BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1...

22
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan Pertanian Penyuluhan merupakan proses perubahan sosial, ekonomi, dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan, yang terlibat dalam proses pembangunan), demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan (Mardikanto, 2008). Dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2006, penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan merupakan proses perubahan sosial, ekonomi, dan politik untuk

memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar

bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua

stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan, yang terlibat dalam proses

pembangunan), demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan

partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan (Mardikanto, 2008). Dalam

Undang-Undang No. 16 Tahun 2006, penyuluhan pertanian adalah proses

pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mau dan mampu menolong

dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,

permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan

produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan

kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Menurut Van den Ban dan

Hawkins (1999), penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan

komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan

pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

10

Menurut Suhardiyono (1989), penyuluhan merupakan suatu proses pendidikan,

proses demokrasi dan proses yang terus menerus (kontinu), dan Salmon Padmanegara

dalam Suhardiyono (1989) mengatakan penyuluhan pertanian diartikan sebagai

sistem pendidikan di luar sekolah (non formal) untuk para petani dan keluarganya

agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya meningkatkan kesejahteraannya dan

masyarakatnya. Menurut Rogers (1983) dalam Mardikanto (1993), penyuluh

diartikan sebagai seseorang yang atas nama pemerintah atau lembaga penyuluhan

berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan

oleh sasaran penyuluhan untuk mengadopsi inovasi. Penyuluhan adalah suatu proses

penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara petani

dan berusahatani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan

perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan

pembangunan pertanian. Dengan adanya penyuluhan dan bimbingan diharapkan

petani termotivasi selanjutnya mau mempertimbangkan inovasi yang diadopsi, yaitu

(1) secara teknis memungkinkan, (2) secara ekonomi menguntungkan, (3) secara

sosial memungkinkan dan (4) sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah. (Jafar Hafsah,

2009)

2.1.2 Pengertian Penerima Manfaat

Dalam praktek penyuluhan, penerima manfaat (receiver) diperankan oleh para

petani (Beneficaries). Petani adalah pelaku utama agribisnis, baik agribisnis

monokultur maupun polikultur dengan komoditas tanaman pangan, hortikultura,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

11

peternakan, perikanan dan atau perkebunan (Departemen Pertanian, 2002). Dalam

pengertian “penerima manfaat” tersebut, terkandung makna bahwa :

1. Berbeda dengan kedudukanya sebagai “sasaran”, masarakat sebagai penerima

manfaat memiliki kedudukan setara dengan penentu kebijakan, fasilitator dan

pemangku kepentingan pembangunan yang lain.

2. Penerima manfaat bukanlah obyek atau “sasaran tembak” yang layak

dipandang rendah oleh penentu kebijakan dan para fasilitator, melainkan

ditempatkan pada posisi terhormat yang perlu dilayani dan atau difasilitasi

sebagai rekan sekerja dalam mensukseskan pembangunan.

3. Berbeda dengan kedudukanya sebagai “sasaran” yang tidak punya pilihan atau

kesempatan untuk mengkritisi atau menawar setiap pesan/materi yang

disampaikan, selain harus menerima atau menawar setiap pesan/ materi yang

disampaikan, selain harus menerima/ mengikutinya, penerima manfaat

memiliki posisi tawar yang harus dihargai untuk menerima atau menolak

informasi/ inovasi yang disampaikan fasilitatornya.

4. Penerima manfaat tidak berada dalam posisi di bawah penentu kebijakan dan

atau para fasilitator, melainkan dalam kedudukan setara dan bahkan sering

justru lebih tinggi kedudukanya, dalam arti harus lebih didengar dan

diperhatikan oleh fasilitator terkait dengan pesan/ materi dan metoda yang

diterapkan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

12

5. Proses belajar yang berlangsung antara fasilitator dan penerima manfaat

bukanlah bersifat vertikal (fasilitator menggurui penerima manfaatnya),

melainkan proses belajar bersama yang bersifat partisipatif.

