BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu...

22
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu Lintas 1. Pengertian Kelelahan Kerja Kelelahan merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh tenaga kerja. Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya penurunan efisiensi serta ketahanan kerja (Salami, dkk. 2016). Sedangkan menurut Prawirakusumah (2009) kelelahan kerja merupakan keadaan tubuh baik fisik maupun mental yang merujuk pada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. kelelahan kerja adalah menunjukan keadaan yang berbeda-beda tetapi semuanya berkaitan kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan umum (Wijiya dan Setyawati dalam Kurniawati & Solikah 2012). Kelelahan kerja adalah kondisi tubuh individu atau karyawan yang mengalami perasaan kelelahan selama atau setelah bekerja sehingga dapat menurunkan kinerja dan produktivitas karyawan (Sholihah & Fauzia, 2013). Selain itu, kelelahan kerja juga bisa diartikan sebagai suatu mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, 2004). Kelelahan kerja menurut Friedl (dalam Etikariena, 2014) adalah sebagai kondisi menurunya kemampuan untuk menampilkan perfoma pada manusia yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk melanjutkan koping terhadap tekanan psikologis. Kelelahan kerja adalah respon total individu yang

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu Lintas

1. Pengertian Kelelahan Kerja

Kelelahan merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh tenaga

kerja. Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya penurunan efisiensi

serta ketahanan kerja (Salami, dkk. 2016). Sedangkan menurut Prawirakusumah

(2009) kelelahan kerja merupakan keadaan tubuh baik fisik maupun mental yang

merujuk pada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk

bekerja. kelelahan kerja adalah menunjukan keadaan yang berbeda-beda tetapi

semuanya berkaitan kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan umum

(Wijiya dan Setyawati dalam Kurniawati & Solikah 2012). Kelelahan kerja adalah

kondisi tubuh individu atau karyawan yang mengalami perasaan kelelahan selama

atau setelah bekerja sehingga dapat menurunkan kinerja dan produktivitas

karyawan (Sholihah & Fauzia, 2013). Selain itu, kelelahan kerja juga bisa diartikan

sebagai suatu mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut

sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Tarwaka, Bakri & Sudiajeng, 2004).

Kelelahan kerja menurut Friedl (dalam Etikariena, 2014) adalah sebagai kondisi

menurunya kemampuan untuk menampilkan perfoma pada manusia yang

disebabkan oleh ketidakmampuan untuk melanjutkan koping terhadap tekanan

psikologis. Kelelahan kerja adalah respon total individu yang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

14

dialami dalam jangka waktu tertentu dan cenderung menurunkan prestasi dan

motivasi pekerja (Solikah, Suwandi, & Indriani, 2016). Kelelahan juga sering

diartikan sebagai menurunya performa kerja dan berkurangnya kekuatan atau

ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan

(Wignjosoebroto, dalam Sartono, Martaferry & Winaresmi, 2013). Dari pendapat

para ahli di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kelelahan kerja adalah gejala

yang ditandai adanya penurunan efesiensi serta ketahan kerja.

2. Aspek - aspek kelelahan kerja

Kelelahan kerja yang terjadi pada pekerja bisa dilihat dari beberapa gejala

yang ditunjukan. Menurut Salami, dkk. (2016) ada enam gejala kelelahan yaitu:

a. Perasaan subyektif (seperti keletihan, pusing rasa tidak suka untuk bekerja)

Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan merasa pusing dan merasa lelah

di seluruh badan. Hal ini disebabkan karena ketika kita dalam keadaan lelah

maka suplai oksigen ke otot akan mengalami penurunan sehingga akan terjadi

proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi energi dan asam

laktat. Asam laktat bersama air kemudian menumpuk di otot sehingga

menjadikan otot bengkak dan akan sulit berkontraksi. Hal tersebut akan

menimbulkan gejala rasa lelah (Maharja, 2015).

b. Berpikir lambat Ketika pekerjaan mengalami kelelahan kerja maka dapat

berakibat menurunnya perhatian dan sukar berfikir. Hal ini dapat menghambat

kegiatan kerja yang dapat menurunkan efesiensi yang bisa berakibatkan pada

kecelakaan kerja ( Prawirakusumah, 2009).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

15

c. Kewaspadaan berkurang kelelahan kerja dapat mengakibatkan penurunan

kewaspadaan, konsetrasi dan ketelitian pada saat bekerja sehingga akan

menyababkan terjadi kecelakaan saat bekerja (Prawirakusumah, 2009).

