BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pengembangan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pengembangan...
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
A. Pengertian Pengembangan Kurikulum PAI
1. Pengertian Kurikulum
Istilah “kurikulum” muncul untuk pertama kalinya dan digunakan
dalam bidang olahraga. Secara etimologis curriculum yang berasal dari
bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “ pelari” dan curere yang berarti “
tempat berpacu”. Jadi istilah kurikulum pada zaman Romawi kuno
mengandung pengertian sebagai suatu jarak yang harus ditempuh oleh
pelari dari garis star sampai garis finish.14
Dalam dunia pendidikan para
ahli pendidikan juga menafsirkan tentang kurikulum dengan penafsiran
yang berbeda, namun dalam penafsiran yang berbeda ada juga
kesamaanya. Kesamaan tersebut adalah, bahwa kurikulum berhubungan
erat dengan usaha mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.15
Secara terminologi, banyak istilah kurikulum yang dikemukakan
oleh para ahli kurikulum ataupun dari UU SISDEKNAS NO. 20 tahun
2003. Dibawah ini dicantumkan beberapa definisi tersebut:
a) Winecoff.
Kurikulum didefinisikan sebagai suatu rencana yang
dikembangkan untuk mendukung proses mengajar/belajar didalam
arahan dan bimbingan sekolah, akademi atau universitas dan para
anggota setafnya.16
b) J. Galen Saylor dan William M. Alexander
The Curriculum is the sum total of school’s efforts to influence
learning, whether in the classroom, on the playground, or out of
school. Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar,
14
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: Rosda, 2015) hal. 19 15
Wina Sanjaya, Kurikukum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2010) hal. 3 16
Dimyati dan Mudjiono, Op. Cit, hal. 266
11
apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau diluar sekolah.
Kurikulum meliputi ekstra-kurikuler.17
.
c) B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores
Memandang kurikulum sebagai “a sequence op potential
experiences set up in the school for the purpose of disciplining
children and yout in group ways of tinking and acting”. Mereka
melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara
potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat
berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.18
d) Menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.19
Dari beberpa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kurikulum adalah kegiatan yang dilakuakan oleh anak didik di dalam
maupun diluar sekolah yang sudah diatur dan terencana mengenai
tujuan dan isi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan yang berada dalam tanggung jawab lembaga.
Tentunya pengertian ini masih terlalu sempit dalam arti sebuah
kurikulum, karena hanya mencakup kegiatan sekolah yang di
laksanakan hanya pada pembelajaran di dalam kelas dan tugas di luar
sekolah. Padahal arti kurikulum dari arti modern kurikulum lebih dari
sekedar rencana pelajaran atau bidang studi. Kurikulum dalam
pandangan modern adalah semua yang secara nyata terjadi dalam
proses pendidikan sekolah. Didalam pendidikan, semua kegiatan anak
didik di sekolah yang memberikan pengalaman belajar, seperti
pramuka, berkebun, bergaul, intraksi dengan lingkungan sekolah,
kerja sama dengan kelompok dan lain-lain. Semua yang berkaitan
17
Nasutiaon, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal. 4 18
Ibid. hal. 5 19
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
12
dengan pengalaman belajar bagi anak didik itu merupakan
kurikulum.20
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam terdiri dari tiga kata yaitu “ pendidikan”
agama” dan“ Islam”. Untuk memproleh kesimpulan yang utuh dari definisi
pendidikan agama Islam, harus dirinci satu persatu tentang arti tersebut.
Kata “pendidikan” secara etimologi bersal dari kata didik yang berarti
“proses pengubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui pendidikan.21
Dalam istilah bahasa Arab dikenal dengan kata tarbiyah dengan
kata kerjanya rabba-yurobbi-tarbiyatan yang berarti “mengasuh,
mendidik, dan memelihara”.22
Adapun pendidikan secara terminologi banyak para pakar yang
memberikan pengertian tentang pendidikan, antara lain:
Marimba menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
ruhani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.23
Prof.
Langiveld mendefinisikan “pendidikan adalah suatu bimbingan yang
diberika oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk
mencapai kedewasaan.24
Sementara itu John Dewey juga mengungkapkan
bahwa pendidikan merupakan pembentuk kecakapan-kecakapan yang
fundamental secara intlektual dan emosional kearah alam dan sesama
manusia.”
