BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Lingkup Sanitasi …repository.sari-mutiara.ac.id/43/4/CHAPTER...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Lingkup Sanitasi …repository.sari-mutiara.ac.id/43/4/CHAPTER...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan
Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan
kesehatan dari faktor resiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Kesehatan Lingkungan
diselenggarakan melalui upaya Penyehatan, Pengamanan, dan Pengendalian (Perpres,
2014).
Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang
mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia
terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik,
kesehatan, dan kelangsungan hidup. Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah
kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap status kesehatan yang optimum pula (Isnaini, 2014).
Ruang lingkup dari kesehatan lingkungan meliputi (Slamet, 2009):
a. Program/kegiatan penyediaan air minum
b. Pengolahan dan pembuangan limbah cair, gas, dan padat
c. Mencegah kebisingan
d. Mencegah kecelakaan
e. Mencegah penyebaran penyakit bawaan air, udara, dan makanan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
8
f. Pengendalian vektor
g. Pengelolaan kualitas lingkungan air, udara, makanan, pemukiman, dan bahan
berbahaya
h. Pengelolaan keamanan dan sanitasi transportasi
i. Kepariwisataan dan tempat umum
j. Pencegahan kecelakaan
k. Pengelolaan lingkungan kerja
Dari ruang lingkup sanitasi lingkungan di atas tempat-tempat umum perlu
mendapat pengawasan dan pemeriksaan guna melindungi kesehatan masyarakat dari
kemungkinan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Santoso, 2015).
2.2. Pengertian Sanitasi Tempat-tempat Umum
Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan
penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan
atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum yang bersih guna
melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan
gangguan kesehatan lainnya (Santoso, 2015).
Tempat atau sarana umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi lingkungan
antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara komersial, tempat
yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit atau tempat layanan umum yang
intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat umum semacam itu
meliputi hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan/pertokoan,
bioskop, salon kecantikan atau tempat pangkas rambut, panti pijat, taman hiburan,
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
9
gedung pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah, objek wisata dan lain-lain
(Slamet, 2009).
Tujuan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, antara lain (Santoso, 2015) :
a. Untuk memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkala.
b. Untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat ditempat-tempat umum.
c. Mencegah berbagai macam penyakit menular (communicable diseases) dan
penyakit akibat kerja (occupational diseases).
Kriteria tempat-tempat umum adalah sebagai berikut:
a. Diperuntukkan bagi masyarakat umum bukan masyarakat khusus.
b. Ada tempat dan kegiatan permanen.
c. Terdapat kegiatan atau aktivitas yang dapat menimbulkan terjadinya
penularan penyakit, penyakit akibat kerja, dan kecelakaan.
d. Terdapat fasilitas atau perlengkapan yang dapat menimbulkan penyakit atau
kecelakaan.
Usaha pengawasan dan peningkatan Sanitasi tempat-tempat umum di dalam
pelaksanaannya perlu mempertimbangkan beberapa aspek pendekatan agar program
yang direncanakan dapat berjalan dengan baik. Aspek pendekatan yang dipergunakan
sehubungan dengan penyelenggaraan tersebut mencakup; (a) aspek teknis, (b) aspek
sosial ekonomi, dan (c) aspek administrasi manajemen.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
10
2.3. Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada
pengawasan sebagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. Sanitasi dasar meliputi sarana penyediaan air bersih, sarana kamar mandi
dan toilet ,sarana pembuangan sampah, dan saluran pembuangan air limbah (Datau,
2012).
2.3.1. Sarana Penyediaan Air Bersih
Air merupakan sanyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan mahluk
hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa
lain.Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah senagai air
minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu
sendiri. Menurut Notoatmodjo (2003), sekitar 55-60% berat badan orang dewasa
terdiri dari air,untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80% (Mulia,
2005).
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber
yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut,
antara lain (Zafirah, 2011) :
- Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
- Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
- Tidak berasa dan tidak berbau.
- Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
11
- Memenuhi standart minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI.
