BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/41980/3/BAB II.pdf · Analisis...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/41980/3/BAB II.pdf · Analisis...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENELITIAN TERDAHULU
Palupi, Isnaini Fajrin Nadia, and Eny Kusumawati. Analisis
Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil, Non Performing
Financing Dan Modal Sendiri Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis
Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Studi Kasus Bank
Muamalat Indonesia dengan metode penelitian kuantitatif dan
menggunakan variabel penelitian volume pembiayaan bagi hasil, dana pihak
ketiga, tingkat bagi hasil, non performing financing dan modal sendiri
mengatakan bahwa variabel dana pihak ketiga berpengaruh signifikan
terhadap volume pembiayaan bagi hasil. Variabel tingkat bagi hasil tidak
berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan bagi hasil. Variabel
Non Performing Financing tidak berpengaruh signifikan terhadap volume
pembiayaan bagi hasil. Variabel modal sendiri berpengaruh signifikan
terhadap volume pembiayaan bagi hasil. 10
Rina Destiana, (2016), Analisis Dana Pihak Ketiga dan Resiko
terhadap Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah pada Bank Umum
Syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu dana
pihak ketiga dan resiko dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Penelitian ini di analisis menggunakan regresi berganda, dengan hasil kedua
10 Palupi, Isnaini Fajrin Nadia, and Eny Kusumawati. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga,
Tingkat Bagi Hasil, Non Performing Financing Dan Modal Sendiri Terhadap Volume Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Studi Kasus Bank Muamalat
Indonesia.(Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015)
9
variabel yaitu dana pihak ketiga dan resiko bersama-sama memiliki
pengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah dan musyarakah pada
bank syariah di Indonesia.11
Mentari A Iyonu, La Ode rasuli, (2015), Pengaruh Tingkat Bagi
Hasil terhadap Pembiayaan Mudharabah (Studi kasus Bank Umum Syariah
di Indonesia). Peneitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dianalisis
menggunakan regresi sederhana data panel. Berdaasarkan hasil penelitian,
tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah
pada bank umum syariah di Indonesia.12
Faizal, Agung,Sri Adji. Analisis Pengaruh Total Aset, Dana Pihak
Ketiga dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Volume
Pembiayaan Bagi Hasil (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Devisa)
dengan metode penelitian kuantitatif yang menggunakan variabel total aset,
dana pihak ketiga, non performing financing, volume pembiayaan bagi hasil
mengatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh signifikan dan
memiliki arah yang positif terhadap volume pembiayaan bagi hasil. Non
Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh signifikan terhadap volume
pembiayaan bagi hasil. Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing
Financing (NPF) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Volume
Pembiayaan Bagi Hasil.13
11 Rina Destiana.Analisis Dana Pihak Ketiga dan Resiko terhadap Pembiayaan Mudharabah dan
Musyarakah pada Bank Syariah di Indonesia.Jurnal Logika, Vol XVII No.2.(Agustus 2016) 12 Mentari A Iyonu,La ode Rasuli.Pengaruh Tingkat Bagi hasil terhadap Pembiayaan
Mudharabah (Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia).Skripsi Universitas Negeri
Gorontalo (2015) 13 Faizal, Agung, and Sri Adji Prabawa. Analisis Pengaruh Total Aset, Dana Pihak Ketiga dan
Non Performing Financing (NPF) Terhadap Volume Pembiayaan Bagi Hasil (Studi Kasus Pada
Bank Umum Syariah Devisa).(Universitas Bengkulu, 2014)
10
Annisa, Lintang Nurul, and Rizal Yaya. "Pengaruh Dana Pihak
Ketiga, Tingkat Bagi Hasil dan Non Performing Financing terhadap
Volume dan Porsi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Perbankan Syariah
di Indonesia” dengan metode penelitian kuantitatif yang menggunakan
variabel penelitian volume dan porsi pembiayaan bagi hasil (Y), dana pihak
ketiga (X1), tingkat bagi hasil (X2), non performing financing (X3)
mengatakan bahwa semua variabel berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volume dan porsi pembiayaan berbasis bagi hasil pada Perbankan
Syariah di Indonesia.14
Berdasarkan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat di simpulkan beberapa perbedaan antara lain jumlah variabel, jenis
variabel, dan tahun penelitian.
B. LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang berasaskan pada asas kemitraan,
keadilan, transparansi dan universal serta melakukan kegiatan usaha
perbankan berdasar prinsip syariah. Kegiatan bank syariah merupakan
implementasi dari prinsip ekonomi Islam dengan karakteristik pelarangan
riba dalam berbagai bentuk-bentuknya, tidak mengenal nilai waktu dari
uang (time value of money), konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai
komoditas, tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat
14 Annisa, Lintang Nurul, and Rizal Yaya. "Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil dan
Non Performing Financing terhadap Volume dan Porsi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada
Perbankan Syariah di Indonesia." (SHARE Journal of Islamic Economics and Finance 4.1 2015).
11
spekulatif, tidak diperkenankan menggunakan dua harga dalam satu barang,
tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.