Dari beberapa pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh para
pakar diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah
bimbingan secara sadar oleh orang dewasa kepada anak-anak untuk
20
Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan islam (Bandung: Rosda, 2013) hal . 82 21
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta:
Rajawali Pers, 2005) hal 1-2 22
Ibid. hal. 2 23
Ahmad Tafsir, Op. Cit. hal 34 24
Abdul Rahman Shaleh, Op. Cit. hal .2
13
membentuk dan mengembangkan potensinya kearah yang lebih baik
sehingga terbentuk kepribadian yang utama.
Arti agama secara istilah adalah pengakuan terhadap adanya
hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus di patuhi; kekuatan
gaib tersebut menguasai manusia; berarti pula mengikatkan diri pada suatu
bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang
berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia.25
Agama juga suatu sistem kepercayaan yang disatukan oleh
peraktek yang bertalian denga hal-hal yang suci, yakni hal-hal yang
dibolehkan dan yang dilarang- kepercayaan dan peraktek-peraktek yang
mempersatuak komunitas.26
Untuk itu bisa diartikan arti dari pendidikan agama adalah
pendidikan yang materi bimbingan dan arahnya pada ajaran agama yang
ditujukan manusia atau anak didik mempercayaai dengan sepenuh hati
akan adanya Tuhan, dengan melakukan apa yang diperintah dan menjahui
apa yang dilarang.
Sementara itu “ Islam” secara etimologi dapat diartikan selamat,
menyerah, tunduk dan patuh. Secara terminologi Islam adalah tunduk dan
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, lahir maupun batin dengan
melaksanakan perintah-perintahNya dan menjahui larangan-laranganya.27
Sedangkan menurut Muhammad Sultan yang dikutip oleh Abdul
Haris dkk. Beliau memberikan pengertian Islam adalah agama Allah yang
diperintahkan untuk mengerjakan tentang pokok-pokok serta peraturan-
peraturan kepada Nabi Muhammad SAW dan menugaskannya untuk
menyampaikan agama tersebut kepada seluruh manusia mengajak mereka
untuk memeluknya.28
25
Ibid. hal. 4 26
Ishomuddin, Sosiologi Agama ( Malang: Umm Press, 1996), hal. 28 27
Abdul Rahman Shaleh. Op. Cit, hal. 5 28
Abdul Haris dkk, Materi ke Islaman dan Ibadah ( Malang: Umm Press, 2012), hal. 13
14
Demikian pengertian kata pendidikan dan kata agama Islam yang
masing-masing telah diuraikan diatas, sehingga dapat disatukan menjadi
suatu pengertian pendidikan agama islam secara integral.
Mengenai pendidikan agama Islam Prof. Dr. Zakiah Darajat
menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Metodik Khusus Pengajaran
agama Islam yang dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh dalam bukunya
sebagai berikut.
a. Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan usaha
terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya
sebagai pandanagan hidup (way of life).
b. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan
berdasarkan ajaran Islam.
c. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran
agama Islam, yaitu bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan agama Islam itu
sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan hidup di dunia
maupun di akhirat kelak.29
Pendidika agama Islam dapat dipahami bahwa pendidikan agama
Islam yang diselenggarakan di semua lembaga pendidikannya bukan
hanya pada tahap pengetahuan saja terhadap Islam tetapi titik
tekannya pada pelaksanaan dan pengamalan agama dalam seluruh
aspek kehidupannya.
3. Pengertian Pengembangan Kurikilum PAI
Kurikulum diciptakan tidak lepas dari lembaga dan tujuan
pendidikan itu sendiri, maka dalam hal ini dari beberapa definisi tentang
kurikulum dan pendidikan agama Islam maka dapat dipahami bahwa
pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam dapat diartikan
29
Abdul Rahman Shaleh, Op.Cit, hal. 6
15
sebagai pengembangan sarana atau alat untuk mencapai tujuan
pendidikan agama Islam dan juga arah pendidikan agama dalam rangka
pembangunan manusia secara keseluruhan dan bangsa Indonesia
seutuhnya.
B. Landasan Pengembangan Kurikulum.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai peran atau
kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.
Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan dalam
perkembangan kehidupan manusia. Maka dalam penyusunan kurikulum tidak
bisa dilakuakan tanpa menggunakan landasan yang kuat.
Diibaratkan dengan bangunan kalau pondasinya tidak kuat maka
bangunan itu akan mudah roboh. Sama halnya dengan pendidikan kalau
landasannya asal-asalan atau tujuannya tidak jelas, maka pendidikan itu akan
hancur dan tidak akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Dengan demikian dalam mengembangkan kurikulum terlebih dahulu harus
dikaji secara akurat, mendalam serta menyeluruh landasan apa saja yang
harus dijadikan pijakan dalam merancang, mengembangkan kurikulum.