Penyediaan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas
(Isnaini, 2014).
1. Syarat Kuantitas
Syarat kuantitas adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung
kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka
kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan
dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi,
cuci kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter.
2. Syarat Kualitas
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, mikrobiologis dan
radioaktivitas yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri kesehatan
RI Nomor416/Menkes/Per /IX/1990 tentang Syarat-syarat dan pengawasan Kualitas
Air sebagai berikut :
a. Parameter Fisik
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 416/Menkes/per/IX/1990,
menyatakan bahwa air yang layak pakai sebagai sumber air bersih antara lain
harus memenuhi persyaratan secara fisik yaitu, tidak berbau, tidak berasa,
tidak keruh (jernih) dan tidak berwarna.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
12
b. Parameter Kimia
Air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat
kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg), Aluminium
(Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca), Derajat
keasaman (pH) dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air
bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum
yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI No. 416 Tahun
1990. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat
kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak
baik lagi bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia, contohnya pH
air sebaiknya netral. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5-9.
c. Parameter Mikrobiologis
Parameter Mikrobiologis menurut Entjang yaitu, air tidak boleh mengandung
suatu bibit penyakit. Sebagai indikator bateriologik adalah basil koli
(Escherichiacoli). Apabila dijumpai basil koli dalam jumlah tertentu
menunjukkan air telah tercemar kotoran manusia maupun binatang.
d. Parameter Radioaktif
Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan
fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda,
dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti disekitar reaktor
nuklir.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
13
2.3.1.1. Sumber Air
Mengingat pentingnya peran air, sangat diperlukan adanya sumber air yang
dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Di Indonesia,
umumnya sumber air minum berasal dari air permukaan (surface water), air tanah
(ground water), dan air hujan.Termasuk air permukaan adalah air sungai dan air
danau, sedangkan air tanah dapat berupa air sumur dangkal, air sumur dalam maupun
mata air. Perbedaan sumber air minum akan menyebabkan perbedaan komposisi air
yang dihasilkannya (Mulia, 2005).
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya air dapat dibagi menjadi (Isnaini, 2014):
1. Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau
merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran
ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat
disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbondioksida,
nitrogen, dan amoniak.
2. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi.
3. Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
14
mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses - proses yang telah dialami air hujan
tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih
murni dibandingkan air permukaan.
2.3.1.2. Pengaruh Air Terhadap Kesehatan
Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dapat
menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat
berupa penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit menular
umumnya disebabkan oleh mahluk hidup, sedangkan penyakit tidak menular
umumnya bukan disebabkan oleh mahluk hidup (Mulia, 2005).
Sementara itu, penyakit - penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi
dalam kelompok – kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan
penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu (Isnaini, 2014):
1. Waterborne Mechanism
Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat meyebabkan
penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem
pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara
lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomielitis.
2. Waterwashed Mechanism
Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan
perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu :
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
15
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
3. Water-based Mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab
yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai
intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya schistomiasis, dan
penyakit akibat Dracunculus medinensis.
4. Water- related Insect Vector Mechanism
Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di
dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah
filariasis, dengue, malaria , dan yellow fever.
2.3.2. Sarana Kamar Mandi dan Toilet
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui
anus sebagai sisa dari proses pencernaan (tractusdigestifus). Dalam ilmu kesehatan
lingkungan dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja
(feces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik
tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit
saluran pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan, kotoran manusia merupakan
masalah yang sangat penting, karena jika pembuangannya tidak baik maka dapat
mencemari lingkungan dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan manusi.
Penyebaran penyakit yang bersumber pada kotoran manusia (feces) dapat melalui
berbagai macam cara. Disamping dapat langsung mengkontaminasi makanan,
minuman, sayuran, air, tanah, serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), dan bagian-
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
16
bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah
menderita suatu penyakit tertentu merupakan penyebab penyakit bagi orang lain.
Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya
pertambahan penduduk, akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang
ditularkan lewat tinja. Penyakit-penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia
antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (cacing gelang, cacing
kremi, cacing tambang, cacing pita), schistosomiasis, dan sebagainya (Zafirah, 2011).
Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan,
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya
pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Beberapa
penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera,
bermacam-macam cacing, dan sebagainya (Isnaini, 2014).
2.3.2.1. Pengertian Jamban
Jamban menurut Depkes RI (1995), adalah suatu bangunan yang digunakan
untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu,
sehingga kotoran tersebut tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori
lingkungan pemukiman (Zafirah, 2011).
Membangun dan menggunakan jamban dapat memberikan manfaat berikut
ini, yaitu (Yusuf, 2014) :
1. Peningkatan martabat dan hak pribadi
2. Lingkungan yang lebih bersih
3. Bau berkurang, sanitasi dan kesehatan meningkat
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
17
4. Keselamatan lebih baik (tidak perlu lagi ke ladang di malam hari)
5. Menghemat waktu dan uang, menghasilkan kompos pupuk dan biogas untuk
energi
6. Memutus siklus penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi
Tinja harus dibuang dalam jamban yang sehat sebelum dikelola. Menurut
Notoatmodjo (2003), suatu jamban disebut sehat apabila memenuhi persyaratan
sebagai berikut (Mulia, 2005):
a. Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban
b. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya
c. Tidak mengotori air tanah disekitarnya
d. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoa, dan binatang
lainnya
e. Tidak menimbulkan bau
f. Mudah digunakan dan dipelihara
g. Sederhana desainnya
h. Murah
i. Dapat diterima oleh pemakainya
Sementara menurut Depkes RI, 2004 ada beberapa ketentuan jamban yang
memenuhi syarat kesehatan, yaitu (Isnaini, 2014):
a. Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah, dan air permukaan,
b. Jarak jamban dengan sumber air bersih tidak kurang dari 10 meter,
c. Konstruksi kuat,
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
18
d. Pencahayaan minimal 100 lux (Kepmenkes No.519 tahun 2008),
e. Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, kecoa),
f. Dibersihkan minimal 2x dalam sebulan,
g. Ventilasi 20% dari luas lantai,
h. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
terang,
i. Murah
j. Memiliki saluran dan pembuangan akhir yang baik yaitu lubang selain
tertutup juga harus disemen agar tidak mencemari lingkungannya.
2.3.2.2. Jenis-jenis Jamban
Menurut konstruksi dan cara mempergunakannya, dikenal bermacam-macam
tempat pembuangan kotoran/jamban, yaitu (Yusuf , 2014) :
1. Jamban Cemplung
Bentuk kakus inilah adalah paling sederhana yang dapat dianjurkan kepada
masyarakat. Nama ini digunakan karena bila orang mempergunakan kakus
macam ini, maka kotorannya langsung masuk jatuh kedalam tempat
penampungan. Jamban cemplung yaitu jamban yang penampungannya berupa
lubang yang berfungsi menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan
mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada
penutup agar tidak berbau.
2. Jamban Plengsengan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
19
Plengsengan juga berasal dari bahasa Jawa “Melengseng” yang berarti
miring.Nama ini digunakan karena dari lubang tempat jongkok ke tempat
penampungan kotoran dihubungkan oleh suatu saluran yang miring. Jadi, tempat
jongkok dari kakus ini tidak dibuat persis di atas tempat penampungan, tapi agak
jauh.
3. Jamban Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan
mempergunakan bor. Bor yang dipergunakan adalah bor tangan yang disebut
“Bor Auger” dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah barang tentu lubang yang
dibuat harus jauh lebih dalam dibandingkan dengan lubang yang digali seperti
pada jamban cemplung dan kakus plengsengan, karena diameter jamban bor jauh
lebih kecil.
4. Angsa Latrine (Water Seal Latrine)
Jamban ini dibawah tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasang suatu alat
yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl berfungsi mencegah
timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak tercium
baunya karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang
melengkung.