d. Persepsi yang lambat dan buruk tidak bisa berkosentrasi dan tidak dapat

memfokuskan perhatian terhadap suatu hal muncul ketika pekerja yang akan

mengalami kelelahan (Prawirakusumah, 2009).

e. Enggan untuk bekerja Secara umum kelelahan keja dapat mengakibatkan

penurunan produktivitas. Hal ini dikarena ketika pekerja mengalami kelelahan

kerja maka dapat berakibat pada menurunnya keinginan atau dorongan untuk

bekerja, hal ini bisa berdampak pada menurunkan tingkat produktivitas kerja

(Prawirakusumah, 2009).

f. Penuruan kinerja fisik dan mental Pekerja yang mengalami kelelahan kerja

identik dengan penurunan kinerja fisik atau bisa dikatakan mengalami kelelahan

otot. Kelelahan otot ini disebabkan karena perubahan kimia yang terjadi

mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris keotak

bermasalah yang mengakibatkan berkurangnya frekuensi potensial pada sel

syaraf menjadi berkurang. Berkurang frekuensi tersebut akan menurunkan

kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan

menjadi lambat. Demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukan

semakin lelah kondisi otot seseorang (Trawaka, Bakri & Sudiajeng, 2004).

Sedang Menurut Munchisky (dalam Kusumaningrum & Soetedja, 2003) ada

beberapa tanda seorang pekerja mengalami kelelahan. Dari beberapa tanda

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

16

kelelahan tersebut, kemudian dikelompokan ke dalam empat aspek kelelahan kerja,

yaitu:

a. Kelelahan otot atau Muscular fatique Kelelahan otot adalah disebabkan oleh

aktivitas yang membutuhkan tenaga fisik yang banyak dan berlangsung lama.

Tipe ini berhubungan dengan perubahan biokimia tubuh dan dirasakan individu

dalam bentuk sakit yang akut pada otot. Kelelahan ini dapat dikurangi dengan

mendesain prosedur kerja baru yang melindungi individu dari pekerjaan yang

terlalu berat, misalnya dengan mendesain ulang peralatan atau penemuan alat-

alat baru serta melakukan sikap kerja yang lebih efisien.

b. Kelelahan mental atau Mental fatique berhubungan dengan aktivitas kerja yang

monoton. Kelelahan ini dapat membuat individu kehilangan kendali akan pikiran

dan perasaan, individu menjadi kurang ramah dalam berinteraksi dengan orang

lain, pikiran dan perasaan yang seharusnya ditekan karena dapat menimbulkan

konflik dengan individu lain menjadi lebih mudah diungkapkan. Kelelahan ini

diatasi dengan mendesain ulang pekerjaan sehingga membuat karyawan lebih

bersemangat dan tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan.

c. Kelelahan emosional atau Emisional fatique dihasilkan dari stres yang hebat dan

umumnya ditandai dengan kebosanan. Kelelahan ini berasal dari faktor-faktor

luar di tempat kerja, perusahaan dapat mengatasi kelelahan ini dengan

memberikan pelayanan konseling bagi karyawan agar kelelahan emosional yang

dirasakan karyawan dapat teratasi dan performansi kerja karyawan meningkat.

d. Kelelahan kecakapan (keahlian) atau skill fatique suatu kelelahan yang

diakibatkan oleh berkurang perhatian karyawan pada tugas-tugas yang diberikan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

17

seperti tugas pilot atau pengontrol lalu lintas udara. Pada kelelahan tipe ini

standar akurasi dan penampilan kerja menurun secara progresif. Penurunan ini

diperkirakan menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan mobil dan pesawat

terbang, sehingga karyawan harus selalu diawasi dan diupayakan agar terhindar

dari kelelahan ini dengan pemberian waktu istirahat yang cukup.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aspek kelelahan

kerja terdiri atas perasaan subyektif (seperti keletihan, pusing, rasa tidak suka

untuk bekerja), berpikir lambat, kewaspadaan berkurang, persepsi lambat dan

buruk, Enggan untuk bekerja, penurunan kinerja fisik dan mental, melemahnya

kegiatan, melemahnya motivasi dan kelelahan fisik akibat keadaan umum.

Penulis memilih aspek dari Salami, dkk. (2016) yaitu perasaan subyektif

(seperti keletihan, pusing, rasa tidak suka untuk bekerja), Berpikir lambat,

kewaspadaan berkurang, persepsi lambat dan buruk, Enggan untuk bekerja,

penurunan kinerja fisik dan mental. Peneliti memilih aspek dari Salami, dkk.