Ada tiga landasan pengembangan kurikulum, yakni landasan filosofis,
psikologis, dan landasan sosiologis-teknologis. Ketiga landasan tersebut
diuraikan di bawah ini.
1. Landasan Filosofis
Kata filsafat bersal dari bahasa Yunani kuno, yaitu philosophia (
philore = cinta, senang, suka, dan Sophia= kebaikan atau kebenaran).
Menurut asal katanya filsafat berarti cinta akan kebenaran. Berfikir
filsafat berarti berpikir secara menyeluruh, sistematis, logis, dan
radikal.30
Meskipun demikian kebenaran filsafat adalah kebenaran relatif.
Artinya kebenaran yang selalu mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan zaman.
Filsafat sebagai landasan perkembangan kurikulum menjawab
pertanyaan-pertanyaan pokok seperti : Hendak mau dibawa kemana
30
Zainal Arifin. Op. Cit. hal. 47
16
siswa yang dididik itu? Masyarakat yang bagaimana yang harus
diciptakan melalui ikhtiar pendidikan serta apa hakekat pengetahuan
yang harus dipelajari dan dikaji siswa? Norma-norma atau sistem nilai
yang bagaimana yang harus diwariskan kepada anak didik sebagai
generasi penerus? Bagaimana proses itu berlangsung?
Adapun yang dimaksud landasan filosofis dalam pengembangan
kurikulum adalah rumusan-rumusan yang di dapatkan dari hasil berfikir
yang mendalam, analitis, logis dan sistematis dalam memecahkan,
melakasanakan, membina dan mengembangkan kurikulum. Para
pengembang kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas tentang apa
yang mereka inginkan atau mereka junjung, karena dengan filsafat yang
tidak jelas maka akan menghasilkan kurikulum yang buruk.
Ada beberapa aliran dalam pemikiran filsafat pendidikan yang
disebutkan dalam bukunya Muhmidayeli yang berjudul Filsafat
Pendidikan yaitu: Aliran perennialisme, progresivisme, esensialisme dan
rekonstruksionisme.31
Lebih jelasnya kita bahas satu persatu berkenaan dengan beberapa
pemikiran dalam filsafat pendidikan.
a) Landasan filosofis progrevisme tentang pendidikan
Aliran ini memandang bahwa pendidikan dalam hal ini mesti
dipandang sebagai hidup itu sendiri, bukan suatu aktivitias untuk
mempersiapkan subjek-subjek didiknya untuk hidup. Mengingat
kehidupan intlektual manusia selalu berada pada aktivitas
interpretasi dan rekonstruksi berbagai pengalaman, maka pendidikan
mesti diarahakan pada pembentukan situasi yang menumbuh
kembangkan sikap intlektual agar ia dapat melakukan sesuatu yang
berguna bagi masa-masa kehidupannya setelah dewasa.32
Berdasarkan pada pandangan ini, maka aliran ini berpendapat bahwa
pendidikan dimaknai sebagai proses yang berlandaskan pada asas
31
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan (Bandung: Refika Aditama, 2011) hal. 149- 179 32
Ibid, hal. 156
17
pragmatis, inti proses pada aliran ini terdapat pada anak didik,
karena anak didik pada konsepnya mempunyai rasio dan intelektual
yang akan berkembang melalui pengkondisian pendidikan. Tugas
guru bukan mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan,
melainkan member kesempatan kepada anak untuk melakuakan
berbagai kegiatan guna memecahkan masalah, atas dasar
kepercayaan bahwa belajar itu dapat dilakukan oleh anak sendiri.33
Dalam perencanaan kurikulum orang tua dan masyarakat harus
dilibatkan agar dapat memadukan sumber-sumber pendidikan formal
dan non formal yaitu sosial, politik dan ekonomi.34
b) Landasan filosofis perannialisme tentang pendidikan.
Aliran ini memandang hakekat manusia sebagai makhluk
rasional yang akan selalu sama bagi setiap manusia di manapun dan
kapanpun dalam pengembangan histiorisitasnya, sehingga
kesuksesan masa lalu dapat pula diterapkan untuk memecahkan
problem masa sekarang dan akan datang. 35
Selain itu aliran ini
berkeyakinan, kendatipun dalam lingkungan dan tempat yang
berbeda-beda, hakekat manusia tetap menunjukkan kesamaannya.
