BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep...
-
Upload
truongquynh -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Sutuart & Sudeen, 1998). Konsep diri
adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri (Burns,
1993). Konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi
fisik, karakteristik pribadi, motifasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan,
(Cawagas, 1993).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita, menyangkut
gambaran fisik psikologis yang menyangkut kemenarikan dan
ketidakmenarikan diri dan pentingnya bagian-bagian tubuh yang berbeda
yang ada pada dirinya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-faktor tersebut terdiri dari
teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang
terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri).
a. Teori Perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara
bertahap sejak lahir sampai mulai mengenal dan membedakan dirinya
dengan orang lain. Dalam melakukan kegiatan memiliki batasan diri
yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan
eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan
tubuh, nama pangilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal,
kemampuan pada area tertentu yang dinilai pada diri sendiri atau
masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
b. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman
dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu
dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan
orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat,
remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh
orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya
dan sosialisasi.
c. Self Perception (persepsi diri sendiri)
Persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaianya, serta
persepsi individu terhadap pengalamanya akan situasi tertentu. Konsep
diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif.
Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku
individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih
efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan
intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang
negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.
3. Pembagian Konsep Diri
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian konsep diri
tersebut dikemukakan oleh Stuart & Sudeen (1991), yang terdiri dari :
a. Gambaran Diri (body image)
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang
ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa
lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman
baru setiap individu (Stuart & Sudeen, 1991).
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima
stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan
mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat, 1992).
Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara individu
memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologisnya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya menerima dan
mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari
rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berprilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal
tertentu (Stuart & Sudeen, 1991).
Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang
dipengaruhi orang yang penting pada idrinya yang memberikan
keuntungan dan harapan pada masa remaja, ideal diri akan dibentuk
melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Agar individu
mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri
dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi,
tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong
dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992).
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart &
Sudeen, 1991).
Frekuensi tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau
harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga
diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek
utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat,
1992).
d. Peran
Peran adalah sikap dan prilaku nilai serta tujuan yang diharapkan
dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Keliat, 1992).
Peran yang ditetapkan adalah perran dimana seseorang tidak punya
pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau
dipilih oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi
merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan
ideal diri (Keliat, 1992).
e. Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep
diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart & Sudeen, 1991).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan
memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari
perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri.
Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas
diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan
perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis
kelamin (Keliat, 1992).
B. Gambaran Diri
Menurut Honigman dan Castle (dalam Melliana, 2006), gambaran diri
adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya,
bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang
dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas
bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa
yang dipikirkan dan dirasakan belum tentu benar-benar mempresentasikan
keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang
subyektif.
Konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri oleh individu
yang bersangkutan. Aspek utama dalam konsep diri adalah citra raga yaitu
suatu kesadaran individu dan penerimaan terhadap physical self. Citra raga
dikembangkan selama hidup melalui pola interaksi dengan orang lain.
Perkembangan citra raga tergantung pada hubungan sosial dan merupakan
proses yang panjang dan sering kali tidak menyenangkan, karena citra raga
yang selalu diproyeksikan tidak selalu positif. Citra raga pada umumnya
berhubungan dengan remaja wanita dan pria, remaja wanita cenderung untuk
memperhatikan penampilan fisik (Mappire, 1982).
Menurut Suryanie (2005), perubahan-perubahan fisik yang dialami oleh
remaja putra menghasilkan suatu persepsi yang berubah-ubah dalam citra raga
dan secara khas menunjukan kearah penolakan terhadap physical self. Hal-hal
yang menyebabkan remaja putra tidak menerima physical selfnya misalnya :
tinggi badan, kemasakkan fisik, jerawat. Remaja putra sangat peka terhadap
penampilan dirinya dan merenung perihal bagaimana wajahnya, apakah orang
lain menyukai wajahnya serta selalu menggambarkan dan mengembangkan
seperti apa tubuhnya dan apa yang diinginkan dari tubuhnya.