(2016) sebagai dasar teori penyusun alat ukur. Petimbangan ini dikarenakan

paparan aspek yang dibuat tentang kelelahan kerja lebih detail sehingga sesuai

dengan tujuan penelitian. Hal tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat

kelelahan kerja pada anggota polisi lalu lintas Kabaputen Sleman.

3. Faktor-Faktor Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja yang dialami seorang pekerja di latar belakangi oleh beberapa

faktor. Faktor-faktor tersebut kemudian terakumlasi dalam, tubuh, kemudian

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

18

menyebabkan perasaan lelah pada pekerja. Menurut Atiqoh, dkk. (2014) ada dua

penyebab seorang pekerja mengalami kelelahan kerja. Antara lain:

a. Faktor internal

Secara umum faktor internal yang berasal dari indvidu, yaitu: Usia, jenis

kelamin, status gizi.

a) Usia

Usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang yang

berakibatkan pada kelelahan. Salah satu indikator dari kapasitas kerja adalah

kekuatan otot seseorang. Semakin tua usia seseorang, maka semakin menurun

kekuatan ototnya. Kekuatan otot dapat dipengaruhi oleh umur kan

berakibatkan pada kemampuan fisik tenaga kerja untuk melakukan

pekerjaanya. Laki-laki maupun perempuan pada umur sekitar 20 tahun

merupakan puncak dari kekuatan otot seseorang, dan pada umur sekitar 50-

60 tahun kekuatan otot melalui menurun sekitar 15-25% ( Setyawati, 2010).

b) Jenis kelamin

Perpedaan secara fisik antara jenis kelamin wanita dan laki-laki terletak pada

ukuran tubuh dan kekuatan ototnya. Kekuatan otot wanita relatif kurang jika

dengan dibandingkan kekuatan otot laki-laki. Kekuatan otot akan

mempengaruhi kemampuan kerja seseorang yang merupakan penentu dari

terjadinya kelelahan. Permasalahan wanita lebih komplek dibandingkan laki-

laki, salah satunya adalah haid. Wanita yang sedang mengalami haid

cenderung cepet lelah dibandingan wanita yang tidak mengalami haid

(Prawirakusumah, 2009).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

19

c) Status gizi

Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang pekerja

dengan status gizi yang baik akan memiliki ketahahan tubuh dan kapasitas

kerja yang lebih baik, sedangkan seorang pekerja dengan status gizi yang

tidak baik akan meiliki ketahanan tubuh dan kapasitas kerja yang tidak baik

(Budiono, 2003)

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar, yaitu: sikap kerja,

beban kerja, tekanan panas, penerangan, kebisingan.

1) Sikap kerja

Hasil perbandingan antara kerja otot statis dan dinamis pada kondisi yang

hampir sama, dihasilkan bahwa kerja oto statis mempunyai konsumsi energi

lebih baik, denyut nadi meningkat, dan diperlukan waktu istirahat yang lebih

lama (Atiqoh, dkk. 2014)

2) Beban kerja

Semakin meningkat beban kerja, maka konsumsi oksigen akan meningkat

secara proporsional sampai didapat kondisi maksimumnya. Beban kerja

yang lebih tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik,

disebabkan oleh kandungan oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu

proses aerobik. Akibatnya adalah manifestasi rasa lelah yang ditandai

dengan meningkatrnya kandungan asam laktat (Nurmianto dalam Adrian,

Subhan, 2004). Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam

hubungannya dengan beban kerja. Bahkan banyak juga ditemukan kasus

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

20

kelelahan kerja di mana hal itu adalah sebagai akibat dari beban kerja yang

berlebihan (Budiono, 2003).

3) Tekanan panas

Faktor lingkungan pekerjaan merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya kelelahan pada pekerja. Salah satu faktor lingkungan di tempat

kerja adalah tekanan panas. Jika pekerja terpapar panas akan organ tubuh

akan bekerja lebih keras untuk mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh,

sehingga beban fisik yang diterima pekerja akan lebih besar dan pekerja akan

mengalami kelelahan yang lebih cepat (Prawirakusumah, 2009)

4) Penerangan

Kondisi kerja dengan intensitas penerangan kurang pada umumnya tenaga

kerja berupaya untuk dapat melihat pekerjaan dengan sebaik-baiknya dapat

mengakibatkan ketegangan mata, terjadi ketegangan otot dan saraf yang

dapat menimbulkan kelelahan mata, kelelahan mental, sakit kepala,

penurunan konsentrasi dan kecepatan berpikir, demikian juga kemampuan

intelektual juga mengalami penurunan. Penyebaran cahaya yang berlebihan

dapat menyebabkan kesilauan yang mengakibatkan retina mata terlalu peka

terhadap cahaya yang berlebih sehingga timbul kelelahan (Setyawati, 2010).