Bank Umum Syariah hanya dapat didirikan atau dimiliki oleh warga
negara Indonesia, atau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing
atau badan hukum asing secara kemitraan atau pemerintah daerah.15 Bank
Umum Syariah memiliki fungsi menerima berbagai bentuk simpanan,
memberikan kredit baik bersumber dari masyarakat maupun berdasarkan
kemampuannya untuk menciptakan nasabah baru, memberikan pelayanan
dalam urusan pembayaran pembayaran dan peredaran uang. Sejauh mana
fungsi ini dapat dilaksanakan bergantung pada jenis dan lapangan usaha
bank yang bersangkutan dan dalam aktivitas operasionalnya, terutama
dalam penyaluran dana, bank seharusnya tidak semata-mata memperoleh
keuntungan saja, tetapi juga berorientasi pada upaya dan peningkatan taraf
hidup masyarakat. Prinsip inilah yang harus menjadi komitmen bagi bank
dalam kegiatan operasionalnya.16
Manajemen bank syariah tidak banyak berbeda dengan manajemen
bank pada umumnya (bank konvensional). Namun, dengan adanya landasan
syariah sertaa sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang menyangkut Bank
Syariah antara lain UU No. 21 Tahun 1998,tentu saja baik organisasi
maupun sistem operasional bank syariah terdapat perbedaan dengan bank
pada umumnya, terutama adanya Dewan Pengawas Syariah dalam struktur
organisasi dan adanya larangan riba (bunga) bagi perbankan syariah. Bagi
15 Susyanti Jeni.Pengelolaan lembaga keuangan syariah.(Malang: Empat Dua,2016).hal 45 16 Mardani.Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia.(Jakarta: PRENADAMEDIA
GROUP,2015) hal 12
12
Islam, riba dilarang sedangkan jual beli (al-ba,i) dihalalkan. Disamping itu
dalam perbankan syariah uang hanya digunakan sebagai alat tukar dan
sarana untuk membayar kewajiban keuangan, bukan sebagai suatu
komoditas. Sehingga konsep time value of money tidak digunakan dalam
perbankan syariah. Konsep yang digunakan oleh bank syariah adalah
pembagian keuntungan dana kerugian (profit and loss sharing).
Bank adalah lembaga perantara keuangan dari pihak yang surplus
dana kepada pihak yang minus dana. Pihak surplus dana adalah pihak-pihak
yang mengamanahkan atau menyimpan uangnya kepada bank. Setelah,
dana-dana terkumpulkan, maka dana tersebut disalurkan kepada pihak yang
membutuhkan dalam bentuk kredit atau pembiayaan yang diberikan atau
dikeluarkan oleh bank syariah.17
B. Sumber Dana Bank
Bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan
produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Misalnya, pada tabungan,
beberapa bank memperlakukannya seperti giro, sementara itu ada pula yang
memperlakukannya seperti deposito, bahkan ada yang tidak menyediakan
produk tabungan sama sekali. Pada dasarnya, jika dilihat dari sumbernya,
dana bank syariah terdiri atas modal, titipan, investasi. Antara lain :18
1. Modal
Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Pada
akhir periode tahun buku, setelah di hitung keuntungan yang di dapat
17 Susyanti Jeni.Pengelolaan lembaga keuangan syariah.(Malang: Empat Dua,2016).hal 47 18 Syafi’i antonio.Bank Syariah dari Teori ke Praktik.(Jakarta: Gema Insani Press,2001) hal 146-
150
13
pada tahun tersebut, pemilk modal akan memperoleh bagian dari hasil
usaha yang biasa dikenal dengan deviden. Dana modal dapat digunakan
untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan sebagainya yang
secara langsung tidak menghasilkan (fix asset/non earning asset). Selain
itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu
disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal,
hasilnya juga di berikan pada pemilik modal, tidak dibagikan kepada
pemilik dana lainnya.Dalam perbankan syariah, mekanisme penyertaan
modal pemegang saham dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm
asy-syarikah atau equity participation pada saham perseroan bank.
2. Titipan
Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi
dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Adapun akad yang
sesuai dengan prinsip ini adalah al-wadiah. Al-wadiah merupakan
titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya
menghendaki. Secara umum terdapat dua jenis yaitu :
1. Wadiah yad al-amanah yaitu jenis titipan harta atau barang yang
tidak boleh digunakan atau dimanfaatkan, maka penerima hanya
berfungsi sebagai penerima amanah yang berkewajiban menjaga
barang titipan tersebut tanpa memanfaatkannya. Pada titipan jenis ini
penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya kepada
yang menitipkan. Aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk
jenis ini adalah safe deposit box.
14
2. Wadiah yad adh-dhamanah adalah jenis titipan harta atau barang
yang boleh dana dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Produk
perbankan yang sesuai dengan akad ini yaitu giro dan tabungan.
