, etanol, campuran etanol

dan air dan eter. Etanol digunakan sebagai pelarut, karena etanol bersifat lebih

selektif, kapang dan khamir sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun,

netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air dalam segala

perbandingan, dan dibutuhkan panas yang lebih sedikit untuk pemekatan. Etanol

dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin,

antarkuinon, flavonoid, steroid, damar, klorofil, lemak, malam dan tanin, saponin

sedikit larut dalam etanol. Untuk meningkatkan penyarian, etanol dapat dicampur

dengan air tergantung pada bahan yang akan disari (Depkes RI 1986).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

16

3. Metode ekstraksi

3.1 Ekstraksi dingin.

3.1.1 Maserasi. Maserasi merupakan proses penyarian yang sederhana,

dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan

penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif, zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi

antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel. Maserasi digunakan untuk

penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan

penyari. Keuntungan dari metode tersebut yaitu peralatan yang digunakan

sederhana sedangkan kerugian dari metode tersebut yaitu pengerjaan lama dan

penyarian kurang sempurna (Depkes RI 1986).

3.1.2 Perkolasi. Perkolasi merupakan proses penyarian yang dilakukan

dengan mengalirkan cairan melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi dalam

suatu alat perkolator, prinsip metode ini yaitu serbuk simplisia ditempatkan dalam

bejana silinder, pada bagian bawah diberi sekat berpori. Perkolasi bertujuan

supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk bahan

yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Cairan penyari dialirkan dari atas

kebawah melalui serbuk, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sampai keadaan

jenuh (Depkes RI 1986).

3.2 Ekstraksi panas.

3.2.1 Refluks. Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada

temperatur pada titik didih, selama waktu tertentu dan jumlah terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik. Metode ini dilakukan pengulangan pada

residu pertama 3-5 kali sehingga didapatkan proses ekstraksi sempurna

(Kresnanugraha 2012).

3.2.2 Sokletasi. Sokletasi merupakan ekstraksi dengan pelarut yang

selalu baru, umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

yang berkelanjutan, dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya

pendingin balik (Kresnanugraha 2012).

3.2.3 Digesti. Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan

kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, secara umum

pada temperatur 40-50°C (Kresnanugraha 2012).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

17

3.2.4 Dekokta. Dekokta merupakan penyarian simplisia nabati dengan

air pada suhu 90-100°C selama ≥ 30 menit (Kresnanugraha 2012).

3.2.5 Infudasi. Infudasi merupakan proses penyarian yang digunakan

untuk menyari zat aktif dari bahan nabati yang larut dalam air. Penyarian akan

menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar kapang dan khamir. Sari

yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Proses penyarian yang

dilakukan pada suhu 90°C selama 15 menit (Depkes RI 1986).

4 Penguapan

Penguapan merupakan proses terbentuknya uap dari permukaan cairan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan adalah suhu, waktu, kelembaban,

cara penguapan, dan konsentrasi. Kecepatan terbentuknya uap tergantung atas

terjadinya difusi uap melalui lapisan batas di atas cairan yang bersangkutan,

kecepatan penguapan tergantung pada kecepatan pemindahan panas (Voight

1994).

Pengentalan dapat dilakukan melalui penguapan dengan alat Vacum

Rotary Evaporator di mana ekstrak cair dapat diubah menjadi bentuk ekstrak

kental, yang konsistensinya liat dan kandungan air yang lebih rendah

dibandingkan dengan ekstrak cair (Voigt 1994).

Pada Vacum Rotary Evaporator, putaran labu dalam sebuah pemanas pada

temperatur dan kecepatan putar tertentu, cairan yang terkandung dalam ekstrak

akan diuapkan. Melalui pengaturan dalamnya pencelupan ke dalam penangas air,

suhu penangas, hampa udara, dan suhu pendingin maka kondisi optimal dapat

terpenuhi sehingga proses pengentalan ekstrak dapat berlangsung cepat dan dalam

temperatur yang tidak terlalu tinggi (Voigt 1994).