5) Kebisingan

Kebisingan merupakan faktor yang menyebabkan kelelahan kerja. Semakin

tinggi intensitas kebisingan maka harus diperhatikan kelelahannya karena

mempengaruhi kinerja dari kapasitas fisik seseorang. Pengendalian untuk

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

21

mengurangi kelelahan pekerja yaitu dengan diberlakukannya rotasi kerja dan

penggunaan alat pelindung telinga (Prawirakusumah, 2009).

Menurut Prawirakusumah (2009). Faktor penyebab kelelahan kerja, yaitu:

a. Keadaan lingkungan kerja adalah lingkungan kerja dimana pekerja melakukan

pekerjaannya dengan suasana lingkungan yang berbeda-beda pada sehari-

harinya. Lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu lingkungan kerja fisik

adalah semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja yang akan

mempengaruhi pengawai baik secara langsung mau pun tidak langsung.

Sedangkan lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi dan

berkaitan dengan hubungan kerja baik dengan atasan, sesama rekan kerja, atau

dengan bawahan untuk membangun hubungan interpersonal dan menjalin

komunikasi yang akrab dengan sesama rekan kerja (sedarmayani, 2009).

b. Intesitas dan lama kerja mental fisik adalah yang tidak sejalan dengan kehendak

tenaga kerja yang bersangkutan. maka akan terjadi hasil pekerjaan yang tidak

maksimal.

c. Keadaan monoton adalah keadaan dimana berkurangnya aktivitas tubuh yang

terjadi selama bekerja berulang-ulang dengan ruang kerja yang sempit. Hal ini

kurang mendapat perhatian sehingga menyebabkan kantuk, kelelahan, dan

penurunan adaptasi serta responsif. Semua ini bisa hilang ketika adanya

perubahan aktivitas kerja.

d. Tidak jelasnya tanggung jawab adalah merupakan kesadaran manusia akan

tingkah laku atau perbuatan baik yang disengaja maupun yang tidak di sengaja.

Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

22

kewajiban. Apabila seseorang tidak bertanggung jawab dalam pekerjaannya atau

tidak jelasnya tanggung jawab yang dibebankan kepadanya maka tidak akan

jelas dalam menyesaikan pekerjaannya berakibat merugikan diri sendiri dan

orang lain.

e. Kekhawatir dan konflik batin adalah perasaan yang tidak tenang dalam bekerja

yaitu adanya petentangan antara perasaan, pikiran seseorang yang disebabkan

oleh adanya dua gagasan atau lebih yang betentangan dengan kenyataan

misalnya petentangan dengan sesama antara teman kerja.

f. Kondisi kesehatan tidak fit adalah dalam melakukan pekerjaan ketika badan kita

tidak fit untuk bekerja maka terjadi pada tubuh kita cepet mengalami kelelahan

dalam bekerja, sehingga kita dalam melakukan pekerjaan tidak akan maksimal.

Dari pendapat para ahli di atas bisa disimpulkan bahwa kelelahan kerja

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor internal (usia, jenis kelamin,

status gizi), faktor eksternal (sikap kerja, beban kerja, tekanan panas, penerangan,

kebisingan), monoton, intesitas dan lama kerja, mental dan fisik, keadaan

lingkungan, tidak jelas tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik batin, dan

kondisi kesehatan yang tidak fit sehingga cepat lelah. Berdasarkan beberpa teori di

atas, peneliti memilih faktor kelelahan kerja yang dikemukakan oleh Atiqoh, dkk.

(2014) yaitu: faktor internal (usia, jenis kelamin, status gizi), faktor eksternal (sikap

kerja, beban kerja, tekanan panas, penerangan, kebisingan) yang dipilih oleh

peneliti. Faktor beban kerja yang akan dijadikan fokus dalam penelitian ini. Peneliti

memilih faktor beban kerja karena ada pengaruh dan hubungan langsung terhadap

pekerja (Rahmawati, 2006). Peneliti memilih beban kerja karena menjadi faktor

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

23

dominan penyebab terjadinya kelelahan kerja dan sejalan dengan kondisi yang ada

pada subjek.

B. Persepsi terhadap Beban Kerja

1. Pengertian Persepsi terhadap Beban kerja

Menurut Robin (2003) mengatakan bahwa persepsi merupakan kesan yang

diperoleh individu melalui panca indra kemudian di analisa (diorganisir),

diinterpretasikan dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh

makna. Persepsi adalah proses yang diguanakan untuk mengetahui dan memahami

sesuatu (Baron & Byrne, 2004). Sedangkan menurut Walgito (2010)

mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu proses yang diterima oleh stimulus oleh alat indra, proses ini

juga disebut sebagai proses sensoris. Namum proses tidak berhenti, melainkan

stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya disebut sebagai proses persepsi.