2.1.3 Karakteristik Penerima Manfaat

Karakteristik individu adalah bagian dari pribadi dan melekat pada diri

seseorang. Karakteristik ini mendasari tingkah laku seseorang dalam situasi kerja

maupun situasi yang lainnya (Rogers dan Shoemaker, 1971). Karakteristik penerima

manfaat penting untuk diketahui, hal ini sangat berpengaruh terhadap efektivitas

kegiatan penyuluhan terutama kaitanya terhadap pemilihan dan pemantapan : materi,

metoda, waktu, tempat dan perlengkapan yang diperlukan.

Menurut Rogers (1985) karakteristik petani dapat dilihat dari :

1) Karakteristik sosial, yang mencakup : umur, tingkat pendidikan non formal .

2) Karakteristik ekonomi, yang meliputi: kepemilikan, pengalaman usahatani

dan luas lahan.

Umur

Padmowiharjo (1994) mengatakan bahwa umur bukan merupakan faktor

psikologis, tetapi yang diakibatkan umur adalah faktor psikologis. Terdapat dua

faktor yang menentukan kemampuan seseorang berhubungan dengan umur. Faktor

pertama adalah mekanisme belajar dan pemahaman otak, organ-organ sensual dan

otot organ-organ tertentu. Faktor kedua adalah akumulasi pengalaman dan bentuk-

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

13

bentuk proses belajar lainya. Selanjutnya wiraatmadja (1986) mengemukaan bahwa

umur petani akan mempengaruhi petani dalam menerima hal-hal baru.

Umur merupakan suatu indikator umum tentang kapan suatu perubahan harus

terjadi. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat

keragaman tindakanya berdarsarkan usia yang dimiliki (Halim, 1992). Kelompok usia

produktif menurut Rochaeti dkk (1992) adalah petani yang secara potensial memiliki

kesiapan dan menghasilkan pendapatan untuk mendukung kehidupan dirinya,

keluarganya dan masarakatnya. Soeharjo dan Patong (1984) mengemukaan bahwa

kemampuan kerja petani sangat ditentukan oleh umur petani itu sendiri, sehingga

mengkatagorikan umur berdarsarkan kelompoknya dimana kisaran 0-14 tahun adalah

umur non produktif, 15-54 umur produktif dan kisaran 55 ke atas adalah umur kurang

produktif.

Luas lahan

Lahan merupakan sarana produksi bagi usahatani, termasuk salah satu faktor

produksi dan pabrik hasil pertanian. Lahan adalah sumberdaya alam fisik yang

mempunyai peranan sangat penting bagi petani (Mosher, 1965). Lion Berger dalam

Mardikanto (1993) penguasaan lahan yaitu luas lahan yang diusahakan. Luas

sempitnya lahan berpengaruh pada sistem pertanian yang dilakukan. Petani dengan

kepemilikan lahan yang rata-rata luas akan lebih mudah menerima perubahan dalam

sistem usahatani. Biasanya semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin cepat

dalam mengadopsi karena memiliki kemampuan ekonomi lebih baik.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

14

Kepemilikan

Menurut Wiradi dalam Rahmat, M. (2000), penguasaan tanah merupakan tatanan

dan prosedur yang mengatur hak dan kewajiban dari individu atau kelompok dalam

penggunaan dan pengawasan atas tanah. Penguasaan lahan di Indonesia beragam

bentuknya. Status hak atas tanah yang ditetapkan oleh UUPA (Undang-Undang

Pokok Agragria) adalah (a) hak milik (b) hak guna usaha (HGU) (c) hak guna

bangunan (HGB) (d) hak pakai (e) hak sewa (f) hak membuka tanah (g) hak

memungut hasil hutan (h) hak-hak lain yang tidak termasuk ke dalam hak-hak

tersebut yang akan di tetapkan dengan undang-undang. Namun pada status

kepemilikan lahan petani istilah status kepemilikan lahan terbagi menjadi tiga, yaitu :

(1) Pemilik-Penggarap

Petani pemilik-penggarap ialah petani yang memiliki lahan usaha sendiri serta

lahannya tersebut diusahakan atau digarap sendiri, status lahannya disebut lahan

milik.