5. Jamban Di atas Balong (Empang)
Membuat jamban diatas balong (yang kotorannya dialirkan ke balong) adalah
cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk
menghilangkannya, terutama di daerah yang terdapat banyak balong.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
20
6. Jamban Septic Tank
Jamban septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara
anaerobik. Kita pergunakan nama septic tank karena dalam pembuangan kotoran
terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anerobik.
2.3.3. Sarana Pembuangan Sampah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor :18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat, sementara menurut Kamus Istilah Lingkungan
(1994), sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau
bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan atau materi
berlebihan atau ditolak atau buangan (Suwerda, 2012).
Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas
berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas
keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.Pengelolaan sampah bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan
sampah sebagai sumber daya (Perpres, 2008).
1. Sumber-sumber sampah (Suwerda, 2012)
a. Sampah dari rumah tangga
Sampah ini terdiri dari sisa hasil pengolahan makanan, barang bekas dari
perlengkapan rumah tangga seperti kertas, kardus, gelas, kain, tas bekas,
sampah dari kebun dan sebagainya.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
21
b. Sampah dari pertanian
Sampah ini berasal dari kegiatan pertanian. Pada umumnya berupa sampah
yang mudah membusuk seperti rerumputan dan jerami.
c. Sampah sisa bangunan
Sampah ini berasal dari pembangunan gedung-gedung yang dilakukan seperti
pemotongan kayu, triplek, bambu, pecahan ubin/keramik, pecahan
gedung/bangunan dan sebagainya.
d. Sampah dari perdagangan dan perkantoran
Sampah ini berasal dari kegiatan pasar tradisional, warung, toko maupun
perkantoran yang menghasilkan sampah seperti sisa makanan, kertas, kaleng,
alat perkantoran dan sebagainya.
e. Sampah Industri
Sampah ini berasal dari kegiatan industri tergantung dari bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi dan out produk yang dihasilkan.
2. Jenis-jenis sampah
a. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak dapat didegradasi atau diuraikan
secara sempurna melalui proses biologi baik secara anaerob maupun secara
aerob, seperti plastik, kertas bekas, pecahan gelas dan sebagainya.
b. Sampah organik, yaitu sampah yang dapat didegradasi atau diuraikan secara
sempurna melalui proses biologi baik secara aerob maupun anaerob.
Sebagian besar sampah yang dihasilkan Indonesia pada umumnya merupakan
sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Menurut Undang-
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
22
Undang Republik Indonesia Nomor :18 tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah,
sampah yang dikelola terdiri atas:
- Sampah rumah tangga, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
- Sampah sejenis sampah rumah tangga, yaitu sampah yang berasal dari
kawasan komersial (pusat perdagangan, pasar, pertokoan, tempat hiburan),
kawasan industri, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya.
- Sampah spesifik, yaitu sampah yang mengandung B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun), seperti limbah B3, sampah akibat bencana, sampah yang belum
dapat diolah, dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik.
3. Pengelolaan sampah.
Pengelolaan sampah menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah terdiri dari (Perpres, 2008):
4. Penanganan Sampah
Penanganan sampah meliputi kegiatan :
a. Pemilahan
- Dilakukan melalui kegiatan pengelompokkan sampah menjadi paling
sedikit 5 jenis sampah
- Dilakukan setiap orang pada sumbernya
- Memenuhi persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
23
Tangga, Pemilahan dilakukan oleh setiap orang pada sumbernya yang terdiri
dari kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya dan pemerintah
kabupaten/kota. Sampah yang dipilah paling sedikit terdiri dari lima (5) jenis
yaitu :
- Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah
bahan berbahaya dna beracun
- Sampah yang mudah terurai
- Sampah yang dapat digunakan kembali
- Sampah yang dapat didaur ulang
- Sampah lainnya
b. Pengumpulan
- Pengumpulan sampah tidak boleh dicampur kembali setelah dilakukan
pemilahan dan pewadahan
- Pengumpulan meliputi pola ; individual langsung, individual tidak
langsung, komunal langsung, komunal tidak langsung dan penyapuan
jalan
- Pengumpulan sampah melalui jadwal pengumpulan, penyediaan sarana
pengumpul sampah terpilah dalam pengumpulan sampah diwajibkan
menyediakan TPS, TPS 3R atau alat pengumpul untuk sampah
terpilah.Tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat sebelum
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
24
sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
- TPS yang dimaksud harus memenuhi kriteria :
a. Luas TPS sampai dengan 200 m2;
b. Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling
sedikit 5 (lima) jenis sampah;
c. Jenis pembangunan penampung sampah sementara bukan merupakan
wadah permanen;
d. Luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan;
e. Lokasinya mudah diakses;
f. Tidak mencemari lingkungan;
g. Penempatan tidak mengganggu estetika dan lalu lintas; dan
h. Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan.