Moskowitz dan Orgel (dalam Walgito, 2010) persepsi merupakan proses yang

integrated sehingga apa yang ada di dalam diri individu seperti perasaan,

pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek lain yang ada dalam

diri individu akan ikut berperan dalam proses tersebut. Branca (dalam Walgito,

2010) persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus

yang diindrakannya sehingga merupakan suatu yang berarti, dan merupakan respon

yang integrated dalam diri individu.

Alat indra merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya

(Branca, Woodworth dan Marquis, dalam Walgito 2010). Dengan persepsi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

24

seseorang akan menyadari tentang keadaan sekitar dan juga keadaan diri (Davidoff,

dalam Walgito, 2010). Proses persepsi merupakan proses yang bersifat individual,

hal ini dikarenakan perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman

individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi

mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lainnya (Davidoff dan

Rogers dalam Walgito, 2010).

Menurut Tarwaka (2004) beban kerja merupakan suatu yang muncul dari

interaksi antara tuntutan tugas-tugas lingkungan kerja dimana digunakan sebagai

tempat kerja, keterampilan dan persepsi dari pekerjaan. Munandar (2012)

mengungkapkan bahwa beban kerja adalah suatu kondisi dari pekerjaan dengan

uraian tugasnya yang harus diselesaikan pada batas waktu tertentu. Menurut

Haryanti (dalam Zukarnaen, 2015) beban kerja merupakan jumlah kegiatan yang

harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang selama periode waktu

tertentu dalam keadaan normal. Senada dengan pendapat di atas Maslach,

Schaufeli, & Leiter (2001) mengungkapkan kelebihan beban kerja terjadi akibat

ketidaksesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya.

Moekijat (2004) berpendapat bahwa beban kerja adalah sejumlah pekerjaan

yang harus diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu yang

dapat dilihat dari sudut pandang obyektif dan subyektif. Secara obyektif beban kerja

berarti keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan

sedangkan beban kerja secara subyektif adalah persepsi seseorang terhadap suatu

pekerjaan berkaitan dengan tuntutan kerja, tekanan pekerjaan tersebut dan kepuasan

kerja.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

25

Beban kerja yang dimaksud dibagi kedalam dua kategori antara lain beban

kerja secara kuantitatif dan beban kerja secara kualitatif. Beban kerja secara

kuantitatif yaitu timbul karena tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit berdasarkan

intensitas jumlahnya, sedangkan beban kerja kualitatif jika pekerja merasa tidak

mampu melakukan tugas atau tugas tidak menggunakan ketrampilan atau potensi

dari pekerja. Pengertian beban kerja yang terakhir yang dipakai oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah pengertian beban kerja menurut Hart dan Staveland (dalam

Tawarka 2010) yang mengemukakan bahwa beban kerja merupakan suatu kondisi

yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas pekerjaan, keterampilan, dan

persepsi dari pekerja.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap

beban kerja adalah penilaian yang dilakukan individu berdasarkan informasi yang

diterima melalui panca indra terhadap sesuatu yang muncul dari interaksi antara

tuntutan tugas-tugas lingkungan kerja di mana digunakan sebagai tempat kerja,

keterampilan dan persepsi dari pekerjaan.

2. Aspek-aspek beban kerja

Menurut Harry, dkk (dalam Tarwaka, 2011) menjelaskan ada tiga aspek

beban kerja meliputi beban waktu, beban mental, dan beban psikologis.

a. Beban waktu, yaitu yang menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam

perencanaan, pelaksanaan dan monitoring tugas.(beban waktu rendah, beban

waktu sedang, beban waktu tinggi)

b. Beban mental adalah menduga atau memperkirakan seberapa banyak usaha

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

26

mental dalam perencanaan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu

tugas.(beban usaha mental rendah, beban usaha metal sedang, beban usaha

mental tinggi)

c. Beban psikologis adalah mengukur jumlah resiko, kebingungan, frustasi yang

berhubungan dengan performansi atau penampilan tugas. (beban tekanan

psikologis rendah, beban tekanan psikologis sedang, beban tekanan psikologis

tinggi).