Bank konvensional memberikan jasa giro sebagai imbalan yang
dihitung berdasarkan persentase yang telah ditetapkan. Adapun pada
bank syariah, pemberian bonus (semacam jasa giro) tidak boleh
disebutkan dalam kontrak ataupun dijanjikan dalam akad, tetapi
benar-benar pemberian sepihak sebagai tanda terimakasih dari pihak
bank. Jumlah pemberian bonus sepenuhnya kewenangan bank
syariah, karena pada dasarnya yang di tekanankan adalah akad
titipan. Namun, akad tabungan juga dapat menggunakan akad
wadiah karena pada prinsipnya tabungan mirip dengan giro, yaitu
simpanan yang bisa di ambil setiap saat oleh pemiliknya hanya
perbedaanya tabungan tidak dapat di tarik dengan cek ataupun alat
lainnya yang disamakan.
3. Investasi
Akad pada perbankan syariah yang sesuai dengan jenis ini
adalah mudharabah. Tujuan dari akad ini adalah kerjasama
antara pemilik dana dan pengelola dana. Pada akda mudharabah
ini terbagi menjadi dua yaitu mudharabah muthlaqah dengan
konsep pemilik dana tidak memberikan batasan-batasan atas
dana yang di investasikannya dan mudharabah muqayyadah
merupakan bentuk kerjasama pada sisi pemiliki dana
15
memberikan batasan-batasan atas dana yang diinvestasikannya
kepada pengelola dana.
C. Produk Pendanaan Bank Syariah
Produk-produk pendanaan bank syariah ditujukan utnuk mobilisasi dan
investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang
adil sehingga keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua pihak. Dalam
hal ini, bank syariah melakukannya tidak dengan prinsip bunga (riba),
melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat islam,
terutama wadi’ah (titipan), qardh (pinjaman), mudharabah (bagi hasil) dan
ijarah. Produk-produk tersebut dijelaskan sebagai berikut :19
1. Pendanaan dengan prinsip wadi’ah
a. Giro Wadi’ah, adalah produk pendanaan bank syariah berupa
simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro untuk
keamanan dan kemudahan pemakaiannya. Dalam aplikasinya
ada giro wadi’ah yang menghasilkan bonus dan ada giro wadi’ah
yang tidak menghasilkan bonus. Pada giro wadi’ah pertama
bank memberikan bonus karena bank menggunakan dana
simpanan giro ini untuk tujuan produktif dan menghasilkan
keuntungan. Pada giro wadi’ah kedua bank tidak memberikan
bonus karena bank hanya menggunakan dana simpanan giro ini
untuk menyeimbangkan kebutuhan likiuditas bank dan untuk
transaksi jangka pendek atas tanggung jawab bank yang tidak
menghasilkan keuntungan riil.
19 Ascarya. Akad dan produk bank syariah.(Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2011) hal 118-121
16
b. Tabungan wadi’ah, adalah produk pendanaan bank syariah
berupa simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan
(saving account) untuk keamanan dan kemudahan
pemakaiannya. Tabungan wadi’ah ini juga mirip dengan
tabungan pada bank konvensional ketika nasabah penyimpan
diberikan garansi untuk dapat menarik dananya sewaktu-waktu
dengan menggunakan berbagai fasilitias yang telah disediakan
bank.
2. Pendanaan dengan prinsip Qardh
Simpanan giro dan tabungan juga dapat menggunakan prinsip qardh,
ketika bank di anggap sebagai penerima pinjaman tanpa bunga dari
nasabah deposan sebagai pemilik modal. Giro dan tabungan qardh
memiliki karakteristik menyerupai giro dan tabungan wadi’ah. Bank
sebagai peminjam dapat memberikan bonus karena bank menggunakan
dana untuk tujuan produktif dan menghasilkan profit. Namun, bentuk
simpanan qardh seperti ini tidak umum digunakan di Indonesia, hanya
bank syariah di Iran yang menggunakannya.
3. Pendanaan dengan prinsip mudharabah
Mudharabah merupakan prinsip bagi hasil dan bagi kerugian ketika
nasabah sebagai pemilik modal (shahibul maal) menyerahkan uangnya
kepada bank sebagai pengusaha (mudharib) untuk diusahakan.
Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan, dan kerugian ditanggung oleh
pemilik dana atau nasabah. Dalam praktinya terdapat perbedaan antara
mudharabah dan wadi’ah seperti berikut :
17
Tabel 2.1
Perbandingan tabungan mudharabah dan tabungan wadi’ah
Perbandingan Tabungan mudharabah Tabungan wadi’ah
Sifat dana Investasi Titipan
Penarikan Hanya dapat dilakukan pada
periode/waktu tertentu
Dapat dilakukan setiap saat
Insentif Bagi hasil Bonus (jika ada)
Pengembalian
modal
Tidak dijamin dikembalikan
100%
Dijamin dikembalikan 100%
Sumber : Ascarya, 2011
Selain tabungan mudharabah bank syariah juga memiliki simpanan
dalam bentuk deposito berjangka (pada umumnya untuk satu bulan ke
atas) ke dalam investasi umum dnegan prinsip mudharabah al-mutlaqah.
Dalam hal ini bank, bank sebagai mudharib memiliki kebebasan mutlak
dalam pengelolaan investasinya. Tidak hanya deposito pada perbankan
juga terdapat sukuk al-mudharabah ini di manfaatkan oleh bank syariah
untuk menghimpun dana dengan menerbitkan sukuk yang merupakan
obligasi syariah. Dengan obligasi syariah bank mendapatkan alternatif
sumber dana berjangka panjang (lima tahun atau lebih) sehingga dapat
digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan berjangka panjang.