Oleh karena itu pula dan corak pendidikan yang sama dapat
diterapkan kepada siapapun dan dimanapun ia berada. Aliran ini
berpendapat bahwa rasionaliats hukum pertama yang akan tetap
benar di segala zaman dan tempat. Dengan perinsip rasionalitas ini
perenialisme berhadapan dengan persoalan adanya perinsip
kesadaran dan kebebasan dalam gerak kehidupan manusia. Tugas
pendidikan disini bagaimana menjadikan dan memajukan manusia-
manusia yang utuh, yaitu manusia yang memiliki kekuatan berfikir.
Dalam kurikulum akan terlihat materi-materi yang mengarah
pada kepentingan dan kebutuhan subjek didiknya dalam menumbuh
kembangkan potensi berfikir kreatif yang dimilikinya, sedangkan
33
Nasution, Asas- Asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)cetakan ke 10 hal. 25 34
Ibid 35
Muhmidayeli, Op. Cit, hal 161
18
dalam metode tentu mengutamakan metode yang selalu menjaga
kebebasan berfikir individu, baik melalui diskusi dan pemecahan
masalah.36
c) Landasan filosofis esensialisme tentang pendidikan
Esensialisme memandang bahwa manusia bagian dari alam
semesta yang bersifat mekanis dan tunduk pada hukum-hukumnya
yang objektif-kausalitas, maka ia pun secara nyata terlibat dan
tunduk pula pada hukum-hukum alam. Sumber segala pengetahuan
manusia menurut aliran ini terletak pada keteraturan lingkungan
hidupnya. Para esensialis melihat hakikat ilmu pengetahuan tidak
saja bersifat fisikis-naturalis yang bercorak empiris-realistis, tetapi
juga bersifat metafisikis-supranaturalis yang bercorak edialis-
rasionalis. Maka ilmu pengetahuan tidak hanya didapat dari indrawi
saja tanpa melibatkan fungsi akal manusia.37
Pandangan esensialisme tentang pendidikan bahwa supaya
pendidikan mempunyai tujuan yang jelas dan kukuh diperlukan
nilai-nilai yang kukuh, untuk itu harus dipilih nilai yang memiliki
tata yang jelas dan telah tertuju oleh waktu. Esensialis memiliki
kepercayaan bahwa pelaksanaan pendidikan memerlukan modifikasi,
dan penyempurnaan sesuai dengan kondisi manusia yang bersifat
dinamis dan selalu berkembang, namun manusia akan selalu ada
dibawah azas ketetapan dan natural, maka pedidikan harus dibina
atas dasar nilai-nilai yang kukuh dan tahan lama agar memberikan
kejelasan dan kestabilan arah bangunan.38
Proses belajar menurut esensialisme adalah proses penyesuaian
diri individu dengan lingkungan dalam pola stimulus dan respons.
Dalam hal ini guru sebagai agen pembentukan kebiasaan dalam
rangka penyesuaian dengan lingkungan. Sehingga aliran ini
berkeyakinan bahwa inisiatif pendidikan tergantung sepenuhnya
36
Ibid, hal.163-166 37
Ibid, hal.168 38
Ibid, hal 169
19
pada guru, bukan pada subjek anak didik. Oleh karena itu guru
mengambil peranan yang paling besar dalam mengatur dan
mengarahkan sabjek didik kearah kedewasaan. Tanggung jawab
yang besar tentu seorang guru memerlukan bekal pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk menyokong tugasnya.39
Kerena belajar penyesuaian individu-individu dengan
lingkungannya mesti juga menempatkan pengalaman anak didik
dalam lingkungan masyarakat, sehingga ketika menyelesaikan
pendidikannya ia memiliki kesiapan mental dalam menghadapi
berbagai problem kehidupan. Metode yang cocok unutuk tujuan
diatas, menurut esensialis adalah melalui metode tradisional, yaitu
mental discipline method, suatu metode yang menggunakan
pendekatan psikologi pendidikan yang mengutamakan latihan-
latihan berfikir logis, teratur, ajek, sistematis menyeluruh menuju
latihan penarian kesimpulan yang baik dan komprehensif.40
d) Landasan filosofis rekonstruksionisme tentang pendidikan.