Sedangkan menurut Hart dan Staveland dalam Tawarka (2010) ada enam

aspek beban kerja meliputi :

a. Physical demand, ialah besarnya aktivitas fisik yang butuhkan dalam melakukan

tugas (contoh: mendorong, menarik, memutar, mengontrol, menjalankan dan

lainnya).

b. Effort, yaitu penilaian yang terkait usaha yang dikeluarkan secara fisik dan

mental yang dibutuhkan untuk mencapai level performansi karyawan.

c. Mental demand, yaitu penilaian yang terkait besarnya aktivitas mental dan

perseptual yang dibutuhkan untuk melihat, mengingat, merasa, dan mencari

pekerjaannya. Pekerjaan tersebut sifatnya mudah atau sulit, sederhana atau

kompleks, dan longgar atau ketat.

d. Temporal demand, yaitu penilaian yang terkait jumlah tekanan yang berkaitan

dengan waktu yang dirasakan selama pekerjaan berlangsung. Pekerjaan tersebut

sifatnya perlahan atau santai atau cepat, dan melelahkan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

27

e. Frustation level, yaitu penilaian yang terkait seberapa tidak aman, putus asa,

tersinggung, terganggu, dibandingkan dengan perasaan aman, puas, nyaman,

dan kepuasan diri yang dirasakan.

f. Performance, yaitu penilaian yang terkait seberapa besar keberhasilan seseorang

di dalam pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil kerja nya.

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aspek pembentukan

beban kerja meliputi beban waktu, beban mental, beban psikologis, physical

demand, effort, mental demand, temporal demand, performance dan frustration

level. Peneliti memilih aspek beban kerja beban kerja, beban mental, beban

psikologis yang dikemukakan oleh Harry, dkk (dalam Tarwaka, 2011) dikarena

aspek yang dibuat lebih detail sehingga memudahkan peneliti dalam pembuatan

intrumen pengumpulan data.

C. Hubungan antara Persepsi terhadap Beban kerja dengan kelelahan

kerja polisi lalu lintas

Robin (2003) mengatakan bahwa persepsi merupakan kesan yang diperoleh

oleh individu melalui panca indra kemduian dianalisa (diorganisir), diinterpretasi

dan kemudian dievaluasi, seingga individu tersebut memperoleh makna. Sedangkan

beban kerja merupakan suatu yang muncul dari interaksi anatara tuntutan tugas-

tugas lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, keterampilan dan

persepsi dari pekerjaan (Tarwaka, 2010). Beban kerja adalah sejumlah kegiatan

yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode

waktu tertentu dalam keadaan normal (Herrianto dalam Rambulangi, 2016). Jadi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

28

bisa dikatakan bahwa persepsi terhadap beban kerja adalah penilaian yang

dilakukan individu berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra

terhadap sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas lingkungan

kerja di mana digunakan sebagai tempat kerja, keterampilan dan persepsi dari

pekerjaan.

Beban kerja dapat dipengaruhi oleh tuntutan tugas atau pekerjaan dalam

organisasi dan lingkungan kerja (Manuaba, 2000). Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan Wati, Wz, dan Haryono (2011) diperoleh hasil bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan kelelahan kerja. Beberapa

penelitian penelitian menunjukan bahwa gangguan kelelahan kerja terkait dengan

beban kerja sering dialami oleh pekerja (Rahmawati, 2016). Setiap pekerjaan

memiliki persepsi sendiri-sendiri terhadap beban kerjanya yang akan ditimbulkan

oleh kondisi kerja tergantung individu mempersepsikannya (Tirtaputra, Tjie &

Salim, 2017). Lebih lanjut lagi dijelaskan oleh Ramadhan dan Nurtjahjanti (2017)

Apa bila karyawan yang memiliki persepsi yang positif terhadap beban kerja, maka

karyawan akan menerima hal tersebut sebagai hal menyenangkan. Perasaan positif

akan memicu tenaga kerja bekerja keras sehingga cenderung menjadi efektif

(Howell & Dipboye dalam Munandar, 2014). Sebaliknya, bila karyawan memiliki

persepsi yang negatif terhadap beban kerjanya, maka karyawan akan menerima hal

tersebut sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Harry, dkk (dalam Tawarka,