F. Obat Kumur

1. Definisi obat kumur

Obat kumur adalah sediaan berupa larutan, umumnya dalam konsentrasi

pekat harus diencerkan dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk

penggunaan antiseptik yang mampu mencegah atau mengobati, serta mampu

membersihkan sela-sela gigi, permukaan lidah dan gusi, serta mulut bagian

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

18

belakang atau kerongkongan. Penggunaan sebagian obat kumur bertujuan untuk

mengurangi bau mulut. Sebagian obat kumur lainnya ditujukan untuk fungsi

layaknya air liur, yaitu menjaga mulut tetap lembap dan menetralkan zat asam.

Obat kumur juga dapat digunakan sebagai agen antiinflamasi dan analgetik

topikal (Farah et al. 2009).

2. Fungsi obat kumur

Obat kumur sama halnya seperti pasta gigi mempunyai fungsi yang dapat

dikategorikan sebagai kosmetik, terapeutik, atau keduanya (Harris & Christen

1987). Obat kumur dapat digunakan untuk membunuh bakteri, sebagai penyegar,

menghilangkan bau tak sedap, dan memberikan efek terapeutik dengan

meringankan infeksi atau mencegah karies (Combe 1992). Keefektifan obat

kumur yang lain adalah kemampuannya menjangkau tempat yang paling sulit

dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak pembentukan plak, tetapi

penggunaanya tidak bisa sebagai sunsitusi sikat gigi (Claffey 2003).

3. Bahan penyusun obat kumur

Bahan penyusun obat kumur umumnya terdiri atas zat aktif seperti

senyawa fenolik, antimikroba, hexetidine, fluorida, dan garam acid yang berfungsi

untuk mencegah dan mengobati bau mulut, mencegah kerusakan gigi, dan

penyakit periodontal lainnya. Pelarut yang digunakan biasanya berupa pelarut

etanol maupun aquadest murni yang berfungsi sebagai pelarut zat aktif tertentu.

Humektan digunakan untuk mencegah kehilangan air, menambah rasa manis,

meningkatkan tekanan osmotik obat kumur untuk mengurangi resiko

pertumbuhan mikroba, seperti gliserin, sorbitol, dan xylitol. Solubilitas berfungsi

untuk melarutkan perisa alami dan memberikan efek bersih didalam mulut. Zat

tambahan yang digunakan seperti bahan perasa, bahan pengawet, bahan pewarna,

dan dapar juga diperlukan dalam membuat sediaan obat kumur (Vrani 2004).

4. Surfaktan

Surfaktan merupakan emulgator yang berfungsi untuk menstabilkan

emulsi tipe A/M dan M/A. Penambahan emulgator menjadi titik kritis yang perlu

diperhitungkan (Sulaiman & Kuswahyuning 2008). Surfaktan adalah senyawa

yang aktif di permukaan dan terdiri dari gugus polar (hidrofilik) dan gugus

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

19

nonpolar (lipofilik). Gugus polar dapat bermuatan positif, negatif, amfoterik, dan

tidak bermuatan (nonionik), gugus polar dapat larut dalam pelarut polar.

Sedangkan gugus nonpolar yang tersusun atas rantai hidrokarbon linear atau

bercabang dan tidak larut dalam pelarut polar (Sufriyani 2006).

Penggunaan surfaktan pada obat kumur mempunyai fungsi agen pembusa

dan membantu pengangkatan plak dan sisa-sisa makanan dari gigi. Pembentukan

busa pada obat kumur bertujuan menurunkan tegangan permukaan dan

memungkinkan pembersihan sampai ke sela-sela gigi. surfaktan dapat berinteraksi

dengan kotoran-kotoran pada gigi membentuk misel, sehingga proses ini

membantu pencegahan plak pada gigi (Shanebrook 2004).