c. Pengangkutan
Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) tidak
boleh dicampur setelah dilakukan pemilahan. Pengangkutan sampah
dilaksanakan dengan ketentuan:
- Memaksimalkan kapasitas kendaraan angkut yang digunakan
- Rute pengangkutan sependek mungkin dengan hambatan sekecil mungkin
- Frekuensi pengangkutan dari TPS ke TPA dilakukan sesuai dengan
jumlah sampah yang ada
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
25
- Ritasi dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas
pengangkutan
- Operasional pengangkutan sampah harus memperhatikan pola
pengangkutan, sarana pengangkutan dan rute pengangkutan
- Sarana pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud dapat berupa :
a. Dump truck/tipper truck
b. Armroll truck
c. Compactor truck
d. Street sweeper vehicle
e. Trailer
- Pemilihan sarana pengangkutan sampah harus mempertimbangkan:
a. Umur teknis peralatan
b. Kondisi jalan daerah operasi
c. Jarak tempuh
d. Karakteristik sampah
e. Daya dukung fasilitas pemeliharaan
- Pengangkutan dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dengan
menyediakan alat angkut sampah ke TPA .
Sedangkan syarat kesehatan Tempat Pengumpulan sampah Sementara
(Mubarak dan Chayatin, 2009) :
a. Terdapat dua pintu : untuk masuk dan untuk keluar
b. Lamanya sampah di bak maksimal tiga hari
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
26
c. Tidak terletak pada daerah rawan banjir
d. Volume tempat penampungan sampah sementara mampu menampung
sampah untuk tiga hari.
e. Ada lubang ventilasi tertutup kasa untuk mencegah masuknya lalat.
f. Harus ada kran air untuk membersihkan.
g. Tidak menjadi perindukan vektor.
h. Mudah di jangkau oleh masyarakat/ dan kendaraan pengangkut.
d. Pengolahan sampah
- Pengolahan sampah meliputi kegiatan pemadatan, pengomposan, daur
ulang materi dan mengubah sampah menjadi sumber energi
- Pengolahan sampah mempertimbangkan karakteristik sampah, teknologi
pengolahan yang ramah lingkungan, keselamatan kerja dan kondisi
sosial masyarakat
- Pengolahan sampah dilakukan di sumbernya dan setiap orang wajib
melakukannya
e. Pemrosesan akhir sampah
Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia
dan lingkungan
- Sampah yang boleh masuk ke TPA adalah sampah rumah tangga,
sampah sejenis sampah rumah tangga dan residu
- Limbah cair, limbah beracun dan limbah medis dilarang masuk ke TPA
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
27
- Penentuan luas lahan dan kapasitas TPA harus mempertimbangkan
timbulan sampah, tingkat pelayanan dna kegiatan yang akan dilakukan
di dalam TPA
- Umur teknis TPA paling sedikit 10 tahun
2.3.4. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Limbah adalah zat atau buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi,
baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena dapat menurunkan kualitas lingkungan (Zulkifli,
2014).
