BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

30
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya Akuntansi secara umum adalah proses pencatatan, pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari transaksi keuangan yang terjadi. Sedangkan biaya dalam pengertian arti luas adalah merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Mulyadi (2015:8). Pengertian Biaya menurut Ahmad Firdaus (2009:22) adalah “pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau mempunyai masa manfaat melebihi satu periode akuntansi tahunan. Biasanya tercermin dalam neraca sebagai asset perusahaan”. Menurut Hendi Somantri (2009: 2) akuntansi biaya adalah bidang akuntansi yang berhubungan dengan transaksi keuangan khusus yang menyangkut biaya. Dari definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya merupakan salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam merekam dan memonitori berbagai transaksi penjualan produk ataupun jasa secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya yang dapat digunakan untuk kepentingan eksternal maupun internal perusahaan.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Akuntansi Biaya

Akuntansi secara umum adalah proses pencatatan, pencatatan,

penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari

transaksi keuangan yang terjadi. Sedangkan biaya dalam pengertian arti

luas adalah merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk

tujuan tertentu. Mulyadi (2015:8).

Pengertian Biaya menurut Ahmad Firdaus (2009:22) adalah

“pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh

barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau

mempunyai masa manfaat melebihi satu periode akuntansi tahunan.

Biasanya tercermin dalam neraca sebagai asset perusahaan”.

Menurut Hendi Somantri (2009: 2) akuntansi biaya adalah bidang

akuntansi yang berhubungan dengan transaksi keuangan khusus yang

menyangkut biaya.

Dari definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya

merupakan salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen

dalam merekam dan memonitori berbagai transaksi penjualan produk

ataupun jasa secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam

bentuk laporan biaya yang dapat digunakan untuk kepentingan eksternal

maupun internal perusahaan.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

8

2. Penggolongan Biaya

Mulyadi (2005:13) mengemukakan bahwa “Penggolongan adalah

proses mengelompokkan secara sistematis atau keseluruhan elemen yang

ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat

memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting”.

Menurut Mulyadi (2015: 13-17), biaya dapat digolongkan menurut:

a. Penggolongan biaya menurut Objek Pengeluaran

Menurut Mulyadi (2015:13) “cara penggolongan ini, nama

objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya

nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran

yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.”

b. Penggolongan biaya menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan

Fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur dapat digolongkan

menjadi:

1) Fungsi Produksi

Fungsi Produksi yaitu fungsi yang berhubungan dengan

pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk

dijual.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

9

2) Fungsi Pemasaran

Fungsi Pemasaran, yaitu fungsi yang berhubungan dengan

kegiatan penjualan produk selesai yang siap untuk dijual dengan cara

memuaskan pembeli dan dapat memperoleh laba sesuai dengan

keinginan perusahaan.

3) Fungsi Administrasi & Umum

Fungsi Administrasi & Umum adalah fungsi yang

berhubungan dengan kegiatan penentuan kebijaksanaa, pengarahan,

dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan.

Berdasarkan fungsi diatas, biaya dapat dikelompokkan

menjadi:

a) Biaya Produksi

Biaya Produksi adalah semua biaya yang berhubungan

dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku

menjadi produk selesai. Biaya produksi secara garis besar dibagi

menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya

overhead pabrik.

(1) Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan

baku yang dipakai di dalam pengolahan suatu produk hingga

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

10

selesai. Contohnya adalah kayu dalam pembuatan meubel.

Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:

Biaya Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp xxx

Persediaan Bahan Baku Rp xxx

(2) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang

diarahkan untuk merubah bahan baku menjadi produk selesai.

Contohnya adalah upah tukang serut dan potong kayu dalam

pembuatan meubel. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja

langsung:

Biaya Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Rp xxx

Gaji dan Upah Rp xxx

(3) Biaya Overhead Pabrik

Biaya Overhead Pabrik adalah biaya selain bahan baku

dan biaya tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam

mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Jurnal untuk

mencatat biaya overhead pabrik:

Biaya Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rpxxx

Berbagai rekening yang dikredit Rpxxx

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

11

b) Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk

melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah

biaya iklan dan biaya promosi.

c) Biaya Administrasi dan Umum

Biaya Administrasi dan Umum merupakan biaya-biaya yang

berhubungan dengan kegiatan produksi dan pemasaran produk.

Contohnya adalah biaya gaji kayawan.

c. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang

Dibiayai

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen.

Dalam hubungannya dengan yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan

menjadi dau golongan, yaitu:

1) Biaya langsung (direct cost)

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-

satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu

yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak

akan terjadi. Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi

terbagi menjadi dua, yaitu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung.