Surfaktan juga berperan penting dalam sediaan obat kumur untuk

mencampurkan air dan minyak (Hartono & Widiatmoko 1993). Sodium lauril

sulfat (SLS) sebagai surfaktan menurunkan tegangan permukaan larutan sehingga

dapat mencapurkan minyak (Reynolds 1994). Menurut Mitsui 1997 surfaktan

digunakan untuk mencapai produk akhir yang jernih. Penggunaan SLS berlebih

dapat menyebabkan iritasi pada rongga mulut, penurunan kelarutan saliva serta

perubahan sensitivitas rasa sehingga mengurangi kenyamanan berkumur (Roslan

et al. 2009). Batas pemakaian SLS yang dibenarkan dalam 1-2% (Raymond et al.

2003).

Pemilihan surfaktan dapat ditentukan dengan menghitung nilai HLB, nilai

HLB (hydrophile-lypophile balance) merupakan nilai yang menyatakan

kesimbangan gugus hidrofilik dan lipofilik dari molekul surfaktan. Gugus

hidrofilik kompatibel dengan air, sedangkan bagian lipofilik kompatibel dengan

minyak (Sufriyani 2006). Nilai HLB pada surfaktan sangat mempengaruhi tipe

emulsi yang dibuat. Nilai HLB yang diperoleh tinggi maka emulsi yang terbentuk

yaitu emulsi minyak dalam air (Opier 2016). Nilai HLB 7 menunjukkan molekul

mempunyai afinitas yang sama terhadap air dan minyak. Nilai HLB diatas 7

menunjukkan bahwa surfaktan bersifat hidrofil, sedangkan nilai HLB dibawah 7

menunjukkan bahwa surfaktan bersifat lipofil (Sulaiman & Kuswahyuning 2008).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

20

5. Metode pembuatan obat kumur

Pembuatan obat kumur secara umum, pembuatan fase larut air dilakukan

dengan melarutkan bahan-bahan yang larut dalam air. Bahan-bahan yang tidak

dapat larut dalam air dilarutkan dalam fase minyak, kemudian campuran fase

minyak tersebut ditambahkan bahan pengemulsi. Semua bahan yang sudah larut

ditambahkan bahan humektan sedikit demi sedikit aduk hingga homogen,

tambahkan bahan pembantu lainnya seperti bahan pemanis, pengawet, pewarna,

dan dapar (Kono et al. 2018).

6. Pengujian mutu fisik dan stabilitas sediaan obat kumur

6.1 Organoleptis. Pengamatan organoleptis merupakan pengamatan mutu

fisik sediaan obat kumur yang bersifat subjektif untuk mengontrol penampilan

dari sediaan obat kumur tersebut, pengamatan tersebut meliputi bau, warna, dan

kejernihan (Elmitra 2017).

6.2 Homogenitas. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat ketercampuran zat

aktif yang merata sehingga homogen. Homogenitas ini mempengaruhi tampilan

pada sediaan obat kumur (Zain 2012).

6.3 Viskositas. Viskositas merupakan besaran yang menyatakan

kemampuan cairan untuk mengalir. Viskositas mempengaruhi mudah atau

tidaknya sediaan obat kumur untuk dituang. Semakin besar viskositas maka

sediaan obat kumur akan sulit dituang. Adanya perubahan temperatur dapat

mempengaruhi viskositas, dimana viskositas akan menurun jika temperatur

dinaikkan (Ekowati & Inaratul 2016).

6.4 pH. Pengukuran uji pH sediaan obat kumur perlu diperhatikan karena

akan mempengaruhi kondisi rongga mulut, sediaan obat kumur yang tidak sesuai

dengan pH mulut dapat mengakibatkan iritasi pada rongga mulut. Uji pH

dilakukan dengan menggunakan alat pH meter (Ekowati & Inaratul 2016).

6.5 Uji stabilitas. Uji stabilitas bertujuan untuk melihat terjadinya

pemisahan dalam sediaan selama proses penyimpanan. Uji stabilitas dilakukan

dengan menggunakan metode ruang, pada uji ini dilakukan dengan cara

mengamati larutan obat kumur ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L.)

didalam suhu ruang atau kamar. Suhu ruang yang biasa digunakan yaitu 25°C,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

21

kemudian diamati adanya perubahan organoleptis dari obat kumur ekstrak daun

teh hijau (Camellia sinensis L.) tersebut (Ekowati & Inaratul 2016).

