BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep...

32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Sutuart & Sudeen, 1998). Konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri (Burns, 1993). Konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik pribadi, motifasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan, (Cawagas, 1993). Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita, menyangkut gambaran fisik psikologis yang menyangkut kemenarikan dan ketidakmenarikan diri dan pentingnya bagian-bagian tubuh yang berbeda yang ada pada dirinya. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-faktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian

yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain (Sutuart & Sudeen, 1998). Konsep diri

adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri (Burns,

1993). Konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi

fisik, karakteristik pribadi, motifasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan,

(Cawagas, 1993).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita, menyangkut

gambaran fisik psikologis yang menyangkut kemenarikan dan

ketidakmenarikan diri dan pentingnya bagian-bagian tubuh yang berbeda

yang ada pada dirinya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-faktor tersebut terdiri dari

teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang

terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri).

a. Teori Perkembangan

Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara

bertahap sejak lahir sampai mulai mengenal dan membedakan dirinya

dengan orang lain. Dalam melakukan kegiatan memiliki batasan diri

yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan

eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan

tubuh, nama pangilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal,

kemampuan pada area tertentu yang dinilai pada diri sendiri atau

masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

b. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)

Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman

dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu

dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan

orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat,

remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh

orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya

dan sosialisasi.

c. Self Perception (persepsi diri sendiri)

Persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaianya, serta

persepsi individu terhadap pengalamanya akan situasi tertentu. Konsep

diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif.

Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku

individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih

efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan

intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang

negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.

3. Pembagian Konsep Diri

Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian konsep diri

tersebut dikemukakan oleh Stuart & Sudeen (1991), yang terdiri dari :

a. Gambaran Diri (body image)

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara

sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang

ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa

lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman

baru setiap individu (Stuart & Sudeen, 1991).

Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima

stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan

mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat, 1992).

Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara individu

memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek

psikologisnya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya menerima dan

mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari

rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).

b. Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus

berprilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal

tertentu (Stuart & Sudeen, 1991).

Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang

dipengaruhi orang yang penting pada idrinya yang memberikan

keuntungan dan harapan pada masa remaja, ideal diri akan dibentuk

melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Agar individu

mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri

dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi,

tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong

dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992).

c. Harga Diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart &

Sudeen, 1991).

Frekuensi tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau

harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga

diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek

utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat,

1992).

d. Peran

Peran adalah sikap dan prilaku nilai serta tujuan yang diharapkan

dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Keliat, 1992).

Peran yang ditetapkan adalah perran dimana seseorang tidak punya

pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau

dipilih oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi

merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan

ideal diri (Keliat, 1992).

e. Identitas

Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari

observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep

diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart & Sudeen, 1991).

Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan

memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari

perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri.

Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas

diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan

perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis

kelamin (Keliat, 1992).

B. Gambaran Diri

Menurut Honigman dan Castle (dalam Melliana, 2006), gambaran diri

adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya,

bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang

dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas

bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa

yang dipikirkan dan dirasakan belum tentu benar-benar mempresentasikan

keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang

subyektif.

Konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri oleh individu

yang bersangkutan. Aspek utama dalam konsep diri adalah citra raga yaitu

suatu kesadaran individu dan penerimaan terhadap physical self. Citra raga

dikembangkan selama hidup melalui pola interaksi dengan orang lain.

Perkembangan citra raga tergantung pada hubungan sosial dan merupakan

proses yang panjang dan sering kali tidak menyenangkan, karena citra raga

yang selalu diproyeksikan tidak selalu positif. Citra raga pada umumnya

berhubungan dengan remaja wanita dan pria, remaja wanita cenderung untuk

memperhatikan penampilan fisik (Mappire, 1982).

Menurut Suryanie (2005), perubahan-perubahan fisik yang dialami oleh

remaja putra menghasilkan suatu persepsi yang berubah-ubah dalam citra raga

dan secara khas menunjukan kearah penolakan terhadap physical self. Hal-hal

yang menyebabkan remaja putra tidak menerima physical selfnya misalnya :

tinggi badan, kemasakkan fisik, jerawat. Remaja putra sangat peka terhadap

penampilan dirinya dan merenung perihal bagaimana wajahnya, apakah orang

lain menyukai wajahnya serta selalu menggambarkan dan mengembangkan

seperti apa tubuhnya dan apa yang diinginkan dari tubuhnya.