Apabila remaja putra dapat mengalami dan menerima segala pengalaman
yang selaras dengan struktur self, individu akan lebih mudah memahami orang
lain, menerima orang lain sebagai individu dan memiliki adjustment yang
sehat. Sebaliknya, bila pengalaman kehidupan yang dialami ditolak karena
tidak sesuai dengan struktur selfnya akan diamati sebagai ancaman.
Selanjutnya struktur selfnya akan mempertahankan diri yang menyimpang,
mempertahankan gambaran diri yang palsu, dan mengakibatkan pribadi
menjadi maladjustment (Kurniati, 2004).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
gambaran diri adalah pemikiran atau konsep tentang fisik berupa penilaian diri
yang subyektif, evaluasi terhadap diri berdasarkan bagaimana penilaian orang
lain terhadap dirinya, dimana berfungsi sebagai bentuk kontrol sosial. Selain
itu termasuk didalamnya kesadaran individu dan bagaimana penerimaan
terhadap physical self, yang kemudian akan mendatangkan perasaan senang
atau tidak senang terhadap tubuhnya, sehingga mempengaruhi proses berfikir,
perasaan, keinginan nilai maupun prilakunya. Gambaran diri selalu berubah-
ubah karena selalu dikembangkan selama hidup melalui pola interaksi dengan
orang lain.
Menurut Melliana (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi Gambaran
diri antara lain :
1. Self esteem (harga diri)
Gambaran diri mengacu pada gambaran seseorang tentang tubuhnya
yang dibentuk dalam pikiranya, yang lebih banyak dipengaruhi oleh self
esteem individu itu sendiri, daripada penilaian orang lain tentang
kemenarikan fisik yang sesungguhnya dimiliki, serta dipengaruhi pula oleh
keyakinan dan sikapnya terhadap tubuh sebagaimana gambaran ideal dalam
masyarakat.
2. Perbandingan dengan orang lain
Gambaran tubuh ini secara umum dibentuk dari perbandingan yang
dilakukan seseorang atas fisiknya sendiri dengan standar yang dikenal oleh
lingkungan social dan budayanya. Salah satu penyebab kesenjangan antara
citra tubuh ideal dengan kenyataan tubuh yang nyata sering kali dipicu oleh
media massa yang banyak menampilkan fitur dengan tubuh yang dinilai
sempurna, sehingga terdapat kesenjangan dan menciptakan persepsi akan
penghayatan tubuhnya yang tidak atau kurang ideal. Konsekuensinya adalah
individu sulit menerima bentuk tubuhnya.
3. Bersifat Dinamis
Gambaran tubuh bukanlah konsep yang bersifat statis atau menetap
seterusnya, melainkan mengalami perubahan terus menerus, sensitive
terhadap perubahan suasana hati (mood), lingkungan dan pengalaman fisik
individual dalam merespon suatu peristiwa kehidupan.
4. Proses Pembelajaran
Gambaran tubuh merupakan hal yang dipelajari, proses pembelajaran
citra tubuh ini sering kali dibentuk lebih banyak oleh orang lain diluar
individu sendiri, yaitu keluarga dan masyarakat, yang terjadi sejak dini
ketika masih kanak-kanak dalam lingkungan keluarga, khususnya cara
orang tua mendidik anak dan diantara kawan-kawan pergaulanya. Tetapi
proses belajar dalam keluarga dan pergaulan ini sesungguhnya hanyalah
mencerminkan apa yang dipelajari dan diharapkan secara budaya. Proses
sosialisasi yang dimulai sejak usia dini, bahwa bentuk tubuh yang langsing
dan proposional adalah yang diharapkan lingkungan, akan membuat
individu sejak dini mengalami ketidakpuasan apabila tubuhnya tidak sesuai
dengan yang diharapkan oleh lingkungan, terutama orang tua.
C. Masa Remaja
1. Definisi Remaja
Remaja dalam arti adolescence (inggris) berasal dari bahasa latin
adolscere yang artinya tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock,
1980). Masa ini merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan
dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai
tercapainya kematangan. Salzman (Yusuf, 2001), mengemukakan bahwa
remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence)
terhadap orang tua kearah kemandirian (independence), minat-minat
seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-
isu moral. Menurut Konapa ( dalam Yusuf, 2001), masa remaja meliputi (a)
remaja awal: 12-15 tahun: (b) remaja madya: 15-18 tahun, dan (c) remaja
akhir: 19-22 tahun.