Muhammad Iqbal sebagai tokoh rekontruksionisme dari dunia
Islam, ia mengatakan yang dikutip oleh Muhmidayeli dalam
bukunya, bahwa hakikat manusia adalah segenap kekuatan diri yang
akan menentukan siapa ia. Apa bila ego seseorang berkembang
dengan baik, maka dalam eksistensinya dalam masyarakat dan dunia
pun akan diakui. Jika manusia tidak mengambil prakarsa dan
berkeinginan untuk mengembangkan dirinya dan tidak ingin
merasakan gejolak batin hidup yang lebih tinggi, maka ruh yang ada
pada dirinya akan mengkristal dan perlahan-lahan tereduksi kepada
benda-benda mati. Oleh karena itu Muhammad Iqbal berpendapat
bahwa untuk membangun kembali umat Islam yang telah terpuruk
pada kemerosotan dan kemunduran yang berpangkal pada
kemerosotan humanitas, perlu membangun kembali tata sistem baru
39
Ibid, hal 171 40
Ibid, hal. 172
20
dengan mengembangkan potensi diri dan akal manusia yang akan
menunjuk pada eksistensi manusia dalam memandang realitas.41
Tujuan pendidikan menurut Iqbal, pendidikan adalah mampu
membangun dunia bagi masyarakat dengan menggunakan
kemampuan akal, indra dan intuisi. Dalam hal ini Iqbal
menginginkan pendidikan yang sesuai dengan watak manusia yakni
suatu pendidikan yang mengaktualisasikan aktivitasnya dengan
memberikan pengetahuan kepada sabjek didik melalui metode
problem solving, suatu cara yang efektif untuk melatih berfikir
kreatif, kritis dan inovatif. 42
Dari beberapa aliran di atas bisa dijadikan acuan atau contoh
tetang pandangan aliran-alian filsafat dalam mengembangkan
kurikulum pendidikan, walaupun tidak semua pandangan itu sesuai
dengan realita yang ada pada saat ini. Namun ini bisa kita tiru dalam
mengembangkan kurikulum pendidikan Agama Islam secara
filosofis atau secara mendalam.
Filsafat memegang peranan penting dalam proses
pengembangan kurikulum. Maka dari itu ada empat fungsi filsafat
dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama, menentukan arah
dan tujuan pendidikan. Kedua, menentukan isi atau materi yang
harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga,
dapat menentukan strategi atau cara penyampaian tujuan. Keempat,
dapat menentukan bagaimana menentukan tolak ukur keberhasialn
proses pendidikan.43
Oleh karena itu kurikulum senantiasa berkaitan erat denga
filsafat pendidikan. Secara umum, ruang lingkup filsafat adalah
semua permasalahan kehidupam manusia yang ada di alam semista
ini, hal ini merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Ruang
lingkup secara khusus yaitu mengenai filsafat pendidikan meliputi:
41
Ibid, hal. 175 42
Ibid, hal. 179 43
Wina Sanjaya. Op. Cit. hal. 43
21
(a) hakikat pendidikan (b) hakikat manusia, (c) hubungan antara
filsafat, manusia, pendidikan, agama dan kebudayaan (d) hubungan
antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan, (e)
hubungan antara filsafat negara, filsafat pendidikan, dan sistem
pendidikan, (f) sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan.44
Jadi ruang lingkup filsafat
pendidikan adalah upaya untuk memahami hakikat pendidikan
bagaimana cara pelaksanaan dan cara untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Masalah pokok yang terpenting sebagai landasan berfikir
secara filsafati tentang pendidikan adalah perumusan asumsi tentang
hasil akhir dalam sebuah pendidikan yakni tujuan dari pada
pendidikan. Hal ini menjdi komitmen dan prasyarat untuk
mengarahkan semua pemikiran untuk mencapai hasil yang terbaik.
Dalam merumuskan tujuan tidak boleh bersifat subjektif, dalam
merumuskan tujuan paling tidak harus mengedentifikasi karakteristik
usia peserta didik, kebutuhan, kemampuan, masukan dari pihak lain,
kebutuhan orang tua, masyarakat dan negara. Demikian juga ketika
mengembangkan kurikulum yang lain misalkan isi/meteri, metode
dan evaluasi dilakukan dengan metode yang sama.
2. Landasan Psikologis
Kurikulum adalah pedoman bagi guru dalam mengantar anak
didiknya sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan. Anak didik kalau
dilihat secara psikologis mempunyai keunikan dan perbedaan dalam
minat, bakat maupun potensinya yang dimliki sesuai dengan
perkembangannya.