4. Pendanaan dengan prinsip ijarah
Penerbitan sukuk melibatkan empat pihak yaitu pemilik aset, penyewa,
investor, dan special purpose vehicle. Penerbitan sukuk al-ijarah
18
dimulai dari suatu akad jual-beli aset oleh pemerintah atau perusahaan
kepada suatu perusahaan yang di tunjuk. Pada saat bersamaan diikuti
dengan akad penyewaan kembali aset tersebut kepada bank syariah
selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian, akad ini tidak
mengubah pemanfaatan terhadap aset tersebut.
D. Dana Pihak Ketiga
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008
menjelaskan, dana pihak ketiga bank, untuk selanjutnya disebut DPK,
adalah kewajiban bank kepada penduduk dalam rupiah dan valuta asing.
Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan
digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit
atau pembiayaan.20 Dana pihak ketiga merupakan sumber dana yang
dihimpun dari masyarakat dan akan disalurkan pada berbagai jenis
pembiayaan. Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi
kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini
relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya dan
pencarian dana dari sumber ini termasuk paling dominan, asalkan dapat
memberikan fasilitas yang menarik. Akan tetapi, pencarian sumber dana
dari sumber ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri.21
Menurut (Arifin,2006:41) Yang termasuk dalam dana pihak ketiga yaitu:
20 Bi.Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/11/PBI/2015. Diakses pada hari senin tanggal 10
september 2018 pukul 18.30 WIB 21 Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2008) hal
57
19
giro, deposito dan tabungan. Ketiga macam dana pihak ketiga tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut :22
1. Giro
Rekening giro adalah rekening yang penarikannya dapat dilakukan
dengan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan
pemindahbukuan. Dalam hal pembukaan rekening, bank dilarang
menerima nasabah yang namanya tercantum dalam daftar hitam
nasional yang masih berlaku. Giro di bank syariah dapat berdasarkan
akad wadiah atau mudharabah. Untuk giro berdasarkan akad wadiah,
bank tidak diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus.
Untuk gito berdasarkan akad mudharabah, nasabah wajib memelihara
saldo giro minimum yang ditetapkan oleh bank dan tidak dapat ditarik
kecuali dalam rangka penutupan rekening. Pemberian keuntungan untuk
nasabah giro mudharabah di dasarkan pada saldo terendah setiap akhir
bulan laporan.23
2. Deposito
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan
bank. Bank Umum dapat menerbitkan bilyet deposito atas simpanan
deposito berjangka. Atas bunga deposito berjangka dikenakan pajak
penghasilan bersifat final. Deposito di bank syariah di dasarkan pada
akad mudharabah dengan ketentuan bank tidak diperbolehkan
mengurangi bagian keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang
22 Muhammad.Manajemen Dana Bank Syariah.(Jakarta: Rajawali Pers,2015) hal 115 23 Otoritas Jasa Keuangan. Booklet Perbankan Indonesia 2015 hal 144
20
bersangkutan dan menutup biaya deposito dengan menggunakan nisbah
keuntungan bank.24
Apabila deposan menghendaki agar deposito berjangkanya dapat
diperpanjang secara otomatis, pihak bank dapat memberikan fasilitas
ARO atau Automatic Roll-Over atas deposito berjangka tersebut.
Kelebihan deposito berjangka ini adalah dapat ditarik tunai setiap jangka
waktu tertentu ataupun ditransfer ke rekening deposan. Nasabah
biasanya membuka rekening tabungan untuk menampung bunga atas
deposito tersebut dan menampung dana deposito yang telah jatuh tempo
dan tidak diperpanjang lagi. Bank-bank tertentu juga memberikan
fasilitas agar bunga deposito yang tidak ditarik oleh pemiliknya dapat
ditambahkan dalam simpanan pokok deposito sehingga nilai deposito
berjangkanya bertambah besar. Deposito pada bank konvensional
menerima jaminan pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil
(bunga) yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem
bebas bunga, deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh
bagian dari laba/rugi bank.25
3. Tabungan
Tabungan di bank konvensional berbeda dari giro dimana ada beberapa
restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik. Tabungan biasanya
memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada bank bebas bunga, tabungan
juga mempunyai sifat yang sama kecuali bahwa penabung tidak
memperoleh hasil yang pasti. Menurut para ulama, penabung boleh
24 Ibid hal 144 25 Muhammad.Manajemen Dana Bank Syariah.(Jakarta: Rajawali Pers,2015) hal 116
21
menerima hasil yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh
bank dan setuju untuk berbagi resiko dengan bank.26
E. Profit Sharing (Bagi Hasil)
Bagi hasil atau profit sharing merupakan penentuan besarnya rasio
atau nisbah bagi hasil yang dibuat pada waktu akad dengan berpedoman
pada kemungkinan untung rugi.27 Prinsip perhitungan bagi hasil pendapatan
sangat penting diketahui oleh kedua belah pihak yang akan melakukan
kesepakatan kerjasama bisnis karena apabila hal ini tidak dilakukan artinya
telah terjadi gharar, sehingga transaksi menjadi tidak sesuai dengan prinsip
syariah. Bagi hasil pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah
penggunaan gross profit sharing sebagai dasar perhitungan bagi hasil lebih
adil bagi perbankan syariah maupun nasabah, karena penggunaan laba kotor
sebagai dasar perhitungan bagi hasil telah mempertimbangkan faktor
kinerja dan juga biaya sebagai komponen perhitungan laba.28Namun, jika
terjadi kerugian, cara penyelesaiannya adalah: 29
a. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan, karena keuntungan
merupakan pelindung modal.
b. Bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil dari pokok
modal.
26 Ibid hal 117 27 Syafi’i antonio.Bank Syariah dari Teori ke Praktik.(Jakarta: Gema Insani Press,2001) hal 61 28 Yaya Rizal,dkk.Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta: Salemba Empat,2014) hal 319 29 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi Ketiga, 2004, hal. 206-210.
22
F. Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil
Islam mendorong praktik bagi hasil serta mengharamkan riba. Keduanya,
sama-sama memberi keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya memiliki
perbedaan yang nyata, antara lain :30
Tabel 2.2
Perbedaan bunga dan bagi hasil
No. Bunga Bagi Hasil
1. Penentuan bunga dibuat pada
waktu akad dengan asumsi
harus selalu untung
Penentuan besarnya rasio / nisbah bagi
hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan
utnung rugi
2. Besarnya presentase
berdasarkan pada jumlah uang
(modal) yang dipinjamkan
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan
pada jumlah keuntungan yang
diperoleh
3. Pembayaran bunga tetap
seperti yang dijanjikan tanpa
pertimbangan apakah proyek
yang dijalankan oleh pihak
nasabah untung atau rugi
Bagi hasil bergantung pada
keuntungan proyek yang dijalankan.
Bila usaha merugi, kerugian akan di
tanggung bersama oleh kedua pihak.
4. Jumlah pembayaran bunga
tidak meningkat sekalipun
jumlah keuntungan berlipat
Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan
30 Syafi’i antonio.Bank Syariah dari Teori ke Praktik.(Jakarta: Gema Insani Press,2001) hal 61
23
atau keadaan ekonomi sedang
“booming”
5. Eksistensi bunga diragukan
(kalau tidak dikecam) oleh
semua agama termasuk Islam.
Tidak ada yang meragukan keabsahan
bagi hasil
Sumber: Syafi’i Antonio,2001
G. Penetapan Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan
Bank syariah menerapkan nisbah bagi hasil terhadap produk-produk
pembiayaan yang berbasis Natural Umcertainty Contracts (NUC), yakni akad
bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi
jumlah (amount) maupun waktu (timing), seperti mudharabah dan
musyarakah. Penetapan nisbah bagi hasil pembiayaan ditentukan dengan
mempertimbangkan sebagai berikut :31
1. Referensi tingkat (marjin) keuntungan, yang dimaksud tingkat (marjin)
keuntungan adalah referensi tingkat (marjin) keuntungan yang ditetapkan
oleh rapat ALCO.
2. Perkiraan tingkat keuntungan bisnis yang dibiayai, yaitu perkiraan tingkat
keuntungan bisnis/proyek yang dibiayai dihitung dengan
mempertimbangkan sebagai berikut:
a. Perkiraan penjualan :
1. Volume penjualan setiap transaksi atau volume penjualan setiap
bulan;
31 Karim Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi Ketiga, 2004, hal 286-287
24
2. Sales turn-over atau frekuensi penjualan setiap bulan;
3. Fluktuasi harga penjualan;
4. Rentang harga penjualan yang dapat dinegosiasikan
5. Margin keuntungan setiap transaksi
b. Lama cash to cash cycle :
1. Lama proses barang
2. Lama persediaan
3. Lama piutang
c. Perkiraan biaya-biaya langsung, yang dimaksud biaya-biaya langsung
adalah biaya yang langsung berkaitan dengan kegiatan penjualan seperti
biaya pengangkutan, biaya pengemasan, dan biaya-biaya lain yang
lazim dikategorikan dalam cost of goods sold (COGS)
d. Perkiraan biaya-biaya tidak langsung, yaitu biaya-biaya yang tidak
langsung berkaitan dengan kegiatan penjualan, seperti biaya sewa
kantor, biaya gaji karyawan, dan biaya-biaya lain yang lazim
dikategorikan dalam overhead cost.
e. Delayed Factor, adalah tambahan waktu yang ditambahkan pada cash
to cash cycle untuk mengantisipasi timbulnya keterlambatan
pembayaran dari nasabah ke bank.