G. Uji Daya Hambat Bakteri Streptococcus mutans

1. Metode uji difusi

Metode uji aktivitas antibakteri sediaan secara in vitro ini digunakan untuk

mengetahui aktivitas antibakteri sediaan obat kumur yang mengandung ekstrak

daun teh hijau yang dilakukan dengan pengukuran aktivitas antibakteri

menggunakan metode difusi agar, cakram kertas yang digunakan dilakukan

dengan cara mengukur diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri terhadap

bakteri Streptococcus mutans. Metode pengujian aktivitas antibakteri secara difusi

dapat dilakukan dengan cara:

1.1 Gradient-plate technique. Larutan uji ditambahkan ke dalam media

agar yang sudah dicairkan. Tuang campuran ke dalam cawan petri, letakkan dalam

posisi miring. Nutrisi kedua dituang diatas campuran pertama. Plate diinkubasi

selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan permukaan

media mengering. Mikroba uji yang digunakan maksimal 6 macam digoreskan

pada arah mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan sebagai

panjang total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan (Ditjen POM 1995).

1.2 Disc diffusion. Digunakan untuk menentukan aktivitas agen

antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar

yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

tersebut. Area yang berwarna jernih mengindikasikan adanya hambatan

pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

(Ditjen POM 1995).

1.3 Cup-plate technique. metode ini serupa dengan metode disc diffusion,

dimana dibuat dengan cara sumuran pada media agar yang telah ditanami dengan

mikroorganisme. Sumuran yang dibuat tersebut diberi agen antimikroba yang

akan diuji (Ditjen POM 1995).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

22

2. Metode uji dilusi

Sejumlah zat antimikroba dimasukkan ke dalam medium bakteriologi

padat atau cair. Biasanya digunakan pengenceran dua kali lipat zat antimikroba.

Medium akhirnya diinokulasi dengan bakteri yang diuji dan diinkubasi. Tujuan

dari metode dilusi adalah untuk mengetahui seberapa banyak jumlah zat

antimikroba yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh

bakteri yang diuji. Uji keretanan dilusi agak membutuhkan waktu yang banyak

dan kegunaannya terbatas pada keadaan tertentu. Uji dilusi kaldu tidak praktis

dan kegunaannya sedikit, apabila dilusi harus dibuat dalam tabung pengujian perlu

adanya serangkaian preparat dilusi kaldu untuk berbagai obat yang berbeda dalam

lempeng mikrodilusi untuk meningkatkan dan mempermudah metode.

Keuntungan uji dilusi adalah uji tersebut memungkinkan adanya hasil kuantitatif

yang menunjukkan jumlah obat tertentu yang diperlukan untuk menghambat atau

membunuh mikroorganisme yang akan diuji (Jawetz et al. 2007).

Cara pengenceran tabung adalah larutan zat antibakteri dilarutkan dengan

pelarut yang sesuai, kemudian diencerkan dengan medium cair berturut-turut pada

tabung yang disusun dalam satu deret hingga konsentrasi terkecil yang

dikehendaki. Tiap tabung berisi campuran media dan larutan zat antibakteri

dengan berbagai konsentrasi ditanami dengan suspensi bakteri yang mengandung

kira-kira 105-10

6 sel bakteri CFU/mL. Selanjutnya dibiakan dalam media tabung

diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam. Pertumbuhan bakteri diamati

dengan melihat kekeruhan didalam tabung tersebut. Larutan uji agen antimikroba

pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba

ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan tersebut dikultur ulang pada

media baru tanpa penambahan mikroba uji dan diinkubasi selama 18-24 jam.

Media yang tetap jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai KBM (Jawetz et al.

2007).

H. Media

1. Pengertian media

Media adalah substrat yang diperlukan atau digunakan untuk

mengembangbiakan mikroba. Media dalam suatu penelitian harus dalam keadaan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

23

steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan. Media

harus memenuhi suatu persyaratan tertentu agar mikroba dapat tumbuh dalam

media yang dibuat dan berkembang dengan baik. Media harus mengandung semua

unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba.