Dengan alasan itulah kurikulum harus memperhatikan kondisi
psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak. Misalkan berkanaan
dengan psikologi belajar. Psikologi belajar merupakan ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana peserta didik melakukan perbuatan
44
Zainal Arifin. Op. Cit . hal 19-50
22
belajar, bagaimana belajar secara umum diartikan sebuah proses
perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan.45
Sedangkan psikologi perkembangan menyangkut tentang masa-masa
perkembangan anak. Ini sangat penting pemahaman masa perkembangan
mereka disebabkan dengan beberpa alasan. Pertama, setiap anak didik
memiliki tahapan atau masa perkembangan tertentu. Kedua, anak didik
yang sedang masa perkembagan merupakan priode yang sangat
menentuka untuk keberhasilan dan kesuksesan hidup mereka. Ketiga,
pemahaman akan perkembangan anak akan memudahkan dalam
melaksanak tugas-tuagas pendidikan.46
3. Landasan Sosiologis dan Teknologis
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dengan
bermasyarakat, yang tentunya berbicara anak didik. Anak didik
merupakan anak yang berasal dari masyarakat, dididik oleh masyarakat
dan kembali kepada masyarakat. Ketika anak didik kembali kepada
masyarakat maka anak didik harus bisa menyesuaikan diri dan bisa
menampilkan sikap, nilai-nilai yang diperolah peserta didik semasa
belajar di sekolah atau lembaga. Berdasarkan alur pemikiran ini, maka
sangat logis jika pengembangan kurikulum berdasarkan kebutuhan
masyarakat. Disamping itu juga kurikulum merupakan bagian dari
pendidikan dan pendidikan merupakan dari masyarakat.47
Oleh karena itu, kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam
proses pendidikan di sekolah harus relevan denga kebutuhan dan tuntutan
masyarakat. Dalam kontek ini sekolah bukan hanya berfungsi untuk
mewariskan kebudayaan dan nilai-nilai suatu masyarakat tetapi juga
berfungsi untuk mempersiapkan anak didik dalam kehidupan
masyarakat.48
45
Ibid. hal. 56 46
Wina Sanjaya. Op. Cit. hal. 48 47
Zainal Arifin. Op. Cit. hal. 65 48
Wina Sanjaya. Op. Cit. hal. 55
23
Kemajuan teknologi harus dijadikan bahan pertimbangan dalam
menentuka kurikulum, karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai hasil kemampuan berpikir manusia telah membawa manusia
pada masa yang tidak pernah membayangkan sebelumnya. Terciptanya
produk-produk teknologi semacam teknologi transportasi, misalnya
bukan menyebabkan manusia bisa menjelajahi seluruh pelosok dunia
akan tetapi manusia mampu menjelajahi ruang angkasa.49
Jadi sekolah
tidak hanya menanamkan dan mewariskan ilmu pengetahuan, akan tetapi
juga harus memberi keterampilan tertentu serta menanamkan budi pekerti
dan nilai-nilai.
C. Materi Pengembangan Kurikulum PAI.
Pada hakekatnya matari kurikulum adalah isi. Isi kurikulum
merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang
harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang
berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya
tergambarkan pada isi setiap materi pelajaran yang diberikan maupun
aktivitas dan kegiatan siswa di lingkungan sekolah. Baik materi maupun
aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
ditentukan.
Isi kurikulum berkaitan dengan (a) jenis-jenis bidang studi yang
diajarkan, yang ditetapkan atas dasar tujuan institusional; (b) isi program
stiap bidang studi, yaitu bahan pengajaran yang diuraikan dalam bentuk
pokok bahasan (topik) yang dilengkapi dengan sub pokok bahasan. Isi
program bidang studi ini ditetapkan berdasarkan tujuan-tujuan kurikuler dan
tujuan-tujuan instruksional.
Setidaknya ada dua hal yang harus di bicarakan ketika berbicara
tentang isi/ materi kurikulum yaitu: Pertama, Isi kurikulum didefinisikan
sebagai bahan atau materi belajar mengajar, yang isinya tidak hanya berisi
tentang pengetahuan saja, tetapi juga berkaitan dengan keterampilan, sikap,
nilai dan konsep-konsep. Kedua, dalam proses belajar mengajar ada dua
49
Ibid. hal. 57
24
elemen kurikulum yang tidak boleh dipisah yaitu isi dan metode, keduanya
harus berintraksi secara konsisten.50
Berdasarkan rumusan tersebut isi kurikulum dapat dikembangkan dan
di susun dengan tiga perinsip sebagai berikut:51
1) Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan
kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam
proses belajar dan pembelajaran.
2) Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing
satuan pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan
pelajaran disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan
tersebut.
3) Materi kurikulum diarahkan utuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Dalam hai ini pendidikan nasional merupakan target
tertinggi yang hendak dicapai melalui penyampaian materi
kurikulum.