H. Prinsip Penyaluran Dana Bank Syariah
Prinsip penyaluran dana dalam bank syariah menurut Donna (2007) terbagi
menjadi empat akad (perjanjian) yaitu :32
32 Alma,buchari.Priansa, Junni donni.Manajemen Bisnis Syariah.(Bandung: ALFABETA, 2014)
hal 16-17
25
1. Akad jual beli
Pada akad jual beli terdapat tiga skema jual beli antara lain :
a. Murabahah, yaitu transaksi jual beli di mana bank syariah
menyebutkan keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual dan
nasabah bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli
bank di tambah keuntungan.
b. Salam, yaitu transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan
belum ada sehingga barang diserahkan secara tangguh dan
pembayaran dilakukan secara tunai.
c. Istishna, yaitu transaksi jual beli yang mirip salam tetapi
pembayarannya dapat dilakukan dalam beberapa kali (termin)
pembayaran.
2. Akad sewa
Transaksi sewa atau ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Pada
prinsipnya, ijarah sama dengan jual beli, perbedaannya terletak pada objek
transaksinya. Jika pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka
pada ijarah adalah jasa.
3. Akad bagi hasil
Akad bagi hasil terbagi menjadi dua, antara lain :
a. Musyarakah, merupakan bentuk umum dari usaha bagi hasil. Transaksi
musyarakah dilandasi keinginan para pihak yang bekerja sama untuk
meningkatkan nilai aset secara bersama-sama.
b. Mudharabah, yaitu bentuk spesifik dari musyarakah dalam produk
perbankan syariah. Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua
26
atau lebih pihak dimana pemilik modal (Shahibul maal)
mempercayakan sejumlah uang kepada pengelola (Mudharib) dengan
suatu perjanjian pembagian keuntungan.
Pada dasarnya, penyaluran dana dengan skema mudharabah sama
dengan penghimpunan dana. Dalam transaksi penghimpunan dana,
bank adalah mudharib (pengelola dana), sedang nasabah penabung/
deposan adalah shahibul maal (pemilik dana). Pada transaksi
penyaluran dana bank bertindak sebagai pemilik dana sedangkan
nasabah yang menerima pembiayaan bertindak sebagai pengelola
dana.33
4. Akad pelengkap
Yang termasuk pada akad pelengkap yaitu :
a. Alih utang piutang (hiwalah), bertujuan untuk membantu supplier
mendapatkan modal agar dapat melanjutkan produuksinya. Bank
mendapatkan ganti biaya atas jasa pemindahan piutang.
b. Gadai (Rahn), bertujuan untuk memberikan jaminan pembayaran
kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang
akan digadaikan harus mempunyai kriteria, yaitu milik nasabah sendiri,
jenis ukuran, sifat dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar,
dan dapat dikuasai tetapi tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
c. Pinjaman uang (Qardh), aplikasi qardh dalam perbankan syariah
biasanya dalam hal talangan haji, pinjaman tunai dari produk kartu
33 Yaya Rizal,dkk.Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta: Salemba Empat,2014) hal 56
27
kredit syariah, pinjaman kepada pengusaha kecil, dna sebagai pinjaman
kepada pengurus bank.
d. Perwakilan (Wakalah), aplikasi yang terjadi apabila nasabah melakukan
kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa
tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso, dan transfer.
I. Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah sistem kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh kebutuhan modal
(sebagai penyuntik sejumlah dana sesuai kebutuhan pembiayaan suatu proyek),
sedangkan nasabah sebagai pengelola (mudharib) mengajukan permohonan
pembiayaan dan untukini nasabah sebagai pengelola menyediakan keahliannya.
Dalam tranksaksi jenis ini biasanya mensyaratkan adanya wakil penyedia dana
dalam manajemen proyek. Mudharib sebagai pengelola yang dipercaya harus
bertanggung jawab bila terjadi kerugian yang diakibatkan karena kelalaian dan
wakil shahibul maal harus mengelola modal secara profesional untuk
mendapatkan laba yang optimal. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian
pengelola (nasabah). Selanjutnya, bila kerugian tersebut sebagai akibat
kecurangan atau kelalaian pengelola (nasabah), maka pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Pada dasarnya, kedua belah pihak
kemudian berbagi hasil atas keuntungan usaha yang diperoleh. Dalam posisi
bank berperan sebagai penyedia modal dan nasabah yang mengajukan
permohonan pembiayaan akan menjadi pengelola dari usaha tersebut. kegiatan
28
mudharabah sesuai dengan ayat Al-Qur’an surat Al-Muzammil (74):20 sebagai
berikut :34
...الل فضل من يبتغون الأرض في يضربون وآخرون...
Artinya :
“... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah...”
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada ayat tersebut umumnya
menunjukkan adanya kebebasan bermuamalah dalam mempergunakan harta
dengan cara mudharabah. Secara eksplisit, Al-Qur’an tidak menyebutkan
mudharabah sebagai bentuk muamalah yang diperbolehkan dalam Islam.