(2) Penyakap (penggarap).

Petani penyakap ialah petani yang menggarap tanah milik petani lain dengan

sistem bagi hasil yang diberikan penyakap kepada pemilik tanah ada yang

setengahnya atau sepertiga dari hasil padi yang diperoleh dari hasil yang lahan

digarapnya.

(3) Buruh Tani.

Buruh tani ialah petani yang tidak mempunyai lahan usahatani sendiri milik,

buruh tani biasanya bekerja di lahan usahatani petani pemilik dengan mendapatkan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

15

upah, baik yang berupa uang atau berupa barang hasil usahatani, seperti beras atau

makanan lainnya.

Status kepemilikan lahan yang beragam akan mempengaruhi karakteristik –

karakteristik antara lain : Jaminan akses untuk jangka panjang, kemudahan membuat

keputusan berkaitan dengan pemanfaatan lahan, kemudahan ikut serta dalam

pembentukan kelompok, kemudahan pemerintah dalam campur tangan penyuluhan,

bantuan kredit, maupun investasi langsung (Pakpahan, 1992). Dengan demikian

status kepemilikan lahan sangat berpengaruh terhadap efektivitas petani dalam

menerima suatu inovasi.

Tingkat Pendidikan Non Formal

Pendidikan adalah proses yang dilakukan secara sadar baik formal maupun

informal yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pembentukan

kepribadian. Rendahnya tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat adaptivitas

masyarakat terhadap modernisasi, mereka lebih cenderung mempertahankan pola-

pola yang sudah ada, yang sudah pasti dan yang telah mereka kenal dengan baik.

Adanya suatu perubahan dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak pasti dan

mengandung resiko. Biasanya bersedia melakukan perubahan apabila ada jaminan

bahwa perubahan tersebut akan membawa hasil yang lebih baik bagi mereka

(Khaeruddin, 1992). Mardikanto (1990), menyatakan bahwa pendidikan petani

umumnya mempengaruhi cara dan pola pikir petani dalam mengelola usahatani.

Pendidikan yang relatif tinggi dan banyak mendapatkan pelatihan menyebabkan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

16

petani lebih dinamis. Pendidikan non formal adalah pengajaran sistematis yang

diorganisir di luar sistem pendidikan formal bagi kelompok orang untuk memenuhi

keperluan khusus. Pendidikan non formal dapat digunakan sebagai sarana untuk

meningkatkan standart kehidupan dan produktivitas kegiatan usaha yang dilakukan

oleh masyarakat pedesaan (Suhardiyono, 1989).

2.1.4 Pengertian Respon

Respon adalah Setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan

atau balasan (respon) terhadap rangsangan atau stimulus (Sarlito, 1995). Menurut

Gulo (1996), respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus

atau merupakan hasil stimulus tersebut. Individu manusia berperan serta sebagai

pengendali antara stimulus dan respon sehingga yang menentukan bentuk respon

individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor individu itu sendiri (Azwar,

1988). Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orang-orang dan dalam

berupa sikap, mati dan emosi pengaruh masa lampau dan sebagiannya akhirnya

menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan seseorang.

Respon seseorang dapat dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif

(Azwar, 1988). Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung

untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk

menjauhi objek tersebut.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

17

1. Pengertian Kognisi (Pengetahuan)

Istilah kognisi berasal dari kata cognoscare yang artinya mengetahui. Aspek

kognisi banyak mempermasalahkan bagaimana cara memperoleh pemahaman tentang

dirinya dan lingkungannya, serta bagaimana dengan kesadaran itu ia berinteraksi

dengan lingkungannya. Setiap perilaku sadar manusia didahului oleh proses kognisi

yang memberi arah terhadap perilaku dan setiap lahiriahnya baik dirasakan maupun

tidak dirasakan.

2. Pengertian Afeksi (Sikap)

Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak, beroperasi, berfikir dan

merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap timbul dari pengalaman,

tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar. Sikap mempunyai daya

dorong atau motivasi dan bersifat evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan

atau tidak menyenangkan. Objek sikap dirasakan adanya motivasi, tujuan, nilai dan

kebutuhan.

