BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian...

23
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan jumlah uang beredar, suku bunga dan inflasi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dari hasil penelitian terlebih dahulu dapat digunakan sebagai acuan referensi bagi peneliti dan dapat membantu penelitian saat ini yang sedang dilakukan. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang topiknya berhubungan dengan inflasi. Maggi dan Saraswati (2013) yang bertujuan untuk menganalisis efek dari berbagai faktor seperti jumlah uang beredar, suku bunga PUAB, harga minyak dunia, dan faktor perubahan musim terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada jangka panjang variabel jumlah uang beredar, suku bunga PUAB, dan harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Sedangkan dalam jangka pendek hanya suku bunga PUAB yang berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Perlambang (2012) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kurs, jumlah uang beredar, BI rate dan ekspor bersih terhadap inflasi di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa variabel jumlah uang beredar dan BI Rate mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap laju inflasi di Indonesia. Sedangkan variabel lainnya yaitu, kurs dan ekspor bersih tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian yang dilakukan secara simultan (bersama-sama) menunjukkan bahwa kurs, jumlah

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan jumlah uang beredar, suku bunga dan

inflasi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dari hasil penelitian

terlebih dahulu dapat digunakan sebagai acuan referensi bagi peneliti dan dapat

membantu penelitian saat ini yang sedang dilakukan. Berikut ini beberapa

penelitian terdahulu yang topiknya berhubungan dengan inflasi.

Maggi dan Saraswati (2013) yang bertujuan untuk menganalisis efek dari

berbagai faktor seperti jumlah uang beredar, suku bunga PUAB, harga minyak

dunia, dan faktor perubahan musim terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa pada jangka panjang variabel jumlah uang

beredar, suku bunga PUAB, dan harga minyak dunia berpengaruh signifikan

terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Sedangkan dalam jangka pendek hanya suku

bunga PUAB yang berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Indonesia.

Perlambang (2012) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kurs, jumlah

uang beredar, BI rate dan ekspor bersih terhadap inflasi di Indonesia. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa variabel jumlah uang beredar dan BI

Rate mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap laju inflasi di Indonesia.

Sedangkan variabel lainnya yaitu, kurs dan ekspor bersih tidak mempunyai

pengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian yang

dilakukan secara simultan (bersama-sama) menunjukkan bahwa kurs, jumlah

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

7

uang beredar, BI rate dan ekspor bersih mempunyai pengaruh terhadap inflasi di

Indonesia.

Oktavia (2008) yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara inflasi

dan uang beredar di Indonesia dengan teknik analisis menggunakan metode

regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum

selama periode 1988 – 2006 terdapat korelasi positif antara tingkat inflasi dengan

pertumbuhan jumlah uang beredar. Selama periode 1988-2006, perubahan jumlah

uang beredar di Indonesia menyebabkan perubahan yang cukup proporsional

terhadap GDP nominal. Dengan kata lain, perubahan output nominal yang

dicerminkan dalam tingkat harga cukup banyak dipengaruhi oleh jumlah uang

beredar.

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saat ini terletak pada

variabel yang digunakan yaitu variabel Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, dan

Inflasi. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan saat ini yaitu terletak

pada teknik analisis data yang digunakan dan periode penelitian. Pada penelitian

terdahulu menggunakan teknik analisis regresi berganda, sedangkan penelitian

saat ini menggunakan Error Correction Model.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Inflasi

Definisi sederhana mengenai inflasi adalah merupakan kecenderungan

kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Dari definisi ini dapat

dikatakan bahwa kenaikan satu atau beberapa pada suatu saat tertentu dan hanya

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

8

“sementara” belum tentu menimbulkan inflasi. (Waluyo, 2006:167) Pendapat lain

mengatakan bahwa inflasi adalah tingkat perubahan dalam harga-harga dan

tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi-inflasi terdahulu (Dornbusch, 2008)

a. Jenis-Jenis Inflasi

1) Menurut sifatnya, yaitu:

a) Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya

kurang dari 10% per tahun.

b) Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10-30% per tahun.