2011) menjelaskan ada tiga aspek beban kerja meliputi beban waktu, beban mental

dan beban psikologis.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

29

Hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja dipengaruhi oleh kemampuan

tiap-tiap pekerja yang berbeda walaupun pekerja bekerja ditempat yang sama dan

dengan latar belakang pendidikan yang sama. Kemampuan seseorang yang lain

meskipun pendidikan dan pengalamannya sama dan bekerja pada suatu pekerjaan

yang sama, perbedaan ini disebabkan karena kapasitas orang berbeda-beda yang

menimbulkan kelelahan tersebut (Haryono, 2011). Kelelahan kerja merupakan

keadaan tubuh fisik dan mental yang merujuk pada penurunan daya kerja dan

berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja (Prawirakusumah, 2009). Sedangkan

menurut Salami, dkk. (2016) kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai

adanya penurunan efesiensi serta ketahanan kerja. Lebih lanjut lagi dijelaskan

bahwa gejala kelelahan kerja bisa diklasifikasikan dalam enam gejala kelelahan

yaitu perasaan (seperti keletihan, pusing, rasa tidak suka untuk bekerja), berpikir

lambat, kewaspadaan berkurang, persepsi lambat dan buruk, enggan untuk bekerja,

penurunan kinerja fisik dan mental.

Beban waktu merupakan jumlah waktu yang tersedia dalam perencanaan,

pelaksanaan dan monitoring tugas atau kerja (Harry, dkk dalam Tawarka, 2011).

Beban waktu yang tersedia dalam merencanakan, melaksanakan suatu pekerjaan

berkaitan dengan kelelahan kerja. Apabila beban kerja dipersepsikan sebagai beban

kerja positif oleh pekerja maka beban kerja tersebut akan menjadi suatu hal yang

menyenangkan (Tirtaputra, Tjie dan Salim, 2017). Seperti merencanakan suatu

pekerjaan dengan waktu cukup dalam menyelesaikan tugas pekerjaan, jam istirahat

yang cukup dan mempunyai shift kerja yang teratur. Rasa senang atau gembira akan

membuat seseorang pekerja merasa bergairah, tekun dalam bekerja

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

30

(Prawirakusumah, 2009). Ketika seseorang merasa senang hal tersebut bisa

merangsang otak untuk meningkatkan produktivitas hormon serotonin. Hormon

serotonin berperan dalam mengatur mood seseorang (Wahyuningsih, 2010). Ketika

kebutuhan hormon serotonin dalam tubuh terpenuhi, hal ini bisa membuat seorang

merasa rileks dan tidak cepat lelah.

Sebaliknya apabila beban waktu dipersepsikan negatif oleh pekerja maka

beban waktu tersebut akan menjadi suatu hal yang tidak meyenangkan. Seperti jam

istirahat yang kurang, waktu kerja yang berlebihan, tidak jelas shift kerja dan

berlebihan di luar jam dinas bekerja akan merasa terpaksa untuk bekerja dan hanya

untuk memenuhi dorongan kebutuhan untuk bekerja saja (Maharja, 2015). Hal ini

memicu timbulnya perasaan lelah pada pekerja (Prawirakusumah, 2009). Hal ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan Prasasya (2013) Ketidaksesuai waktu

yang diberikan dalam melaksanakan suatu pekerjaan akan membuat karyawan

menjadi tertekan dan beban kerja menjadi tinggi. Menurut Tarwaka (dalam

Maharja, 2015) apabila beban waktu tidak segera ditangani dan segera beristirahat,

maka akan terjadi akumulasi kelelahan dalam sehari, sehingga dapat berdampak

lebih parah terhadap kesehatan, motivasi kerja menurun, performansi rendah,

kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan, produktivitas kerja rendah,

penyakit akibat kerja, cedera, hal ini bisa membuat pekerja mengalami kelelahan

kerja.

Beban mental merupakan memperkirakan seberapa banyak usaha mental

dalam perencanan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas (Harry, dkk

dalam Tawarka, 2011). Ketika suatu hal yang tidak diinginkan muncul maka

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

31

pekerja akan mengekspresikannya negatif atau perasaan yang tidak sukai.

Akibatnya pekerjaan akan merasa enggan untuk bekerja (Allport, dalam Yuwono,

dkk. 2005). Selain itu, ketika seorang karyawan merasa tidak mampu

menyelesaikan pekerjaan yang diberikan maka tekanan yang dirasakan akan lebih

tinggi. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Rahadi dan Sriyanto

(2013) Terhadap perawat IGD, didapatkan hasil yaitu 62.5 % perawat merasa

terbebani secara mental dengan jadwal kerja yang diterapkan, bentuk dari beban

mental dan fisik yang dirasakan seperti mudah lelah, berkurangnya konsentrasi dan

tekanan saat melakukan penanganan yang bersifat spontan, 62.5 % merasakan

keluhan gangguan pola tidur selama jadwal kerja diterapkan, dan 75 % merasakan

keluhan terhadap kesehatan seperti, sakit kepala, sa kit perut dan anemia, keluhan

ini terjadi terutama setelah bekerja pada shift malam. Beban mental berhubungan

sangat signifikan dengan tingkat kelelahan. Tingkat beban mental yang melebihi

ambang batal normal bisa membuat seorang pekerja merasa tidak semangat dan

enggan untuk bekerja.