Sayogo dan Fujiwati (1987) mengemukakan bahwa sikap merupakan

kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan suatu

pola tertentu terhadap suatu objek berupa manusia, hewan atau benda akibat

pendirian atau persamaannya terhadap objek tersebut.

3. Pengertian Psikomotorik (Tindakan)

Jones dan Davis dalam Sarlito (1995) memberi definisi tindakan yaitu

keseluruhan respon (reaksi) yang mencerminkan pilihan seseorang yang mempunyai

akibat (efek) terhadap lingkungannya. Suatu tindakan dilatarbelakangi oleh adanya

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

18

kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian sesuatu agar kebutuhan tersebut terpenuhi.

Tindakan yang ditujukan oleh aspek psikomotorik merupakan bentuk keterampilan

motorik yang diperoleh peternak dari suatu proses belajar (Samsudin, 1977).

Psikomotorik yang berhubungan dengan kebiasaan bertindak yang merupakan aspek

perilaku yang menetap (Rahmat, 1989).

2.2 Padi

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian

kuno berasal dari dua benua yaitu asia dan afrika barat. Asal tanaman padi berasal

dari india, hal ini di buktikan dengan ditemukanya fosil butir padi dan gabah di

Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain di india beberapa wilayah

asal padi adalah Bangladesh Utara, Myanmar, Thailand, Laos, dan Vietnam.

Kingdom : Plantae (Tumbuhan).

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji).

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga).

Kelas : Liliopsida (Monokotil).

Ordo : Poales.

Famili : Poaceae (Suku rumput-rumputan).

Genus : Oryza.

Spesies : Oryza sativa2

Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran

tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Varietas

unggul nasional berasal dari Bogor : Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur (dataran

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

19

tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah). Varietas unggul

introduksi dari Internasional Rice Research Institute (IRRI) Filipina adalah jenis IR

(Irradiation Rice) yaitu IR 22, IR 14, IR 46, IR 54 dan IR 64 (dataran rendah) (Dinas

Pertanian Tanaman Pangan, 2009).

2.2.1 Prinsip-prinsip PTT

1) Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumberdaya tanaman,

tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara

terpadu.

2) Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan

memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antara

komponen teknologi.

3) Spesifik lokasi : PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan

fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.

4) Partisipatif : Petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji

teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan

kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam

bentuk laboratorium lapangan.

2.2.2 Tahapan Penerapan PTT

1) Langkah pertama, penerapan PTT adalah pemandu lapangan bersama petani

melakukan Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan

dan Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan hasil di wilayah

setempat dan membahas peluang mengatasi masalah tersebut, berdarsarkan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

20

cara pengelolaan tanaman, analisis iklim/ curah hujan, kesuburan tanah, luas

pemilikan lahan, lingkungan sosial ekonomi.

2) Langkah kedua, menyusun komponen teknologi PTT berdarsarkan

kesepakatan kelompok untuk diterapkan di lahan usahataninya.

3) Langkah ketiga, penyusunan Rencana Usahatani Kelompok (RUK)

berdasarkan kesepakatan kelompok.

4) Langkah keempat, penerapan PTT.

5) Langkah kelima, pengembangan PTT ke petani lainya.

Gambar 2. Strategi Penerapan PTT

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, 2008

Peragaan Komponen Teknologi

Inovasi

Karakteristik dan Masalah

Prioritas Wilayah

Teknologi Inovasi Pertanian

Pengamatan Partisipatif PL dan

Petani

Penerapan PTT

Pengembangan PTT ke petani lain

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

21

2.2.3 Komponen Teknologi Unggulan PTT Padi

1) Penanaman varietas unggul baru .

2) Penggunaan benih bermutu, bersih, sehat, dan bernas (berlabel).

3) Pengelolaan tanah yang sempurna, olah tanah minimal, olah tanah konservasi,

tanpa olah tanah, sesuai dengan tipologi lahan dan kondisi tanahnya.