2) Biaya tidak langsung (indirect cost)

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya

disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

12

hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi

tidak langsung atau biaya overhead pabrik.

d. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan

Perubahan Volume Aktivitas

Menurut William K. Carter (2009:43) penggolongan biaya sesuai

dengan perubahannya volume aktivitas terutama untuk tujuan

perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan,

dibagi menjadi 4 yaitu:

1) Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah

sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel

termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, biaya

tenaga kerja langsung. Berikut ini adalah daftar biaya yang

biasanya diklasifikasikan sebagai biaya variabel:

a) Perlengkapan

b) Bahan Bakar

c) Peralatan Kecil

d) Kerusakan, sisa, dan beban reklamasi

e) Biaya Penerimaan

f) Royalti

g) Biaya Komunikasi

h) Upah Lembur

i) Penanganan Bahan Baku.

2) Biaya Semi Variabel (Semi Variabel Cost)

Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding

dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel

mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. Berikut ini

adalah daftar biaya yang biasanya diklasifikasikan sebagai biaya

semi variabel:

a) Inspeksi

b) Jasa departemen biaya

c) Jasa departemen penggajian

d) Jasa departemen personalia

e) Jasa Kantor pabrik

f) Jasa bahan baku dan persediaan

g) Air dan limbah

h) Pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin pabrik

i) Asuransi kecelakaan dan kesehatan

j) Pajak penghasilan

k) Pemanasan, listrik, dan generator.

3) Biaya Semi Fixed

Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume

kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada

volume produksi tertentu.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

13

4) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam

kisar volume kegiatan tertentu. Berikut adalah biaya yang biasanya

diklasifikasikan sebagai biaya tetap:

a) Gaji eksekutif produksi

b) Depresiasi

c) Pajak Properti

d) Amortisasi Patern

e) Gaji Penyelia

f) Asuransi-properti dan kerugian

g) Gaji satpam dan pegawai kebersihan

h) Pemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan sewa.

3. Pengertian Harga Pokok

Harga pokok adalah jumlah yang dapat diukur oleh satuan uang

dalam bentuk kas yang dibayarkan, nilai aktiva lainnya yang diserahkan/

dikorbankan, atau nilai jasa yang diserahkan/dikorbankan, atau hutang

yang timbul, atau tambahan modal dalam rangka pemilikan barang dan

jasa yang diperlukan perusahaan, baik pada masa lalu (harga perolehan

yang telah terjadi) maupun pada masa yang akan datang (harga perolehan

yang akan terjadi). R.A. Supriyono dalam Jurnal JAPBI No: 2 (2014: 109).

4. Pengertian Harga Pokok Produksi

Perhitungan harga pokok produksi dalam suatu perusahaan

industry bertujuan untuk memenuhi kebutuhan baik pihak manajemen

perusahaan maupun pihak luar perusahaan. Untuk memenuhi tujuan

perhitungan harga pokok produksi tersebut akuntansi biaya mencatat,

mengklasifikasi, dan meringkas biaya-biaya pembuatan.

Menurut Hansen dan Mowen (2009:60) “harga pokok produksi

mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode

berjalan. Biaya yang hanya dibebankan ke barang yang diselesaikan adalah

biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik”.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

14

Menurut Mulyadi (2015:17) “harga pokok produksi adalah biaya-biaya

yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi sebuah produk.”

Dari beberapa pernyataan diatas dapat diambil suatu kesimpulan

bahwa harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang digunakan selama

proses produksi, dimana biaya tersebut terdiri dari biaya bahan langsung,

biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

5. Unsur-unsur Biaya Produksi

Unsur-unsur biaya produksi dibagi menjadi 3 antara lain:

a. Biaya Bahan Baku

Menurut Mulyadi (2015:275) “Bahan baku merupakan bahan yang

membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah

dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal,

impor, atau dari pengolahan sendiri.”

b. Biaya Tenaga Kerja

Menurut Mulyadi (2015:319) “Tenaga kerja merupakan usaha fisik

atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya

tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga

kerja manusia tersebut.”

c. Biaya Overhead Pabrik

Menurut Mulyadi (2015:194-195) “Biaya overhead pabrik adalah

biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

15

langsung”. Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara

penggolongan, antara lain:

1) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya

a) Biaya bahan penolong

Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian

produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk

jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga

pokok produksi tersebut.

b) Biaya reparasi dan pemeliharaan

Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku

cadang (sparepart), biaya bahan habis pakai (factory supplies)

dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk

keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen,

perumahan, bangunan produk, mesin-mesin dan ekuipmen,

kendaraan, perkakas laboratorium dan aktiva tetap lain yang

digunakan untuk keperluan pabrik.

c) Biaya tenaga kerja tidak langsung

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik

yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung

kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak

langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan

yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut.

d) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva

tetap

Biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain

adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan

pabrik, mesin dan equipment, perkakas laboratorium, alat

kerja, dan aktiva tetap lain yang digunakan pabrik.

e) Biaya yang timbul akibat berlalunya waktu

Biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain

adalah biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin

dan equipment, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan

karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run.

f) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung

memerlukan pengeluarkan uang tunai

Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok

ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada

pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN.

2) Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Perilakunya dalam

Hubungan dengan Perubahan Volume Produksi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

16

Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik

dalam hubungannya dengan volume kegiatan, biaya overhead

pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan:

a) Biaya overhead pabrik tetap

b) Biaya overhead pabrik variabel

c) Biaya overhead pabrik semivariabel

3) Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Hubungannya

dengan Departemen

Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen

yang ada dalam pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan

menjadi dua kelompok:

a) Biaya overhead pabrik langsung departemen

b) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen.

6. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik

a. Alasan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik kepada Produk Atas

Dasar Tarif yang Ditentukan di muka

Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang

sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya

harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan yang satu

ke bulan yang lain. Apabila biaya overhead pabrik yang sesungguhnya

terjadi dibebankan kepada produk, maka harga pokok produksi per

satuan mungkin akan berfluktuasi karena sebab berikut ini:

a) Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan.

b) Perubahan tingkat efisiensi produksi.

c) Adanya biaya overhead pabrik yang terjadinya secara sporadik,

menyebar tidak merata selama jangka waktu setahun.

d) Biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi secara teratur pada

waktu-waktu tertentu.

Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya

dengan menggunakan metode harga pokok pesanan, manajemen

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

17

𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃

𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝐵𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖× 100%

= 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐵𝑂𝑃 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐵𝐵𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖

memerlukan informasi harga pokok produksi per satuan pada saat

pesanan selesai dikerjakan.

b. Langkah-langkah Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik

dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu:

1) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik

Penentuan kapasitas praktis dan kapasitas normal dapat

dilakukan dengan menentukan:

a) Kapasitas teoritis

b) Kapasitas normal

c) Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.

2) Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada

produk

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih

dasar pembebanan yang dipakai adalah:

a) Harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan

jumlahnya dalam departemen produksi.

b) Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang

dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut

dengan dasar pembebanan yang akan dipakai. Mulyadi

(2015:196-199)

Berikut diuraikan beberapa dasar pembebanan biaya overhead

pabrik kepada produk:

(1) Satuan Produk merupakan metode yang paling sederhana dan

langsung membebankan biaya overhead pabrik kepada setiap

produk yang dihitung, dengan rumus:

=

(2) Biaya bahan baku overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan

nilai bahan baku yang dipakai, dengan rumus:

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

18

(3) Biaya tenaga kerja, sebagian besar elemen biaya overhead pabrik

mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja

langsung, dengan rumus:

(4) Jam Tenaga Kerja Langsung, memiliki hubungan yang erat antara

jumlah upah dengan jumlah jam kerja, dengan rumus:

(5) Jam Mesin, biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu

penggunaan mesin, dengan rumus:

Menghitung tarif biaya overhead pabrik, setelah tingkat kapasitas

yang akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan, dan anggaran

biaya overhead pabrik telah disusun, serta dasar pembebanan telah

dipilih dan diperkirakan, maka langkah terakhir adalah menghitung tarif

biaya overhead pabrik, dengan rumus:

7. Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi

Metode perhitungan harga pokok produksi adalah cara

memperhitungkan unsur biaya produksi ke dalam harga produksi. Dalam

𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃

𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑇𝐾𝐿× 100%

= 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐵𝑂𝑃 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐵𝑇𝐾𝐿

𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃

𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

= 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐵𝑂𝑃 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚 𝑇𝐾𝐿

𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃

𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛

= 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐵𝑂𝑃 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛

𝐵𝑂𝑃 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛

𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛𝑎𝑛

= 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐵𝑂𝑃

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

19

memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi

terdapat dua pendekatan, yaitu metode full costing dan metode variabel

costing. Perbedaan pokok antara kedua metode tersebut terletak pada

perlakuan terhadap biaya produksi yang bersifat tetap dan akan berakibat

pada perhitungan harga pokok produk dan penyajian laporan laba rugi.

Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok

yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang

bersifat variabel (variabel cost) maupun yang bersifat tetap (fixed cost).