Menurut Jamaludin (2001), remaja adalah fase perkembangan alami.
Seorang remaja tidak akan menghadapi krisis apapun selama perkembangan
tersebut, berjalan secara wajar dan alami, sesuai dengan kecenderungan-
kecenderungan si remaja yang bersifat emosional dan sosial. beberapa
penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai
dengan adanya perubahan fisik, kognitif, dan psikologis serta masa dimana
terjadi suatu perubahan yang memberikan tantangan individu untuk dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkunganya.
2. Ciri-ciri Remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang
kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan
dengan periode sebelum dan sesudahnya (Hurlock, 1987). Ciri-ciri tersebut
meliputi :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan
cepatnya perkembangan mental, terutama pada awal masa remaja. Semua
perkembangan itu menimbulkan perlunya membentuk sikap, nilai dan
minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Status individu tidaklah jelas dan keraguan akan peran yang harus
dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan
orang dewasa. Dilain pihak, status remaja yang tidak jelas juga
menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat
yang paling sesuai bagi dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Ada empat perubahan yang sama yang hamper bersifat unifersal.
Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh,
minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, menimbulkan
masalah baru. Ketiga, dengan berubahnya minat dan perilaku, maka
nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada kanak-kanak dianggap penting.
Sekarang hampir dewasa tidak penting lagi. Keempat, sebagian besar
remaja bersikap ragu terhadap setiap perubahan, mereka mengiginkan
dan menuntut kebebasan tapi mereka sering takut bertanggung jawab
akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat
mengatasi tanggung jawab tersebut.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya
menurut cara yang mereka yakini, maka banyak remaja akhirnya
menemukan bahwa penyelesaianya tidak selalu sesuai dengan harapan
mereka.
e. Masa remaja sebagai masa menjadi identitas
Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak
lagi puas dengan menjadi sama dengan teman-temanya dalam segala hal,
seperti sebelumnya. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
menjelaskan siapa dirinya, apa perananya dan sebagainya.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagai mana yang ia
inginkan dan bukan sebagaimana adanya.
g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja
menjadi gelisah untuk meninggalkan steriotip dulu dan memberikan
kesan bahwa mereka sudah hamper dewasa. Oleh karena itu, remaja
mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status
dewasa dan manganggap akan memberikan citra yang mereka inginkan.
3. Menurut Zulkifli (1992), menyebutkan beberapa karakteristik remaja, yaitu
sebagai berikut : (Anonim, 2009)
a. Pertumbuhan fisik
Perkembangan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih
cepat dibandingkan masa anak-anak dan dewasa.
b. Perkembangan seksual
Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya :
alat reproduksi, ia mengalami mimpi yang pertama, yang tanpa sadar
mengeluarkan sperma.
c. Cara berfikir kasualitas
Menyangkut hubungan sebab akibat, usia remaja sudah dapat
berfikir kritis, sehingga ia akan melawan orang tua, guru, lingkungan
yang menganggapnya masih sebagai anak kecil.
d. Emosi yang meluap-luap
Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubunganya dengan
keadaan hormon. Suatu saat ia bisa sedih sekali, dilain waktu ia bisa
marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka
daripada pikiran realistis.
e. Mulai tertarik kepada lawan jenis
Kehidupan sosial remaja, mereka tertarik kepada lawan jenisnya
dan mulai berpacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti,
kemudian melarangnya, akan menimbulkan masalah dan remaja akan
bersikap tertutup kepada orang tuanya.