4) Pemeliharaan persemaian dengan baik.

5) Penanaman bibit sesuai umur anjuran (15-20 hari), serta penanaman bibit 1-3

per lubang.

6) Pengaturan tata tanam secara tepat (sistem tanam jajar legowo 2:1, 4:1 dan

lainnya dengan populasi minimum rumpun 250.000/ha).

7) Pemberian pupuk organik (kompos jerami 5 ton/ha atau pupuk kandang 2

ton/ha)

8) Pemupukan tanaman dengan pupuk anoganik sesuai dengan kebutuhan

(pemupukan N berdarsarkan warna daun, pemupukan P dan K berdarsarkan

status hara tanah).

9) Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan kondisi

tanah.

10) Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu (PHT).

11) Pengendalian gulma secara tepat.

12) Penanganan proses panen dan pasca panen dengan baik.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

22

Penggunaan benih bermutu varietas unggul menghasilkan daya perkecambahan

yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman

tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil yang tinggi

dan mutu hasil yang lebih baik.

Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi yang optimal dapat

menghindari serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma,

memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi.

Pemberian pupuk secara berimbang, berdasarkan kebutuhan tanaman dari

ketersediaan hara tanaman dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara dan waktu aplikasi

sesuai akan memberikan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan

tanaman mencapai hasil yang tinggi.

Pemberian air, pada tanaman secara efektif sesuai dengan kebutuhan tanaman dan

kondisi tanah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan hasil tanaman, yaitu air

sebagai pelarut sekaligus hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air di

setiap stadium tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan meningkatkan

hasil dan menekan tanaman mengalami stress yang diakibatkan karena kekurangan

dan kelebihan air.

Perlindungan tanaman, dilaksanakan untuk mengantisipasi dan mengendalikan

serangan OPT tanaman dengan meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi

akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip ambang ekonomi.

Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah, dan cara penggunaanya

sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

23

resistensi OPT atau dampak lain yang merugikan lingkungan. Penanganan panen dan

pasca panen, memberikan hasil yang optimal jika panen dilakukan pada umur dan

cara panen yang tepat yaitu tanaman dipanen pada masa fisiologis berdarsarkan umur

tanaman, kadar air, dan penampakan visual hasil sesuai dengan deskripsi varietas.

Pemanenan dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan peralatan dan

mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil panen yang dikemas

dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak

lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga.

2.2.4 Pemilihan Teknologi PTT

Pada PTT, teknologi diikutsertakan dengan cara penelusuran setiap alternatif

komponen teknologi ,jumlah yang mempengaruhi dan dipengaruhi, maka antar

komponen dan aspek lingkungan dapat disinergikan. Pemilihan teknologi budidaya

yang optimal dapat dilakukan dengan memaksimalkan komponen teknologi yang

saling sinergis dan meminimalkan komponen teknologi yang saling berlawanan

sehingga diperoleh teknik budidaya dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi

(Dinas pertanian, 2008).

Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat

berbeda dengan lokasi lainya, karena beragamnya kondisi lingkungan pertanaman.

Setiap teknologi dan kombinasi teknologi yang sedang dikembangkan pada suatu

lokasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengalaman petani di

lokasi setempat. Berdasarkan pengalaman komponen teknologi yang diterapkan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

24

petani di lapangan merupakan rekomendasi umum dengan pendekatan PTT. Dimana

rekomendasi umum lebih dijabarkan dan disesuaikan dengan kondisi setempat.

Kombinasi teknologi utama yang diperlukan pada beberapa areal pertanaman

padi di lapangan antara lain :

(1) Bagi areal yang laju kenaikan hasil padinya melandai atau turun, karena tanah

bermasalah/ sakit, maka komponen teknologi utama yang perlu diterapkan adalah :

- Benih bermutu.

- Bahan organik.

- Pengairan berselang.

- Pemupukan N, P, K sesuai kebutuhan tanaman padi plus unsur hara lain

seperti sulfur (S) dan Zn (seng) pada tanah-tanah bermasalah.