Dengan demikian kos produksi menurut metode full costing terdiri dari

unsur biaya produksi seperti berikut ini:

Biaya Bahan Baku Rp xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp xxx

Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp xxx +

Kos Produksi Rp xxx

Biaya produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing

terdiri dari unsur biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap)

ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi

dan umum).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

20

8. Metode Pengumpulan Biaya Produksi

Melakukan perhitungan harga pokok produksi perlu memperhatikan

unsur-unsur biaya yang termasuk dalam harga pokok produksi itu sendiri

dan metode yang digunakan dalam pengumpulan biaya produksi.

Umumnya sifat pengolahan produk didasarkan atas pesanan dan

pengolahan produk yang didasarkan pada proses.

Pada sistem produksi berdasarkan pesanan, biaya-biaya

diakumulasikan berdasarkan pekerjaannya. Pendekatan untuk

membebankan biaya ini dinamakan sistem perhitungan biaya pesanan.

Dalam suatu perusahaan yang beroperasi berdasarkan pesanan,

pengumpulan biaya per pekerjaan menyediakan informasi penting bagi

pihak manajemen.

Sistem harga pokok pesanan yang diterapkan pada perusahaan

industri manufaktur memiliki karakteristik produksi seperti:

a. Produksi didasarkan pesanan dari pelanggan. Oleh karena itu baik

spesifikasi produk dan jumlah yang diproduksi harus sesuai dengan

kehendak pelanggan.

b. Produk yang dihasilkan adalah unik, dengan pengertian bahwa dapat

dibedakan antara pesanan yang satu dengan pesanan yang lainnya.

c. Proses produksi menutut adanya uji kualitas untuk meyakinkan bahwa

produk yang dihasilkan akan memenuhi tuntutan kualitas dan

spesifikasi yang diminta oleh pelanggan. Armanto Witjaksono (2006:

23)

9. Metode Pengumpulan Harga Pokok Pesanan

Metode pengumpulan harga pokok pesanan adalah metode

pengumpulan harga pokok produksi dimana biaya dikumpulkan untuk

setiap pesanan secara terpisah identitasnya atau dilakukan setelah adanya

pada harga pokok dikumpulkan untuk setiap pesanan satuan dengan biaya

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

21

produksi setiap pesanan akan dihitung pada saat pesanan selesai. Mulyadi

(2015:35).

Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi

harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk:

a) Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan,

b) Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan,

c) Memantau realisasi biaya produksi,

d) Menghitung laba atau rugi tiap pesanan,

e) Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam

proses yang disajikan dalam neraca.

10. Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan

Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan

pesanan tersebut diatas berpengaruh terhadap pengumpulan biaya

produksinya. Metode pengumpulan biaya produksi dengan metode harga

pokok pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya

berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan

spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga

pokok produksinya secara individual.

b. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan

produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung

dan biaya produksi tidak langsung.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

22

c. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung sedangkan biaya produksi tidak langsung

disebut dengan istilah overhead pabrik.

d. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok

produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya

terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam

harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.

e. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai

diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang

dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang

dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

11. Menentukan Harga Pokok Produksi Per Pesanan

Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, memiliki

informasi harga pokok produksi per pesanan yang bermanfaat bagi

manajemen untuk:

a. Menentukan Harga Jual yang Akan Dibebankan Kepada Pemesan

Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses

produksinya berdasarkan spesifikasi yang telah ditentukan oleh

pemesan. Oleh karena itu, harga jual yang dibebankan kepada

pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan

dikeluarkan untuk memproduksi pemesanan. Formula untuk

menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan

sebagai berikut:

Taksiran biaya Produksi untuk Pemesan Rp xxx

Taksiran biaya nonproduksi yang dibebankan kepada pemesan Rp xxx +

Taksiran total biaya pesanan Rp xxx

Laba yang diinginkan Rp xxx +

Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp xxx

Harga Pokok Pesanan : Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan

Jumlah unit produk yang dihasilkan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

23

Untuk menaksir biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam

memproduksi pesanan tertentu perlu dihitung unsur-unsur biaya

berikut ini:

b. Mempertimbangkan Penerimaan atau penolakan Pesanan

Penentuan harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah

terbentuk dengan sendirinya pada pemesan, sehingga keputusan yang

perlu dilakukan manajemen adalah menerima atau menolak pesanan.