Isi atau materi kurikulum memiliki beberapa sumber yaitu:52
a. Masyarakat beserta budaya
Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar dapat
hidup di masyarakat. Dengan demikian apa yang dibutuhkan
masyarakat haus menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan isi kurikulum.
b. Siswa
Disamping masyarakat dan budaya sebagai penetapan materi
kurikulum juga bersumber dari siswa itu sendiri, karena fungsi
dan tugas pendidikan adalah untuk mengembangkan seluruh
potensi siswa.
c. Ilmu pengetahuan
50
Abdullah Idi, Op. Cit. hal 211 51
Omar Hamlik,Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Cetakan ke
delapan. hal 25
52
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Peraktek Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satua Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Prenada Media Group, 2010, Cetakan ke
Tiga), hal 114
25
Ilmu pengetahuan sebagai sumber materi, karena ilmu adalah
pengetahuan yang terorganisir secara sistematis dan logis.
Dengan demikian tidak semua pengetahuan dapat dikatakan
ilmu. Ilmu hanya menunjuk pada pengetahun yang memiliki
objek dan metode tertentu. Oleh karena itu, kita mengenal ilmu
alam seperti Kimia, fisika dan biologi dan lain-lain.
Isi materi kurikulum pendidikan formal pada umumnya disusun
dalam bentuk mata pelajaran atau bidang studi yang tertuang dalam
struktur kurikulum sesuai dengan tujuan institusional masing-
masing. Dalam struktur tersebut diatur waktunya sehingga dalam
setiap bidang studi mempunyai waktu dalam satu minggunya. Ada
beberapa jenis struktur kurikulum yang disebutkan dalam bukunya
Zainal Arifin yaitu:53
a. Pendidikan umum ( general education), yaitu program pendidikan
yang bertujan membina mahasiswa agar menjadi warga negara
yang baik. Yang termasuk bidang-studi pada pendidikan umum
ini salah satunya Pendidikan Agama, PPKN, Kesenian, Bahasa
Inggris, dan Bahasa Indonesia.
b. Pendidikan akademik (academic education), yaitu pendidikan
yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan intlektual
peserta didik. Bidang studi yang masuk pada pendidikan
akademik ini antara lain IPA, IPS, Matematika dan Bahas Inggris.
c. Pendidikan kecakapan hidup (life skil education), program
pendidikan yang bertujuan untuk memperoleh kecakapan dan
keterampilan tertentu, sebagai bekal hidup peserta didik di
masyarakat. Diantaraya bidang studinya Pertanian, perikanan, dan
perbengkelan.
d. Pendidikan kejuruan (vocational education), program yang
mempersiapkan peserta didik untuk memproleh keahlian atau
pekerjaan tertentu sesuai dengan jenis sekolah yang ditempuhnya.
53
Zainal Arifin, Op. Cit. hal 91
26
Yang biasanya terdapat pada sekolah kejuruan atau SMK dan
SMAK. Misalnya bidang studi ekonomi dan kelompok bidang
studi teknik.
Dalam hal ini bicara tentang kurikulum pendidika agama
Islam, tentunya dalam menetukan isi atau materi kurikulum, terlebih
dahulu mengacu pada tujua dari pada pendidikan agama Islam.
Tujuan pendidikan agama Islam menurut hasil seminar
pendidikan Islam se-Indonesia pada tanggal 7-11 Mei 1960 di
Cipayung Bogor, yang di tulis dalam bukunya Aat Syafaat dan
Sohari Sahrani, yang berjudul Peranan Pendidikan Agama Islam
dalam Mencegah Kenakalan Remaja bahwa, tujuan pendidikan
adalah menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran
dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi
luhur menurut ajaran Islam. Tujuan tersebut didasarkan kepada
proposisi bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan
hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan
mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.54
Secara rinci Al-Syaibany menjabarkan tujuan khusus
pendidikan Islam/ agama Islam, antara lain. (1), memperkenalkan
kepada peserta didik dasar-dasar akidah Islam, ibadah, dan tetacara
pelaksanaanya dengan betul, dengan membiasakan peserta didik
untuk berhati-hati dan menaati dalam menjalankan syariat agama;
(2) menumbuhkan kesadaran agama yang benar pada diri peserta
didik serta menghindar dari bid’ah dan khurafat yang kurang disadari
keberadaannya; (3) menanamkan keimanan dan perinsip-perinsipnya
kepada jiwa peserta didik; (4) menumbuhkan minat peserta didik
untuk menambah pengetahuan dengan penuh kesadaran dan
kerelaan; (5) menanamkan kepada peserta didik rasa cinta dan
54
Aat Syafaat dan Sohari Sahrani, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah
Kenakalan Remaja (Jakarta: Rajawali Pers, 2008) hal. 33-34
27
penghargaan kepada al-Qur’an melalui membaca, memahami, dan
mengamalkan isi kandungannya; (6) menumbuhkan rasa kebanggaan
terhadap sejarah dan kebudayaan Islam untuk mengikuti jejak
keberhasilan yang telah dicapai pendahulunya; (7) menumbuhkan
sifat keikhlasan, optimis, percaya diri, tanggung jawab, menghargai
kewajiaban, tolong menolong dalam kebajikan, kasih sayang, cinta
kebaikan, sabar, dan berpegang teguh pada prinsip; (8) mendidik
naluri, motivasi dan keinginan anak yang dibentengi dengan akidah
dan nilai positif, secara membiasakan untuk menahan emosi dalam
bergaul; (9) menyuburkan hati anak didik dengan mahabbah, zdikir,
dan takwa; (10) membersihkan hati anak didik dari sifat tercela,
seperti dengki, hasad, benci, kekerasan, ego, hianat, nifak, bimbang
dan lain sebagainya.55
Tujuan pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung
mengembangkan fitrah insaniah sesuai dengan kapasitas yang
dimilikinya sehigga terwujud insan saleh dan masyarakat saleh.56
Adapun materi yang dapat dimasukkan dalam pengembangan
kurikulum menurut Hasan meliputi tiga bagian besar yaitu 1) Ilmu
yang diwahyukan dari al-Qur’an, sunnah dan bahasa Arab, 2) Ilmu
yang mengkaji tentang manusia, 3) Ilmu alam seperti fisika, biologi,
atronomi, dan lain sebagainya. Namun dengan demikian kurikulum
harus membawa rancangan atau tujuan yang sama, yaitu membentuk
manusia yang beriman dan beramal shaleh.57
D. Strategi Pengembangan Kurikulum
Strategi pengembangan kurikulum merupan kompnen yang ketiga
setelah komponen materi pada pengembangan kurikulum dan ini merupakan
komponen yang memiliki peran sangat penting dalam pengembangan
kurikulum. Strategi tergambar dalam pelaksanaan pengajaran, cara dalam
55
Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan. Op. Cit. hal 122 56
A. Susanto, Op. Cit. hal 135 57
Ibid, hal 136
28
mengadakan penilaian, cara dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan,
dan cara dalam mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan.58
Menurut JR. David dalam bukunya Sholeh Hidayat mengertikan
strategi sebagai a plan, method, or series of activities designes to acheieves a
particular educational goal. Dengan demikian strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai perencana yang berisi rangkayan kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertin diatas ada dua hal
yang harus dicermati. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkayan kegiatan) terasuk penggunaan metode dan pememfaatan
berbagai sumber daya/ kekuatan dan pembelajaran. Ini berarti berarti
penyusunan suatu strategi baru sampai kepada proses penyusunan rencana
kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai
tujuan tertentu. Artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi
adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu sebelum menentukan strategi, perlu
merumuskan tujuan yang jelas sehingga dapat diukur keberhasilannya.59
Jadi strategi pelaksanaan kurikulum meliputi pedoman pembelajaran,
penilaian, bimbingan dan konseling serta pengaturan dan pengelolaan
kegiatan sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Misalkan contoh tentang strategi pembelajaran, menurut Rowntree
strategi pembelajaran ada dua strategi terdiri atas: 1) Strategi expositori dan
strategi discovery learning, 2) strategi groups dan individual learning.
Strategi ekspositori adalah strategi yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal. Misalnya ceramah diselingi Tanya jawab. Sedangkan strategi
pembelajaran diskoveri (penemuan) adalah strategi pembelajaran yang
mengatur pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa memproleh
pengetahuan yang sebelumnya tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau
seluruhnya di temukan sendiri. Strategi ini berangkat dari suatu pandangan
58
Haitami dan Syamsul, Op. Cit. 207 59
Sholeh Hidayat. Op. Cit. Hal 64
29
bahwa siswa sebagai subjek disamping sebagai objek pembelajaran. Pada
strategi ini guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.60
Dengan menggunakan strategi yang tepat, diharapkan hasil yang
diperoleh dalam proses belajar mengajar dapat memuaskan baik bagi
pendidik maupun peserta didik dan yang paling penting dengan strategi yang
tepat tujuan pendidikan dalam hal ini pendidikan agama Islam bisa tercapai.
60 Ibid, hal. 65-66