Media juga harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang

sesuai dengan kebutuhan mikroba (Suriawira 2005).

2. Sifat media

Menurut Suriawira (2005) sifat-sifat media dibagi menjadi:

2.1 Media umum. Media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan

satu atau lebih kelompok mikroba secara umum, seperti Nutrient Agar. Media

pengaya jika media tersebut digunakan untuk memberi kesempatan terhadap satu

jenis atau kelompok mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat dari yang

lainnya yang bersama-sama dalam satu sampel.

2.2 Media selektif. Media yang hanya dapat ditumbuh oleh satu atau

lebih mikroorganisme tertentu, tetapi akan menghambat atau mematikan jenis

lainnya.

2.3 Media diferensial. Media yang digunakan untuk menumbuhkan

mikroba tertentu serta penentuan sifat-sifatnya.

2.4 Media penguji. Media yang digunakan untuk penguji senyawa atau

benda-benda tertentu dengan bantuan mikroba.

3. Macam-macam bentuk media

Ada tiga jenis bentuk media menurut Suriawira (2005) yaitu media padat,

cair, dan semi padat atau semi cair.

3.1 Media padat. Media ini pada umumnya dipergunakan untuk bakteri,

ragi, jamur, dan kadang-kadang juga mikroalga. Bahan media padat ditambahkan

antara 12-15 g tepung agar-agar per 1000 ml media.

3.2 Media cair. Media ini biasanya digunakan untuk pembiakan

mikroalga tetapi juga mikroba lain, terutama bakteri dan ragi. Pada media cair ini

tidak ditambahkan zat pemadat.

3.3 Media semi padat atau semi cair. Penambahan zat pemadat dalam

media ini hanya 50% atau kurang dari seharusnya. Media ini umumnya digunakan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

24

untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan hidup

anaerob atau fakultatif.

I. Monografi Bahan

1. Bahan pengemulsi

1.1 Span 80. Span 80 atau sorbitan monooleat merupakan emulgator yang

memiliki nilai HLB 4,3. Span 80 dapat digunakan untuk pegelmulsi, untuk emulsi

air dalam minyak dengan konsentrasi 1-15%. Jika dikombinasi dengan

pengemulsi hidrofilik tipe emulsi air dalam minyak, konsentrasi yang digunakan

1-10% (Rowe et al. 2009).

Gambar 3. Span 80 (Rowe et al. 2009).

1.2 Tween 80. Tween 80 memilik HLB 15, dapat digunakan sebagai

pengelmulsi, wetting agent, dan penstabil. Konsentrasi tween 80 yang digunakan

untuk pengemulsi yaitu 1-15%. Tween berbentuk minyak, jernih, bewarna kuning

muda, hingga coklat muda, larut dalam air dan tidak larut dalam minyak mineral

(Depkes RI 2014).

Gambar 4. Tween 80 (Rowe et al. 2009).

2. Bahan humektan

2.1 Gliserol. Gliserol merupakan senyawa berupa cairan kental, jernih,

tidak berbau, rasanya manis 0,6 kali lebih manis dibandingkan sukrosa dan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

25

higroskopis. Gliserin dapat bercampur dengan air, etanol (95%) P, tidak larut

dalam kloroform P, eter P, minyak lemak, dan minyak atsiri. gliserin juga dapat

digunakan untuk mengatur kekentalan pada bahan kosmetik seperti shampoo dan

sabun. Kosentrasi yang digunakan untuk membuat suatu obat kumur yang baik

adalah kurang dari 30% (Rowe et al. 2009).

Gambar 5. Glycerin (Rowe et al. 2009).

3. Bahan pengawet

3.1 Metil paraben. Metil paraben digunakan sebagai pengawet dalam

formulasi farmasetika, makanan, dan kosmetik. Metil paraben memiliki aktivitas

efektif untuk jamur dan kapang. Bahan ini memiliki kelarutan dalam air, etanol

95%, eter (1:10), dan metanol. Bahan ini dapat digunakan dalam bentuk tunggal

dan kombinasi dengan jenis paraben yang lain, pengawet ini memiliki efektifitas

pada rentang pH 4-8, konsentrasi yang digunakan pada sediaan topikal yaitu 0,02-

0,3% (Harun 2014).