Total harga jual pesanan dapat dihitung dengan formula sebagai

berikut:

c. Memantau realisasi biaya produksi

Jika pesanan telah diputuskan untuk diterima, manajemen

memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan

didalam memenuhi pesanan tertentu diterima untuk memantau apakah

proses produksi untuk memenuhi pesanan tertentu menghasilkan total

biaya produksi pesanan sesuai dengan yang diperhitungkan

sebelumnya. Pengumpulan biaya produksi per pesanan tersebut

dilakukan dengan metode harga pokok pesanan, perhitungan biaya

produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu

dilakukan dengan formula berikut ini:

Taksiran biaya bahan baku Rp xxx

Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xxx

Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx +

Laba yang diinginkan Rp xxx

Biaya Produksi Pesanan:

Taksiran biaya bahan baku Rp xxx

Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xxx

Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx +

Taksiran total biaya produksi Rp xxx

Biaya nonproduksi:

Taksiran biaya administrasi & umum Rp xxx

Taksiran biaya pemasaran Rp xxx +

Taksiran biaya nonproduksi Rp xxx +

Taksiran total harga pokok pesanan Rp xxx

Biaya Bahan Baku Sesungguhnya Rp xxx

Biaya Tenaga Kerja Sesungguhnya Rp xxx

Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx +

Total biaya produksi sesungguhnya Rp xxx

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

24

Pesanan dibebani dengan biaya overhead pabrik menurut tarif

yang ditentukan di muka (taksiran) karena harga pokok pesanan harus

dihitung pada saat pesanan selesai, padahal tidak semua biaya

overhead pabrik dapat dihitung pada saat itu.

d. Menghitung laba atau rugi bruto setiap pesanan

Informasi laba atau rugi setiap pesanan diperlukan untuk

mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya nonproduksi

dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok

pesanan digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi

biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk tiap pesanan

guna menghasilkan informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan.

e. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam

proses yang disajikan dalam neraca

Manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk

jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam

proses. Berdasarkan catatan biaya produksi tiap pesanan tersebut

manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada

pesanan yang telah selesai di produksi, namun pada tanggal neraca

belum diserahkan kepada pemesan. Disamping itu, berdasarkan

catatan tersebut, manajemen dapat pula menentukan biaya produksi

yang melekat pada pesanan yang pada tanggal neraca masih dalam

proses pengerjaan. Mulyadi (2015:39-42).

f. Kartu Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Sheet)

Kartu Harga Pokok merupakan catatan yang penting dalam

metode harga pokok pesanan. Kartu harga pokok ini berfungsi

Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp xxx

Biaya produksi pesanan tertentu:

Biaya Bahan Baku Sesungguhnya Rp xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung Sesungguhnya Rp xxx

Taksiran Biaya Overhead Pabrik Rp xxx +

Taksiran biaya produksi pesanan Rp xxx -

Laba bruto Rp xxx

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

25

sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan

biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk

mengerjakan pesanan tertentu dicatat secara rinci di dalam kartu

harga pokok pesanan yang bersangkutan.

Gambar 1

Kartu Harga Pokok Pesanan

Sumber: Mulyadi (2015:44-45)

Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan

meliputi organisasi formulir, catatan-catatan dan laporan-laporan

yang terkoordinasi dalam rangka melaksanakan kegiatan untuk

melayani pesanan dan menyajikan informasi untuk manajemen.

Berikut prosedur akuntansi biaya beserta jurnal transaksi yang

digunakan:

PT. ABC

Banjarmasin

KARTU HARGA POKOK PESANAN

No. Pemesan : A-101 Pemesanan : PT. XYZ

Jenis Produk : Lemari Sifat Pesanan : ………..

Tgl Pesan : ../../…. Jumlah : …. buah

Tgl Selesai : ../../…. Harga Jual : Rp xxx

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik

Tgl No.

BPBG

Ket Jumlah Tgl No.

Kartu

Jam

Kerja

Jumlah Tgl Jam

Mesin

Tarif Jumlah

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

26

Tabel 1

Prosedur Akuntansi Biaya beserta Jurnal Transaksi

Prosedur Akuntansi Biaya Ayat Jurnal Transaksi

Pembelian Bahan Baku

dan Bahan Penolong

Jurnal pembelian bahan baku:

Persediaan Bahan Baku Rp xxx

Kas/Utang Dagang Rp xxx

Jurnal Pembelian Bahan Penolong:

Persediaan Bahan Penolong Rp xxx

Kas/Utang Dagang Rp xxx

Pemakaian Bahan Baku

dan Penolong dalam

Produksi

Jurnal mencatat pemakaian bahan baku:

Barang Dalam Proses-By. Bahan Baku Rp xxx

Persediaan Bahan Baku Rp xxx

Jurnal pencatatan pemakaian bahan penolong:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx

Persediaan Bahan Penolong Rp xxx

Pencatatan Biaya Tenaga

Kerja

Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja terutang:

Gaji dan Upah Rp xxx

Utang Gaji dan Upah Rp xxx

Jurnal pencatatan distribusi biaya tenaga kerja:

Barang Dalam Proses-By. Tenaga Kerja Rp xxx

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx

Biaya Administrasi dan Umum Rp xxx

Biaya Pemasaran Rp xxx

Gaji dan Upah Rp xxx

Jurnal pencatatan gaji dan upah:

Utang Gaji dan Upah Rp xxx

Kas Rp xxx

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

27

Lanjutan :

Pencatatan Biaya

Overhead Pabrik

Jurnal pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik

kepada pesanan:

Barang Dalam Proses-By. Overhead Pabrik Rp xxx

By.Overhead Pabrik yang dibebankan Rp xxx

Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang

sesungguhnya:

By. Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx

Akumulasi Depresiasi Rp xxx

Persekot Rp xxx

Persediaan Rp xxx

Jurnal selisih biaya overhead pabrik yang dibebankan

kepada produk dengan biaya overhead pabrik yang

sesungguhnya:

Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp xxx

By. Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx

Jurnal Penutup:

By. Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp xxx

By. Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Rp xxx

Pencatatan Harga Pokok

Produk Jadi

Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi:

Persediaan Produk Jadi Rp xxx

Barang Dalam Proses-By. Bahan Baku Rp xxx

Barang Dalam Proses-By. Tng Krja Rp xxx

Barang Dalam Proses-By. Overhead Pabrik Rp xxx

Pencatatan Harga Pokok

Produk dalam Proses

Jurnal pencatatan harga pokok pesanan yang belum

selesai:

Persediaan Produk Dalam Proses Rp xxx

Barang Dalam Proses-By. Bahan Baku Rp xxx

Barang Dalam Proses-By. Tng Krja Rp xxx

Barang Dalam Proses-By. Overhead Pabrik Rp xxx

Pencatatan Harga Pokok

Produk yang dijual

Jurnal pencatatan harga pokok produk yang dijual:

Harga Pokok Penjualan Rp xxx

Persediaan Produk Jadi Rp xxx

Pencatatan Pendapatan

Penjualan Produk

Jurnal pencatatan piutang kepada pemesan:

Piutang Dagang Rp xxx

Hasil Penjualan Rp xxx

Sumber: Mulyadi (2015 : 46-53)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

28

12. Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur

Laporan keuangan merupakan hasil proses akuntansi. Kegiatan

perusahaan manufaktur terdiri dari pengolahan bahan baku menjadi

produk jual dan penjualan produk jadi dan penjualan produk jadi tersebut

kepada konsumen atau perusahaan manufaktur lain.

Dalam pendekatan full costing, berbagai pengorbanan sumber

ekonomi disajikan dalam laporan laba rugi, yang dikelompokkan ke

dalam 3 golongan:

a) Pengorbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi

produk jadi. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul “biaya

produksi” seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

dan biaya overhead pabrik.

b) Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran produk

jadi. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul “biaya

pemasaran”.

c) Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain produksi dan

pemasaran produk. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul

“biaya administrasi dan umum”.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

29

Tabel 2

Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur dengan Pendekatan Full Costing

Sumber: Mulyadi (2015:21)

PT. XXX

Laporan Laba Rugi dengan Pendekatan Full Costing

Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20X7

Pendapatan penjualan Rp xxx

Kos penjualan:

Persediaan awal produk jadi Rp xxx

Kos produksi:

Persediaan awal produk dalam proses Rp xxx

Biaya produksi:

Biaya bahan baku Rp xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx

Biaya overhead pabrik Rp xxx +

Rp xxx +

Rp xxx

Persediaan Produk dalam proses akhir Rp xxx –

Kos Produksi Rp xxx +

Kos Produksi yang tersedia untuk dijual Rp xxx

Persediaan produk jadi akhir Rp xxx –

Kos penjualan Rp xxx -

Laba/rugi bruto Rp xxx

Biaya Usaha:

Biaya administrasi & umum Rp xxx

Biaya pemasaran Rp xxx+

Rp xxx-

Laba bersih usaha Rp xxx

Pendapatan di luar usaha Rp xxx

Biaya di luar usaha Rp xxx-

Rp xxx-

Laba bersih sebelum pajak Rp xxx

Pajak penghasilan Rp xxx-

Laba bersih setelah pajak Rp xxx

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

30

13. Pengertian Aktiva Tetap dan Depresiasi/Penyusutan

a. Pengertian Aktiva Tetap

Menurut Slamet Sugiri (2002:167) “aktiva tetap adalah aktiva yang

mempunyai manfaat dalam jangka panjang (lebih dari satu tahun),

dipergunakan secara aktif untuk kegiatan usaha, dan tidak dimaksudkan

untuk dijual kembali dalam rangka untuk memperoleh pendapatan”.