Apabila remaja putra dapat mengalami dan menerima segala pengalaman

yang selaras dengan struktur self, individu akan lebih mudah memahami orang

lain, menerima orang lain sebagai individu dan memiliki adjustment yang

sehat. Sebaliknya, bila pengalaman kehidupan yang dialami ditolak karena

tidak sesuai dengan struktur selfnya akan diamati sebagai ancaman.

Selanjutnya struktur selfnya akan mempertahankan diri yang menyimpang,

mempertahankan gambaran diri yang palsu, dan mengakibatkan pribadi

menjadi maladjustment (Kurniati, 2004).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

gambaran diri adalah pemikiran atau konsep tentang fisik berupa penilaian diri

yang subyektif, evaluasi terhadap diri berdasarkan bagaimana penilaian orang

lain terhadap dirinya, dimana berfungsi sebagai bentuk kontrol sosial. Selain

itu termasuk didalamnya kesadaran individu dan bagaimana penerimaan

terhadap physical self, yang kemudian akan mendatangkan perasaan senang

atau tidak senang terhadap tubuhnya, sehingga mempengaruhi proses berfikir,

perasaan, keinginan nilai maupun prilakunya. Gambaran diri selalu berubah-

ubah karena selalu dikembangkan selama hidup melalui pola interaksi dengan

orang lain.

Menurut Melliana (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi Gambaran

diri antara lain :

1. Self esteem (harga diri)

Gambaran diri mengacu pada gambaran seseorang tentang tubuhnya

yang dibentuk dalam pikiranya, yang lebih banyak dipengaruhi oleh self

esteem individu itu sendiri, daripada penilaian orang lain tentang

kemenarikan fisik yang sesungguhnya dimiliki, serta dipengaruhi pula oleh

keyakinan dan sikapnya terhadap tubuh sebagaimana gambaran ideal dalam

masyarakat.

2. Perbandingan dengan orang lain

Gambaran tubuh ini secara umum dibentuk dari perbandingan yang

dilakukan seseorang atas fisiknya sendiri dengan standar yang dikenal oleh

lingkungan social dan budayanya. Salah satu penyebab kesenjangan antara

citra tubuh ideal dengan kenyataan tubuh yang nyata sering kali dipicu oleh

media massa yang banyak menampilkan fitur dengan tubuh yang dinilai

sempurna, sehingga terdapat kesenjangan dan menciptakan persepsi akan

penghayatan tubuhnya yang tidak atau kurang ideal. Konsekuensinya adalah

individu sulit menerima bentuk tubuhnya.

3. Bersifat Dinamis

Gambaran tubuh bukanlah konsep yang bersifat statis atau menetap

seterusnya, melainkan mengalami perubahan terus menerus, sensitive

terhadap perubahan suasana hati (mood), lingkungan dan pengalaman fisik

individual dalam merespon suatu peristiwa kehidupan.

4. Proses Pembelajaran

Gambaran tubuh merupakan hal yang dipelajari, proses pembelajaran

citra tubuh ini sering kali dibentuk lebih banyak oleh orang lain diluar

individu sendiri, yaitu keluarga dan masyarakat, yang terjadi sejak dini

ketika masih kanak-kanak dalam lingkungan keluarga, khususnya cara

orang tua mendidik anak dan diantara kawan-kawan pergaulanya. Tetapi

proses belajar dalam keluarga dan pergaulan ini sesungguhnya hanyalah

mencerminkan apa yang dipelajari dan diharapkan secara budaya. Proses

sosialisasi yang dimulai sejak usia dini, bahwa bentuk tubuh yang langsing

dan proposional adalah yang diharapkan lingkungan, akan membuat

individu sejak dini mengalami ketidakpuasan apabila tubuhnya tidak sesuai

dengan yang diharapkan oleh lingkungan, terutama orang tua.

C. Masa Remaja

1. Definisi Remaja

Remaja dalam arti adolescence (inggris) berasal dari bahasa latin

adolscere yang artinya tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock,

1980). Masa ini merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan

dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai

tercapainya kematangan. Salzman (Yusuf, 2001), mengemukakan bahwa

remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence)

terhadap orang tua kearah kemandirian (independence), minat-minat

seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-

isu moral. Menurut Konapa ( dalam Yusuf, 2001), masa remaja meliputi (a)

remaja awal: 12-15 tahun: (b) remaja madya: 15-18 tahun, dan (c) remaja

akhir: 19-22 tahun.