1. Karakteristik limbah
Adapun karakteristik limbah secara umum adalah sebagai berikut :
a. Berukuran mikro, maksudnya ukurannya terdiri atas partikel-partikel kecil.
b. Dinamis, artinya limbah tidak diam di tempat, selalu bergerak dan berubah
sesuai dengan kondisi lingkungan.
c. Penyebarannya berdampak luas, artinya lingkungan yang terkena limbah tidak
hanya pada wilayah tertentu melainkan berdampak pada faktor lainnya.
d. Berdampak jangka panjang.
Karakteristik limbah secara khusus meliputi:
a. Karakteristik fisik: zat padat, bau, suhu, warna dan kekeruhan
b. Karakteristik kimia: bahan organic, BOD (Biologycal Oxygen Demand), DO
(Dessolved Oxygen), COD (Chemical Oxygen Demand), pH (Puissance
d’Hydrogen Scale), dan logam berat.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
28
c. Karakteristik biologi: Karakteritik biologi digunakan untuk mengukur kualitas
air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih.
2. Sumber air limbah
Air limbah berasal dari berbagai sumber:
a. Air limbah yang bersumber dari rumah tangga yaitu air limbah yang berasal
dari pemukiman dan aktifitas penduduk, seperti air bekas cucian dapur, air
bekas mandi, tinja, air seni dan lain-lain.
b. Air limbah yang bersumber dari industri yaitu air limbah yang berasal dari
berbagai jenis industri, nitrogen, zat pewarna, mineral, zat pelarut dan
sebagainya.
c. Air limbah kotapraja yaitu air buangan yang berasal dari daerah perkantoran,
hotel, tempat-tempat umum. Jenis air limbah ini hampir sama dengan air
limbah rumah tangga.
3. Parameter air limbah
Beberapa parameter yang dapat digunakan berkaitan dengan air limbah yaitu:
a. Fisik: zat padat, bau, suhu, warna, dan kekeruhan
b. Kimia: bahan organic, BOD (Biological Oxygen Demand), DO (Dessolved
Oxygen), COD (Chemical Oxygen Demand), pH (Puissance d’Hydrogen
Scale), dan logam berat
c. Biologi: yaitu yang digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang
dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih (Zulkifli, 2014).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
29
4. Pengelolaan air limbah
Tujuan pengolahan air limbah adalah untuk menghilangkan bahan-bahan
tersuspensi dan terapung, pengolahan bahan organik biodegradable serta mengurangi
organisme patogen. Namun sejalan dengan perkembangannya, tujuan pengelolaan air
limbah sekarang ini juga terkait dengan estetika dan lingkungan (Mulia, 2005).
Pengolahan air buangan dengan cara sederhana antara lain (Zulkifli, 2014):
a. Pengenceran atau Dilution
Air limbah diencerkan sampai tahap konsentrasi yang cukup rendah kemudian
dibuang ke badan-badan air. Akibatnya air yang digunakan untuk
pengenceran semakin banyak pula.Tetapi pengenceran mempunyai efek
samping yaitu bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air, kemudian terjadi
pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-
badan air.Pendangkalan dapat menyebabkan kapasitas badan air semakin
berkurang untuk menampung air hujan yang turun sehingga menimbulkan
banjir.
b. Kolam oksidasi atau Oxidation Ponds
Pengolahan ini memanfaatkan sinar matahari, ganggang, bakteri dan oksigen
untuk pembersih alamiah.Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar
berbentuk segiempat dengan kedalaman sekitar 1-2 meter.Dinding dan dasar
kolam tidak perlu diberi lapisan apapun.Lokasi kolam harus jauh dari daerah
pemukiman, dan di daerah terbuka, sehingga memungkinkan sirkulasi angin
yang baik.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
30
c. Irigasi (irrigation)
Air limbah dialirkan ke parit terbuka yang digali, dan air akan merembes
masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut. Dalam
keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang
pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini
terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan
susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainya dimana kandungan zat-zat
organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tumbuhan.