4. Tugas Perkembangan Remaja
Havinghurst (dalam Dariyo, 2004) Menyatakan terdapat lima tugas
perkembangan yang harus dilalui pada seorang remaja, yaitu :
a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-psikologis
Diketahui bahwa perubahan fisiologis yang dialami oleh individu,
mempengaruhi pola perilakunya. Disatu sisi, ia harus dapat memenuhi
kebutuhan dorongan biologis, namun bila dipenuhi hal itu pasti akan
melanggar norma-norma sosial. Padahal dari penampilan fisik, remaja
sudah seperti orang dewasa. Dengan demikian, dirinya dituntun untuk
dapat menyesuaikan diri dangan baik.
b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita
Pergaulan dengan lawan jenis ini sebagai suatu hal yang sangat
penting, karena dianggap sebagai upaya untuk mempersiapkan diri guna
memasuki kehidupan pernikahan nanti.
c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainya ketika sudah menginjak dewasa, individu memiliki
hubungan pergaulan yang lebih luas dibandingkan dengan masa kanak-
kanak sebelumnya. Hal ini menunjukan bahwa individu tidak lagi
bergantung pada orang tua. Bahkan mereka menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk bergaul bersama teman-temanya dibandingkan dengan
keluarganya.
5. Sifat-sifat Remaja
Menurut Mukhtar (2001), sifat seorang remaja dapat terbagi menjadi
lima, yaitu sebagai berikut :
a. Menemukan pribadi
Seorang remaja mulai menyadari akan kemampuanya, menyadari
kelebihan dan kekuranganya sendiri. Mulai dapat menempatkan diri
ditengah masyarakat dengan jalan menyesuaikan diri, tetapi tidak
tenggelam di dalam masyarakat.
b. Menemukan Cita-citanya
Suatu tahapaan dimana seorang remaja yang telah mampu
menemukan kelebihanya, dapat dipergunakan semaksimal mungkin
untuk menggapai cita-citanya.
c. Menggariskan jalan hidup
Pentingnya konsistenitas dari pribadi seorang remaja, setelah
mereka mengumpulkan segala kekuatanya untuk tercapainya tujuan.
d. Bertanggung jawab
Seorang remaja tidak hanya berani dan bisa untuk berbuat sesuatu
akan tetapi merekapun harus bertanggung jawab terhadap hal-hal yang
telah mereka lakukan.
e. Menghimpun norma-norma sendiri
Norma-norma atau nilai-nilai yang dihimpun tersebut menjadi satu.
Sarana atau senjata untuk melindungi dirinya demi keselamatanya selama
berusaha untuk mencapai cita-citanya.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja
Menurut pandangan Gunarsa (2003), bahwa secara umum ada dua
faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja, yaitu :
a. Faktor Endogen (nature)
Teori ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik maupun
psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu yang
diturunkan oleh orang tuanya, misalnya postur tubuh, bakat atau minat,
kecerdasan serta kepribadian.
b. Faktor Exogen (narture)
Pandangan ini menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan
individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar individu itu
sendiri. Faktor ini diantaranya berupa lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Lingkungan fisik seperti sarana fasilitas, letak geografis dan
lingkungan. Sedangkan lingkungan sosial ialah lingkungan dimana
seseorang mengadakan interaksi dengan individu atau sekelompok
individu di dalamnya. Lingkungan sosial ini seperti keluarga, tetangga,
teman, lembaga kesehatan dan sebagainya.
7. Definisi Pubertas
Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada kematangan fisik
yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama
masa remaja awal (John W. Santrock, 2003). Karekteristik pubertas pada
anak laki-laki berkembang dengan urutan sebagai berikut : pertambahan
ukuran penis dan testikel, pertumbuhan rambut yang masih lurus di daerah
kemaluan, sedikit perubahan suara, ejakulasi pertama (biasanya melalui
mimpi basah atau masturbasi), rambut kemaluan tumbuh menjadi ikal,
mulai masa pertumbuhan maksimum, pertumbuhan rambut ketiak,
perubahan suara semakin jelas dan mulai tumbuh rambut dibagian wajah.
Tiga hal yang paling jelas tampak mengenai kematangan seksual adalah
bertambah panjangnya penis, membesarnya testis dan tumbuhnya rambut
wajah. Rentang usia normal dan rata-rata mengenai perkembangan
karakteristik seksual tersebut, bersama dengan lonjakan tinggi badan (John
W. Santrock, 2003).
8. Perubahan fisik pada masa pubertas
Selama pertumbuhan pesat saat masa puber, terjadi empat
perubahan fisik penting pada anak dewasa (Hurlock, 1980).
a. Perubahan ukuran tubuh
Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubahan
ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Bagi anak laki-laki,
permulaan periode pertumbuhan pesat tinggi tumbuh dimulai rata-rata
pada usia 12,8 tahun dan berakhir rata-rata 15,3 tahun, dengan puncaknya
pada 14 tahun. Bagi anak laki-laki, pertambahan berat maksimum terjadi
setahun atau dua tahun setelah anak perempuan dan mencapai puncaknya
pada usia enam belas tahun.
b. Perubahan proporsi tubuh
Perubahan fisik pokok yang kedua adalah proporsi tubuh.
Daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil sekarang
menjadi terlampau besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari
daerah-daerah tubuh lain. Hal ini tampak jelas pada hidung, kaki dan
tangan. Baru pada akhir masa remaja seluruh daerah tubuh akan
mencapai ukuran dewasa.
c. Ciri-ciri seks primer
Perubahan fisik ketiga adalah pertumbuhan dan perkembangan
ciri-ciri seks primer, yaitu organ-organ seks. Pada pria, gonad atau testis,
yang terletak di skrotum, atau sac, diluar tubuh, pada umur 14 tahun baru
sekitar 10% dari ukuran matang, kemudian terjadi perubahan pesat
selama 1 atau 2 tahun, setelah itu pertumbuhan menurun, testis sudah
berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Segera setelah
pertumbuhan pesat testis terjadi, maka pertumbuhan penis meningkat
pesat, yang mula-mula meningkat adalah panjangnya, kemudian disertai
berangsur-angsur dengan besarnya. Kalau fungsi organ-organ pria sudah
matang, maka biasanya anak laki-laki mulai terjadi basah malam.
d. Ciri-ciri seks sekunder
Perubahan fisik keempat adalah perkembangan ciri-ciri
sekunder. Ciri-ciri seks yang penting pada laki-laki :
1). Rambut : Rambut kemaluan timbul sekitar setahun setelah testis dan
penis mulai membesar. Rambut ketiak dan rambut di wajah
timbul kalau pertumbuhan rambut kemaluan hampir selesai,
demikian pula rambut tubuh. Pada mulanya rambut yang
tumbuh hanya sedikit, halus dan warnanya terang,
kemudian menjadi gelap, lebih kasar, lebih subur dan
keriting.
2). Kulit : Kulit menjadi lebih kasar, tedak jernih, warnanya pucat dan
pori-pori meluas.
3). Kelenjar : Kelenjar lemak atau yang memproduksi lemak dalam kulit
semakin membesar dan menjadi lebih aktif, sehingga
dapat timbul jerawat.Kelenjar keringat pada ketiak mulai
berfungsi dan keringat bertambah banyak dengan
berjalanya masa puber.
4). Otot : Otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi bentuk
pada lengan, tungkai kaki dan bahu.
5). Suara : Suara berubah setelah rambut kemaluan timbul. Mula-mula
suara menjadi serak dan kemudian tinggi suara menurun,
volumenya meningkat dan mencapai pada yang lebih enak.
Suara yang pecah sering terjadi kalau kematanganya berjalan
pesat.
6). Benjolan dada : Benjolan-benjolan kecil disekitar kelenjar supria
mulai timbul sekitar umur 12 dan 14 tahun. Ini
berlangsung beberapa minggu dan kemudian
menurun baik jumlahnya maupun besarnya.
D. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan ini terjadi melalui panca indra manusia. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya
tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003).
Tingkatan pengetahuan adalah :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat ini adalah
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan
yang paling rendah. Kasta kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi riil. Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dengan
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan
masalah dari kasus kesehatan yang diberikan.
d. Analisis (analysia)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih
didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya
satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
ini berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan criteria-kriteria yang sudah ada.
Berdasarkan Sudarminta. J. (2002) cit marlina (2002),
menyatakan bahwa dalam perkembangan pengetahuan, ada hal-hal
yang mendasar yang memungkinkan terjadinya pengetahuan. Hal-hal
tersebut adalah ingatan, kesaksian, minat, rasa ingin tahu, pikiran
dan penalaran, logika, bahasa dan kebutuhan manusia.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) :
a). Tingkat pendidikan
Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal
yang sangat pokok. Sudah barang tentu tingkat pendidikan dapat
menghasilkan suatu perubahan dalam pengetahuan orang tua.
b). Informasi
Dengan kurangnya informasi tentang cara mencapai hidup
sehat, cara pemelihara kesehatan, cara menghindari penyakit dan
akan menurunkan tingkat pengetahuan orang tua tentang hal
tersebut.
c). Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang, karena informasi baru akan disaring kira-kira sesuai
tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.
d). Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur, dengan tingkat
pendidikan seseorang, maksudnya pendidikan yang tinggi
pengalaman akan lebih luas sedangkan umur semakin bertambah.
2.Sikap
a. Sikap
Banyak teori yang mendefinisikan sikap antara lain adalah
sikap seseorang adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan
terhadap rangsang lingkungan yang dapat memulai atau
membimbing tingkah laku orang tersebut. Secara definitive sikap
berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan berfikir yang disiapkan untuk
memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang di organisasikan
melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak
langsung pada praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2003).
Sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap dikatakan sebagai respon yang hanya timbul bila individu
dihadapkan pada suatu stimulus. Sikap seseorang terhadap sesuatu
obyek adalah perasaan mendukung attau memihak (favorable)
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
(unfavorable) pada obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003)
Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana
seseorang bereaksi dengan rangsang yang diterimanya, jika sikap
mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri
terhadap obyek tertentu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan
kesediaan untuk bereaksi dari orang terhadap obyek (Mar,at, 1984).
Sikap merupakan persiapan untuk bereaksi terhadap obyek
dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.
New Comb (Notoatmodjo, 2003), salah seorang ahli
psikologi social mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan
motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas
akan tetapi merupakan predisposisi tindak suatu prilaku, sikap itu
masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka
atau tingkah laku yang terbuka, sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap obyek-obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap obyek.
b. Tingkatan Sikap
Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan (Notoatmodjo, 2003) :
1). Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (obyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan, misalnya sikap anak
dalam masa pubertas yang mau menerima perubahan fisiknya dan
tidak mempengaruhi gambaran dirinya.
2). Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Karena itu suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan itu benar atau salah,
berarti orang menerima ide tersebut.
3). Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi bersikap.
4). Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut
Azwar (1998) antara lain :
1). Pengalaman pribadi
Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi
penghayatan dalam stimulus sosial, tanggapan akan menjadi salah
satu dasar dalam pembentukan sikap, untuk dapat memiliki
tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki
pengamatan yang berkaitan dengan obyek psikologis. Menurut
Breckler dan Winggis (Azwar, 1998) bahwa sikap yang diperoleh
lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung
terhadap prilaku berikutnya. Pengaruh langsung tersebut dapat
berupa predisposisi perilaku yang akan direalisasikan hanya
apabila kondisi dan situasi memungkinkan.
2). Orang lain
Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang disesuaikan
atau sejalan dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap
berpengaruh antara lain adalah orang tua, teman dekat, teman
sebaya.
3). Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup akan mempengaruhi
pembentukan sikap seseorang.
4). Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti
televise, radio, surat kabar mempunyai pengaruh yang cukup
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.
Dalam membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarah pada opini yang kemudian dapat mengakibatkan
adanya landasan kognisi sehingga mampu membentuk sikap.
5). Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan
keduanya meletakkan dasar dan pengertian dan konsep moral
dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk antara
sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari
pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaranya.
6). Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan
dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk
sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat
merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu, begitu
frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap lebih
persisten dan bertahan lama (Mar,at, 1984).
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan
untuk terwujudnya agar sikap menjadi suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain harus didukung dengan fasilitas, sikap
yang positif. Disamping fasilitas menurut teori Lawrence Green
(Purwanto, 1997) untuk mempengaruhi prilaku diperlukan factor
pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya
atau tidak fasilitas atau sarana kesehatan juga diperlukan faktor
dukungan dari pihak lain.
3. Perilaku
Terbentuknya perilaku baru terutama pada remaja dimulai pada
domain kognitif (pengetahuan) dalam arti subjek tahu terlebih dulu
terhadap stimulus yang berupa objek diluarnya, sehingga menimbulkan
pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan
respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui.
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan sebagai suatu
respon organisme atau seorang terhadap rangsangan (stimulasi) dari
luar objek tersebut. Respon terbentuk dua macam yaitu respon pasif dan
aktif. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri
manusia dan secara tidak langsung dapat terlihat oleh orang lain.
Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan
sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan
yang masih bersifat terselubung dan sering disebut convert behavior
(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan dan sikap merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya perilaku.
E. Gambaran diri dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap
Gambaran diri dipengaruhi pengetahuan karena seorang remaja
dengan pengetahuan yang minimal khususya tentang perubahan fisik pada
masa puber ia akan tampak takut, cemas dan malu. mengenai perubahan
yang dialaminya. Sarwono (2003), menyatakan bahwa perubahan fisik
mempengaruhi perkembangan jiwa remaja, karena sering kali akibat
perubahan-perubahan fisik menimbulkan perasaan tidak puas pada diri
remaja terhadap penampilan fisik. Ketidakpuasan terhadap tubuh
menunjukan gambaran diri yang rendah, yang menjadi salah satu penyebab
timbulnya konsep diri yang kurang baik dan berkurangnya harga diri selama
masa remaja (Hurlock, 1973).
Remaja merupakan penilai yang penting terhadap tubuhnya. Reaksi
remaja terhadap perubahan tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan dan dari
sifat pribadinya. Namun remaja sendirilah yang menentukan gambaran
dirinya. Dalam perkembangan mental yang dialami seseorang dalam
membentuk konsep fisik tentang dirinya dipengaruhi oleh gambaran yang
aktual dibanding dengan harapan atau gambaran ideal. Apabila seorang
remaja menyadari dirinya tidak mungkin mencapai sifat ideal akan timbul
perasaan kurang. Seringkali keadaan seperti ini membuat mereka tidak dapat
menerima keadaan fisiknya seperti apa adanya, sehingga gambaran dirinya
menjadi rendah (Menurut Noles and Travis, 1992).
Gambaran diri mempengaruhi sikap dan prilaku karena pada saat anak
remaja mengalami perubahan fisik pada masa pubertas, ada bagian tubuh
tertentu yang mereka rasa kurang sempurna dibandingkan teman-teman
lainya, sehingga membuat mereka menjadi kurang percaya diri dan merasa
cemas serta malu. Semakin sedikit pengertian yang diterima anak puber dari
orang tua, guru-guru dan teman-teman maka semakin besar harapan-harapan
sosial pada periode ini, semakin besar akibat psikologis dari perubahan-
perubahan fisik (Hurlock, 1980).
F. Kerangka Teori
Perubahan fisik pada masa
Pubertas
Perubahan ukuran tubuh: Faktor pengetahuan
- Tinggi badan dan sikap :
- Berat badan - tingkat pendidikan
Perubahan proporsi tubuh: - pengalaman
- Daerah tubuh yang tadinya - lembaga pendidikan
Kecil menjadi besar - orang lain
Ciri-ciri seks primer :
- Pertumbuhan testis meningkat
Ciri-ciri seks sekunder : Gambaran Diri
- Rambut kemaluan timbul Remaja
- Kulit lebih kasar
- keringat bertambah banyak
- Otot besar dan kuat faktor yang mempengaruhi
- Perubahan suara gambaran diri :
- Timbul jerawat - Self esteem
- perbandingan dengan orang lain
- bersifat dinamis
-proses pembelajaran
( Modifikasi : Hurlock, 1980. Notoatmodjo, 2003. Azwar, 1998. Meliana, 2006 )
Gambar 1 : Kerangka Teori
G. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variadel Terikat
Pengetahuan dan sikap tentang perubahan
Fisik pada masa pubertas Gambaran Diri Remaja
Gambar 2. Kerangka Konsep
. H. Variabel penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau menyebabkan tergantung. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah Pengetahuan dan Sikap Tentang Perubahan Fisik Pada
Masa Pubertas.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau tergantung adalah variabel yang dipengaruhi
atau diakibatkan oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Gambaran Diri Remaja.