Sebaliknya apabila beban mental dipersepsikan positif maka akan muncul

perasaan senang dalam bekerja (Kasmarini, 2012). Seperti pekerjaan mempunyai

tekanan merasa mampu dalam melaksanakan tugasnya, perkerja merasa nyaman

dan merasa mempunyai teman kerja bisa saling membantu. Hal tersebut bisa

meningkatkan motivasi yang membuat pekerjaan semakin bergairah dalam bekerja

dan pada akhirnya akan menigkatkan tingkat produktivitas pekerja

(Prawirakusmah, 2009). Sikap kerja yang positif akan membuat pekerja cenderung

bekerja lebih keras dan lebih efektif. Di sisi lain ketika seorang merasa bersemangat

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

32

hal tersebut bisa merangsang otak untuk memproduksi hormon adrenalin ketika

hormon adrenalin meningkat hal ini bisa meningkatkan kemampuan indra lebih

fokus dengan kata lain hormon adrenalin bisa membuat seseorang merasa

bersemangat dan tidak mudah merasa lelah (Anna, 2015).

Beban psikologi adalah mengukur jumlah resiko, kebingungan, frustasi yang

berhubungan dengan performansi atau penampilan tugas (Harry, dkk dalam

Tawarka, 2011). Resiko pekerjaan yang tinggi, kebingungan terhadap pekerjaan

yang dijalani akan membuat seseorang karyawan menjadi menjadi frustasi. Apabila

beban psikologis dipersepsikan positif oleh pekerjanya maka beban psikologis akan

menjadi menyenangkan. Seperti mempunyai pekerjaan merasa nyaman, pekerjaan

yang sesuai dengan apa yang diinginkan pekerja, mempunyai team work yang baik,

pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan pekerjaan, hubungan atasan dan

bawahan yang baik dan menpunyai intruksi yang jelas dalam melaksanakan tugas.

Hal tersebut bisa memicu timbulnya rasa gembira, suka akan pekerjaannya, pikiran

jernih dan akan lebih konsentrasi dalam bekerja. Hal ini bisa membuat pekerja

merasa bergairah dan tekun dalam bekerja (Prawirakusumah, 2009). Rasa gembira

sangat erat kaitanya dengan hormon serotonin. Hormon serotonin berperan aktif

dalam mengatur mood seseorang hormon serotonin juga bisa membuat seseorang

merasa lebih rilek, oleh karena itu ketika seseorang dalam keadaan tenang rilek hal

tersebut akan menurunkan tingkat kelelahan seseorang (Wahyuningsih, 2010).

Sebaliknya apabila beban psikologis dipersepsikan negatif oleh pekerja maka

akan memicu pekerjaan yang tidak menyenangkan. Seperti pekerja jelas dengan

pekerjaan yang di kerjakan, tuntutan pekerjaan yang berat, tidak merasa nyaman

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

33

lingkungan kerja, pekerjaan yang tidak sesuai target yang di inginkan, resiko

pekerjaan yang cukup tinggi dan intruksi yang tidak jelas dalam pekerjaan. Hal

memicu tekanan kerja yang tinggi atau frustasi dalam bekerja yang berhubungan

dengan kinerja karyawan dan resiko yang tinggi didalam pekerjanya tersebut

(Prasasya, 2014). Hal ini bisa memicu timbulnya perasaan lelah pada pekerjaan dan

mengingkatkan kebutuhan oksigen serta kerja jatung bisa mengakibatkan kelelahan

pada pekerja (prawirakusumah, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wati, Mz, dan Haryono

(2011) diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan signifikan antara kelelahan kerja

dengan beban kerja. Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan

Ahmad (2015), tentang hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja industri keripik melinjo di desa Benda Indramayu. Hasil penelitian Septiana

Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara beban kerja dengan kelelahan kerja.

B. Hipotesis

Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap beban kerja dengan kelelahan

kerja pada polisi lalu lintas Kabupaten Sleman. Apabila beban kerja dipersepsikan

positif maka tingkat kelalahan kerja akan rendah. Sebaliknya apabila beban kerja

dipersepsikan negatif maka tingkat kelelahan pada pekerja akan tinggi.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja pada Polisi Lalu …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4626/3/BAB II.pdf · 2019. 2. 15. · proses anaerob dalam memecahkan glikogen otot menjadi

34