5. Dampak buruk air limbah
Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak
buruk bagi mahluk hidup dan lingkungannya, antara lain (Mulia, 2005) :
a. Gangguan kesehatan
b. Penurunan kualitas lingkungan
c. Gangguan terhadap keindahan
d. Gangguan terhadap kerusakan benda
2.4. Pasar
2.4.1. Pengertian Pasar
Dalam pengertian sederhana, pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan
penjual untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa. Pengertian pasar
berkaitan dengan kegiatannya bukan tempatnya. Ciri khas sebuah pasar adalah
adanya kegiatan transaksi atau jual beli. Para konsumen datang ke pasar untuk
berbelanja dengan membawa uang untuk membayar harganya. Stanton,
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
31
mengemukakan pengertian pasar yang lebih luas. Pasar dikatakannya merupakan
orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja, dan
kemauan untuk membelanjakannya (Arief, 2013).
Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara pedagang dan pembeli dapat
terbentuk dengan adanya syarat-syarat sebagai berikut :
1. Adanya penjual.
2. Adanya pembeli.
3. Tersedianya barang yang diperjualbelikan.
4. Terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli.
2.4.2. Klasifikasi Pasar
Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan disebut juga pasar
konkrit. Pasar konkrit (pasar nyata) adalah tempat di mana pembeli dan penjual
bertemu secara langsung untuk memperjualbelikan barang dan jasa. Barang-barang
yang diperjualbelikan di pasar konkrit terdiri atas berbagai jenis barang yang ada di
tempat tersebut. Contoh pasar konkrit yaitu pasar tradisional, supermarket, dan
swalayan. Namun ada juga pasar konkrit yang menjual satu jenis barang.Misalnya
pasar buah hanya menjual buah-buahan, pasar hewan hanya melayani jual beli hewan,
pasar sayur hanya menjual sayur-mayur. Pasar konkrit pada kenyataannya dapat
dikelompokkan menjadi berbagai bentuk yaitu pasar konkrit berdasarkan manajemen
pengelolaan, manajemen pelayanan, jumlah barang yang dijual, banyak sedikit
barang yang dijual, dan ragam barang yang dijual (Datau, 2012).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
32
1. Berdasarkan manajemen pengelolaan
a. Pasar tradisional (Permendagri, 2012).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada proses
tawar menawar. Bangunan pasar biasanya terdiri atas kios-kios atau gerai, los
dan dasaran terbuka yang disediakan oleh penjual maupun suatu pengelola
pasar.
Kriteria pasar tradisional antara lain:
1) Dimiliki, dibangun dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah;
2) Transaksi dilakukan secara tawar menawar;
3) Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama; dan
4) Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan baku lokal.
a. Fasilitas bangunan dan tata letak pasar tradisional antara lain:
5) Bangunan toko/kios/los dibuat dengan ukuran standar ruang tertentu;
6) Petak atau blok dengan akses jalan pengunjung ke segala arah;
7) Pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup;
8) Penataan toko/kios/los berdasarkan jenis barang dagangan; dan
9) Bentuk bangunan pasar tradisional selaras dengan karakteristik budaya
daerah.
b. Pasar modern
Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan
koperasi yang dikelola secara modern dengan fasilitas yang lebih baik dari
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
33
pasar tradisional. Pasar modern memiliki fasilitas parkir yang luas, ruang ber-
AC, kasir yang berjajar, bersih, dan luas.. Modal usaha yang dikelola oleh
pedagang jumlahnya besar dan biasanya penjual memasang label harga pada
setiap barang. Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan
Shopping Centre (Zafirah, 2011).
2. Berdasarkan manajemen pelayanan pasar terbagi (Zafirah, 2011):
a. Pasar swalayan (supermarket).
Pasar swalayan adalah pasar yang menyediakan barang-barang kebutuhan
masyarakat, pembeli bisa memilih barang secara langsung dan melayani diri
sendiri barang yang diinginkan. Biasanya barangbarang yang dijual barang
kebutuhan sehari-hari sampai elektronik, Seperti sayuran, beras, daging,
perlengkapan mandi sampai radio dan televisi.
b. Pertokoan (Shopping Centre).