Gambar 6. Metil paraben (Rowe et al. 2009).

3.2 Propil paraben. Propil paraben atau nipasol merupakan serbuk hablur

kecil, tidak bewarna, dan memiliki kelarutan yang sangat sukar larut dalam air,

sukar larut dalam air mendidih, mudah larut dalam etanol, dan dalam eter. Propil

paraben memiliki jarak lebur antara 96°C dan 99°C (Depkes RI 2014). Bahan ini

berfungsi sebagai antifungi atau pengawet. Konsentrasi propil paraben yang

digunakan pada sediaan topikal yaitu 0,01-0,6% (Rowe et al. 2009).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

26

Gambar 7. Propil paraben (Rowe et al. 2009).

4. Pemanis

4.1 Sorbitol. Sorbitol merupakan serbuk hablur atau granul, higroskopis

berwarna putih, dan berasa manis. Sorbitol sangat mudah larut dalam air, sukar larut

dalam etanol, metanol, dan dalam asam asetat. Kompaktibel dengan bahan pengisi

lain, sejuk dimulut, dan daya kompresibilitasnya baik, pH 4,5-7,0 dan sifat alirnya

kurang baik. Sorbitol memiliki tingkat kemanisan sekitar 50-60% lebih dari tingkat

kemanisan sukrosa dan nilai kalori sebesar 2,6 kkal/g atau setara dengan 10,87 Kj/g.

Konsentrasi sorbitol yang boleh digunakan untuk membuat sediaan obat kumur

adalah 20-35% (Rowe et al. 2009).

Gambar 8. Sorbitol (Rowe et al. 2009).

4.2 Xylitol. Merupakan senyawa kimia organik yang digunakan sebagai

pemanis buatan pengganti gula. Rumus kimia xylitol adalah (CHOH)3(CH2OH)2.

Gula alkohol ini dapat dijumpai secara alami pada berbagai buah dan sayuran,

seperti bermacam jenis buah beri, oat, sekam jagung, dan jamur. Senyawa ini

dapat juga diperoleh melalui ekstraksi serat jagung, pohon birch, raspberry, plum,

dan jagung. Pada sediaan obat oral kadar kosentrasi xylitol yang diperbolehkan

sebesar 10% (Rowe et al. 2009).

Gambar 9. Xylitol (Rowe et al. 2009).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

27

5. Etanol

Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau hanya

disebut alkohol saja adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar,

tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat

ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah

satu obat rekreasi yang paling tua. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai

tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Etanol sering

disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).

Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal

yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan

juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk

kegunaan industri seringkali dihasilkan dari etilena.

Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia

yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada

parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah

pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia

lainnya. Konsentrasi penggunaan etanol untuk oral adalah sesuai dengan

kebutuhan sebagai pelarut zat aktif atau secukupnya (Rowe et al. 2009).

Gambar 10. Etanol (Rowe et al. 2009).

6. Aquadestilata

Aquadestilata atau air suling merupakan air murni yang diperoleh dengan

penyulingan dan digunakan sebagai pelarut, berbentuk cairan jernih, tidak

bewarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa (Depkes RI 1979).

J. Landasan Teori

Streptococcus mutans adalah bakteri utama penyebab karies gigi. Bakteri ini

dapat hidup pada pH yang rendah. Streptococcus mutans biasanya ditemukan pada

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

28

rongga mulut, faring dan pencernaan manusia dan menjadi bakteri yang paling

kondusif menyebabkan karies untuk email gigi. Streptococcus mutans mampu

mensintesis polisakarida ekstraselular glukan, dapat memproduksi asam laktat

melalui proses homofermentasi, membentuk koloni yang melekat erat dengan

permukaan gigi, dan lebih bersifat asidogenik daripada spesies Streptococcus lainnya.