- Upayakan menerapkan teknologi lain.

(2) Bagi areal yang laju kenaikan hasil padi melandai pada keadaan tanah normal,

maka komponen teknologi utama yang diterapkan adalah :

- Varietas unggul dan disukai, termasuk varietas unggul tipe baru atau padi

hibrida

- Benih bermutu

- Bibit yang sehat (pemelihara persemaian)

- Bibit muda (4 daun)

- Upayakan menerapkan teknologi lain.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

25

(3.) Bagi areal yang laju kenaikan hasil rata-rata per tahun melandai, karena sewaktu-

waktu ada serangan hama/ penyakit misalnya virus tungo :

- Gunakan benih bermutu

- Kendalikan penyakit tungo secara terpadu antara lain :

- Tanam varietas tahan tungo seperti tukad unda, kalmias, bondoyudo

- Kendalikan wereng hijau yang bertindak sebagai perantara

- Sanitasi (cabut rumput yang terkena penyakit dan singkirkan dari petakan

sawah dengan membenamkan atau membakar)

- Upayakan menerapkan komponen teknologi lain.

(4) Bagi areal yang kenaikan hasil rata-rata produksi per tahun melandai, karena

sering tertimpa kekurangan air :

- Terapkan pengolahan tanah yang mempercepat waktu tanam (sistem gogo

rancah atau olah tanah kering)

- Tata tanaman secara tepat (sebar langsung dalam baris)

- Tanam varietas unggul umur ganjah (<110 hari) dan gunakan benih bermutu

- Kendalikan rumput dengan herbisida serta

- Upayakan menerapkan teknologi lain.

2.2.5 Penggunaan Bahan Organik

Penggunaan bahan organik di lahan sawah bertujuan untuk memperbaiki

kualitas tanah (tanah menjadi lebih gembur dan lebih subur). Bahan organik yang

dapat digunakan antara lain adalah kompos, pupuk kandang, pupuk hijau dan sisa

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

26

tanaman seperti jerami dan hasil pangkasan tanaman kacang-kacangan. Jumlah

bahan organik yang harus dianjurkan sebanyak 2-3 ton/ha.

2.2.6 Keuntungan Penerapan Teknologi PTT

(1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil usahatani.

(2) Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk

masing-masing lokasi.

(3) Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan kehidupan secara

keseluruhan akan terjaga.

2.3 Budidaya Padi Sawah

2.3.1 Iklim

1) Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS

dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.

2) Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1.500 - 2.000

mm/tahun.Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim

kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim

hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun karena penyerbukan

kurang intensif.

3) Di dataran rendah, padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan

temperatur 22-27°C sedangkan dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan

temperatur 19-23°C.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

27

4) Tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan.

5) Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu

kencang akan merobohkan tanaman.

2.3.2 Penyiapan Benih dan Lahan Pembibitan

Untuk mendapatkan hasil yang optimal lahan harus diolah secara sempurna

agar menjadi remah,gembur dan berdrainase baik. Tanah diolah sedalam kurang lebih

40 cm kemudian di istirahatkan. Untuk pembibitan pertama dilakukan penyiapan

lahan untuk pembibitan seluas 800 untuk pertanaman 1 Ha. Kemudian dibuatkan

bedengan dengan lebar 150 cm dan panjang secukupnya setelah itu tanah diratakan

dengan baik dan diberikan pengairan setinggi permukaan bedengan selanjutnya

siapkan benih, kemudian benih tersebut dimasukan kedalam karung kemudian

direndam maksimal tidak lebih dari 12 jam dan dilakukan pembilasan 5 jam sekali,

setelah itu benih dikeluarkan dari wadah perendaman dan kemudian karung yang

berisi benih di hamparkan dengan posisi terbaring di tempat teduh untuk di inkubasi

selama 24-36 jam.