Inflasi ini biasanya ditandai dengan kenaikan harga-harga secara cepat dan

relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit,

misalnya 15%, 20%, dan sebagainya.

c) Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30-100% per

tahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik dan bahkan

menurut istilah ibu-ibu rumah tangga harga berubah.

d) Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai dengan

kenaikan harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (diatas 100%). Pada

kondisi ini masyarakat biasanya menarik dana yang mereka simpan di bank-

bank dan tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat

tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.

2) Berdasarkan sebabnya, yaitu:

a) Demand Pull Inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena adanya demand

secara keseluruhan yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah

mencapai kesempatan penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

9

hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka

harga akan naik. Bila hal ini berlangsung secara terus menerus akan

mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya

diperlukan adanya pembukaan kapasitas produk baru dengan penambahan tenaga

kerja baru.

Gambar 2.1 : Demand Pull Inflation Curve Harga

AS

P2 E¹

P1 E AD¹

AD

0 Y1 Y2 PN Sumber : Murni, 2006:205

Pergeseran kurva permintaan agregat dari AD menjadi AD¹ yang

mendorong harga naik dari P1 menjadi P2. Kenaikan harga ini menimbulkan

terjadinya inflasi. Akibat kenaikan harga ini menyebabkan produk nasional

bertambah dari Y1 menjadi Y2.

b) Cost Push Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena turunnya

produksi karena naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi

karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang

bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya

tuntutatn kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat

naiknya biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen, yaitu:

pertama, langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

10

sama, atau harga produknya naik (karena tarik-menarik permintaan dan

penawaran) karena penurunan jumlah produksi.

Gambar 2.2 : Cost Push Inflation Curve Harga

AS¹ AS

P2 E¹

P1 E

AD

0 Y2 Y1 PN

Sumber: Murni, 2006:205

Pergeseran kurva penawaran agregat dari AS menjadi AS¹ yang mendorong

harga naik dari P1 menjadi P2. Kenaikan harga ini menimbulkan terjadinya

inflasi. Kenaikan harga ini menyebabkan produk nasional berkurang dari Y1

menjadi Y2.

c) Berdasarkan asalnya, yaitu:

a) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation). Inflasi ini

timbul karena adanya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat

pada APBN. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya pemerintah akan mencetak

uang baru. Selain itu harga-harga naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen),

bencana alam yang berkepanjangan dan sebagainya.

b) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation). Ketika negara-

negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi,

dapatlah diketahui bahwa harga-harga barang dan,juga ongkos produksi relatif

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

11

mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka

harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.

2. Teori Inflasi

a. Teori Kuantitas

Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang beredar,

psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectations).

Inti dari teori ini adalah sebagai berikut:

Pertama, inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang

beredar (apakah berupa penambahan uang kartal atau penambahan uang giral

tidak menjadi soal). Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, kejadian

seperti misalnya gagal panen, hanya akan menaikkan harga-harga untuk

sementara waktu saja. Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti

dengan sendirinya, apapun sebab awal dari kenaikan harga tersebut.

Kedua, laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar

dan oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang.

b. Teori Keynes

Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar

batas kemampuan ekonominya. Proses ini dapat dikatakan sebagai suatu keadaan

di mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah

barang-barang yang tersedia (inflationary gap). Inflationary gap ini muncul

karena golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil menterjemahkan aspirasi

mereka menjadi permintaan yang efektif akan barang-barang. Dengan kata lain,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

12

mereka berhasil memperoleh dana untuk mengubah aspirasinya menjadi rencana

pembelian barang-barang yang didukung dengan dana.

Bila jumlah dari permintaan efektif dari semua golongan masyarakat

tersebut pada harga-harga yang berlaku, melebihi jumlah maksimum dari barang-

barang yang bisa dihasilkan oleh masyarakat, maka inflationary gap timbul.

Karena,permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia, maka harga-harga

akan naik. Adanya k enaikan harga –harga berarti bahwa sebagian dari rencana-

rencana pembelian barang dari golongan-golongan tersebut tidak bisa terpenuhi.