Menurut Jamaludin (2001), remaja adalah fase perkembangan alami.

Seorang remaja tidak akan menghadapi krisis apapun selama perkembangan

tersebut, berjalan secara wajar dan alami, sesuai dengan kecenderungan-

kecenderungan si remaja yang bersifat emosional dan sosial. beberapa

penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa

peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai

dengan adanya perubahan fisik, kognitif, dan psikologis serta masa dimana

terjadi suatu perubahan yang memberikan tantangan individu untuk dapat

menyesuaikan dirinya dengan lingkunganya.

2. Ciri-ciri Remaja

Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang

kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan

dengan periode sebelum dan sesudahnya (Hurlock, 1987). Ciri-ciri tersebut

meliputi :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan

cepatnya perkembangan mental, terutama pada awal masa remaja. Semua

perkembangan itu menimbulkan perlunya membentuk sikap, nilai dan

minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Status individu tidaklah jelas dan keraguan akan peran yang harus

dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan

orang dewasa. Dilain pihak, status remaja yang tidak jelas juga

menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba

gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat

yang paling sesuai bagi dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Ada empat perubahan yang sama yang hamper bersifat unifersal.

Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat

perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh,

minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, menimbulkan

masalah baru. Ketiga, dengan berubahnya minat dan perilaku, maka

nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada kanak-kanak dianggap penting.

Sekarang hampir dewasa tidak penting lagi. Keempat, sebagian besar

remaja bersikap ragu terhadap setiap perubahan, mereka mengiginkan

dan menuntut kebebasan tapi mereka sering takut bertanggung jawab

akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat

mengatasi tanggung jawab tersebut.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya

menurut cara yang mereka yakini, maka banyak remaja akhirnya

menemukan bahwa penyelesaianya tidak selalu sesuai dengan harapan

mereka.

e. Masa remaja sebagai masa menjadi identitas

Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak

lagi puas dengan menjadi sama dengan teman-temanya dalam segala hal,

seperti sebelumnya. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk

menjelaskan siapa dirinya, apa perananya dan sebagainya.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagai mana yang ia

inginkan dan bukan sebagaimana adanya.

g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja

menjadi gelisah untuk meninggalkan steriotip dulu dan memberikan

kesan bahwa mereka sudah hamper dewasa. Oleh karena itu, remaja

mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status

dewasa dan manganggap akan memberikan citra yang mereka inginkan.

3. Menurut Zulkifli (1992), menyebutkan beberapa karakteristik remaja, yaitu

sebagai berikut : (Anonim, 2009)

a. Pertumbuhan fisik

Perkembangan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih

cepat dibandingkan masa anak-anak dan dewasa.

b. Perkembangan seksual

Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya :

alat reproduksi, ia mengalami mimpi yang pertama, yang tanpa sadar

mengeluarkan sperma.

c. Cara berfikir kasualitas

Menyangkut hubungan sebab akibat, usia remaja sudah dapat

berfikir kritis, sehingga ia akan melawan orang tua, guru, lingkungan

yang menganggapnya masih sebagai anak kecil.

d. Emosi yang meluap-luap

Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubunganya dengan

keadaan hormon. Suatu saat ia bisa sedih sekali, dilain waktu ia bisa

marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka

daripada pikiran realistis.

e. Mulai tertarik kepada lawan jenis

Kehidupan sosial remaja, mereka tertarik kepada lawan jenisnya

dan mulai berpacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti,

kemudian melarangnya, akan menimbulkan masalah dan remaja akan

bersikap tertutup kepada orang tuanya.