2.3.3 Tebar dan Pemeliharaan Persemaian

Benih kemudian di tebar merata pada permukaan bedengan dengan 50 gram

per dan kemudian dilapisi lumpur basah. Air dijaga agar tidak menggenangi

bedengan sebelum bibit dengan phase 1 batang dan 1 daun dan bedengan dijaga agar

tetap basah. Setelah phase tersebut diberikan genangan air. Pada saat 5-7 Hari setelah

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

28

tebar berikan aplikasi dengan pemupukan dengan urea dan 15 hari sesudah itu

selanjutnya untuk tindakan pencegahan diberikan pestisida dan fungisida.

2.3.4 Persiapan Lahan Pertanaman dan Pindah Bibit

Lahan pertanaman disiapkan sebelumnya, lalu tanah diolah dengan

menggunakan bajak / displow dan diharrowing kemudian diratakan, tanah dibiarkan

minimal sehari sebelum bibit dipindah tanam kemudian larikan untuk dapat

teraturnya pertanaman dilapangan. Pertanaman dilakukan dengan jarak tanam 20 x 22

cm (musim hujan) dan 20 x 20 (musim kemarau). Bibit dengan umur cukup (umur

18-20 hari) yang ditandai tanaman dengan 4-5 helai daun yang terbaik untuk dipindah

kelapangan. Segera setelah bibit dicabut akarnya di celupkan ke air sehingga tanah

terlepas dari akarnya dan bibit segera dibawa ke lapangan untuk penanaman.

2.3.5 Pertanaman dan Pemeliharaan

Kedalaman penanaman agar diatur tidak terlampau dalam (3-4 cm),

selanjutnya bibit yang telah diambil dari lahan persemaian di tanam upayakan Jajar

Legowo 2 : 1 (40 cm x (20 cm x 10 – 15 cm)) dengan populasi minimum rumpun

250.000 rumpun/ha, bibit di usahakan jangan sampai kekeringan dan stress atau patah

ujung daunya agar terlihat tegak hal ini akan menghambat pertumbuhanya, pada saat

tanam pindah pengairan diberikan mancak-mancak setelah itu selama beberapa hari

3-5 hari genangan air di tinggikan 3 cm dan setelah itu tetap di jaga ketinggianya

sesuai dengan pertumbuhan tanaman untuk merangsang pertumbuhan anakan sampai

mencapai jumlah anakan maksimal, setelah malai terbentuk sekitar 5-7 hari setelah

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

29

tanam dilakukan pemupukan yaitu pemupukan dasar dengan Urea dan NPK, serta

ditambah pupuk organik (kompos 5 ton/ha atau pupuk kandang 2 ton/ha). Ketika

tanaman sudah mencapai 10 hari dilakukan pengendalian hama secara terpadu (PHT)

dengan cara penyemprotan pestisida dan pengendalian gulma secara tepat.

2.3.6 Panen dan Pasca Panen

Pemanenan padi dimulai ketika 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning,

pemanenan dilakukan ketika Malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga merata,

pemanenan dapat dilakukan dengan ani-ani, sabit, reaper, reaper binder. Setelah

kegiatan pemanenan dilakukan kegiatan selanjutnya adalah penumpukan dan

pengumpulan. Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca

panen setelah padi dipanen. Setelah itu dilakukan perontokan. Perontokan

merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan

pengumpulan padi. Perontokan padi dapat dilakukan dengan cara digebot ataupun

dengan pedal thresher dan power thresher. Setelah itu dilakukan pengeringan.

Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai

tertentu sehingga siap untuk diolah/ digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu

yang lama. Pada saat ini cara pengeringan padi telah berkembang dari cara

penjemuran menjadi pengering buatan setelah dilakukan pengeringan tahap

selanjutnya adalah penyimpanan. Penyimpanan merupakan tindakan untuk

mempertahankan gabah/ beras agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu

lama. Cara penyimpanan gabah/ beras dapat dilakukan dengan : sistem curah, yaitu

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan

30

gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman dari

gangguan hama maupun cuaca, dan cara penyimpanan menggunakan kemasan/

wadah seperti karung plastik, karung goni. Setelah di simpan dilakukan penggilingan.

Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses

penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan,

pengemasan dan penyimpanan.