Pada periode selanjutnya golongan-golongan tersebut akan berusaha untuk

memperoleh dana yang lebih besar lagi (dari pencetakan uang baru atau kredit

dari bank yang lebih besar atau gaji yang lebih besar). Proses inflasi akan terus

berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat

melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan masyarakat. Inflasi akan berhenti bila

permintaan efektif total tidak melebihi, pada harga-harga yang berlaku, jumlah

output yang tersedia.

c. Teori Strukturalis

Teori Strukturalis adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas

pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan pada

ketegaran (inflexibilities) dari struktur perekonomian negara-negara sedang

berkembang. Menurut teori ini, ada dua penyebab utama dalam perekonomian

negara-negara sedang berkembang yang bisa menimbulkan inflasi:

1) Ketidakelastisan dari penerimaan ekspor, yaitu nilai ekspor yang tumbuh

secara lamban dibanding dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Kelambanan ini

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

13

disebabkan karena: dasar penukaran (terms of trade) yang makin memburuk,

supply atau produksi barang-barang ekspor yang tidak responsif terhadap

kenaikan harga. Kelambanan pertumbuhan ekspor ini berarti kelambanan

kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan (untuk konsumsi

maupun untuk investasi). Akibatnya negara tersebut terpaksa mengambil

kebijaksanaan pembangunan yang menekankan pada penggalakan produksi dalam

negeri dari barang yang sebelumnya diimpor (impor substitution strategy).

Ongkos produksi yang lebih tinggi ini mengakibatkan harga yang lebih tinggi, dan

bila proses substitusi impor ini makin meluas, kenaikan ongkos produksi juga

makin luas ke berbagai barang, sehingga makin banyak harga barang-barang yang

naik, dengan demikian terjadilah inflasi.

2) Ketidakelastisan dari supply atau produksi bahan makanan di dalam

negeri. Dikatakan bahwa produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh

secepat pertambahan penduduk dan penghasilan perkapita, sehingga harga bahan

makanan di dalam negeri cenderung untuk naik melebihi kenaikan harga barang-

barang lain. Akibat selanjutnya adalah timbulnya tuntutan dari para karyawan

(sektor industri) untuk memperoleh kenaik upah/gaji. Kenaikan upah berarti

kenakan ongkos produksi, yang berarti pula kenaikan harga dari barang-barang

tersebut . kenaikan harga barang-barang seterusnya mengakibatkan timbulnya

tuntutan kenaikan upah lagi. Kenaikan upah kemudian diikuti oleh kenaikan

harga-harga, dan seterusnya. Proses ini akan berhenti dengan sendirinya

seandainya harga bahan makanan tidak terus naik. Tetapi oleh karena faktor

struktural tadi, harga bahan makanan akan terus naik, sehingga proses saling

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

14

dorong mendorong atau proses “spiral” antara harga dan upah tersebut terus selalu

mendapat “umpan” baru dan tidak berhenti. (Boediono, 2015:161-168)

3. Efek Inflasi

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi

serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity

effect, sedang efek terhadap alokasi faktor produksi, dan produk nasional masing-

masing disebut dengan efficiency effects dan output effects. (Nopirin, 2000:32)

a. Efek terhadap pendapatan (Equity Effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi

ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Demikian juga dengan orang

yang menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas, mereka akan mengalami

kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapat

keuntungan karena adanya inflasi ialah mereka yang memperoleh kenaikan

pendapatan dengan persentase yang lebih tinggi dari pada laju inflasi. Dengan

demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian

pendapatan dan kekayaan masyarakat.

b. Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effects)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan

ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang

kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa

barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu

mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

15

mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Memang tidak ada jaminan bahwa

alokasi faktor produksi itu lebih efisien dalam keadaan tidak ada inflasi.

c. Efek terhadap output (Output effects)

Inflasi dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam

keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah

sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong

kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi cukup tinggi (hyper inflation) dapat

mempunyai akibat sebaliknya, yaitu penurunan output.