Streptococcus mutans telah menjadi target utama dalam upaya mencegah terjadinya

karies gigi (Marsh et al. 2009). Bakteri Streptococcus mutans dapat menyebar ke

permukaan akar yang akhirnya menyebabkan periodontitis kronik, peradangan

gingiva disertai ligamen dan periodontal soket, sehingga bakteri ini dapat

membentuk koloni yang melekat dengan erat pada permukaan gigi. Streptococcus

mutans menghasilkan polisakarida ekstraseluler lengket dari karbohidrat makanan

dan mampu memfermentasi karbohidrat menjadi asam (Rifdayani 2014).

Penggunaan bahan alam daun teh hijau (Camellia sinensis L.) dapat

dimanfaatkan dalam bentuk sediaan obat, seperti penggunaan obat kumur. Obat

kumur lebih efektif menekan bakteri Streptococcus mutans jika dibandingkan

dengan menggunakan sediaan pasta gigi (Pratiwi 2005). Daun teh hijau sebagian

besar mengandung ikatan biokimia yang disebut polyphenols, termasuk

didalamnya flavonoid. Daun teh hijau yang termasuk didalamnya golongan

flavonoid dapat memberikan perlindungan terhadap serangga, jamur, virus, dan

bakteri (Balittri 2013).

Berdasarkan penelitian Fajriani dan Sartini (2015), ekstrak daun teh hijau

(Camellia sinesis L.) mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan

bakteri Streptococcus mutans dengan berbagai konsentrasi. Konsentrasi maksimal

daya hambat ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L.) dalam menghambat

bakteri Streptococcus mutans adalah 2% dengan diameter hambat sebesar 17,76

mm, sedangkan dengan konsentrasi 1% ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis

L.) dapat menghambat bakteri Streptococcus mutans dengan diameter hambat

sebesar 17,38 mm. Konsentrasi paling minimal ekstrak daun teh hijau (Camellia

sinensis L.) untuk menghambat bakteri Streptococcus mutans yaitu 0,5% dengan

diameter hambat sebesar 16,48 mm.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Streptococcus mutansrepository.setiabudi.ac.id/3564/4/bab 2.pdf · 2019-10-25 · Mekanisme kerja antimikroba Mekanisme antimikroba merupakan peristiwa

29

Menurut Wiley (2009) obat kumur dapat membersihkan bagian yang

paling sulit dijangkau dengan sikat gigi, sehingga menggunakan sikat gigi tidak

cukup membersihkan rongga mulut dengan sempurna. Obat kumur dapat

digunakan untuk membunuh bakteri, sebagai penyegar, menghilangkan bau tak

sedap, dan memberikan efek terapeutik dengan meringankan infeksi atau

mencegah karies (Combe 1992). Menurut penelitian Sartika (2015) sediaan obat

kumur ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L.) mempunyai mutu fisik dan

stabilitas yang baik sesuai dengan standar obat kumur yang sudah ditetapkan.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah menurunkan jumlah koloni

bakteri patogen dalam rongga mulut, mengontrol plak yang merupakan langkah

awal untuk mengontrol terjadinya karies gigi dan mengukur zona hambat ekstrak

daun teh hijau (Camellia sinensis L.) terhadap bakteri Streptococcus mutans.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah tentang efek

bakterisidal ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L.) dalam membunuh

bakteri Streptococcus mutans secara in vitro (Rifdayani 2014).

K. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disusun suatu hipotesis yaitu :

Pertama, uji mutu fisik dan stabilitas sediaan obat kumur ekstrak daun teh

hijau (Camellia sinensis L.) menghasilkan sediaan dengan stabilitas fisik yang

baik.

Kedua, obat kumur ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L.)

mempunyai aktivitas antibakteri Streptococcus mutans ATCC 25175.

Ketiga, sediaan obat kumur dengan berbagai variasi konsentrasi ekstrak,

didapatkan konsentrasi paling aktif obat kumur ekstrak daun teh hijau (Camellia

sinensis L.) yang mampu menghambat hambat bakteri Streptococcus mutans.