4. Tugas Perkembangan Remaja

Havinghurst (dalam Dariyo, 2004) Menyatakan terdapat lima tugas

perkembangan yang harus dilalui pada seorang remaja, yaitu :

a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-psikologis

Diketahui bahwa perubahan fisiologis yang dialami oleh individu,

mempengaruhi pola perilakunya. Disatu sisi, ia harus dapat memenuhi

kebutuhan dorongan biologis, namun bila dipenuhi hal itu pasti akan

melanggar norma-norma sosial. Padahal dari penampilan fisik, remaja

sudah seperti orang dewasa. Dengan demikian, dirinya dituntun untuk

dapat menyesuaikan diri dangan baik.

b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita

Pergaulan dengan lawan jenis ini sebagai suatu hal yang sangat

penting, karena dianggap sebagai upaya untuk mempersiapkan diri guna

memasuki kehidupan pernikahan nanti.

c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang

dewasa lainya ketika sudah menginjak dewasa, individu memiliki

hubungan pergaulan yang lebih luas dibandingkan dengan masa kanak-

kanak sebelumnya. Hal ini menunjukan bahwa individu tidak lagi

bergantung pada orang tua. Bahkan mereka menghabiskan sebagian besar

waktunya untuk bergaul bersama teman-temanya dibandingkan dengan

keluarganya.

5. Sifat-sifat Remaja

Menurut Mukhtar (2001), sifat seorang remaja dapat terbagi menjadi

lima, yaitu sebagai berikut :

a. Menemukan pribadi

Seorang remaja mulai menyadari akan kemampuanya, menyadari

kelebihan dan kekuranganya sendiri. Mulai dapat menempatkan diri

ditengah masyarakat dengan jalan menyesuaikan diri, tetapi tidak

tenggelam di dalam masyarakat.

b. Menemukan Cita-citanya

Suatu tahapaan dimana seorang remaja yang telah mampu

menemukan kelebihanya, dapat dipergunakan semaksimal mungkin

untuk menggapai cita-citanya.

c. Menggariskan jalan hidup

Pentingnya konsistenitas dari pribadi seorang remaja, setelah

mereka mengumpulkan segala kekuatanya untuk tercapainya tujuan.

d. Bertanggung jawab

Seorang remaja tidak hanya berani dan bisa untuk berbuat sesuatu

akan tetapi merekapun harus bertanggung jawab terhadap hal-hal yang

telah mereka lakukan.

e. Menghimpun norma-norma sendiri

Norma-norma atau nilai-nilai yang dihimpun tersebut menjadi satu.

Sarana atau senjata untuk melindungi dirinya demi keselamatanya selama

berusaha untuk mencapai cita-citanya.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja

Menurut pandangan Gunarsa (2003), bahwa secara umum ada dua

faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja, yaitu :

a. Faktor Endogen (nature)

Teori ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik maupun

psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu yang

diturunkan oleh orang tuanya, misalnya postur tubuh, bakat atau minat,

kecerdasan serta kepribadian.

b. Faktor Exogen (narture)

Pandangan ini menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan

individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar individu itu

sendiri. Faktor ini diantaranya berupa lingkungan fisik dan lingkungan

sosial. Lingkungan fisik seperti sarana fasilitas, letak geografis dan

lingkungan. Sedangkan lingkungan sosial ialah lingkungan dimana

seseorang mengadakan interaksi dengan individu atau sekelompok

individu di dalamnya. Lingkungan sosial ini seperti keluarga, tetangga,

teman, lembaga kesehatan dan sebagainya.

7. Definisi Pubertas

Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada kematangan fisik

yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama

masa remaja awal (John W. Santrock, 2003). Karekteristik pubertas pada

anak laki-laki berkembang dengan urutan sebagai berikut : pertambahan

ukuran penis dan testikel, pertumbuhan rambut yang masih lurus di daerah

kemaluan, sedikit perubahan suara, ejakulasi pertama (biasanya melalui

mimpi basah atau masturbasi), rambut kemaluan tumbuh menjadi ikal,

mulai masa pertumbuhan maksimum, pertumbuhan rambut ketiak,

perubahan suara semakin jelas dan mulai tumbuh rambut dibagian wajah.

Tiga hal yang paling jelas tampak mengenai kematangan seksual adalah

bertambah panjangnya penis, membesarnya testis dan tumbuhnya rambut

wajah. Rentang usia normal dan rata-rata mengenai perkembangan

karakteristik seksual tersebut, bersama dengan lonjakan tinggi badan (John

W. Santrock, 2003).

8. Perubahan fisik pada masa pubertas

Selama pertumbuhan pesat saat masa puber, terjadi empat

perubahan fisik penting pada anak dewasa (Hurlock, 1980).

a. Perubahan ukuran tubuh

Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubahan

ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Bagi anak laki-laki,

permulaan periode pertumbuhan pesat tinggi tumbuh dimulai rata-rata

pada usia 12,8 tahun dan berakhir rata-rata 15,3 tahun, dengan puncaknya

pada 14 tahun. Bagi anak laki-laki, pertambahan berat maksimum terjadi

setahun atau dua tahun setelah anak perempuan dan mencapai puncaknya

pada usia enam belas tahun.

b. Perubahan proporsi tubuh

Perubahan fisik pokok yang kedua adalah proporsi tubuh.

Daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil sekarang

menjadi terlampau besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari

daerah-daerah tubuh lain. Hal ini tampak jelas pada hidung, kaki dan

tangan. Baru pada akhir masa remaja seluruh daerah tubuh akan

mencapai ukuran dewasa.

c. Ciri-ciri seks primer

Perubahan fisik ketiga adalah pertumbuhan dan perkembangan

ciri-ciri seks primer, yaitu organ-organ seks. Pada pria, gonad atau testis,

yang terletak di skrotum, atau sac, diluar tubuh, pada umur 14 tahun baru

sekitar 10% dari ukuran matang, kemudian terjadi perubahan pesat

selama 1 atau 2 tahun, setelah itu pertumbuhan menurun, testis sudah

berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Segera setelah

pertumbuhan pesat testis terjadi, maka pertumbuhan penis meningkat

pesat, yang mula-mula meningkat adalah panjangnya, kemudian disertai

berangsur-angsur dengan besarnya. Kalau fungsi organ-organ pria sudah

matang, maka biasanya anak laki-laki mulai terjadi basah malam.

d. Ciri-ciri seks sekunder

Perubahan fisik keempat adalah perkembangan ciri-ciri

sekunder. Ciri-ciri seks yang penting pada laki-laki :

1). Rambut : Rambut kemaluan timbul sekitar setahun setelah testis dan

penis mulai membesar. Rambut ketiak dan rambut di wajah

timbul kalau pertumbuhan rambut kemaluan hampir selesai,

demikian pula rambut tubuh. Pada mulanya rambut yang

tumbuh hanya sedikit, halus dan warnanya terang,

kemudian menjadi gelap, lebih kasar, lebih subur dan

keriting.

2). Kulit : Kulit menjadi lebih kasar, tedak jernih, warnanya pucat dan

pori-pori meluas.

3). Kelenjar : Kelenjar lemak atau yang memproduksi lemak dalam kulit

semakin membesar dan menjadi lebih aktif, sehingga

dapat timbul jerawat.Kelenjar keringat pada ketiak mulai

berfungsi dan keringat bertambah banyak dengan

berjalanya masa puber.

4). Otot : Otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi bentuk

pada lengan, tungkai kaki dan bahu.

5). Suara : Suara berubah setelah rambut kemaluan timbul. Mula-mula

suara menjadi serak dan kemudian tinggi suara menurun,

volumenya meningkat dan mencapai pada yang lebih enak.

Suara yang pecah sering terjadi kalau kematanganya berjalan

pesat.

6). Benjolan dada : Benjolan-benjolan kecil disekitar kelenjar supria

mulai timbul sekitar umur 12 dan 14 tahun. Ini

berlangsung beberapa minggu dan kemudian

menurun baik jumlahnya maupun besarnya.

D. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan ini terjadi melalui panca indra manusia. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya

tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2003).

Tingkatan pengetahuan adalah :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat ini adalah

mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan

yang paling rendah. Kasta kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek

atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi riil. Aplikasi disini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dengan

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil

penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan

masalah dari kasus kesehatan yang diberikan.

d. Analisis (analysia)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih

didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya

satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

ini berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan criteria-kriteria yang sudah ada.

Berdasarkan Sudarminta. J. (2002) cit marlina (2002),

menyatakan bahwa dalam perkembangan pengetahuan, ada hal-hal

yang mendasar yang memungkinkan terjadinya pengetahuan. Hal-hal

tersebut adalah ingatan, kesaksian, minat, rasa ingin tahu, pikiran

dan penalaran, logika, bahasa dan kebutuhan manusia.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) :

a). Tingkat pendidikan

Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal

yang sangat pokok. Sudah barang tentu tingkat pendidikan dapat

menghasilkan suatu perubahan dalam pengetahuan orang tua.

b). Informasi

Dengan kurangnya informasi tentang cara mencapai hidup

sehat, cara pemelihara kesehatan, cara menghindari penyakit dan

akan menurunkan tingkat pengetahuan orang tua tentang hal

tersebut.

c). Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang, karena informasi baru akan disaring kira-kira sesuai

tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

d). Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur, dengan tingkat

pendidikan seseorang, maksudnya pendidikan yang tinggi

pengalaman akan lebih luas sedangkan umur semakin bertambah.

2.Sikap

a. Sikap

Banyak teori yang mendefinisikan sikap antara lain adalah

sikap seseorang adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan

terhadap rangsang lingkungan yang dapat memulai atau

membimbing tingkah laku orang tersebut. Secara definitive sikap

berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan berfikir yang disiapkan untuk

memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang di organisasikan

melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak

langsung pada praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2003).

Sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Sikap dikatakan sebagai respon yang hanya timbul bila individu

dihadapkan pada suatu stimulus. Sikap seseorang terhadap sesuatu

obyek adalah perasaan mendukung attau memihak (favorable)

maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavorable) pada obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003)

Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana

seseorang bereaksi dengan rangsang yang diterimanya, jika sikap

mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri

terhadap obyek tertentu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan

kesediaan untuk bereaksi dari orang terhadap obyek (Mar,at, 1984).

Sikap merupakan persiapan untuk bereaksi terhadap obyek

dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.

New Comb (Notoatmodjo, 2003), salah seorang ahli

psikologi social mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan

motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas

akan tetapi merupakan predisposisi tindak suatu prilaku, sikap itu

masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka

atau tingkah laku yang terbuka, sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap obyek-obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap obyek.

b. Tingkatan Sikap

Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan (Notoatmodjo, 2003) :

1). Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (obyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan, misalnya sikap anak

dalam masa pubertas yang mau menerima perubahan fisiknya dan

tidak mempengaruhi gambaran dirinya.

2). Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Karena itu suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan

atau mengerjakan tugas yang diberikan itu benar atau salah,

berarti orang menerima ide tersebut.

3). Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi bersikap.

4). Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut

Azwar (1998) antara lain :

1). Pengalaman pribadi

Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi

penghayatan dalam stimulus sosial, tanggapan akan menjadi salah

satu dasar dalam pembentukan sikap, untuk dapat memiliki

tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki

pengamatan yang berkaitan dengan obyek psikologis. Menurut

Breckler dan Winggis (Azwar, 1998) bahwa sikap yang diperoleh

lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung

terhadap prilaku berikutnya. Pengaruh langsung tersebut dapat

berupa predisposisi perilaku yang akan direalisasikan hanya

apabila kondisi dan situasi memungkinkan.

2). Orang lain

Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang disesuaikan

atau sejalan dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap

berpengaruh antara lain adalah orang tua, teman dekat, teman

sebaya.

3). Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup akan mempengaruhi

pembentukan sikap seseorang.

4). Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti

televise, radio, surat kabar mempunyai pengaruh yang cukup

besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.

Dalam membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarah pada opini yang kemudian dapat mengakibatkan

adanya landasan kognisi sehingga mampu membentuk sikap.

5). Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan

keduanya meletakkan dasar dan pengertian dan konsep moral

dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk antara

sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari

pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaranya.

6). Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan

dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk

sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat

merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu, begitu

frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap lebih

persisten dan bertahan lama (Mar,at, 1984).

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan

untuk terwujudnya agar sikap menjadi suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain harus didukung dengan fasilitas, sikap

yang positif. Disamping fasilitas menurut teori Lawrence Green

(Purwanto, 1997) untuk mempengaruhi prilaku diperlukan factor

pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya

atau tidak fasilitas atau sarana kesehatan juga diperlukan faktor

dukungan dari pihak lain.

3. Perilaku

Terbentuknya perilaku baru terutama pada remaja dimulai pada

domain kognitif (pengetahuan) dalam arti subjek tahu terlebih dulu

terhadap stimulus yang berupa objek diluarnya, sehingga menimbulkan

pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan

respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui.

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan sebagai suatu

respon organisme atau seorang terhadap rangsangan (stimulasi) dari

luar objek tersebut. Respon terbentuk dua macam yaitu respon pasif dan

aktif. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri

manusia dan secara tidak langsung dapat terlihat oleh orang lain.

Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara

langsung.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan

sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan

yang masih bersifat terselubung dan sering disebut convert behavior

(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan dan sikap merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya perilaku.

E. Gambaran diri dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap

Gambaran diri dipengaruhi pengetahuan karena seorang remaja

dengan pengetahuan yang minimal khususya tentang perubahan fisik pada

masa puber ia akan tampak takut, cemas dan malu. mengenai perubahan

yang dialaminya. Sarwono (2003), menyatakan bahwa perubahan fisik

mempengaruhi perkembangan jiwa remaja, karena sering kali akibat

perubahan-perubahan fisik menimbulkan perasaan tidak puas pada diri

remaja terhadap penampilan fisik. Ketidakpuasan terhadap tubuh

menunjukan gambaran diri yang rendah, yang menjadi salah satu penyebab

timbulnya konsep diri yang kurang baik dan berkurangnya harga diri selama

masa remaja (Hurlock, 1973).

Remaja merupakan penilai yang penting terhadap tubuhnya. Reaksi

remaja terhadap perubahan tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan dan dari

sifat pribadinya. Namun remaja sendirilah yang menentukan gambaran

dirinya. Dalam perkembangan mental yang dialami seseorang dalam

membentuk konsep fisik tentang dirinya dipengaruhi oleh gambaran yang

aktual dibanding dengan harapan atau gambaran ideal. Apabila seorang

remaja menyadari dirinya tidak mungkin mencapai sifat ideal akan timbul

perasaan kurang. Seringkali keadaan seperti ini membuat mereka tidak dapat

menerima keadaan fisiknya seperti apa adanya, sehingga gambaran dirinya

menjadi rendah (Menurut Noles and Travis, 1992).

Gambaran diri mempengaruhi sikap dan prilaku karena pada saat anak

remaja mengalami perubahan fisik pada masa pubertas, ada bagian tubuh

tertentu yang mereka rasa kurang sempurna dibandingkan teman-teman

lainya, sehingga membuat mereka menjadi kurang percaya diri dan merasa

cemas serta malu. Semakin sedikit pengertian yang diterima anak puber dari

orang tua, guru-guru dan teman-teman maka semakin besar harapan-harapan

sosial pada periode ini, semakin besar akibat psikologis dari perubahan-

perubahan fisik (Hurlock, 1980).

F. Kerangka Teori

Perubahan fisik pada masa

Pubertas

Perubahan ukuran tubuh: Faktor pengetahuan

- Tinggi badan dan sikap :

- Berat badan - tingkat pendidikan

Perubahan proporsi tubuh: - pengalaman

- Daerah tubuh yang tadinya - lembaga pendidikan

Kecil menjadi besar - orang lain

Ciri-ciri seks primer :

- Pertumbuhan testis meningkat

Ciri-ciri seks sekunder : Gambaran Diri

- Rambut kemaluan timbul Remaja

- Kulit lebih kasar

- keringat bertambah banyak

- Otot besar dan kuat faktor yang mempengaruhi

- Perubahan suara gambaran diri :

- Timbul jerawat - Self esteem

- perbandingan dengan orang lain

- bersifat dinamis

-proses pembelajaran

( Modifikasi : Hurlock, 1980. Notoatmodjo, 2003. Azwar, 1998. Meliana, 2006 )

Gambar 1 : Kerangka Teori

G. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variadel Terikat

Pengetahuan dan sikap tentang perubahan

Fisik pada masa pubertas Gambaran Diri Remaja

Gambar 2. Kerangka Konsep

. H. Variabel penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau menyebabkan tergantung. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah Pengetahuan dan Sikap Tentang Perubahan Fisik Pada

Masa Pubertas.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau tergantung adalah variabel yang dipengaruhi

atau diakibatkan oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah Gambaran Diri Remaja.

I. Hipotesis

1. Ada hubungan antara pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa

pubertas dengan gambaran diri remaja putra SLTP Negeri 29 Semarang.

2. Ada hubungan antara sikap tentang perubahan fisik pada masa pubertas

dengan gambaran diri remaja putra SLTP Negeri 29 Semarang.