4. Kebijakan Anti Inflasi

Upaya-upaya untuk mengendalikan inflasi dapat berupa penerapan

kebijakan fiskal dan kebijakan moneter (Murni, 2006):

a. Kebijakan fiskal

Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah untuk mengubah dan

mengendalikan penerimaan dan pengeluaran pemerintah mellaui APBN

(Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara) dengan maksud untuk mengetasi

masalah yang sedang dihadapi. Bentuk kebijakan fiskal untuk jangka pendek

berupa:

1) Membuat perubahan yang berkaitan dengan pembelanjaan/pengeluaran

pemerintah.

2) Membuat perubahan yang berkaitan dengan sistem pajak dan jumlah pajak

yang ditetapkan.

Untuk jangka panjang dapat berupa:

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

16

1) Kebijakan penstabilan otomatik yang artinya menjalankan sistem pajak

yang telah ada, misalnya sistem pajak progresif dan proporsional.

2) Kebijakan fiskal diskresioner artinya kebijakan yang secara khusus

membuat perubahan terhadap sistem yang ada. Misalnya membuat undang-

undang atau peraturan baru di bidang penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

b. Kebijakan moneter

Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dilakukan bank sentral dalam

mengatur dan mengendalikan jumlah uang yang beredar. Kebijakan bank sentral

ini ada yang bersifat kuantitatif dan ada yang bersifat kualitatif.

Kebijakan kuantitatif meliputi kebijakan operasi pasar terbuka (open market

operation) yaitu membeli atau menjual obligasi pemerintah, kebijakan tingkat

diskonto yaitu kebijakan dalam menetapkan tingkat bunga, dan kebijakan

cadangan wajib (reserve requirement) yaitu kebijakan dalam menetapkan

cadangan wajib untuk deposito bank dan lembaga keuangan lainnya. Kebijakan

yang bersifat kualitatif meliputi pengawasan kredit secara selektif dan morel

kepada masyarakat pengguna jasa bank.

5. Uang

a. Definisi dan Fungsi Uang

Uang adalah sesuatu yang diterima secara umum yang digunakan para

pelaku ekonomi sebagai alat pembayaran dari transaksi ekonomi yang dilakukan

yaitu berupa pembelian barang, jasa, serta pembayaran utang.

Fungsi uang yaitu sebagai berikut (Soeratno, 2004:145)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

17

1) Alat tukar menukar

Dengan adanya uang, orang tidak harus menukar barang yang diinginkan dengan

barang yang diproduksinya tetapi langsung menjual produksinya di pasar. Fungsi

ini sangat berguna dalam perekonomian yang sudah maju.

2) Alat pengukur nilai

Fungsi uang sebagai alat pengukur nilai menunjukkan bahwa uang digunakan

sebagai alat untuk membandingkan nilai suatu produk dengan produk lainnya.

3) Alat pembayaran masa depan

Fungsi uang sebagai alat pembayaran masa depan menunjukkan bahwa uang

berfungsi sebagai standar pembayaran masa depan atau untuk pembayaran

angsuran utang.

4) Alat penimbun kekayaan atau daya beli

Menyimpan uang berarti menimbun kekayaan dalam bentuk uang tunai.

Penyimpanan uang ini dimaksudkan untuk mempermudah pertukaran atau

transaksi di saat ini ataupun di masa yang akan datang.

5) Sebagai suatu komoditi yang diperdagangkan

Nilai tukar antar mata uang yang disebut dengan kurs mata uang selalu mengalami

perubahan. Perubahan kurs mata uang disebabkan oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan, penawaran mata uang di pasar mata uang asing, dan

faktor-faktor lainnya seperti kondisi politik. Perubahan kurs mata uang

mengakibatkan nilai tukar antar mata uang menjadi lebih tinggi atau lebih rendah

sehingga menarik bagi pelaku ekonomi untuk memperoleh laba dari selisih harga

jual dengan harga beli suatu mata uang.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

18

b. Jenis Uang

Uang dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, yaitu berdasarkan

bahan terdapat jenis uang logam dan uang kertas. Uang logam tergantung dari

berbagai jenis logam yang digunakan, antara lain: emas, perak, dan perunggu.