Namun, pada ayat tersebut menyiratkan tentang diperbolehkannya akad
mudharabah.35
J. Bentuk-Bentuk Pembiayaan Mudharabah
Pada prinsipnya, mudharabah sifatnya mutlak di mana shahibul maal
tidak menetapkan restriksi atau syarat-syarat kepada mudharib. Bentuk
mudharabah ini disebut mudharabah mutlaqah. Dalam praktik perbankan
syariah modern, kini dikenal dua bentuk mudharabah muqayyadah, yakni on
balance sheet dan yang off balance sheet. Dalam mudharabah muqayyadan on
balance sheet, aliran dana terjadi dari satu nasabah investor ke sekelompok
pelaksana usaha dalam beberapa sektor terbatas misalnya pertanian,
manufaktur, dan jasa. Nasabah investor lainnya mungkin mensyaratkan
34 Veithzal Rivai.Islamic Financial Management: teori, konsep dan aplikasi.(Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada,208) hal 43 35 Nurhasanah,neneng.Mudharabah dalam teori dan praktik.(Bandung:PT.Refika Aditama,2015)
hal 70
29
dananya hanya boleh di pakai untuk pembiayaan si sektor pertambangan,
properti dan pertanian. Selain berdasarkan sektor, nasabah investor dapat saja
mensyaratkan berdasarkan jenis akad yang digunakan, misalnya hanya boleh
digunakan berdasarkan akad penjualan cicilan saja atau kerjasama usaha saja.
Dalam mudharabah muqayyadah off balance sheet, aliran dana berasal dari
satu nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan (yang dalam bank
kovensional disebut debitur). Di sini, bank syariah bertindak sebagai arranger
saja. Pencatatan transaksinya di bank syariah dilakukan secara off balance
sheet. Sedangkan, bagi hasilnya hanya melibatkan nasabah investor dan
pelaksana usaha saja. Besar bagi hasil tergantung kesepakatan antara nasabah
investor dan nasabah pembiayaan. Bank hanya memperoleh arrange fee.
Skema ini disebut off balance sheet karena transaksi ini tidak dicatat dalam
neraca bank, tetapi hanya di catat dalam rekening administratif saja. 36
K. Rukun Mudharabah
Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah: 37
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
Jelaslah bahwa rukun dalam akad mudharabah sama dengan rukun
dalam akad jual-beli ditambah satu faktor tambahan, yakni nisbah
keuntungan. Faktor pertama (pelaku) kiranya cukup jelas. Dalam akad
mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak
sebagai pemilik modal (shahib māl), sedangkan pihak kedua bertindak
36 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan.( Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada,2004) hal 212-213 37 Ibid hal. 205-206.
30
sebagai pelaksana usaha (mudharib atau ‘amil). Tanpa dua pelaku ini,
maka akad mudharabah tidak ada.
b. Objek mudharabah (modal dan kerja)
Faktor kedua (Objek mudharabah) merupakan konsekuensi logis dari
tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan
modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha
menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang
diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai
uangnya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian,
keterampilan, selling skil, management skill, dan lain-lain. Tanpa dua
objek ini, akad mudharabah pun tidak akan ada.
c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak, merupakan
konsekuensi dari prinsip an-taraddin minku (sama-sama rela). Di sini
kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri
dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk
mengkontribusikan kerja.
d. Nisbah keuntungan
Faktor keempat, yakni nisbah adalah rukun yang khas dalam akad
mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini
mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang
bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya,
sedangkan shahib al-mal mendapatkan imbalan atas penyertaan
modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya
31
perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian
keuntungan.
L. Mekanisme Pembiayaan Mudharabah
Pada suatu akad kerjasama terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan
oleh kedua belah pihak, dengan skema sebagai berikut:
Gambar 2.1
Skema pembiayaan Mudharabah
Sumber:Palupi,Data diolah,2018
Dari skema di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :38
1. Bank menyediakan dana dengan fungsi sebagai modal kerja, dan
nasabah bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dalam usahanya;
38 Muhammad.Manajemen Dana Bank Syariah.(Jakarta: Rajawali Pers,2015) hal 42
32
2. Bank memiliki hak pengawasan dan pembinaan usaha nasabah
walaupun tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha tersebut. Kegiatan
tersebut antara lain melakukan review dan meminta bukti-bukti
transaksi yang telah dilakukan;
3. Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam nisbah
yang disepakati;
4. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat di ubah sepanjang jangka
waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak;
5. Pembiayaan atas dasar akad mudharabah diberikan dalam bentuk uang
atau barang, serta bukan dalam bentuk piutang atau tagihan;
6. Dalam hal pembiayaan atas dasar akad mudharabah diberikan dalam
bentuk uang harus dinyatakan secara jelas jumlahnya;
7. Dalam hal pembiayaan atas dasar akad mudharabah diberikan dalam
bentuk barang, maka barang tersebut harus dinilai atas dasar harga pasar
(net realizable value) dan dinyatakan secara jelas jumlahnya;
8. Pengembalian pembiayaan atas dasar akad mudharabah dilakukan
dalam dua cara, yaitu secara angsuran ataupun sekaligud pada akhir
periode akad, sesuai dengan jangka waktu pembiayaan;
9. Pembagian hasil usaha dilakukan atas dasar laporan harian usaha
pengelola dana (mudharib) dengan disertai bukti pendukung yang dapat
dipertanggungjawabkan;
10. Kerugian usaha nasabah pengelola dana (mudharib) yang dapat
ditanggung oleh bank selaku pemilik dana (shahibul maal) adalah
maksimal sebesar jumlah pembiayaan uang diberikan.