Menurut Soemarso (2005:20) mengemukakan “aktiva tetap adalah

aktiva berwujud yang: masa manfaatnya lebih dari satu tahun;

digunakan dalam kegiatan perusahaan; dimiliki tidak untuk dijual

kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; nilainya cukup

besar”.

Contoh dari aktiva tetap adalah tanah, bangunan, peralatan, dan

kendaraan yang digunakan entitas dalam kegiatan operasionalnya dan

bukan ditujukan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal

perusahaan.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa aktiva

tetap adalah aktiva yang berwujud karena terlihat secara fisik yang

memiliki jangka waktu relatif lama yang digunakan dalam kegiatan

perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari

operasi perusahaan.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

31

b. Pengertian Depresiasi

Menurut Zaki Baridwan (2004:305) “Penyusutan adalah sebagian

dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan

menjadi biaya setiap periode akuntansi”.

Menurut Jerry J. Weygandt (2007:570) “penyusutan adalah alokasi

biaya dari aset tetap menjadi beban selama masa manfaatnya

berdasarkan cara yang sistematis dan rasional”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa depresiasi

(penyusutan) adalah suatu metode alokasi jumlah suatu aktiva yang

dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi.

14. Metode Perhitungan Depresiasi/Penyusutan Aktiva Tetap

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban

depresiasi/penyusutan periodik. Untuk dapat memilih salah satu metode

hendaknya dipertimbangkan keadaaan-keadaan yang mempengaruhi aset

tersebut.

Menurut Zaki Baridwan (2004:308-316), ada beberapa metode

perhitungan depresiasi aktiva tetap yang dapat digunakan, antara lain

sebagai berikut :

a. Metode Garis Lurus (straight line method)

Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan

banyak digunakan. Dalam cara ini beban depresiasi tiap periode

jumlahnya sama (kecuali kalau ada penyesuaian-penyesuaian).

Depresiasi tiap tahun dihitung sebagai berikut:

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

32

Keterangan :

HP : Harga perolehan (cost)

NS : Nilai sisa (residu)

n : Taksiran umur kegunaan

b. Metode Jam Jasa (Service Hours Method)

Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aset (terutama

mesin-mesin) akan lebih cepat rusak digunakan sepenuhnya (full time)

dibandingkan dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya (part time).

Dalam cara ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam

jasa. Beban depresiasi periodik besarnya akan tergantung pada jam

jasa yang terjadi (digunakan) dengan metode ini, depresiasi dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

HP : Harga perolehan (cost)

NS : Nilai sisa (residu)

n : Taksiran jam jasa

Depresiasi = HP – NS

n

Depresiasi per jam= HP – NS

n

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

33

c. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method)

Dalam metode ini umur kegunaan aset ditaksir dalam suatu

jumlah unit hasil produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar

satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap periode akan

berfluktuasi dalam hasil produksi. Dasar teori yang dipakai adalah

bahwa suatu aset itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga

depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dapat dihasilkan.

Depresiasi dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

HP : Harga perolehan (cost)

NS : Nilai sisa (residu)

n : Taksiran hasil produksi (unit)

d. Metode Beban Berkurang (reducing charge method)

Dalam metode ini beban penyusutan tahun-tahun pertama akan

lebih besar daripada beban penyusutan tahun berikutnya. Metode ini

didasarkan pada teori bahwa aset yang baru akan dapat digunakan

dengan lebih efisien dibandingkan dengan aset yang lebih tua. Begitu

juga biaya reparasi dan pemeliharaannya. Biasanya aset yang baru

akan memerlukan reparasi dan pemeliharaan lebih sedikit

dibandingkan dengan aset lama. Jika dipakai metode ini diharapkan

Depresiasi / unit = HP – NS

n

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

34

jumlah beban penyusutan, biaya reparasi dan pemeliharannya kecil

(dalam tahun pertama) dan sebaliknya dalam tahun terakhir, beban

penyusutan kecil sedangkan biaya reparasi dan pemeliharannya besar.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

35

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 3

Perbandingan Hasil Penelitian Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Penelitian Terdahulu

Analisis

Penelitian

Aspek

Heriyansyah

10971008299

Jurusan Manajemen

Universitas Islam Negeri Sultan

Syarif Kasim Pekanbaru, Riau

(2013)

Yasir Hadiani

A03120028

Jurusan Akuntansi Politeknik

Negeri Banjarmasin

(2015)

Gusti Nur Maida Azijah

A03130025

Jurusan Akuntansi Politeknik

Negeri Banjarmasin

(2016)

Afni Dwi Ramadhayanti

A03140003

Jurusan Akuntansi

Politeknik Negeri Banjarmasin

(2017)

Judul Penentuan Harga Pokok

Produksi Berdasarkan Metode

Harga Pokok Pesanan (Job

Order Costing) pada Konveksi

Takzim di Pekanbaru

Perhitungan Harga Pokok

Produksi Kaca Hias dengan

menggunakan Metode Harga

Pokok Pesanan pada CV

Rimba Mas

Penentuan Harga Pokok

Produksi Aluminium dengan

Metode Harga Pokok Pesanan

pada Irvan Aluminium

Banjarmasin

Penentuan Harga Pokok

Produksi dengan menggunakan

Metode Harga Pokok Pesanan

pada “Asri Furniture” Meubel

Banjarmasin

Perusahaan Konveksi Takzim CV Rimba Mas Irvan Aluminium

Banjarmasin

“Asri Furniture” Meubel

Banjarmasin

Permasalahan Konveksi Takzim menggunakan

prinsip FOB shipping point

sebagai persyaratan penyerahan

barang yang dibeli, namun

perusahaan mencatat seluruh

biaya angkut

kedalam biaya tidak langsung

(overhead). Seharusnya biaya

tersebut diperhitungkan sebagai

harga pokok bahan baku.

CV Rimba Mas tidak

melakukan penggolongan

biaya secara tepat sesuai

dengan konsep akuntansi

biaya dan biaya overhead

pabrik yang tidak

diperhitungkan.

Irvan Aluminium belum

melaksanakan perhitungan

Harga Pokok Produksi yang

menerapkan konsep akuntansi

biaya, selama ini hanya

melakukan perhitungan harga

jual saja.

“Asri Furniture” Meubel

Banjarmasin belum melakukan

pengelompokan biaya produksi

dengan jelas. Terdapat unsur

biaya bahan penolong yang

dimasukkan dalam biaya bahan

baku.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Biaya

36

Lanjutan

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui

bagaimanakah penentuan harga

pokok produksi yang diterapkan

dengan metode harga pokok

pesanan (job order costing) pada

Konveksi Takzim di Pekanbaru,

tepatnya dijalan H.R Soebrantas

Km 10, Purwodadi ruko No 5.

Untuk mengetahui

perhitungan Harga Pokok

Produksi dengan

menggunakan metode

pesanan terhadap produk

Kaca Hias Sand Blasting,

Painting, Grafir, Patri

Kuningan, dan Inlay per unit

sesuai dengan konsep

akuntansi biaya pada CV

Rimba Mas.

Untuk mengetahui

perhitungan harga pokok

produksi dengan

menggunakan metode

pesanan pada Usaha Irvan

Alumunium yang sesuai

dengan konsep akuntansi

biaya.

1. Untuk mengetahui

penggolongan biaya produksi

berdasarkan konsep Akuntansi

Biaya.

2. Untuk mengetahui

perhitungan Harga Pokok

Produksi Pesanan dengan

menggunakan metode Full

costing pada “Asri Furniture”

Meubel Banjarmasin yang sesuai

dengan konsep akuntansi biaya.

Metode Penelitian Harga Pokok dengan Metode

Harga Pokok Pesanan

Harga Pokok dengan Metode

Harga Pokok Pesanan

Harga Pokok dengan Metode

Harga Pokok Pesanan

Harga Pokok dengan Metode

Harga Pokok Pesanan Full

Costing

Hasil Penelitian Perhitungan Harga Pokok yang

sesuai dengan standart akuntansi

yang berlaku lebih besar di

bandingkan dengan Harga

Pokok Produksi Perusahaan.

Perhitungan Harga Pokok

Produksi menurut penulis

lebih besar dibandingkan

dengan perhitungan

perusahaan.

Perhitungan Harga Pokok

Produksi menurut Penulis

lebih besar untuk produk

lemari makan, atang kompor,

washtafel, lemari baju, lemari

boneka dan etalase, serta

lebih kecil untuk produk rak

sepatu.

Perhitungan Harga Pokok

Produksi untuk produk kitchen

set, partisi dinding kaca, dan

plafon menurut penulis lebih

besar. Sedangkan untuk produk

rak partisi 2 sisi, rak display

sepatu, meja counter, dan baby

box menurut penulis lebih kecil.

Sumber: diolah oleh Heriyansyah (2013), Yasir Hadiani (2015), Gusti Nur Maida Ajizah (2016), dan Afni Dwi Ramadhayanti (2017).