Sedangkan untuk uang kertas, berdasarkan perkembangan perekonomian

mempunyai diversifikasi yaitu sebagai uang kartal dan sebagai uang giral. Kedua

jenis kertas ini berbeda dalam hal yang menciptakan. Uang kertas biasa

dikeluarkan oleh bank sentral, sedangkan uang giral dikeluarkan oleh bank umum.

Uang juga dapat dikelompokkan menurut likuiditasnya, yaitu:

1) M1 adalah uang kartal yang beredar di masyarakat ditambah simpanan

dalam bentuk uang giral.

2) M2 adalah M1 ditambah tabungan dan deposito berjangka pada bank umum.

3) M3 adalah m2 ditambah simpanan pada lembaga keuangan non bank.

Berdasarkan ketiga definisi uang tersebut, yang paling likuid adalah M1 karena

proses menjadikannya uang tunai sangat cepat. (Soeratno, 2004:149)

6. Teori Permintaan Uang

a. Teori permintaan uang Klasik (teori Kuantitas)

Teori klasik menganggap uang tidak mempunyai pengaruh terhadap sektor

riil, tidak ada pengaruhnya terhadap tingkat bunga, tingkat kesempatan kerja, dan

tingkat penghasilan nesional. Pendapatan nasional ditentukan oleh jumlah dan

kualitas daripada tenaga kerja, jumlah daripada faktor-faktor produksi yang

dipakai maka pendapatan nasional tidak akan berubah. Uang hanya berpengaruh

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

19

terhadap terhadap harga barang saja. Bila jumlah uang beredar bertambah maka

akan mengakibatkan kenaikan harga saja, sedangkan output (pendapatan nasional)

tidak berubah. Pemisahan kedua sektor ini yaitu sektor moneter dan sektor riil

(output) sering disebut dengan classical dichotomy. (Rahardjo, 2009:51)

1) Teori Irving Fisher

Teori ini berdasarkan pada prinsip teori Klasik bahwa perekonomian selalu

dalam keadaan full employment. (Penawaran akan selalu menciptakan permintaan.

Ini berarti suatu perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau

underconsumption. Sehingga pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat

mencukupi untuk menunjang produksi pada kesempatan kerja penuh). Secara

sederhana Irving Fisher merumuskan teorinya pada suatu persamaan:

MV = PT

Keterangan:

M = jumlah uang tunai yang diminta

V = tingkat perputaran uang (velocity)

P = tingkat harga barang

T = volume barang yang ditransaksikan

2) Teori Cambridge (Marshall-Pigou)

Teori Marshall lebih menekankan pada berapa kali bagian pendapatan

(GNP) yang diwujudkan dalam bentuk uang. Menurut teori Cambridge, perilaku

setiap orang berbeda dalam memegang uang. Ada berbagai kemungkinan bentuk

alokasi kekayaan itu, antara lain dalam wujud uang. Memegang kekayaan

dalambentuk uang memberi keuntungan bagi pemiliknya karena sifat likuidnya.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

20

Teori ini lebih menekankan pada faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung

rugi) yang menghubungkan antara permintaan akan uang seseorang dengan

volume transaksi yang direncanakan. Secara sistematis teori ini dapat ditulis:

M = k.Py

Keterangan:

k = bagian dari pendapatan nasional yang diwujudkan dalam bentuk uang

kas

3) Teori Permintaan Uang Keynes

Teori ini lebih menekankan pada fungsi uang yang lain, yaitu sebagai

medium of exchange. Keynes membagi permintaan uang atas 3 kategori, yaitu:

a) Permintaan uang untuk tujuan transaksi

Keynes menerima pendapat dari Cambridge yang mengatakan bahwa

orang-orang memegang uang tunai untuk memenuhi dan melancarkan transaksi-

transaksi yang dilakukan.

b) Permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga (precautionary motive)

Ketika masyarakat memegang uang, mereka akan memperoleh manfaat dari

memegang uang tersebut. Manfaatnya berupa uang tersebut tersebut dapat

digunakan untuk menghadapi keadaan-keadaan yang tak terduga. Menurutnya

permintaan uang untuk berjaga-jaga dipengaruhi oleh penghasilan seseorang dan

mungkin dipengaruhi oleh tingkat bunga.

c) Permintaan uang untuk tujuan spekulasi

Uang kas yang dipegang karena pemegangnya dapat melakukan spekulasi

pada tingkat bunga yang akan datang. Spekulasi ini dikaitkan dengan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

21

ketidaktentuan harapan (uncertain expectation) dari tingkat bunga yang akan

datang, dengan membeli atau menjual obligasi dengan harapan untuk memperoleh

keuntungan.

7. Jumlah uang beredar

Jumlah uang beredar meliputi uang kertal yang beredar, uang giral, dan

uang kuasi. Uang kartal adalah uang yang diterbitkan oleh Bank Sentral yang

terdiri atas uang kertas dan uang logam. Uang kartal ada yang masuk ke kas

negara. Misalnya pembayaran pajak oleh wajib pajak. Di samping itu, ada uang

kartal yang masuk ke dalam kas bank umum, misalnya pembayaran oleh

masyarakat yang menabung di bank umum. Uang giral adalah uang yang

diterbitkan oleh bank umum yang berupa saldo rekening koran yang ada di bank

umum. Uang kuasi adalah uang yang diterbitkan oleh bank umum yang terdiri

dari deposito berjangka, tabungan, dan rekening valuta asing milik swasta

domestik.

Munculnya uang giral dan uang kartal berasal dari uang yang diedarkan oleh

bank sentral, karena uang yang diedarkan dipegang masyarakat sebagian untuk

tujuan konsumsi dan sebagian untuk tujuan tabungan atau saving. Jumlah uang

beredar terdiri atas uang kartal dan uang giral saja biasa disebut dengan jumlah

uang beredar dalam arti sempit (M1). Jumlah uang beredar yang terdiri atas uang

kartal, uang giral, dan uang kuasi biasa disebut dengan jumlah uang beredar dalam

arti luas (M2). Jumlah uang beredar M2 merupakan penjumlahan m1 dan M2 dan

uang kuasi (Soeratno, 2004:164)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

22

8. Suku Bunga

Menurut Kasmir bunga adalah harga yang harus dibayar kepada nasabah

(yang memiliki simpanan) dengan yang ahrus dibayar oleh nasabah kepada bank

(nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kasmir, 2009:131)

Menurut Judisseno bunga sebagai instrumen, artinya adalah tingkat bunga

yang berlaku dalam suatu negara dapat berfluktuasi dari tingkat yang satu ke

tingkat lainnya. Bunga juga didefinisikan sebagai penghasilan yang diperoleh oleh

orang-orang yang memberikan kelebihan uangnya (surplus spending units) untuk

digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan

menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya (deficit spending

units) (Judisseno, 2002:80-81)

9. Teori Suku Bunga

a. Pandangan Klasik dan Keynesian mengenai Bunga

Para ekonom klasik berpendapat bahwa dalam masyarakat harus ada

interaksi positif antara dua kelompok yang saling melengkapi satu dengan

lainnya. Kelompok pertama adalah mereka yang memiliki surplus spending units

(penabung), dan kelompok yang kedua adalah mereka yang kekurangan dana atau

deficit units, seperti pengusaha yang membutuhkan modal untuk usahanya. Kedua

kelompok tersebut berinterkasi di pasar investasi untuk mencari kesepakatan

harga atau equilibrium position dari uang yang mereka gunakan untuk keperluan

investasi. Kesepakatan harga yang tercipta di antara keduanya selanjutnya disebut

dengan istilah bunga.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

23

Harga kesepakatan akibat interkasi antara dua kelompok tersebut di atas,

memperjelas pendapat kaum klasik mengenai bunga, bahwa fluktuasi bunga dapat

mempengaruhi perilaku penabung maupun investor, seperti penjelasan berikut

“pada waktu tingkat bunga cukup tinggi, maka jumlah tabungan secara agregat

meningkat dalam jumlah yang sangat besar dalam bentuk dana yang siap

dipinjamkan (loanable fund). Di lain pihak, tingkat bunga yang tinggi bukanlah

kondisi yang baik bagi investor untuk menggunakan dana investasi yang tersedia,

sehingga investor akan menahan diri untuk tidak menggunakan dana tersebut.

Akibatnya permintaan investasi pada waktu tingkat bunga tinggi adalah sangat

rendah.

Keadaan tersebut menurut para ahli ekonomi klasik akan dengan sendirinya

mendorong tingkat bunga ke tingkat yang lebih rendah. Demikian juga pada

keadaan tingkat bunga yang rendah, investor banyak menggunakan dana investasi

untuk kegiatan usahanya, namun sebaliknya para penabung enggan memberikan

dananya dalam pasar investasi, akibatnya penawaran dana tersebut sangat

berkurang. Kekurangan dana investasi mengakibatkan tidak tersedianya dana yang

diperlukan oleh investor, sehingga keadaan tersebut dengan sendiirnya akan

mendorong tingkat bunga ke tingkat yang lebih tinggi. Demikian seterusnya,

fluktuasi tingkat bunga memperngaruhi tabungan dan investasi.

Ekonom klasik berkeyakinan bahwa seluruh tabungan masyarakat dalam

kondisi penggunaan tenaga penuh, seluruhnya akan dimanfaatkan oleh investor

untuk mendanai berbagai keperluannya. Kepercayaan tersebut memberikan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

24

keyakinan bahwa dengan sendirinya tingkat bunga akan menyesuaikan antara

permintaan dan penawaran dalam pasar investasi.

Pandangan tersebut ditentang oleh Keynes, bahwa tingkat bunga tidak

menentukan besar kecilnya investasi maupun tabungan masyarakat. Tabungan dan

investasi menurut Keynes ditentukan dan dipengaruhi secara langsung oleh

tingkat pendapatan masyarakat itu sendiri. Terutama untuk tabungan, menurut

Keynes orang akan menabung jikaorang tersebut memiliki kelebihan uang

(marginal propensity to save), yaitu pendapatan di atas kebutuhan konsumsinya.

Keynes yakin bahwa bunga bukanlah faktor utama dalam menentukan

tingkat tabungan masyarakat. Demikina juga halnya dengan investasi, Keynes

berkeyakinan bahwa bunga bukanlah faktor utama dalam menentukan tingkat

investasi, walaupun diakui bahwa salah satu pertimbangan untuk investasi adalah

tingkat bunga. Tingkat investasi menurutnya lebih banyak dipengaruhi oleh faktor

selain bunga.

10. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

SBI diterbitkan pertamakali pada tahun 1970 untuk menciptakan instrumen

keuangan jangka pendek yang diperdagangkan antarbank. Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) adalah sekuritas atas unjuk yang diterbitkan bank sentral (Bank

Indonesia) dengan nilai nominal. Bagi Bank Indonesia, SBI adalah sekuritas

dalam rangka melaksanakan kebijakan moneter melalui operasi pasar terbuka

(open market operation).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

25

Bila jumlah uang beredar ingin dikurangi, maka Bank Indonesia akan

menjual SBI, begitu sebaliknya. Agar minat membeli SBI makin tinggi, Bank

Indonesia dapat menaikkan tingkat suku bunga SBIatau sebaliknya. Mengingat

resiko SBI sangat kecil (paling kecil), biasanya tingkat bunga SBI paling rendah

diantara instrumen pasar uang lainnya. Karena itu, bila BI menaikkan tingkat

bunga SBI maka tingkat bunga tabungan juga akan naik, agar nasabah perbankan

tidak memindahkan depositonya ke SBI. (Manurung, 2004:92)

C. Hubungan Antar Variabel

1. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Inflasi

Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan inflasi di Indonesia yaitu

suku bunga acuan bank Indoensia atau dengan kata lain BI rate yang menjadi

sinyal bagi perbankan untuk menetapkan tingkat suku bunganya seperti tabungan,

deposito, dan kredit (Langi dkk, 2014) BI rate juga digunakan untuk

mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI hasil lelang operasi pasar

terbuka berada di sekitar BI rate (Perlambang, 2010) Perubahan suku bunga

sangat mempengaruhi lembaga-lembaga keuangan dalam menambah atau

mengurangi peminjamannya.

Pada ketika berlaku pengangguran dan resesi, ekonomi perlu diperbaiki

dengan cara menambah investasi dan pinjaman. Untuk yujuan tersebut bank

sentral akan menurunkan suku bunga diskonto. Penurunan ini akan

mengakibatkan bank-bank umum meminjam dan menambah cadangannya. Ketika

perekonomian mengalami ancaman inflasi, maka bank sentral akan menaikkan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

26

suku bunga. Langkah ini akan mengurangi keinginan bank umum untuk

meminjam dari bank sentral. Pengurangan pinjaman ini diharapkan akan

mengurangi kegiatan perusahaan dan dapat menghindari inflasi (Sukirno,

2007:439)

2. Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi

Ketika permintaan masyarakat akan barang-barang (aggregate demand)

bertambah (misalnya karena bertambahnya penegluaran pemerintah yang dibiayai

oleh pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang

ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang

murah), maka tingkat harga umum akan meningkat. Tingkat harga merupakan

salah satu faktor yang menentukan permintaan uang (money demand).

Kenaikan harga kemudian akan mendorong naiknya jumlah uang yang

diminta masyarakat. Pada akhirnya, perekonomian akan mencapai ekuilirium

baru, saat jumlah uang yang diminta kembali seimbang dengan jumlah uang yang

diedarkan. Penjelasan yang menggambarkan bagaimana tingkat harga ditentukan

dan berubah seiring dengan perubahan jumlah uang beredar disebut dengan teori

kuantitas uang (quantity theory of money). Berdasarkan teori ini, jumlah uang

yang beredar dalam suatu perekonomian menentukan nilai uang, sementara

pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan sebab terjadinya inflasi.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

27

D. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dimunculkan,

maka diciptakanlah kerangka penelitian seperti berikut:

Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran Penelitian

Di dalam perekonomian, sebagian besar harga cenderung naik seiring

berjalannya waktu. Kenaikan tingkat harga secara keseluruhan ini dinamakan

inflasi. Menurut kelompok pendukung countercyclical monetary policy, pada saat

perekonomian mengalami resesi, otoritas moneter menempuh kebijakan moneter

yang bersifat ekspansif, yaitu meningkatkan jumlah uang beredar sehingga

ekspansi moneter tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasrat masyarakat

berkonsumsi dan berproduksi.

Dengan demikian, berarti adanya perubahan jumlah uang yang beredar akan

selalu menyebabkan terjadinya perubahan tingkat harga, bahkan secara

proporsional (menurut Fisher). Bila pemerintah menambah jumlah uang yang

beredar secara terus-menerus, maka tingkat harga pun akan naik terus. Dalam

menghadapi masa boom, otoritas moneter harus melakukan kontraksi moneter,

yaitu dengan harapan dapat memperlambat kegiatan perekonomian sehingga

perekonomian akan terhindar dari tekanan inflasi.

Inflasi

Jumlah Uang Beredar

Suku Bunga SBI

+

-

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37170/3/jiptummpp-gdl-dadwirahma-50558-3-babii.pdfpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil pengujian

28

E. Hipotesis

Sejalan dengan latar belakang pada penelitian ini dapat diambil suatu

hipotesis atau dugaan sementara sebagai berikut:

1. Pada Jangka Panjang

a. Diduga suku bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh signifikan

terhadap tingkat inflasi di Indonesia.

b. Diduga jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi

di Indonesia.

2. Pada Jangka Pendek

a. Diduga suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan tingkat inflasi

berpengaruh sifnifikan secara parsial terhadap tingkat inflasi di Indonesia.