33
M. Implementasi Mudharabah dalam Pengembangan Ekonomi
Masyarakat
Pada saat sekarang, mudharabah dalam praktiknya tidak hanya dilakukan
antar individu, namun sudah melibatkan lembaga keuagan sebagai pihak
yang berfungsi sebagai mediator. Hal ini memungkinkan aktivitas
mudharabah mengalami jangkauan usaha ataupun wilayah yang semakin
luas dan jumlah modal yang berputar. Mudharabah mempunyai peran yang
penting dalam menciptakan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Masyarakat yang memiliki prospek usaha dan keahlian, tetapi tidak
memiliki kemampuan modal dapat memperoleh kesempatan untuk
memberdayakan potensi yang dimilikinya.39
Besarnya presentase pembiayaan bank syariah terhadap UKM diduga
karena lembaga ini lebih mengutamakan kelayakan usaha (proyek) daripada
nilai agunan, sementara faktor ini (agunan) untuk sebagian besar merupakan
penghambat UKM akses terhadap perbankan konvesional, bukan karena
UKM tidak memiliki aset, namun karena asetnya dinilai tidak bankable.
Mereka tidak dapat dilayani oleh bank konvensional. Inilah sesungguhnya
yang merupakan nasabah potensial bagi bank syariah. Dengan demikian,
jika mendukung UKM dengan keuangan (pembiayaan), salah satu upaya
yang di tempuh adalah dengan mendukung perkembangan bank syariah.40
39 Nurhasanah,neneng.Mudharabah dalam teori dan praktik.(Bandung:PT.Refika Aditama,2015)
hal 228 40 Mahmud,amir.Rukmana.Bank Syariah Teori, teori kebijakan dan studi empiris di
Indonesia.(Jakarta: Erlangga,2010) hal 98
34
Selain itu, sektor produktif UKM dapat mempekerjakan lebih dari 107,6 juta
penduduk Indonesia dan berkontribusi 60,6 persen terhadap PDB
Indonesia.41
N. Hubungan Antar Variabel
Dana yang digunakan dalam pembiayaan yaitu dana pihak ketiga
seperti yang dikatakan oleh muhammad dalam bukunya yaitu bank syariah
dapat menarik dana pihak ketiga atau masyarakat dalam bentuk partisipasi
modal berbagi hasil dan berbagi resiko (non guaranteed account) untuk
investasi umum (general investment account/mudharabah mutlaqah)
dimana bank akan membayar bagian keuntungan secara proporsional
dengan portofolio yang didanai dengan modal tersebut.42
Pada perbankan syariah yang bertindak sebagai pemilik dana
(shahibul maal) adalah nasabah yang menyalurkan dana kepada bank.
Sementara itu, yang mudharib atau pengelola dana adalah bank syariah.
Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak
lain. Keuntungan yang diperoleh bank akan dibagi bersama nasabah sesuai
dengan nisbah yang disepakati.43
Mudharabah merupakan akad kerjasama usaha satu pihak
memberikan kontribus permodalan sedangkan pihak lain memberikan
41 Nurfadila Syifa Putri.UMKM Mampu Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi.Diakses pada kompas
hari senin tanggal 10 september 2018 pukul 19.45 WIB 42 Muhammad.Manajemen Dana Bank Syariah.(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2015)hal.115 43 Rozalinda.Fikih Ekonomi Syariah:Prinsip dan Implementasinya pada Sektor Kuangan
Syariah..hal.213
35
kontribusi kewirausahaan dalam bentuk tenaga, pikiran ataupun
manajemen. Pihak pertama disebut shahib al maal (financier) sedangkan
pihak kedua disebut mudharib (enterpreneur). Ketika porsi bagi hasil yang
diterima shaibul maal semakin tinggi, maka akan semakin meningkat pula
kesediaannya dalam menawarkan modal. Namun, di sisi sebaliknya
kenaikan porsi bagi hasil yang diterima oleh shahibul maal ini menurunnya
porsi yang diterima oleh mudharib. Hal ini akan berlaku ketika
mendapatkan keuntungan. Lain halnya ketika mengalami kerugian yang
diakibatkan bukan faktor dari mudharib, maka shahib al maal yang akan
menanggung kerugian dengan ketentuan mudharib tidak memperoleh
pendapatan apapun.44 Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa
adanya hubungan antara bagi hasil (profit sharing) dengan pembiayaan
mudharabah.
C. Kerangka Berpikir
44 Yahya Muchlis,Yusuf Edy.Teori Bagi Hasil (Profit and Loss Sharing) dan Perbankan Syariah
dalam Ekonomi Syariah.Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan Vol.1 No.1 (Juli 2011)
Dana Pihak Ketiga (X1)
Profit Sharing (X2)
Jumlah Pembiayaan
Mudharabah
36
D. Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis membuat beberapa dugaan sememtara,antara
lain :
H1 = Dana Pihak Ketiga diduga berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan
mudharabah
H2 = Profit Sharing diduga berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan
mudharabah