Shopping Centre (pertokoan) adalah bangunan pertokoan yang berderet-deret
di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah
khusus pertokoan.Shopping Centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan
pertokoan, sehingga dapat dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa.
c. Mall/plaza/supermall.
Mall/plaza/supermall adalah tempat atau bangunan untuk usaha yang lebih
besar yang dimiliki/disewakan baik pada perorangan, kelompok tertentu
masyarakat, atau koperasi.Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan,
rekreasi, ruang pameran, gedung bioskop, dan seterusnya.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
34
3. Berdasarkan jumlah barang yang dijual (Zafirah, 2011).
a. Pasar eceran.
Pasar eceran adalah tempat kegiatan atau usaha perdagangan yang menjual
barang dalam partai kecil. Contoh toko-toko kelontong, pedagang kaki lima,
pedagang asongan, dan sebagainya.
b. Pasar grosir.
Pasar grosir adalah tempat kegiatan/usaha perdagangan yang menjual barang
dalam partai besar, misalnya lusinan, kodian, satu dos, satu karton, dan lain-
lain. Pasar grosir dimiliki oleh pedagang besar dan pembelinya pedagang
eceran. Contoh: pusat-pusat grosir, makro, dan sebagainya.
2.5. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Pasar
Persyaratan kesehatan lingkungan pasar menurut Kepmenkes No. 519 Tahun
2008 antara lain mencakup sanitasi dasar pasar, antara lain:
2.5.1. Sarana Penyediaan Air bersih
- Air bersih selalu tersedia dalam jumlah yang cukup (minimal 40 liter per
pedagang).
- Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan, sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 Pasal 1 bahwa air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila dimasak.
- Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 meter.
- Pengujian kualitas air bersih dilakukan 6 bulan sekali.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
35
2.5.2. Sarana Kamar Mandi dan Toilet
- Harus tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan, yang
dilengkapi dengan tanda/simbol yang jelas dengan proporsi sbb:
Tabel 2.1 Proporsi jumlah pedagang dengan jumlah kamar mandi dan toilet
No Jumlah Pedagang Jumlah Kamar Mandi Jumlah Toilet
1. s/d 25 1 1
2. 26 s/d 50 2 2
3. 51 s/d 100 3 3
Setiap penambahan 40-100 orang harus ditambah satu kamar mandi dan satu toilet
(Sumber : Kepmenkes, 2008)
- Tersedia bak dan air bersih dengan jumlah cukup dan bebas jentik.
- Toilet dengan jamban leher angsa, dan peturasan.
- Tersedia tempat cuci tangan dan sabun.
- Tersedia tempat sampah yang tertutup.
- Tersedia septik tank dengan lubang peresapan yang memenuhi syarat
kesehatan.
- Letak toilet minimal 10 meter dari tempat penjualan makanan dan bahan
pangan.
- Ventilasi minimal 20% dari luas lantai.
- Pencahayaan minimal 100 lux.
- Tersedia tempat sampah yang cukup.
2.5.3. Sarana Pembuangan sampah
- Setiap kios/lorong/los tersedia tempat sampah basah dan kering.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
36
- Tempat sampah terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah berkarat, kuat
tertutup dan mudah dibersihkan.
- Tersedia alat pengangkut sampah yang kuat dan mudah dibersihkan.
- Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang kuat, kedap air,
mudah dibersihkan dan mudah dijangkau,
- TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang penular penyakit.
- TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari
bangunan pasar.
- Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam.
2.5.4. Drainase atau Saluran Pembuangan Air Limbah
- Tertutup dengan kisi-kisi, terbuat dari logam dan mudah dibersihkan.
- Limbah cair mengalir lancar.
- Limbah cair harus memenuhi baku mutu sesuai dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Kualitas Air Limbah.
- Memiliki kemiringan yang cukup sesuai dengan ketentuan.
- Tidak ada bangunan di atas saluran.
- Pengujian kualitas limbah cair berkala setiap 6 bulan sekali.
2.6. Kerangka Teori Penelitian
Berikut adalah kerangka teori yang merupakan deskripsi singkat dari kajian
pustaka.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA